3. Risiko Kredit
Risiko Pasar
Risiko Likuiditas
Risiko Operasional
Risiko Hukum
Risiko Reputasi
Risiko Strategik
Risiko Kepatuhan
5/3/2013 3
Resista Vikaliana, S.Si. MM
4. (per Januari 2012)/ PBI no
13/23/PBI/2011tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah
8 Risiko Inheren ditambah dua risiko, yaitu:
Equity Investment Risk/Risiko Investasi Ekuitas:
Pengelolaan risiko karena ada potensi dana bank
hilang akibat debitur merugi
Rate of Return Risk/ Risiko Tingkat Pengembalian
Potensi hilangnya dana pihak ketiga lantaran
imbal hasil simpanan di bank syariah fluktuatif
5/3/2013 4
Resista Vikaliana, S.Si. MM
5. Risiko kredit adalah risiko kerugian yang dikaitkan dengan
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau
risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.
Risiko kredit terjadi karena ketidakpastian atau kegagalan
pasangan usaha (counterparty)memenuhi kewajibannya.
Risiko ini berasal dari berbagai kegiatan fungsional bank
seperti perkreditan, tresuri, investasi dan pembiayaan
perdagangan yang tercatat dalam administrasi bank
Misal Bank A memberikan pinjaman berbungan kepada nasabah
perorangan. Dengan melakukan hal ini bank menghadapi risiko
nasabah tidak dapat membayar bunga atau membayar pokok dan
bunga pinjaman.
5/3/2013 5
Resista Vikaliana, S.Si. MM
6. Sumber risiko kredit antara lain :
(1) Lending risk yaitu risiko akibat debitur atau
nasabah yang tidak mampu melunasi fasilitas
yang telah disediakan oleh bank,
(2) Counterparty risk yaitu risiko yang timbul
karena pasangan usaha (counterparty) tidak dapat
melunasi kewajibannya pada bank, baik sebelum
maupun tanggal kesepakatan;
(3) Issuer risk yang timbul karena penerbit suatu
surat berharga tidak dapat melunasi sejumlah nilai
surat berharga yang dimiliki bank.
5/3/2013 6
Resista Vikaliana, S.Si. MM
7. Risiko pasar adalah risiko
kerugian pada naik turunnya
posisi Neraca yang muncul
akibat pergerakan pasar modal.
Risiko ini merupakan risiko gabungan yang
terbentuk akibat perubahan suku bunga,
perubahan nilai tukar serta hal-hal lain yang
menentukan harga pasar saham, maupun
ekuitas dan komoditas.
5/3/2013 7
Resista Vikaliana, S.Si. MM
8. Risiko kerugian karena perubahan harga pasar dapat
terjadi ketiga bentuk yaitu :
Risiko harga (price risk) : risiko kerugian dari pergerakan atau
volalitas suku bunga, nilai tukar, harga ekuitas, dan harga
komoditas.
Sebagai misal Bank ABC memiliki Surat Hutang Negara (SUN) di
Neraca dengan nilai Rp. 750 milyar. Jika harga pasar surat hutang itu
harus dicantumkan di Neraca sebesar Rp. 712.5 milyar atau
mengalami kerugian nilai penurunan nilai surat hutang sebesar Rp.
37.5 milyar.
Risiko likuiditas (likuidity risk) risiko jumlah tertentu tidak
dapat terbayar karena kekurangan dana.
Discountinuity (gap) risk yaitu risiko kerugian yang timbul
dari kesenjangan harga pasar (market price gapping) dan
bukan karena pergerakan harga secara kontinyu
5/3/2013 8
Resista Vikaliana, S.Si. MM
9. Risiko likuiditas dapat dibedakan menjadi dua
yaitu
risiko likuiditas asset (asset liquidity risk) dan
risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity
risk).
5/3/2013 9
Resista Vikaliana, S.Si. MM
10. Risiko likuiditas asset sering disebut juga
dengan market/product liquidity risk yang
timbul ketika suatu transaksi tidak dapat
dilaksanakan pada harga pasar yang terjadi
oleh karenanya besarnya nilai transaksi relatif
kecil terhadap besarnya pasar.
