SlideShare a Scribd company logo
1 of 216
PEMBEKALAN UJIAN SERTIFIKASI
MANAJEMEN RISIKO TINGKAT 1
MATERI III
PENJELASAN RINCI
Table of Content :
Bab 2 : Evolusi Manajemen Risiko & Regulasi Perbankan
Bab 3 : Perkembangan Pengawasan Bank Berbasis Risiko
Bab 4 : Karakteristik Risiko Pasar & Risiko Treasury
Bab 5 : Karakteristik Risiko Kredit
Bab 6 : Karakteristik Risiko Operasional
Bab 7 : Pengantar Supervisory Review & Persyaratan Disclosure
Bab 8 : Corporate Governance bagi Bank
Bab 9 : Kerangka Kerja Regulasi di Indonesia
Bab 1 : Karakteristik Risiko & Regulasi Perbankan
Bab 1
Karakteristik Risiko
&
Regulasi Perbankan
4
1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi
Bank
Perusahaan Jasa
Keuangan
Lembaga yang diberikan izin
oleh otoritas perbankan
untuk :
• Menerima Simpanan
• Memberikan Kredit
• Menerima & menerbitkan
Cek.
Lembaga yang menawarkan
produk keuangan, seperti :
• Mortgage
• Dana Pensiun
• Asuransi
• Obligasi.
5
1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi
PJK
BANK
BANK
PJK
PJK = Perusahaan Jasa Keuangan
√
6
1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi
Definisi Risiko
Kamus Sertifikasi
Peluang terjadinya bencana
atau kerugian.
Peluang terjadinya hasil
(outcome) yang buruk.
Kejadian Risiko (risk event) : Terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan
potensi kerugian (outcome yang buruk).
Risiko Kerugian : Kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi langsung ataupun
tidak langsung dari kejadian risiko (bersifat finansial atau non-finansial).
7
Struktur Modal
Menunjukkan cara yang ditempuh bank
untuk memperoleh pendanaan, umumnya
dilakukan melalui kombinasi penerbitan
saham, obligasi dan penerimaan pinjaman.
1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi
Regulasi
Produk Non-Finansial Produk Finansial
Regulasi diterapkan untuk
produk dan jasanya.
Regulasi diterapkan untuk :
• Produk & jasa
• Institusi.
8
Contoh : Struktur modal sebuah bank (Jutaan USD)
1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi
Aktiva Jumlah
Bobot
Risiko (%)
ATMR
Obligasi pemerintah domestik 100 0 0
Kas 10 0 0
Kredit kepada bank lain < 1 tahun 200 20 40
Kredit kepada usaha kecil &
menengah
390 100 390
Kredit kepada pemerintah daerah 200 50 100
Kredit kepada perusahaan
internasional berskala besar
100 100 100
Total 1.000 630
Kewajiban Jumlah
Modal 80
Simpanan nasabah 820
Kredit dari bank lain 100
Total 1.000
Rasio regulatory capital
8% dari ATMR
x 8% = USD 50.4m
9
1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi
Basel II maupun sertifikasi berkaitan dengan
regulasi bank dan bukan regulasi industri jasa
keuangan.
Khusus untuk Uni Eropa (EU), Basel II akan
mencakup lembaga-lembaga pemberi credit
(credit institution) dan perusahaan investasi
(investment firm) yang masing-masing
berjumlah sekitar 8.800 dan 2.200 perusahaan.
10
Risiko Sistemik
Risiko dimana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang
menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya
dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh pegawai,
nasabah dan pemegang saham -- (bank rush).
Jika bank
gagal ???
1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?
Risiko Sistemik
Kebutuhan untuk meregulasi bank sebagai sebuah institusi bermula dari
adanya risiko yang melekat (inherent) pada sistem perbankan, yaitu :
Bank menawarkan sebuah produk yang digunakan oleh setiap nasabah,
baik komersial maupun perorangan, yaitu uang.
11
1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?
Sebelum tahun 1930-an, permasalahan pada solvabilitas bank, bahkan
bank rush, cukup sering terjadi. Keadaan ini mendorong pemerintah
untuk mengendalikan bank melalui regulasi, dengan memastikan
bank memiliki modal dan likuiditas yang cukup.
Otoritas pengawas perbankan berupaya memastikan agar bank dapat :
• Memenuhi permintaan deposan (pada tingkat yang wajar) untuk
mendapatkan uangnya kembali tanpa menarik kembali kredit yang
telah diberikan.
• Mempertahankan tingkat kerugian yang wajar akibat kredit macet
atau siklus penurunan kegiatan ekonomi.
12
Semakin besar risiko yang dihadapi bank, maka semakin besar
pula modal yang dibutuhkan.
Bank diwajibkan untuk memiliki modal yang cukup untuk
menutupi risiko yang dihadapi (kecukupan modal  capital
adequacy).
Tingkat modal harus didasarkan pada tingkat risiko (modal
berbasis risiko/risk-based capital).
1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?
13
1.1.3. Regulasi Bank
Basel I
The Basel Committee on Banking Supervision untuk pertama
kalinya menawarkan suatu metodologi standar perhitungan jumlah
modal berbasis risiko yang harus dimiliki sebuah bank, yaitu dengan
menerbitkan : Basel Capital Accord I, pada tahun 1988.
Basel Accord I hanya mencakup risiko kredit. Diperkenalkan
berbagai multiplier (bobot risiko/risk weight) sederhana, masing-
masing untuk : utang pemerintah, utang bank, dan utang
perusahaan dan pribadi, dikalikan dengan 8% target rasio modal.
14
1.1.3. Regulasi Bank
The Market Risk Amendment
Otoritas pengawas perbankan di beberapa negara berupaya
menyempurnakan Accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap
risiko.
Hal tersebut banyak mendapatkan dorongan dan dukungan karena
adanya :
• Pertumbuhan pasar derivatif
• Option pricing model yang terkait langsung dengan volatilitas
pengembalian (return) dari instrumen pasar yang menjadi
underlying dengan nilai instrumen tersebut.
The Basel Committee menerbitkan The Market Risk Amendment
terhadap Basel Accord I pada tahun 1996 untuk memperhitungkan
risiko pasar (menggunakan model Value at Risk (VAR)).
15
Basel II
The Basel Committee selanjutnya mengembangkan Basel Capital
Accord II. Setelah melalui berbagai konsultasi dan pembahasan,
Accord baru tersebut diadopsi pada tahun 2004 dan dijadwalkan
untuk diimplementasikan pada tahun 2006 – 2007.
Basel II menghubungkan secara langsung antara modal bank
dengan risiko yang dimiliki.
Cakupan risiko pasar dalam Basel II secara substansial tidak
berubah dari The Market Risk Amendment tahun 1996 dan
penyempurnaannya.
Cakupan risiko kredit disempurnakan agar sejalan dengan The
Market Risk Amendment. Bank disarankan menggunakan
pendekatan berbasis model dalam penentuan tingkat risiko kredit &
otoritas pengawas disarankan untuk melakukan penilaian terhadap
model tersebut.
1.1.3. Regulasi Bank
16
Basel II, lanjutan……
Risiko operasional untuk pertama kalinya menjadi bagian
pembahasan, penghitungannya diarahkan menggunakan
pendekatan model.
Basel II Accord juga mempertimbangkan perlunya memasukkan
risiko-risiko lainnya dalam perhitungan modal berbasis risiko, namun
risiko-risiko tersebut tidak dicakup oleh pendekatan model.
Otoritas pengawas perbankan masing-masing negara akan
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan Basel II sesuai
dengan undang-undang dan regulasi yang berlaku di negaranya.
Konsistensi implementasi Basel II di setiap negara bermanfaat untuk
menghindari timbulnya ketidakjelasan sebagai akibat adanya
pelaporan ganda, yaitu kepada otoritas pengawas perbankan di
mana bank didirikan (home country) & di mana bank memiliki
cabang/anak perusahaan (host country).
1.1.3. Regulasi Bank
17
Basel II, lanjutan……
Perbandingan kedua Accord :
1.1.3. Regulasi Bank
• Fokus pada satu cara
pengukuran risiko,
• Pendekatan sederhana
terhadap sensitivitas
risiko,
• Pendekatan one-size-
fits-all (penghitungan
risiko & modal).
Basel I Accord
• Fokus pada metodologi
internal,
• Memiliki tingkatan
sensitivitas risiko yang
lebih tinggi,
• Mudah disesuaikan
dengan kebutuhan
masing-masing bank..
Basel II Accord
18
Basel II, lanjutan……
Jenis-jenis risiko utama dalam Basel II Accord :
Risiko Pasar
Risiko Kredit
Risiko Operasional
Risiko-risiko „lainnya‟.
1.1.3. Regulasi Bank
19
Tingkat suku bunga
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan risiko pasar?
Risiko pasar (market risk) merupakan risiko kerugian baik pada posisi
on- maupun off-balance sheet yang timbul dari pergerakan
Traded market risk : Bank secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan
instrumen pasar (seperti obligasi) yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan nilai
pasar.
Interest rate risk in the banking book : Bank menghadapi risiko perubahan
suku bunga pasar karena struktur underlying kegiatan usahanya.
Kurs Valuta Asing
Ekuitas
Komoditi
harga pasar.
1.2 Risiko Pasar
20
1.2.2. Imbal Hasil (Yield Curve)
Yield Curve
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y
Maturity
Interestrate
Imbal hasil (yield curve) menunjukkan hubungan antara tingkat suku
bunga efektif dengan tanggal jatuh tempo suatu investasi pada
waktu tertentu.
21
1.2.3. Traded Market Risk
Traded market risk : Risiko kerugian nilai investasi yang terkait dengan
pembelian dan penjualan (trading) instrumen keuangan di pasar secara
berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan.
Contoh :
Bank A memperdagangkan obligasi pemerintah yang memiliki tingkat
suku bunga tetap untuk periode lima tahun. Nilai obligasi itu akan
dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga.
100 5%
95
6%105
4%
Nilai Bond Suku Bunga
Jika Suku Bunga
Pasar Turun
Jika Suku Bunga
Pasar Naik
Bond Fixed Rate
22
1.2.4. Interest Rate Risk In The Banking Book
Interest rate risk in the banking book timbul sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan bank dengan nasabahnya yang merupakan konsekuensi
logis dari pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari.
Deposan Bank A Debitur
Contoh :
fixed
rate
floating
rate
Deposito Kredit
23
1.2.4. Interest Rate Risk In The Banking Book
Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh bank dalam melakukan
lindung nilai (hedging) atas posisi mismatch dalam contoh di atas :
Mengubah model kegiatan usaha sehari-hari dengan menawarkan
suku bunga yang sama untuk dana yang dihimpun dan kredit yang
diberikan,
Menempatkan dana pada bank lain dan melakukan penghimpunan
dana dari bank lain berjangka waktu sama dengan kredit yang
diberikan,
Jika tersedia pasar derivatif, melakukan transaksi swap dengan
bank lain.
24
1.3.1. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?
Risiko kredit (credit risk) merupakan risiko kerugian yang terkait
dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya
atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.
Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan :
• kredit yang diberikan oleh bank
• obligasi yang dibeli
• kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam kontrak derivatif.
Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi
risiko kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang
diberikan bank dan oleh karenanya kerugian pada kredit dapat
menghancurkan modal bank dalam waktu singkat.
tidak dapat dibayarkan kembali.
1.3 Risiko Kredit
25
Beberapa teknik dan kebijakan untuk me-mitigasi risiko kredit :
Model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan,
Manajemen portofolio kredit,
Sekuritisasi,
Agunan,
Pengawasan arus kas,
Manajemen pemulihan (recovery management).
1.3.2. Metode pengelolaan risiko kredit
26
Model pemeringkatan kredit dapat digunakan sebagai sarana untuk
menetapkan kemungkinan terjadinya default.
Dalam hal ini bank melakukan kalibrasi risiko yang akan
memungkinkan bank untuk menetapkan suatu probabilitas tertentu
untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan (probability of default).
Cara ini memungkinkan bank untuk menghindari konsentrasi
portofolio kredit bank pada kredit berkualitas buruk yang memiliki
kemungkinan default yang tinggi.
Basel II secara spesifik membahas model pemeringkatan sebagai
bagian kerangka kerja risiko kredit.
1.3.3. Model pemeringkatan (grading model)
27
Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio kreditnya untuk
memberikan keyakinan bahwa kredit yang diberikan tidak terlalu
terkonsentrasi.
Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada
portofolio kreditnya, sehingga risiko terjadinya default yang bersifat
sistemik dapat ditekan.
Analisis seperti ini dikenal sebagai cohort analysis.
1.3.4. Manajemen Portofolio Kredit
28
Salah satu teknik yang digunakan bank untuk melindungi dirinya
dari gejolak ekonomi adalah dengan mengemas dan menjual
sebagian portofolio kreditnya kepada investor dalam bentuk surat
berharga.
Teknik ini dikenal sebagai Sekuritisasi.
Sekuritisasi memungkinkan bank :
mengurangi potensi eksposur yang tinggi pada suatu jenis kredit
tertentu atau konsentrasi risiko yang paling tinggi,
melakukan investasi pada aktiva lain yang dianggap memiliki
risiko yang lebih rendah.
1.3.5. Sekuritisasi
29
Agunan merupakan aktiva yang diperjanjikan oleh debitur untuk
mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal terjadi default.
Bank perlu memastikan bahwa agunan yang diterima benar-benar
dapat digunakan untuk memitigasi risiko saat debitur mengalami
default.
Basel I sangat membatasi jenis agunan yang dapat diakui.
Basel II mengakui jenis agunan yang lebih beragam, khususnya
pada pendekatan Internal Rating-Based (IRB) dalam risiko kredit.
1.3.6. Agunan (collateral)
30
Bank-bank yang mengalami tingkat default yang tinggi menurunkan
risiko kreditnya dengan cara :
membatasi tingkat eksposur (EAD/Exposure at Default), dan
memastikan bahwa nasabah bereaksi cepat terhadap keadaan
yang berubah.
Arus kas perusahaan dan perorangan dapat tercermin dalam
rekening bank mereka.
1.3.7. Monitoring Arus Kas
31
Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami
default dapat menghasilkan pemulihan (recovery) yang cukup besar
dibandingkan tingkat kerugian semula.
Loss given default (LGD) adalah perkiraan kerugian yang akan
diderita bank sebagai akibat terjadinya default.
Nilai LGD dalam pendekatan Advanced IRB secara langsung
dipengaruhi oleh estimasi bank mengenai jumlah yang dapat
dipulihkan dari suatu kredit yang mengalami default.
1.3.8. Manajemen Pemulihan
32
Risiko Operasional adalah risiko yang diakibatkan oleh kegagalan
atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau
sebagai akibat dari kejadian eksternal.
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
Proses internal
Manusia
Sistem
Kejadian eksternal
Hukum dan regulasi (risiko legal)
Sub-kategori risiko operasional :
1.4 Risiko Operasional
33
Contoh – contoh kejadian risiko operasional :
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
34
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
Definisi Basel II tentang risiko operasional
tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan
reputasi.
Tetapi, Basel II memberikan ruang bagi jenis
risiko lain untuk dipertimbangkan pada saat
menghitung modal bank berbasis risiko.
Risiko operasional terutama terkait dengan berbagai masalah yang
dapat diakibatkan oleh kegagalan proses di bank.
Risiko operasional adalah risiko terpenting yang sehari-harinya
dapat mempengaruhi para nasabah.
35
Permasalahan sehari-hari yang terkait kegagalan operasional :
Kegagalan rekonsiliasi,
Kesalahan dalam pelaksanaan/pencatatan transaksi,
Kegagalan balancing,
Sistem gagal (upgrade system),
Listrik padam,
Banjir.
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
36
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
Selama 15 tahun terakhir terdapat peningkatan
jumlah kejadian risiko operasional yang high
profile (LFHI).
Melalui Basel II, untuk pertama kalinya Bank
diminta mengkuantifikasi, mengukur, dan
mengalokasikan modal untuk mengantisipasi
risiko operasional.
37
Risiko operasional bukan merupakan kelompok risiko baru.Terdapat
perubahan karakteristik risiko operasional, kejadian low-cost error
kejadian LFHI.
1.4.2. Perubahan tampilan risiko operasional
Beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah :
Otomatisasi,
Ketergantungan pada teknologi,
Outsourcing,
Terorisme,
Meningkatnya globalisasi,
Insentif dan trading-‟rouge
trader‟,
Meningkatnya volume dan
nilai transaksi,
Meningkatnya litigasi.
38
Bank harus mempertimbangkan berbagai risiko saat menghitung
modal berbasis-risiko.
Tiga risiko yang termasuk dalam kategori risiko-risiko „lainnya‟ :
1. Risiko Bisnis,
2. Risiko Strategis,
3. Risiko Reputasi.
1.5. Risiko-risiko lainnya
39
Risiko bisnis merupakan risiko yang terkait dengan posisi
kompetitif bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar
yang senantiasa berubah.
1.5.1. Risiko Bisnis
Risiko bisnis meliputi prospek jangka pendek dan jangka panjang
terhadap produk dan jasa yang ada.
Contoh :
BestBank of Boulder, Colorado dilikuidasi karena rugi ± USD.200
juta.
Kerugian timbul akibat kebijakan bank yang menyediakan fasilitas
kartu kredit kepada debitur berkualitas rendah.
40
Risiko strategis merupakan risiko yang terkait dengan keputusan
bisnis jangka panjang yang diambil oleh direksi bank.
Risiko strategis juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi
tersebut.
1.5.2. Risiko Strategis
Risiko strategis dan risiko bisnis berbeda dalam durasi dan
pentingnya keputusan tersebut.
Risiko strategis umumnya terkait dengan keputusan :
Bisnis yang akan dijadikan investasi,
Bisnis yang akan diakuisisi, dan/atau
Bisnis yang akan ditutup/dijual dan batasan-batasannya.
41
Risiko reputasi merupakan risiko terjadinya kerusakan bagi
perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negatif.
1.5.3. Risiko Reputasi
Pasar keuangan global dan trading 24 jam sehari menyebabkan
risiko reputasi sebuah bank meningkat dalam hal severity maupun
kecepatan terjadinya kerugian.
Risiko reputasi tidak terbatas hanya pada reputasi dari sebuah
bank saja, namun dapat mencakup keseluruhan sektor industri
perbankan.
42
1.6.1. Dampak risiko
Selain kerugian keuangan secara langsung,
kejadian risiko pada bank dapat berdampak
pada perekonomian dan stakeholder bank
tersebut :
1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan
43
Dampak yang dapat dialami oleh pada pemegang saham ketika
bank gagal mengelola risiko :
1.6.2. Dampak pada para pemegang saham
Kehilangan nilai investasi secara keseluruhan
Penurunan nilai investasi
Kehilangan deviden
Tanggung jawab terhadap kerugian.
44
Dampak yang dapat dialami oleh pegawai ketika bank gagal
mengelola risiko :
1.6.3. Dampak pada pegawai
Tindakan disipliner secara internal (kelalaian/sengaja)
Berkurangnya pendapatan
Kehilangan pekerjaan.
45
Dampak yang dapat dialami oleh nasabah ketika bank gagal
mengelola risiko :
1.6.4. Dampak pada nasabah
Penurunan tingkat pelayanan nasabah
Pengurangan ketersediaan produk
Krisis likuiditas
Perubahan regulasi.
46
Risiko yang paling mempengaruhi nasabah sehari-hari adalah risiko
operasional.
Dampak langsung akibat kejadian risiko operasional bagi nasabah :
1.6.5. Risiko operasional dan pelayanan nasabah
Terhentinya pelayanan.
Pelayanan yang keliru/berkualitas buruk
Gangguan pelayanan
Keamanan yang kurang
Jenis kerugian keuangan bagi bank :
• Pembayaran ganti rugi
• Biaya litigasi
• Denda/sanksi dari regulator.
47
Banyak krisis perbankan yang dapat dikaitkan dengan
permasalahan klasik „pemberian kredit berlebihan‟ (over-lending)
dalam kondisi ekonomi yang sedang tumbuh pesat (booming).
1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
Bank yang over-lending pada saat ekonomi
tumbuh (boom) akan mengalami under-
lending pada kejadian resesi yang muncul
sesudahnya.
48
Sarbanes-Oxley (SOX)
Otoritas seringkali menerbitkan regulasi baru sebagai respon dari
masalah tertentu.
Salah satunya adalah Sarbanes-Oxley di AS pada tahun 2002
yang merupakan undang-undang untuk akuntabilitas korporasi.
Undang-undang tersebut terkait skandal akuntansi yang
berhubungan dengan jatuhnya perusahaan seperti Enron dan
WorldCom.
1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
49
International Accounting Standards (IAS)
IAS mulai diperkenalkan secara meluas pada tahun 2005 – 2006,
khususnya di Uni Eropa.
Standar ini akan mempengaruhi cara bank-bank mencatat, antara
lain , hedging risiko tingkat suku bunga underlying dalam banking
book.
IAS kemungkinan juga akan mempengaruhi pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan bank (Pilar 3 Basel II).
1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
50
Undang-undang perbankan tahun 1992 dan 1998 menetapkan dua
jenis bank di Indonesia :
1.7.1. Sistem Perbankan Indonesia
Bank Umum menawarkan berbagai jasa keuangan, termasuk
transaksi devisa, memiliki akses terhadap sistem pembayaran
dan menyediakan pelayanan perbankan secara umum.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) jauh lebih kecil daripada bank
umum dan umumnya beroperasi di wilayah tertentu saja. BPR
menerima simpanan nasabah, namun tidak memiliki akses
terhadap sistem pembayaran.
Selain itu, terdapat lembaga-lembaga kecil non-bank, seperti
Badan Kredit Desa (BKD) serta Lembaga Dana dan Kredit
Pedesaan (LDKP)
1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia
51
Garis besar UU dan regulasi yang telah diimplementasikan sejak
tahun 1998 :
1.7.2. Regulasi Perbankan
UU Bank Indonesia
(1999)
Menetapkan Bank Indonesia sebagai bank
sentral yang independen. Menetapkan tujuan
dan tugas Bank Indonesia.
Peraturan Tujuan
UU Perbankan 1998
(Perubahan UU
perbankan1992)
Mendefinisikan tiap jenis bank dan
persyaratan serta pembatasan yang berlaku
untuk tiap jenis bank.
52
1.7.2. Regulasi Perbankan
Peraturan Tujuan
PBI tentang Audit &
Kepatuhan (1999)
Mendefinisikan kebutuhan fungsi audit dan
kepatuhan di bank.
PBI tentang Bank
Umum (2000)
Menentukan persyaratan perizinan dan
operasional bank umum.
PBI tentang Know
Your Customer (2001)
Mendefinisikan prosedur dan praktek yang
harus digunakan bank untuk mengenali
nasabah dan memonitor aktivitas rekeningnya.
PBI tentang Uji
Kelayakan dan
Kepatutan (2003)
Menetapkan uji kelayakan dan kepatutan yang
dilaksanakan BI untuk pemegang saham
pengendali dan manajemen senior bank.
53
1.7.2. Regulasi Perbankan
Peraturan Tujuan
PBI tentang Risiko
Pasar (2003)
Menetapkan persyaratan modal minimum untuk
bank umum dengan memperhatikan posisi risiko
pasarnya.
PBI tentang
Manajemen Risiko
(2003)
Menetapkan persyaratan infrastruktur
manajemen risiko bank.
PBI tentang Rencana
Bisnis Bank Umum
(2004)
Mewajibkan bank umum untuk menyusun dan
menyampaikan rencana bisnis jangka pendek
dan menengah.
54
1.7.2. Regulasi Perbankan
Peraturan Tujuan
PBI tentang Batas
Maksimum
Pemberian Kredit
(2005)
Menetapkan batasan konsentrasi risiko dalam
portofolio kredit bank.
PBI tentang Sistem
Informasi Debitur
(2005)
Mempersyaratkan bank untuk menyampaikan
informasi mengenai seluruh debiturnya kepada
pusat informasi kredit.
PBI tentang
Sekuritisasi Aset
(2005)
Menetapkan prinsip-prinsip yang harus diikuti
oleh bank dalam menggunakan dan
melaksanakan sekuritisasi aset.
55
1.7.2. Regulasi Perbankan
Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur
Perbankan Indonesia yang menetapkan
arah, garis besar dan struktur perbankan
untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Cakupan sasaran API :
• Memperkuat struktur perbankan nasional
• Meningkatkan kualitas pengaturan perbankan
• Meningkatkan fungsi pengawasan
• Meningkatkan kualitas manajemen dan operasional bank
• Mengembangkan infrastruktur perbankan
• Meningkatkan perlindungan nasabah.
End of
Chapter 1
Bab 2
Evolusi Manajemen Risiko
&
Regulasi Perbankan
58
Bank bersifat khusus karena permasalahan dalam sektor
perbankan dapat menimbulkan dampak serius pada perekonomian
secara keseluruhan.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Deposan Bank A Debitur
Default????
Bank sebagai Lembaga Intermediasi
Highly Geared
2.1 Mengapa bank bersifat „khusus‟ dan harus diregulasi
59
Gearing merupakan rasio utang perusahaan terhadap jumlah
modal yang dimilikinya.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Gearing =
Modal
Utang
Highly geared /
Highly leveraged
60
Modal
- Sumber daya terpenting untuk menjamin terjaganya solvabilitas,
- Sumber daya finansial „siap pakai‟ untuk menyerap kerugian.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Insolvabilitas
Merupakan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kembali klaim jenis apapun pada saat jatuh tempo.
Krisis solvabilitas pada sebuah bank dapat menyebabkan
gangguan kecil pada kegiatan ekonomi. Namun, jika krisis
tersebut menimpa seluruh sektor perbankan, maka seluruh
perekonomian dapat terkena dampaknya.
61
Bank Sentral sebagai Lender of The Last Resort
Dengan pertimbangan untuk melindungi kepentingan masyarakat,
bank dengan status khususnya dapat sewaktu-waktu meminta
dukungan dari Bank Sentral.
Bank Sentral memberikan dukungan melalui perannya sebagai
„Lender of The Last Resort‟.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Sebagai lender of the last resort, Bank Sentral siap menyediakan
dana bagi bank umum untuk menjamin agar keadaan insolvabel
maupun krisis likuiditas yang dialami bank umum tidak berubah
menjadi krisis ekonomi.
62
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Stabilitas Keuangan
Merupakan terjaganya keadaan dimana kapasitas lembaga
keuangan dan pasar untuk menyelenggarakan kegiatan
penyimpanan dana secara efisien, menyediakan likuiditas dan
mengalokasikan investasi tidak terganggu.
Stabilitas Moneter
Merupakan stabilitas dalam nilai uang, (yaitu inflasi yang rendah
dan stabil).
Liberalisasi Keuangan
Alasan utama mengapa kebijakan moneter yang berhasil tidak
menyebabkan terjadinya stabilitas keuangan adalah adanya
„gelombang‟ liberalisasi.
63
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Inovasi Produk Keuangan
Liberalisasi sektor keuangan juga memicu inovasi pesat produk
keuangan seperti futures dan opsi serta sekuritisasi aset.
Produk-produk ini meningkatkan kemampuan bank untuk
memindahkan risiko kepada sesama bank dan investor pasar
lainnya.
Perkembangan Internasional
Kendali atas kompetisi lintas-perbatasan juga ikut terkena pengaruh
liberalisasi sebagai dampak perdagangan bebas global.
Liberalisasi kendali lintas-perbatasan memperkuat hubungan
keuangan antara lembaga-lembaga keuangan, pasar dan negara.
64
2.2.1. Sasaran dari Basel I
The Basel Committee on Banking Supervision didirikan tahun 1974
oleh gubernur-gubernur bank sentral dari Group of Ten (G10), untuk
memberikan perhatian pada regulasi perbankan dan praktek-
praktek otoritas perbankan.
BCBS terdiri dari perwakilan bank sentral dan otoritas perbankan
dari 11 anggota G10 ditambah Spanyol dan Luxembourg. Anggota
BCBS terdiri dari negara-negara berikut :
Belgia
Italia
Swiss
Luxembourg
Kanada
Jepang
Inggris
Perancis
Belanda
Amerika Serikat
Jerman
Swedia
Spanyol
2.2 Basel Accord orisinal dan kecukupan modal untuk risiko kredit
65
2.2.1. Sasaran dari Basel I
Tiga sasaran utama Basel I Accord :
Memperkuat kesehatan dan stabilitas sistem perbankan
internasional,
Menciptakan kerangka kerja yang seimbang untuk mengukur
kecukupan modal dari bank yang aktif secara internasional,
Menerapkan kerangka kerja tersebut secara konsisten demi
mengurangi ketidaksetaraan kompetitif antar bank yang aktif
secara internasional.
66
2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko
Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR/risk-weighted asset
(RWA)) merupakan aktiva neraca dikalikan dengan bobot risikonya.
ATMR digunakan dalam penyusunan neraca berisiko, yang
akhirnya digunakan untuk mendapatkan persyaratan modal.
Sistem yang ditemukan Basel Committee dalam menentukan
tingkat ATMR didasarkan pada konsep pembobotan risiko
berdasarkan serangkaian faktor.
Bobot risiko ini didasarkan pada risiko kredit relatif dari masing-
masing kelas aktiva.
67
2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko
Bobot yang digunakan adalah :
0%, 10%, 20%, 50% dan 100%.
Menurut Basel I, beberapa bobot risiko merupakan diskresi otoritas
perbankan setempat.
Untuk mendapatkan neraca dengan bobot faktor risiko, setiap
instrumen kontrak (seperti pinjaman) dikelompokkan menjadi lima
kategori berdasarkan kualitas kredit si debitur selama jangka waktu
kontrak itu.
68
2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko
*) OECD = The Organization for Economic Co-operation and Development (30 negara).
Kelas aktiva Bobot risiko(%)
Kas 0
Pemerintah pusat OECD* dan domestik 0
Pemerintah OECD 0
Pemerintah daerah dan sektor publik OECD dan domestik 0 – 50
Antarbank (OECD) dan bank perkembangan internasional 20
Bank non-OECD < 1 tahun 20
Pemberian kredit perumahan (charge pertama atas properti hunian) 50
Kredit perorangan tanpa agunan dan kredit korporasi 100
Bank non-OECD > 1 tahun 100
Pemerintah non-OECD 100
Tabel Bobot Risiko
69
2.2.3. Target rasio permodalan
Target rasio modal (target capital ratio) adalah rasio modal yang
memenuhi syarat ATMR bank internasional.
Basel Committee menetapkan target rasio modal minimum sebesar
8%. Otoritas perbankan memiliki diskresi untuk menetapkan rasio
yang lebih tinggi jika dipandang perlu.
Tidak ada asumsi bahwa 8% harus diterapkan secara universal
bagi semua bank di dalam yurisdiksi sebuah otoritas perbankan,
dengan alasan bahwa rasio modal minimum bank sesuai ketentuan
haruslah juga mencerminkan risiko-risiko lain selain risiko kredit.
Basel I accord menciptakan hubungan antara risiko dan modal. Hal
ini dilakukan dengan cara menciptakan multiplier yang berbeda-
beda, masing-masing untuk kredit kepada pemerintah, bank,
perorangan, serta korporasi dan mengalikannya dengan target
rasio modal.
70
2.2.3. Target rasio permodalan
Bank B memberikan kredit USD.100 juta kepada korporasi. Jumlah
modal yang harus disediakan Bank B agar dapat memberikan kredit
tersebut adalah :
Kredit yang diberikan : USD.100 juta
Bobot risiko : 100%
ATMR : USD.100 juta
Modal yang dipersyaratkan : USD.8 juta (USD.100 juta x 8%)
Rumus untuk menghitung target rasio modal :
Rasio (min 8%) =
ATMR
Modal yang dapat diperhitungkan
X 100
71
2.2.4. Penyetaraan risiko kredit (credit risk equivalent)
Konsep yang melatarbelakangi penyetaraan
risiko kredit :
Setiap transaksi off-balance sheet dapat
dikonversi menjadi transaksi setara kredit
dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai
transaksi on-balance sheet untuk keperluan
perhitungan ATMR.
72
2.2.5. Instrumen standar pengganti kredit
Berbagai instrumen off-balance sheet memiliki faktor konversi (CF) seperti
tabel di bawah ini (pengawas memiliki diskresi s/d tingkat tertentu) :
Pos off-balance sheet CF %
Instrumen yang terkait dengan kredit (seperti jaminan) 100
Pos-pos kontinjen yang terkait dengan transaksi tertentu 50
Pos kontinjen jangka pendek yang terkait dengan perdagangan & bersifat
self-liquidating
20
Perjanjian penjualan dengan syarat dibeli kembali (REPO) & penjualan
aktiva dengan kewajiban pembelian kembali, dimana risiko kredit tetap
ditanggung oleh bank
100
Pembelian aktiva secara forward, forward-forward deposits, saham dan
surat berharga yang baru dilunasi sebagian yang mencerminkan adanya
komitmen dengan rencana pemenuhan yang terjadwal
100
Fasilitas penerbitan surat berharga & fasilitas penjaminan (underwriting)
yang bersifat revolving
50
Komitmen lainnya yang memiliki jatuh tempo original lebih dari 1 tahun 50
Komitmen sejenis lainnya yang memiliki jatuh tempo sampai dengan 1
tahun, atau yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan tanpa syarat
0
73
2.2.6. Instrumen derivatif
Transaksi off-balance sheet lainnya seperti transaksi derivatif
diperlakukan secara terpisah.
Derivatif adalah instrumen keuangan yang umumnya tidak
mempertukarkan nilai pokok transaksi yang mendasarinya.
Nilai transaksi derivatif ditentukan berdasarkan nilai salah satu atau
lebih hal-hal berikut :
Instrumen keuangan
Indeks
Komoditi, atau
Instrumen derivatif lainnya.
74
2.2.6. Instrumen derivatif
Jika counterparty default, bank tidak dihadapkan pada kerugian
sebesar nilai kontrak, tetapi hanya menderita kerugian sebesar
aliran kas yang seharusnya diperoleh dari kontrak tersebut.
Untuk eksposur yang harus dilakukan mark-to-market ditetapkan
bobot 50% lebih rendah daripada bobot pemberian kredit seperti
yang terdapat di tabel faktor konversi pos off-balance sheet
sebelumnya.
Pergerakan sejumlah faktor terkait dengan kontrak dapat
menimbulkan kemungkinan munculnya eksposur setara risiko
