Dokumen tersebut membahas mengenai pentingnya manajemen risiko di perbankan syariah. Beberapa risiko utama yang dihadapi antara lain risiko likuiditas, pasar, pembiayaan, operasional, kepatuhan, hukum, reputasi, dan strategis. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis risiko terkait dengan produk pembiayaan syariah seperti murabahah, ijarah, dan salam.
2. MENGAPA PERLU
MANAJEMEN RISIKO
Bank syariah merupakan lembaga keuangan
bank yang dikelola dengan dasar-dasar
syariah, baik itu berupa nilai prinsip dan
konsep. Sebagai sebuah entitas bisnis, dalam
kegiatan usahanya bank khususnya bank
syariah menghadapi risiko-risiko yang memiliki
potensi mendatangkan kerugian. Risiko ini
tidaklah bisa selalu dihindari tetapi harus
dikelola dengan baik tanpa harus mengurangi
hasil yang harus dicapai. Risiko yang dikelola
dengan tepat dapat memberikan manfaat
kepada bank dalam menghasilkan laba.
3. ALASAN MANAJEMEN
RESIKO PERLU DITERAPKAN
Ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko harus
diterapkan di Perbankan Syariah, dan mengapa begitu
penting. Alasan tersebut diantaranya meliputi
(1) Bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya
diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga risiko
tidak muingkin tidak ada
(2) dengan mengetahui risiko maka kita dapat
mengantisipasi dan mengambil tindakan yang
diperlukan dalam menghadapi nasabah bermasalah
(3) Dapat lebih menumbuhkan pemahaman
pengawasan,yang merupakan fungsi sangat penting
dalam aktivitas operasional
(4) faktor sejarah krisis Perbankan Nasional.
4. Peraturan Bank Indonesia
No.5/8/PBI/2003
Sebagai lembaga intermediasi keuangan
berbasis kepercayan sudah seharusnya bank
dan bank syariah khususnya menerapkan
system manajemen risiko. Hal tersebut sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia
No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan
manajemen risiko bagi bank umum, yang
mengatur agar masing-masing bank
menerapkan manajemen risiko sebagai upaya
meningkatkan efektivitas Prudential Banking.
Menurut PBI No.13/23/PBI/2011, Tentang
Penerapan Manajemen Rsiko di BUS & UUS
di Perbankan Syariah
5. DEFINISI
Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi
terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat
menimbulkan kerugian.
Risiko yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil
yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan
kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola
semestinya.
Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu
kejadian potensial baik yang dapat diperkirakan
(anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan
(unanticipated) yang berdampak negatif pada
pendapatan maupun permodalan bank.
Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari namun
dapat dikelola dan dikendalikan.
6. PENGERTIAN RESIKO
GALLATI (2003) mendefinisikan resiko sebagai:
“A CONDITION IN WHICH THERE EXIST AN
EXPOSURE TO ADVERSITY”
(Suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
kerugian)
WORKBOOK LEVEL 1 GLOBAL ASSOCIATION
OF RISK PROFESSIONALS (2005)-BADAN
SERTIFIKASI MANAJEMEN RESIKO
mendefinisikan RESIKO sebagai:
“CHANCE OF A BAD OUTCOME”
(kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila
tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya)
7. JENIS RISISKO
Risiko dapat dibedakan atas dua kelompok
besar yaitu risiko yang sistematis
(systematicrisk), yaitu risiko yang diakibatkan
oleh adanya kondisi atau situasi tertentu yang
bersifat makro, seperti perubahan situasi
politik, perubahan kebijakan ekonomi
pemerintah, perubahn situasi pasar, situasi
krisis atau resesi, dan sebagainya yang
berdampak pada kondisi ekonomi secara
umum; dan Risiko yang tidak sistematis
(unsystematic risk) yaitu risiko yang unik, yang
melekat pada suatu perusahaan atau bisnis
tertentu saja
8. Macam-macam Risiko yang
dihadapi oleh Bank
1. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas pasar dimana risiko yang timbul karena bank
tidak mampu melakukan offsetting tertentu dengan harga
karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi
gangguan dipasar. Risiko likuiditas pendanaan dimana risiko
yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan assetnya
atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.
