Dokumen tersebut membahas tentang ilmu pengetahuan, penelitian, dan kebenaran. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh melalui proses berpikir dan penelitian. Penelitian merupakan proses pencarian kebenaran secara teratur untuk menjawab masalah. Hasil akhir dari ilmu pengetahuan dan penelitian adalah kebenaran yang dapat diterima
1. Bab I. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu atau “sains” adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial, yang
berlaku umum dan sistematis. Karena ilmu berlaku umum, maka darinya dapat disimpulkan
pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada beberapa kaidah umum pula. Ilmu tidak lain dari
suatu pengetahuan yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematis menurut kaidah
umum.
A. Ilmu da Proses Berpikir
Duah buah definisi dari ilmu adalah sebagai berikut.
Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat
disimpulkan dalili-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah yang umum.
Ilmu ialah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta
menyeluruh dan sistematis.
Ilmu merupakan materi-materi alamiah serta memberikan suatu rasionalisasi sebagi hukum
alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan keterampilan observasi, percobaan
(eksperimentasi), klasifikasi, analisis serta membuat generalisasi.
Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari
suatu rasa sangsi akan sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian
tumbuh menjadi suatu masalah yang khas.
Bagaimana kira-kira proses yang terjadi ketika berpikir? Menurut Dewey (1933), proses
berpikir dari manusia normal mempunyai urutan berikut.
• Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat ataupun
dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba.
• Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan.
• Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau terori.
• Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan
mengumpulkan bukti-bukti (data).
• Menguatkan pembuktian tentang ide-ide diatas dan menyimpulkannya baik melalui
keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan.
Menurut Kelly (1930), proses berpikir menuruti langkah-langkah berikut.
2. • Timbul rasa sulit
• Rasa sulit tersebut didefinisikan
• Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada kepercayaan bahwa
pemecahan tersebut adalah benar
• Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental (percobaan)
• Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju pemecahan
secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit
• Memberikan suatu pandangan kedepan atau gambaran mental tentang situasi yang akan
datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat
Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahawa berpikir secara nalar
mempunyai duah buah kriteria penting, yaitu:
Ada unsur logis didalamnya
Ada unsur analitis didalamnya
B. Apa yang dimaksud dengan Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu, ada juga ahli yang
menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti
“kembali” dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research atau
riset adalah “ mencari kembali “.
Menurut Kamus Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati
dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip.
Menurut ilmuwan Hilway, penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga
diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
Whitney mengutip beberapa definisi tentang penelitian yang diturunkan dibawah ini.
Penelitian adalah pencarian atas suatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian
ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan
3. Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan
hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum
Penelitian adalah transformasi yang terkendalikan atau terarah dari situasi yang dikenal dalam
kenyataan-kenyataan yang ada padanya dan hubungannya, seperti mengubah unsur dari
situasi orisinal menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan
sebuah pemikiran kritis.
C. Ilmu, Penelitian dan Kebenaran
Menurut Almack, hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses.
Penelitian adalah proses sedangkan hasilnya adalah ilmu.
Akan tetapi, Whitney berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses,
sehingga ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari proses tersebut adalah
kebenaran. Whitney berkata” terdapat suatu kesamaan yang tinggi derajatnya antara konsep ilmu
dan penelitian. Keduanya adalah sama-sama proses.
Bagaimana pula hubungan antara berpikir, penelitian dan ilmu? Konsep berpikir, ilmu dan
penelitian juga sama. Berpikir seperti halnya dengan ilmu, juga merupakan proses untuk mencari
kebenaran. Proses berpikir adalah refleksi yang hati-hati dan teratur.
Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga hal, yaitu:
• Adanya koheren
• Adanya koresponden
• Pragmatis
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Dasar lain untuk mempercayai kebenaran adalah
sifat koresponden yang diprakasai oleh Betrand Russel, suatu pernyataan dianggap benar jika
materi pengetahuan yang terkandung dalam penyataan tersebut berhubungan atau mempunyai
korespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Kebenaran lain dipercaya karena adanya sifat pragmatis. Dengan perkataan lain, pernyataan
dipercayai benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis.
4. D. Kebenaran Non Ilmiah
Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah. Kadangkala kebenaran dapat
ditemukan melalui proses non ilmiah, seperti:
• Penemuan kebenaran secara kebetulan
• Penemuan kebenaran secara common sense ( akal sehat )
• Penemuan kebenaran melalui wahyu
• Penemuan kebenaran secara intuitif
• Penemuan kebenaran secara trial dan error
• Penemuan kebenaran melalui spekulasi
• Penemuan kebenaran karena kewibawaan
1. Penemuan kebenaran secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Allah. Misalnya, penemuan kristal
urease oleh Dr. J.S. Summers adalah secara kebetulan saja di tahun 1926. Pada suatu hari, Summers
sedang bekerja dengan ekstrak aceton. Karena ia ingin bermain tenis, maka ekstrak aceton tersebut
disimpannya di dalam kulkas dan ia bergegas pergi ke lapangan tenis. Keesokan harinya, ketika ia
ingin meneruskan percobaan dengan ekstrak aceton yang disimpannya di dalam kulkas, dilihatnya
tekah timbul kristal-kristal baru pada ekstrak aceton tersebut. Kemudian, ternyata bahwa kristal-
kristal tersebut adalah enzim urease yang amat berguna bagi manusia.
