Dokumen tersebut membahas tentang manajemen risiko perbankan. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang empat jenis risiko utama yang dihadapi bank yaitu risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko operasional beserta pengaturan dan regulasi yang berlaku untuk mengelola risiko-risiko tersebut.
2. Table of Content :
Bab 2 : Evolusi Manajemen Risiko & Regulasi Perbankan
Bab 3 : Perkembangan Pengawasan Bank Berbasis Risiko
Bab 4 : Karakteristik Risiko Pasar & Risiko Treasury
Bab 5 : Karakteristik Risiko Kredit
Bab 6 : Karakteristik Risiko Operasional
Bab 7 : Pengantar Supervisory Review & Persyaratan Disclosure
Bab 8 : Corporate Governance bagi Bank
Bab 9 : Kerangka Kerja Regulasi di Indonesia
Bab 1 : Karakteristik Risiko & Regulasi Perbankan
4. 4
1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi
Bank
Perusahaan Jasa
Keuangan
Lembaga yang diberikan izin
oleh otoritas perbankan
untuk :
• Menerima Simpanan
• Memberikan Kredit
• Menerima & menerbitkan
Cek.
Lembaga yang menawarkan
produk keuangan, seperti :
• Mortgage
• Dana Pensiun
• Asuransi
• Obligasi.
5. 5
1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi
PJK
BANK
BANK
PJK
PJK = Perusahaan Jasa Keuangan
√
6. 6
1.1. Bank, Risiko & Perlunya Regulasi
Definisi Risiko
Kamus Sertifikasi
Peluang terjadinya bencana
atau kerugian.
Peluang terjadinya hasil
(outcome) yang buruk.
Kejadian Risiko (risk event) : Terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan
potensi kerugian (outcome yang buruk).
Risiko Kerugian : Kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi langsung ataupun
tidak langsung dari kejadian risiko (bersifat finansial atau non-finansial).
7. 7
Struktur Modal
Menunjukkan cara yang ditempuh bank
untuk memperoleh pendanaan, umumnya
dilakukan melalui kombinasi penerbitan
saham, obligasi dan penerimaan pinjaman.
1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi
Regulasi
Produk Non-Finansial Produk Finansial
Regulasi diterapkan untuk
produk dan jasanya.
Regulasi diterapkan untuk :
• Produk & jasa
• Institusi.
8. 8
Contoh : Struktur modal sebuah bank (Jutaan USD)
1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi
Aktiva Jumlah
Bobot
Risiko (%)
ATMR
Obligasi pemerintah domestik 100 0 0
Kas 10 0 0
Kredit kepada bank lain < 1 tahun 200 20 40
Kredit kepada usaha kecil &
menengah
390 100 390
Kredit kepada pemerintah daerah 200 50 100
Kredit kepada perusahaan
internasional berskala besar
100 100 100
Total 1.000 630
Kewajiban Jumlah
Modal 80
Simpanan nasabah 820
Kredit dari bank lain 100
Total 1.000
Rasio regulatory capital
8% dari ATMR
x 8% = USD 50.4m
9. 9
1.1.1. Industri Jasa Keuangan, Bank & Regulasi
Basel II maupun sertifikasi berkaitan dengan
regulasi bank dan bukan regulasi industri jasa
keuangan.
Khusus untuk Uni Eropa (EU), Basel II akan
mencakup lembaga-lembaga pemberi credit
(credit institution) dan perusahaan investasi
(investment firm) yang masing-masing
berjumlah sekitar 8.800 dan 2.200 perusahaan.
10. 10
Risiko Sistemik
Risiko dimana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang
menghancurkan perekonomian secara besar-besaran dan bukan hanya
dampak berupa kerugian yang secara langsung dihadapi oleh pegawai,
nasabah dan pemegang saham -- (bank rush).
Jika bank
gagal ???
1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?
Risiko Sistemik
Kebutuhan untuk meregulasi bank sebagai sebuah institusi bermula dari
adanya risiko yang melekat (inherent) pada sistem perbankan, yaitu :
Bank menawarkan sebuah produk yang digunakan oleh setiap nasabah,
baik komersial maupun perorangan, yaitu uang.
11. 11
1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?
Sebelum tahun 1930-an, permasalahan pada solvabilitas bank, bahkan
bank rush, cukup sering terjadi. Keadaan ini mendorong pemerintah
untuk mengendalikan bank melalui regulasi, dengan memastikan
bank memiliki modal dan likuiditas yang cukup.
Otoritas pengawas perbankan berupaya memastikan agar bank dapat :
• Memenuhi permintaan deposan (pada tingkat yang wajar) untuk
mendapatkan uangnya kembali tanpa menarik kembali kredit yang
telah diberikan.
• Mempertahankan tingkat kerugian yang wajar akibat kredit macet
atau siklus penurunan kegiatan ekonomi.
12. 12
Semakin besar risiko yang dihadapi bank, maka semakin besar
pula modal yang dibutuhkan.
Bank diwajibkan untuk memiliki modal yang cukup untuk
menutupi risiko yang dihadapi (kecukupan modal capital
adequacy).
Tingkat modal harus didasarkan pada tingkat risiko (modal
berbasis risiko/risk-based capital).
1.1.2. Mengapa bank perlu diregulasi?
13. 13
1.1.3. Regulasi Bank
Basel I
The Basel Committee on Banking Supervision untuk pertama
kalinya menawarkan suatu metodologi standar perhitungan jumlah
modal berbasis risiko yang harus dimiliki sebuah bank, yaitu dengan
menerbitkan : Basel Capital Accord I, pada tahun 1988.
Basel Accord I hanya mencakup risiko kredit. Diperkenalkan
berbagai multiplier (bobot risiko/risk weight) sederhana, masing-
masing untuk : utang pemerintah, utang bank, dan utang
perusahaan dan pribadi, dikalikan dengan 8% target rasio modal.
14. 14
1.1.3. Regulasi Bank
The Market Risk Amendment
Otoritas pengawas perbankan di beberapa negara berupaya
menyempurnakan Accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap
risiko.
Hal tersebut banyak mendapatkan dorongan dan dukungan karena
adanya :
• Pertumbuhan pasar derivatif
• Option pricing model yang terkait langsung dengan volatilitas
pengembalian (return) dari instrumen pasar yang menjadi
underlying dengan nilai instrumen tersebut.
The Basel Committee menerbitkan The Market Risk Amendment
terhadap Basel Accord I pada tahun 1996 untuk memperhitungkan
risiko pasar (menggunakan model Value at Risk (VAR)).
15. 15
Basel II
The Basel Committee selanjutnya mengembangkan Basel Capital
Accord II. Setelah melalui berbagai konsultasi dan pembahasan,
Accord baru tersebut diadopsi pada tahun 2004 dan dijadwalkan
untuk diimplementasikan pada tahun 2006 – 2007.
Basel II menghubungkan secara langsung antara modal bank
dengan risiko yang dimiliki.
Cakupan risiko pasar dalam Basel II secara substansial tidak
berubah dari The Market Risk Amendment tahun 1996 dan
penyempurnaannya.
Cakupan risiko kredit disempurnakan agar sejalan dengan The
Market Risk Amendment. Bank disarankan menggunakan
pendekatan berbasis model dalam penentuan tingkat risiko kredit &
otoritas pengawas disarankan untuk melakukan penilaian terhadap
model tersebut.
1.1.3. Regulasi Bank
16. 16
Basel II, lanjutan……
Risiko operasional untuk pertama kalinya menjadi bagian
pembahasan, penghitungannya diarahkan menggunakan
pendekatan model.
Basel II Accord juga mempertimbangkan perlunya memasukkan
risiko-risiko lainnya dalam perhitungan modal berbasis risiko, namun
risiko-risiko tersebut tidak dicakup oleh pendekatan model.
Otoritas pengawas perbankan masing-masing negara akan
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan Basel II sesuai
dengan undang-undang dan regulasi yang berlaku di negaranya.
Konsistensi implementasi Basel II di setiap negara bermanfaat untuk
menghindari timbulnya ketidakjelasan sebagai akibat adanya
pelaporan ganda, yaitu kepada otoritas pengawas perbankan di
mana bank didirikan (home country) & di mana bank memiliki
cabang/anak perusahaan (host country).
1.1.3. Regulasi Bank
17. 17
Basel II, lanjutan……
Perbandingan kedua Accord :
1.1.3. Regulasi Bank
• Fokus pada satu cara
pengukuran risiko,
• Pendekatan sederhana
terhadap sensitivitas
risiko,
• Pendekatan one-size-
fits-all (penghitungan
risiko & modal).
Basel I Accord
• Fokus pada metodologi
internal,
• Memiliki tingkatan
sensitivitas risiko yang
lebih tinggi,
• Mudah disesuaikan
dengan kebutuhan
masing-masing bank..
Basel II Accord
18. 18
Basel II, lanjutan……
Jenis-jenis risiko utama dalam Basel II Accord :
Risiko Pasar
Risiko Kredit
Risiko Operasional
Risiko-risiko „lainnya‟.
1.1.3. Regulasi Bank
19. 19
Tingkat suku bunga
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan risiko pasar?
Risiko pasar (market risk) merupakan risiko kerugian baik pada posisi
on- maupun off-balance sheet yang timbul dari pergerakan
Traded market risk : Bank secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan
instrumen pasar (seperti obligasi) yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan nilai
pasar.
Interest rate risk in the banking book : Bank menghadapi risiko perubahan
suku bunga pasar karena struktur underlying kegiatan usahanya.
Kurs Valuta Asing
Ekuitas
Komoditi
harga pasar.
1.2 Risiko Pasar
20. 20
1.2.2. Imbal Hasil (Yield Curve)
Yield Curve
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y
Maturity
Interestrate
Imbal hasil (yield curve) menunjukkan hubungan antara tingkat suku
bunga efektif dengan tanggal jatuh tempo suatu investasi pada
waktu tertentu.
21. 21
1.2.3. Traded Market Risk
Traded market risk : Risiko kerugian nilai investasi yang terkait dengan
pembelian dan penjualan (trading) instrumen keuangan di pasar secara
berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan.
Contoh :
Bank A memperdagangkan obligasi pemerintah yang memiliki tingkat
suku bunga tetap untuk periode lima tahun. Nilai obligasi itu akan
dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga.
100 5%
95
6%105
4%
Nilai Bond Suku Bunga
Jika Suku Bunga
Pasar Turun
Jika Suku Bunga
Pasar Naik
Bond Fixed Rate
22. 22
1.2.4. Interest Rate Risk In The Banking Book
Interest rate risk in the banking book timbul sebagai akibat kegiatan
yang dilakukan bank dengan nasabahnya yang merupakan konsekuensi
logis dari pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari.
Deposan Bank A Debitur
Contoh :
fixed
rate
floating
rate
Deposito Kredit
23. 23
1.2.4. Interest Rate Risk In The Banking Book
Terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh bank dalam melakukan
lindung nilai (hedging) atas posisi mismatch dalam contoh di atas :
Mengubah model kegiatan usaha sehari-hari dengan menawarkan
suku bunga yang sama untuk dana yang dihimpun dan kredit yang
diberikan,
Menempatkan dana pada bank lain dan melakukan penghimpunan
dana dari bank lain berjangka waktu sama dengan kredit yang
diberikan,
Jika tersedia pasar derivatif, melakukan transaksi swap dengan
bank lain.
24. 24
1.3.1. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?
Risiko kredit (credit risk) merupakan risiko kerugian yang terkait
dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya
atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.
Risiko kredit timbul dari adanya kemungkinan :
• kredit yang diberikan oleh bank
• obligasi yang dibeli
• kegagalan memenuhi kewajiban pembayaran dalam kontrak derivatif.
Pada umumnya, marjin yang diperhitungkan untuk mengantisipasi
risiko kredit hanyalah merupakan bagian kecil dari total kredit yang
diberikan bank dan oleh karenanya kerugian pada kredit dapat
menghancurkan modal bank dalam waktu singkat.
tidak dapat dibayarkan kembali.
1.3 Risiko Kredit
25. 25
Beberapa teknik dan kebijakan untuk me-mitigasi risiko kredit :
Model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan,
Manajemen portofolio kredit,
Sekuritisasi,
Agunan,
Pengawasan arus kas,
Manajemen pemulihan (recovery management).
1.3.2. Metode pengelolaan risiko kredit
26. 26
Model pemeringkatan kredit dapat digunakan sebagai sarana untuk
menetapkan kemungkinan terjadinya default.
Dalam hal ini bank melakukan kalibrasi risiko yang akan
memungkinkan bank untuk menetapkan suatu probabilitas tertentu
untuk setiap kejadian yang tidak diinginkan (probability of default).
Cara ini memungkinkan bank untuk menghindari konsentrasi
portofolio kredit bank pada kredit berkualitas buruk yang memiliki
kemungkinan default yang tinggi.
Basel II secara spesifik membahas model pemeringkatan sebagai
bagian kerangka kerja risiko kredit.
1.3.3. Model pemeringkatan (grading model)
27. 27
Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio kreditnya untuk
memberikan keyakinan bahwa kredit yang diberikan tidak terlalu
terkonsentrasi.
Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada
portofolio kreditnya, sehingga risiko terjadinya default yang bersifat
sistemik dapat ditekan.
Analisis seperti ini dikenal sebagai cohort analysis.
1.3.4. Manajemen Portofolio Kredit
28. 28
Salah satu teknik yang digunakan bank untuk melindungi dirinya
dari gejolak ekonomi adalah dengan mengemas dan menjual
sebagian portofolio kreditnya kepada investor dalam bentuk surat
berharga.