2. Risiko Pasar
Risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar,
seperti: suku bunga, nilai tukar, hargha equity dan harga
komoditas sehingga nilai portofolio/asset yang dimiliki bank
menurun.
3. Risiko Pembiayaan
Dimana risiko yang timbul akibat kegagalan (default) dari pihak
lain(nasabah/debitur) dalam memenuhi kewajibannya.
9. Lanjutan......
4. Risiko Operasional
Risiko akibat kurangnya sistem informasi
atau sistem pengawasan internal yang
akan menghasilkan kerugian yang tidak
diharapkan.
5. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan timbul sebagai akibat
tidak dipatuhinya atau tidak
dilaksanakannya peraturan-peraturan atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku atau
yang telah ditetapkan baik ketentuan
internal maupun eksternal.
10. Lanjutan ...
6. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah terkait dengan risiko bank yang
menanggung kerugian sebagai akibat adanya tuntutan
hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis.
Kelemahan ini diakibatkan antara lain oleh ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-
syarat syahnya kontrak dan pengikatan agunan yang
tidak sempurna.
7. Risiko Reputasi
Risiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya
persepsi negatif terhadap bank.
11. Lanjutan....
8. Risiko Strategik
Risiko yang timbul karena adanya
penetapan dan pelaksanaan strategi
usaha bank yang tidak tepat,
pengambilan keputusan bisnis yang
tidak tepat atau kurang responsifnya
bank terhadap perubahan-perubahan
eksternal
12. Risiko Terkait Produk
1) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis
Natural Certainty Countracts (NCC)
2) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis
Natural Uncertainty Countracts (NUC)
13. Risiko Terkait Produk
1) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis
Natural Certainty Countracts (NCC)
Yang dimaksud dengan analisis risiko
pembiayaan berbasis natural certainty
countracts (NCC) adalah mengidentifikasi dan
menganalisis dampak dari seluruh risiko
nasabah sehingga keputusan pembiayaan
yang diambil sudah memperhitungkan risiko
yang ada dari pembiayaan natural certainty
countracts, seperti murabahah, ijarah, ijarah
mutahia bit tamlik, salam dan istisna’
14. Penilaian risiko ini mencakup 2
(dua) aspek
1) Default risk (risiko kebangkrutan).
Yaitu Risiko yang terjadi pada First
Way Out
2) Recovery risk (risiko jaminan).
Yaitu Risiko yang terjadi pada
Second Way out
15. 1) Default risk (risiko
kebangkrutan).
Yakni risiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi oleh hal-hal
sebagai berikut:
Industry risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan
oleh hal-hal sebagai berikut:
karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan
riwayat eksposur pembiayaan yang bersangkutan dibank konvensional
dan pembiayaan yang bersangkutan dengan bank syariah, terutama
perkembangan non performing financing jenis usaha yang
bersangkutan.
Kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan (industry financial
standard).
Kondisi internal perusahaan nasabah, seperti manajemen, organisasi,
pemasaran, teknis produksi dan keuangan.
Aktion negatif lainnya yang mempengaruhi perusahan nasabah, seperti
kondisi group usaha, keadaan force manjeur, permasalahan hukum,
pemogokan, kewajiban off balance sheet (L/C impor, bank garansi)
market risk ,interest risk, scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan
kewajiban) dan restrukturisasi pembiayaan.
16. 2).Recovery risk (risiko
jaminan).
Yakni risiko yang terjadi pada second way out
yang dipengaruhi oleh hal-hal sebagai
berikut:
Kesempurnaan pengikatan jaminan.
Nilai jual kembali jaminan (marketability
jaminan).
Faktor negatif lainnya, misalnya tuntutan
hukum pihak lain atas jaminan, lamanya
transaksi ulang jaminan.
Kredibilitas penjamin (jika ada).