2. Penemuan dengan cara akal sehat ( common Sense )
Common sense merupakan serangkaian konsep atau bagan konsepsual yang memuaskan
untuk digunakan secara praktis. Misalnya, di abad ke 19, dengan akal sehat orang percaya bahwa
hukuman untuk anak didik merupakan alat utama dalam pendidikan. Kemudian, ternyata pendapat
tersebut tidak benar. Hasil penelitian dalam bidang psikologi dan pendidikan menyatakan bahwa
alat yang baik bagi pendidikan bukan hukuman, tetapi ganjaran.
3. Penemuan kebenaran secara wahyu
Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu merupakan kebenaran mutlak, jika wahyu
datangnya dari Allah melalui Rasul dan Nabi. Kebenaran yang diterima sebagai wahyu bukanlah
disebabkan oleh hasil usaha penalaran manusia secara aktif. Wahyu diturunkan Allah kepada Rasul
dan Nabi. Akan tetapi, kebenaran yang dibawakan melalui wahyu merupakan kebenaran yang asasi.
5. 4. Penemuan kebenaran secara inyuitif
Kebenaran dengan intuisi diperoleh secara cepat sekali melalui proses luar sadar, tanpa
menggunakan penalaran dan proses berpikir ataupun melalui suatu renungan. Kebenaran yang
diperoleh secara intuisi sukar dipercaya, karena kebenaran ini tidak menggunakan langkah yang
sistematis untuk memperolehnya.
5. Penemuan kebenaran melalui trial dan error
Bekerja secara trial dan error adalah melakukan sesuatu secara aktif dengan mengulang-ulang
pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan materi. Penemuan dengan trial
dan error memakan waktu yang lama, memerlukan biaya yang tinngi, dan selalu dalam keadaan
meraba-raba.
6. Penemuan kebenaran melalui spekulasi
Sedikit lebih tinggi tarafnya dari penemuan secara trial dan error. Jika dalam penemuan secara
trial dan error, peneliti tidak mempunyai panduan sama sekali, maka dalam penemuan dengan
spekulasi, seseotang dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun pertimbangan tersebut kurang
dipikirkan secara masak-masak, tetapi dikerjakan dalam suasana penuh rdengan resiko.
7. Penemuan kebenaran karena wibawa
Ada kalanya diterima karena dipengaruhi oleh kewibawaan seseorang. Pendapatan dari
seseorang ilmuwan yang berbobot tinggi ataupun yang mempunyai otorita dalam suatu bidang
ilmu dan mempunyai banyak pengalaman sering diterima begitu saja, tanpa perlu diuji kebenaran
tersebut terlebih dahulu. Kebenaran tersebut diterima karena wibawa saja.
E. Proposisi, Dalil, Teori dan Fakta
Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realita. Proposisi terbeut dapat diuji
kebenarannya. Dalam ilmu sosial, proposisi biasanya pernyataan antara dua atau lebih konsep.
Sebagai contoh lihatlah dua buah proposisi sebagai berikut :
• Tingkat modernitas suami istri adalah suatu faktor penentu perlaku kontrasepsi mereka
• Penerimaan kontrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi tentan nilai ekonomis anak
Kedua pernyataan diatas adalah proposisi. Proposisi tersebut menghubungkan dua faktor,
yaitu faktor penyebab dari faktor lainnya. Proposiis ini jika dirumuskan untuk diuji kebenarannya,
ia akan menjadi hipotesis. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang diterima secara sementara
untuk diuji kebenarannya.
6. Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis dalam gejala sosial
maupun natura yang ingin diteliti. Menurut Kerlinger, teori adalah sebuah set konsep atau
construct tang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proporsisi yang mengandung
suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasikan secara empiris. Fakta dapat menjadi ilmu,
dapat juga tidak. Fakta hanya diperoleh saja secara random, fakta tersebut tidak akan
menghasilkan ilmu. Sebaliknya, jika dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem serta
beberapa pokok-pokok pengurutan, maka fakta tersebut dapat menghasilkan ilmu.
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan jika ingin mengenal teori, adalah sebagai berikut:
Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri atas konstrak yang sudah didefiniskan secara
luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas pula.
Teori menjelaskan hubungan antar variabel atau antar konstrak sehingga pandangan yang
sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatan.
Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana yang
berhubungan dengan variabel mana.
Fakta ilmiah adalah produk dari pengamatan yang bukan random dan mempunyai arti. Dengan
kata lain, fakta harus relevan dengan teori, sehingga fakta dan teori tidak pernah bertentangan.