Teknik ini dikenal sebagai Sekuritisasi.
Sekuritisasi memungkinkan bank :
mengurangi potensi eksposur yang tinggi pada suatu jenis kredit
tertentu atau konsentrasi risiko yang paling tinggi,
melakukan investasi pada aktiva lain yang dianggap memiliki
risiko yang lebih rendah.
1.3.5. Sekuritisasi
29. 29
Agunan merupakan aktiva yang diperjanjikan oleh debitur untuk
mendapatkan kredit dan dapat diambil alih dalam hal terjadi default.
Bank perlu memastikan bahwa agunan yang diterima benar-benar
dapat digunakan untuk memitigasi risiko saat debitur mengalami
default.
Basel I sangat membatasi jenis agunan yang dapat diakui.
Basel II mengakui jenis agunan yang lebih beragam, khususnya
pada pendekatan Internal Rating-Based (IRB) dalam risiko kredit.
1.3.6. Agunan (collateral)
30. 30
Bank-bank yang mengalami tingkat default yang tinggi menurunkan
risiko kreditnya dengan cara :
membatasi tingkat eksposur (EAD/Exposure at Default), dan
memastikan bahwa nasabah bereaksi cepat terhadap keadaan
yang berubah.
Arus kas perusahaan dan perorangan dapat tercermin dalam
rekening bank mereka.
1.3.7. Monitoring Arus Kas
31. 31
Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami
default dapat menghasilkan pemulihan (recovery) yang cukup besar
dibandingkan tingkat kerugian semula.
Loss given default (LGD) adalah perkiraan kerugian yang akan
diderita bank sebagai akibat terjadinya default.
Nilai LGD dalam pendekatan Advanced IRB secara langsung
dipengaruhi oleh estimasi bank mengenai jumlah yang dapat
dipulihkan dari suatu kredit yang mengalami default.
1.3.8. Manajemen Pemulihan
32. 32
Risiko Operasional adalah risiko yang diakibatkan oleh kegagalan
atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau
sebagai akibat dari kejadian eksternal.
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
Proses internal
Manusia
Sistem
Kejadian eksternal
Hukum dan regulasi (risiko legal)
Sub-kategori risiko operasional :
1.4 Risiko Operasional
33. 33
Contoh – contoh kejadian risiko operasional :
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
34. 34
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
Definisi Basel II tentang risiko operasional
tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan
reputasi.
Tetapi, Basel II memberikan ruang bagi jenis
risiko lain untuk dipertimbangkan pada saat
menghitung modal bank berbasis risiko.
Risiko operasional terutama terkait dengan berbagai masalah yang
dapat diakibatkan oleh kegagalan proses di bank.
Risiko operasional adalah risiko terpenting yang sehari-harinya
dapat mempengaruhi para nasabah.
35. 35
Permasalahan sehari-hari yang terkait kegagalan operasional :
Kegagalan rekonsiliasi,
Kesalahan dalam pelaksanaan/pencatatan transaksi,
Kegagalan balancing,
Sistem gagal (upgrade system),
Listrik padam,
Banjir.
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
36. 36
1.4.1. Apa yang dimaksud dengan risiko operasional?
Selama 15 tahun terakhir terdapat peningkatan
jumlah kejadian risiko operasional yang high
profile (LFHI).
Melalui Basel II, untuk pertama kalinya Bank
diminta mengkuantifikasi, mengukur, dan
mengalokasikan modal untuk mengantisipasi
risiko operasional.
37. 37
Risiko operasional bukan merupakan kelompok risiko baru.Terdapat
perubahan karakteristik risiko operasional, kejadian low-cost error
kejadian LFHI.
1.4.2. Perubahan tampilan risiko operasional
Beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah :
Otomatisasi,
Ketergantungan pada teknologi,
Outsourcing,
Terorisme,
Meningkatnya globalisasi,
Insentif dan trading-‟rouge
trader‟,
Meningkatnya volume dan
nilai transaksi,
Meningkatnya litigasi.
38. 38
Bank harus mempertimbangkan berbagai risiko saat menghitung
modal berbasis-risiko.
Tiga risiko yang termasuk dalam kategori risiko-risiko „lainnya‟ :
1. Risiko Bisnis,
2. Risiko Strategis,
3. Risiko Reputasi.
1.5. Risiko-risiko lainnya
39. 39
Risiko bisnis merupakan risiko yang terkait dengan posisi
kompetitif bank dan prospek bank untuk berkembang dalam pasar
yang senantiasa berubah.
1.5.1. Risiko Bisnis
Risiko bisnis meliputi prospek jangka pendek dan jangka panjang
terhadap produk dan jasa yang ada.
Contoh :
BestBank of Boulder, Colorado dilikuidasi karena rugi ± USD.200
juta.
Kerugian timbul akibat kebijakan bank yang menyediakan fasilitas
kartu kredit kepada debitur berkualitas rendah.
40. 40
Risiko strategis merupakan risiko yang terkait dengan keputusan
bisnis jangka panjang yang diambil oleh direksi bank.
Risiko strategis juga dapat dikaitkan dengan implementasi strategi
tersebut.
1.5.2. Risiko Strategis
Risiko strategis dan risiko bisnis berbeda dalam durasi dan
pentingnya keputusan tersebut.
Risiko strategis umumnya terkait dengan keputusan :
Bisnis yang akan dijadikan investasi,
Bisnis yang akan diakuisisi, dan/atau
Bisnis yang akan ditutup/dijual dan batasan-batasannya.
41. 41
Risiko reputasi merupakan risiko terjadinya kerusakan bagi
perusahaan yang diakibatkan oleh opini publik yang negatif.
1.5.3. Risiko Reputasi
Pasar keuangan global dan trading 24 jam sehari menyebabkan
risiko reputasi sebuah bank meningkat dalam hal severity maupun
kecepatan terjadinya kerugian.
Risiko reputasi tidak terbatas hanya pada reputasi dari sebuah
bank saja, namun dapat mencakup keseluruhan sektor industri
perbankan.
42. 42
1.6.1. Dampak risiko
Selain kerugian keuangan secara langsung,
kejadian risiko pada bank dapat berdampak
pada perekonomian dan stakeholder bank
tersebut :
1.6 Dampak potensial dari kegagalan pengelolaan risiko dalam perbankan
43. 43
Dampak yang dapat dialami oleh pada pemegang saham ketika
bank gagal mengelola risiko :
1.6.2. Dampak pada para pemegang saham
Kehilangan nilai investasi secara keseluruhan
Penurunan nilai investasi
Kehilangan deviden
Tanggung jawab terhadap kerugian.
44. 44
Dampak yang dapat dialami oleh pegawai ketika bank gagal
mengelola risiko :
1.6.3. Dampak pada pegawai
Tindakan disipliner secara internal (kelalaian/sengaja)
Berkurangnya pendapatan
Kehilangan pekerjaan.
45. 45
Dampak yang dapat dialami oleh nasabah ketika bank gagal
mengelola risiko :
1.6.4. Dampak pada nasabah
Penurunan tingkat pelayanan nasabah
Pengurangan ketersediaan produk
Krisis likuiditas
Perubahan regulasi.
46. 46
Risiko yang paling mempengaruhi nasabah sehari-hari adalah risiko
operasional.
Dampak langsung akibat kejadian risiko operasional bagi nasabah :
1.6.5. Risiko operasional dan pelayanan nasabah
Terhentinya pelayanan.
Pelayanan yang keliru/berkualitas buruk
Gangguan pelayanan
Keamanan yang kurang
Jenis kerugian keuangan bagi bank :
• Pembayaran ganti rugi
• Biaya litigasi
• Denda/sanksi dari regulator.
47. 47
Banyak krisis perbankan yang dapat dikaitkan dengan
permasalahan klasik „pemberian kredit berlebihan‟ (over-lending)
dalam kondisi ekonomi yang sedang tumbuh pesat (booming).
1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
Bank yang over-lending pada saat ekonomi
tumbuh (boom) akan mengalami under-
lending pada kejadian resesi yang muncul
sesudahnya.
48. 48
Sarbanes-Oxley (SOX)
Otoritas seringkali menerbitkan regulasi baru sebagai respon dari
masalah tertentu.
Salah satunya adalah Sarbanes-Oxley di AS pada tahun 2002
yang merupakan undang-undang untuk akuntabilitas korporasi.
Undang-undang tersebut terkait skandal akuntansi yang
berhubungan dengan jatuhnya perusahaan seperti Enron dan
WorldCom.
1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
49. 49
International Accounting Standards (IAS)
IAS mulai diperkenalkan secara meluas pada tahun 2005 – 2006,
khususnya di Uni Eropa.
Standar ini akan mempengaruhi cara bank-bank mencatat, antara
lain , hedging risiko tingkat suku bunga underlying dalam banking
book.
IAS kemungkinan juga akan mempengaruhi pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan bank (Pilar 3 Basel II).
1.6.6. Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko
50. 50
Undang-undang perbankan tahun 1992 dan 1998 menetapkan dua
jenis bank di Indonesia :
1.7.1. Sistem Perbankan Indonesia
Bank Umum menawarkan berbagai jasa keuangan, termasuk
transaksi devisa, memiliki akses terhadap sistem pembayaran
dan menyediakan pelayanan perbankan secara umum.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) jauh lebih kecil daripada bank
umum dan umumnya beroperasi di wilayah tertentu saja. BPR
menerima simpanan nasabah, namun tidak memiliki akses
terhadap sistem pembayaran.
Selain itu, terdapat lembaga-lembaga kecil non-bank, seperti
Badan Kredit Desa (BKD) serta Lembaga Dana dan Kredit
Pedesaan (LDKP)
1.7 Sistem dan regulasi perbankan Indonesia
51. 51
Garis besar UU dan regulasi yang telah diimplementasikan sejak
tahun 1998 :
1.7.2. Regulasi Perbankan
UU Bank Indonesia
(1999)
Menetapkan Bank Indonesia sebagai bank
sentral yang independen. Menetapkan tujuan
dan tugas Bank Indonesia.
Peraturan Tujuan
UU Perbankan 1998
(Perubahan UU
perbankan1992)
Mendefinisikan tiap jenis bank dan
persyaratan serta pembatasan yang berlaku
untuk tiap jenis bank.
52. 52
1.7.2. Regulasi Perbankan
Peraturan Tujuan
PBI tentang Audit &
Kepatuhan (1999)
Mendefinisikan kebutuhan fungsi audit dan
kepatuhan di bank.
PBI tentang Bank
Umum (2000)
Menentukan persyaratan perizinan dan
operasional bank umum.
PBI tentang Know
Your Customer (2001)
Mendefinisikan prosedur dan praktek yang
harus digunakan bank untuk mengenali
nasabah dan memonitor aktivitas rekeningnya.
PBI tentang Uji
Kelayakan dan
Kepatutan (2003)
Menetapkan uji kelayakan dan kepatutan yang
dilaksanakan BI untuk pemegang saham
pengendali dan manajemen senior bank.
53. 53
1.7.2. Regulasi Perbankan
Peraturan Tujuan
PBI tentang Risiko
Pasar (2003)
Menetapkan persyaratan modal minimum untuk
bank umum dengan memperhatikan posisi risiko
pasarnya.
PBI tentang
Manajemen Risiko
(2003)
Menetapkan persyaratan infrastruktur
manajemen risiko bank.
PBI tentang Rencana
Bisnis Bank Umum
(2004)
Mewajibkan bank umum untuk menyusun dan
menyampaikan rencana bisnis jangka pendek
dan menengah.
54. 54
1.7.2. Regulasi Perbankan
Peraturan Tujuan
PBI tentang Batas
Maksimum
Pemberian Kredit
(2005)
Menetapkan batasan konsentrasi risiko dalam
portofolio kredit bank.
PBI tentang Sistem
Informasi Debitur
(2005)
Mempersyaratkan bank untuk menyampaikan
informasi mengenai seluruh debiturnya kepada
pusat informasi kredit.
PBI tentang
Sekuritisasi Aset
(2005)
Menetapkan prinsip-prinsip yang harus diikuti
oleh bank dalam menggunakan dan
melaksanakan sekuritisasi aset.
55. 55
1.7.2. Regulasi Perbankan
Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur
Perbankan Indonesia yang menetapkan
arah, garis besar dan struktur perbankan
untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Cakupan sasaran API :
• Memperkuat struktur perbankan nasional
• Meningkatkan kualitas pengaturan perbankan
• Meningkatkan fungsi pengawasan
• Meningkatkan kualitas manajemen dan operasional bank
• Mengembangkan infrastruktur perbankan
• Meningkatkan perlindungan nasabah.
58. 58
Bank bersifat khusus karena permasalahan dalam sektor
perbankan dapat menimbulkan dampak serius pada perekonomian
secara keseluruhan.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Deposan Bank A Debitur
Default????
Bank sebagai Lembaga Intermediasi
Highly Geared
2.1 Mengapa bank bersifat „khusus‟ dan harus diregulasi
59. 59
Gearing merupakan rasio utang perusahaan terhadap jumlah
modal yang dimilikinya.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Gearing =
Modal
Utang
Highly geared /
Highly leveraged
60. 60
Modal
- Sumber daya terpenting untuk menjamin terjaganya solvabilitas,
- Sumber daya finansial „siap pakai‟ untuk menyerap kerugian.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Insolvabilitas
Merupakan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar
kembali klaim jenis apapun pada saat jatuh tempo.
Krisis solvabilitas pada sebuah bank dapat menyebabkan
gangguan kecil pada kegiatan ekonomi. Namun, jika krisis
tersebut menimpa seluruh sektor perbankan, maka seluruh
perekonomian dapat terkena dampaknya.
