1. Program Magister Keuangan Syariah
Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan
Manajemen Risiko Bank Syariah
Juli 2020
2. Mengapa Bank Perlu Ada?
Bank diperlukan untuk mengatasi salah satu
kelemahan dalam sistem keuangan, yaitu tidak
adanya financial asset dalam satuan kecil (small
denomination). Contoh, US Treasury Bonds terkecil
dalam satuan $1000, sehingga tidak terjangkau bagi
penabung kecil. Sebagai lembaga intermediasi, bank
dapat menyediakan financial asset dalam satuan yang
kecil.
Bank diperlukan karena dapat melakukan risky
arbitrage dalam pasar keuangan. Ini dimungkinkan
karena bank menyalurkan risky loans kepada nasabah
peminjam dengan menerbitkan low-risk securities
untuk para penabung.
Bank diperlukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
masyarakat yang harus selalu dapat tersedia pada
saat diperlukan.
2
3. Mengapa Bank Perlu Ada? (lanjutan)
Bank diperlukan karena memiliki kemampuan lebih,
yaitu dalam mengevaluasi informasi, terutama yang
bersifat keuangan. Ini dapat mengurangi masalah
information asymmetry.
Bank dapat melakukan delegated monitoring.
Kebanyakan nasabah peminjam merahasiakan
informasi keuangan, sehingga publik termasuk
penabung tidak memiliki akses untuk menelaah
laporan keuangan mereka. Untuk itu, nasabah
penabung mempercayakan kepada bank untuk
melakukan monitoring terhadap nasabah peminjam,
untuk memastikan bahwa uang yang disimpan pada
bank dapat dikembalikan bank pada waktu dibutuhkan.
3
6. Risk & Return
Bisnis selalu berhadapan dengan risiko dan
return.
Bank syariah mengendalikan risiko
seminimal mungkin dalam rangka
memperoleh keuntungan yang optimum.
7. Bisnis perbankan adalah bisnis risiko.
Bank adalah mesin risiko (“risk machines”). Bank
mengambil risiko, mentransformasikannya dan kemudian
mengemasnya ke dalam produk dan jasa (Bessis, 2002).
Bank yang selalu aktif mengelola risiko akan memperoleh
keunggulan kompetitif. Bank-bank ini biasanya:
mengambil risiko secara hati-hati,
mengantisipasi berbagai perubahan yang tidak
menguntungkan (adverse changes) di pasar,
berupaya melindungi dirinya dari kejadian-kejadian
yang tidak diinginkan (unexpected events),
Memiliki keahlian dalam menetapkan harga risiko
(expertise to price risk).
Bank yang tidak aktif mengelola risiko akan punah,
baik karena faktor luar atau hancur dari dalam. 7
Latar Belakang Manajemen Risiko Bank
8. Manajemen Risiko di sektor keuangan termasuk bank menjadi
semakin penting antara lain karena 4 (empat) trend
berikut ini (Lam, 2014):
Consolidation. Perbankan semakin terkonsolidasi dengan
meningkatnya merger dan akuisisi. Semula ini ditujukan
untuk mewujudkan bank yang besar dan efisien. Namun,
hal ini dapat meningkatkan risiko karena perbedaan
business culture dan business system dari lembaga-
lembaga yang dikonsolidasi.
Deregulation. Di tahun 1970an dan 1980an, sektor
perbankan di seluruh dunia menempuh kebijakan
deregulasi. Namun, deregulasi membuat perbankan
semakin terpapar berbagai jenis risiko yang jika tidak
dikelola dengan baik dapat membahayakan kelangsungan
usaha mereka.
8
Latar Belakang Manajemen Risiko Bank
9. Competition. Persaingan di perbankan semakin
meningkat karena berbagai kemajuan di bidang
teknologi informasi dan teori keuangan (financial theory).
Berbagai jenis produk dan jasa baru bermunculan.
Namun, pada sisi lain hal ini semakin meningkatkan risiko
yang harus dihadapi bank.
Convergence. Usaha perbankan juga semakin konvergen
dengan jenis usaha lainnya di bidang keuangan, seperti
halnya securities (capital market) dan asuransi. Hal ini
memunculkan universal banking. Namun, krisis keuangan
global membuktikan bahwa konvergensi ini menjadikan
perbankan semakin berisiko. Peningkatan risiko ini
memerlukan manajemen risiko yang lebih canggih.
9
Latar Belakang Manajemen Risiko Bank
10. Risk is “uncertainty that an asset will earn en
expected rate of return, or that a loss may occur”
(Dictionary of Banking Terms, Fitch, 1993).