Teori adalah alat dari ilmu. Di lain pihak, teori juga merupakan alat penolong teori. Sebagai alat
dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai berikut:
• Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi terhadap
jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya.
• Teori memberikan rencana konsepsual, dengan rencana mana fenomena-fenomena yang
relevan disistematiskan, diklasifikasikan dan dihubung-hubungkan.
• Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem
generalisasi.
• Teori memberikan prediksi terhadap fakta.
• Teori memperjelas celah-celah di dalam pengetahuan kita.
a. Teori sebagai orientasi utama dari ilmu. Fungsi pertama dari teori adalah memberi batasan
terhadap ilmu dengan cara memperkecil jangkauan dari fakta yang akan dipelajari. Dengan
7. adanya teori, maka jenis fakta mana yang relevan dengan aspek tertentu dari fenomena dapat
dicari dan ditentukan.
b. Teori sebagai konsepsualisasi dan klasifikasi. Tugas dari ilmu juga mengembangkan sistem
kalsifikasi dan struktur konsep. Dalam pengembangan tersebut, ilmu memegang peranan
penting, karena konsep serta klasifikasi selalu berubah karena pentingnya suatu fenomena
berubah-ubah.
c. Teori meringkaskan fakta. Teori meringkaskan hasil penelitian. Dengan adanya teori,
generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan mudah.
d. Teori memprediksi fakta-fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori akan menghasilkan
uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformitas tersebut, maka dapat
dibuat prediksi terhadap fakta-fakta yang akan datang.
e. Teori memperjelas celah kosong. Karena meringkaskan fakta-fakta sekarang dan
memprediksikan fakta-fakta yang akan datang, yang belum diamati, maka teori dapat
memberikan petunjuk dan memperjelas daerah mana dalam khazanah ilmu pengetahuan yang
belum dieksplorasikan.
Fakta juga mempunyai peranan terhadap teori. Fakta berperan dan mempunyai interaksi yang
tetap dengan teori. Peranan fakta terhadap reori antara lain sebagai berikut :
• Fakta menolong memprakarsai teori
• Fakta memberi jalan dalam mengubah atau memformulasikan teori baru
• Fakta dapat membuat penolakan terhadap teori
• Fakta menukar fokus dan orientasi dari teori
• Fakta memperterang dan memberi definisi kembali terhadap teori
a. Fakta memprakarsai teori. Banyak fakta yang ditemui secara empiris menjurus kepada
penemuan teori baru. Memang fakta tidak secara langsung menghasilkan teori, tetapi
kumpulan dari fakta-fakta dapat dibuat suatu generalisasi utama yang berjenis-jenis
jumlahnya. Dengan menghubung-hubungkan generalisasi-generalisasi tersebut, maka bukan
tidak mungkin akan menghasilkan sebuah teori.
b. Fakta memformulasikan kembali teori yang ada. Fakta-fakta tidak semuanya menghasilkan
teori, tetapi fakta-fakta hasil pengamatan tersebut dapat membuat suatu teori lama untuk
dikembangkan.
8. c. Fakta dapat menolak teori. Jika banyak fakta yang diperoleh menunjukkan bahwa teori tidak
sesuai dengan fakta tersebut, maka teori tersebut tidak diformulasikan kembali, tetapi harus
ditolak.
d. Fakta mengubah orientasi teori. Fakta-fakta baru yang diperoleh ada kalanya baru sesuai
dengan teori, jika teori tersebut didefiniskan kembali. Fakta-fakta tersebut memperterang
teori dan mengajak seseorang untuk mengubah orientasi teori.
Dapat sisimpulkan bahwa teori memberikan kontribusi terhadap penelitian, antara lain,
dengan jalan:
Teori meningkatkan keberhasilan penelitian karena teori dapat menghubungkan penemuan-
penemuan yang tampaknya berbeda-beda ke dalam suatu keseluruhan serta memperjelas
proses-proses yang terjadi di dalamnya.
Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubungan-hubungan yang diamati dalam suatu
penelitian.
Makin banyak penelitian yang dituntun oleh teori, maka makin banyak pula kontribusi
penelitian yang secara langsung dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
Di lain pihak, penelitian juga memberikan kontribusi kepada teori. Penelitian dapat menguji
teori, dapat memperjelas konsep-konsep teori dan dapat pula menyarankan untuk mengadakan
reformulasi terhadap suatu teori ataupun mengembangkan teori lama.
Teori dalam ilmu sosial yang telah cukup berkembang sudah sampai ke taraf tertinggi dimana
teori tersebut dapat menghasilkan dedukasi untuk mengembangkan hipotesis. Hipotesis tersebut di
uji, dan jika hipotesis dapat dijelaskan oleh penelitian, maka penelitian tersebut telah memberikan
kontribusi dalam mengadakan verifikasi terhadap teori.
Penelitian juga dapat mengubah fokus teori dengan mengubah perhatian ke dalam area lain.