61. 61
Bank Sentral sebagai Lender of The Last Resort
Dengan pertimbangan untuk melindungi kepentingan masyarakat,
bank dengan status khususnya dapat sewaktu-waktu meminta
dukungan dari Bank Sentral.
Bank Sentral memberikan dukungan melalui perannya sebagai
„Lender of The Last Resort‟.
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Sebagai lender of the last resort, Bank Sentral siap menyediakan
dana bagi bank umum untuk menjamin agar keadaan insolvabel
maupun krisis likuiditas yang dialami bank umum tidak berubah
menjadi krisis ekonomi.
62. 62
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Stabilitas Keuangan
Merupakan terjaganya keadaan dimana kapasitas lembaga
keuangan dan pasar untuk menyelenggarakan kegiatan
penyimpanan dana secara efisien, menyediakan likuiditas dan
mengalokasikan investasi tidak terganggu.
Stabilitas Moneter
Merupakan stabilitas dalam nilai uang, (yaitu inflasi yang rendah
dan stabil).
Liberalisasi Keuangan
Alasan utama mengapa kebijakan moneter yang berhasil tidak
menyebabkan terjadinya stabilitas keuangan adalah adanya
„gelombang‟ liberalisasi.
63. 63
2.1.1. Modal, Likuiditas dan Kompetisi
Inovasi Produk Keuangan
Liberalisasi sektor keuangan juga memicu inovasi pesat produk
keuangan seperti futures dan opsi serta sekuritisasi aset.
Produk-produk ini meningkatkan kemampuan bank untuk
memindahkan risiko kepada sesama bank dan investor pasar
lainnya.
Perkembangan Internasional
Kendali atas kompetisi lintas-perbatasan juga ikut terkena pengaruh
liberalisasi sebagai dampak perdagangan bebas global.
Liberalisasi kendali lintas-perbatasan memperkuat hubungan
keuangan antara lembaga-lembaga keuangan, pasar dan negara.
64. 64
2.2.1. Sasaran dari Basel I
The Basel Committee on Banking Supervision didirikan tahun 1974
oleh gubernur-gubernur bank sentral dari Group of Ten (G10), untuk
memberikan perhatian pada regulasi perbankan dan praktek-
praktek otoritas perbankan.
BCBS terdiri dari perwakilan bank sentral dan otoritas perbankan
dari 11 anggota G10 ditambah Spanyol dan Luxembourg. Anggota
BCBS terdiri dari negara-negara berikut :
Belgia
Italia
Swiss
Luxembourg
Kanada
Jepang
Inggris
Perancis
Belanda
Amerika Serikat
Jerman
Swedia
Spanyol
2.2 Basel Accord orisinal dan kecukupan modal untuk risiko kredit
65. 65
2.2.1. Sasaran dari Basel I
Tiga sasaran utama Basel I Accord :
Memperkuat kesehatan dan stabilitas sistem perbankan
internasional,
Menciptakan kerangka kerja yang seimbang untuk mengukur
kecukupan modal dari bank yang aktif secara internasional,
Menerapkan kerangka kerja tersebut secara konsisten demi
mengurangi ketidaksetaraan kompetitif antar bank yang aktif
secara internasional.
66. 66
2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko
Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR/risk-weighted asset
(RWA)) merupakan aktiva neraca dikalikan dengan bobot risikonya.
ATMR digunakan dalam penyusunan neraca berisiko, yang
akhirnya digunakan untuk mendapatkan persyaratan modal.
Sistem yang ditemukan Basel Committee dalam menentukan
tingkat ATMR didasarkan pada konsep pembobotan risiko
berdasarkan serangkaian faktor.
Bobot risiko ini didasarkan pada risiko kredit relatif dari masing-
masing kelas aktiva.
67. 67
2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko
Bobot yang digunakan adalah :
0%, 10%, 20%, 50% dan 100%.
Menurut Basel I, beberapa bobot risiko merupakan diskresi otoritas
perbankan setempat.
Untuk mendapatkan neraca dengan bobot faktor risiko, setiap
instrumen kontrak (seperti pinjaman) dikelompokkan menjadi lima
kategori berdasarkan kualitas kredit si debitur selama jangka waktu
kontrak itu.
68. 68
2.2.2. ATMR dan Bobot Risiko
*) OECD = The Organization for Economic Co-operation and Development (30 negara).
Kelas aktiva Bobot risiko(%)
Kas 0
Pemerintah pusat OECD* dan domestik 0
Pemerintah OECD 0
Pemerintah daerah dan sektor publik OECD dan domestik 0 – 50
Antarbank (OECD) dan bank perkembangan internasional 20
Bank non-OECD < 1 tahun 20
Pemberian kredit perumahan (charge pertama atas properti hunian) 50
Kredit perorangan tanpa agunan dan kredit korporasi 100
Bank non-OECD > 1 tahun 100
Pemerintah non-OECD 100
Tabel Bobot Risiko
69. 69
2.2.3. Target rasio permodalan
Target rasio modal (target capital ratio) adalah rasio modal yang
memenuhi syarat ATMR bank internasional.
Basel Committee menetapkan target rasio modal minimum sebesar
8%. Otoritas perbankan memiliki diskresi untuk menetapkan rasio
yang lebih tinggi jika dipandang perlu.
Tidak ada asumsi bahwa 8% harus diterapkan secara universal
bagi semua bank di dalam yurisdiksi sebuah otoritas perbankan,
dengan alasan bahwa rasio modal minimum bank sesuai ketentuan
haruslah juga mencerminkan risiko-risiko lain selain risiko kredit.
Basel I accord menciptakan hubungan antara risiko dan modal. Hal
ini dilakukan dengan cara menciptakan multiplier yang berbeda-
beda, masing-masing untuk kredit kepada pemerintah, bank,
perorangan, serta korporasi dan mengalikannya dengan target
rasio modal.
70. 70
2.2.3. Target rasio permodalan
Bank B memberikan kredit USD.100 juta kepada korporasi. Jumlah
modal yang harus disediakan Bank B agar dapat memberikan kredit
tersebut adalah :
Kredit yang diberikan : USD.100 juta
Bobot risiko : 100%
ATMR : USD.100 juta
Modal yang dipersyaratkan : USD.8 juta (USD.100 juta x 8%)
Rumus untuk menghitung target rasio modal :
Rasio (min 8%) =
ATMR
Modal yang dapat diperhitungkan
X 100
71. 71
2.2.4. Penyetaraan risiko kredit (credit risk equivalent)
Konsep yang melatarbelakangi penyetaraan
risiko kredit :
Setiap transaksi off-balance sheet dapat
dikonversi menjadi transaksi setara kredit
dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai
transaksi on-balance sheet untuk keperluan
perhitungan ATMR.
72. 72
2.2.5. Instrumen standar pengganti kredit
Berbagai instrumen off-balance sheet memiliki faktor konversi (CF) seperti
tabel di bawah ini (pengawas memiliki diskresi s/d tingkat tertentu) :
Pos off-balance sheet CF %
Instrumen yang terkait dengan kredit (seperti jaminan) 100
Pos-pos kontinjen yang terkait dengan transaksi tertentu 50
Pos kontinjen jangka pendek yang terkait dengan perdagangan & bersifat
self-liquidating
20
Perjanjian penjualan dengan syarat dibeli kembali (REPO) & penjualan
aktiva dengan kewajiban pembelian kembali, dimana risiko kredit tetap
ditanggung oleh bank
100
Pembelian aktiva secara forward, forward-forward deposits, saham dan
surat berharga yang baru dilunasi sebagian yang mencerminkan adanya
komitmen dengan rencana pemenuhan yang terjadwal
100
Fasilitas penerbitan surat berharga & fasilitas penjaminan (underwriting)
yang bersifat revolving
50
Komitmen lainnya yang memiliki jatuh tempo original lebih dari 1 tahun 50
Komitmen sejenis lainnya yang memiliki jatuh tempo sampai dengan 1
tahun, atau yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan tanpa syarat
0
73. 73
2.2.6. Instrumen derivatif
Transaksi off-balance sheet lainnya seperti transaksi derivatif
diperlakukan secara terpisah.
Derivatif adalah instrumen keuangan yang umumnya tidak
mempertukarkan nilai pokok transaksi yang mendasarinya.
Nilai transaksi derivatif ditentukan berdasarkan nilai salah satu atau
lebih hal-hal berikut :
Instrumen keuangan
Indeks
Komoditi, atau
Instrumen derivatif lainnya.
74. 74
2.2.6. Instrumen derivatif
Jika counterparty default, bank tidak dihadapkan pada kerugian
sebesar nilai kontrak, tetapi hanya menderita kerugian sebesar
aliran kas yang seharusnya diperoleh dari kontrak tersebut.
Untuk eksposur yang harus dilakukan mark-to-market ditetapkan
bobot 50% lebih rendah daripada bobot pemberian kredit seperti
yang terdapat di tabel faktor konversi pos off-balance sheet
sebelumnya.
Pergerakan sejumlah faktor terkait dengan kontrak dapat
menimbulkan kemungkinan munculnya eksposur setara risiko
kredit. Oleh karena itu, pada setiap kontrak akan terdapat “nilai
yang ditambahkan (add-on)”.
75. 75
2.2.6. Instrumen derivatif
Secara umum, kontrak-kontrak derivatif tersebut adalah :
Swap dan option suku bunga, forward rate agreements, interest
rate futures,
Swap dan option nilai tukar, kontrak forward valas, currency future
(diluar kontrak yang memiliki jatuh tempo < 14 hari),
Swap dan option logam mulia dan logam biasa, kontrak forward
dan future,
Swap dan option ekuitas, dan kontrak future ekuitas.
Berdasarkan Basel I, metode untuk menghitung nilai setara kredit
atas kontrak-kontrak tersebut :
Current Exposure Method
Original Exposure Method
76. 76
2.2.7. Current Exposure Method
Metode ini adalah metode yang disarankan oleh Basel Committee
untuk digunakan pada Basel I.
Metode tersebut menghitung current replacement cost dari suatu
kontrak dengan melakukan penilaian kontrak berdasarkan harga
pasar (mark-to-market).
Nilai mark-to-market suatu kontrak selalu mengalami perubahan
karena nilai kontrak dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang
terkait dengan jenis kontrak tersebut.
Jika nilai mark-to-market suatu transaksi merupakan angka positif,
hal ini dapat mencerminkan nilai kerugian yang akan dihadapi bank
jika counterparty default atas transaksi tersebut.
77. 77
2.2.7. Current Exposure Method
Capital charge untuk eksposur tambahan ini dihitung dengan
menambahkan persentase tertentu dari notional principal pada nilai
mark-to-market saat ini.
Tabel di bawah ini menunjukkan persentase yang dapat diterapkan
pada notional amount setiap transaksi.
Sisa Jatuh
Tempo
Suku
Bunga
Nilai Tukar
& Emas
Ekuitas
Logam mulia
selain emas
Komoditi
lainnya
< 1 tahun 0.0% 1.0% 6.0% 7.0% 10.0%
>1 & <5 tahun 0.5% 5.0% 8.0% 7.0% 12.0%
> 5 tahun 1.5% 7.5% 10.0% 8.0% 15.0%
Credit Equivalent (CE)
CE = Nilai mark-to-market + (notional amount x add-on)
78. 78
2.2.8. Original Exposure Method
Metode ini memungkinkan bank untuk memperhitungkan
persentase notional principal sebagai suatu eksposur tanpa harus
menghitung nilai kontrak saat ini.
Dibawah ini merupakan tabel konversi yang digunakan dalam
metode original exposure method.
Jatuh Tempo
Kontrak suku
bunga
Kontrak Nilai tukar
& emas
Sampai dengan 1 tahun 0.5% 2.0%
Antara 1 – 2 tahun 1.0% 5.0%
Untuk setiap tambahan
tahun
1.0% 3.0%
79. 79
2.2.8. Original Exposure Method
Di Basel I, pengawas diberikan kewenangan untuk mengizinkan
bank menggunakan metode ini (original exposure method) sebagai
metode transisi sebelum diterapkannya current exposure method.
Metode ini diterapkan pada bank yang memiliki posisi matched
yang kecil untuk suatu instrumen.
Bank yang melakukan transaksi forward, swap, membeli option atau
kontrak derivative lainnya yang sejenis berdasarkan ekuitas, logam
mulia (selain emas), atau komoditi lainnya harus menggunakan
current exposure method.
80. 80
2.2.9. Menghitung jumlah modal yang diperlukan
Suatu bank dapat menetapkan jumlah modal minimum yang harus
dimiliki sesuai ketentuan dengan cara menentukan bobot risiko
aktiva dan mengalikan angka tersebut dengan target rasio modal
yang ditetapkan pengawas.
81. 81
2.3.1. Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan
Berdasarkan Basel I maupun Basel II, bank menghitung
persyaratan modalnya sesuai ketentuan terhadap nilai tertentu
ATMR.
Kegiatan usaha bank tidak bersifat statis dan tingkat ATMR dapat
berubah sejalan dengan penambahan atau berakhirnya suatu
transaksi.
Pada kondisi ini, terdapat dua pilihan bagi bank :
Menetapkan batasan tertentu pada modal sesuai ketentuan
sehingga jumlah total ATMR tidak akan berubah.
Meningkatkan modal sejalan dengan peningkatan ATMR.