kredit. Oleh karena itu, pada setiap kontrak akan terdapat “nilai
yang ditambahkan (add-on)”.
75
2.2.6. Instrumen derivatif
Secara umum, kontrak-kontrak derivatif tersebut adalah :
Swap dan option suku bunga, forward rate agreements, interest
rate futures,
Swap dan option nilai tukar, kontrak forward valas, currency future
(diluar kontrak yang memiliki jatuh tempo < 14 hari),
Swap dan option logam mulia dan logam biasa, kontrak forward
dan future,
Swap dan option ekuitas, dan kontrak future ekuitas.
Berdasarkan Basel I, metode untuk menghitung nilai setara kredit
atas kontrak-kontrak tersebut :
Current Exposure Method
Original Exposure Method
76
2.2.7. Current Exposure Method
Metode ini adalah metode yang disarankan oleh Basel Committee
untuk digunakan pada Basel I.
Metode tersebut menghitung current replacement cost dari suatu
kontrak dengan melakukan penilaian kontrak berdasarkan harga
pasar (mark-to-market).
Nilai mark-to-market suatu kontrak selalu mengalami perubahan
karena nilai kontrak dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang
terkait dengan jenis kontrak tersebut.
Jika nilai mark-to-market suatu transaksi merupakan angka positif,
hal ini dapat mencerminkan nilai kerugian yang akan dihadapi bank
jika counterparty default atas transaksi tersebut.
77
2.2.7. Current Exposure Method
Capital charge untuk eksposur tambahan ini dihitung dengan
menambahkan persentase tertentu dari notional principal pada nilai
mark-to-market saat ini.
Tabel di bawah ini menunjukkan persentase yang dapat diterapkan
pada notional amount setiap transaksi.
Sisa Jatuh
Tempo
Suku
Bunga
Nilai Tukar
& Emas
Ekuitas
Logam mulia
selain emas
Komoditi
lainnya
< 1 tahun 0.0% 1.0% 6.0% 7.0% 10.0%
>1 & <5 tahun 0.5% 5.0% 8.0% 7.0% 12.0%
> 5 tahun 1.5% 7.5% 10.0% 8.0% 15.0%
Credit Equivalent (CE)
CE = Nilai mark-to-market + (notional amount x add-on)
78
2.2.8. Original Exposure Method
Metode ini memungkinkan bank untuk memperhitungkan
persentase notional principal sebagai suatu eksposur tanpa harus
menghitung nilai kontrak saat ini.
Dibawah ini merupakan tabel konversi yang digunakan dalam
metode original exposure method.
Jatuh Tempo
Kontrak suku
bunga
Kontrak Nilai tukar
& emas
Sampai dengan 1 tahun 0.5% 2.0%
Antara 1 – 2 tahun 1.0% 5.0%
Untuk setiap tambahan
tahun
1.0% 3.0%
79
2.2.8. Original Exposure Method
Di Basel I, pengawas diberikan kewenangan untuk mengizinkan
bank menggunakan metode ini (original exposure method) sebagai
metode transisi sebelum diterapkannya current exposure method.
Metode ini diterapkan pada bank yang memiliki posisi matched
yang kecil untuk suatu instrumen.
Bank yang melakukan transaksi forward, swap, membeli option atau
kontrak derivative lainnya yang sejenis berdasarkan ekuitas, logam
mulia (selain emas), atau komoditi lainnya harus menggunakan
current exposure method.
80
2.2.9. Menghitung jumlah modal yang diperlukan
Suatu bank dapat menetapkan jumlah modal minimum yang harus
dimiliki sesuai ketentuan dengan cara menentukan bobot risiko
aktiva dan mengalikan angka tersebut dengan target rasio modal
yang ditetapkan pengawas.
81
2.3.1. Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan
Berdasarkan Basel I maupun Basel II, bank menghitung
persyaratan modalnya sesuai ketentuan terhadap nilai tertentu
ATMR.
Kegiatan usaha bank tidak bersifat statis dan tingkat ATMR dapat
berubah sejalan dengan penambahan atau berakhirnya suatu
transaksi.
Pada kondisi ini, terdapat dua pilihan bagi bank :
Menetapkan batasan tertentu pada modal sesuai ketentuan
sehingga jumlah total ATMR tidak akan berubah.
Meningkatkan modal sejalan dengan peningkatan ATMR.
2.3 Penggunaan pendekatan ‘grid’ dan tabel ‘look up’ untuk menghitung
kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
82
2.3.1. Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan
Return atas modal sesuai ketentuan adalah ukuran
kinerja yang digunakan untuk meyakinkan bahwa
suatu transaksi menghasilkan return yang cukup bagi
bank untuk meningkatkan permodalannya.
Penetapan modal sesuai ketentuan pada tingkat tertentu sulit
diterapkan mengingat ATMR bisa saja meningkat walaupun tidak
ada transaksi baru yang dilakukan bank.
83
2.4.1. Struktur permodalan
Perhitungan permodalan minimum sesuai ketentuan bagi suatu
bank tidak menentukan struktur permodalan yang harus dimiliki
bank.
Pada Basel I, Committee tidak hanya menciptakan kerangka kerja
pengukuran kecukupan modal, namun juga kerangka kerja struktur
permodalan bank yang sering disebut dengan eligible capital.
2.4 Persyaratan modal bank pada Basel I
Basel Committee mempertimbangkan bahwa elemen inti dari
eligible capital bagi suatu bank adalah modal saham (equity
capital).
84
2.4.1. Struktur permodalan
Untuk kepentingan modal sesuai ketentuan, sebagian
besar bank dapat memiliki modal dalam jenis :
Modal Inti (tier 1) : modal disetor, non-cumulative
perpetual preferred stock, dan disclosed reserves.
Modal Pelengkap (tier 2) : cadangan umum,
cadangan revaluasi aktiva tetap, provisi umum dan
penyisihan penghapusan aktiva produktif umum
(general provisions and general loan loss reserves),
modal pinjaman (hybrid capital instruments) dan
pinjaman subordinasi.
Modal pelengkap maksimum sebesar 50% dari jumlah modal
keseluruhan.
Tier 2 ≤ Tier 1 (maks 100% Tier1)
Tier 2 maks 50% dari total modal
85
2.4.1. Struktur permodalan
Tidak termasuk dalam modal tersebut :
Goodwill
Penyertaan pada lembaga keuangan bank dan non-bank yang
tidak dikonsolidasikan, dan
Penyertaan modal pada bank dan lembaga keuangan lain
(diserahkan pada kebijakan pengawas)
Minority investments pada perusahaan-perusahaan yang tidak
dikonsolidasikan.
Terdapat pula kelompok modal yang disebut modal tier 3, yang
hanya ditujukan untuk mendukung portofolio trading bank saja.
86
2.5.1. Market risk amendment
Basel I seringkali dikritik secara tidak tepat dalam hal kurangnya
sensitivitas terhadap risiko.
Tingkat sensitivitas risiko mengalami peningkatan besar pada saat
Basel Committee menerbitkan “Amendment to the Capital Accord to
Incorporate Market Risks” pada bulan Januari 1996, yang
kemudian dikenal sebagai Market Risk Amendment.
2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996
Market risk amendment merupakan titik puncak dari suatu proses
yang dimulai pada waktu Committee mengeluarkan makalah yang
berjudul “The Supervisory Treatment of Market Risks” dan meminta
masukan serta komentar dari bank dan pelaku pasar lainnya, yang
kemudian ditindaklanjuti selama tahun 1994 dengan mengkaji
penggunaan internal model oleh bank untuk mengukur risiko.
87
2.5.2. Value at Risk (VaR)
Model kuantitatif yang dapat diterima Basel Committee disebut
dengan Value at Risk (VaR).
Model VaR merupakan perkiraan kemungkinan jumlah kerugian
maksimum akibat risiko pasar milik bank :
• dalam periode waktu tertentu, dan
• dengan tingkat keyakinan statistik (statistical confidence) tertentu
(yaitu dengan probabilitas tertentu).
Teknik Basel I untuk aktiva off-market („add-on‟) dan teknik VaR
sama-sama berupaya untuk mencapai sasaran yang hampir
serupa, yaitu memperlihatkan nilai transaksi (atau lebih tepatnya
nilai dari semua transaksi bank, termasuk beberapa transaksi yang
dapat saling meniadakan (off-set)) selama masa transaksi tersebut.
88
2.5.2. Value at Risk (VaR)
Masa transaksi disebut dengan VaR Horizon.
Bagi banyak transaksi pasar yang diperdagangkan, VaR horizon
yang tepat adalah satu hari perdagangan.
Oleh karena itu pada umumnya digunakan ukuran Daily Value at
Risk atau DVaR.
Contoh laporan risiko sebuah bank :
“Portofolio perdagangan memiliki DVaR sebesar USD.5 juta pada
tingkat 95%.”
Dalam contoh di atas, yang disebut “tingkat” adalah tingkat
keyakinan (confidence level) terjadinya suatu peristiwa. Dalam
konteks risiko pasar, ini adalah kerugian nilai portofolio di atas suatu
tingkat tertentu.Secara umum, probabilitas seringkali dihitung pada
tingkat 95% atau 99%.
89
2.5.2. Value at Risk (VaR)
Dengan istilah sederhana, DVaR dalam contoh sebelumnya berarti :
“Dalam periode satu hari perdagangan, terdapat kemungkinan 5%
(100% - 95%) bahwa kerugian portofolio dapat melebihi USD.5
juta.”
Angka-angka model VaR tidak memberikan perkiraan
mengenai berapa besar kerugian aktualnya.
90
2.5.3. Regulasi berbasis risiko
Basel I Accord 1988 menyatakan bahwa modal yang dimiliki bank
harus terkait dengan kualitas kredit dari :
Peminjam
Emiten sekuritas, dan
Mitra lain yang telah mendanai obligasi bagi bank (seperti
penjamin).
Kategori counterparty yang digunakan dan sensitivitas risiko yang
relatif mentah dari proses „add-on” bagi risiko kredit counterparty,
membatasi cakupan regulasi berbasis risiko.
Market risk amendment, pada penerimaan bersyarat
atas model VaR bank, untuk pertama kalinya telah
menghasilkan elemen regulasi berbasis risiko yang
sebenarnya.
91
2.6.1. Basel I dan risiko kredit korporasi
Setelah Market Risk Amendment, banyak bank yang mengubah
proses kredit internalnya dengan menggunakan model risiko
kuantitatif yang memiliki kemiripan dengan teknik VaR yang
digunakan. Hal ini disebabkan oleh :
• Keberhasilan model VaR, dan
• Peningkatan trading risiko kredit
Peningkatan trading risiko kredit terjadi saat pasar pinjaman
tersindikasi menjadi lebih canggih dan sekuritisasi pinjaman bank
meluas.
2.6 Kelemahan dalam Basel I Accord
Pendekatan Basel I terhadap kecukupan modal memberikan
pembobotan ATMR dan persyaratan modal yang sama, bagi semua
pinjaman korporasi dengan mengabaikan kualitas kredit
peminjamnya.
92
2.6.1. Basel I dan risiko kredit korporasi
Masalah dengan pendekatan Basel I cukup jelas : bank yang
memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki kualitas
kredit yang amat baik wajib memiliki jumlah modal yang sama
dengan bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang
memiliki kualitas kredit yang buruk.
Masalah yang sama juga terjadi dalam pemberian kredit
perorangan yang tidak dijamin (seperti kartu kredit) dan
memberikan pinjaman kepada pemerintah (sovereign loans).
93
2.7. Perkembangan Capital Accord baru – Basel II
Pada tahun 1999, Basel Committee mulai bekerjasama dengan
bank-bank besar dari negara-negara anggota untuk
mengembangkan Capital Accord yang baru.
Sasaran umumnya mencakup semua risiko perbankan di dalam
kerangka kerja kecukupan modal baru yang komprehensif.
Accord baru tersebut dikenal dengan Basel II.
Tugas mengembangkan Basel II Accord bersamaan dengan
gerakan Uni Eropa (EU) untuk mengharmoniskan pasar keuangan.
Gerakan ini dikenal dengan Financial Markets Program.
Basel II Accord, dengan sedikit perubahan, akan menjadi dasar
arah EU yang baru mengenai kecukupan modal – Capital
Requirements Directive (CRD).
End of
Chapter 2
Bab 3
Perkembangan
Pengawasan Bank
Berbasis-Risiko
96
3.1. Tiga pilar regulasi
Basel II Capital Accord jauh lebih kompleks daripada Accord
sebelumnya.
Tidak hanya membahas area risiko yang lebih luas, Basel II juga
memiliki pendekatan tiga-tingkat dan menggunakan metodologi
yang lebih canggih untuk menghitung risiko.
97
3.1. Tiga pilar regulasi
Basel I Capital Accord memiliki kategori risiko untuk risiko kredit dan
risiko pasar.
Basel II memperluas kategori risiko dengan risiko operasional dan
menyediakan ruang untuk risiko-risiko lain yang harus
dipertimbangkan saat memperhitungkan modal bank berbasis
risiko.
Basel II juga menghubungkan secara langsung modal bank dengan
risiko yang dimiliki.
98
3.1. Tiga pilar regulasi
PILAR 1
BASEL II
PILAR 2 PILAR 3
PERSYARATAN
MODAL MINIMUM
Bank diminta
menghitung modal
minimum untuk :
-Risiko Kredit
-Risiko Pasar
-Risiko Operasional
Meng-cover:
Traded Market Risk.
SUPERVISORY
REVIEW
DISCLOSURE
Dirancang untuk
memberikan fokus
pada :
-Persyaratan modal
> tingkat minimum
-Tindakan awal yang
dibutuhkan untuk
memberikan
respon thdp risiko
yang dapat terjadi.
Meng-cover:
Interest Rate Risk in
The Banking Book.
Pilar disiplin pasar :
Mekanisme governan-
ce internal & eksternal
dalam perekonomian
pasar tanpa adanya
intervensi pemerintah
secara langsung.
Mencakup hal-hal
yang akan dibutuhkan
dalam hal
pengungkapan publik
oleh bank.
99
3.1. Tiga pilar regulasi
Di dalam pendekatan tiga-pilar, Basel Committee mengusulkan
untuk memperluas cakupan risiko di luar risiko kredit dan traded
market risk sehingga mencakup lebih banyak jenis risiko yang
dihadapi oleh bank.
Basel Committee memfokuskan Pilar I pada risiko
kredit dan risiko operasional serta memasukkan
Market Risk Amendment 1996 secara utuh.
Pendekatan kuantitatif untuk pertama kalinya
digunakan untuk risiko operasional.
„Risiko-risiko lainnya‟ dicakup oleh Basel Committee
dalam Pilar 2 dan 3.
100
3.1. Tiga pilar regulasi
Foundation
Collateral and Securitization
Pilar 1
Min.Capital Req.
Credit
Risk
Operational
Risk
Market
Risk
Standardised
Approach
IRB
approaches
1996 Market
Risk
Amendment
Advanced
Measurement
Approach
Standardised
Approach
Advanced
Basic Indicator
Approach
101
3.1. Tiga pilar regulasi
Pilar 3
Market Discipline
Disclosure
Pilar 2
Supervisory Review
Interest Rate
Risk in The
Banking Book
Residual
Risks
102
3.2.1. Model kredit – grading based atau options based
Terdapat dua masalah yang harus diselesaikan sebelum Committee
dapat melanjutkan dengan Basel II.
Masalah Pertama adalah memutuskan jenis model kredit yang
digunakan oleh Pilar 1. Committee mempertimbangkan
penggunaan :
Full portfolio models yang dicirikan oleh aplikasi teknik option
pricing, atau
Grading models, dimana perhitungan risiko dilakukan pada
masing-masing obligor dan risiko portfolio adalah penjumlahan
total dari risiko-risiko individual.
3.2 Alasan pengembangan Basel II
Full portfolio models ditemukan oleh Robert Merton dari
penelitiannya tentang penentuan harga dan pengukuran risiko
dalam portfolio options.
103
3.2.1. Model kredit – grading based atau options based
Grading models telah banyak digunakan oleh lembaga pemeringkat
seperti Standard & Poor‟s dan Moody‟s Investors Service.
Pada akhir tahun 1990-an, Committee memutuskan untuk
membatasi penggunaan credit models hanya pada Credit grading
models.
Namun demikian, beberapa tahun kemudian ada kecenderungan
untuk menggabungkan kedua teknik tersebut.
Masalah kedua adalah sampai dimana teknik-teknik kuantitatif
dapat digunakan hingga mencakup „risiko lain‟ khususnya risiko
operasional.
104
3.2.2. Risiko operasional dan risiko-risiko lainnya
Diantara otoritas perbankan terdapat kekhawatiran cukup besar
bahwa risiko-risiko lain cukup signifikan, dan bila hanya bergantung
pada pendekatan Pilar 2, maka jumlah modal cenderung di bawah
jumlah yang semestinya, atau paling tidak, jumlah modalnya tidak
konsisten dengan besarnya risiko yang dihadapi.
Pada akhirnya Basel Committee memutuskan :
Memasukkan risiko operasional sebagai ukuran kuantitatif di
dalam Pilar 1,
Mendefinisikan risiko operasional secara lebih luas, walaupun
tidak memasukkan risiko reputasi, bisnis & strategis, dan
Memfokuskan model risiko kredit Pilar 1 pada credit grading
techniques.
105
3.3. Pengembangan Basel II Accord
Basel Committee menggunakan pendekatan konsultatif untuk
menjamin agar regulasi baru memiliki dampak positif.
Pertama kali Basel Committee menerbitkan consultative paper lalu
diikuti dengan periode konsultasi dan revisi.
Termasuk dalam periode konsultasinya adalah
Quantitative Impact Studies, dimana sejumlah bank
memperkirakan dampak dari implementasi Accord
tersebut berdasarkan pada consultative paper terakhir.
106
3.4.1. Luas cakupan
Basel II memiliki cakupan risiko yang lebih komprehensif daripada
Basel I.
Di dalam Pilar 1 dicakup risiko kredit dan pasar (melalui MRA) dan
memperkenalkan risiko operasional.
Sebelum adanya Market Risk Amendment 1996, Basel I hanya
mencakup risiko kredit saja.
3.4 Basel II dan sensitivitas risiko
Perubahan terbesar terhadap luasnya cakupan risiko dalam Basel II
adalah penambahan risiko operasional.
Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian yang
diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal,
manusia dan sistem, atau sebagai akibat kejadian eksternal.
107
3.4.1. Luas cakupan
Berbagai risiko termasuk dalam definisi risiko operasional, yaitu :
• Risiko transaksi, eksekusi, gangguan bisnis, settlement dan
fiduciary
• Risiko manusia, manajemen yang buruk dan pengawasan tidak
memadai
• Risiko kriminal, kecurangan, pencurian dan roque trader
• Risiko hubungan dan nasabah
• Risiko struktur biaya tetap, kekurangan sumber daya, aset
teknologi dan fisik
• Risiko kepatuhan dan hukum/regulasi
• Risiko informasi.
108
3.4.1. Luas cakupan
Basel II juga memasukkan Pilar 2 dan Pilar 3 sebagai bagian
integral dari proses penentuan rasio kecukupan modal masing-
masing bank.
Di dalam Pilar 2, supervisor, melalui departemen pengawasan bank,
diharapkan memeriksa berbagai risiko lainnya yang ada pada bank
tersebut.
Definisi Basel II tentang risiko operasional tidak memasukkan :
Risiko Bisnis
Risiko Strategis
Risiko Reputasi
109
3.4.2. Kedalaman cakupan
Selain memperluas cakupan, Basel II juga meningkatkan
kedalaman cakupan risiko. Hal ini sangat terlihat dalam
perlakuannya atas risiko kredit.
Basel I Accord membuat bobot risiko yang besarnya berbeda
tergantung pada jenis aktiva dan peminjam yang sangat sederhana.
Basel I Accord juga, secara sangat terbatas, menetapkan bobot
risiko yang berbeda dalam kaitan hubungan antara peminjam
dengan country risk dan jenis institusinya (OECD atau Non-OECD).
Basel II menetapkan pembedaan kualitas debitur
secara lebih bervariasi dan melengkapinya dengan
jangka waktu kredit dan kualitas jaminan yang
diberikan.
Basel II mengizinkan penggunaan dua pendekatan
untuk menentukan bobot risiko aktiva : Standardised
Approach dan The Internal Ratings-Based Approach.
110
3.4.2. Kedalaman cakupan
Standardised approach pada dasarnya adalah ‘grid’ approach
Basel I yang telah diubah secara signifikan.
Dalam Internal Ratings-Based Approach, bank mengembangkan
model pemeringkatannya masing-masing untuk menilai kelayakan
debitur.
Basel I Accord dikritik karena digunakannya pendekatan yang relatif
sederhana pada keterkaitan antara profil risiko suatu aktiva dengan
modal yang dibutuhkan bank untuk mendukung kepemilikan aktiva
tersebut.
111
3.4.2. Kedalaman cakupan
Moody‟s S&P Deskripsi
Aaa AAA Obligasi dengan peringkat tertinggi. Kemampuan untuk membayar bunga &
pokoknya sangat kuat.
Aa AA Obligasi memiliki kapasitas sangat kuat untuk membayar bunga dan
pokoknya. Termasuk kelompok obligasi high-grade.
A A Obligasi memiliki kapasitas kuat untuk membayar bunga dan pokoknya,
walau mudah terkena pengaruh merugikan dari perubahan kondisi ekonomi.
Baa BBB Obligasi dianggap memiliki kapasitas memadai untuk membayar bunga dan
pokoknya. Termasuk kelompok obligasi medium-grade (investment grade).
Ba
B
Caa
Ca
BB
B
CCC
CC
Obligasi dianggap sangat spekulatif dalam hal kapasitas membayar bunga
dan pokoknya.
Ba & BB menunjukkan tingkat spekulasi terendah.
Ca & CC sebagai tingkat spekulasi tertinggi.
C C Peringkat ini dicadangkan untuk income bonds dimana tidak ada suku bunga
yang dibayarkan.
D D Obligasi dalam keadaan default dan terdapat tunggakan pembayaran bunga
dan/atau pokoknya.
Peringkat obligasi Moody‟s dan S&P
112
3.4.2. Kedalaman cakupan
Moody‟s dan S&P melakukan penyesuaian lanjutan pada peringkat
mereka, sehingga menambah jumlah tingkatan yang ada :
Moody‟s menggunakan tanda 1, 2 atau 3; dengan 1 menunjukkan
yang terkuat.
S&P menggunakan tanda plus dan minus; dengan plus
menunjukkan yang terkuat.
Jika sebuah bank menggunakan internal ratings-based approach,
jumlah peringkat yang digunakan ditentukan oleh bank itu sendiri,
walaupun otoritas pengawas perbankan akan mengasumsikan
bahwa bank akan menggunakan setidaknya delapan tingkatan.
Jika bank menggunakan standardised approach, maka „grid‟ bobot
risiko Basel II didasarkan pada tingkatan risiko yang terdapat pada
Basel I yang disesuaikan dengan peringkat kredit yang tersedia.
113
3.6.1. Alasan untuk memiliki kelebihan modal
Banyak bank besar yang memiliki rasio modal terhadap ATMR
sebesar 10% hingga 12%, atau jauh melebihi besarnya rasio yang
ditetapkan oleh ketentuan.
3.6 Modal minimum dan aktual
Terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan bank untuk
menentukan jumlah modalnya :
Rasio sesuai ketentuan adalah rasio minimum yang harus
dipenuhi bank dalam penyediaan modalnya. Bila terjadi
pelanggaran, izin usaha bank akan terancam dicabut.
Dalam beberapa yurisdiksi, seperti AS & Inggris, otoritas
pengawas perbankan menetapkan rasio modal terhadap ATMR
yang berbeda-beda untuk masing-masing bank, yang umumnya
lebih tinggi daripada rasio minimum Basel.
End of
Chapter 3
Bab 4
Risiko Pasar
dan
Risiko Treasury
116
Risiko pasar (market risk) adalah risiko kerugian yang timbul akibat
pergerakan harga pasar atas posisi yang diambil oleh bank baik pada
sisi on- maupun off-balance sheet.
4.1. Risiko Pasar
Bank yang memiliki posisi dalam instrumen keuangan pada
neracanya memiliki eksposur risiko pasar yang besarnya ditentukan
oleh posisi tersebut.
Bank yang berperan sebagai intermediary dalam sebuah transaksi
yang tidak tercatat dalam neracanya tidak akan terekspos kepada
risiko pasar atas transaksi tersebut.
117
Risiko pasar terdiri atas :
4.1. Risiko Pasar
Risiko Spesifik (spesific risk) yaitu risiko yang timbul akibat
pergerakan harga atas surat berharga individual yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang terkait dengan surat berharga atau
penerbitnya.
Risiko Pasar Umum (general market risk) yaitu risiko yang
timbul akibat pergerakan harga pasar yang berpengaruh terhadap
beberapa instrumen keuangan.
Risiko pasar umum dibagi menjadi 4 kategori :
 Risiko suku bunga
 Risiko posisi ekuitas
 Risiko nilai tukar
 Risiko posisi komoditi
Tidak bersifat mutually exclusive,
karena perubahan nilai akibat satu
risiko dapat berpengaruh terhadap
jenis risiko pasar yang lainnya.
118
Risiko Suku Bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat
perubahan tingkat bunga.
Risiko ini diperhitungkan untuk seluruh instrumen yang
menggunakan satu yield curve atau lebih untuk menghitung nilai
pasar.
4.1. Risiko Pasar
Risiko posisi ekuitas (equity position risk) adalah potensi
kerugian yang timbul akibat perubahan harga saham.
Risiko ini berlaku bagi seluruh instrumen yang menggunakan harga
ekuitas sebagai dasar acuan valuasinya.
Risiko valuta asing (foreign exchange risk) adalah potensi
kerugian yang timbul karena perubahan nilai tukar.
Risiko ini berlaku bagi produk yang terkait dengan nilai tukar dan
posisi yang nilainya menggunakan valuta asing dalam pelaporan
bank.
119
4.1. Risiko Pasar
Risiko posisi komoditi (commodity position risk) adalah potensi
kerugian yang timbul akibat perubahan harga komoditi.
Risiko ini berlaku bagi seluruh komoditi beserta produk derivatifnya.
Harga pasar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya :
 Penawaran dan permintaan,
 Likuiditas,
 Intervensi oleh otoritas keuangan,
 Arbitrase (tingkat harga pasar tertentu dibatasi oleh tingkat harga
di pasar lainnya),
 Kondisi ekonomi dan politik,
 Faktor-faktor fundamental ekonomi (pembentuk utama tingkat
harga jangka panjang).
120
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Kegiatan utama trading adalah jual dan beli instrumen keuangan
atas nama bank dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
jangka pendek dari perubahan yang diharapkan atas harga pasar
yang menentukan nilai suatu instrumen keuangan.
Terdapat risiko kerugian jika nilai instrumen keuangan tersebut
turun.
4.2 Kegiatan trading
Terdapat 3 (tiga) strategi utama kegiatan trading :
Matched book, merupakan strategi trading dengan
tingkat risiko pasar terendah. (hedging/covering).
Trading desk bank segera mengambil posisi
berlawanan dan bernilai sama (offset) atas sebuah
transaksi jual atau beli instrumen keuangan.
Transaksi ini dapat dilakukan baik secara internal
maupun dengan bank lain. (risiko  lack time).
121
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Menjaga posisi trading melalui transaksi hedging
dengan diskresi tertentu yang diberikan kepada
trading desk. (Terdapat limit risiko pasar).
Trading desk dapat menunggu pergerakan harga
pasar yang menguntungkan.
Bank berperan sebagai market maker.
Traders akan meng-quote harga beli/jual instrumen
keuangan kepada nasabah/bank lain dan kemudian
memperdagangkannya pada harga tertentu, baik jual
atau beli, kepada counterparty.
Strategi ini tergantung pada tingkat likuiditas dan
jumlah market maker lain yang dapat digunakan oleh
trader untuk meng-cover risikonya.
(lanjutan...)
122
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Market maker dapat mengambil keuntungan dari perbedaan harga
(spread) antara beli dan jual.
Market maker juga dapat mengambil keuntungan dari informasi
pasar yang diperoleh dari transaksi-transaksi yang diminta oleh
nasabah atau bank lain.
Risiko yang dihadapi dalam strategi ini adalah trader dapat
mengalami kerugian seketika atas posisi yang diambil.
Pada umumnya perkembangan kegiatan trading bank diawali dari
keinginan untuk menyediakan jasa bagi kegiatan bisnis nasabah.
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan trading di pasar valas, yang
mulai saat dikenalkannya nilai tukar mengambang pada tahun
1970-an. Hal ini menimbulkan risiko baru bagi nasabah yang
berkecimpung di bisnis internasional sehingga mereka
mengelolanya melalui jasa yang ditawarkan oleh bank.
123
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Ritel exchange rate adalah nilai tukar yang diberikan oleh bank
kepada nasabah (terutama nasabah korporasi) yang telah termasuk
marjin atas wholesale rate dari pasar antarbank.
Hal ini mengakibatkan income bank tumbuh pesat sejalan dengan
berkembangnya kegiatan pasar walaupun secara relatif posisi yang
diambil oleh bank kecil.
Seiiring dengan berkembangnya volume transaksi dan kemampuan
bank untuk mengelola posisi valas, konsentrasi kegiatan trading
bank berubah dari customer driven menjadi wholesale trading
operation.
Bank-bank yang memiliki nasabah besar dengan volume transaksi
valas yang besar dapat menggunakan posisi ritel-nya untuk
mempengaruhi pergerakan harga jangka pendek di pasar valas
wholesale. Hal ini memberikan potensi keuntungan yang lebih tinggi
dibanding marjin customer business.
124
4.2.2. Manajemen posisi dan hedging
Hedging menawarkan beberapa keunggulan, namun
memerlukan pengelolaan yang cermat mengingat
instrumen hedging tidak identik dengan transaksi awal.
Pada umumnya hal tersebut akan menimbulkan residual
risk yang perlu diukur dan dikontrol dengan baik.
Dalam beberapa kasus, hubungan antara risiko atas
posisi hedging dan posisi transaksi awal dapat
menimbulkan risiko baru untuk trading dalam jumlah
besar.
Secara mendasar, terdapat beberapa keunggulan instrumen
derivatif dibandingkan instrumen cash :
 Risiko kredit rendah,
 Funding requirement rendah,
 Capital charge rendah,
 Lebih likuid,
 Biaya transaksi rendah.
125
4.2.2. Manajemen posisi dan hedging
Basis risk merupakan salah satu residual risk yang
paling signifikan yang dijumpai dalam portofolio
transaksi serupa.
Basis risk adalah risiko akibat perubahan hubungan
antara harga risk position dengan harga instrumen yang
digunakan untuk hedging atas posisi tersebut.
Basis risk muncul pada situasi dimana harga pasar underlying
instrument berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis instrumen, tetapi
masing-masing memiliki keterkaitan.
Bank cenderung untuk melakukan hedging atas pergerakan harga
secara umum dan mengelola basis risk secara terpisah.
126
4.2.3. Pengembangan produk baru
Prosedur persetujuan sekurang-kurangnya mencakup beberapa hal
seperti (lanjutan….) :
 Prosedur akunting,
 Isu legal dan dokumentasi,
 Sistem IT,
 Dukungan operasional,
 Pelaporan manajemen risiko,
 Pricing dan valuation,
 Funding requirements,
 Implikasi risiko kredit,
 Kepatuhan terhadap prosedur.
127
4.3.1. Pendahuluan
Terdapat berbagai jenis instrumen trading. Produk-produk yang
lazim dijumpai adalah merupakan instrumen utama yang
diperdagangkan secara global berdasarkan volumenya.
Instrumen tersebut sering disebut dengan istilah „produk vanilla‟,
karena merupakan instrumen yang sederhana.
Definisi beberapa instrumen yang akan diuraikan menjelaskan
risiko yang terdapat pada masing-masing instrumen tanpa
mempertimbangkan valuta underlying-nya.
Namun demikian, semua instrumen yang dinilai menggunakan
valuta di luar valuta pelaporan bank akan menimbulkan risiko valas.
4.3 Instrumen trading
128
4.3.2. Instrumen cash
Transaksi valuta asing merupakan komitmen untuk memperdagangkan
sebuah valuta tertentu untuk ditukar dengan valuta lain pada
tanggal yang telah disetujui di waktu mendatang.
Penetapan tanggal tersebut menentukan jenis transaksi dan pasar
untuk instrumen tersebut.
Transaksi spot valas digunakan untuk pertukaran valuta dalam
jangka waktu dua hari kerja yang akan datang, yang dikenal
dengan nama ‘spot date’.
Pasar untuk transaksi spot valas ini kemungkinan merupakan pasar
paling likuid di dunia.
Transaksi spot ini menimbulkan risiko valas.
Transaksi Spot Valas
129
4.3.2. Instrumen cash
Contoh :
Transaksi Forward Valas
Transaksi forward valas dilakukan untuk pertukaran valuta dalam
jangka waktu melebihi spot date.
Next 3 months
Transaksi forward valas menimbulkan risiko valas dan risiko suku
bunga, karena forward exchange rate ditentukan berdasarkan
tingkat bunga relatif antara dua valuta dikombinasikan dengan spot
exchange rate.
130
4.3.2. Instrumen cash
Perbedaan antara dua rate tersebut menggambarkan perbedaan
tingkat suku bunga antar dua valuta pada periode transaksi.
Transaksi swap valas menimbulkan risiko suku bunga.
Transaksi Swap Valas
Transaksi swap valas adalah gabungan antara transaksi spot dan
transaksi forward.
Kedua belah pihak secara bersamaan melakukan transaksi spot
dengan spot rate dan transaksi forward dengan forward rate untuk
jumlah dan valuta dasar yang sama.
131
4.3.2. Instrumen cash
Pasar uang antarbank merupakan tempat bank memperdagangkan
loans & deposits. Ini digunakan oleh bank untuk mengambil posisi
sebagai antisipasi atas pergerakan suku bunga ke tingkat yang
diharapkan.
Jumlah volume di pasar pada umumnya dipengaruhi oleh
kebutuhan bank untuk match pendanaan dalam rangka menjaga
liquidity position-nya.
Loans & deposits menimbulkan risiko suku bunga.
Pinjaman dan simpanan (Loans & Deposits)
Loans & deposits diperdagangkan antar bank dengan tingkat bunga
tetap dengan jangka waktu tertentu (Maturity: overnight s/d 5 tahun).
Bunga dibayarkan pada maturity date bersamaan dengan
pengembalian pokok, kecuali maturity melebihi satu tahun ketika
bunga dibayarkan per tahun berdasarkan tanggal transaksi.
132
4.3.2. Instrumen cash
Kisaran peringkat tersebut dimulai dari AAA (penerbit obligasi
sangat mampu membayar bunga dan pokok) sampai dengan D
(obligasi default). Pemeringkatan semacam ini sering disebut
sebagai peringkat kredit (credit rating) obligasi).
Obligasi menimbulkan risiko suku bunga dan risiko spesifik.
Sementara investor obligasi „non-vanilla‟ terekspos pada jenis risiko
lain, yaitu risiko likuiditas.
Obligasi (lanjutan …)
Harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga umum dan
kinerja keuangan penerbit obligasi tersebut.
Lembaga pemeringkat seperti Moody‟s Investor Service dan
Standard & Poor‟s menerbitkan berbagai peringkat yang
menunjukkan risiko kredit obligasi.
133
4.3.2. Instrumen cash
Harga saham menunjukkan persepsi pasar terhadap nilai
perusahaan saat ini dan nilai dari proyeksi pendapatan perusahaan
tersebut.
Pemegang saham sebuah perusahaan akan terekspos pada risiko
ekuitas dan risiko spesifik.
Trading Ekuitas
Trading ekuitas (equity trading) adalah jual beli saham perusahaan
yang terdaftar di bursa saham seluruh dunia. Saham biasa mewakili
kepemilikan sebuah perusahaan.
Pemegang saham memiliki ekspektasi untuk memperoleh
pembayaran deviden yang diperoleh dari laba perusahaan dan juga
akan memperoleh gain dari peningkatan nilai saham tersebut.