Hal ini dapat terjadi melalui penegmbangan prosedur baru dalam penelitian. Dengan adanya
prosedur dan teknik baru, bidang atau area penelitian dapat di ubah dari satu bidang ke bidang
lain.
Kontribusi timbal balik antara teori dan penelitian merupakan proses yang berketerusan.
Penelitian yang didasarkan atas pertimbangan teori dapat menghasilkan isu-isu teoritis yang baru.
Di lain pihak, adanya isu-isu teoritis yang baru tersebut menghendaki adanya penelitian lebih
lanjut. Proses tersebut akan terjadi terus-menerus.
9. Bab II. Peranan dan Jenis-Jenis Penelitian
A. Kegunaan dan Peranan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi
terhadap suatu set keadaan khusus. Keadan tersebut bisa saja dikontrol melalui percobaan
( eksperimen ) ataupun berdasarkan observasi tanpa kontrol.
Di negara-negara yang telah berkembang, apresiasi terhadap karya penelitian sudah begitu
melembaga dan penggunaan dana untuk keperluan penelitian tidak pernah dipertanyakan lagi
10. manfaatnya. Amerika Serikat, misalnya menggunakan 0,27% dari total pendapatan negara untuk
keperluan penelitian antara tahun 1940-1944, dan meningkat menjadi 1% ditahun 1953 dan naik
lagi menjadi 1,3% di tahun 1955.
Di negara-negara yang sedang berkembang, penelitian pertanian memegang peranan penting
sekali, yang meliputi aspek-aspek pemasaran, penerapan teknologi, alat-alat pertanian,
pengangkutan serta perangsang produksi. Dalam harga nyata 1971, pembiayaan untuk penelitian
pertanian di Asia mencapai US$ 646 Juta pada tahun 1974 dibandingkan dengan hanya US$ 70 juta
pada tahun 1951.
B. Jenis-Jenis Penelitian
Secara umum, penelitian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research)
dan penelitian terapan (applied research).
1. Penelitian Dasar (Basic Research)
Adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil
suatu aktivitas. Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis atau titik terapan.
Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam
serta hukum-hukumnya.
Charters menyatakan bahwa penelitian dasar terdiri ats halnya pemilihan sebuah masalah
khas dari sumber mana saja, dan secara hati-hati memecahkan masalah tersebut tanpa memikirkan
kehendak sosial atau ekonomi ataupun masyarakat. Contoh penelitian murni, misalnya penelitian
tentang gene, tentang nucleus, dan sebagainya.
2. Penelitian Terapan
Adalah penyelidikan yang hati-hati, sistematik dan terus-menerus terhadap suatu masalah
dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak
perlu sebagai satu penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada.
Peneliti yang mengerjakan penelitian dasar atau murni tidak mengharapkan hasil penelitiannya
digunakan secara praktika. Peneliti-peneliti terapanlah yang akan memerinci penemuan penelitian
dasar untuk keperluan praktis dalam bidang-bidang tertentu.
Penelitian terapan memilih masalah yang ada hubungannya dengan keinginan masyarakat
serta untuk memperbaiki praktik-praktik yang ada. Penelitian terapan harus dengan segera
mengumumkan hasil penelitiannya dalam waktu yang tepat supaya penemuan tersebut tidak
menjadi kadaluwarsa.
11. Charters yang disitir oleh Whitney memberikan 5 buah langkah dalam melaksanakan
penelitian terapan. 5 langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Sesuatu yang sedang diperlukan, dipelajari, dan diperiksa kelemahannya.
Satu dari kelemahan-kelemahan yang diperoleh, dipilih untuk penelitian.
Biasanya dilakukan pemecahan dalam laboratorium.
Kemudian dilakukan modifikasi sehingga penyelesaian dapat dilakukan untuk diterapkan.
Pemecahannya dipertahankan dan menempatkannya dalam suatu kesatuan sehingga ia
menjadi bagian yang permanen dari satu sistem.
C. Penelitian Ilmu Sosial Vs Ilmu Natura
Ilmu-ilmu sosial, seperti halnya dengan ilmu-ilmu natura merupakan suatu pengetahuan yang
bersifat umum, sistematik, dalam mana disimpulkan dalil-dalil tertentu dalam hubungan manusia
yang bersifat umum. Penelitian dalam ilmu sosial, seperti halnya dengan semua penelitian pada
umumnya, merupakan suatu proses yang terus-menerus kritis dan terorganisasi untuk
mengadakan analisis dan memberikan interpretasi terhadap fenomena sosial yang mempunyai
hubungan yang kait-mengait. Ilmu sosial, seperti hanya dengan ilmu natura, selalu dimulai dari satu
premis, bahwa semua gejala maupun keadaan, yang bagaimanapun sulitnya, akan dapat dipecahkan
dan diterangkan.