2.3 Penggunaan pendekatan ‘grid’ dan tabel ‘look up’ untuk menghitung
kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
82. 82
2.3.1. Kecukupan return atas modal sesuai ketentuan
Return atas modal sesuai ketentuan adalah ukuran
kinerja yang digunakan untuk meyakinkan bahwa
suatu transaksi menghasilkan return yang cukup bagi
bank untuk meningkatkan permodalannya.
Penetapan modal sesuai ketentuan pada tingkat tertentu sulit
diterapkan mengingat ATMR bisa saja meningkat walaupun tidak
ada transaksi baru yang dilakukan bank.
83. 83
2.4.1. Struktur permodalan
Perhitungan permodalan minimum sesuai ketentuan bagi suatu
bank tidak menentukan struktur permodalan yang harus dimiliki
bank.
Pada Basel I, Committee tidak hanya menciptakan kerangka kerja
pengukuran kecukupan modal, namun juga kerangka kerja struktur
permodalan bank yang sering disebut dengan eligible capital.
2.4 Persyaratan modal bank pada Basel I
Basel Committee mempertimbangkan bahwa elemen inti dari
eligible capital bagi suatu bank adalah modal saham (equity
capital).
84. 84
2.4.1. Struktur permodalan
Untuk kepentingan modal sesuai ketentuan, sebagian
besar bank dapat memiliki modal dalam jenis :
Modal Inti (tier 1) : modal disetor, non-cumulative
perpetual preferred stock, dan disclosed reserves.
Modal Pelengkap (tier 2) : cadangan umum,
cadangan revaluasi aktiva tetap, provisi umum dan
penyisihan penghapusan aktiva produktif umum
(general provisions and general loan loss reserves),
modal pinjaman (hybrid capital instruments) dan
pinjaman subordinasi.
Modal pelengkap maksimum sebesar 50% dari jumlah modal
keseluruhan.
Tier 2 ≤ Tier 1 (maks 100% Tier1)
Tier 2 maks 50% dari total modal
85. 85
2.4.1. Struktur permodalan
Tidak termasuk dalam modal tersebut :
Goodwill
Penyertaan pada lembaga keuangan bank dan non-bank yang
tidak dikonsolidasikan, dan
Penyertaan modal pada bank dan lembaga keuangan lain
(diserahkan pada kebijakan pengawas)
Minority investments pada perusahaan-perusahaan yang tidak
dikonsolidasikan.
Terdapat pula kelompok modal yang disebut modal tier 3, yang
hanya ditujukan untuk mendukung portofolio trading bank saja.
86. 86
2.5.1. Market risk amendment
Basel I seringkali dikritik secara tidak tepat dalam hal kurangnya
sensitivitas terhadap risiko.
Tingkat sensitivitas risiko mengalami peningkatan besar pada saat
Basel Committee menerbitkan “Amendment to the Capital Accord to
Incorporate Market Risks” pada bulan Januari 1996, yang
kemudian dikenal sebagai Market Risk Amendment.
2.5 Basel I dan Market Risk Amendment 1996
Market risk amendment merupakan titik puncak dari suatu proses
yang dimulai pada waktu Committee mengeluarkan makalah yang
berjudul “The Supervisory Treatment of Market Risks” dan meminta
masukan serta komentar dari bank dan pelaku pasar lainnya, yang
kemudian ditindaklanjuti selama tahun 1994 dengan mengkaji
penggunaan internal model oleh bank untuk mengukur risiko.
87. 87
2.5.2. Value at Risk (VaR)
Model kuantitatif yang dapat diterima Basel Committee disebut
dengan Value at Risk (VaR).
Model VaR merupakan perkiraan kemungkinan jumlah kerugian
maksimum akibat risiko pasar milik bank :
• dalam periode waktu tertentu, dan
• dengan tingkat keyakinan statistik (statistical confidence) tertentu
(yaitu dengan probabilitas tertentu).
Teknik Basel I untuk aktiva off-market („add-on‟) dan teknik VaR
sama-sama berupaya untuk mencapai sasaran yang hampir
serupa, yaitu memperlihatkan nilai transaksi (atau lebih tepatnya
nilai dari semua transaksi bank, termasuk beberapa transaksi yang
dapat saling meniadakan (off-set)) selama masa transaksi tersebut.
88. 88
2.5.2. Value at Risk (VaR)
Masa transaksi disebut dengan VaR Horizon.
Bagi banyak transaksi pasar yang diperdagangkan, VaR horizon
yang tepat adalah satu hari perdagangan.
Oleh karena itu pada umumnya digunakan ukuran Daily Value at
Risk atau DVaR.
Contoh laporan risiko sebuah bank :
“Portofolio perdagangan memiliki DVaR sebesar USD.5 juta pada
tingkat 95%.”
Dalam contoh di atas, yang disebut “tingkat” adalah tingkat
keyakinan (confidence level) terjadinya suatu peristiwa. Dalam
konteks risiko pasar, ini adalah kerugian nilai portofolio di atas suatu
tingkat tertentu.Secara umum, probabilitas seringkali dihitung pada
tingkat 95% atau 99%.
89. 89
2.5.2. Value at Risk (VaR)
Dengan istilah sederhana, DVaR dalam contoh sebelumnya berarti :
“Dalam periode satu hari perdagangan, terdapat kemungkinan 5%
(100% - 95%) bahwa kerugian portofolio dapat melebihi USD.5
juta.”
Angka-angka model VaR tidak memberikan perkiraan
mengenai berapa besar kerugian aktualnya.
90. 90
2.5.3. Regulasi berbasis risiko
Basel I Accord 1988 menyatakan bahwa modal yang dimiliki bank
harus terkait dengan kualitas kredit dari :
Peminjam
Emiten sekuritas, dan
Mitra lain yang telah mendanai obligasi bagi bank (seperti
penjamin).
Kategori counterparty yang digunakan dan sensitivitas risiko yang
relatif mentah dari proses „add-on” bagi risiko kredit counterparty,
membatasi cakupan regulasi berbasis risiko.
Market risk amendment, pada penerimaan bersyarat
atas model VaR bank, untuk pertama kalinya telah
menghasilkan elemen regulasi berbasis risiko yang
sebenarnya.
91. 91
2.6.1. Basel I dan risiko kredit korporasi
Setelah Market Risk Amendment, banyak bank yang mengubah
proses kredit internalnya dengan menggunakan model risiko
kuantitatif yang memiliki kemiripan dengan teknik VaR yang
digunakan. Hal ini disebabkan oleh :
• Keberhasilan model VaR, dan
• Peningkatan trading risiko kredit
Peningkatan trading risiko kredit terjadi saat pasar pinjaman
tersindikasi menjadi lebih canggih dan sekuritisasi pinjaman bank
meluas.
2.6 Kelemahan dalam Basel I Accord
Pendekatan Basel I terhadap kecukupan modal memberikan
pembobotan ATMR dan persyaratan modal yang sama, bagi semua
pinjaman korporasi dengan mengabaikan kualitas kredit
peminjamnya.
92. 92
2.6.1. Basel I dan risiko kredit korporasi
Masalah dengan pendekatan Basel I cukup jelas : bank yang
memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki kualitas
kredit yang amat baik wajib memiliki jumlah modal yang sama
dengan bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang
memiliki kualitas kredit yang buruk.
Masalah yang sama juga terjadi dalam pemberian kredit
perorangan yang tidak dijamin (seperti kartu kredit) dan
memberikan pinjaman kepada pemerintah (sovereign loans).
93. 93
2.7. Perkembangan Capital Accord baru – Basel II
Pada tahun 1999, Basel Committee mulai bekerjasama dengan
bank-bank besar dari negara-negara anggota untuk
mengembangkan Capital Accord yang baru.
Sasaran umumnya mencakup semua risiko perbankan di dalam
kerangka kerja kecukupan modal baru yang komprehensif.
Accord baru tersebut dikenal dengan Basel II.
Tugas mengembangkan Basel II Accord bersamaan dengan
gerakan Uni Eropa (EU) untuk mengharmoniskan pasar keuangan.
Gerakan ini dikenal dengan Financial Markets Program.
Basel II Accord, dengan sedikit perubahan, akan menjadi dasar
arah EU yang baru mengenai kecukupan modal – Capital
Requirements Directive (CRD).
96. 96
3.1. Tiga pilar regulasi
Basel II Capital Accord jauh lebih kompleks daripada Accord
sebelumnya.
Tidak hanya membahas area risiko yang lebih luas, Basel II juga
memiliki pendekatan tiga-tingkat dan menggunakan metodologi
yang lebih canggih untuk menghitung risiko.
97. 97
3.1. Tiga pilar regulasi
Basel I Capital Accord memiliki kategori risiko untuk risiko kredit dan
risiko pasar.
Basel II memperluas kategori risiko dengan risiko operasional dan
menyediakan ruang untuk risiko-risiko lain yang harus
dipertimbangkan saat memperhitungkan modal bank berbasis
risiko.
Basel II juga menghubungkan secara langsung modal bank dengan
risiko yang dimiliki.
98. 98
3.1. Tiga pilar regulasi
PILAR 1
BASEL II
PILAR 2 PILAR 3
PERSYARATAN
MODAL MINIMUM
Bank diminta
menghitung modal
minimum untuk :
-Risiko Kredit
-Risiko Pasar
-Risiko Operasional
Meng-cover:
Traded Market Risk.
SUPERVISORY
REVIEW
DISCLOSURE
Dirancang untuk
memberikan fokus
pada :
-Persyaratan modal
> tingkat minimum
-Tindakan awal yang
dibutuhkan untuk
memberikan
respon thdp risiko
yang dapat terjadi.
Meng-cover:
Interest Rate Risk in
The Banking Book.
Pilar disiplin pasar :
Mekanisme governan-
ce internal & eksternal
dalam perekonomian
pasar tanpa adanya
intervensi pemerintah
secara langsung.
Mencakup hal-hal
yang akan dibutuhkan
dalam hal
pengungkapan publik
oleh bank.
99. 99
3.1. Tiga pilar regulasi
Di dalam pendekatan tiga-pilar, Basel Committee mengusulkan
untuk memperluas cakupan risiko di luar risiko kredit dan traded
market risk sehingga mencakup lebih banyak jenis risiko yang
dihadapi oleh bank.
Basel Committee memfokuskan Pilar I pada risiko
kredit dan risiko operasional serta memasukkan
Market Risk Amendment 1996 secara utuh.
Pendekatan kuantitatif untuk pertama kalinya
digunakan untuk risiko operasional.
„Risiko-risiko lainnya‟ dicakup oleh Basel Committee
dalam Pilar 2 dan 3.
101. 101
3.1. Tiga pilar regulasi
Pilar 3
Market Discipline
Disclosure
Pilar 2
Supervisory Review
Interest Rate
Risk in The
Banking Book
Residual
Risks
102. 102
3.2.1. Model kredit – grading based atau options based
Terdapat dua masalah yang harus diselesaikan sebelum Committee
dapat melanjutkan dengan Basel II.
Masalah Pertama adalah memutuskan jenis model kredit yang
digunakan oleh Pilar 1. Committee mempertimbangkan
penggunaan :
Full portfolio models yang dicirikan oleh aplikasi teknik option
pricing, atau
Grading models, dimana perhitungan risiko dilakukan pada
masing-masing obligor dan risiko portfolio adalah penjumlahan
total dari risiko-risiko individual.
3.2 Alasan pengembangan Basel II
Full portfolio models ditemukan oleh Robert Merton dari
penelitiannya tentang penentuan harga dan pengukuran risiko
dalam portfolio options.
103. 103
3.2.1. Model kredit – grading based atau options based
Grading models telah banyak digunakan oleh lembaga pemeringkat
seperti Standard & Poor‟s dan Moody‟s Investors Service.
Pada akhir tahun 1990-an, Committee memutuskan untuk
membatasi penggunaan credit models hanya pada Credit grading
models.
Namun demikian, beberapa tahun kemudian ada kecenderungan
untuk menggabungkan kedua teknik tersebut.
Masalah kedua adalah sampai dimana teknik-teknik kuantitatif
dapat digunakan hingga mencakup „risiko lain‟ khususnya risiko
operasional.
104. 104
3.2.2. Risiko operasional dan risiko-risiko lainnya
Diantara otoritas perbankan terdapat kekhawatiran cukup besar
bahwa risiko-risiko lain cukup signifikan, dan bila hanya bergantung
pada pendekatan Pilar 2, maka jumlah modal cenderung di bawah
jumlah yang semestinya, atau paling tidak, jumlah modalnya tidak
konsisten dengan besarnya risiko yang dihadapi.
Pada akhirnya Basel Committee memutuskan :
Memasukkan risiko operasional sebagai ukuran kuantitatif di
dalam Pilar 1,
Mendefinisikan risiko operasional secara lebih luas, walaupun
tidak memasukkan risiko reputasi, bisnis & strategis, dan
Memfokuskan model risiko kredit Pilar 1 pada credit grading
techniques.
105. 105
3.3. Pengembangan Basel II Accord
Basel Committee menggunakan pendekatan konsultatif untuk
menjamin agar regulasi baru memiliki dampak positif.
Pertama kali Basel Committee menerbitkan consultative paper lalu
diikuti dengan periode konsultasi dan revisi.
Termasuk dalam periode konsultasinya adalah
Quantitative Impact Studies, dimana sejumlah bank
memperkirakan dampak dari implementasi Accord
tersebut berdasarkan pada consultative paper terakhir.
106. 106
3.4.1. Luas cakupan
Basel II memiliki cakupan risiko yang lebih komprehensif daripada
Basel I.
Di dalam Pilar 1 dicakup risiko kredit dan pasar (melalui MRA) dan
memperkenalkan risiko operasional.