Dengan demikian, risiko menyangkut suatu
ketidakpastian, atau kemungkinan terjadinya suatu
kerugian.
Kata “risk” berasal dari bahasa Italia “risicare” yang
berarti “to dare” (Bernstein, 1998). Oleh karena itu,
risiko lebih merupakan suatu pilihan (a choice), yaitu
pilihan untuk berani mengambil atau tidak mengambil
risiko.
10
Pengertian Risiko
12. PENGERTIAN SETIAP JENIS
RISIKO
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah
atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan
rekening administratif akibat perubahan harga pasar,
antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset
yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
3. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat
ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank.
13. PENGERTIAN SETIAP JENIS
RISIKO
4. Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang
diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai,
kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
system, dan/atau adanya kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank.
5. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi
negatif terhadap Bank.
7. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan
stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.
14. PENGERTIAN SETIAP JENIS
RISIKO
8. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak
mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku,
serta Prinsip Syariah.
9. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah
Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi
perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari
penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku
nasabah dana pihak ketiga Bank.
10. Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah
Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha
nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil
berbasis profit and loss sharing.
15. Contoh Bentuk Risiko
1. Risiko Kredit.
Bank memberikan kredit kepada Nasabah.
Bank menempatkan dana antar Bank.
2. Risiko Pasar.
Bank membeli obligasi negara dgn harga
tetap, ketika harga obligasi akan turun
apabila suku bunga pasar meningkat.
Bank membeli valuta USD, yg nilai dlm
Rupiah akan menurun apabila nilai tukar
USD melemah terhadap Rupiah
3. Risiko Likuiditas.
Bank kalah kliring.
Bank tidak dapat memenuhi permintaan
penarikan dana masyarakat yg terjadi
secara tiba2.
Bank tidak dapat memperoleh pinjaman
dana dari bank lain pada saat bank
memerlukan likuiditas.
4. Risiko Operasional.
Pemalsuan Bilyet Deposito
Kesalahan posting uang ke rekening
nasabah.
Banjir, Tsunami, Gempa Bumi.
5. Risiko Hukum.
Nasabah menuntut bank, karena salah
posting jumlah Rupiah ke rekening
nasabah.
6. Risiko Reputasi.
Penagihan kartu kredit dilakukan oleh
pihak ketiga dengan cara kekerasan.
7. Risiko Strategik.
Bank gagal memasarkan produk mikro.
8. Risiko Kepatuhan.
Bank tidak mengirimkan Laporan Profil
Risiko kepada regulator.
9. Risiko Imbal Hasil.
Meningkatnya pembiayaan non-perform
sehingga banyak margin atau bagi hasil
dari nasabah piutang/pembiayaan tidak
terbayar.
Penempatan surat berharga yang
pembayaran margin tidak dilakukan setiap
bulan.
10.Risiko Investasi.
Bank gagal mendapatkan informasi biaya
produksi dari usaha nasabah.
16. Perlunya Manajemen Risiko
Penciptaan industri perbankan yang semakin sehat
Memenuhi tuntutan lingkungan internal & external perbankan.
Meningkatkan Shareholder value & memberikan gambaran
mengenai potensi kerugian dimasa mendatang.
Mempermudah regulator dlm penilaian terhadap kemungkinan
kerugian yg dihadapi bank yg dapat mempengaruhi
permodalan bank.
Lingkungan internal dan eksternal yang berkembang
dengan pesat disertai dengan risiko kegiatan usaha bank
yang semakin kompleks, menuntut bank menerapkan
manajemen risiko secara disiplin & konsisten.
17. Proses Manajemen Risiko
identifikasi & analisa :
sumber risiko yg melekat pd
seluruh aktivitas bank :
fungsional, produk, proses &
sistem informasi, baik yg
disebabkan oleh faktor
internal/eksternal yg
berdampak negatif terhadap
pencapaian sasaran
organisasi.
Metode Kuantitatif
dan/atau Kualitatif
Pengukuran parameter yg
mempengaruhi eksposur
risiko yaitu kemungkinan
terjadinya risiko (likelihood)
& dampak negatif (impact)
Mengurangi atau
menghilangkan risiko,
sesuaikan dengan eksposur
& tingkat risiko yg akan
diambil & toleransi risiko
bank
Pemantauan besarnya eksposur
risiko, toleransi risiko, kepatuhan
limit internal, & hasil stress testing
maupun konsistensi pelaksaan
dengan kebijakan & prosedur yg
ditetapkan
19. Tata Kelola Sistem Manajemen
Risiko
Shareholder Komisaris Direksi Stakeholder
20. Contoh KASUS PENILAIAN risiko
P Arief memproduksi air minum dalam kemasan yang berasal dari
mata air yang ada di tanah miliknya di sebuah desa di kaki Gunung
Ciremai.