Penelitian-penelitian dalam ilmu sosial dapat dibedakan dengan penelitian dalam ilmu natura,
bukan saja karena fenomena-fenomena yang ditangani oleh si peneliti ilmu sosial lebih kompleks
dengan data yang tidak eksak, serta tidak dapat dikontrol, tetapi permasalahan dalam ilmu sosial
lebih banyak disebabkan oleh masalah orientasi yang sangat luas yang tidak dipunyai oleh ilmu
natura. Peneliti dalam ilmu natura merupakan pengamat yang imparsial di luar alam, meneliti
proses natura tersebut dan mencoba menyempitkan proses ke dalam hubungan umum yang
sederhana. Peneliti ilmu natura tidak mengharapkan alam, walupun si peneliti tersebut mengetahui
bahwa jika ia menegrti lebih baik tentang proses alam, manusia akan sanggup menggunakan alam
secara lebih baik. Sebaliknya, peneliti-peneliti ilmu sosial tidak dapat menjadikan dirinya sebagai
pengamat yang imparsial, ia tidak dapat meneliti dan memperoleh pandangan tentang proses sosial
itu sendiri. Peneliti-peneliti ilmu sosial berpendapat bahwa dalam batas-batas tertentu, proses
dalam masyarakat tidak kaku, tetapi fleksibel, dan dapat diubah.
Ilmu-ilmu natura mempunyai umur sudah lebih tua dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial,
sehingga pengalaman peneliti dengan ilmu natura sudah lebih mantap dan cukup terampil. Dengan
12. kelahirannya yang lebih awal, peneliti-peneliti ilmu natura telah mempunyai unit pengukur yang
lebih perfect dibandingkan dengan unit-unit pengukur yang digunakan dalam penelitian-penelitian
ilmu-ilmu sosial.
Masalah lain yang dihadapi penliti ilmu-ilmu sosial ialah ketidakmungkinan melakukan
eksperimentasi yang jelas terhadap fenome-fenemona sosial, dalam arti bahwa penelitian dalam
ilmu sosial tidak memungkinkan dilakukannya percobaan dengan replikasi serta kontrol yang
cukup terjamin ketepatannya. Dalam penelitian ilmu-ilmu natura, variabel-variabel serta
fenomena-fenomena dapat diatur dalam bentuk percobaan dan dapat dibandingkan dengan
variabel kontrol secara akurat. Akan tetapi, percobaan dengan kontrol dalam penelitian ilmu-ilmu
sosial telah diadakan modifikasi dengan dilakukan teknik pseudo kontrol dengan menggunakan
teknik regrasi dan adaptasi ilmu statistik sebagai alat analisis.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa peneliti-peneliti dalam ilmu-ilmu sosial selalu
mendapatkan dirinya berkecimpungan dalam masalah aktivitas ataupun melibatkan dirinya dalam
meneliti catatan aktivitas manusia, dan si peneliti bukan seorang pengamat yang imparsial, tetapi
pengamat yang berada dalam objek yang membuat proses dan fenomena sosial itu sendiri.
Variabel-variabel fenomena sosial sulit sekali diukur secara kuantitatif, dan si peneliti sosial tidak
dapat mengadakan perlakuan-perlakuan terhadap atribu-atribut yang sedang diteliti. Peneliti-
peneliti ilmu-ilmu sosial susah sekali mengadakan percobaan-percobaan dalam kerjanya, sehingga
pengelompokkan-pengelompokkan dengan perlakuan dan kontrol tidak mungkin dilakukan secara
cukup akurat.
D. Beberapa Sifat (Ciri) Khas Penelitian
Penelitian mempunyai beberapa ciri khas, oleh Crawford telah diberikan 9 buah kriteria
penting dari penelitian. Kesembilan kriteria itu adalah sebagai berikut :
Penelitian harus berkisar disekeliling masalah yang ingin dipecahkan
Penelitian sedikit-dikitnya harus mengandung unsur-unsur orisinalitas
Penelitian harus didasarkan pada pandangan “ ingin tahu “
Penelitian harus berdasarkan pada asumsi bahwa suatu fenomena mempunyai hukum dan
pengaturan (order)
Penelitian berkehendak untuk menemukan generalisasi atau dalil
Penelitian merupakan studi tentang sebab-akibat
13. Penelitian harus menggunakan pengukuran yang akurat
Penelitian harus menngunakan teknik yang secara sadar diketahui
E. Aktivitas Penelitian Tempo Dulu
Aktivitas bagaimanakah yang dapat digolongkan dalam kerja penelitian? Akan tetapi, marilah
secara kias kita melihat aktivitas-aktivitas dari ilmuwan tempo dulu melaksanakan kerja
penelitiannya.
1. Cara penelitian yang sistematik ( systematic inquiry ) yang dilakukan oleh Charles Darwin
dengan menggunakan prinsip Baconian. Aktivitas penelitiannya adalah secara induksi yang
terpencar. Dipelajarinya variasi-variasi dari hewan dan tumbuhan, dikumpulkannya fakta-
fakta, tetapi tanpa petunjuk hipotesis. Aktivitas begini rupa memakan waktu yang lama dan
biaya yang mahal, dan harus dilakukan oleh orang-orang yang genius seperti Darwin.