Sedangkan risiko likuiditas pendanaan yang
sering juga disebut cash-flow risk yaitu
ketidak mampuan memenuhi kewajiban yang
telah jatuh tempo yang pada gilirannya akan
mengakibatkan likuidasi
5/3/2013 10
Resista Vikaliana, S.Si. MM
11. Risiko operasional adalah risiko kerugian
sebagai akibat dari tindakan manusia, proses,
infrastruktur atau teknologi yang mempunyai
dampak operasional bank.
Termasuk dalam risiko ini adalah kegiatan yang menjurus terjadinya
kecurangan (fraudulent), kegagalan manajement, tidak memadainya
sistem pengendalian dan prosedur operasional. Kesalahan teknis
dapat menyebabkan kerusakan system informasi, kerusakan proses
transaksi, tidak berfungsinya settlement atau tidak berjalannya
back-office operation.
5/3/2013 11
Resista Vikaliana, S.Si. MM
12. Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari
potensi terjadinya pelanggaran kontrak, kasus
pengadilan atau kebijakkan yang salah yang
dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap
kondisi keuangan maupun operasional bank.
Risiko hukum umumnya berkaitan dengan risiko kredit
oleh karena kerugian counterparty karena transaksi
dengan bank mencari penyelesaian lewat pengadilan.
Bentuk lain adalah gugatan pengadilan terhadap
perusahaan yang dilakukan oleh para pemegang saham
karena menderita kerugian yang besar.
5/3/2013 12
Resista Vikaliana, S.Si. MM
13. Risiko hukum sering timbul karena terjadinya
pelanggaran atau ketidaktaatan terhadap
undang-undang, peraturan, regulasi atau
praktek yang sudah disepakati, atau ketika hak
dan kewajiban hukum pihak-pihak yang
bertransaksi tidak ditetapkan secara baik.
Misal pada retail electronic banking di beberapa negara
tidak jelas. Risiko hukum dapat timbul dari ketidak
pastian tentang validitas perjanjian yang dibuat melalui
media elektronik.
5/3/2013 13
Resista Vikaliana, S.Si. MM
14. Risiko reputasi adalah risiko kerusakan
potensial sebagai akibat opini negatif publik
terhadap kegiatan bank sehingga bank
mengalami penurunan jumlah nasabah atau
menimbulkan biaya besar karena gugatan
pengadilan atau penurunan pendapatan bank.
Rumor pasar atau persepsi publik merupakan
penyebab signifikan didalam menentukan
tingkat risiko reputasi.
5/3/2013 14
Resista Vikaliana, S.Si. MM
15. Risiko reputasi dapat juga timbul dalam
khasus dimana nasabah mengalami masalah
dengan jasa bank tetapi belum diberi
informasi yang memadai tentang penggunaan
produk dan prosedur penyelesaian masalah.
5/3/2013 15
Resista Vikaliana, S.Si. MM
16. Risiko strategik adalah risiko yang disebabkan
adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank
yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat atau kurang respontifnya Bank
terhadap perubahan ekstenal.
Akibat dari keputusan yang tidak tepat ini Bank
harus mengeluarkan biaya yang besar dan gagal
mencapai target bisnisnya.
5/3/2013 16
Resista Vikaliana, S.Si. MM
17. Bank harus menetapkan rencana strategic
(corporate plan) dan rencana bisnis (business
plan) yang berjangka waktu sekurang-kurangnya
3(tiga) tahun secara tertulis dan melaksanakan
kebijakan tersebut.
Rencana bisnis ini ditetapkan oleh direksi dan
mendapat persetujuan komisaris serta
dikomunikasikan kepada pejabat dan atau
pegawai bank pada setiap jenjang.