Oleh karena itu semakin baik kinerja perusahaan, semakin besar
pula return yang diperoleh pemegang saham.
134
4.3.2. Instrumen cash
Posisi produk komoditas akan menimbulkan risiko komoditas dan
posisi forward akan memberikan tambahan risiko suku bunga
sebagaimana kontrak forward valas.
Trading Komoditas
Trading komoditas (commodity trading) adalah jual beli produk fisik
yang diperdagangkan di pasar skunder.
Produk-produk tersebut termasuk produk pertanian, minyak dan
precious metals.
Produk tersebut diperjualbelikan berdasarkan penyerahan secara
fisik pada lokasi dan tanggal yang telah disepakati.
Terdapat pasar spot dan forward untuk beberapa produk ini dan
masing-masing produk memiliki fitur tambahan yang terkait secara
langsung dengan karakteristik fisik produk tersebut.
135
4.3.3. Instrumen derivatif
Swap Bunga (lanjutan …)
Swap „vanilla‟ sebagian besar diperdagangkan di pasar antarbank,
namun demikian pasar ini juga memperdagangkan beberapa variasi
dari swap „vanilla‟ untuk memenuhi kebutuhan end-user.
Di satu sisi swap didesain untuk memenuhi kebutuhan bunga bagi
nasabah dan di sisi lain didesain untuk kebutuhan pendanaan.
Bank memakai gabungan dari instrumen hedging untuk mengelola
risiko suku bunga yang timbul dari transaksi swap.
Swap bunga menimbulkan risiko suku bunga.
Bank A Bank BPT XYZ
2 years loan
6 month LIBOR
floating rate
fixed interest rate (5%)
6 month LIBOR
floating rate
Interest rate swaps
136
4.3.3. Instrumen derivatif
Perbedaan utama antara swap bunga dengan swap valuta adalah
bahwa untuk swap valuta jumlah pokok diperdagangkan pada spot
rate.
Swap valuta menimbulkan risiko suku bunga dalam dua valuta
dan risiko valas.
Swap Valuta
Swap valuta (currency swap) memiliki fitur yang sama dengan swap
suku bunga, hanya saja terdapat flow bunga dalam valuta yang
berbeda.
Produk ini digunakan untuk swap, misalnya, flow bunga dalam USD
menjadi EUR.
137
4.3.3. Instrumen derivatif
Kontrak tersebut memberi hak untuk memberikan pinjaman atau
meminjam dana dengan bunga tetap untuk jangka waktu tertentu
dimulai pada waktu yang akan datang.
Dalam hal ini tidak terdapat pergerakan pokok pinjaman dan pada
saat maturity, settlement cash dilakukan untuk perbedaan antara
rate kontrak suku bunga future dan bersifat lebih fleksibel
dibandingkan futures.
FRA menimbulkan risiko suku bunga.
Perjanjian Forward Rate
Perjanjian forward rate (forward rate agreements/FRAs) adalah
kontrak derivatif OTC yang memungkinkan bank untuk mengambil
posisi forward suku bunga.
138
4.3.3. Instrumen derivatif
Penjual memiliki risiko open-ended dalam kontrak tersebut dan
menerima premi sebagai kompensasinya.
Kontrak option menimbulkan risiko baru di luar risiko inherent
pada instrumen underlying.
Option dapat dibuat berdasarkan hampir semua instrumen cash
maupun derivatif. Bahkan terdapat kontrak option berdasarkan
option.
Option
Option contract memberikan hak kepada pembeli, namun bukan
kewajiban, sesuai kontrak underlying pada tingkat harga yang
disepakati.
Dalam hal ini berarti transaksi underlying hanya akan dilaksanakan
jika rate dianggap menguntungkan bagi buyer.
139
4.3.3. Instrumen derivatif
Option (lanjutan …)
Istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan transaksi option
adalah :
 Call – call option memberikan hak kepada buyer untuk membeli
instrumen underlying.
 Put – put option memberikan hak kepada buyer untuk menjual
instrumen underlying.
 Premium – jumlah uang yang harus dibayar oleh buyer kepada seller.
 Strike price – harga pada saat transaksi underlying akan dieksekusi.
 Exercise – buyer meng-exercise option untuk memasuki kontrak
underlying.
 Expire date – tanggal akhir option harus di-exercise.
 American – option hanya bisa di-exercise pada tanggal berapa pun
sampai dengan expiry date.
 European – option yang hanya bisa di-exercise pada saat expiry date.
140
4.3.3. Instrumen derivatif
Option (lanjutan …)
Penentuan harga option didasarkan pada probabilitas bahwa option
tersebut akan di-exercise.
Pengukuran volatilitas digunakan untuk menghitung nilai option.
Volatilitas harga option adalah harga pasar yang menunjukkan
ekspektasi pasar terhadap pergerakan harga pada masa
berlakunya option.
Volatilitas yang digunakan untuk penentuan harga option ditentukan
oleh pasar dan hal tersebut merupakan risiko tersendiri.
Option menimbulkan risiko inheren yang terdapat dalam
instrumen underlying jika option tersebut di-exercise.
Option memiliki risiko volatilitas dan risiko suku bunga
terkait dengan tanggal penyerahan di masa yang akan
datang atas instrumen underlying.
141
4.4.1. Pricing
Salah satu pengendalian penting yang dimiliki oleh bank dalam
mengelola operasional trading adalah dengan memastikan bahwa
posisi trading open dinilai harian menggunakan harga pasar terkini.
Proses penilaian kembali posisi menggunakan harga pasar dikenal
dengan istilah ‘marking-to-market’.
Untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan untuk melakukan
penilaian berdasarkan harga pasar, maka langkah pertama adalah
dengan melihat bagaimana instrumen tersebut dinilai.
4.4 Pricing dan mark-to-market
142
4.4.2. Yield curves
Semua instrumen finansial dengan aliran kas masa yang akan
datang dinilai menggunakan present value dari future cash-flow
instrumen tersebut.
Present value dari tiap future cash-flow dihitung dengan
mendiskonto future value menggunakan tingkat bunga saat ini.
Oleh karena itu tingkat bunga pasar diperlukan untuk tanggal
dimana terdapat aliran kas.
Tingkat bunga untuk tanggal maturity standar tergambar pada
contoh kurva berikut, namun untuk tingkat bunga pada tanggal-
tanggal lainnya harus dihitung dari input rates.
Proses ini dikenal dengan istilah „interpolasi‟.
143
4.4.2. Yield curves
Yield Curve
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y
Maturity
Interestrate
Untuk menghitung bunga pasar, bank membuat kurva pendapatan
menggunakan yield curve model.
Berikut merupakan contoh yield curves :
144
4.4.2. Yield curves
Pada prakteknya, masing-masing mata uang utama memiliki
beberapa yield curve yang digunakan pada waktu bersamaan.
Perbedaan antar kurva terutama adalah perbedaan pada instrumen
underlying yang digunakan untuk menentukan waktu tertentu.
Nilai dari produk yang berkaitan dengan tingkat bunga
serta produk dengan aliran kas pada waktu mendatang
bersifat sensitif terhadap perubahan pada yield curve.
Sebuah nilai dari produk tertentu kemungkinan sensitif
terhadap perubahan satu atau lebih tingkat bunga pada
yield curve tergantung pada maturity dan karakteristik
finansial dari instrumen tersebut.
145
4.4.3. Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas
Transaksi obligasi, ekuitas, spot valas dan spot komoditas dinilai
dengan menghitung perbedaan antara harga awal perdagangan
dengan harga pasar terkini.
Nilai tukar forward valas dihitung dengan menyesuaikan spot rate
terkini dengan forward margin terkait. Approximate margin dapat
dihitung dengan menggunakan formula :
 Perbedaan tingkat bunga adalah perbedaan absolut antara valuta dasar
dengan valuta asing.
 Jangka waktu adalah waktu sampai dengan maturity yang dinyatakan
dengan hari.
 Jumlah hari dalam 1 tahun pada umumnya adalah 360 hari berdasarkan
konvensi, namun 365 hari digunakan untuk beberapa mata uang.
Forward margin =
(Jumlah hari dalam 1 tahun x 100)
Spot x Perbedaan tingkat bunga x Jangka waktu
146
4.4.3. Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas
USD/JPY merupakan quote yang digunakan untuk menunjukkan harga
JPY per 1 USD. Hal ini berarti JPY merupakan valuta asing dan USD
sebagai valuta dasar.
Asumsi :
-Spot rate = 105 - Time to maturity = 30 hari
-Rate JPY 1-bulan = 1% - Jumlah hari dalam 1 tahun = 360
-Rate USD 1-bulan = 4%
Forward margin secara aktif diperdagangkan di pasar antarbank. Terdapat
quoted margins untuk produk-produk standar sebagaimana yield curve.
Margin untuk tanggal di luar tanggal standar dihitung dengan interpolasi.
Transaksi forward dinilai dengan memperbandingkan original margin
dengan current margin.
Forward margin =
(360 x 100)
105 x (4-1) x 30
Contoh :
= 0,2625
147
4.4.4. Option
Penentu penting dari nilai option tersebut adalah :
Tingkat strike price relatif terhadap harga pasar saat ini.
Waktu sebelum jatuh tempo. Makin panjang waktu sebelum jatuh
tempo, maka makin tinggi preminya karena option memiliki lebih
banyak waktu untuk menjadi bernilai.
Besar kecilnya volatilitas (gejolak) harga pasar. Makin bergejolak
harganya, maka preminya makin tinggi.
Pada dasarnya, penentuan harga option didasarkan
pada kemungkinan bahwa option tersebut akan bernilai
pada saat jatuh tempo.
148
4.5. Karakteristik risiko treasury
Risiko treasury didefinisikan sebagai risiko kerugian dalam
aktivitas treasury sebuah bank.
Pada umumnya, treasury meliputi manajemen risiko seperti risiko
tingkat suku bunga dalam pembukuan perbankan dan risiko
likuiditas.
Dalam praktek, fungsi treasury sebuah bank seringkali meliputi
aktivitas trading bank itu sendiri.
Bank demikian sering memiliki bisnis trading yang umumnya
dijalankan oleh bagian treasury. Bisnis tersebut terpisah dari
aktivitas pengelolaan modal dan likuiditas.
Jenis model treasury ini umumnya disebut sebagai ‘Corporate
Treasury’.
149
4.5. Karakteristik risiko treasury
Treasury dapat mengelola beragam risiko dalam fungsi manajemen
risiko treasury. Namun untuk keperluan program sertifikasi hanya
akan mencakup :
 Risiko tingkat suku bunga dalam banking book, yaitu risiko pasar
yang paling umum dalam pembukuan perbankan,
 Risiko likuiditas, dan
 Manajemen modal.
Semua risiko di atas dan sejumlah masalah terkait lainnya seperti
konsentrasi pendanaan aktiva dan kewajiban, akses ke likuiditas
bank sentral, sistem pembayaran persyaratan jaminan, dll, dicakup
oleh Asset and Liability Management (ALM).
150
4.6. Asset and Liability Management (ALM)
Aliran pendapatan tersebut umumnya berupa pendapatan bunga
bersih (net interest income/NII).
NII adalah perbedaan antara biaya bunga untuk mengumpulkan
simpanan (dan utang lainnya) dengan bunga yang dibebankan atas
pinjaman (dan aktiva lainnya).
Current value (net present value) dari aliran NII memberikan
sumbangan besar dalam menentukan nilai bank.
Tujuan stabilisasi NII dapat juga dikatakan sebagai stabilisasi nilai
bisnis.
Pada umumnya, ALM memiliki sasaran utama
mengelola risiko tingkat suku bunga dalam neraca bank
dan memastikan risiko tingkat suku bunga yang melekat
pada bisnis bank tidak mengganggu kestabilan aliran
pendapatan bank.
151
4.6. Asset and Liability Management (ALM)
Penekanan yang diberikan bank pada sasaran mengelola risiko
atau menstabilkan nilai bisnis seringkali bergantung pada praktek
akuntansi manajemen yang diikutinya, yaitu laporan tentang
pengelolaan pendapatan atau nilai.
Akuntansi manajemen merupakan sebuah struktur pelaporan yang
didasarkan pada informasi yang mencerminkan cara manajemen
sebuah bank memandang bisnis itu.
Sebaliknya, statutory financial accounts, (misalnya laporan rugi laba
dan neraca) harus dipersiapkan sesuai dengan standar pelaporan
dan harus mematuhi standar akuntansi nasional.
Risiko utama yang dicakup oleh ALM adalah :
Risiko tingkat suku bunga dalam banking book dan
risiko likuiditas.
End of
Chapter 4
Bab 5
Karakteristik
Risiko Kredit
154
5.1. Jenis-jenis risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai
akibat kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya.
Risiko kredit pada dasarnya telah dikenal dengan baik oleh para
investor dan pengusaha.
Bank sangat terekspos risiko kredit mengingat kegiatan usahanya
yang bersifat lending-based.
Disamping itu, bisnis bank memiliki rasio hutang terhadap modal
yang tinggi (highly leveraged).
Setiap kenaikan tingkat kegagalan membayar masing-masing
debitur secara potensial akan berdampak terhadap berkurangnya
permodalan bank.
155
5.1.1. Sovereign credit risk
Sovereign risk adalah risiko kerugian yang mungkin timbul akibat
kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk
memenuhi kewajibannya, baik bunga maupun pokoknya.
Secara umum, penerbitan obligasi pemerintah (sovereign debt
bond) terdiri dari :
 Obligasi dalam mata uang domestik,
 Obligasi dalam valuta asing.
Rasio utama dalam penilaian sovereign risk : debt service ratio,
yaitu jumlah bunga & pokok atas pinjaman valas yang telah jatuh
tempo dibandingkan dengan penerimaan negara dari ekspor dan
arus modal masuk.
Selain itu, faktor lain yang juga harus diperhatikan investor :
• Investasi domestik juga harus diperhatikan bubbles.
• Pinjaman swasta dalam valas.
156
5.1.1. Sovereign credit risk
Faktor-faktor kualitatif yang perlu diperhatikan :
 Efisiensi sistem perbankan penyaluran dana,
 Efisiensi sistem perpajakan penerimaan negara,
 Kemampuan Bank Sentral mengendalikan suku bunga,
 Tingkat suku bunga domestik,
 Transparansi dalam proses perekonomian serta pembagian tugas
dan wewenang yang jelas antara pemerintah, Bank Sentral,
lembaga pengawasan, sistem hukum dan pelaku bisnis.
Sovereign risk merupakan bagian dari country risk.
Country risk mencakup lingkungan hukum, politik, dan ekonomi
serta bagaimana ketiganya mempengaruhi sektor swasta.(
Sovereign risk di Basel II diukur dengan menggunakan peringkat
kreditnya (credit ratings).
157
5.1.2. Risiko kredit korporasi
5.1.3. Risiko kredit ritel
Kredit korporasi  risky debt.
Kredit sovereign  risk-free debt.
Risiko kredit korporasi : risiko gagal bayar atas utang/kewajiban
yang diterbitkan oleh perusahaan.
Pemegang saham adalah pihak yang paling akhir dibayar jika
perusahaan mengalami likuidasi.
Risiko kredit ritel
Terdapat perubahan penilaian kredit individual : dari sistem branch-
based menjadi centralized.
• Sistem branch-based  wewenang kepala cabang (personal
knowledge),
• Sistem centralized  berdasarkan data informasi debitur yang
standardized yang diolah menjadi model credit scoring.
158
5.1.4. Probability of default
5.1.5. Risiko kredit sistemik
Karakter keputusan pemberian kredit : “binary”.
Namun pendekatan ini tidak membantu bank dalam membuat
keputusan komersial.
Tingginya tingkat kredit macet berpotensi menimbulkan risiko
sistemik.
Risiko kredit dan risiko likuiditas merupakan kategori
risiko yang terpenting dalam bisnis perbankan.
159
5.1.6. Risiko kredit traded markets counterparty
Risiko kredit traded markets counterparty timbul ketika counterparty
tidak segera membayar kewajiban yang muncul dalam sebuah
transaksi (kontrak valas/kontrak suku bunga).
Mitigasi risiko kredit traded markets counterparty :
 Pembayaran berkala antar pihak-pihak dalam kontrak,
 Kolateral,
 „Netting‟
(merupakan proses offset antara keuntungan dan kerugian melalui
sejumlah transaksi dengan jenis kontrak yang sama atau dapat
juga dilakukan dengan jenis kontrak yang berbeda.
Dasar perhitungan risiko kredit counterparty adalah menggunakan
proses mark-to-market.
160
5.2.1. Analisa kelayakan – risiko sovereign
Faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif yang umumnya
dipertimbangkan :
 Negara itu sendiri,
 Faktor-faktor ekonomi,
 Sumber daya alam & bahan baku,
 Efisiensi pasar tenaga kerja & kualitas keahlian dan pendidikan,
 Efisiensi pasar modal dan sistem perbankan,
 Pemerintah,
 Kebijakan ekonomi makro,
 Perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran,
 Perkembangan inflasi dan prediksinya,
 Aliran penanaman modal asing,
 Kebijakan pendapatan dan belanja pemerintah,
 Faktor-faktor politis,
 …………
5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit
161
5.2.2. Analisa kelayakan – risiko korporasi
Stabilitas dan kesehatan suatu perusahaan dapat diukur antara lain
dari :
 Kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara
periodik dalam jangka waktu tertentu,
 Rasio debt to equity,
 Kriteria lain; seperti rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar.
Analisa kredit korporasi  analisa rasio keuangan, elemen-elemen
laporan keuangan yang dinilai :
• Neraca,
• Laporan laba rugi,
• Laporan aliran kas,
• Laporan pajak.
Analisa umumnya fokus pada kinerja perusahaan selama tiga
tahun terakhir.
162
5.2.2. Analisa kelayakan – risiko korporasi
Rasio-rasio utama yang digunakan dalam analisa kredit korporasi :
 Kinerja operasional,
 Kemampuan membayar bunga pinjaman,
 Financial gearing (leverage),
 Likuiditas.
Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mengembangkan
grading models.
Saat ini penilaian perusahaan seringkali didasarkan pada faktor-
faktor yang mudah dilihat, seperti deviden ditambah aktiva bersih
per saham.
163
5.2.3. Teknik options-based terbaru
Pendekatan options-based to modeling credit diperkenalkan oleh
Robert Merton (ekonom pemenang hadiah Nobel).
Merton mengilustrasikan pemberian fasilitas kredit kepada suatu
perusahaan sebagai :
Pembelian hak (option) oleh perusahaan untuk memindahkan
(put) aktiva perusahaan kepada bank pada saat nilai
perusahaan menjadi negatif (Nilai sekarang aktiva perusahaan
dikurangi nilai sekarang utang perusahaan = angka negatif).
Selisih valuasi aktiva dan utang dapat digunakan untuk menghitung
kemungkinan gagal bayar (probability of default).
Pendekatan Merton memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
grading model terkini yang digunakan untuk memprediksi
kemungkinan suatu gagal bayar.
164
5.2.4. Analisa risiko kredit–risiko kredit perorangan
Terdapat dua area besar dalam kredit perorangan :
 Kredit dengan agunan real estate,
 Kredit tanpa agunan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
 Anggaran perorangan,
 Credit scoring models,
 Lembaga referensi kredit,
 Konsumsi jangka panjang,
 Aktiva bersih,
 Peran asuransi.
165
5.2.4. Analisa risiko kredit–risiko kredit perorangan
Hal-hal yang umumnya dipertimbangkan oleh bank dalam menilai
kelayakan dalam pemberian kredit perorangan :
 Sisa pendapatan,
 Pendapatan setelah dikurangi pembayaran kredit,
 Pendapatan lain-lain dan kemampuan mempertahankan
pembayaran di masa datang,
 Penetapan suku bunga kredit,
 Gangguan terhadap pendapatan dan penutupan asuransi,
 Asuransi terhadap aktiva,
 Perbandingan antara besarnya kredit dengan nilai rumah,
 Penjaminan kredit.
166
5.2.5. Pengelolaan portofolio
Konsentrasi kredit mencakup eksposur yang signifikan yang terkait
dengan :
 counterparty individual atau kelompok counterparty yang terkait
satu sama lain,
 Sektor ekonomi atau wilayah geografis,
 Ketergantungan pada suatu aktivitas atau komoditi tertentu,
 Jenis agunan atau counterparty tunggal.
Risiko konsentrasi dapat dianalisa dengan memperhatikan cohort
dari suatu portofolio.
Cohort adalah pengelompokan aktiva berdasarkan berbagai
kriteria.
167
5.3. Risiko kredit dan Basel II
Pilar 1 Basel II mempersyaratkan bank untuk menghitung
kebutuhan modalnya terhadap risiko kredit, risiko pasar dan risiko
operasional.
Di Basel II, bank dapat memilih tiga pendekatan untuk menghitung
persyaratan modal bagi risiko kredit.
Selain menjelaskan mekanisme setiap pendekatan, Basel II juga
menetapkan kriteria minimum bagi bank yang akan menggunakan
pendekatan yang lebih kompleks.
Pendekatan Internal Ratings-Based yang cukup kompleks memper-
syaratkan adanya persetujuan dari pengawas sebelum bank meng-
gunakannya.
Karakteristik pendekatan IRB merupakan faktor yang membedakan
Basel II dan Basel I.
End of
Chapter 5
Bab 6
Karakteristik
Risiko Operasional
170
6.1.1. Apakah yang dimaksud dengan risiko operasional
Definisi Risiko operasional menurut Basel II : risiko kerugian yang
timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal,
manusia, sistem, atau dari kejadian-kejadian eksternal.
- Bukan merupakan suatu risiko yang baru,
- Bersifat inherent.
- Mencakup Risiko Hukum, namun tidak mencakup other risks
- Di-cover di Pilar 1 Basel II Accord.
6.1 Karakteristik risiko operasional
171
6.1.2. Frekuensi vs Dampak
Terdapat dua faktor untuk mengelompokkan kejadian risiko
operasional :
 Frekuensi/frequency
 Dampak/Impact
Terdapat empat kelompok jenis kejadian risiko operasional :
Impact
Freq.
H
HL
LFLI LFHI
HFLI HFHI
Ignore
# relevan
BCP
172
6.2. Risiko kerugian, EL & UEL
Definisi Risiko operasional menurut Basel II : “Risiko kerugian
yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses
internal,…”
• Persepsi : hanya yang menimbulkan kerugian saja yang dianggap
sebagai risiko operasional.
• Pada saat suatu kejadian muncul/hampir terjadi, tanpa
memperhatikan konsekuensi keuangannya, kejadian tersebut
perlu dicatat & dilakukan langkah-langkah pencegahannya.
Perhitungan modal risiko operasional harus mempertimbangkan
Expected Loss (EL) & UnExpected Loss (UEL).
EL : kerugian yang timbul karena dilaksanakannya kegiatan usaha
bank secara normal.  Cost of doing business  struktur pricing.
Prediksi menggunakan metode statistik (rata-rata)  data historis
dan pengalaman.
173
6.2. Risiko kerugian, EL & UEL
UEL : kerugian yang besarnya secara signifikan jauh berada di atas
batas yang dapat dikategorikan sebagai kerugian yang
diperkirakan.
- Masuk dalam kelompok LFHI,
- Metode statistik sederhana untuk menghitung UEL : Standar
deviasi
Sumber data yang dapat digunakan :
 Data internal,
 Data eksternal dari bank lain,
 Data dari skenario risiko operasional.
174
6.3. Kejadian risiko operasional
Cakupan mitigasi risiko operasional di Basel II :
 Pencatatan kerugian,
 Prediksi kerugian masa yang akan datang,
 Pengelolaan kejadian risiko operasional.
Pengkategorian risiko operasional berdasarkan penyebab
utamanya :
• Risiko proses internal,
• Risiko manusia,
• Risiko sistem,
• Risiko Eksternal,
• Risiko Hukum.
Kategori-kategori tersebut tidak memasukkan other risks.
175
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko proses internal
Merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan proses/prosedur
yang terdapat di suatu bank.
Kejadian risiko proses internal meliputi :
 Dokumentasi (#memadai/ #lengkap/ #tepat),
 Pengendalian yang lemah,
 Kelalaian pemasaran,
 Kesalahan penjualan produk,
 Pencucian uang,
 Laporan #benar/ #lengkap,
 Kesalahan transaksi.
Kemungkinan penyebab : proses terlalu rumit, #terstruktur,
# dilaksanakan dengan semestinya.
176
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko manusia
Merupakan risiko yang terkait dengan karyawan bank.
Area-area yang umumnya terkait dengan risiko manusia :
 Permasalahan kesehatan & keselamatan kerja,
 Perputaran karyawan yang tinggi,
 Fraud internal,
 Sengketa pekerja,
 Praktik manajemen yang buruk,
 Pelatihan karyawan yang tidak memadai,
 Terlalu tergantung pada karyawan tertentu,
 Roque trader.
177
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko sistem
Merupakan risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan
sistem.
Kejadian risiko sistem dapat disebabkan oleh :
 Data yang tidak lengkap,
 Kesalahan input data,
 Pengendalian perubahan data yang tidak memadai,
 Pengendalian proyek yang tidak memadai,
 Kesalahan pemrograman,
 Ketergantungan pada teknologi „black box‟,
 Gangguan pelayanan,
 Masalah terkait keamanan sistem,
 Kecocokan sistem,
 Penggunaan teknologi yang belum diujicoba.
178
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko eksternal
Merupakan risiko yang terkait dengan kejadian yang berada di luar
kendali bank secara langsung.
Umumnya adalah kejadian LFHI UEL.
Kejadian risiko eksternal dapat disebabkan oleh :
 Kejadian pada bank lain dampak ke seluruh industri perbankan,
 Pencurian dan external fraud,
 Kebakaran, bencana alam,
 Kegagalan perjanjian outsourcing,
 Penerapan ketentuan baru,
 Kerusuhan dan unjuk rasa,
 Terorisme,
 Tidak beroperasinya sistem transportasi,
 Kegagalan utility service.
179
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko hukum
Merupakan risiko yang timbul dari adanya ketidakpastian karena
dilakukannya suatu tindakan hukum atau ketidakpastian dalam
penerapan atau interpretasi suatu perjanjian, peraturan, atau
ketentuan.
Peningkatan risiko hukum disebabkan oleh :
 Penerapan ketentuan KYC,
 Penerapan ketentuan perlindungan data nasabah (untuk tujuan
pemasaran produk).
180
6.3. Kejadian risiko operasional
Boundary Event
Solusi umum terhadap permasalahan “Boundary risk event” :
mengklasifikasikan kejadian berdasarkan penyebab utamanya.
Kejadian risiko
Risiko Kredit ???
Risiko Pasar ???
Risiko Operasional ???
Risiko Lainnya ???
Identifikasi “Boundary event” tetap perlu dilakukan untuk :
- Mencegah terjadinya pencatatan ganda dalam perhitungan modal,
atau
- Tidak diperhitungkannya kejadian tersebut sama sekali.
181
6.4. Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan
Terdapat perubahan karakteristik risiko operasional,
kejadian low-cost error kejadian LFHI.
Beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah :
Otomatisasi,
Ketergantungan pada teknologi,
Outsourcing,
Terorisme,
Meningkatnya globalisasi,
Insentif dan trading-‟rouge
trader‟,
Meningkatnya volume dan
nilai transaksi,
Meningkatnya litigasi.
182
6.5. Basel II dan risiko operasional
Setidaknya rata-rata sekitar 12% modal diperlukan untuk
mengantisipasi risiko operasional.
Pilar 1 Basel II mempersyaratkan bank untuk
mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasikan
modal untuk risiko operasional; sebagaimana dilakukan
juga untuk risiko kredit dan risiko pasar.
Di Basel II, terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk
menghitung kebutuhan modal bagi risiko operasional :
 Basic Indicator Approach (BIA),
 Standardised Approach (SA),
 Advanced Measurement Approach (AMA).
Bank dapat berpindah dari sistem yang sederhana ke pendekatan
yang lebih kompleks.
End of
Chapter 6
Bab 7
Pengantar Supervisory
Review & Persyaratan
Pengungkapan bagi
Bank
185
7.1. Pentingnya Supervisory Review
Pilar 2 menetapkan prinsip-prinsip proses supervisory review yang
harus digunakan pengawas.
Tiga area utama yang dibahas Pilar 2 :
 Risiko yang belum sepenuhnya didiskusikan di Pilar 1, seperti
risiko konsentrasi kredit,
 Risiko yang sama sekali belum dibahas di Pilar 1, seperti interest
rate risk in the banking book,
 Faktor-faktor di luar kendali bank (misal : pengaruh siklus bisnis).
Supervisory review terhadap bank tidak hanya
ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap
persyaratan modal minimum, tetapi juga untuk
mendorong bank mengembangkan dan
mendorong teknik manajemen risiko yang terbaik.
186
7.1.1. Proses penilaian internal terhadap modal
Manajemen Bank bertanggung jawab untuk mengembangkan
proses penilaian internal terhadap modal yang mampu
mengevaluasi risiko dan faktor-faktor pengendalinya pada semua
lini usaha bank.
Proses penilaian internal terhadap modal dilakukan untuk
mengevaluasi kebutuhan modal saat ini dan memperkirakan
kebutuhan modal dimasa datang.
Supervisory review tidak dapat menggantikan
pelaksanaan manajemen yang baik.
Direksi dan pejabat senior bank tetap memiliki
tanggung jawab untuk memastikan mereka
memelihara modal yang cukup untuk mendukung
kegiatan usaha bank, termasuk memperhitung-
kan aspek-aspek yang belum dicakup di Pilar 1.
187
7.1.2. Supervisory review & tindak lanjut pengawasan
Tindakan yang dapat dilakukan pengawas selain meminta bank
untuk meningkatkan rasio permodalan :
 Menetapkan target yang harus dicapai dalam perbaikan struktur
manajemen risiko,
 Menetapkan prosedur internal yang lebih ketat,
 Meningkatkan kualitas pegawai melalui pelatihan atau rekrutmen.
Dalam kasus-kasus ekstrim, pengawas dapat menurunkan tingkat
risiko atau kegiatan usaha bank hingga masalah yang ada
terselesaikan atau dapat dikendalikan.
Basel Committee memandang proses supervisory review sebagai
suatu interaksi aktif antara bank dan pengawas.
188
7.2. Uraian singkat tentang empat prinsip utama
Basel Committee menetapkan 25 prinsip utama pengawasan dalam
“Core Principles for Effective Banking Supervision” – September
1997, yang meliputi aspek-aspek :
 Pra-kondisi untuk pengawasan perbankan yang efektif,
 Perizinan dan struktur,
 Pengaturan prinsip kehati-hatian,
 Metode pengawasan perbankan yang diterapkan,
 Informasi yang dipersyaratkan,
 Kewenangan formal,
 Perbankan antar negara.
Pilar 2 mengidentifikasi empat prinsip penting supervisory review
untuk melengkapi 25 prinsip utama tersebut.
189
7.2.1. Prinsip 1
Manajemen Bank bertanggung jawab penuh untuk memastikan
agar bank memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
saat ini dan dimasa datang. Target modal  profil risiko.
5 aspek proses penilaian modal :
1. Pengawasan oleh direksi dan manajemen senior,
2. Penilaian modal yang tepat,
3. Penilaian risiko yang komprehensif,
4. Pengawasan dan pelaporan,
5. Evaluasi pengendalian internal.
Bank harus memiliki suatu proses untuk menilai
kecukupan modal secara keseluruhan dalam
hubungannya dengan profil risiko yang ada, dan
harus memiliki strategi untuk mempertahankan
tingkat permodalannya.
190
7.2.2. Prinsip 2
Beberapa metode pengumpulan informasi yang dapat dilakukan :
 Kunjungan ke bank,
 Review tanpa melakukan kunjungan ke bank,
 Pertemuan dengan manajemen bank,
 Meneliti hasil kerja auditor eksternal yang relevan dengan proses
review,
 Memonitor laporan-laporan periodik.
Pengawas harus meneliti dan mengevaluasi
penilaian dan strategi internal kecukupan modal
yang digunakan bank, serta kemampuan mereka
untuk memonitor dan memastikan kepatuhan
terhadap rasio permodalan sesuai ketentuan
yang berlaku.
191
7.2.3. Prinsip 3
Ketentuan-ketentuan di Pilar 1 dirancang untuk memberikan
standar modal minimum bagi bank :
 yang memiliki aspek-aspek pengendalian yang memadai,
 yang memiliki portofolio risiko yang terdiversifikasi,
 yang kegiatan usahanya mencakup risiko-risiko yang terdapat di
Pilar 1.
Pengawas harus mendapatkan keyakinan bahwa
bank beroperasi di atas rasio permodalan
minimum sesuai ketentuan dan harus memiliki
kewenangan untuk meminta bank memelihara
modal di atas jumlah minimum.
192
7.2.4. Prinsip 4
Jika bank gagal mempertahankan kecukupan modalnya, pengawas
dapat menggunakan kewenangannya untuk mengambil langkah-
langkah perbaikan.
Pengawas harus dapat melakukan tindakan
sedini mungkin untuk mencegah penurunan
modal di bawah jumlah minimum.
193
7.3. Sifat pengungkapan
Pengungkapan (disclosure) dianggap penting karena menyediakan
informasi yang relevan kepada para investor mengenai kinerja
perusahaan saat ini dan di masa datang.
Pengungkapan (disclosure) adalah penyebar-
luasan informasi kepada masyarakat mengenai
hal-hal yang bersifat material terhadap evaluasi
kegiatan usaha suatu perusahaan.
End of
Chapter 7
Bab 8
Corporate Governance
bagi Bank
196
8.1. Stakeholder bank
Bank juga dipersyaratkan untuk mempertimbangkan berbagai
keinginan stakeholder-nya pada saat mengambil keputusan.
Operasional bank harus memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholder bank secara berimbang.
Stakeholder bank terdiri dari semua pihak yang
memiliki kepentingan langsung dengan keberhasilan
bank termasuk pemegang saham, karyawan, dan
masyarakat secara keseluruhan.
197
8.2. Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank
Aspek-aspek penting corporate governance :
 Pengawasan oleh dewan komisaris, direksi atau dewan
pengawas (supervisory board),
 Pengawasan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat dalam berbagai
kegiatan usaha sehari-hari,
 Pengawasan langsung pada masing-masing segmen kegiatan
usaha,
 Manajemen risiko dan fungsi audit yang independen,
 Personil penting layak dan patut menjalankan tugas yang
dibebankan,
 Pelaporan secara periodik.
Corporate governance merupakan serangkaian
keterkatian antara dewan komisaris, direksi, pihak-
pihak yang berkepentingan, serta pemegang saham
perusahaan.
198
8.3. Implementasi corporate governance yang kuat
Direksi (atau yang setingkat) memiliki tanggung jawab akhir
terhadap manajemen dan kinerja bank.
Bank perlu menetapkan sasaran strategis yang jelas
dan menyusun “etos” perusahaan, dan mengkomuni-
kasikannya kepada seluruh unit organisasi bank.
Agar kegiatan usaha bank dapat diawasi dan diken-
dalikan secara efektif, direksi harus menetapkan
batasan yang jelas mengenai kewenangan dan
tanggung jawab. Direksi harus terlibat secara
langsung dalam proses ini.
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1