2. Aktivitas Chartersdalam studinya tentang kurikulum, bekerja sebagai berikut. Kegiatan serta
sifat-sifat yang diteliti, dianalisis untuk melihat kesulitan-kesulitan yang muncul. Area
kesulitan serta kebutuhan yang muncul sebagi suatu kesalahan diperiksa. Kemudian
kurikulum yang terorganisasi dicoba dan diperbaiki pada fakultas-fakultas, selanjutnya
dilakukan uji prognostik pada kantor-kantor dengan menggunakan sekretaris-sekretaris yang
disediakan.
3. Kilpatrick menekankan perlunya generalisasi. Dia sangat mementingkan konsep-konsep dan
hipotesis, yang mana menurut Kilpatrick, konsep dan penggunaan hipotesis merupakan tindak
yang filosofis. Di dalam mencari pemecahan terhadap masalah, hipotesis menentukan asumsi
dasar yang digunakan dalam semua kegiatan pemikiran reflektif yang digunakan.
4. T.L Kelly meneliti dengan cara-cara yang dapat dilaksanakan oleh orang-orang kurang genius.
Sejak permulaan ia telah merumuskan pemecahan tentatif terhadap masalah. Ia menggunakan
metode eksperimen dengan kontrol yang cermat. Jika hasil percobaan tidka cocok dengan
teori, maka pemecahan dicari lagi dengan cara lain, sehingga hasil yang memuaskan diperoleh.
Dari cara peneliti-peneliti tempo dulu melaksanakan penelitiannya, satu kesimpulan dapat
ditarik, yaitu semua mereka bekerja berdasarkan berpikir secara reflektif ala Dewey yang
tersohor itu.
F. Syarat Utama Untuk Berhasilnya Penelitian
14. Penelitian yang efektif tidak dapat terjadi seenaknya saja, tetapi harus didukung oleh faktor-
faktor penunjang serta sarana dan prasarana yang cukup. Disamping faktor peneliti sendiri, maka
faktor lingkungan sangat penting artinya dalam menunjang keberhasilan penelitian. Kita lihat
misalnya, penelitian yang direncanakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Filipina di Los Banos.
Sejak tahun 1940-1942, dan 1947-1959 telah dikerjakan 163 buah penelitian. Akan tetapi, antara
1942-1947 tidak ada satupun penelitian yang dikerjakan oleh fakultas tersebut. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
Atmosfir untuk penelitian tidak memungkinkan
Data penelitian sebelumnya teah berhilangan akibat Perang Dunia Ke-2
Perangsang untuk mengadakan penelitian menurun, karena kekurangan sarana penelitian,
kurangnya dana, tidak ada ketenangan jiwa serta kurang jaminan atas keselamatan diri dari
peneliti
Perhatian peneliti lebih banyak dicurahkan untuk mencari nafkah seari-hari untuk menambah
pendapatan, karena gaji tidak memadai
Somers memberikan beberapa syarat agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan lancar.
Syarat tersebut adalah sebagai berikut :
• Adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya penelitian untuk suatu negara ataupun
daerah
• Harus ada sarana dan pembiayaan yang cukup
• Hasil penelitian harus dengan segera ditetapkan
• Harus ada kebebasan dalam melakukan penelitian
• Peneliti harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan
1. Adanya Kesadaran Masyarakat
Masyarakat harus menyadari dan disadarkan tentang perlunya penelitian serta pentingnya
penelitian dalampembangunan. Peneliti tidak dapat bekerja dalam suasana hampa. Ilmuwan
menghendaki laboratorium, lapangan percobaan, alat-alat, bahan-bahan serta kesempatan
untuk mengikuti konferensi dan kegiatan ilmiah.
2. Harus Ada Pembiayaan yang Memadai
15. Untuk penelitian, diperlukan biaya. Biaya ini harus datang dari rakyat, pemerintah maupun
dari pihak swasta. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya penelitian, maka
dana untuk penelitian akan lebih mudah diperoleh. Biaya penelitian, secara relatif memang
mahal, tetapi biaya tersebut akan selalu dikembalikan dengan jumlah yang lebih besar dengan
berhasilnya penelitian.
3. Hasil Penelitian Harus Diterapkan
Penerapan hasil penelitian dengan segera merupakan suatu perangsang bagi si peneliti.
Banyak kejadian, hasil penelitian tidak dengan segera diterapkan, tetapi penemuan tersebut
hanya tinggal dalam laporan saja dan disimpan dalam arsip institut, tanpa diketahui oleh
masyarakat apa kiranya hasil penelitian tersebut.