17. Default Risk akan menentukan Customer
Risk Rating (CRR, Rating Resiko
Nasabah)
Rating Score Tingkat Resiko
1=baik sekali 5 Very low risk
2=baik 4 Low risk
3=Cukup/Sedang 3 Moderate risk
4= kurang 2 High risk
5=buruk Sekali 1 Very high risk
18. Industri Rating diukur pada tingkat Nasional &
Ciri-ciri Umum Sebagai berikut
SCORE INDUSTRY RISK
RATING
CIRI CIRI UMUM
5 Very Low Risk Prospek permintaan sangat baik,struktur
industri sangat kuat, kinerja keuangan
dan kinerja pinjaman diatas rata-rata
industri
4 Low Risk Diatas rata-rata kinerja industri
3 Moderate Risk Rata-rata industri dengan Prospek
pertumbuhan yang memadai dan
mempunyai kemampuan keuangan yang
cukup untuk membayar kembali
pinjamannya
2 High risk Dibawah rata-rata kinerja Industri
1 Very high risk Industri berisiko untuk diberikan pinjaman
dengan Prospek dan kemampuan
keuangan yang meragukan
19. RISIKO TERKAIT
PEMBIAYAAN MURABAHAH
Pembiayaan Murabahah dengan jangka
waktu panjang menimbulkan risiko tidak
bersaingnya bagi hasil dana pihak ketiga
Risiko ini timbul Karena:
a. Kenaikan DCRM (Direct Competitor’s
Market rate)
b. Kenaikan ICRM (Indirect Competitor’s
Market rate)
c. Kenaikan ECRI (Expected Compeitive
Return For Investors)
20. Risiko Pembiayaan Murabahah
Oleh Karena itu Bank dapat menetapkan
jangka waktu maksimal untuk Pembiayaan
Murabahah dengan mempertimbangkan
Hal-hal sebagai berikut :
Tingkat Margin keuntungan saat ini dan
Prediksi perubahannya dimasa
mendatang yang berlaku dipasar
Perbankan Syariah (DCRM). Semakin
cepat Perubahan DCRM diperkirakan
akan terjadi, semakin pendek jangka
waktu maksimal pembiayaan.
21. Lanjutan......
Suku bunga kredit saat ini dan Prediksi
perubahannya dimasa mendatang
yang berlaku dipasar perbankan
konvensional (Indirect Competitor’s
Market rate- ICRM). Semakin Cepat
Perubahan ICRM diperkirakan akan
terjadi, semakin pendek jangka waktu
maksimal pembiayaan
22. Lanjutan.....
Ekspektasi Bagi hasil kepada Dana
Pihak Keiga yang Kompetitif di Pasar
Perbankan Syariah (Expected
Competitive Return For Investor-ECRI).
Semakin besar perubahan ECRI
diperkirakan akan terjadi semakin
pendek jangka waktu maksimal
Pembiayaan
23. Risiko Terkait Pembiayaan
Ijarah
Dalam Hal barang yang disewakan adalah
milik bank, timbul risiko tidak Produktifnya
aset Ijarah karena tidak adanya nasabah.
Hal ini merupakan business risk yang tidak
dapat dihindari.
Dalam hal barang yang disewakan bukan
milik bank, timbul risiko rusaknya barang
oleh nasabah diluar pemakaian normal.
Oleh karena itu, bank dapat menetapkan
kovenan ganti rugi kerusakan barang yang
tidak disebabkan oleh Pemakaian normal
24. Lanjutan......
Dalam hal Jasa tenaga kerja yang
disewa bank kemudian disewakan
kepada nasabah, timbul risiko tidak
Perform-nya pemberi jasa. Oleh karena
itu, bank dapat menetapkan kovenan
bahwa risiko tersebut merupakan
tanggung jawab nasabah karena
pemberi jasa dipilih sndiri oleh nasabah
25. Risiko Terkait IMBT
Risiko yang terkait dengan pembiayaan
IMBT terjadi ketika pembayaran dilakukan
dengan metode Balloon Payment, yakni
pembayaran angsuran dalam jumlah besar
diakhir periode. Dalam hal ini, timbul Risiko
ketidakmampuan nasabah untuk
membayarnya. Risiko tersebut dapat
diatasi dengan memperpanjang jangka
waktu sewa (Ijarah)
26. Risiko Terkait Pembiayaan
Salam & Istishna’
Belum Wujudnya barang yang menjadi objek
pembiayaan menimbulkan dua risiko, yakni:
a. Risiko gagal-serah barang (non-deliverable risk).