More Related Content

What's hot

Kesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bankKesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bankRosita Dewi
 
Makalah Analisis Risiko Perbankan
Makalah Analisis Risiko PerbankanMakalah Analisis Risiko Perbankan
Makalah Analisis Risiko PerbankanIsmi Islamia
 
Manajamen Risiko Bank Syariah
Manajamen Risiko Bank SyariahManajamen Risiko Bank Syariah
Manajamen Risiko Bank SyariahDwi Wahyu
 
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk ManagementManajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk ManagementJudianto Nugroho
 
PowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptx
PowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptxPowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptx
PowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptxRidhoPramanaAji
 
Manajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasarManajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasarJudianto Nugroho
 
Manajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resiko
Manajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resikoManajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resiko
Manajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resikoJudianto Nugroho
 
Ch1 standar akuntansi kieso ifrs
Ch1  standar akuntansi kieso ifrsCh1  standar akuntansi kieso ifrs
Ch1 standar akuntansi kieso ifrsalif radix
 
power point rekon siliasi bank
power point rekon siliasi bankpower point rekon siliasi bank
power point rekon siliasi bankpanduazis
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAmalia Dekata
 
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Jiantari Marthen
 
Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional
Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional
Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional Eka Susi Utami
 
Ruang Lingkup Manajemen Risiko
Ruang Lingkup Manajemen RisikoRuang Lingkup Manajemen Risiko
Ruang Lingkup Manajemen RisikoDwi Wahyu
 
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPenataan Ruang
 
Tingkat kesehatan bank
Tingkat kesehatan bankTingkat kesehatan bank
Tingkat kesehatan bankAsep Sahwani
 

What's hot (20)

Kesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bankKesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bank
 
Makalah Analisis Risiko Perbankan
Makalah Analisis Risiko PerbankanMakalah Analisis Risiko Perbankan
Makalah Analisis Risiko Perbankan
 
Manajemen Resiko
Manajemen ResikoManajemen Resiko
Manajemen Resiko
 
Manajamen Risiko Bank Syariah
Manajamen Risiko Bank SyariahManajamen Risiko Bank Syariah
Manajamen Risiko Bank Syariah
 
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk ManagementManajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
 
PowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptx
PowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptxPowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptx
PowerPoint Materi 1 Analisis Laporan Keuangan.pptx
 
Manajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasarManajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasar
 
Basel dan Regulasi Manajemen Risiko
Basel dan Regulasi Manajemen RisikoBasel dan Regulasi Manajemen Risiko
Basel dan Regulasi Manajemen Risiko
 
Teori Pasar Modal
Teori Pasar ModalTeori Pasar Modal
Teori Pasar Modal
 
Manajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resiko
Manajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resikoManajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resiko
Manajemen Risiko 18 aplikasi manajemen resiko
 