Air yang diproduksi dengan teknologi air isi ulang berskala IRT
tersebut hanya di pasarkan di Kuningan dengan merk CAI dengan
kemasan 240 ml, 330 ml, 600 ml, 1 L dan dalam Galon.
Walaupun CAI belum memiliki izin PIRT maupun bersertifikat SNI
namun sangat laku di pasaran dengan omzet Rp 30 juta/bulan.
P Arief berfikir untuk mengembangkan usahanya ke kota Cirebon,
Indramayu, Brebes dan Majalengka sehingga merencanakan untuk
mengajukan kredit ke bank untuk membangun pabrik air minum
dalam kemasan yang membutuhkan dana sekitar Rp 1 Milyar.
Salah seorang teman SMA nya yang berkeja di bank menyarankan
agar disiapkan dulu proposal dan dokumen yang diperlukan
termasuk analisa risikonya agar perbankan bisa menyetujui proposal
kreditnya.
21. Contoh KASUS PENILAIAN risiko
1. Identifikasi Risiko
Dari hasil diskusi dengan beberapa teman
diperoleh info risiko yang dihadapi:
a. Meningkatnya kasus keracunan pangan akibat air
minum
b. Pemda dan Kemendag sedang rutin melakukan
pengawasan izin dan sertifikat SNI terhadap
AMDK
c. Teknologi air minum yang tersedia di daerahnya
terkadang kurang efisien dan higienis
d. Persaingan AMDK yang bermerk nasional cukup
ketat
e. Ada isu Pemda Jabar akan mengeluarkan Perda
terkait pungutan terhadap air tanah
22. Contoh KASUS PENILAIAN risiko
2. Analisa Risiko
Adapun untuk penilaian
dampak/konsekuensi risikonya
menggunakan pendekatan kualitatif:
Tingkat
Risiko
Deskripsi Dampak
1 Tidak
Signifikan
Dampak biaya tidak signifikan
2 Minor Dampak biaya <=10%
3 Moderat Dampak biaya >10 – <=20%
4 Mayor Dampak biaya >20 – <=40%
5 Katastropik Dampak biaya >40%
23. Contoh KASUS PENILAIAN risiko
2. Analisa Risiko
Adapun untuk penilaian
probabilitas/frekuensi risikonya:
Tingkat
Risiko
Deskripsi Probabilitas Kejadian
1 Sangat Rendah Diperkirakan tidak terjadi
2 Rendah Diperkirakan bisa terjadi
3 Mungkin Bisa terjadi atau tidak terjadi
4 Tinggi Sangat mungkin terjadi
5 Sangat Tinggi Pasti terjadi
24. Contoh KASUS PENILAIAN risiko
2. Analisa Risiko
Adapun matriks dampak dan
frekuensinya:
No Risiko Dampak Probabilitas
/ frekuensi
Skor
Risiko
1 Meningkatnya
kasus keracunan
pangan
Biaya penanganan
sanitasi naik (3)
Mungkin (3) 9
2 Pengawasan AMDK
oleh Pemerintah
Peredaran CAI
distop (5)
Tinggi (4) 20
3 Teknologi yang
dipakai kurang
efisien
Biaya produksi naik
(2)
Tinggi (4) 8
4 Persaingan pasar Pasar kurang
merespon (2)
Rendah (2) 4
5 Penerapan Perda
pungutan air tanah
Biaya produksi naik
(2)
Tinggi (4) 8
25. Contoh KASUS PENILAIAN risiko
3. Evaluasi Risiko
Adapun hasil evaluasi risikonya ditetapkan
menangani yang moderat dan tinggi (risk
apetite):
Tidak
Signifikan
Minor Moderat Mayor Katas-
tropik
Sangat Tinggi
Tinggi 3 & 5 2
Mungkin 1
Rendah 4
Sangat
Rendah
Dampak/konsekuensi
Probabilitas/frekuensi
Tinggi
Moderat
Rendah
26. Contoh KASUS PENILAIAN risiko
4. Penanganan Risiko
Hasil diskusi terhadap penanganan
risikonya:
No
Risiko
Koring
Risiko
Respon Rencana Penaganan
1 9 Mitigasi Perbaikan system dan
teknologi sanitasi
2 20 Hindari Mengurus izin SIUP/TDP/MD
dan sertifikat SNI
3 8 Mitigasi Melakukan benchmark dan
seleksi teknologi proses
4 4 Terima
5 8 Mitigasi Lobby ke asosiasi dan DPRD