Risiko gagal-serah dapat diantisipasi bank dengan
menetapkan kovenan rasio kolateral 220%, yaitu
100% lebih tinggi daripada rasio Standart 120%
b. Risiko jatuhnya harga barang (price-drop risk).
Risiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan
menetapkan bahwa jenis pembiayaan ini hanya
dilakukan atas dasar kontrak/pesanan yang telah
ditentukan harganya
27. 2) Risiko Terkait Pembiayaan Berbasis
Natural Uncertainty Countracts (NUC)
Yang dimaksud dengan analisi Risiko
Terkait Pembiayaan Berbasis Natural
Uncertainty Countracts (NUC) adalah
mengidentifikasi dan menganalisis
dampak dari seluruh risiko nasabah
sehingga keputusan pembiayaan yang
diambil sudah memeperhitungkan risiko
yang ada dari pembiayaan berbasis
NUC, seperti mudharabah dan
musyarakah.
28. Penilaian risiko ini mencakup 3
(tiga) aspek
1. Businessrisk (risiko bisnis yang dibiayai)
yakni resiko yang terjadi pada First way
Out
2. Shrinking risk yaitu (risiko berkurangnya
nilai pembiayaan
Mudhorobah/Musyarakah), yakni risiko
yang terjadi pada Second Way Out
3. Character Risk (risiko karakter buruk
Mudhorib) yakni risiko yang terjadi pada
Third Way Out
29. a. Businessrisk (risiko bisnis
yang dibiayai)
Adalah risiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi
oleh :
Industri risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang
ditentukan oleh:
Karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan
Kinerja keuangan jenis uasaha yang bersangkutan (industry
financial standard)
Faktor negative lainnya yang mempengaruhi perusahaan
nasabah, seperti kondisi group usaha, keadaan force majeure,
permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet
(L/C impor, bank garansi), market risk (forex risk, interest risk,
scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan
restrukturisasi pembiayaan.
Shirinkingrisk (resiko berkurangnya nilai pembiayaan).Adalah
risiko yang terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh:
30. b. Shirinkingrisk
Shirinkingrisk (resiko berkurangnya nilai
pembiayaan).Adalah risiko yang terjadi
pada second way out yang dipengaruhi
oleh:
a) Unusual bisiness risk yaitu risiko bisnis
yang luar biasa yang ditentukan oleh :
Penurunan drastis tingkat penjualan bisnis
yang dibiayai
Penurunan drastis harga jual barang/jasa
dari bisnis yang dibiayai
Penurunan drastis harga barang/jasa dari
bisnis yang dibiayai
31. b. Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah
profit and loss sharing atau revenue sharing
Untuk jenis profit and loss sharing,
shirnking risk muncul bila terjadi loss
sharing yang harus ditanggung oleh
bank
Untuk jenis revenue sharing, shirnking
risk terjadi bila nasabah tidak mampu
menanggung biaya (nafaqah) yang
seharusnya ditanggung nasabah,
sehingga nasabah tidak mampu
melanjutkan usahanya.
32. c. Disaster risk
Yaitu keadaan force majeure yang
dampaknya sangat besar terhadap
bisnis nasabah yang dibiayai bank
33. Characterrisk (risiko karakter buruk mudharib) yaitu
risiko yang terjadi pada third way out yang
dipengaruhi oleh hal berikut:
a. Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis
yang dibiayai bank
b. Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati
sehingga nasabah dalam menjalankan bisnis
yang dibiayai bank tidak lagi sesuai dengan
kesepakatan
c. Pengelolaan intenal perusahaan, seperti
manajemen, organisasi, pemasaran, teknis
produksi, dan keuangan, yang tidak
dilakukan secara profesional sesuai dengan
standar pengelolaan yang disepakati antara
bank dan nasabah.
34. Resiko Characterrisk
Untuk mengatasi characterrisk, bank
menetapkan kovenan khusus pembiayaan
musyarakah dan mudharabah. Bila terjadi
kerugian yang disebabkan oleh character
risk, kerugian akan di bebankan kepada
nasabah. Untuk menjamin agar nasabah
mampu menanggung kerugian akibat risiko
tersebut, maka bank menetapkan adanya
jaminan (colleteral).