Ch1 standar akuntansi kieso ifrs
Ch1  standar akuntansi kieso ifrsCh1  standar akuntansi kieso ifrs
Ch1 standar akuntansi kieso ifrs
 
power point rekon siliasi bank
power point rekon siliasi bankpower point rekon siliasi bank
power point rekon siliasi bank
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
 
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
 
Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional
Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional
Manajemen Risiko Volatilitas Pasar dan Risiko Operasional
 
Ruang Lingkup Manajemen Risiko
Ruang Lingkup Manajemen RisikoRuang Lingkup Manajemen Risiko
Ruang Lingkup Manajemen Risiko
 
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
 
Tingkat kesehatan bank
Tingkat kesehatan bankTingkat kesehatan bank
Tingkat kesehatan bank
 
Akuntansi koperasi
Akuntansi koperasiAkuntansi koperasi
Akuntansi koperasi
 
ch7
ch7ch7
ch7
 

Similar to Materi Tingkat 1

Kesepakatan basel tentang analisis resiko
Kesepakatan basel tentang analisis resikoKesepakatan basel tentang analisis resiko
Kesepakatan basel tentang analisis resikoSyafril Djaelani,SE, MM
 
Bab 10 manajemen risiko
Bab 10 manajemen risikoBab 10 manajemen risiko
Bab 10 manajemen risikoelfiraeviana
 
Kel 4 - manajemen risiko perbankan.pdf
Kel 4 - manajemen risiko perbankan.pdfKel 4 - manajemen risiko perbankan.pdf
Kel 4 - manajemen risiko perbankan.pdfNovaIndriyani025
 
Sampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptx
Sampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptxSampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptx
Sampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptxAgimMuktiSulung
 
Manajemen Resiko Bank chapter 12.pptx
Manajemen Resiko Bank chapter 12.pptxManajemen Resiko Bank chapter 12.pptx
Manajemen Resiko Bank chapter 12.pptxFahmiMuhammad36
 
Strategic risk ini bank syariah in indonesia
Strategic risk ini bank syariah in indonesiaStrategic risk ini bank syariah in indonesia
Strategic risk ini bank syariah in indonesiaMufit4
 
Risk pada Industri Perbankan.pptx
Risk pada Industri Perbankan.pptxRisk pada Industri Perbankan.pptx
Risk pada Industri Perbankan.pptxAloysiusArya1
 
man.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
man.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.pptman.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
man.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.pptharis916240
 
6. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
6. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt6. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
6. Risiko Perubahan Suku Bunga.pptYuliaTjhia
 
Pkh perdagangan(bab 2)
Pkh perdagangan(bab 2)Pkh perdagangan(bab 2)
Pkh perdagangan(bab 2)Nazie War
 
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptxprodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptxharis916240
 
Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013
Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013
Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013IPDN
 
Pertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptx
Pertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptxPertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptx
Pertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptxreynatarevaaulia61
 

Similar to Materi Tingkat 1 (20)

MR-Sesi-1.ppt
MR-Sesi-1.pptMR-Sesi-1.ppt
MR-Sesi-1.ppt
 
Kesepakatan basel tentang analisis resiko
Kesepakatan basel tentang analisis resikoKesepakatan basel tentang analisis resiko
Kesepakatan basel tentang analisis resiko
 
Bab 10 manajemen risiko
Bab 10 manajemen risikoBab 10 manajemen risiko
Bab 10 manajemen risiko
 
Kel 4 - manajemen risiko perbankan.pdf
Kel 4 - manajemen risiko perbankan.pdfKel 4 - manajemen risiko perbankan.pdf
Kel 4 - manajemen risiko perbankan.pdf
 
Sampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptx
Sampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptxSampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptx
Sampel Manajemen Risiko Bank Panin.pptx
 
Manajemen Resiko Bank chapter 12.pptx
Manajemen Resiko Bank chapter 12.pptxManajemen Resiko Bank chapter 12.pptx
Manajemen Resiko Bank chapter 12.pptx
 
Strategic risk ini bank syariah in indonesia
Strategic risk ini bank syariah in indonesiaStrategic risk ini bank syariah in indonesia
Strategic risk ini bank syariah in indonesia
 
Risk pada Industri Perbankan.pptx
Risk pada Industri Perbankan.pptxRisk pada Industri Perbankan.pptx
Risk pada Industri Perbankan.pptx
 
Manajemen Bank Umum
Manajemen Bank UmumManajemen Bank Umum
Manajemen Bank Umum
 
man.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
man.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.pptman.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
man.resiko. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
 
6. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
6. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt6. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
6. Risiko Perubahan Suku Bunga.ppt
 
Pkh perdagangan(bab 2)
Pkh perdagangan(bab 2)Pkh perdagangan(bab 2)
Pkh perdagangan(bab 2)
 
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
Perbankan dan Era Globalisasi (Perekonomian indonesia BAB 8)
 
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptxprodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
 
Ojk
OjkOjk
Ojk
 
Presentasi manajemen piutang
Presentasi manajemen piutangPresentasi manajemen piutang
Presentasi manajemen piutang
 
Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013
Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013
Materi II Seminar COSO dan ERM - Pusdiklat BPK 2013
 
Tindak pidana perbankan
Tindak pidana perbankanTindak pidana perbankan
Tindak pidana perbankan
 
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptxMateri 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
Materi 5-6 ANALISIS RISIKO BISNIS - Risiko Keuangan dan Proyek.pptx
 
Pertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptx
Pertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptxPertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptx
Pertemuan-4-OTORITAS-JASA-KEUANGAN-DAN-LEMBAGA-PENJAMIN-SIMPANAN.pptx
 

Recently uploaded

Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa PemrogramanSaeranSaeran1
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptParulianGultom2
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMhanyakaryawan1
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIHepySari1
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)BashoriAlwi4
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 