4. Harus Ada Kebebasan dalam Meneliti
Penelitian akan berhasil baik, jika dalam meneliti terdapat kebebasan, walaupun kebebasan ini
tetap berada dalam batas-batas moral yang diterima masyarakat. Tiap peneliti harus bebas
memilih masalah serta bebas melapor hasil penelitiannya, tanpa ada tangan-tangan halus yang
akan menjurus atau mendikte penemuan tersebut untuk memuaskan keinginan sekelompok
orang saja.
5. Peneliti Harus Memenuhi Syarat
Faktor lain yang harus diperhatikan untuk mensukseskan penelitian adlah faktor si peneliti
sendiri sebagai the man behind the gun. Peneliti harus benar-benar ilmuwan yang berbobot.
Seorang peneliti harus menguasai ilmu dalam bidangnya dan harus mempunyai devosi dan
pengabdian yang tinggi dalam mengejar ilmu pengetahuan.
Kualifikasi peneliti harus didasarkan pada inteligensia, kekuatan bekerja serta sifat jujur dan
rajin. Whitney memberikan beberapa kriteria yang harus dipunyai oleh peneliti, yaitu sebagai
berikut :
a. Daya nalar. Seorang peneliti harus mempunyai daya nalar yang tinggi, yaitu adanya
kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif
maupun secara dedukatif.
b. Orisinalitas. Peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan harus kreatif. Peneliti harus
berlian, mempunyai inisiatif yang berencana serta harus subur dengan ide-ide yang
rasional dan menghindarkan ciplakan.
c. Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan
logis. Dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta-fakta.
16. d. Kewaspadaan. Seorang peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi atas sesuatu variabel atau suatu sifat fenomena.
e. Akurat. Seorang peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta tingkat perhitungan
yang akurat, tajam serta beraturan.
f. Konsentrasi. Seorang peneliti harus mempunyai kekuatan konsentrasi yang tinggi,
kemauan yang keras, serta tidak cepat muak.
g. Dapat bekerja sama. Peneliti harus mempunyai sifatkooperatif, dapat bekerja sama dengan
siapapun. Harus mempunyai keinginan untuk berteman secara intelektual, dan dapat
bekerja secara team-work.
h. Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat, baik jiwa maupun fisik. Peneliti harus stabil, sabar
dan penuh vitalitas.
i. Semangat. Kesehatan si peneliti harus ditunjang pula oleh adanya semangat untuk meneliti.
Peneliti harus mempunyai kreativitas serta hasrat yang tinggi.
j. Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelktual, mempunyai
moral yang tinggi, beriman dan dapat dipercaya.
Tingkat keterampilan dalam melaksanakan penelitian dapat dikategorikan atas 4 tingkat
( Boyce dan Evenson 1975 ), yaitu sebagai berikut :
1. Keterampilan Inventif ( Inventive Skill )
Keterampilan inventif merupakan sifat umum dari manusia. Seorang petani yang sederhana
dapat menemukan sesuatu dengan pengalaman. Keterampilan dinamakan keterampilan
inventif. Keterampilan jenis ini tidak memerlukan penataran ataupun training secara
formal.
2. Keterampilan Teknis-Engineering
Sarjana-sarjana lulusan universitas mempunyai keterampilan ini. Keterampilan ini adalah
hasil dari terapan dari text book untuk memecahkan masalah-masalah teknis yang
dihadapi. Secara umum, peneliti-peneliti di negara berkembang mempunyai keterampilan
jenis ini.
3. Keterampilan Teknis-Ilmiah
17. Keterampilan teknis-ilmiah biasanya diperoleh sesudah menamatkan program magister
pada perguruan tinggi. Keterampilan ini berkenis-jenis tingkatnya dan keterampilan yang
diperoleh dapat menguasai teknik dan cukup kemampuan ilmiah serta background teori
dalam mengadakan analisis.
4. Keterampilan Ilmiah-Konseptual
Dengan meningkatnya derajat keilmuwan seseorang dan semakin dekatnya seseorang
mencapai scientific frontier of knowledge yang cukup banyak, maka si peneliti telah
memperoleh keterampilan konsepsional. Skill ini dipunyai oleh peneliti yang cukup
berpengalaman dan oleh doktor-doktor filosofi.
18. Bab III. Metode Ilmiah
Manusia sebagai makhluk Allah Swt selalu menghadapi banyak tantangan. Kemajuan serta
eksistensi itu sendiri sangat bergantung kepada tekad manusia untuk menjawab tantangan dan
kesanggupan manusia untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam hidupnya. Penelitian
memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan baru
dalam memecahkan masalah. Penelitian akan menambah ragam pengetahuan lama dalam
memcahkan masalah.
Kerja memecahkan masalah akan sangat berbeda antara seorang ilmuwan dan seorang awam.
Seorang ilmuwan selalu menempatkan logika serta menghindarkan diri dari pertimbangan
subjektif. Sebaliknya, bagi orang awam, kerja memecahkan masalah dilandasi oleh campur
pandangan perorangan ataupun dengan apa yang dianggap masukan oleh orang banyak.