35. RESIKO TERKAIT
PEMBIAYAAN KORPORASI
Kompleksitas dan Volume Pembiayaan
korporasi menimbulkan risiko tambahan
selain yang terkait dengan Produk. Oleh
karena itu Analisisnya harus lebih
komprehensif. Analisis tersebut meliputi
:
1. Analisis sales cost, Profits, assets and
liabilities
2. Analisis cash Flow
36. Resiko Tambahan Yang Harus
Diantisipasi Antara Lain:
1. Risiko yang Timbul dari Perubahan
Kondisi Bisnis Nasabah setelah
Pencairan Pembiayaan
2. Risiko Yang Timbul dari Komitmen
Kapital yang berlebihan
3. Risiko Yang Timbul dari Lemahnya
Analisis Bank
37. Risiko yang Timbul dari Perubahan Kondisi Bisnis
Nasabah setelah Pencairan Pembiayaan
1. Over Trading (terjadi ketika nasabah
mengembangkan volume bisnis yang besar
dengan dukungan modal yang kecil)
2. Adverse Trading (Terjadi ketika nasabah
mengembangkan bisnisnya dengan mengambil
kebijakan mekakukan pengeluaran tetap (Fixed
Cost) yang besar setiap tahunnya serta bermain
dipasar yang volume penjualannya tidak stabil)
3. Liquidity Run ( Terjadi ketika nasabah
mengalami kesulitan likuiditas karena
kehilangan sumber pendapatan dan
peningkatan pengeluaran yang disebabkan
oleh alasan yang tidak terduga)
38. Risiko Yang Timbul dari Komitmen Kapital
yang berlebihan
Sebuah Perusahaan mungkin saja mengambil
komitmen kapital yang berlebihan dan
menandatangani kontrak untuk pengeluaran
berskala besar. Apabila tidak mampu untuk
menghargai komitmennya, bank dapat dipaksa untuk
dilikuidasi.
Bank maupun para Suplier pembiayaan
perdagangan seringkali tidak mampu untuk
mengontrol suatu pengeluaran yang berlebihan dari
sebuah Perusahaan. Namun Bank dapat mencoba
untuk memonitornya dengan melihat misalnya
neraca Perusahaan tersebut yang terakhir
dipublikasikan, dimana komitmen pengeluaran
kapital harus diungkap
39. Risiko Yang Timbul dari Lemahnya
Analisis Bank
Terdapat tiga macam risiko yang timbul
dari lemahnya analisis bank, yakni
sebagai berikut:
a) Analisis pembiayan yang keliru
b) Creativeaccounting
c) Karakter nasabah
40. Analisis pembiayan yang keliru
Analisis Pembiayaan yang keliru, dalam
konteks ini, terjadi bukan karena perubahan
kondisi nasabah yang tak terduga, akan tetapi
dikarenakan memang sejak awal nasabah
yang bersangkutan berisiko tinggi
Keputusan Pembiayaan bisa jadi adalah
keputusan yang tidak valid. Kesalahan dalam
pengambilan keputusan ini biasanya
bersumber dari informasi yang tersedia. Untuk
mengatasi Hal ini, bank Memerlukan staff
yang terlatih dan berpengalaman dalam
menyusun suatu pendekatan Pembiayaan
41. Creativeaccounting
Creativeaccounting merupakan istilah yang
digunakan menggambarkan penggunaan
kebiajakan akutansi perusahan yang
memberikan keterangan menyesatkan
tentang suatu laporan posisi keuangan
perusahaan.
Dalam kasus ini, keuntungan dapat dibuat
agar terlihat lebih besar, aset terlihat lebih
bernilai, dan kewajiban-kewajiban dapat
disembunyikan dari neraca keuangan
42. Karakter nasabah
Terkadang nasabah dapat memperdaya
bank dengan sengaja menciptakan
pembiayaan macet. Bank Perlu
waspada terhadap kemungkinan ini
dengan mencoba untuk membuat suatu
keputusan berdasarkan informasi
objektif tentang karakter nasabah