Materi Tingkat 1

  • 1. PEMBEKALAN UJIAN SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO TINGKAT 1 MATERI III PENJELASAN RINCI
  • 2. Table of Content : Bab 2 : Evolusi Manajemen Risiko & Regulasi Perbankan Bab 3 : Perkembangan Pengawasan Bank Berbasis Risiko Bab 4 : Karakteristik Risiko Pasar & Risiko Treasury Bab 5 : Karakteristik Risiko Kredit Bab 6 : Karakteristik Risiko Operasional Bab 7 : Pengantar Supervisory Review & Persyaratan Disclosure Bab 8 : Corporate Governance bagi Bank Bab 9 : Kerangka Kerja Regulasi di Indonesia Bab 1 : Karakteristik Risiko & Regulasi Perbankan
  • 4. 4 1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi Bank Perusahaan Jasa Keuangan Lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk : • Menerima Simpanan • Memberikan Kredit • Menerima & menerbitkan Cek. Lembaga yang menawarkan produk keuangan, seperti : • Mortgage • Dana Pensiun • Asuransi • Obligasi.
  • 5. 5 1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi PJK BANK BANK PJK PJK = Perusahaan Jasa Keuangan √
  • 6. 6 1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi Definisi Risiko Kamus Sertifikasi Peluang terjadinya bencana atau kerugian. Peluang terjadinya hasil (outcome) yang buruk. Kejadian Risiko (risk event) : Terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan potensi kerugian (outcome yang buruk). Risiko Kerugian : Kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi langsung ataupun tidak langsung dari kejadian risiko (bersifat finansial atau non-finansial).
  • 7. 7 Struktur Modal Menunjukkan cara yang ditempuh bank untuk memperoleh pendanaan, umumnya dilakukan melalui kombinasi penerbitan saham, obligasi dan penerimaan pinjaman. 1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi Regulasi Produk Non-Finansial Produk Finansial Regulasi diterapkan untuk produk dan jasanya. Regulasi diterapkan untuk : • Produk & jasa • Institusi.
  • 8. 8 Contoh : Struktur modal sebuah bank (Jutaan USD) 1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi Aktiva Jumlah Bobot Risiko (%) ATMR Obligasi pemerintah domestik 100 0 0 Kas 10 0 0 Kredit kepada bank lain < 1 tahun 200 20 40 Kredit kepada usaha kecil & menengah 390 100 390 Kredit kepada pemerintah daerah 200 50 100 Kredit kepada perusahaan internasional berskala besar 100 100 100 Total 1.000 630 Kewajiban Jumlah Modal 80 Simpanan nasabah 820 Kredit dari bank lain 100 Total 1.000 Rasio regulatory capital 8% dari ATMR x 8% = USD 50.4m
  • 9. 9 1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi Basel II maupun sertifikasi berkaitan dengan regulasi bank dan bukan regulasi industri jasa keuangan. Khusus untuk Uni Eropa (EU), Basel II akan mencakup lembaga-lembaga pemberi credit (credit institution) dan perusahaan investasi (investment firm) yang masing-masing berjumlah sekitar 8.800 dan 2.200 perusahaan.
  • 10. 10 Risiko Sistemik Risiko dimana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh pegawai, nasabah dan pemegang saham -- (bank rush). Jika bank gagal ??? 1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi? Risiko Sistemik Kebutuhan untuk meregulasi bank sebagai sebuah institusi bermula dari adanya risiko yang melekat (inherent) pada sistem perbankan, yaitu : Bank menawarkan sebuah produk yang digunakan oleh setiap nasabah, baik komersial maupun perorangan, yaitu uang.
  • 11. 11 1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi? Sebelum tahun 1930-an, permasalahan pada solvabilitas bank, bahkan bank rush, cukup sering terjadi. Keadaan ini mendorong pemerintah untuk mengendalikan bank melalui regulasi, dengan memastikan bank memiliki modal dan likuiditas yang cukup. Otoritas pengawas perbankan berupaya memastikan agar bank dapat : • Memenuhi permintaan deposan (pada tingkat yang wajar) untuk mendapatkan uangnya kembali tanpa menarik kembali kredit yang telah diberikan. • Mempertahankan tingkat kerugian yang wajar akibat kredit macet atau siklus penurunan kegiatan ekonomi.
  • 12. 12 Semakin besar risiko yang dihadapi bank, maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan. Bank diwajibkan untuk memiliki modal yang cukup untuk menutupi risiko yang dihadapi (kecukupan modal  capital adequacy). Tingkat modal harus didasarkan pada tingkat risiko (modal berbasis risiko/risk-based capital). 1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?
  • 13. 13 1.1.3. Regulasi Bank Basel I The Basel Committee on Banking Supervision untuk pertama kalinya menawarkan suatu metodologi standar perhitungan jumlah modal berbasis risiko yang harus dimiliki sebuah bank, yaitu dengan menerbitkan : Basel Capital Accord I, pada tahun 1988. Basel Accord I hanya mencakup risiko kredit. Diperkenalkan berbagai multiplier (bobot risiko/risk weight) sederhana, masing- masing untuk : utang pemerintah, utang bank, dan utang perusahaan dan pribadi, dikalikan dengan 8% target rasio modal.
  • 14. 14 1.1.3. Regulasi Bank The Market Risk Amendment Otoritas pengawas perbankan di beberapa negara berupaya menyempurnakan Accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap risiko. Hal tersebut banyak mendapatkan dorongan dan dukungan karena adanya : • Pertumbuhan pasar derivatif • Option pricing model yang terkait langsung dengan volatilitas pengembalian (return) dari instrumen pasar yang menjadi underlying dengan nilai instrumen tersebut. The Basel Committee menerbitkan The Market Risk Amendment terhadap Basel Accord I pada tahun 1996 untuk memperhitungkan risiko pasar (menggunakan model Value at Risk (VAR)).
  • 15. 15 Basel II The Basel Committee selanjutnya mengembangkan Basel Capital Accord II. Setelah melalui berbagai konsultasi dan pembahasan, Accord baru tersebut diadopsi pada tahun 2004 dan dijadwalkan untuk diimplementasikan pada tahun 2006 – 2007. Basel II menghubungkan secara langsung antara modal bank dengan risiko yang dimiliki. Cakupan risiko pasar dalam Basel II secara substansial tidak berubah dari The Market Risk Amendment tahun 1996 dan penyempurnaannya. Cakupan risiko kredit disempurnakan agar sejalan dengan The Market Risk Amendment. Bank disarankan menggunakan pendekatan berbasis model dalam penentuan tingkat risiko kredit & otoritas pengawas disarankan untuk melakukan penilaian terhadap model tersebut. 1.1.3. Regulasi Bank
  • 16. 16 Basel II, lanjutan…… Risiko operasional untuk pertama kalinya menjadi bagian pembahasan, penghitungannya diarahkan menggunakan pendekatan model. Basel II Accord juga mempertimbangkan perlunya memasukkan risiko-risiko lainnya dalam perhitungan modal berbasis risiko, namun risiko-risiko tersebut tidak dicakup oleh pendekatan model. Otoritas pengawas perbankan masing-masing negara akan bertanggung jawab untuk mengimplementasikan Basel II sesuai dengan undang-undang dan regulasi yang berlaku di negaranya. Konsistensi implementasi Basel II di setiap negara bermanfaat untuk menghindari timbulnya ketidakjelasan sebagai akibat adanya pelaporan ganda, yaitu kepada otoritas pengawas perbankan di mana bank didirikan (home country) & di mana bank memiliki cabang/anak perusahaan (host country). 1.1.3. Regulasi Bank
  • 17. 17 Basel II, lanjutan…… Perbandingan kedua Accord : 1.1.3. Regulasi Bank • Fokus pada satu cara pengukuran risiko, • Pendekatan sederhana terhadap sensitivitas risiko, • Pendekatan one-size- fits-all (penghitungan risiko & modal). Basel I Accord • Fokus pada metodologi internal, • Memiliki tingkatan sensitivitas risiko yang lebih tinggi, • Mudah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bank.. Basel II Accord
  • 18. 18 Basel II, lanjutan…… Jenis-jenis risiko utama dalam Basel II Accord : Risiko Pasar Risiko Kredit Risiko Operasional Risiko-risiko „lainnya‟. 1.1.3. Regulasi Bank
  • 19. 19 Tingkat suku bunga 1.2.1. Apa yang dimaksud dengan risiko pasar? Risiko pasar (market risk) merupakan risiko kerugian baik pada posisi on- maupun off-balance sheet yang timbul dari pergerakan Traded market risk : Bank secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan instrumen pasar (seperti obligasi) yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan nilai pasar. Interest rate risk in the banking book : Bank menghadapi risiko perubahan suku bunga pasar karena struktur underlying kegiatan usahanya. Kurs Valuta Asing Ekuitas Komoditi harga pasar. 1.2 Risiko Pasar
  • 20. 20 1.2.2. Imbal Hasil (Yield Curve) Yield Curve 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y Maturity Interestrate Imbal hasil (yield curve) menunjukkan hubungan antara tingkat suku bunga efektif dengan tanggal jatuh tempo suatu investasi pada waktu tertentu.
  • 21. 21 1.2.3. Traded Market Risk Traded market risk : Risiko kerugian nilai investasi yang terkait dengan pembelian dan penjualan (trading) instrumen keuangan di pasar secara berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan. Contoh : Bank A memperdagangkan obligasi pemerintah yang memiliki tingkat suku bunga tetap untuk periode lima tahun. Nilai obligasi itu akan dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga. 100 5% 95 6%105 4% Nilai Bond Suku Bunga Jika Suku Bunga Pasar Turun Jika Suku Bunga Pasar Naik Bond Fixed Rate
  • 22. 22 1.2.4. Interest Rate Risk In The Banking Book Interest rate risk in the banking book timbul sebagai akibat kegiatan yang dilakukan bank dengan nasabahnya yang merupakan konsekuensi logis dari pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari. Deposan Bank A Debitur Contoh : fixed rate floating rate Deposito Kredit
  • 23. 23 1.2.4. Interest Rate Risk In The Banking Book Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh bank dalam melakukan lindung nilai (hedging) atas posisi mismatch dalam contoh di atas : Mengubah model kegiatan usaha sehari-hari dengan menawarkan suku bunga yang sama untuk dana yang dihimpun dan kredit yang diberikan, Menempatkan dana pada bank lain dan melakukan penghimpunan dana dari bank lain berjangka waktu sama dengan kredit yang diberikan, Jika tersedia pasar derivatif, melakukan transaksi swap dengan bank lain.
  • 24. 24 1.3.1. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit? Risiko kredit (credit risk) merupakan risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan : • kredit yang diberikan oleh bank • obligasi yang dibeli • kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam kontrak derivatif. Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi risiko kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang diberikan bank dan oleh karenanya kerugian pada kredit dapat menghancurkan modal bank dalam waktu singkat. tidak dapat dibayarkan kembali. 1.3 Risiko Kredit
  • 25. 25 Beberapa teknik dan kebijakan untuk me-mitigasi risiko kredit : Model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan, Manajemen portofolio kredit, Sekuritisasi, Agunan, Pengawasan arus kas, Manajemen pemulihan (recovery management). 1.3.2. Metode pengelolaan risiko kredit
  • 26. 26 Model pemeringkatan kredit dapat digunakan sebagai sarana untuk menetapkan kemungkinan terjadinya default. Dalam hal ini bank melakukan kalibrasi risiko yang akan memungkinkan bank untuk menetapkan suatu probabilitas tertentu untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan (probability of default). Cara ini memungkinkan bank untuk menghindari konsentrasi portofolio kredit bank pada kredit berkualitas buruk yang memiliki kemungkinan default yang tinggi. Basel II secara spesifik membahas model pemeringkatan sebagai bagian kerangka kerja risiko kredit. 1.3.3. Model pemeringkatan (grading model)
  • 27. 27 Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio kreditnya untuk memberikan keyakinan bahwa kredit yang diberikan tidak terlalu terkonsentrasi. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada portofolio kreditnya, sehingga risiko terjadinya default yang bersifat sistemik dapat ditekan. Analisis seperti ini dikenal sebagai cohort analysis. 1.3.4. Manajemen Portofolio Kredit
  • 28. 28 Salah satu teknik yang digunakan bank untuk melindungi dirinya dari gejolak ekonomi adalah dengan mengemas dan menjual sebagian portofolio kreditnya kepada investor dalam bentuk surat berharga. Teknik ini dikenal sebagai Sekuritisasi. Sekuritisasi memungkinkan bank : mengurangi potensi eksposur yang tinggi pada suatu jenis kredit tertentu atau konsentrasi risiko yang paling tinggi, melakukan investasi pada aktiva lain yang dianggap memiliki risiko yang lebih rendah. 1.3.5. Sekuritisasi
  • 29. 29 Agunan merupakan aktiva yang diperjanjikan oleh debitur untuk mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal terjadi default. Bank perlu memastikan bahwa agunan yang diterima benar-benar dapat digunakan untuk memitigasi risiko saat debitur mengalami default. Basel I sangat membatasi jenis agunan yang dapat diakui. Basel II mengakui jenis agunan yang lebih beragam, khususnya pada pendekatan Internal Rating-Based (IRB) dalam risiko kredit. 1.3.6. Agunan (collateral)
  • 30. 30 Bank-bank yang mengalami tingkat default yang tinggi menurunkan risiko kreditnya dengan cara : membatasi tingkat eksposur (EAD/Exposure at Default), dan memastikan bahwa nasabah bereaksi cepat terhadap keadaan yang berubah. Arus kas perusahaan dan perorangan dapat tercermin dalam rekening bank mereka. 1.3.7. Monitoring Arus Kas
  • 31. 31 Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami default dapat menghasilkan pemulihan (recovery) yang cukup besar dibandingkan tingkat kerugian semula. Loss given default (LGD) adalah perkiraan kerugian yang akan diderita bank sebagai akibat terjadinya default. Nilai LGD dalam pendekatan Advanced IRB secara langsung dipengaruhi oleh estimasi bank mengenai jumlah yang dapat dipulihkan dari suatu kredit yang mengalami default. 1.3.8. Manajemen Pemulihan
  • 32. 32 Risiko Operasional adalah risiko yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat dari kejadian eksternal. 1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? Proses internal Manusia Sistem Kejadian eksternal Hukum dan regulasi (risiko legal) Sub-kategori risiko operasional : 1.4 Risiko Operasional
  • 33. 33 Contoh – contoh kejadian risiko operasional : 1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
  • 34. 34 1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? Definisi Basel II tentang risiko operasional tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi. Tetapi, Basel II memberikan ruang bagi jenis risiko lain untuk dipertimbangkan pada saat menghitung modal bank berbasis risiko. Risiko operasional terutama terkait dengan berbagai masalah yang dapat diakibatkan oleh kegagalan proses di bank. Risiko operasional adalah risiko terpenting yang sehari-harinya dapat mempengaruhi para nasabah.
  • 35. 35 Permasalahan sehari-hari yang terkait kegagalan operasional : Kegagalan rekonsiliasi, Kesalahan dalam pelaksanaan/pencatatan transaksi, Kegagalan balancing, Sistem gagal (upgrade system), Listrik padam, Banjir. 1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
  • 36. 36 1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional? Selama 15 tahun terakhir terdapat peningkatan jumlah kejadian risiko operasional yang high profile (LFHI). Melalui Basel II, untuk pertama kalinya Bank diminta mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasikan modal untuk mengantisipasi risiko operasional.
  • 37. 37 Risiko operasional bukan merupakan kelompok risiko baru.Terdapat perubahan karakteristik risiko operasional, kejadian low-cost error kejadian LFHI. 1.4.2. Perubahan tampilan risiko operasional Beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah : Otomatisasi, Ketergantungan pada teknologi, Outsourcing, Terorisme, Meningkatnya globalisasi, Insentif dan trading-‟rouge trader‟, Meningkatnya volume dan nilai transaksi, Meningkatnya litigasi.
  • 38. 38 Bank harus mempertimbangkan berbagai risiko saat menghitung modal berbasis-risiko. Tiga risiko yang termasuk dalam kategori risiko-risiko „lainnya‟ : 1. Risiko Bisnis, 2. Risiko Strategis, 3. Risiko Reputasi. 1.5. Risiko-risiko lainnya
  • 39. 39 Risiko bisnis merupakan risiko yang terkait dengan posisi kompetitif bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar yang senantiasa berubah. 1.5.1. Risiko Bisnis Risiko bisnis meliputi prospek jangka pendek dan jangka panjang terhadap produk dan jasa yang ada. Contoh : BestBank of Boulder, Colorado dilikuidasi karena rugi ± USD.200 juta. Kerugian timbul akibat kebijakan bank yang menyediakan fasilitas kartu kredit kepada debitur berkualitas rendah.
  • 40. 40 Risiko strategis merupakan risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang diambil oleh direksi bank. Risiko strategis juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi tersebut. 1.5.2. Risiko Strategis Risiko strategis dan risiko bisnis berbeda dalam durasi dan pentingnya keputusan tersebut. Risiko strategis umumnya terkait dengan keputusan : Bisnis yang akan dijadikan investasi, Bisnis yang akan diakuisisi, dan/atau Bisnis yang akan ditutup/dijual dan batasan-batasannya.
  • 41. 41 Risiko reputasi merupakan risiko terjadinya kerusakan bagi perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negatif. 1.5.3. Risiko Reputasi Pasar keuangan global dan trading 24 jam sehari menyebabkan risiko reputasi sebuah bank meningkat dalam hal severity maupun kecepatan terjadinya kerugian. Risiko reputasi tidak terbatas hanya pada reputasi dari sebuah bank saja, namun dapat mencakup keseluruhan sektor industri perbankan.
  • 42. 42 1.6.1. Dampak risiko Selain kerugian keuangan secara langsung, kejadian risiko pada bank dapat berdampak pada perekonomian dan stakeholder bank tersebut : 1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan
  • 43. 43 Dampak yang dapat dialami oleh pada pemegang saham ketika bank gagal mengelola risiko : 1.6.2. Dampak pada para pemegang saham Kehilangan nilai investasi secara keseluruhan Penurunan nilai investasi Kehilangan deviden Tanggung jawab terhadap kerugian.
  • 44. 44 Dampak yang dapat dialami oleh pegawai ketika bank gagal mengelola risiko : 1.6.3. Dampak pada pegawai Tindakan disipliner secara internal (kelalaian/sengaja) Berkurangnya pendapatan Kehilangan pekerjaan.
  • 45. 45 Dampak yang dapat dialami oleh nasabah ketika bank gagal mengelola risiko : 1.6.4. Dampak pada nasabah Penurunan tingkat pelayanan nasabah Pengurangan ketersediaan produk Krisis likuiditas Perubahan regulasi.
  • 46. 46 Risiko yang paling mempengaruhi nasabah sehari-hari adalah risiko operasional. Dampak langsung akibat kejadian risiko operasional bagi nasabah : 1.6.5. Risiko operasional dan pelayanan nasabah Terhentinya pelayanan. Pelayanan yang keliru/berkualitas buruk Gangguan pelayanan Keamanan yang kurang Jenis kerugian keuangan bagi bank : • Pembayaran ganti rugi • Biaya litigasi • Denda/sanksi dari regulator.
  • 47. 47 Banyak krisis perbankan yang dapat dikaitkan dengan permasalahan klasik „pemberian kredit berlebihan‟ (over-lending) dalam kondisi ekonomi yang sedang tumbuh pesat (booming). 1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko Bank yang over-lending pada saat ekonomi tumbuh (boom) akan mengalami under- lending pada kejadian resesi yang muncul sesudahnya.
  • 48. 48 Sarbanes-Oxley (SOX) Otoritas seringkali menerbitkan regulasi baru sebagai respon dari masalah tertentu. Salah satunya adalah Sarbanes-Oxley di AS pada tahun 2002 yang merupakan undang-undang untuk akuntabilitas korporasi. Undang-undang tersebut terkait skandal akuntansi yang berhubungan dengan jatuhnya perusahaan seperti Enron dan WorldCom. 1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
  • 49. 49 International Accounting Standards (IAS) IAS mulai diperkenalkan secara meluas pada tahun 2005 – 2006, khususnya di Uni Eropa. Standar ini akan mempengaruhi cara bank-bank mencatat, antara lain , hedging risiko tingkat suku bunga underlying dalam banking book. IAS kemungkinan juga akan mempengaruhi pengungkapan (disclosure) laporan keuangan bank (Pilar 3 Basel II). 1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
  • 50. 50 Undang-undang perbankan tahun 1992 dan 1998 menetapkan dua jenis bank di Indonesia : 1.7.1. Sistem Perbankan Indonesia Bank Umum menawarkan berbagai jasa keuangan, termasuk transaksi devisa, memiliki akses terhadap sistem pembayaran dan menyediakan pelayanan perbankan secara umum. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) jauh lebih kecil daripada bank umum dan umumnya beroperasi di wilayah tertentu saja. BPR menerima simpanan nasabah, namun tidak memiliki akses terhadap sistem pembayaran. Selain itu, terdapat lembaga-lembaga kecil non-bank, seperti Badan Kredit Desa (BKD) serta Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) 1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia
  • 51. 51 Garis besar UU dan regulasi yang telah diimplementasikan sejak tahun 1998 : 1.7.2. Regulasi Perbankan UU Bank Indonesia (1999) Menetapkan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang independen. Menetapkan tujuan dan tugas Bank Indonesia. Peraturan Tujuan UU Perbankan 1998 (Perubahan UU perbankan1992) Mendefinisikan tiap jenis bank dan persyaratan serta pembatasan yang berlaku untuk tiap jenis bank.
  • 52. 52 1.7.2. Regulasi Perbankan Peraturan Tujuan PBI tentang Audit & Kepatuhan (1999) Mendefinisikan kebutuhan fungsi audit dan kepatuhan di bank. PBI tentang Bank Umum (2000) Menentukan persyaratan perizinan dan operasional bank umum. PBI tentang Know Your Customer (2001) Mendefinisikan prosedur dan praktek yang harus digunakan bank untuk mengenali nasabah dan memonitor aktivitas rekeningnya. PBI tentang Uji Kelayakan dan Kepatutan (2003) Menetapkan uji kelayakan dan kepatutan yang dilaksanakan BI untuk pemegang saham pengendali dan manajemen senior bank.
  • 53. 53 1.7.2. Regulasi Perbankan Peraturan Tujuan PBI tentang Risiko Pasar (2003) Menetapkan persyaratan modal minimum untuk bank umum dengan memperhatikan posisi risiko pasarnya. PBI tentang Manajemen Risiko (2003) Menetapkan persyaratan infrastruktur manajemen risiko bank. PBI tentang Rencana Bisnis Bank Umum (2004) Mewajibkan bank umum untuk menyusun dan menyampaikan rencana bisnis jangka pendek dan menengah.
  • 54. 54 1.7.2. Regulasi Perbankan Peraturan Tujuan PBI tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (2005) Menetapkan batasan konsentrasi risiko dalam portofolio kredit bank. PBI tentang Sistem Informasi Debitur (2005) Mempersyaratkan bank untuk menyampaikan informasi mengenai seluruh debiturnya kepada pusat informasi kredit. PBI tentang Sekuritisasi Aset (2005) Menetapkan prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh bank dalam menggunakan dan melaksanakan sekuritisasi aset.
  • 55. 55 1.7.2. Regulasi Perbankan Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur Perbankan Indonesia yang menetapkan arah, garis besar dan struktur perbankan untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Cakupan sasaran API : • Memperkuat struktur perbankan nasional • Meningkatkan kualitas pengaturan perbankan • Meningkatkan fungsi pengawasan • Meningkatkan kualitas manajemen dan operasional bank • Mengembangkan infrastruktur perbankan • Meningkatkan perlindungan nasabah.
  • 57. Bab 2 Evolusi Manajemen Risiko & Regulasi Perbankan
  • 58. 58 Bank bersifat khusus karena permasalahan dalam sektor perbankan dapat menimbulkan dampak serius pada perekonomian secara keseluruhan. 2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi Deposan Bank A Debitur Default???? Bank sebagai Lembaga Intermediasi Highly Geared 2.1 Mengapa bank bersifat „khusus‟ dan harus diregulasi
  • 59. 59 Gearing merupakan rasio utang perusahaan terhadap jumlah modal yang dimilikinya. 2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi Gearing = Modal Utang Highly geared / Highly leveraged
  • 60. 60 Modal - Sumber daya terpenting untuk menjamin terjaganya solvabilitas, - Sumber daya finansial „siap pakai‟ untuk menyerap kerugian. 2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi Insolvabilitas Merupakan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kembali klaim jenis apapun pada saat jatuh tempo. Krisis solvabilitas pada sebuah bank dapat menyebabkan gangguan kecil pada kegiatan ekonomi. Namun, jika krisis tersebut menimpa seluruh sektor perbankan, maka seluruh perekonomian dapat terkena dampaknya.
  • 61. 61 Bank Sentral sebagai Lender of The Last Resort Dengan pertimbangan untuk melindungi kepentingan masyarakat, bank dengan status khususnya dapat sewaktu-waktu meminta dukungan dari Bank Sentral. Bank Sentral memberikan dukungan melalui perannya sebagai „Lender of The Last Resort‟. 2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi Sebagai lender of the last resort, Bank Sentral siap menyediakan dana bagi bank umum untuk menjamin agar keadaan insolvabel maupun krisis likuiditas yang dialami bank umum tidak berubah menjadi krisis ekonomi.
  • 62. 62 2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi Stabilitas Keuangan Merupakan terjaganya keadaan dimana kapasitas lembaga keuangan dan pasar untuk menyelenggarakan kegiatan penyimpanan dana secara efisien, menyediakan likuiditas dan mengalokasikan investasi tidak terganggu. Stabilitas Moneter Merupakan stabilitas dalam nilai uang, (yaitu inflasi yang rendah dan stabil). Liberalisasi Keuangan Alasan utama mengapa kebijakan moneter yang berhasil tidak menyebabkan terjadinya stabilitas keuangan adalah adanya „gelombang‟ liberalisasi.
  • 63. 63 2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi Inovasi Produk Keuangan Liberalisasi sektor keuangan juga memicu inovasi pesat produk keuangan seperti futures dan opsi serta sekuritisasi aset. Produk-produk ini meningkatkan kemampuan bank untuk memindahkan risiko kepada sesama bank dan investor pasar lainnya. Perkembangan Internasional Kendali atas kompetisi lintas-perbatasan juga ikut terkena pengaruh liberalisasi sebagai dampak perdagangan bebas global. Liberalisasi kendali lintas-perbatasan memperkuat hubungan keuangan antara lembaga-lembaga keuangan, pasar dan negara.
  • 64. 64 2.2.1. Sasaran dari Basel I The Basel Committee on Banking Supervision didirikan tahun 1974 oleh gubernur-gubernur bank sentral dari Group of Ten (G10), untuk memberikan perhatian pada regulasi perbankan dan praktek- praktek otoritas perbankan. BCBS terdiri dari perwakilan bank sentral dan otoritas perbankan dari 11 anggota G10 ditambah Spanyol dan Luxembourg. Anggota BCBS terdiri dari negara-negara berikut : Belgia Italia Swiss Luxembourg Kanada Jepang Inggris Perancis Belanda Amerika Serikat Jerman Swedia Spanyol 2.2 Basel Accord orisinal dan kecukupan modal untuk risiko kredit
  • 65. 65 2.2.1. Sasaran dari Basel I Tiga sasaran utama Basel I Accord : Memperkuat kesehatan dan stabilitas sistem perbankan internasional, Menciptakan kerangka kerja yang seimbang untuk mengukur kecukupan modal dari bank yang aktif secara internasional, Menerapkan kerangka kerja tersebut secara konsisten demi mengurangi ketidaksetaraan kompetitif antar bank yang aktif secara internasional.
  • 66. 66 2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR/risk-weighted asset (RWA)) merupakan aktiva neraca dikalikan dengan bobot risikonya. ATMR digunakan dalam penyusunan neraca berisiko, yang akhirnya digunakan untuk mendapatkan persyaratan modal. Sistem yang ditemukan Basel Committee dalam menentukan tingkat ATMR didasarkan pada konsep pembobotan risiko berdasarkan serangkaian faktor. Bobot risiko ini didasarkan pada risiko kredit relatif dari masing- masing kelas aktiva.
  • 67. 67 2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko Bobot yang digunakan adalah : 0%, 10%, 20%, 50% dan 100%. Menurut Basel I, beberapa bobot risiko merupakan diskresi otoritas perbankan setempat. Untuk mendapatkan neraca dengan bobot faktor risiko, setiap instrumen kontrak (seperti pinjaman) dikelompokkan menjadi lima kategori berdasarkan kualitas kredit si debitur selama jangka waktu kontrak itu.
  • 68. 68 2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko *) OECD = The Organization for Economic Co-operation and Development (30 negara). Kelas aktiva Bobot risiko(%) Kas 0 Pemerintah pusat OECD* dan domestik 0 Pemerintah OECD 0 Pemerintah daerah dan sektor publik OECD dan domestik 0 – 50 Antarbank (OECD) dan bank perkembangan internasional 20 Bank non-OECD < 1 tahun 20 Pemberian kredit perumahan (charge pertama atas properti hunian) 50 Kredit perorangan tanpa agunan dan kredit korporasi 100 Bank non-OECD > 1 tahun 100 Pemerintah non-OECD 100 Tabel Bobot Risiko
  • 69. 69 2.2.3. Target rasio permodalan Target rasio modal (target capital ratio) adalah rasio modal yang memenuhi syarat ATMR bank internasional. Basel Committee menetapkan target rasio modal minimum sebesar 8%. Otoritas perbankan memiliki diskresi untuk menetapkan rasio yang lebih tinggi jika dipandang perlu. Tidak ada asumsi bahwa 8% harus diterapkan secara universal bagi semua bank di dalam yurisdiksi sebuah otoritas perbankan, dengan alasan bahwa rasio modal minimum bank sesuai ketentuan haruslah juga mencerminkan risiko-risiko lain selain risiko kredit. Basel I accord menciptakan hubungan antara risiko dan modal. Hal ini dilakukan dengan cara menciptakan multiplier yang berbeda- beda, masing-masing untuk kredit kepada pemerintah, bank, perorangan, serta korporasi dan mengalikannya dengan target rasio modal.
  • 70. 70 2.2.3. Target rasio permodalan Bank B memberikan kredit USD.100 juta kepada korporasi. Jumlah modal yang harus disediakan Bank B agar dapat memberikan kredit tersebut adalah : Kredit yang diberikan : USD.100 juta Bobot risiko : 100% ATMR : USD.100 juta Modal yang dipersyaratkan : USD.8 juta (USD.100 juta x 8%) Rumus untuk menghitung target rasio modal : Rasio (min 8%) = ATMR Modal yang dapat diperhitungkan X 100
  • 71. 71 2.2.4. Penyetaraan risiko kredit (credit risk equivalent) Konsep yang melatarbelakangi penyetaraan risiko kredit : Setiap transaksi off-balance sheet dapat dikonversi menjadi transaksi setara kredit dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai transaksi on-balance sheet untuk keperluan perhitungan ATMR.
  • 72. 72 2.2.5. Instrumen standar pengganti kredit Berbagai instrumen off-balance sheet memiliki faktor konversi (CF) seperti tabel di bawah ini (pengawas memiliki diskresi s/d tingkat tertentu) : Pos off-balance sheet CF % Instrumen yang terkait dengan kredit (seperti jaminan) 100 Pos-pos kontinjen yang terkait dengan transaksi tertentu 50 Pos kontinjen jangka pendek yang terkait dengan perdagangan & bersifat self-liquidating 20 Perjanjian penjualan dengan syarat dibeli kembali (REPO) & penjualan aktiva dengan kewajiban pembelian kembali, dimana risiko kredit tetap ditanggung oleh bank 100 Pembelian aktiva secara forward, forward-forward deposits, saham dan surat berharga yang baru dilunasi sebagian yang mencerminkan adanya komitmen dengan rencana pemenuhan yang terjadwal 100 Fasilitas penerbitan surat berharga & fasilitas penjaminan (underwriting) yang bersifat revolving 50 Komitmen lainnya yang memiliki jatuh tempo original lebih dari 1 tahun 50 Komitmen sejenis lainnya yang memiliki jatuh tempo sampai dengan 1 tahun, atau yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan tanpa syarat 0
  • 73. 73 2.2.6. Instrumen derivatif Transaksi off-balance sheet lainnya seperti transaksi derivatif diperlakukan secara terpisah. Derivatif adalah instrumen keuangan yang umumnya tidak mempertukarkan nilai pokok transaksi yang mendasarinya. Nilai transaksi derivatif ditentukan berdasarkan nilai salah satu atau lebih hal-hal berikut : Instrumen keuangan Indeks Komoditi, atau Instrumen derivatif lainnya.
  • 74. 74 2.2.6. Instrumen derivatif Jika counterparty default, bank tidak dihadapkan pada kerugian sebesar nilai kontrak, tetapi hanya menderita kerugian sebesar aliran kas yang seharusnya diperoleh dari kontrak tersebut. Untuk eksposur yang harus dilakukan mark-to-market ditetapkan bobot 50% lebih rendah daripada bobot pemberian kredit seperti yang terdapat di tabel faktor konversi pos off-balance sheet sebelumnya. Pergerakan sejumlah faktor terkait dengan kontrak dapat menimbulkan kemungkinan munculnya eksposur setara risiko kredit. Oleh karena itu, pada setiap kontrak akan terdapat “nilai yang ditambahkan (add-on)”.