5/3/2013 17
Resista Vikaliana, S.Si. MM
18. Rencana strategik dan rencana bisnis ini harus
memiliki
1. asumsi alternatif jika terdapat penyimpangan dari
target yang akan dicapai akibat perubahan
eksternal dan internal yang signifikan
2. prosedur untuk mengukur kemajuan yang
dicapaidari realisasi anggaran dan kinerja sesuai
jadwal yang ditetapkan.
5/3/2013 18
Resista Vikaliana, S.Si. MM
19. Sebagai contoh. selama tahun 1970 an dan awal 1980
an banyak Bank-Bank Jepang dan Eropa yang
memberikan pinjaman yang besar kepada negara-
negara seperti Brasil, Meksiko dan negara-negara
kurang berkembang lainnya. dalam tahun 1982 negara-
negara kurang berkembang mempunyai hutng lebih dari
$ 500 billion kepada bank asing, pemerintah dan
lembaga-lembaga Internasional. Tingginya harga minyak
selama tahun 1970 an mengakibatkan negara-negara
OPEC mendapatkan kelebihan dollar dan dana-dana ini
didepositokan pada Bank internasional yang pada
gilirannya dana-dana ini oleh bank dipinjamkan kepada
negara-negara kurang berkembang. Pinjaman ini dapat
menghasilkan return yang lebih besar dibandingkan jika
diinvestasikan di pasar domestik. Uang yang diterima
oleh negara-negara kurang berkembang tadi
diinvestasikan untuk tujuan yang tidak produktif.
5/3/2013 19
Resista Vikaliana, S.Si. MM
20. Akibat berikutnya adalah timbulnya krisis ekonomi
yang mendorong terjadinya restrukturisasi hutang
dengan memberikan hutang baru. Restrukturisasi
hutang ini ternyata gagal dan bank-bank
internasional mengalami kerugian yang sangat besar.
Kerugian ini sebagai akibat pilihan strategi yang salah
5/3/2013 20
Resista Vikaliana, S.Si. MM
21. Risiko kepatuhan risiko yang disebabkan Bank
tidak mematuhi atau tidak melaksanakn peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.
Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada
risiko Bank yang terkait pada peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
Seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban
Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aktiva
Produktif, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP),
Batas Maksimm Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait
dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN), risiko strategic
terkait dengan ketentuan Rencana kerja Anggaran Tahunan
(RKAT) Bank, dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan
tertentu.
5/3/2013 21
Resista Vikaliana, S.Si. MM
23. Penerapan manajemen risiko perbankan di Indonesia diatur dalam
peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 mei 2003
tentang Penerapan manajeman Risiko bagi Bank Umum.
Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko sekurang-kurangnya
memuat antara lain
(1) pedoman umum,
(2) proses penerapan manajemen risiko,
(3) persiapan dan pelaporan penerapan manajemen risiko.
Esensi penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan
metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap
dapat terkendali pada batas atau limit yang dapat diterima serta
menguntungkan bank.
Penerapan manajemen risiko akan memberikan manfaat baik
kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank.
5/3/2013 23
Resista Vikaliana, S.Si. MM
24. Penerapan manajemen risiko bank dilakukan lewat
adanya
(1) pengawasan aktif komisaris dan direksi
(2) organisasi dan fungsi manajemen risiko
(3) kebijakan, prosedur dan penetapan limit,
(4) proses penetapan manajemen risiko
(5) pengendalian intern dalam penerapan
manajemen risiko.
5/3/2013 24
Resista Vikaliana, S.Si. MM
25. Bank wajib menetapkan wewenang dan tanggung
jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang
terkait dengan penerapan manajemen risiko.
5/3/2013 25
Resista Vikaliana, S.Si. MM
26. Wewenang dan tanggung jawab komisaris
sekurang-kurangnya meliputi :
1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan
manajemen risiko yang dilakukan sekurang-
kurangnya satu kli dalam satu tahun
2. Mengevaluasi pertanggung jawaban Direksi atas
pelaksanaan kebijakan manajemen risiko yang
dilakukan sekurang-kurangnya secara triwulanan.
3. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan atau
usulan direksi yang berkaitan dengan transaksi
atau kegiatan usaha yang melampaui kewenangan
direksi untuk memutuskan sehingga memerlukan
persetujuan dewan komisaris.
5/3/2013
Resista Vikaliana, S.Si. MM 26
27. Sedangkan wewenang dan tanggung jawab direksi sekurang-
kurangnya meliputi :
Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara
tertulis dan komprenhensif termasuk penetapan dan
persetujuan limit risiko secara keseluruhan, per jenis risiko, dan
per aktivitas fungsional bank.
Penyusunan kebijakan dan strategi manajemen risiko dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu tahun
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen
risiko , termasuk mengevaluasi dan memberikan arahan
strategi manajemen risiko berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh satuan kerja manajemen risiko dan
penyampaian laporan pertanggungjawban dewan komisaris
secara triwulan;
Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang melampaui
kewenangan pejabat bank satu tingkat di bawah direksi atau
transaksi yang memerlukan persetujuan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur intern yang berlaku;
5/3/2013 27
Resista Vikaliana, S.Si. MM
28. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada
seluruh jenjang organisasi.
Memastikan peningkatan kompetisi sumberdaya
manusia yang terkait dengan penerapan
manajemen risiko, antara lain dengan cara program
pendidikan dan latihan yang berkesinambungan.
Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah
diterapkan secara independen yang mencerminkan
antara lain adanya pemisahan fungsi antara Satuan
Kerja Manajemen Risiko yang melakukan
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko dengan satuan kerja yang
melakukan dn menyelesaikan transaksi.
Melaksanakan kaji ulang secara berkala dengan
frekuensi yang disesuaikan kebutuhan bank.
5/3/2013 28
Resista Vikaliana, S.Si. MM
29. Struktur organisasi harus dirancang untuk
memastikan bahwa satuan kerja yang berfungsi
melakukan suatu transaksi (risk taking unit)
adalah independen terhadap satuan kerja yang
melakukan fungsi pengendalian intern (satuan
kerja audit intern), serta independen pula terhadap
Satuan Kerja manajemen Risiko.
Untuk itu bank wajib membentuk komite
manajemen risk (Risk Management Committee)
dan Satuan Kerja Manajemen Risiko (Risk
Management Unit).
5/3/2013 29
Resista Vikaliana, S.Si. MM
30. Keanggotaan komite manajemen risiko dapat bersifat
keanggotaan tetap dan tidak tetap sesuai dengan kebutuhan
bank.
Keanggotaan komite sekurang-kurangnya terdiri dari mayoritas
direksi dan pejabat eksekutif terkait :
Bagi bank yang memilik 3(tiga) orang direksi sebagaimana
persyaratan minimum yang diatur dalam keputusan yang
berlaku maka pengertian mayoritas direksi dapat berarti
Direktur Utama dengan Direktur Kepatuhan (compliance
Director) atau Direktur Bidang atau Direktur lain dengan
Direktur kepatuhan.
Bank wajib menunjuk direktur kepatuhan sebagai anggota
tetap komite manajemen risiko dan dapat menugaskansecara
khusus kepada direktur yang membidangi penerapan
manajemen risiko (risk management director).
5/3/2013 30
Resista Vikaliana, S.Si. MM
31. Adapun wewenang dan tanggung jawab komite
manajemen risiko adalah memberikan
rekomendasi kepada direktur utama yang
sekurang-kurangnya meliputi
Penyusunan kebijakan manajemen risiko serta
perubahannya
Perbaikan atau penyempurnaan penerapn
manajemen risiko yang dilakukan secara berkala
maupun bersifat insidentil sebagai akibat dari
suatu perubahan kondisi eksternal dan internal
bank.
penetapan atas hal-hal yang terkait dengan
keputusan-keputusan bisnis yang menyimpang
dari prosedur normal
5/3/2013 31
Resista Vikaliana, S.Si. MM
32. Satuan kerja manajemen risiko harus independen
terhadap satuan kerja operasional (risk taking
unit) dan terhadap satuan kerja yang
melaksanakan fungsi pengendalian internal.