Sebelum adanya Market Risk Amendment 1996, Basel I hanya
mencakup risiko kredit saja.
3.4 Basel II dan sensitivitas risiko
Perubahan terbesar terhadap luasnya cakupan risiko dalam Basel II
adalah penambahan risiko operasional.
Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian yang
diakibatkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses internal,
manusia dan sistem, atau sebagai akibat kejadian eksternal.
107. 107
3.4.1. Luas cakupan
Berbagai risiko termasuk dalam definisi risiko operasional, yaitu :
• Risiko transaksi, eksekusi, gangguan bisnis, settlement dan
fiduciary
• Risiko manusia, manajemen yang buruk dan pengawasan tidak
memadai
• Risiko kriminal, kecurangan, pencurian dan roque trader
• Risiko hubungan dan nasabah
• Risiko struktur biaya tetap, kekurangan sumber daya, aset
teknologi dan fisik
• Risiko kepatuhan dan hukum/regulasi
• Risiko informasi.
108. 108
3.4.1. Luas cakupan
Basel II juga memasukkan Pilar 2 dan Pilar 3 sebagai bagian
integral dari proses penentuan rasio kecukupan modal masing-
masing bank.
Di dalam Pilar 2, supervisor, melalui departemen pengawasan bank,
diharapkan memeriksa berbagai risiko lainnya yang ada pada bank
tersebut.
Definisi Basel II tentang risiko operasional tidak memasukkan :
Risiko Bisnis
Risiko Strategis
Risiko Reputasi
109. 109
3.4.2. Kedalaman cakupan
Selain memperluas cakupan, Basel II juga meningkatkan
kedalaman cakupan risiko. Hal ini sangat terlihat dalam
perlakuannya atas risiko kredit.
Basel I Accord membuat bobot risiko yang besarnya berbeda
tergantung pada jenis aktiva dan peminjam yang sangat sederhana.
Basel I Accord juga, secara sangat terbatas, menetapkan bobot
risiko yang berbeda dalam kaitan hubungan antara peminjam
dengan country risk dan jenis institusinya (OECD atau Non-OECD).
Basel II menetapkan pembedaan kualitas debitur
secara lebih bervariasi dan melengkapinya dengan
jangka waktu kredit dan kualitas jaminan yang
diberikan.
Basel II mengizinkan penggunaan dua pendekatan
untuk menentukan bobot risiko aktiva : Standardised
Approach dan The Internal Ratings-Based Approach.
110. 110
3.4.2. Kedalaman cakupan
Standardised approach pada dasarnya adalah ‘grid’ approach
Basel I yang telah diubah secara signifikan.
Dalam Internal Ratings-Based Approach, bank mengembangkan
model pemeringkatannya masing-masing untuk menilai kelayakan
debitur.
Basel I Accord dikritik karena digunakannya pendekatan yang relatif
sederhana pada keterkaitan antara profil risiko suatu aktiva dengan
modal yang dibutuhkan bank untuk mendukung kepemilikan aktiva
tersebut.
111. 111
3.4.2. Kedalaman cakupan
Moody‟s S&P Deskripsi
Aaa AAA Obligasi dengan peringkat tertinggi. Kemampuan untuk membayar bunga &
pokoknya sangat kuat.
Aa AA Obligasi memiliki kapasitas sangat kuat untuk membayar bunga dan
pokoknya. Termasuk kelompok obligasi high-grade.
A A Obligasi memiliki kapasitas kuat untuk membayar bunga dan pokoknya,
walau mudah terkena pengaruh merugikan dari perubahan kondisi ekonomi.
Baa BBB Obligasi dianggap memiliki kapasitas memadai untuk membayar bunga dan
pokoknya. Termasuk kelompok obligasi medium-grade (investment grade).
Ba
B
Caa
Ca
BB
B
CCC
CC
Obligasi dianggap sangat spekulatif dalam hal kapasitas membayar bunga
dan pokoknya.
Ba & BB menunjukkan tingkat spekulasi terendah.
Ca & CC sebagai tingkat spekulasi tertinggi.
C C Peringkat ini dicadangkan untuk income bonds dimana tidak ada suku bunga
yang dibayarkan.
D D Obligasi dalam keadaan default dan terdapat tunggakan pembayaran bunga
dan/atau pokoknya.
Peringkat obligasi Moody‟s dan S&P
112. 112
3.4.2. Kedalaman cakupan
Moody‟s dan S&P melakukan penyesuaian lanjutan pada peringkat
mereka, sehingga menambah jumlah tingkatan yang ada :
Moody‟s menggunakan tanda 1, 2 atau 3; dengan 1 menunjukkan
yang terkuat.
S&P menggunakan tanda plus dan minus; dengan plus
menunjukkan yang terkuat.
Jika sebuah bank menggunakan internal ratings-based approach,
jumlah peringkat yang digunakan ditentukan oleh bank itu sendiri,
walaupun otoritas pengawas perbankan akan mengasumsikan
bahwa bank akan menggunakan setidaknya delapan tingkatan.
Jika bank menggunakan standardised approach, maka „grid‟ bobot
risiko Basel II didasarkan pada tingkatan risiko yang terdapat pada
Basel I yang disesuaikan dengan peringkat kredit yang tersedia.
113. 113
3.6.1. Alasan untuk memiliki kelebihan modal
Banyak bank besar yang memiliki rasio modal terhadap ATMR
sebesar 10% hingga 12%, atau jauh melebihi besarnya rasio yang
ditetapkan oleh ketentuan.
3.6 Modal minimum dan aktual
Terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan bank untuk
menentukan jumlah modalnya :
Rasio sesuai ketentuan adalah rasio minimum yang harus
dipenuhi bank dalam penyediaan modalnya. Bila terjadi
pelanggaran, izin usaha bank akan terancam dicabut.
Dalam beberapa yurisdiksi, seperti AS & Inggris, otoritas
pengawas perbankan menetapkan rasio modal terhadap ATMR
yang berbeda-beda untuk masing-masing bank, yang umumnya
lebih tinggi daripada rasio minimum Basel.
116. 116
Risiko pasar (market risk) adalah risiko kerugian yang timbul akibat
pergerakan harga pasar atas posisi yang diambil oleh bank baik pada
sisi on- maupun off-balance sheet.
4.1. Risiko Pasar
Bank yang memiliki posisi dalam instrumen keuangan pada
neracanya memiliki eksposur risiko pasar yang besarnya ditentukan
oleh posisi tersebut.
Bank yang berperan sebagai intermediary dalam sebuah transaksi
yang tidak tercatat dalam neracanya tidak akan terekspos kepada
risiko pasar atas transaksi tersebut.
117. 117
Risiko pasar terdiri atas :
4.1. Risiko Pasar
Risiko Spesifik (spesific risk) yaitu risiko yang timbul akibat
pergerakan harga atas surat berharga individual yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang terkait dengan surat berharga atau
penerbitnya.
Risiko Pasar Umum (general market risk) yaitu risiko yang
timbul akibat pergerakan harga pasar yang berpengaruh terhadap
beberapa instrumen keuangan.
Risiko pasar umum dibagi menjadi 4 kategori :
Risiko suku bunga
Risiko posisi ekuitas
Risiko nilai tukar
Risiko posisi komoditi
Tidak bersifat mutually exclusive,
karena perubahan nilai akibat satu
risiko dapat berpengaruh terhadap
jenis risiko pasar yang lainnya.
118. 118
Risiko Suku Bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat
perubahan tingkat bunga.
Risiko ini diperhitungkan untuk seluruh instrumen yang
menggunakan satu yield curve atau lebih untuk menghitung nilai
pasar.
4.1. Risiko Pasar
Risiko posisi ekuitas (equity position risk) adalah potensi
kerugian yang timbul akibat perubahan harga saham.
Risiko ini berlaku bagi seluruh instrumen yang menggunakan harga
ekuitas sebagai dasar acuan valuasinya.
Risiko valuta asing (foreign exchange risk) adalah potensi
kerugian yang timbul karena perubahan nilai tukar.
Risiko ini berlaku bagi produk yang terkait dengan nilai tukar dan
posisi yang nilainya menggunakan valuta asing dalam pelaporan
bank.
119. 119
4.1. Risiko Pasar
Risiko posisi komoditi (commodity position risk) adalah potensi
kerugian yang timbul akibat perubahan harga komoditi.
Risiko ini berlaku bagi seluruh komoditi beserta produk derivatifnya.
Harga pasar dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya :
Penawaran dan permintaan,
Likuiditas,
Intervensi oleh otoritas keuangan,
Arbitrase (tingkat harga pasar tertentu dibatasi oleh tingkat harga
di pasar lainnya),
Kondisi ekonomi dan politik,
Faktor-faktor fundamental ekonomi (pembentuk utama tingkat
harga jangka panjang).
120. 120
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Kegiatan utama trading adalah jual dan beli instrumen keuangan
atas nama bank dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
jangka pendek dari perubahan yang diharapkan atas harga pasar
yang menentukan nilai suatu instrumen keuangan.
Terdapat risiko kerugian jika nilai instrumen keuangan tersebut
turun.
4.2 Kegiatan trading
Terdapat 3 (tiga) strategi utama kegiatan trading :
Matched book, merupakan strategi trading dengan
tingkat risiko pasar terendah. (hedging/covering).
Trading desk bank segera mengambil posisi
berlawanan dan bernilai sama (offset) atas sebuah
transaksi jual atau beli instrumen keuangan.
Transaksi ini dapat dilakukan baik secara internal
maupun dengan bank lain. (risiko lack time).
121. 121
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Menjaga posisi trading melalui transaksi hedging
dengan diskresi tertentu yang diberikan kepada
trading desk. (Terdapat limit risiko pasar).
Trading desk dapat menunggu pergerakan harga
pasar yang menguntungkan.
Bank berperan sebagai market maker.
Traders akan meng-quote harga beli/jual instrumen
keuangan kepada nasabah/bank lain dan kemudian
memperdagangkannya pada harga tertentu, baik jual
atau beli, kepada counterparty.
Strategi ini tergantung pada tingkat likuiditas dan
jumlah market maker lain yang dapat digunakan oleh
trader untuk meng-cover risikonya.
(lanjutan...)
122. 122
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Market maker dapat mengambil keuntungan dari perbedaan harga
(spread) antara beli dan jual.
Market maker juga dapat mengambil keuntungan dari informasi
pasar yang diperoleh dari transaksi-transaksi yang diminta oleh
nasabah atau bank lain.
Risiko yang dihadapi dalam strategi ini adalah trader dapat
mengalami kerugian seketika atas posisi yang diambil.
Pada umumnya perkembangan kegiatan trading bank diawali dari
keinginan untuk menyediakan jasa bagi kegiatan bisnis nasabah.
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan trading di pasar valas, yang
mulai saat dikenalkannya nilai tukar mengambang pada tahun
1970-an. Hal ini menimbulkan risiko baru bagi nasabah yang
berkecimpung di bisnis internasional sehingga mereka
mengelolanya melalui jasa yang ditawarkan oleh bank.
123. 123
4.2.1. Perkembangan kegiatan trading bank
Ritel exchange rate adalah nilai tukar yang diberikan oleh bank
kepada nasabah (terutama nasabah korporasi) yang telah termasuk
marjin atas wholesale rate dari pasar antarbank.
Hal ini mengakibatkan income bank tumbuh pesat sejalan dengan
berkembangnya kegiatan pasar walaupun secara relatif posisi yang
diambil oleh bank kecil.
Seiiring dengan berkembangnya volume transaksi dan kemampuan
bank untuk mengelola posisi valas, konsentrasi kegiatan trading
bank berubah dari customer driven menjadi wholesale trading
operation.
Bank-bank yang memiliki nasabah besar dengan volume transaksi
valas yang besar dapat menggunakan posisi ritel-nya untuk
mempengaruhi pergerakan harga jangka pendek di pasar valas
wholesale. Hal ini memberikan potensi keuntungan yang lebih tinggi
dibanding marjin customer business.
124. 124
4.2.2. Manajemen posisi dan hedging
Hedging menawarkan beberapa keunggulan, namun
memerlukan pengelolaan yang cermat mengingat
instrumen hedging tidak identik dengan transaksi awal.
Pada umumnya hal tersebut akan menimbulkan residual
risk yang perlu diukur dan dikontrol dengan baik.
Dalam beberapa kasus, hubungan antara risiko atas
posisi hedging dan posisi transaksi awal dapat
menimbulkan risiko baru untuk trading dalam jumlah
besar.
Secara mendasar, terdapat beberapa keunggulan instrumen
derivatif dibandingkan instrumen cash :
Risiko kredit rendah,
Funding requirement rendah,
Capital charge rendah,
Lebih likuid,
Biaya transaksi rendah.
125. 125
4.2.2. Manajemen posisi dan hedging
Basis risk merupakan salah satu residual risk yang
paling signifikan yang dijumpai dalam portofolio
transaksi serupa.
Basis risk adalah risiko akibat perubahan hubungan
antara harga risk position dengan harga instrumen yang
digunakan untuk hedging atas posisi tersebut.
Basis risk muncul pada situasi dimana harga pasar underlying
instrument berbeda-beda untuk tiap-tiap jenis instrumen, tetapi
masing-masing memiliki keterkaitan.
Bank cenderung untuk melakukan hedging atas pergerakan harga
secara umum dan mengelola basis risk secara terpisah.
126. 126
4.2.3. Pengembangan produk baru
Prosedur persetujuan sekurang-kurangnya mencakup beberapa hal
seperti (lanjutan….) :
Prosedur akunting,
Isu legal dan dokumentasi,
Sistem IT,
Dukungan operasional,
Pelaporan manajemen risiko,
Pricing dan valuation,
Funding requirements,
Implikasi risiko kredit,
Kepatuhan terhadap prosedur.