  • 75. 75 2.2.6. Instrumen derivatif Secara umum, kontrak-kontrak derivatif tersebut adalah : Swap dan option suku bunga, forward rate agreements, interest rate futures, Swap dan option nilai tukar, kontrak forward valas, currency future (diluar kontrak yang memiliki jatuh tempo < 14 hari), Swap dan option logam mulia dan logam biasa, kontrak forward dan future, Swap dan option ekuitas, dan kontrak future ekuitas. Berdasarkan Basel I, metode untuk menghitung nilai setara kredit atas kontrak-kontrak tersebut : Current Exposure Method Original Exposure Method
  • 76. 76 2.2.7. Current Exposure Method Metode ini adalah metode yang disarankan oleh Basel Committee untuk digunakan pada Basel I. Metode tersebut menghitung current replacement cost dari suatu kontrak dengan melakukan penilaian kontrak berdasarkan harga pasar (mark-to-market). Nilai mark-to-market suatu kontrak selalu mengalami perubahan karena nilai kontrak dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang terkait dengan jenis kontrak tersebut. Jika nilai mark-to-market suatu transaksi merupakan angka positif, hal ini dapat mencerminkan nilai kerugian yang akan dihadapi bank jika counterparty default atas transaksi tersebut.
  • 77. 77 2.2.7. Current Exposure Method Capital charge untuk eksposur tambahan ini dihitung dengan menambahkan persentase tertentu dari notional principal pada nilai mark-to-market saat ini. Tabel di bawah ini menunjukkan persentase yang dapat diterapkan pada notional amount setiap transaksi. Sisa Jatuh Tempo Suku Bunga Nilai Tukar & Emas Ekuitas Logam mulia selain emas Komoditi lainnya < 1 tahun 0.0% 1.0% 6.0% 7.0% 10.0% >1 & <5 tahun 0.5% 5.0% 8.0% 7.0% 12.0% > 5 tahun 1.5% 7.5% 10.0% 8.0% 15.0% Credit Equivalent (CE) CE = Nilai mark-to-market + (notional amount x add-on)
  • 78. 78 2.2.8. Original Exposure Method Metode ini memungkinkan bank untuk memperhitungkan persentase notional principal sebagai suatu eksposur tanpa harus menghitung nilai kontrak saat ini. Dibawah ini merupakan tabel konversi yang digunakan dalam metode original exposure method. Jatuh Tempo Kontrak suku bunga Kontrak Nilai tukar & emas Sampai dengan 1 tahun 0.5% 2.0% Antara 1 – 2 tahun 1.0% 5.0% Untuk setiap tambahan tahun 1.0% 3.0%
  • 79. 79 2.2.8. Original Exposure Method Di Basel I, pengawas diberikan kewenangan untuk mengizinkan bank menggunakan metode ini (original exposure method) sebagai metode transisi sebelum diterapkannya current exposure method. Metode ini diterapkan pada bank yang memiliki posisi matched yang kecil untuk suatu instrumen. Bank yang melakukan transaksi forward, swap, membeli option atau kontrak derivative lainnya yang sejenis berdasarkan ekuitas, logam mulia (selain emas), atau komoditi lainnya harus menggunakan current exposure method.
  • 80. 80 2.2.9. Menghitung jumlah modal yang diperlukan Suatu bank dapat menetapkan jumlah modal minimum yang harus dimiliki sesuai ketentuan dengan cara menentukan bobot risiko aktiva dan mengalikan angka tersebut dengan target rasio modal yang ditetapkan pengawas.
  • 81. 81 2.3.1. Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan Berdasarkan Basel I maupun Basel II, bank menghitung persyaratan modalnya sesuai ketentuan terhadap nilai tertentu ATMR. Kegiatan usaha bank tidak bersifat statis dan tingkat ATMR dapat berubah sejalan dengan penambahan atau berakhirnya suatu transaksi. Pada kondisi ini, terdapat dua pilihan bagi bank : Menetapkan batasan tertentu pada modal sesuai ketentuan sehingga jumlah total ATMR tidak akan berubah. Meningkatkan modal sejalan dengan peningkatan ATMR. 2.3 Penggunaan pendekatan ‘grid’ dan tabel ‘look up’ untuk menghitung kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
  • 82. 82 2.3.1. Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan Return atas modal sesuai ketentuan adalah ukuran kinerja yang digunakan untuk meyakinkan bahwa suatu transaksi menghasilkan return yang cukup bagi bank untuk meningkatkan permodalannya. Penetapan modal sesuai ketentuan pada tingkat tertentu sulit diterapkan mengingat ATMR bisa saja meningkat walaupun tidak ada transaksi baru yang dilakukan bank.
  • 83. 83 2.4.1. Struktur permodalan Perhitungan permodalan minimum sesuai ketentuan bagi suatu bank tidak menentukan struktur permodalan yang harus dimiliki bank. Pada Basel I, Committee tidak hanya menciptakan kerangka kerja pengukuran kecukupan modal, namun juga kerangka kerja struktur permodalan bank yang sering disebut dengan eligible capital. 2.4 Persyaratan modal bank pada Basel I Basel Committee mempertimbangkan bahwa elemen inti dari eligible capital bagi suatu bank adalah modal saham (equity capital).
  • 84. 84 2.4.1. Struktur permodalan Untuk kepentingan modal sesuai ketentuan, sebagian besar bank dapat memiliki modal dalam jenis : Modal Inti (tier 1) : modal disetor, non-cumulative perpetual preferred stock, dan disclosed reserves. Modal Pelengkap (tier 2) : cadangan umum, cadangan revaluasi aktiva tetap, provisi umum dan penyisihan penghapusan aktiva produktif umum (general provisions and general loan loss reserves), modal pinjaman (hybrid capital instruments) dan pinjaman subordinasi. Modal pelengkap maksimum sebesar 50% dari jumlah modal keseluruhan. Tier 2 ≤ Tier 1 (maks 100% Tier1) Tier 2 maks 50% dari total modal
  • 85. 85 2.4.1. Struktur permodalan Tidak termasuk dalam modal tersebut : Goodwill Penyertaan pada lembaga keuangan bank dan non-bank yang tidak dikonsolidasikan, dan Penyertaan modal pada bank dan lembaga keuangan lain (diserahkan pada kebijakan pengawas) Minority investments pada perusahaan-perusahaan yang tidak dikonsolidasikan. Terdapat pula kelompok modal yang disebut modal tier 3, yang hanya ditujukan untuk mendukung portofolio trading bank saja.
  • 86. 86 2.5.1. Market risk amendment Basel I seringkali dikritik secara tidak tepat dalam hal kurangnya sensitivitas terhadap risiko. Tingkat sensitivitas risiko mengalami peningkatan besar pada saat Basel Committee menerbitkan “Amendment to the Capital Accord to Incorporate Market Risks” pada bulan Januari 1996, yang kemudian dikenal sebagai Market Risk Amendment. 2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996 Market risk amendment merupakan titik puncak dari suatu proses yang dimulai pada waktu Committee mengeluarkan makalah yang berjudul “The Supervisory Treatment of Market Risks” dan meminta masukan serta komentar dari bank dan pelaku pasar lainnya, yang kemudian ditindaklanjuti selama tahun 1994 dengan mengkaji penggunaan internal model oleh bank untuk mengukur risiko.
  • 87. 87 2.5.2. Value at Risk (VaR) Model kuantitatif yang dapat diterima Basel Committee disebut dengan Value at Risk (VaR). Model VaR merupakan perkiraan kemungkinan jumlah kerugian maksimum akibat risiko pasar milik bank : • dalam periode waktu tertentu, dan • dengan tingkat keyakinan statistik (statistical confidence) tertentu (yaitu dengan probabilitas tertentu). Teknik Basel I untuk aktiva off-market („add-on‟) dan teknik VaR sama-sama berupaya untuk mencapai sasaran yang hampir serupa, yaitu memperlihatkan nilai transaksi (atau lebih tepatnya nilai dari semua transaksi bank, termasuk beberapa transaksi yang dapat saling meniadakan (off-set)) selama masa transaksi tersebut.
  • 88. 88 2.5.2. Value at Risk (VaR) Masa transaksi disebut dengan VaR Horizon. Bagi banyak transaksi pasar yang diperdagangkan, VaR horizon yang tepat adalah satu hari perdagangan. Oleh karena itu pada umumnya digunakan ukuran Daily Value at Risk atau DVaR. Contoh laporan risiko sebuah bank : “Portofolio perdagangan memiliki DVaR sebesar USD.5 juta pada tingkat 95%.” Dalam contoh di atas, yang disebut “tingkat” adalah tingkat keyakinan (confidence level) terjadinya suatu peristiwa. Dalam konteks risiko pasar, ini adalah kerugian nilai portofolio di atas suatu tingkat tertentu.Secara umum, probabilitas seringkali dihitung pada tingkat 95% atau 99%.
  • 89. 89 2.5.2. Value at Risk (VaR) Dengan istilah sederhana, DVaR dalam contoh sebelumnya berarti : “Dalam periode satu hari perdagangan, terdapat kemungkinan 5% (100% - 95%) bahwa kerugian portofolio dapat melebihi USD.5 juta.” Angka-angka model VaR tidak memberikan perkiraan mengenai berapa besar kerugian aktualnya.
  • 90. 90 2.5.3. Regulasi berbasis risiko Basel I Accord 1988 menyatakan bahwa modal yang dimiliki bank harus terkait dengan kualitas kredit dari : Peminjam Emiten sekuritas, dan Mitra lain yang telah mendanai obligasi bagi bank (seperti penjamin). Kategori counterparty yang digunakan dan sensitivitas risiko yang relatif mentah dari proses „add-on” bagi risiko kredit counterparty, membatasi cakupan regulasi berbasis risiko. Market risk amendment, pada penerimaan bersyarat atas model VaR bank, untuk pertama kalinya telah menghasilkan elemen regulasi berbasis risiko yang sebenarnya.
  • 91. 91 2.6.1. Basel I dan risiko kredit korporasi Setelah Market Risk Amendment, banyak bank yang mengubah proses kredit internalnya dengan menggunakan model risiko kuantitatif yang memiliki kemiripan dengan teknik VaR yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh : • Keberhasilan model VaR, dan • Peningkatan trading risiko kredit Peningkatan trading risiko kredit terjadi saat pasar pinjaman tersindikasi menjadi lebih canggih dan sekuritisasi pinjaman bank meluas. 2.6 Kelemahan dalam Basel I Accord Pendekatan Basel I terhadap kecukupan modal memberikan pembobotan ATMR dan persyaratan modal yang sama, bagi semua pinjaman korporasi dengan mengabaikan kualitas kredit peminjamnya.
  • 92. 92 2.6.1. Basel I dan risiko kredit korporasi Masalah dengan pendekatan Basel I cukup jelas : bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki kualitas kredit yang amat baik wajib memiliki jumlah modal yang sama dengan bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki kualitas kredit yang buruk. Masalah yang sama juga terjadi dalam pemberian kredit perorangan yang tidak dijamin (seperti kartu kredit) dan memberikan pinjaman kepada pemerintah (sovereign loans).
  • 93. 93 2.7. Perkembangan Capital Accord baru – Basel II Pada tahun 1999, Basel Committee mulai bekerjasama dengan bank-bank besar dari negara-negara anggota untuk mengembangkan Capital Accord yang baru. Sasaran umumnya mencakup semua risiko perbankan di dalam kerangka kerja kecukupan modal baru yang komprehensif. Accord baru tersebut dikenal dengan Basel II. Tugas mengembangkan Basel II Accord bersamaan dengan gerakan Uni Eropa (EU) untuk mengharmoniskan pasar keuangan. Gerakan ini dikenal dengan Financial Markets Program. Basel II Accord, dengan sedikit perubahan, akan menjadi dasar arah EU yang baru mengenai kecukupan modal – Capital Requirements Directive (CRD).
  • 96. 96 3.1. Tiga pilar regulasi Basel II Capital Accord jauh lebih kompleks daripada Accord sebelumnya. Tidak hanya membahas area risiko yang lebih luas, Basel II juga memiliki pendekatan tiga-tingkat dan menggunakan metodologi yang lebih canggih untuk menghitung risiko.
  • 97. 97 3.1. Tiga pilar regulasi Basel I Capital Accord memiliki kategori risiko untuk risiko kredit dan risiko pasar. Basel II memperluas kategori risiko dengan risiko operasional dan menyediakan ruang untuk risiko-risiko lain yang harus dipertimbangkan saat memperhitungkan modal bank berbasis risiko. Basel II juga menghubungkan secara langsung modal bank dengan risiko yang dimiliki.
  • 98. 98 3.1. Tiga pilar regulasi PILAR 1 BASEL II PILAR 2 PILAR 3 PERSYARATAN MODAL MINIMUM Bank diminta menghitung modal minimum untuk : -Risiko Kredit -Risiko Pasar -Risiko Operasional Meng-cover: Traded Market Risk. SUPERVISORY REVIEW DISCLOSURE Dirancang untuk memberikan fokus pada : -Persyaratan modal > tingkat minimum -Tindakan awal yang dibutuhkan untuk memberikan respon thdp risiko yang dapat terjadi. Meng-cover: Interest Rate Risk in The Banking Book. Pilar disiplin pasar : Mekanisme governan- ce internal & eksternal dalam perekonomian pasar tanpa adanya intervensi pemerintah secara langsung. Mencakup hal-hal yang akan dibutuhkan dalam hal pengungkapan publik oleh bank.
  • 99. 99 3.1. Tiga pilar regulasi Di dalam pendekatan tiga-pilar, Basel Committee mengusulkan untuk memperluas cakupan risiko di luar risiko kredit dan traded market risk sehingga mencakup lebih banyak jenis risiko yang dihadapi oleh bank. Basel Committee memfokuskan Pilar I pada risiko kredit dan risiko operasional serta memasukkan Market Risk Amendment 1996 secara utuh. Pendekatan kuantitatif untuk pertama kalinya digunakan untuk risiko operasional. „Risiko-risiko lainnya‟ dicakup oleh Basel Committee dalam Pilar 2 dan 3.
  • 100. 100 3.1. Tiga pilar regulasi Foundation Collateral and Securitization Pilar 1 Min.Capital Req. Credit Risk Operational Risk Market Risk Standardised Approach IRB approaches 1996 Market Risk Amendment Advanced Measurement Approach Standardised Approach Advanced Basic Indicator Approach
  • 101. 101 3.1. Tiga pilar regulasi Pilar 3 Market Discipline Disclosure Pilar 2 Supervisory Review Interest Rate Risk in The Banking Book Residual Risks
  • 102. 102 3.2.1. Model kredit – grading based atau options based Terdapat dua masalah yang harus diselesaikan sebelum Committee dapat melanjutkan dengan Basel II. Masalah Pertama adalah memutuskan jenis model kredit yang digunakan oleh Pilar 1. Committee mempertimbangkan penggunaan : Full portfolio models yang dicirikan oleh aplikasi teknik option pricing, atau Grading models, dimana perhitungan risiko dilakukan pada masing-masing obligor dan risiko portfolio adalah penjumlahan total dari risiko-risiko individual. 3.2 Alasan pengembangan Basel II Full portfolio models ditemukan oleh Robert Merton dari penelitiannya tentang penentuan harga dan pengukuran risiko dalam portfolio options.
  • 103. 103 3.2.1. Model kredit – grading based atau options based Grading models telah banyak digunakan oleh lembaga pemeringkat seperti Standard & Poor‟s dan Moody‟s Investors Service. Pada akhir tahun 1990-an, Committee memutuskan untuk membatasi penggunaan credit models hanya pada Credit grading models. Namun demikian, beberapa tahun kemudian ada kecenderungan untuk menggabungkan kedua teknik tersebut. Masalah kedua adalah sampai dimana teknik-teknik kuantitatif dapat digunakan hingga mencakup „risiko lain‟ khususnya risiko operasional.
  • 104. 104 3.2.2. Risiko operasional dan risiko-risiko lainnya Diantara otoritas perbankan terdapat kekhawatiran cukup besar bahwa risiko-risiko lain cukup signifikan, dan bila hanya bergantung pada pendekatan Pilar 2, maka jumlah modal cenderung di bawah jumlah yang semestinya, atau paling tidak, jumlah modalnya tidak konsisten dengan besarnya risiko yang dihadapi. Pada akhirnya Basel Committee memutuskan : Memasukkan risiko operasional sebagai ukuran kuantitatif di dalam Pilar 1, Mendefinisikan risiko operasional secara lebih luas, walaupun tidak memasukkan risiko reputasi, bisnis & strategis, dan Memfokuskan model risiko kredit Pilar 1 pada credit grading techniques.
  • 105. 105 3.3. Pengembangan Basel II Accord Basel Committee menggunakan pendekatan konsultatif untuk menjamin agar regulasi baru memiliki dampak positif. Pertama kali Basel Committee menerbitkan consultative paper lalu diikuti dengan periode konsultasi dan revisi. Termasuk dalam periode konsultasinya adalah Quantitative Impact Studies, dimana sejumlah bank memperkirakan dampak dari implementasi Accord tersebut berdasarkan pada consultative paper terakhir.
  • 106. 106 3.4.1. Luas cakupan Basel II memiliki cakupan risiko yang lebih komprehensif daripada Basel I. Di dalam Pilar 1 dicakup risiko kredit dan pasar (melalui MRA) dan memperkenalkan risiko operasional. Sebelum adanya Market Risk Amendment 1996, Basel I hanya mencakup risiko kredit saja. 3.4 Basel II dan sensitivitas risiko Perubahan terbesar terhadap luasnya cakupan risiko dalam Basel II adalah penambahan risiko operasional. Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai akibat kejadian eksternal.
  • 107. 107 3.4.1. Luas cakupan Berbagai risiko termasuk dalam definisi risiko operasional, yaitu : • Risiko transaksi, eksekusi, gangguan bisnis, settlement dan fiduciary • Risiko manusia, manajemen yang buruk dan pengawasan tidak memadai • Risiko kriminal, kecurangan, pencurian dan roque trader • Risiko hubungan dan nasabah • Risiko struktur biaya tetap, kekurangan sumber daya, aset teknologi dan fisik • Risiko kepatuhan dan hukum/regulasi • Risiko informasi.
  • 108. 108 3.4.1. Luas cakupan Basel II juga memasukkan Pilar 2 dan Pilar 3 sebagai bagian integral dari proses penentuan rasio kecukupan modal masing- masing bank. Di dalam Pilar 2, supervisor, melalui departemen pengawasan bank, diharapkan memeriksa berbagai risiko lainnya yang ada pada bank tersebut. Definisi Basel II tentang risiko operasional tidak memasukkan : Risiko Bisnis Risiko Strategis Risiko Reputasi
  • 109. 109 3.4.2. Kedalaman cakupan Selain memperluas cakupan, Basel II juga meningkatkan kedalaman cakupan risiko. Hal ini sangat terlihat dalam perlakuannya atas risiko kredit. Basel I Accord membuat bobot risiko yang besarnya berbeda tergantung pada jenis aktiva dan peminjam yang sangat sederhana. Basel I Accord juga, secara sangat terbatas, menetapkan bobot risiko yang berbeda dalam kaitan hubungan antara peminjam dengan country risk dan jenis institusinya (OECD atau Non-OECD). Basel II menetapkan pembedaan kualitas debitur secara lebih bervariasi dan melengkapinya dengan jangka waktu kredit dan kualitas jaminan yang diberikan. Basel II mengizinkan penggunaan dua pendekatan untuk menentukan bobot risiko aktiva : Standardised Approach dan The Internal Ratings-Based Approach.
  • 110. 110 3.4.2. Kedalaman cakupan Standardised approach pada dasarnya adalah ‘grid’ approach Basel I yang telah diubah secara signifikan. Dalam Internal Ratings-Based Approach, bank mengembangkan model pemeringkatannya masing-masing untuk menilai kelayakan debitur. Basel I Accord dikritik karena digunakannya pendekatan yang relatif sederhana pada keterkaitan antara profil risiko suatu aktiva dengan modal yang dibutuhkan bank untuk mendukung kepemilikan aktiva tersebut.
  • 111. 111 3.4.2. Kedalaman cakupan Moody‟s S&P Deskripsi Aaa AAA Obligasi dengan peringkat tertinggi. Kemampuan untuk membayar bunga & pokoknya sangat kuat. Aa AA Obligasi memiliki kapasitas sangat kuat untuk membayar bunga dan pokoknya. Termasuk kelompok obligasi high-grade. A A Obligasi memiliki kapasitas kuat untuk membayar bunga dan pokoknya, walau mudah terkena pengaruh merugikan dari perubahan kondisi ekonomi. Baa BBB Obligasi dianggap memiliki kapasitas memadai untuk membayar bunga dan pokoknya. Termasuk kelompok obligasi medium-grade (investment grade). Ba B Caa Ca BB B CCC CC Obligasi dianggap sangat spekulatif dalam hal kapasitas membayar bunga dan pokoknya. Ba & BB menunjukkan tingkat spekulasi terendah. Ca & CC sebagai tingkat spekulasi tertinggi. C C Peringkat ini dicadangkan untuk income bonds dimana tidak ada suku bunga yang dibayarkan. D D Obligasi dalam keadaan default dan terdapat tunggakan pembayaran bunga dan/atau pokoknya. Peringkat obligasi Moody‟s dan S&P
  • 112. 112 3.4.2. Kedalaman cakupan Moody‟s dan S&P melakukan penyesuaian lanjutan pada peringkat mereka, sehingga menambah jumlah tingkatan yang ada : Moody‟s menggunakan tanda 1, 2 atau 3; dengan 1 menunjukkan yang terkuat. S&P menggunakan tanda plus dan minus; dengan plus menunjukkan yang terkuat. Jika sebuah bank menggunakan internal ratings-based approach, jumlah peringkat yang digunakan ditentukan oleh bank itu sendiri, walaupun otoritas pengawas perbankan akan mengasumsikan bahwa bank akan menggunakan setidaknya delapan tingkatan. Jika bank menggunakan standardised approach, maka „grid‟ bobot risiko Basel II didasarkan pada tingkatan risiko yang terdapat pada Basel I yang disesuaikan dengan peringkat kredit yang tersedia.
  • 113. 113 3.6.1. Alasan untuk memiliki kelebihan modal Banyak bank besar yang memiliki rasio modal terhadap ATMR sebesar 10% hingga 12%, atau jauh melebihi besarnya rasio yang ditetapkan oleh ketentuan. 3.6 Modal minimum dan aktual Terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan bank untuk menentukan jumlah modalnya : Rasio sesuai ketentuan adalah rasio minimum yang harus dipenuhi bank dalam penyediaan modalnya. Bila terjadi pelanggaran, izin usaha bank akan terancam dicabut. Dalam beberapa yurisdiksi, seperti AS & Inggris, otoritas pengawas perbankan menetapkan rasio modal terhadap ATMR yang berbeda-beda untuk masing-masing bank, yang umumnya lebih tinggi daripada rasio minimum Basel.
  • 116. 116 Risiko pasar (market risk) adalah risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan harga pasar atas posisi yang diambil oleh bank baik pada sisi on- maupun off-balance sheet. 4.1. Risiko Pasar Bank yang memiliki posisi dalam instrumen keuangan pada neracanya memiliki eksposur risiko pasar yang besarnya ditentukan oleh posisi tersebut. Bank yang berperan sebagai intermediary dalam sebuah transaksi yang tidak tercatat dalam neracanya tidak akan terekspos kepada risiko pasar atas transaksi tersebut.
  • 117. 117 Risiko pasar terdiri atas : 4.1. Risiko Pasar Risiko Spesifik (spesific risk) yaitu risiko yang timbul akibat pergerakan harga atas surat berharga individual yang disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan surat berharga atau penerbitnya. Risiko Pasar Umum (general market risk) yaitu risiko yang timbul akibat pergerakan harga pasar yang berpengaruh terhadap beberapa instrumen keuangan. Risiko pasar umum dibagi menjadi 4 kategori :  Risiko suku bunga  Risiko posisi ekuitas  Risiko nilai tukar  Risiko posisi komoditi Tidak bersifat mutually exclusive, karena perubahan nilai akibat satu risiko dapat berpengaruh terhadap jenis risiko pasar yang lainnya.
  • 118. 118 Risiko Suku Bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat perubahan tingkat bunga. Risiko ini diperhitungkan untuk seluruh instrumen yang menggunakan satu yield curve atau lebih untuk menghitung nilai pasar. 4.1. Risiko Pasar Risiko posisi ekuitas (equity position risk) adalah potensi kerugian yang timbul akibat perubahan harga saham. Risiko ini berlaku bagi seluruh instrumen yang menggunakan harga ekuitas sebagai dasar acuan valuasinya. Risiko valuta asing (foreign exchange risk) adalah potensi kerugian yang timbul karena perubahan nilai tukar. Risiko ini berlaku bagi produk yang terkait dengan nilai tukar dan posisi yang nilainya menggunakan valuta asing dalam pelaporan bank.
  • 119. 119 4.1. Risiko Pasar Risiko posisi komoditi (commodity position risk) adalah potensi kerugian yang timbul akibat perubahan harga komoditi. Risiko ini berlaku bagi seluruh komoditi beserta produk derivatifnya. Harga pasar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya :  Penawaran dan permintaan,  Likuiditas,  Intervensi oleh otoritas keuangan,  Arbitrase (tingkat harga pasar tertentu dibatasi oleh tingkat harga di pasar lainnya),  Kondisi ekonomi dan politik,  Faktor-faktor fundamental ekonomi (pembentuk utama tingkat harga jangka panjang).
  • 120. 120 4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank Kegiatan utama trading adalah jual dan beli instrumen keuangan atas nama bank dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek dari perubahan yang diharapkan atas harga pasar yang menentukan nilai suatu instrumen keuangan. Terdapat risiko kerugian jika nilai instrumen keuangan tersebut turun. 4.2 Kegiatan trading Terdapat 3 (tiga) strategi utama kegiatan trading : Matched book, merupakan strategi trading dengan tingkat risiko pasar terendah. (hedging/covering). Trading desk bank segera mengambil posisi berlawanan dan bernilai sama (offset) atas sebuah transaksi jual atau beli instrumen keuangan. Transaksi ini dapat dilakukan baik secara internal maupun dengan bank lain. (risiko  lack time).
  • 121. 121 4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank Menjaga posisi trading melalui transaksi hedging dengan diskresi tertentu yang diberikan kepada trading desk. (Terdapat limit risiko pasar). Trading desk dapat menunggu pergerakan harga pasar yang menguntungkan. Bank berperan sebagai market maker. Traders akan meng-quote harga beli/jual instrumen keuangan kepada nasabah/bank lain dan kemudian memperdagangkannya pada harga tertentu, baik jual atau beli, kepada counterparty. Strategi ini tergantung pada tingkat likuiditas dan jumlah market maker lain yang dapat digunakan oleh trader untuk meng-cover risikonya. (lanjutan...)
  • 122. 122 4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank Market maker dapat mengambil keuntungan dari perbedaan harga (spread) antara beli dan jual. Market maker juga dapat mengambil keuntungan dari informasi pasar yang diperoleh dari transaksi-transaksi yang diminta oleh nasabah atau bank lain. Risiko yang dihadapi dalam strategi ini adalah trader dapat mengalami kerugian seketika atas posisi yang diambil. Pada umumnya perkembangan kegiatan trading bank diawali dari keinginan untuk menyediakan jasa bagi kegiatan bisnis nasabah. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan trading di pasar valas, yang mulai saat dikenalkannya nilai tukar mengambang pada tahun 1970-an. Hal ini menimbulkan risiko baru bagi nasabah yang berkecimpung di bisnis internasional sehingga mereka mengelolanya melalui jasa yang ditawarkan oleh bank.
  • 123. 123 4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank Ritel exchange rate adalah nilai tukar yang diberikan oleh bank kepada nasabah (terutama nasabah korporasi) yang telah termasuk marjin atas wholesale rate dari pasar antarbank. Hal ini mengakibatkan income bank tumbuh pesat sejalan dengan berkembangnya kegiatan pasar walaupun secara relatif posisi yang diambil oleh bank kecil. Seiiring dengan berkembangnya volume transaksi dan kemampuan bank untuk mengelola posisi valas, konsentrasi kegiatan trading bank berubah dari customer driven menjadi wholesale trading operation. Bank-bank yang memiliki nasabah besar dengan volume transaksi valas yang besar dapat menggunakan posisi ritel-nya untuk mempengaruhi pergerakan harga jangka pendek di pasar valas wholesale. Hal ini memberikan potensi keuntungan yang lebih tinggi dibanding marjin customer business.
  • 124. 124 4.2.2. Manajemen posisi dan hedging Hedging menawarkan beberapa keunggulan, namun memerlukan pengelolaan yang cermat mengingat instrumen hedging tidak identik dengan transaksi awal. Pada umumnya hal tersebut akan menimbulkan residual risk yang perlu diukur dan dikontrol dengan baik. Dalam beberapa kasus, hubungan antara risiko atas posisi hedging dan posisi transaksi awal dapat menimbulkan risiko baru untuk trading dalam jumlah besar. Secara mendasar, terdapat beberapa keunggulan instrumen derivatif dibandingkan instrumen cash :  Risiko kredit rendah,  Funding requirement rendah,  Capital charge rendah,  Lebih likuid,  Biaya transaksi rendah.
  • 125. 125 4.2.2. Manajemen posisi dan hedging Basis risk merupakan salah satu residual risk yang paling signifikan yang dijumpai dalam portofolio transaksi serupa. Basis risk adalah risiko akibat perubahan hubungan antara harga risk position dengan harga instrumen yang digunakan untuk hedging atas posisi tersebut. Basis risk muncul pada situasi dimana harga pasar underlying instrument berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis instrumen, tetapi masing-masing memiliki keterkaitan. Bank cenderung untuk melakukan hedging atas pergerakan harga secara umum dan mengelola basis risk secara terpisah.
  • 126. 126 4.2.3. Pengembangan produk baru Prosedur persetujuan sekurang-kurangnya mencakup beberapa hal seperti (lanjutan….) :  Prosedur akunting,  Isu legal dan dokumentasi,  Sistem IT,  Dukungan operasional,  Pelaporan manajemen risiko,  Pricing dan valuation,  Funding requirements,  Implikasi risiko kredit,  Kepatuhan terhadap prosedur.
  • 127. 127 4.3.1. Pendahuluan Terdapat berbagai jenis instrumen trading. Produk-produk yang lazim dijumpai adalah merupakan instrumen utama yang diperdagangkan secara global berdasarkan volumenya. Instrumen tersebut sering disebut dengan istilah „produk vanilla‟, karena merupakan instrumen yang sederhana. Definisi beberapa instrumen yang akan diuraikan menjelaskan risiko yang terdapat pada masing-masing instrumen tanpa mempertimbangkan valuta underlying-nya. Namun demikian, semua instrumen yang dinilai menggunakan valuta di luar valuta pelaporan bank akan menimbulkan risiko valas. 4.3 Instrumen trading
  • 128. 128 4.3.2. Instrumen cash Transaksi valuta asing merupakan komitmen untuk memperdagangkan sebuah valuta tertentu untuk ditukar dengan valuta lain pada tanggal yang telah disetujui di waktu mendatang. Penetapan tanggal tersebut menentukan jenis transaksi dan pasar untuk instrumen tersebut. Transaksi spot valas digunakan untuk pertukaran valuta dalam jangka waktu dua hari kerja yang akan datang, yang dikenal dengan nama ‘spot date’. Pasar untuk transaksi spot valas ini kemungkinan merupakan pasar paling likuid di dunia. Transaksi spot ini menimbulkan risiko valas. Transaksi Spot Valas
  • 129. 129 4.3.2. Instrumen cash Contoh : Transaksi Forward Valas Transaksi forward valas dilakukan untuk pertukaran valuta dalam jangka waktu melebihi spot date. Next 3 months Transaksi forward valas menimbulkan risiko valas dan risiko suku bunga, karena forward exchange rate ditentukan berdasarkan tingkat bunga relatif antara dua valuta dikombinasikan dengan spot exchange rate.
  • 130. 130 4.3.2. Instrumen cash Perbedaan antara dua rate tersebut menggambarkan perbedaan tingkat suku bunga antar dua valuta pada periode transaksi. Transaksi swap valas menimbulkan risiko suku bunga. Transaksi Swap Valas Transaksi swap valas adalah gabungan antara transaksi spot dan transaksi forward. Kedua belah pihak secara bersamaan melakukan transaksi spot dengan spot rate dan transaksi forward dengan forward rate untuk jumlah dan valuta dasar yang sama.
  • 131. 131 4.3.2. Instrumen cash Pasar uang antarbank merupakan tempat bank memperdagangkan loans & deposits. Ini digunakan oleh bank untuk mengambil posisi sebagai antisipasi atas pergerakan suku bunga ke tingkat yang diharapkan. Jumlah volume di pasar pada umumnya dipengaruhi oleh kebutuhan bank untuk match pendanaan dalam rangka menjaga liquidity position-nya. Loans & deposits menimbulkan risiko suku bunga. Pinjaman dan simpanan (Loans & Deposits) Loans & deposits diperdagangkan antar bank dengan tingkat bunga tetap dengan jangka waktu tertentu (Maturity: overnight s/d 5 tahun). Bunga dibayarkan pada maturity date bersamaan dengan pengembalian pokok, kecuali maturity melebihi satu tahun ketika bunga dibayarkan per tahun berdasarkan tanggal transaksi.
  • 132. 132 4.3.2. Instrumen cash Kisaran peringkat tersebut dimulai dari AAA (penerbit obligasi sangat mampu membayar bunga dan pokok) sampai dengan D (obligasi default). Pemeringkatan semacam ini sering disebut sebagai peringkat kredit (credit rating) obligasi). Obligasi menimbulkan risiko suku bunga dan risiko spesifik. Sementara investor obligasi „non-vanilla‟ terekspos pada jenis risiko lain, yaitu risiko likuiditas. Obligasi (lanjutan …) Harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga umum dan kinerja keuangan penerbit obligasi tersebut. Lembaga pemeringkat seperti Moody‟s Investor Service dan Standard & Poor‟s menerbitkan berbagai peringkat yang menunjukkan risiko kredit obligasi.
  • 133. 133 4.3.2. Instrumen cash Harga saham menunjukkan persepsi pasar terhadap nilai perusahaan saat ini dan nilai dari proyeksi pendapatan perusahaan tersebut. Pemegang saham sebuah perusahaan akan terekspos pada risiko ekuitas dan risiko spesifik. Trading Ekuitas Trading ekuitas (equity trading) adalah jual beli saham perusahaan yang terdaftar di bursa saham seluruh dunia. Saham biasa mewakili kepemilikan sebuah perusahaan. Pemegang saham memiliki ekspektasi untuk memperoleh pembayaran deviden yang diperoleh dari laba perusahaan dan juga akan memperoleh gain dari peningkatan nilai saham tersebut. Oleh karena itu semakin baik kinerja perusahaan, semakin besar pula return yang diperoleh pemegang saham.