Dalam meneliti, seorang ilmuwan dapat saja mempunyai teknik, pendekatan ataupun cara
yang berbeda dengan seorang ilmuwan lainnya. Namun, kedua ilmuwan tersebut tetap mempunyai
satu falsafah yang sama dalam memecahkan masalah, yaitu menggunakan metode ilmuwan dalam
meneliti.
A. Apakah yang Dimaksud dengan Metode Ilmiah
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi
yang sistematis dari fakta-fakta, maka meotde ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang
fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Dengan adanya metode
ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab
severapa jauh, mengapa begitu, apakah benar dan sebagainya.
Menurut Almack, metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle berpebdapat bahwa metode
ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.
19. B. Kriteria Metode Ilmiah
Upaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Berdasarkan fakta
b. Bebas dari prasangka (bias)
c. Menngunakan prinsip-prinsip analisis
d. Menggunakan hipotesis
e. Menggunakan ukuran objektif
f. Menggunakan teknik kuantifikasi
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan
dan yang dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah menemukan atau
pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenisnya.
2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih, dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan
pembuktian yang objektif.
3. Menggunakan Prinsip Analisis
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang komleks, harus digunakan
prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan
menggunakan analisis yang logis.
4. Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisis. Hipotesis harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta mamdu jalan pikiran ke arah
tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat.
Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Objektif
20. Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak
boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat
secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk
atribut-atribut yang tidak dapat dikuabtifikasikan. Ukuran-ukuran seperti ton, mm per detik, ohm,
kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan
C. Langkah dalam Metode Ilmiah
Schluter memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah.
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan
3. Membangun sebauh bibliografi
4. Memformulasikan dan mendefiniskan masalah
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau
bukti, baik langsung ataupun tidak langsung
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar
dalam masalah
8. Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisis
12. Menganalisis data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki)
21. 15. Menulis laporan penelitian
Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah, Abelson memberikan langkah-langkah berikut :
1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat
2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus :
a. Nyatakan apa yang disarakan oleh judul
b. Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah
menurut kepentingan umum
c. Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi, situasi dan hal-hal
lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti
3. Pemecahan masalah. Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:
a. Analisis harus logis. Aturlah bukti dalam bentuk yang sistematis dan logis. Demikian
juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah
b. Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat
c. Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan
d. Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang
digunakan
e. Tunjukkan cara data dikelola sampai mempunyai arti dalam berbagai masalah
f. Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta hubungannya dalam berbagai fase
penelitian
4. Kesimpulan
a. Berikan kesimpulan dari hipotesis. Nyatakan dua atau tiga kesimpulan ynag mungkin
diperoleh
b. Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan beberapa implikasi dari produk hipotesis
dengan memberikan beberapa inferensi
5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan
masalah. Nyatakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi
yang mungkin ada manfaatnya sebagai model dalam memecahkan masalah.
22. Dari pedoman beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peneltiian dengan
menggunakan metode ilmiah sekuran-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Merumuskan serta Mendefinisikan Masalah
Langkah pertma dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk
menghilangkan keraguan-keraguan, masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sapai ke
mana luas masalah yang akan dipecahkan. Sebutkan beberapa kata kunci yang terdapat
dalam masalah.
2. Mengadakan Studi Kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia
yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan.kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat
dihindarkan oleh seorang peneliti. Ada kalanya, perumusan masalah dan studi kepustakaan
dapat dikerjakan secara bersamaan.
3. Memformulasikan Hipotsesis
Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya
dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka tiba saatnya peneliti memformulasikan
hipotesis-hipotesis untuk penelitian. Hipotesis tidak lain dari kesimpulan sementara
tentang hubungan sangkut-paut antar variabel fenomena dalam penelitian. Hipotesis
merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.
4. Menentukan Model untuk Menguji Hipotesis.
Setelah hipotesis-hipotesis ditetapkan, kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara
untuk menguji hipotesis tersebut. Pada ilmi-ilmu sosial yang telah lebih berkembang,
seperti ilmu ekonomi misalnya, pengujian hipotesis didasarkan pada kerangka analisis yang
telah ditetapkan.
5. Mengumpulkan Data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesis. Data tersebut yang merupakan fakta
yang digunakan untuk menguji hipotesis perlu dikumpulkan. Bergantung pada masalah
yang dipilih serta metode penelitian yang akan digunakan, teknik pengumpulan data akan
berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan misalnya, data diperoleh
dari plot-plot percobaan yang dibuat sendiri oleh peneliti.
6. Menyusun, Menganalisis, dan Memberikan Interpretasi
23. Setalah data terkumpul, peneliti menyusun data untuk mengadakan analisis. Sebelum
analsis dilakukan, data tersebut disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisis.
Penyusunan data dapat dalam bentuk tabel ataupun membuat coding untuk analisis dengan
komputer. Sesudah data dianalisis, maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap
data tersebut.