127. 127
4.3.1. Pendahuluan
Terdapat berbagai jenis instrumen trading. Produk-produk yang
lazim dijumpai adalah merupakan instrumen utama yang
diperdagangkan secara global berdasarkan volumenya.
Instrumen tersebut sering disebut dengan istilah „produk vanilla‟,
karena merupakan instrumen yang sederhana.
Definisi beberapa instrumen yang akan diuraikan menjelaskan
risiko yang terdapat pada masing-masing instrumen tanpa
mempertimbangkan valuta underlying-nya.
Namun demikian, semua instrumen yang dinilai menggunakan
valuta di luar valuta pelaporan bank akan menimbulkan risiko valas.
4.3 Instrumen trading
128. 128
4.3.2. Instrumen cash
Transaksi valuta asing merupakan komitmen untuk memperdagangkan
sebuah valuta tertentu untuk ditukar dengan valuta lain pada
tanggal yang telah disetujui di waktu mendatang.
Penetapan tanggal tersebut menentukan jenis transaksi dan pasar
untuk instrumen tersebut.
Transaksi spot valas digunakan untuk pertukaran valuta dalam
jangka waktu dua hari kerja yang akan datang, yang dikenal
dengan nama ‘spot date’.
Pasar untuk transaksi spot valas ini kemungkinan merupakan pasar
paling likuid di dunia.
Transaksi spot ini menimbulkan risiko valas.
Transaksi Spot Valas
129. 129
4.3.2. Instrumen cash
Contoh :
Transaksi Forward Valas
Transaksi forward valas dilakukan untuk pertukaran valuta dalam
jangka waktu melebihi spot date.
Next 3 months
Transaksi forward valas menimbulkan risiko valas dan risiko suku
bunga, karena forward exchange rate ditentukan berdasarkan
tingkat bunga relatif antara dua valuta dikombinasikan dengan spot
exchange rate.
130. 130
4.3.2. Instrumen cash
Perbedaan antara dua rate tersebut menggambarkan perbedaan
tingkat suku bunga antar dua valuta pada periode transaksi.
Transaksi swap valas menimbulkan risiko suku bunga.
Transaksi Swap Valas
Transaksi swap valas adalah gabungan antara transaksi spot dan
transaksi forward.
Kedua belah pihak secara bersamaan melakukan transaksi spot
dengan spot rate dan transaksi forward dengan forward rate untuk
jumlah dan valuta dasar yang sama.
131. 131
4.3.2. Instrumen cash
Pasar uang antarbank merupakan tempat bank memperdagangkan
loans & deposits. Ini digunakan oleh bank untuk mengambil posisi
sebagai antisipasi atas pergerakan suku bunga ke tingkat yang
diharapkan.
Jumlah volume di pasar pada umumnya dipengaruhi oleh
kebutuhan bank untuk match pendanaan dalam rangka menjaga
liquidity position-nya.
Loans & deposits menimbulkan risiko suku bunga.
Pinjaman dan simpanan (Loans & Deposits)
Loans & deposits diperdagangkan antar bank dengan tingkat bunga
tetap dengan jangka waktu tertentu (Maturity: overnight s/d 5 tahun).
Bunga dibayarkan pada maturity date bersamaan dengan
pengembalian pokok, kecuali maturity melebihi satu tahun ketika
bunga dibayarkan per tahun berdasarkan tanggal transaksi.
132. 132
4.3.2. Instrumen cash
Kisaran peringkat tersebut dimulai dari AAA (penerbit obligasi
sangat mampu membayar bunga dan pokok) sampai dengan D
(obligasi default). Pemeringkatan semacam ini sering disebut
sebagai peringkat kredit (credit rating) obligasi).
Obligasi menimbulkan risiko suku bunga dan risiko spesifik.
Sementara investor obligasi „non-vanilla‟ terekspos pada jenis risiko
lain, yaitu risiko likuiditas.
Obligasi (lanjutan …)
Harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga umum dan
kinerja keuangan penerbit obligasi tersebut.
Lembaga pemeringkat seperti Moody‟s Investor Service dan
Standard & Poor‟s menerbitkan berbagai peringkat yang
menunjukkan risiko kredit obligasi.
133. 133
4.3.2. Instrumen cash
Harga saham menunjukkan persepsi pasar terhadap nilai
perusahaan saat ini dan nilai dari proyeksi pendapatan perusahaan
tersebut.
Pemegang saham sebuah perusahaan akan terekspos pada risiko
ekuitas dan risiko spesifik.
Trading Ekuitas
Trading ekuitas (equity trading) adalah jual beli saham perusahaan
yang terdaftar di bursa saham seluruh dunia. Saham biasa mewakili
kepemilikan sebuah perusahaan.
Pemegang saham memiliki ekspektasi untuk memperoleh
pembayaran deviden yang diperoleh dari laba perusahaan dan juga
akan memperoleh gain dari peningkatan nilai saham tersebut.
Oleh karena itu semakin baik kinerja perusahaan, semakin besar
pula return yang diperoleh pemegang saham.
134. 134
4.3.2. Instrumen cash
Posisi produk komoditas akan menimbulkan risiko komoditas dan
posisi forward akan memberikan tambahan risiko suku bunga
sebagaimana kontrak forward valas.
Trading Komoditas
Trading komoditas (commodity trading) adalah jual beli produk fisik
yang diperdagangkan di pasar skunder.
Produk-produk tersebut termasuk produk pertanian, minyak dan
precious metals.
Produk tersebut diperjualbelikan berdasarkan penyerahan secara
fisik pada lokasi dan tanggal yang telah disepakati.
Terdapat pasar spot dan forward untuk beberapa produk ini dan
masing-masing produk memiliki fitur tambahan yang terkait secara
langsung dengan karakteristik fisik produk tersebut.
135. 135
4.3.3. Instrumen derivatif
Swap Bunga (lanjutan …)
Swap „vanilla‟ sebagian besar diperdagangkan di pasar antarbank,
namun demikian pasar ini juga memperdagangkan beberapa variasi
dari swap „vanilla‟ untuk memenuhi kebutuhan end-user.
Di satu sisi swap didesain untuk memenuhi kebutuhan bunga bagi
nasabah dan di sisi lain didesain untuk kebutuhan pendanaan.
Bank memakai gabungan dari instrumen hedging untuk mengelola
risiko suku bunga yang timbul dari transaksi swap.
Swap bunga menimbulkan risiko suku bunga.
Bank A Bank BPT XYZ
2 years loan
6 month LIBOR
floating rate
fixed interest rate (5%)
6 month LIBOR
floating rate
Interest rate swaps
136. 136
4.3.3. Instrumen derivatif
Perbedaan utama antara swap bunga dengan swap valuta adalah
bahwa untuk swap valuta jumlah pokok diperdagangkan pada spot
rate.
Swap valuta menimbulkan risiko suku bunga dalam dua valuta
dan risiko valas.
Swap Valuta
Swap valuta (currency swap) memiliki fitur yang sama dengan swap
suku bunga, hanya saja terdapat flow bunga dalam valuta yang
berbeda.
Produk ini digunakan untuk swap, misalnya, flow bunga dalam USD
menjadi EUR.
137. 137
4.3.3. Instrumen derivatif
Kontrak tersebut memberi hak untuk memberikan pinjaman atau
meminjam dana dengan bunga tetap untuk jangka waktu tertentu
dimulai pada waktu yang akan datang.
Dalam hal ini tidak terdapat pergerakan pokok pinjaman dan pada
saat maturity, settlement cash dilakukan untuk perbedaan antara
rate kontrak suku bunga future dan bersifat lebih fleksibel
dibandingkan futures.
FRA menimbulkan risiko suku bunga.
Perjanjian Forward Rate
Perjanjian forward rate (forward rate agreements/FRAs) adalah
kontrak derivatif OTC yang memungkinkan bank untuk mengambil
posisi forward suku bunga.
138. 138
4.3.3. Instrumen derivatif
Penjual memiliki risiko open-ended dalam kontrak tersebut dan
menerima premi sebagai kompensasinya.
Kontrak option menimbulkan risiko baru di luar risiko inherent
pada instrumen underlying.
Option dapat dibuat berdasarkan hampir semua instrumen cash
maupun derivatif. Bahkan terdapat kontrak option berdasarkan
option.
Option
Option contract memberikan hak kepada pembeli, namun bukan
kewajiban, sesuai kontrak underlying pada tingkat harga yang
disepakati.
Dalam hal ini berarti transaksi underlying hanya akan dilaksanakan
jika rate dianggap menguntungkan bagi buyer.
139. 139
4.3.3. Instrumen derivatif
Option (lanjutan …)
Istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan transaksi option
adalah :
Call – call option memberikan hak kepada buyer untuk membeli
instrumen underlying.
Put – put option memberikan hak kepada buyer untuk menjual
instrumen underlying.
Premium – jumlah uang yang harus dibayar oleh buyer kepada seller.
Strike price – harga pada saat transaksi underlying akan dieksekusi.
Exercise – buyer meng-exercise option untuk memasuki kontrak
underlying.
Expire date – tanggal akhir option harus di-exercise.
American – option hanya bisa di-exercise pada tanggal berapa pun
sampai dengan expiry date.
European – option yang hanya bisa di-exercise pada saat expiry date.
140. 140
4.3.3. Instrumen derivatif
Option (lanjutan …)
Penentuan harga option didasarkan pada probabilitas bahwa option
tersebut akan di-exercise.
Pengukuran volatilitas digunakan untuk menghitung nilai option.
Volatilitas harga option adalah harga pasar yang menunjukkan
ekspektasi pasar terhadap pergerakan harga pada masa
berlakunya option.
Volatilitas yang digunakan untuk penentuan harga option ditentukan
oleh pasar dan hal tersebut merupakan risiko tersendiri.
Option menimbulkan risiko inheren yang terdapat dalam
instrumen underlying jika option tersebut di-exercise.
Option memiliki risiko volatilitas dan risiko suku bunga
terkait dengan tanggal penyerahan di masa yang akan
datang atas instrumen underlying.
141. 141
4.4.1. Pricing
Salah satu pengendalian penting yang dimiliki oleh bank dalam
mengelola operasional trading adalah dengan memastikan bahwa
posisi trading open dinilai harian menggunakan harga pasar terkini.
Proses penilaian kembali posisi menggunakan harga pasar dikenal
dengan istilah ‘marking-to-market’.
Untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan untuk melakukan
penilaian berdasarkan harga pasar, maka langkah pertama adalah
dengan melihat bagaimana instrumen tersebut dinilai.
4.4 Pricing dan mark-to-market
142. 142
4.4.2. Yield curves
Semua instrumen finansial dengan aliran kas masa yang akan
datang dinilai menggunakan present value dari future cash-flow
instrumen tersebut.
Present value dari tiap future cash-flow dihitung dengan
mendiskonto future value menggunakan tingkat bunga saat ini.
Oleh karena itu tingkat bunga pasar diperlukan untuk tanggal
dimana terdapat aliran kas.
Tingkat bunga untuk tanggal maturity standar tergambar pada
contoh kurva berikut, namun untuk tingkat bunga pada tanggal-
tanggal lainnya harus dihitung dari input rates.
Proses ini dikenal dengan istilah „interpolasi‟.
143. 143
4.4.2. Yield curves
Yield Curve
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
1m 2m 3m 6m 12m 2y 3y 5y 10y
Maturity
Interestrate
Untuk menghitung bunga pasar, bank membuat kurva pendapatan
menggunakan yield curve model.
Berikut merupakan contoh yield curves :
144. 144
4.4.2. Yield curves
Pada prakteknya, masing-masing mata uang utama memiliki
beberapa yield curve yang digunakan pada waktu bersamaan.
Perbedaan antar kurva terutama adalah perbedaan pada instrumen
underlying yang digunakan untuk menentukan waktu tertentu.
Nilai dari produk yang berkaitan dengan tingkat bunga
serta produk dengan aliran kas pada waktu mendatang
bersifat sensitif terhadap perubahan pada yield curve.
Sebuah nilai dari produk tertentu kemungkinan sensitif
terhadap perubahan satu atau lebih tingkat bunga pada
yield curve tergantung pada maturity dan karakteristik
finansial dari instrumen tersebut.
145. 145
4.4.3. Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas
Transaksi obligasi, ekuitas, spot valas dan spot komoditas dinilai
dengan menghitung perbedaan antara harga awal perdagangan
dengan harga pasar terkini.
Nilai tukar forward valas dihitung dengan menyesuaikan spot rate
terkini dengan forward margin terkait. Approximate margin dapat
dihitung dengan menggunakan formula :
Perbedaan tingkat bunga adalah perbedaan absolut antara valuta dasar
dengan valuta asing.
Jangka waktu adalah waktu sampai dengan maturity yang dinyatakan
dengan hari.
Jumlah hari dalam 1 tahun pada umumnya adalah 360 hari berdasarkan
konvensi, namun 365 hari digunakan untuk beberapa mata uang.
Forward margin =
(Jumlah hari dalam 1 tahun x 100)
Spot x Perbedaan tingkat bunga x Jangka waktu
146. 146
4.4.3. Obligasi, ekuitas, komoditas dan valas
USD/JPY merupakan quote yang digunakan untuk menunjukkan harga
JPY per 1 USD. Hal ini berarti JPY merupakan valuta asing dan USD
sebagai valuta dasar.