5/3/2013 32
Resista Vikaliana, S.Si. MM
33. Adapun wewenang dan tanggung jawab satuan
kerja manajemen risiko meliputi :
Pemantauan terhadap implementasi strategi manajemen risiko
yang direkomendasikan oleh komite manajemen risiko dan yang
telah disetujui oleh direksi;
Pemantauan posisi atau eksposur risiko secara keseluruhan,
per jenis risiko maupun per aktivitas fungsional
Penerapan stress testing guna mengetahui dampak dari
implementasi kebijakan dan strategi manajemen risiko
terhadap kinerja masing-masing satuan kerja operasional;
Pengkajian terhadap usulan aktivitas dan / atau produk baru
yang diajukan atau dikembangkan oleh suatu unit tertentu
yang ada pada bank.
5/3/2013
Resista Vikaliana, S.Si. MM 33
34. Rekomendasi mengenai besaran atau maksimum eksposur risiko
yang wajib dipelihara bank kepada satuan kerja operasional dan
kepada komite manajemen risiko sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki satuan kerja manajemen risiko
Evaluasi terhadap akurasi dan validitas data yang digunakan oleh
bank untuk mengukur risiko bagi bank yang menggunakan model
untuk keperluan intern;
Penyusunan dan penyampaian laporan profil risiko kepada
direktur utama dan komite manajemen risiko secara berkala atau
sekurang-kurangnya secara triwulanan.
5/3/2013 34
Resista Vikaliana, S.Si. MM
35. Kebijakan manajemen risiko merupakan arahan
tertulis dalam menerapkan manajemen risiko dan
harus sejalan dengan visi, misi dan rencana strategik
bank.
Penetapan kebijakan manajemen risiko dilakukan dengan
cara menyusun strategi manajemen risiko yang
memastikan bahwa :
(1) bank tetap mempertahankan eksposur risiko yang
sesuai dengan kebijakan, prosedur intern bank, peraturan
perundang-undangan dan ketentuan lain yng berlaku;
(2) bank dikelola oleh sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan, pengalaman, dan keahlian di bidang risiko,
sesuai dengan kompleksitas dan kemampuan usaha bank.
5/3/2013 35
Resista Vikaliana, S.Si. MM
36. Kebijakan manajemen risiko sekurang-kurangnya
memuat :
penetapan risiko yang terkait dengan produk dan
transaksi perbankan yang didasarkan atas hasil
analisis bank terhadap risiko yang melekat pada
setiap produk dan transaksi perbankan
penetapan penggunaan metode pengukuran dan
sistem informasi manajemen risiko dalam rangka
mengkalkulasi secara tepat eksposur risiko pada
setiap produk dan transaksi perbankan serta
aktivitas fungsional bank
5/3/2013 36
Resista Vikaliana, S.Si. MM
37. Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko yang merupakan
batasan potensi kerugian yang mampu diserap oleh
kemampuan permodalan bank dan sarana pemantauan terhadap
perkembangan eksposur risiko bank;
Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan
manajemen risiko guna memastikan kepatuhan terhadap
ketentuan ekstern dan intern yang berlaku (compliance risk
Penetapan penilaian peringkat risiko sebagai dasar bagi bank
untuk menentukan langkah-langkah perbaikan terhadap produk,
transaksi perbankan, dan area aktifitas fungsional tertentu dan
mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijakan dan strategi
manajemen risiko;
Penyusunan rencana darurat atas kemungkinan kondisi
eksternal dan internal terburuk, sehingga kelangsungan usaha
bank dapat dipertahankan.
5/3/2013 37
Resista Vikaliana, S.Si. MM
38. Indentifikasi risiko yang terdapat dalam
artikel tersebut
Bagaimana langkah yang ditempuh bank
dalam mengatasi risiko yang teridentifikasi
tersebut!
5/3/2013
Resista Vikaliana, S.Si. MM 38