  • 134. 134 4.3.2. Instrumen cash Posisi produk komoditas akan menimbulkan risiko komoditas dan posisi forward akan memberikan tambahan risiko suku bunga sebagaimana kontrak forward valas. Trading Komoditas Trading komoditas (commodity trading) adalah jual beli produk fisik yang diperdagangkan di pasar skunder. Produk-produk tersebut termasuk produk pertanian, minyak dan precious metals. Produk tersebut diperjualbelikan berdasarkan penyerahan secara fisik pada lokasi dan tanggal yang telah disepakati. Terdapat pasar spot dan forward untuk beberapa produk ini dan masing-masing produk memiliki fitur tambahan yang terkait secara langsung dengan karakteristik fisik produk tersebut.
  • 135. 135 4.3.3. Instrumen derivatif Swap Bunga (lanjutan …) Swap „vanilla‟ sebagian besar diperdagangkan di pasar antarbank, namun demikian pasar ini juga memperdagangkan beberapa variasi dari swap „vanilla‟ untuk memenuhi kebutuhan end-user. Di satu sisi swap didesain untuk memenuhi kebutuhan bunga bagi nasabah dan di sisi lain didesain untuk kebutuhan pendanaan. Bank memakai gabungan dari instrumen hedging untuk mengelola risiko suku bunga yang timbul dari transaksi swap. Swap bunga menimbulkan risiko suku bunga. Bank A Bank BPT XYZ 2 years loan 6 month LIBOR floating rate fixed interest rate (5%) 6 month LIBOR floating rate Interest rate swaps
  • 136. 136 4.3.3. Instrumen derivatif Perbedaan utama antara swap bunga dengan swap valuta adalah bahwa untuk swap valuta jumlah pokok diperdagangkan pada spot rate. Swap valuta menimbulkan risiko suku bunga dalam dua valuta dan risiko valas. Swap Valuta Swap valuta (currency swap) memiliki fitur yang sama dengan swap suku bunga, hanya saja terdapat flow bunga dalam valuta yang berbeda. Produk ini digunakan untuk swap, misalnya, flow bunga dalam USD menjadi EUR.
  • 137. 137 4.3.3. Instrumen derivatif Kontrak tersebut memberi hak untuk memberikan pinjaman atau meminjam dana dengan bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dimulai pada waktu yang akan datang. Dalam hal ini tidak terdapat pergerakan pokok pinjaman dan pada saat maturity, settlement cash dilakukan untuk perbedaan antara rate kontrak suku bunga future dan bersifat lebih fleksibel dibandingkan futures. FRA menimbulkan risiko suku bunga. Perjanjian Forward Rate Perjanjian forward rate (forward rate agreements/FRAs) adalah kontrak derivatif OTC yang memungkinkan bank untuk mengambil posisi forward suku bunga.
  • 138. 138 4.3.3. Instrumen derivatif Penjual memiliki risiko open-ended dalam kontrak tersebut dan menerima premi sebagai kompensasinya. Kontrak option menimbulkan risiko baru di luar risiko inherent pada instrumen underlying. Option dapat dibuat berdasarkan hampir semua instrumen cash maupun derivatif. Bahkan terdapat kontrak option berdasarkan option. Option Option contract memberikan hak kepada pembeli, namun bukan kewajiban, sesuai kontrak underlying pada tingkat harga yang disepakati. Dalam hal ini berarti transaksi underlying hanya akan dilaksanakan jika rate dianggap menguntungkan bagi buyer.
  • 139. 139 4.3.3. Instrumen derivatif Option (lanjutan …) Istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan transaksi option adalah :  Call – call option memberikan hak kepada buyer untuk membeli instrumen underlying.  Put – put option memberikan hak kepada buyer untuk menjual instrumen underlying.  Premium – jumlah uang yang harus dibayar oleh buyer kepada seller.  Strike price – harga pada saat transaksi underlying akan dieksekusi.  Exercise – buyer meng-exercise option untuk memasuki kontrak underlying.  Expire date – tanggal akhir option harus di-exercise.  American – option hanya bisa di-exercise pada tanggal berapa pun sampai dengan expiry date.  European – option yang hanya bisa di-exercise pada saat expiry date.
  • 140. 140 4.3.3. Instrumen derivatif Option (lanjutan …) Penentuan harga option didasarkan pada probabilitas bahwa option tersebut akan di-exercise. Pengukuran volatilitas digunakan untuk menghitung nilai option. Volatilitas harga option adalah harga pasar yang menunjukkan ekspektasi pasar terhadap pergerakan harga pada masa berlakunya option. Volatilitas yang digunakan untuk penentuan harga option ditentukan oleh pasar dan hal tersebut merupakan risiko tersendiri. Option menimbulkan risiko inheren yang terdapat dalam instrumen underlying jika option tersebut di-exercise. Option memiliki risiko volatilitas dan risiko suku bunga terkait dengan tanggal penyerahan di masa yang akan datang atas instrumen underlying.
  • 141. 141 4.4.1. Pricing Salah satu pengendalian penting yang dimiliki oleh bank dalam mengelola operasional trading adalah dengan memastikan bahwa posisi trading open dinilai harian menggunakan harga pasar terkini. Proses penilaian kembali posisi menggunakan harga pasar dikenal dengan istilah ‘marking-to-market’. Untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan untuk melakukan penilaian berdasarkan harga pasar, maka langkah pertama adalah dengan melihat bagaimana instrumen tersebut dinilai. 4.4 Pricing dan mark-to-market
  • 142. 142 4.4.2. Yield curves Semua instrumen finansial dengan aliran kas masa yang akan datang dinilai menggunakan present value dari future cash-flow instrumen tersebut. Present value dari tiap future cash-flow dihitung dengan mendiskonto future value menggunakan tingkat bunga saat ini. Oleh karena itu tingkat bunga pasar diperlukan untuk tanggal dimana terdapat aliran kas. Tingkat bunga untuk tanggal maturity standar tergambar pada contoh kurva berikut, namun untuk tingkat bunga pada tanggal- tanggal lainnya harus dihitung dari input rates. Proses ini dikenal dengan istilah „interpolasi‟.
  • 143. 143 4.4.2. Yield curves Yield Curve 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y Maturity Interestrate Untuk menghitung bunga pasar, bank membuat kurva pendapatan menggunakan yield curve model. Berikut merupakan contoh yield curves :
  • 144. 144 4.4.2. Yield curves Pada prakteknya, masing-masing mata uang utama memiliki beberapa yield curve yang digunakan pada waktu bersamaan. Perbedaan antar kurva terutama adalah perbedaan pada instrumen underlying yang digunakan untuk menentukan waktu tertentu. Nilai dari produk yang berkaitan dengan tingkat bunga serta produk dengan aliran kas pada waktu mendatang bersifat sensitif terhadap perubahan pada yield curve. Sebuah nilai dari produk tertentu kemungkinan sensitif terhadap perubahan satu atau lebih tingkat bunga pada yield curve tergantung pada maturity dan karakteristik finansial dari instrumen tersebut.
  • 145. 145 4.4.3. Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas Transaksi obligasi, ekuitas, spot valas dan spot komoditas dinilai dengan menghitung perbedaan antara harga awal perdagangan dengan harga pasar terkini. Nilai tukar forward valas dihitung dengan menyesuaikan spot rate terkini dengan forward margin terkait. Approximate margin dapat dihitung dengan menggunakan formula :  Perbedaan tingkat bunga adalah perbedaan absolut antara valuta dasar dengan valuta asing.  Jangka waktu adalah waktu sampai dengan maturity yang dinyatakan dengan hari.  Jumlah hari dalam 1 tahun pada umumnya adalah 360 hari berdasarkan konvensi, namun 365 hari digunakan untuk beberapa mata uang. Forward margin = (Jumlah hari dalam 1 tahun x 100) Spot x Perbedaan tingkat bunga x Jangka waktu
  • 146. 146 4.4.3. Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas USD/JPY merupakan quote yang digunakan untuk menunjukkan harga JPY per 1 USD. Hal ini berarti JPY merupakan valuta asing dan USD sebagai valuta dasar. Asumsi : -Spot rate = 105 - Time to maturity = 30 hari -Rate JPY 1-bulan = 1% - Jumlah hari dalam 1 tahun = 360 -Rate USD 1-bulan = 4% Forward margin secara aktif diperdagangkan di pasar antarbank. Terdapat quoted margins untuk produk-produk standar sebagaimana yield curve. Margin untuk tanggal di luar tanggal standar dihitung dengan interpolasi. Transaksi forward dinilai dengan memperbandingkan original margin dengan current margin. Forward margin = (360 x 100) 105 x (4-1) x 30 Contoh : = 0,2625
  • 147. 147 4.4.4. Option Penentu penting dari nilai option tersebut adalah : Tingkat strike price relatif terhadap harga pasar saat ini. Waktu sebelum jatuh tempo. Makin panjang waktu sebelum jatuh tempo, maka makin tinggi preminya karena option memiliki lebih banyak waktu untuk menjadi bernilai. Besar kecilnya volatilitas (gejolak) harga pasar. Makin bergejolak harganya, maka preminya makin tinggi. Pada dasarnya, penentuan harga option didasarkan pada kemungkinan bahwa option tersebut akan bernilai pada saat jatuh tempo.
  • 148. 148 4.5. Karakteristik risiko treasury Risiko treasury didefinisikan sebagai risiko kerugian dalam aktivitas treasury sebuah bank. Pada umumnya, treasury meliputi manajemen risiko seperti risiko tingkat suku bunga dalam pembukuan perbankan dan risiko likuiditas. Dalam praktek, fungsi treasury sebuah bank seringkali meliputi aktivitas trading bank itu sendiri. Bank demikian sering memiliki bisnis trading yang umumnya dijalankan oleh bagian treasury. Bisnis tersebut terpisah dari aktivitas pengelolaan modal dan likuiditas. Jenis model treasury ini umumnya disebut sebagai ‘Corporate Treasury’.
  • 149. 149 4.5. Karakteristik risiko treasury Treasury dapat mengelola beragam risiko dalam fungsi manajemen risiko treasury. Namun untuk keperluan program sertifikasi hanya akan mencakup :  Risiko tingkat suku bunga dalam banking book, yaitu risiko pasar yang paling umum dalam pembukuan perbankan,  Risiko likuiditas, dan  Manajemen modal. Semua risiko di atas dan sejumlah masalah terkait lainnya seperti konsentrasi pendanaan aktiva dan kewajiban, akses ke likuiditas bank sentral, sistem pembayaran persyaratan jaminan, dll, dicakup oleh Asset and Liability Management (ALM).
  • 150. 150 4.6. Asset and Liability Management (ALM) Aliran pendapatan tersebut umumnya berupa pendapatan bunga bersih (net interest income/NII). NII adalah perbedaan antara biaya bunga untuk mengumpulkan simpanan (dan utang lainnya) dengan bunga yang dibebankan atas pinjaman (dan aktiva lainnya). Current value (net present value) dari aliran NII memberikan sumbangan besar dalam menentukan nilai bank. Tujuan stabilisasi NII dapat juga dikatakan sebagai stabilisasi nilai bisnis. Pada umumnya, ALM memiliki sasaran utama mengelola risiko tingkat suku bunga dalam neraca bank dan memastikan risiko tingkat suku bunga yang melekat pada bisnis bank tidak mengganggu kestabilan aliran pendapatan bank.
  • 151. 151 4.6. Asset and Liability Management (ALM) Penekanan yang diberikan bank pada sasaran mengelola risiko atau menstabilkan nilai bisnis seringkali bergantung pada praktek akuntansi manajemen yang diikutinya, yaitu laporan tentang pengelolaan pendapatan atau nilai. Akuntansi manajemen merupakan sebuah struktur pelaporan yang didasarkan pada informasi yang mencerminkan cara manajemen sebuah bank memandang bisnis itu. Sebaliknya, statutory financial accounts, (misalnya laporan rugi laba dan neraca) harus dipersiapkan sesuai dengan standar pelaporan dan harus mematuhi standar akuntansi nasional. Risiko utama yang dicakup oleh ALM adalah : Risiko tingkat suku bunga dalam banking book dan risiko likuiditas.
  • 154. 154 5.1. Jenis-jenis risiko kredit Risiko kredit adalah risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Risiko kredit pada dasarnya telah dikenal dengan baik oleh para investor dan pengusaha. Bank sangat terekspos risiko kredit mengingat kegiatan usahanya yang bersifat lending-based. Disamping itu, bisnis bank memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi (highly leveraged). Setiap kenaikan tingkat kegagalan membayar masing-masing debitur secara potensial akan berdampak terhadap berkurangnya permodalan bank.
  • 155. 155 5.1.1. Sovereign credit risk Sovereign risk adalah risiko kerugian yang mungkin timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya, baik bunga maupun pokoknya. Secara umum, penerbitan obligasi pemerintah (sovereign debt bond) terdiri dari :  Obligasi dalam mata uang domestik,  Obligasi dalam valuta asing. Rasio utama dalam penilaian sovereign risk : debt service ratio, yaitu jumlah bunga & pokok atas pinjaman valas yang telah jatuh tempo dibandingkan dengan penerimaan negara dari ekspor dan arus modal masuk. Selain itu, faktor lain yang juga harus diperhatikan investor : • Investasi domestik juga harus diperhatikan bubbles. • Pinjaman swasta dalam valas.
  • 156. 156 5.1.1. Sovereign credit risk Faktor-faktor kualitatif yang perlu diperhatikan :  Efisiensi sistem perbankan penyaluran dana,  Efisiensi sistem perpajakan penerimaan negara,  Kemampuan Bank Sentral mengendalikan suku bunga,  Tingkat suku bunga domestik,  Transparansi dalam proses perekonomian serta pembagian tugas dan wewenang yang jelas antara pemerintah, Bank Sentral, lembaga pengawasan, sistem hukum dan pelaku bisnis. Sovereign risk merupakan bagian dari country risk. Country risk mencakup lingkungan hukum, politik, dan ekonomi serta bagaimana ketiganya mempengaruhi sektor swasta.( Sovereign risk di Basel II diukur dengan menggunakan peringkat kreditnya (credit ratings).
  • 157. 157 5.1.2. Risiko kredit korporasi 5.1.3. Risiko kredit ritel Kredit korporasi  risky debt. Kredit sovereign  risk-free debt. Risiko kredit korporasi : risiko gagal bayar atas utang/kewajiban yang diterbitkan oleh perusahaan. Pemegang saham adalah pihak yang paling akhir dibayar jika perusahaan mengalami likuidasi. Risiko kredit ritel Terdapat perubahan penilaian kredit individual : dari sistem branch- based menjadi centralized. • Sistem branch-based  wewenang kepala cabang (personal knowledge), • Sistem centralized  berdasarkan data informasi debitur yang standardized yang diolah menjadi model credit scoring.
  • 158. 158 5.1.4. Probability of default 5.1.5. Risiko kredit sistemik Karakter keputusan pemberian kredit : “binary”. Namun pendekatan ini tidak membantu bank dalam membuat keputusan komersial. Tingginya tingkat kredit macet berpotensi menimbulkan risiko sistemik. Risiko kredit dan risiko likuiditas merupakan kategori risiko yang terpenting dalam bisnis perbankan.
  • 159. 159 5.1.6. Risiko kredit traded markets counterparty Risiko kredit traded markets counterparty timbul ketika counterparty tidak segera membayar kewajiban yang muncul dalam sebuah transaksi (kontrak valas/kontrak suku bunga). Mitigasi risiko kredit traded markets counterparty :  Pembayaran berkala antar pihak-pihak dalam kontrak,  Kolateral,  „Netting‟ (merupakan proses offset antara keuntungan dan kerugian melalui sejumlah transaksi dengan jenis kontrak yang sama atau dapat juga dilakukan dengan jenis kontrak yang berbeda. Dasar perhitungan risiko kredit counterparty adalah menggunakan proses mark-to-market.
  • 160. 160 5.2.1. Analisa kelayakan – risiko sovereign Faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif yang umumnya dipertimbangkan :  Negara itu sendiri,  Faktor-faktor ekonomi,  Sumber daya alam & bahan baku,  Efisiensi pasar tenaga kerja & kualitas keahlian dan pendidikan,  Efisiensi pasar modal dan sistem perbankan,  Pemerintah,  Kebijakan ekonomi makro,  Perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran,  Perkembangan inflasi dan prediksinya,  Aliran penanaman modal asing,  Kebijakan pendapatan dan belanja pemerintah,  Faktor-faktor politis,  ………… 5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit
  • 161. 161 5.2.2. Analisa kelayakan – risiko korporasi Stabilitas dan kesehatan suatu perusahaan dapat diukur antara lain dari :  Kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara periodik dalam jangka waktu tertentu,  Rasio debt to equity,  Kriteria lain; seperti rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar. Analisa kredit korporasi  analisa rasio keuangan, elemen-elemen laporan keuangan yang dinilai : • Neraca, • Laporan laba rugi, • Laporan aliran kas, • Laporan pajak. Analisa umumnya fokus pada kinerja perusahaan selama tiga tahun terakhir.
  • 162. 162 5.2.2. Analisa kelayakan – risiko korporasi Rasio-rasio utama yang digunakan dalam analisa kredit korporasi :  Kinerja operasional,  Kemampuan membayar bunga pinjaman,  Financial gearing (leverage),  Likuiditas. Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mengembangkan grading models. Saat ini penilaian perusahaan seringkali didasarkan pada faktor- faktor yang mudah dilihat, seperti deviden ditambah aktiva bersih per saham.
  • 163. 163 5.2.3. Teknik options-based terbaru Pendekatan options-based to modeling credit diperkenalkan oleh Robert Merton (ekonom pemenang hadiah Nobel). Merton mengilustrasikan pemberian fasilitas kredit kepada suatu perusahaan sebagai : Pembelian hak (option) oleh perusahaan untuk memindahkan (put) aktiva perusahaan kepada bank pada saat nilai perusahaan menjadi negatif (Nilai sekarang aktiva perusahaan dikurangi nilai sekarang utang perusahaan = angka negatif). Selisih valuasi aktiva dan utang dapat digunakan untuk menghitung kemungkinan gagal bayar (probability of default). Pendekatan Merton memiliki pengaruh yang cukup besar dalam grading model terkini yang digunakan untuk memprediksi kemungkinan suatu gagal bayar.
  • 164. 164 5.2.4. Analisa risiko kredit–risiko kredit perorangan Terdapat dua area besar dalam kredit perorangan :  Kredit dengan agunan real estate,  Kredit tanpa agunan. Beberapa hal yang harus diperhatikan :  Anggaran perorangan,  Credit scoring models,  Lembaga referensi kredit,  Konsumsi jangka panjang,  Aktiva bersih,  Peran asuransi.
  • 165. 165 5.2.4. Analisa risiko kredit–risiko kredit perorangan Hal-hal yang umumnya dipertimbangkan oleh bank dalam menilai kelayakan dalam pemberian kredit perorangan :  Sisa pendapatan,  Pendapatan setelah dikurangi pembayaran kredit,  Pendapatan lain-lain dan kemampuan mempertahankan pembayaran di masa datang,  Penetapan suku bunga kredit,  Gangguan terhadap pendapatan dan penutupan asuransi,  Asuransi terhadap aktiva,  Perbandingan antara besarnya kredit dengan nilai rumah,  Penjaminan kredit.
  • 166. 166 5.2.5. Pengelolaan portofolio Konsentrasi kredit mencakup eksposur yang signifikan yang terkait dengan :  counterparty individual atau kelompok counterparty yang terkait satu sama lain,  Sektor ekonomi atau wilayah geografis,  Ketergantungan pada suatu aktivitas atau komoditi tertentu,  Jenis agunan atau counterparty tunggal. Risiko konsentrasi dapat dianalisa dengan memperhatikan cohort dari suatu portofolio. Cohort adalah pengelompokan aktiva berdasarkan berbagai kriteria.
  • 167. 167 5.3. Risiko kredit dan Basel II Pilar 1 Basel II mempersyaratkan bank untuk menghitung kebutuhan modalnya terhadap risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Di Basel II, bank dapat memilih tiga pendekatan untuk menghitung persyaratan modal bagi risiko kredit. Selain menjelaskan mekanisme setiap pendekatan, Basel II juga menetapkan kriteria minimum bagi bank yang akan menggunakan pendekatan yang lebih kompleks. Pendekatan Internal Ratings-Based yang cukup kompleks memper- syaratkan adanya persetujuan dari pengawas sebelum bank meng- gunakannya. Karakteristik pendekatan IRB merupakan faktor yang membedakan Basel II dan Basel I.
  • 170. 170 6.1.1. Apakah yang dimaksud dengan risiko operasional Definisi Risiko operasional menurut Basel II : risiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia, sistem, atau dari kejadian-kejadian eksternal. - Bukan merupakan suatu risiko yang baru, - Bersifat inherent. - Mencakup Risiko Hukum, namun tidak mencakup other risks - Di-cover di Pilar 1 Basel II Accord. 6.1 Karakteristik risiko operasional
  • 171. 171 6.1.2. Frekuensi vs Dampak Terdapat dua faktor untuk mengelompokkan kejadian risiko operasional :  Frekuensi/frequency  Dampak/Impact Terdapat empat kelompok jenis kejadian risiko operasional : Impact Freq. H HL LFLI LFHI HFLI HFHI Ignore # relevan BCP
  • 172. 172 6.2. Risiko kerugian, EL & UEL Definisi Risiko operasional menurut Basel II : “Risiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal,…” • Persepsi : hanya yang menimbulkan kerugian saja yang dianggap sebagai risiko operasional. • Pada saat suatu kejadian muncul/hampir terjadi, tanpa memperhatikan konsekuensi keuangannya, kejadian tersebut perlu dicatat & dilakukan langkah-langkah pencegahannya. Perhitungan modal risiko operasional harus mempertimbangkan Expected Loss (EL) & UnExpected Loss (UEL). EL : kerugian yang timbul karena dilaksanakannya kegiatan usaha bank secara normal.  Cost of doing business  struktur pricing. Prediksi menggunakan metode statistik (rata-rata)  data historis dan pengalaman.
  • 173. 173 6.2. Risiko kerugian, EL & UEL UEL : kerugian yang besarnya secara signifikan jauh berada di atas batas yang dapat dikategorikan sebagai kerugian yang diperkirakan. - Masuk dalam kelompok LFHI, - Metode statistik sederhana untuk menghitung UEL : Standar deviasi Sumber data yang dapat digunakan :  Data internal,  Data eksternal dari bank lain,  Data dari skenario risiko operasional.
  • 174. 174 6.3. Kejadian risiko operasional Cakupan mitigasi risiko operasional di Basel II :  Pencatatan kerugian,  Prediksi kerugian masa yang akan datang,  Pengelolaan kejadian risiko operasional. Pengkategorian risiko operasional berdasarkan penyebab utamanya : • Risiko proses internal, • Risiko manusia, • Risiko sistem, • Risiko Eksternal, • Risiko Hukum. Kategori-kategori tersebut tidak memasukkan other risks.
  • 175. 175 6.3. Kejadian risiko operasional Risiko proses internal Merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan proses/prosedur yang terdapat di suatu bank. Kejadian risiko proses internal meliputi :  Dokumentasi (#memadai/ #lengkap/ #tepat),  Pengendalian yang lemah,  Kelalaian pemasaran,  Kesalahan penjualan produk,  Pencucian uang,  Laporan #benar/ #lengkap,  Kesalahan transaksi. Kemungkinan penyebab : proses terlalu rumit, #terstruktur, # dilaksanakan dengan semestinya.
  • 176. 176 6.3. Kejadian risiko operasional Risiko manusia Merupakan risiko yang terkait dengan karyawan bank. Area-area yang umumnya terkait dengan risiko manusia :  Permasalahan kesehatan & keselamatan kerja,  Perputaran karyawan yang tinggi,  Fraud internal,  Sengketa pekerja,  Praktik manajemen yang buruk,  Pelatihan karyawan yang tidak memadai,  Terlalu tergantung pada karyawan tertentu,  Roque trader.
  • 177. 177 6.3. Kejadian risiko operasional Risiko sistem Merupakan risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan sistem. Kejadian risiko sistem dapat disebabkan oleh :  Data yang tidak lengkap,  Kesalahan input data,  Pengendalian perubahan data yang tidak memadai,  Pengendalian proyek yang tidak memadai,  Kesalahan pemrograman,  Ketergantungan pada teknologi „black box‟,  Gangguan pelayanan,  Masalah terkait keamanan sistem,  Kecocokan sistem,  Penggunaan teknologi yang belum diujicoba.
  • 178. 178 6.3. Kejadian risiko operasional Risiko eksternal Merupakan risiko yang terkait dengan kejadian yang berada di luar kendali bank secara langsung. Umumnya adalah kejadian LFHI UEL. Kejadian risiko eksternal dapat disebabkan oleh :  Kejadian pada bank lain dampak ke seluruh industri perbankan,  Pencurian dan external fraud,  Kebakaran, bencana alam,  Kegagalan perjanjian outsourcing,  Penerapan ketentuan baru,  Kerusuhan dan unjuk rasa,  Terorisme,  Tidak beroperasinya sistem transportasi,  Kegagalan utility service.
  • 179. 179 6.3. Kejadian risiko operasional Risiko hukum Merupakan risiko yang timbul dari adanya ketidakpastian karena dilakukannya suatu tindakan hukum atau ketidakpastian dalam penerapan atau interpretasi suatu perjanjian, peraturan, atau ketentuan. Peningkatan risiko hukum disebabkan oleh :  Penerapan ketentuan KYC,  Penerapan ketentuan perlindungan data nasabah (untuk tujuan pemasaran produk).
  • 180. 180 6.3. Kejadian risiko operasional Boundary Event Solusi umum terhadap permasalahan “Boundary risk event” : mengklasifikasikan kejadian berdasarkan penyebab utamanya. Kejadian risiko Risiko Kredit ??? Risiko Pasar ??? Risiko Operasional ??? Risiko Lainnya ??? Identifikasi “Boundary event” tetap perlu dilakukan untuk : - Mencegah terjadinya pencatatan ganda dalam perhitungan modal, atau - Tidak diperhitungkannya kejadian tersebut sama sekali.
  • 181. 181 6.4. Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan Terdapat perubahan karakteristik risiko operasional, kejadian low-cost error kejadian LFHI. Beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah : Otomatisasi, Ketergantungan pada teknologi, Outsourcing, Terorisme, Meningkatnya globalisasi, Insentif dan trading-‟rouge trader‟, Meningkatnya volume dan nilai transaksi, Meningkatnya litigasi.
  • 182. 182 6.5. Basel II dan risiko operasional Setidaknya rata-rata sekitar 12% modal diperlukan untuk mengantisipasi risiko operasional. Pilar 1 Basel II mempersyaratkan bank untuk mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasikan modal untuk risiko operasional; sebagaimana dilakukan juga untuk risiko kredit dan risiko pasar. Di Basel II, terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan modal bagi risiko operasional :  Basic Indicator Approach (BIA),  Standardised Approach (SA),  Advanced Measurement Approach (AMA). Bank dapat berpindah dari sistem yang sederhana ke pendekatan yang lebih kompleks.
  • 184. Bab 7 Pengantar Supervisory Review & Persyaratan Pengungkapan bagi Bank
  • 185. 185 7.1. Pentingnya Supervisory Review Pilar 2 menetapkan prinsip-prinsip proses supervisory review yang harus digunakan pengawas. Tiga area utama yang dibahas Pilar 2 :  Risiko yang belum sepenuhnya didiskusikan di Pilar 1, seperti risiko konsentrasi kredit,  Risiko yang sama sekali belum dibahas di Pilar 1, seperti interest rate risk in the banking book,  Faktor-faktor di luar kendali bank (misal : pengaruh siklus bisnis). Supervisory review terhadap bank tidak hanya ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan modal minimum, tetapi juga untuk mendorong bank mengembangkan dan mendorong teknik manajemen risiko yang terbaik.
  • 186. 186 7.1.1. Proses penilaian internal terhadap modal Manajemen Bank bertanggung jawab untuk mengembangkan proses penilaian internal terhadap modal yang mampu mengevaluasi risiko dan faktor-faktor pengendalinya pada semua lini usaha bank. Proses penilaian internal terhadap modal dilakukan untuk mengevaluasi kebutuhan modal saat ini dan memperkirakan kebutuhan modal dimasa datang. Supervisory review tidak dapat menggantikan pelaksanaan manajemen yang baik. Direksi dan pejabat senior bank tetap memiliki tanggung jawab untuk memastikan mereka memelihara modal yang cukup untuk mendukung kegiatan usaha bank, termasuk memperhitung- kan aspek-aspek yang belum dicakup di Pilar 1.
  • 187. 187 7.1.2. Supervisory review & tindak lanjut pengawasan Tindakan yang dapat dilakukan pengawas selain meminta bank untuk meningkatkan rasio permodalan :  Menetapkan target yang harus dicapai dalam perbaikan struktur manajemen risiko,  Menetapkan prosedur internal yang lebih ketat,  Meningkatkan kualitas pegawai melalui pelatihan atau rekrutmen. Dalam kasus-kasus ekstrim, pengawas dapat menurunkan tingkat risiko atau kegiatan usaha bank hingga masalah yang ada terselesaikan atau dapat dikendalikan. Basel Committee memandang proses supervisory review sebagai suatu interaksi aktif antara bank dan pengawas.
  • 188. 188 7.2. Uraian singkat tentang empat prinsip utama Basel Committee menetapkan 25 prinsip utama pengawasan dalam “Core Principles for Effective Banking Supervision” – September 1997, yang meliputi aspek-aspek :  Pra-kondisi untuk pengawasan perbankan yang efektif,  Perizinan dan struktur,  Pengaturan prinsip kehati-hatian,  Metode pengawasan perbankan yang diterapkan,  Informasi yang dipersyaratkan,  Kewenangan formal,  Perbankan antar negara. Pilar 2 mengidentifikasi empat prinsip penting supervisory review untuk melengkapi 25 prinsip utama tersebut.
  • 189. 189 7.2.1. Prinsip 1 Manajemen Bank bertanggung jawab penuh untuk memastikan agar bank memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan dimasa datang. Target modal  profil risiko. 5 aspek proses penilaian modal : 1. Pengawasan oleh direksi dan manajemen senior, 2. Penilaian modal yang tepat, 3. Penilaian risiko yang komprehensif, 4. Pengawasan dan pelaporan, 5. Evaluasi pengendalian internal. Bank harus memiliki suatu proses untuk menilai kecukupan modal secara keseluruhan dalam hubungannya dengan profil risiko yang ada, dan harus memiliki strategi untuk mempertahankan tingkat permodalannya.
  • 190. 190 7.2.2. Prinsip 2 Beberapa metode pengumpulan informasi yang dapat dilakukan :  Kunjungan ke bank,  Review tanpa melakukan kunjungan ke bank,  Pertemuan dengan manajemen bank,  Meneliti hasil kerja auditor eksternal yang relevan dengan proses review,  Memonitor laporan-laporan periodik. Pengawas harus meneliti dan mengevaluasi penilaian dan strategi internal kecukupan modal yang digunakan bank, serta kemampuan mereka untuk memonitor dan memastikan kepatuhan terhadap rasio permodalan sesuai ketentuan yang berlaku.
  • 191. 191 7.2.3. Prinsip 3 Ketentuan-ketentuan di Pilar 1 dirancang untuk memberikan standar modal minimum bagi bank :  yang memiliki aspek-aspek pengendalian yang memadai,  yang memiliki portofolio risiko yang terdiversifikasi,  yang kegiatan usahanya mencakup risiko-risiko yang terdapat di Pilar 1. Pengawas harus mendapatkan keyakinan bahwa bank beroperasi di atas rasio permodalan minimum sesuai ketentuan dan harus memiliki kewenangan untuk meminta bank memelihara modal di atas jumlah minimum.
  • 192. 192 7.2.4. Prinsip 4 Jika bank gagal mempertahankan kecukupan modalnya, pengawas dapat menggunakan kewenangannya untuk mengambil langkah- langkah perbaikan. Pengawas harus dapat melakukan tindakan sedini mungkin untuk mencegah penurunan modal di bawah jumlah minimum.
  • 193. 193 7.3. Sifat pengungkapan Pengungkapan (disclosure) dianggap penting karena menyediakan informasi yang relevan kepada para investor mengenai kinerja perusahaan saat ini dan di masa datang. Pengungkapan (disclosure) adalah penyebar- luasan informasi kepada masyarakat mengenai hal-hal yang bersifat material terhadap evaluasi kegiatan usaha suatu perusahaan.
  • 196. 196 8.1. Stakeholder bank Bank juga dipersyaratkan untuk mempertimbangkan berbagai keinginan stakeholder-nya pada saat mengambil keputusan. Operasional bank harus memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder bank secara berimbang. Stakeholder bank terdiri dari semua pihak yang memiliki kepentingan langsung dengan keberhasilan bank termasuk pemegang saham, karyawan, dan masyarakat secara keseluruhan.
  • 197. 197 8.2. Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank Aspek-aspek penting corporate governance :  Pengawasan oleh dewan komisaris, direksi atau dewan pengawas (supervisory board),  Pengawasan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat dalam berbagai kegiatan usaha sehari-hari,  Pengawasan langsung pada masing-masing segmen kegiatan usaha,  Manajemen risiko dan fungsi audit yang independen,  Personil penting layak dan patut menjalankan tugas yang dibebankan,  Pelaporan secara periodik. Corporate governance merupakan serangkaian keterkatian antara dewan komisaris, direksi, pihak- pihak yang berkepentingan, serta pemegang saham perusahaan.
  • 198. 198 8.3. Implementasi corporate governance yang kuat Direksi (atau yang setingkat) memiliki tanggung jawab akhir terhadap manajemen dan kinerja bank. Bank perlu menetapkan sasaran strategis yang jelas dan menyusun “etos” perusahaan, dan mengkomuni- kasikannya kepada seluruh unit organisasi bank. Agar kegiatan usaha bank dapat diawasi dan diken- dalikan secara efektif, direksi harus menetapkan batasan yang jelas mengenai kewenangan dan tanggung jawab. Direksi harus terlibat secara langsung dalam proses ini.