Asumsi :
-Spot rate = 105 - Time to maturity = 30 hari
-Rate JPY 1-bulan = 1% - Jumlah hari dalam 1 tahun = 360
-Rate USD 1-bulan = 4%
Forward margin secara aktif diperdagangkan di pasar antarbank. Terdapat
quoted margins untuk produk-produk standar sebagaimana yield curve.
Margin untuk tanggal di luar tanggal standar dihitung dengan interpolasi.
Transaksi forward dinilai dengan memperbandingkan original margin
dengan current margin.
Forward margin =
(360 x 100)
105 x (4-1) x 30
Contoh :
= 0,2625
147. 147
4.4.4. Option
Penentu penting dari nilai option tersebut adalah :
Tingkat strike price relatif terhadap harga pasar saat ini.
Waktu sebelum jatuh tempo. Makin panjang waktu sebelum jatuh
tempo, maka makin tinggi preminya karena option memiliki lebih
banyak waktu untuk menjadi bernilai.
Besar kecilnya volatilitas (gejolak) harga pasar. Makin bergejolak
harganya, maka preminya makin tinggi.
Pada dasarnya, penentuan harga option didasarkan
pada kemungkinan bahwa option tersebut akan bernilai
pada saat jatuh tempo.
148. 148
4.5. Karakteristik risiko treasury
Risiko treasury didefinisikan sebagai risiko kerugian dalam
aktivitas treasury sebuah bank.
Pada umumnya, treasury meliputi manajemen risiko seperti risiko
tingkat suku bunga dalam pembukuan perbankan dan risiko
likuiditas.
Dalam praktek, fungsi treasury sebuah bank seringkali meliputi
aktivitas trading bank itu sendiri.
Bank demikian sering memiliki bisnis trading yang umumnya
dijalankan oleh bagian treasury. Bisnis tersebut terpisah dari
aktivitas pengelolaan modal dan likuiditas.
Jenis model treasury ini umumnya disebut sebagai ‘Corporate
Treasury’.
149. 149
4.5. Karakteristik risiko treasury
Treasury dapat mengelola beragam risiko dalam fungsi manajemen
risiko treasury. Namun untuk keperluan program sertifikasi hanya
akan mencakup :
Risiko tingkat suku bunga dalam banking book, yaitu risiko pasar
yang paling umum dalam pembukuan perbankan,
Risiko likuiditas, dan
Manajemen modal.
Semua risiko di atas dan sejumlah masalah terkait lainnya seperti
konsentrasi pendanaan aktiva dan kewajiban, akses ke likuiditas
bank sentral, sistem pembayaran persyaratan jaminan, dll, dicakup
oleh Asset and Liability Management (ALM).
150. 150
4.6. Asset and Liability Management (ALM)
Aliran pendapatan tersebut umumnya berupa pendapatan bunga
bersih (net interest income/NII).
NII adalah perbedaan antara biaya bunga untuk mengumpulkan
simpanan (dan utang lainnya) dengan bunga yang dibebankan atas
pinjaman (dan aktiva lainnya).
Current value (net present value) dari aliran NII memberikan
sumbangan besar dalam menentukan nilai bank.
Tujuan stabilisasi NII dapat juga dikatakan sebagai stabilisasi nilai
bisnis.
Pada umumnya, ALM memiliki sasaran utama
mengelola risiko tingkat suku bunga dalam neraca bank
dan memastikan risiko tingkat suku bunga yang melekat
pada bisnis bank tidak mengganggu kestabilan aliran
pendapatan bank.
151. 151
4.6. Asset and Liability Management (ALM)
Penekanan yang diberikan bank pada sasaran mengelola risiko
atau menstabilkan nilai bisnis seringkali bergantung pada praktek
akuntansi manajemen yang diikutinya, yaitu laporan tentang
pengelolaan pendapatan atau nilai.
Akuntansi manajemen merupakan sebuah struktur pelaporan yang
didasarkan pada informasi yang mencerminkan cara manajemen
sebuah bank memandang bisnis itu.
Sebaliknya, statutory financial accounts, (misalnya laporan rugi laba
dan neraca) harus dipersiapkan sesuai dengan standar pelaporan
dan harus mematuhi standar akuntansi nasional.
Risiko utama yang dicakup oleh ALM adalah :
Risiko tingkat suku bunga dalam banking book dan
risiko likuiditas.
154. 154
5.1. Jenis-jenis risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai
akibat kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya.
Risiko kredit pada dasarnya telah dikenal dengan baik oleh para
investor dan pengusaha.
Bank sangat terekspos risiko kredit mengingat kegiatan usahanya
yang bersifat lending-based.
Disamping itu, bisnis bank memiliki rasio hutang terhadap modal
yang tinggi (highly leveraged).
Setiap kenaikan tingkat kegagalan membayar masing-masing
debitur secara potensial akan berdampak terhadap berkurangnya
permodalan bank.
155. 155
5.1.1. Sovereign credit risk
Sovereign risk adalah risiko kerugian yang mungkin timbul akibat
kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk
memenuhi kewajibannya, baik bunga maupun pokoknya.
Secara umum, penerbitan obligasi pemerintah (sovereign debt
bond) terdiri dari :
Obligasi dalam mata uang domestik,
Obligasi dalam valuta asing.
Rasio utama dalam penilaian sovereign risk : debt service ratio,
yaitu jumlah bunga & pokok atas pinjaman valas yang telah jatuh
tempo dibandingkan dengan penerimaan negara dari ekspor dan
arus modal masuk.
Selain itu, faktor lain yang juga harus diperhatikan investor :
• Investasi domestik juga harus diperhatikan bubbles.
• Pinjaman swasta dalam valas.
156. 156
5.1.1. Sovereign credit risk
Faktor-faktor kualitatif yang perlu diperhatikan :
Efisiensi sistem perbankan penyaluran dana,
Efisiensi sistem perpajakan penerimaan negara,
Kemampuan Bank Sentral mengendalikan suku bunga,
Tingkat suku bunga domestik,
Transparansi dalam proses perekonomian serta pembagian tugas
dan wewenang yang jelas antara pemerintah, Bank Sentral,
lembaga pengawasan, sistem hukum dan pelaku bisnis.
Sovereign risk merupakan bagian dari country risk.
Country risk mencakup lingkungan hukum, politik, dan ekonomi
serta bagaimana ketiganya mempengaruhi sektor swasta.(
Sovereign risk di Basel II diukur dengan menggunakan peringkat
kreditnya (credit ratings).
157. 157
5.1.2. Risiko kredit korporasi
5.1.3. Risiko kredit ritel
Kredit korporasi risky debt.
Kredit sovereign risk-free debt.
Risiko kredit korporasi : risiko gagal bayar atas utang/kewajiban
yang diterbitkan oleh perusahaan.
Pemegang saham adalah pihak yang paling akhir dibayar jika
perusahaan mengalami likuidasi.
Risiko kredit ritel
Terdapat perubahan penilaian kredit individual : dari sistem branch-
based menjadi centralized.
• Sistem branch-based wewenang kepala cabang (personal
knowledge),
• Sistem centralized berdasarkan data informasi debitur yang
standardized yang diolah menjadi model credit scoring.
158. 158
5.1.4. Probability of default
5.1.5. Risiko kredit sistemik
Karakter keputusan pemberian kredit : “binary”.
Namun pendekatan ini tidak membantu bank dalam membuat
keputusan komersial.
Tingginya tingkat kredit macet berpotensi menimbulkan risiko
sistemik.
Risiko kredit dan risiko likuiditas merupakan kategori
risiko yang terpenting dalam bisnis perbankan.
159. 159
5.1.6. Risiko kredit traded markets counterparty
Risiko kredit traded markets counterparty timbul ketika counterparty
tidak segera membayar kewajiban yang muncul dalam sebuah
transaksi (kontrak valas/kontrak suku bunga).
Mitigasi risiko kredit traded markets counterparty :
Pembayaran berkala antar pihak-pihak dalam kontrak,
Kolateral,
„Netting‟
(merupakan proses offset antara keuntungan dan kerugian melalui
sejumlah transaksi dengan jenis kontrak yang sama atau dapat
juga dilakukan dengan jenis kontrak yang berbeda.
Dasar perhitungan risiko kredit counterparty adalah menggunakan
proses mark-to-market.
160. 160
5.2.1. Analisa kelayakan – risiko sovereign
Faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif yang umumnya
dipertimbangkan :
Negara itu sendiri,
Faktor-faktor ekonomi,
Sumber daya alam & bahan baku,
Efisiensi pasar tenaga kerja & kualitas keahlian dan pendidikan,
Efisiensi pasar modal dan sistem perbankan,
Pemerintah,
Kebijakan ekonomi makro,
Perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran,
Perkembangan inflasi dan prediksinya,
Aliran penanaman modal asing,
Kebijakan pendapatan dan belanja pemerintah,
Faktor-faktor politis,
…………
5.2 Dasar dan penggunaan analisa kredit
161. 161
5.2.2. Analisa kelayakan – risiko korporasi
Stabilitas dan kesehatan suatu perusahaan dapat diukur antara lain
dari :
Kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara
periodik dalam jangka waktu tertentu,
Rasio debt to equity,
Kriteria lain; seperti rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar.
Analisa kredit korporasi analisa rasio keuangan, elemen-elemen
laporan keuangan yang dinilai :
• Neraca,
• Laporan laba rugi,
• Laporan aliran kas,
• Laporan pajak.
Analisa umumnya fokus pada kinerja perusahaan selama tiga
tahun terakhir.
162. 162
5.2.2. Analisa kelayakan – risiko korporasi
Rasio-rasio utama yang digunakan dalam analisa kredit korporasi :
Kinerja operasional,
Kemampuan membayar bunga pinjaman,
Financial gearing (leverage),
Likuiditas.
Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk mengembangkan
grading models.
Saat ini penilaian perusahaan seringkali didasarkan pada faktor-
faktor yang mudah dilihat, seperti deviden ditambah aktiva bersih
per saham.
163. 163
5.2.3. Teknik options-based terbaru
Pendekatan options-based to modeling credit diperkenalkan oleh
Robert Merton (ekonom pemenang hadiah Nobel).
Merton mengilustrasikan pemberian fasilitas kredit kepada suatu
perusahaan sebagai :
Pembelian hak (option) oleh perusahaan untuk memindahkan
(put) aktiva perusahaan kepada bank pada saat nilai
perusahaan menjadi negatif (Nilai sekarang aktiva perusahaan
dikurangi nilai sekarang utang perusahaan = angka negatif).
Selisih valuasi aktiva dan utang dapat digunakan untuk menghitung
kemungkinan gagal bayar (probability of default).
Pendekatan Merton memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
grading model terkini yang digunakan untuk memprediksi
kemungkinan suatu gagal bayar.
164. 164
5.2.4. Analisa risiko kredit–risiko kredit perorangan
Terdapat dua area besar dalam kredit perorangan :
Kredit dengan agunan real estate,
Kredit tanpa agunan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
Anggaran perorangan,
Credit scoring models,
Lembaga referensi kredit,
Konsumsi jangka panjang,
Aktiva bersih,
Peran asuransi.
165. 165
5.2.4. Analisa risiko kredit–risiko kredit perorangan
Hal-hal yang umumnya dipertimbangkan oleh bank dalam menilai
kelayakan dalam pemberian kredit perorangan :
Sisa pendapatan,
Pendapatan setelah dikurangi pembayaran kredit,
Pendapatan lain-lain dan kemampuan mempertahankan
pembayaran di masa datang,
Penetapan suku bunga kredit,
Gangguan terhadap pendapatan dan penutupan asuransi,
Asuransi terhadap aktiva,
Perbandingan antara besarnya kredit dengan nilai rumah,
Penjaminan kredit.
166. 166
5.2.5. Pengelolaan portofolio
Konsentrasi kredit mencakup eksposur yang signifikan yang terkait
dengan :
counterparty individual atau kelompok counterparty yang terkait
satu sama lain,
Sektor ekonomi atau wilayah geografis,
Ketergantungan pada suatu aktivitas atau komoditi tertentu,
Jenis agunan atau counterparty tunggal.
Risiko konsentrasi dapat dianalisa dengan memperhatikan cohort
dari suatu portofolio.
Cohort adalah pengelompokan aktiva berdasarkan berbagai
kriteria.
167. 167
5.3. Risiko kredit dan Basel II
Pilar 1 Basel II mempersyaratkan bank untuk menghitung
kebutuhan modalnya terhadap risiko kredit, risiko pasar dan risiko
operasional.
Di Basel II, bank dapat memilih tiga pendekatan untuk menghitung
persyaratan modal bagi risiko kredit.
Selain menjelaskan mekanisme setiap pendekatan, Basel II juga
menetapkan kriteria minimum bagi bank yang akan menggunakan
pendekatan yang lebih kompleks.
Pendekatan Internal Ratings-Based yang cukup kompleks memper-
syaratkan adanya persetujuan dari pengawas sebelum bank meng-
gunakannya.
Karakteristik pendekatan IRB merupakan faktor yang membedakan
Basel II dan Basel I.
170. 170
6.1.1. Apakah yang dimaksud dengan risiko operasional
Definisi Risiko operasional menurut Basel II : risiko kerugian yang
timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal,
manusia, sistem, atau dari kejadian-kejadian eksternal.
- Bukan merupakan suatu risiko yang baru,
- Bersifat inherent.
- Mencakup Risiko Hukum, namun tidak mencakup other risks
- Di-cover di Pilar 1 Basel II Accord.
6.1 Karakteristik risiko operasional
171. 171
6.1.2. Frekuensi vs Dampak
Terdapat dua faktor untuk mengelompokkan kejadian risiko
operasional :
Frekuensi/frequency
Dampak/Impact
Terdapat empat kelompok jenis kejadian risiko operasional :
Impact
Freq.
H
HL
LFLI LFHI
HFLI HFHI
Ignore
# relevan
BCP
172. 172
6.2. Risiko kerugian, EL & UEL
Definisi Risiko operasional menurut Basel II : “Risiko kerugian
yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses
internal,…”
• Persepsi : hanya yang menimbulkan kerugian saja yang dianggap
sebagai risiko operasional.
• Pada saat suatu kejadian muncul/hampir terjadi, tanpa
memperhatikan konsekuensi keuangannya, kejadian tersebut
perlu dicatat & dilakukan langkah-langkah pencegahannya.
Perhitungan modal risiko operasional harus mempertimbangkan
Expected Loss (EL) & UnExpected Loss (UEL).
EL : kerugian yang timbul karena dilaksanakannya kegiatan usaha
bank secara normal. Cost of doing business struktur pricing.
Prediksi menggunakan metode statistik (rata-rata) data historis
dan pengalaman.
173. 173
6.2. Risiko kerugian, EL & UEL
UEL : kerugian yang besarnya secara signifikan jauh berada di atas
batas yang dapat dikategorikan sebagai kerugian yang
diperkirakan.
- Masuk dalam kelompok LFHI,
- Metode statistik sederhana untuk menghitung UEL : Standar
deviasi
Sumber data yang dapat digunakan :
Data internal,
Data eksternal dari bank lain,
Data dari skenario risiko operasional.
174. 174
6.3. Kejadian risiko operasional
Cakupan mitigasi risiko operasional di Basel II :
Pencatatan kerugian,
Prediksi kerugian masa yang akan datang,
Pengelolaan kejadian risiko operasional.
Pengkategorian risiko operasional berdasarkan penyebab
utamanya :
• Risiko proses internal,
• Risiko manusia,
• Risiko sistem,
• Risiko Eksternal,
• Risiko Hukum.
Kategori-kategori tersebut tidak memasukkan other risks.
175. 175
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko proses internal
Merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan proses/prosedur
yang terdapat di suatu bank.
Kejadian risiko proses internal meliputi :
Dokumentasi (#memadai/ #lengkap/ #tepat),
Pengendalian yang lemah,
Kelalaian pemasaran,
Kesalahan penjualan produk,
Pencucian uang,
Laporan #benar/ #lengkap,
Kesalahan transaksi.
Kemungkinan penyebab : proses terlalu rumit, #terstruktur,
# dilaksanakan dengan semestinya.
176. 176
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko manusia
Merupakan risiko yang terkait dengan karyawan bank.
Area-area yang umumnya terkait dengan risiko manusia :
Permasalahan kesehatan & keselamatan kerja,
Perputaran karyawan yang tinggi,
Fraud internal,
Sengketa pekerja,
Praktik manajemen yang buruk,
Pelatihan karyawan yang tidak memadai,
Terlalu tergantung pada karyawan tertentu,
Roque trader.
177. 177
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko sistem
Merupakan risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan
sistem.
Kejadian risiko sistem dapat disebabkan oleh :
Data yang tidak lengkap,
Kesalahan input data,
Pengendalian perubahan data yang tidak memadai,
Pengendalian proyek yang tidak memadai,
Kesalahan pemrograman,
Ketergantungan pada teknologi „black box‟,
Gangguan pelayanan,
Masalah terkait keamanan sistem,
Kecocokan sistem,
Penggunaan teknologi yang belum diujicoba.
178. 178
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko eksternal
Merupakan risiko yang terkait dengan kejadian yang berada di luar
kendali bank secara langsung.
Umumnya adalah kejadian LFHI UEL.
Kejadian risiko eksternal dapat disebabkan oleh :
Kejadian pada bank lain dampak ke seluruh industri perbankan,
Pencurian dan external fraud,
Kebakaran, bencana alam,
Kegagalan perjanjian outsourcing,
Penerapan ketentuan baru,
Kerusuhan dan unjuk rasa,
Terorisme,
Tidak beroperasinya sistem transportasi,
Kegagalan utility service.
179. 179
6.3. Kejadian risiko operasional
Risiko hukum
Merupakan risiko yang timbul dari adanya ketidakpastian karena
dilakukannya suatu tindakan hukum atau ketidakpastian dalam
penerapan atau interpretasi suatu perjanjian, peraturan, atau
ketentuan.
Peningkatan risiko hukum disebabkan oleh :
Penerapan ketentuan KYC,
Penerapan ketentuan perlindungan data nasabah (untuk tujuan
pemasaran produk).
180. 180
6.3. Kejadian risiko operasional
Boundary Event
Solusi umum terhadap permasalahan “Boundary risk event” :
mengklasifikasikan kejadian berdasarkan penyebab utamanya.
Kejadian risiko
Risiko Kredit ???
Risiko Pasar ???
Risiko Operasional ???
Risiko Lainnya ???
Identifikasi “Boundary event” tetap perlu dilakukan untuk :
- Mencegah terjadinya pencatatan ganda dalam perhitungan modal,
atau
- Tidak diperhitungkannya kejadian tersebut sama sekali.
181. 181
6.4. Bagaimana risiko operasional mengalami perubahan
Terdapat perubahan karakteristik risiko operasional,
kejadian low-cost error kejadian LFHI.
Beberapa alasan mengapa karakteristik risiko operasional berubah :
Otomatisasi,
Ketergantungan pada teknologi,
Outsourcing,
Terorisme,
Meningkatnya globalisasi,
Insentif dan trading-‟rouge
trader‟,
Meningkatnya volume dan
nilai transaksi,
Meningkatnya litigasi.
182. 182
6.5. Basel II dan risiko operasional
Setidaknya rata-rata sekitar 12% modal diperlukan untuk
mengantisipasi risiko operasional.
Pilar 1 Basel II mempersyaratkan bank untuk
mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasikan
modal untuk risiko operasional; sebagaimana dilakukan
juga untuk risiko kredit dan risiko pasar.
Di Basel II, terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk
menghitung kebutuhan modal bagi risiko operasional :
Basic Indicator Approach (BIA),
Standardised Approach (SA),
Advanced Measurement Approach (AMA).
Bank dapat berpindah dari sistem yang sederhana ke pendekatan
yang lebih kompleks.
185. 185
7.1. Pentingnya Supervisory Review
Pilar 2 menetapkan prinsip-prinsip proses supervisory review yang
harus digunakan pengawas.
Tiga area utama yang dibahas Pilar 2 :
Risiko yang belum sepenuhnya didiskusikan di Pilar 1, seperti
risiko konsentrasi kredit,
Risiko yang sama sekali belum dibahas di Pilar 1, seperti interest
rate risk in the banking book,
Faktor-faktor di luar kendali bank (misal : pengaruh siklus bisnis).
Supervisory review terhadap bank tidak hanya
ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap
persyaratan modal minimum, tetapi juga untuk
mendorong bank mengembangkan dan
mendorong teknik manajemen risiko yang terbaik.
186. 186
7.1.1. Proses penilaian internal terhadap modal
Manajemen Bank bertanggung jawab untuk mengembangkan
proses penilaian internal terhadap modal yang mampu
mengevaluasi risiko dan faktor-faktor pengendalinya pada semua
lini usaha bank.
Proses penilaian internal terhadap modal dilakukan untuk
mengevaluasi kebutuhan modal saat ini dan memperkirakan
kebutuhan modal dimasa datang.
Supervisory review tidak dapat menggantikan
pelaksanaan manajemen yang baik.
Direksi dan pejabat senior bank tetap memiliki
tanggung jawab untuk memastikan mereka
memelihara modal yang cukup untuk mendukung
kegiatan usaha bank, termasuk memperhitung-
kan aspek-aspek yang belum dicakup di Pilar 1.
187. 187
7.1.2. Supervisory review & tindak lanjut pengawasan
Tindakan yang dapat dilakukan pengawas selain meminta bank
untuk meningkatkan rasio permodalan :
Menetapkan target yang harus dicapai dalam perbaikan struktur
manajemen risiko,
Menetapkan prosedur internal yang lebih ketat,
Meningkatkan kualitas pegawai melalui pelatihan atau rekrutmen.
Dalam kasus-kasus ekstrim, pengawas dapat menurunkan tingkat
risiko atau kegiatan usaha bank hingga masalah yang ada
terselesaikan atau dapat dikendalikan.
Basel Committee memandang proses supervisory review sebagai
suatu interaksi aktif antara bank dan pengawas.
188. 188
7.2. Uraian singkat tentang empat prinsip utama
Basel Committee menetapkan 25 prinsip utama pengawasan dalam
“Core Principles for Effective Banking Supervision” – September
1997, yang meliputi aspek-aspek :
Pra-kondisi untuk pengawasan perbankan yang efektif,
Perizinan dan struktur,
Pengaturan prinsip kehati-hatian,
Metode pengawasan perbankan yang diterapkan,
Informasi yang dipersyaratkan,
Kewenangan formal,
Perbankan antar negara.
Pilar 2 mengidentifikasi empat prinsip penting supervisory review
untuk melengkapi 25 prinsip utama tersebut.
189. 189
7.2.1. Prinsip 1
Manajemen Bank bertanggung jawab penuh untuk memastikan
agar bank memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
saat ini dan dimasa datang. Target modal profil risiko.
5 aspek proses penilaian modal :
1. Pengawasan oleh direksi dan manajemen senior,
2. Penilaian modal yang tepat,
3. Penilaian risiko yang komprehensif,
4. Pengawasan dan pelaporan,
5. Evaluasi pengendalian internal.
Bank harus memiliki suatu proses untuk menilai
kecukupan modal secara keseluruhan dalam
hubungannya dengan profil risiko yang ada, dan
harus memiliki strategi untuk mempertahankan
tingkat permodalannya.
190. 190
7.2.2. Prinsip 2
Beberapa metode pengumpulan informasi yang dapat dilakukan :
Kunjungan ke bank,
Review tanpa melakukan kunjungan ke bank,
Pertemuan dengan manajemen bank,
Meneliti hasil kerja auditor eksternal yang relevan dengan proses
review,
Memonitor laporan-laporan periodik.
Pengawas harus meneliti dan mengevaluasi
penilaian dan strategi internal kecukupan modal
yang digunakan bank, serta kemampuan mereka
untuk memonitor dan memastikan kepatuhan
terhadap rasio permodalan sesuai ketentuan
yang berlaku.
191. 191
7.2.3. Prinsip 3
Ketentuan-ketentuan di Pilar 1 dirancang untuk memberikan
standar modal minimum bagi bank :
yang memiliki aspek-aspek pengendalian yang memadai,
yang memiliki portofolio risiko yang terdiversifikasi,
yang kegiatan usahanya mencakup risiko-risiko yang terdapat di
Pilar 1.
Pengawas harus mendapatkan keyakinan bahwa
bank beroperasi di atas rasio permodalan
minimum sesuai ketentuan dan harus memiliki
kewenangan untuk meminta bank memelihara
modal di atas jumlah minimum.
192. 192
7.2.4. Prinsip 4
Jika bank gagal mempertahankan kecukupan modalnya, pengawas
dapat menggunakan kewenangannya untuk mengambil langkah-
langkah perbaikan.
Pengawas harus dapat melakukan tindakan
sedini mungkin untuk mencegah penurunan
modal di bawah jumlah minimum.
193. 193
7.3. Sifat pengungkapan
Pengungkapan (disclosure) dianggap penting karena menyediakan
informasi yang relevan kepada para investor mengenai kinerja
perusahaan saat ini dan di masa datang.
Pengungkapan (disclosure) adalah penyebar-
luasan informasi kepada masyarakat mengenai
hal-hal yang bersifat material terhadap evaluasi
kegiatan usaha suatu perusahaan.
196. 196
8.1. Stakeholder bank
Bank juga dipersyaratkan untuk mempertimbangkan berbagai
keinginan stakeholder-nya pada saat mengambil keputusan.
Operasional bank harus memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholder bank secara berimbang.
Stakeholder bank terdiri dari semua pihak yang
memiliki kepentingan langsung dengan keberhasilan
bank termasuk pemegang saham, karyawan, dan
masyarakat secara keseluruhan.
197. 197
8.2. Prinsip-prinsip corporate governance untuk bank
Aspek-aspek penting corporate governance :
Pengawasan oleh dewan komisaris, direksi atau dewan
pengawas (supervisory board),
Pengawasan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat dalam berbagai
kegiatan usaha sehari-hari,
Pengawasan langsung pada masing-masing segmen kegiatan
usaha,
Manajemen risiko dan fungsi audit yang independen,
Personil penting layak dan patut menjalankan tugas yang
dibebankan,
Pelaporan secara periodik.
Corporate governance merupakan serangkaian
keterkatian antara dewan komisaris, direksi, pihak-
pihak yang berkepentingan, serta pemegang saham
perusahaan.
198. 198
8.3. Implementasi corporate governance yang kuat
Direksi (atau yang setingkat) memiliki tanggung jawab akhir
terhadap manajemen dan kinerja bank.
Bank perlu menetapkan sasaran strategis yang jelas
dan menyusun “etos” perusahaan, dan mengkomuni-
kasikannya kepada seluruh unit organisasi bank.
Agar kegiatan usaha bank dapat diawasi dan diken-
dalikan secara efektif, direksi harus menetapkan
batasan yang jelas mengenai kewenangan dan
tanggung jawab. Direksi harus terlibat secara
langsung dalam proses ini.