SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Hubungan Filsafat dan Agama
I. Pendahuluan
Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara berlawanan oleh
banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama bertolak dari
wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara agama banyak terkait dengan
pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah
sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena
agama kadang-kadang tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya.
Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan
kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan
filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan
pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya.
Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para
pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua
mainstream disiplin ini.
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan
filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan
agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian
filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat
berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat
mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Anselm1[1] dalam risalah filsafatnya yang berjudul "Proslogion" mengungkapkan
kalimat yang menarik berbunyi: Saya beriman supaya bisa mengetahui. Apabila kalimat ini kita
balik akan menjadi: jika saya tidak beriman, maka saya tak dapat mengetahui. Tak dapat
disangkal bahwa Anselm meyakini bahwa keimanan agama adalah sumber motivasi dan pemicu
yang kuat untuk mendorong seseorang melakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam
terhadap ajaran-ajaran doktrinal agama, lebih jauh, keimanan sebagai sumber inspirasi lahirnya
berbagai ilmu dan pengetahuan. Ini artinya terdapat hubungan yang tak bisa dipisahkan antara
filsafat dan agama.
Selain itu sebagian pemikir Islam juga memandang bahwa antara agama dan filsafat
terdapat keharmonisan. Sekitar abad ketiga dan keempat hijriah, filsafat di dunia Islam
mengalami perkembangan yang cukup pesat, Abu Yazid Balkhi, salah seorang filosof dan teolog
Islam, mengungkapkan hubungan antara agama dan filsafat, berkata, "Syariat (baca: agama)
adalah filsafat mayor dan filosof hakiki adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran syariat2.
Ia yakin bahwa filsafat merupakan ilmu dan obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan
segala penyakit kemanusiaan. Dari sana jelas bahwasanya antara filsafat terdapat keterkaitan satu
dengan yang lain.
II. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Filsafat
2. Pengertian Agama
3. Hubungan antara Filsafat dan Agama
III. Pembahasan
Sebagaimana dalam rumusan masalah di atas, maka dalam pembahasan ini akan dibahas
hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian Filsafat
Salah satu kebiasaan dunia pene-litian dan keilmuan, berfungsi bahwa penemuan konsep
tentang sesuatu berawal dari pengetahuan tentang satuan-satuan. Setiap satuan yang ditemukan
itu dipilah-pilah, dikelompokkan ber-dasarkan persamaan, perbedaan, ciri-ciri tertentu dan
sebagainya. Berdasarkan penemuan yang telah diverivi-kasi itulah orang merumuskan definisi
tentang sesuatu itu.
Jadi ada benarnya saat Muhammad Hatta dan Langeveld mengatakan "lebih baik
pengertian filsafat itu tidak dibica-rakan lebih dahulu. Jika orang telah banyak membaca filsafat
ia akan mengerti sendiri apa filsafat itu3[3]. Namun demikian definisi filsafat bukan berarti tidak
diperlukan. Bagi orang yang belajar filsafat definisi itu juga diperlu-kan, terutama untuk
memahami pemikiran orang lain.
Penggunaan kata filsafat pertama sekali adalah Pytagoras sebagai reaksi terhadap para
cendekiawan pada masa itu yang menama-kan dirinya orang bijaksana, orang arif atau orang
yang ahli ilmu pengetahuan. Dalam membantah pendapat orang-orang tersebut Pytagoras
mengatakan pengetahuan yang lengkap tidak akan tercapai oleh manusia4[4].
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani.. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata
majemuk dan berasal dari kata-kata (philia: Persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia:
kebijaksanaan). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi
yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip
dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut
"filsuf".
Semenjak semula telah terjadi perbedaan pendapat tentang asal kata filsafat. Ahmad
Tafsir umpamanya me-ngatakan filsafat adalah gabungan dari kata philein dan sophia. Menurut
Harun Nasution kedua kata tersebut setelah digabungkan menjadi philosophia dan diterjemah-
kan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti cinta hikmah atau kebijaksanaan. Sedangkan orang
Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya
dengan su-sunan kata bahasa Arab, yaitu falsafa dengan pola fa`lala. Dengan demikian kata
benda dari falsafa itu adalah falsafah atau filsaf5[5].
Dalam al-Quran kata filsafat tidak ada, yang ada hanya adalah kata hikmah. Pada
umumnya orang mema-hami antara hikmah dan kebijaksanaan itu sama, pada hal sesungguhnya
maksudnya berbeda. Harun Hadiwijono mengartikan kata philosophia dengan mencintai
kebijaksa-naan6[6], sedangkan Harun Nasution mengartikan dengan hikmah7[7]. Kebijaksanaan
biasanya diartikan dengan peng-ambilan keputusan berdasarkan suatu pertimbangan terten-tu
yang kadang-kadang berbeda dengan peraturan yang telah ditentukan. Adapun hikmah
sebenarnya diungkapkan pada sesuatu yang agung atau suatu peristiwa yang dahsyat atau berat.
Namun dalam konteks filsafat kata philosophia itu merupakan terjemahan dari love of wisdom.
Dari pengertian kebahasaan itu dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Tetapi pengertian itu belum memberikan pemahaman yang cukup, karena
maksudnya belum dipahami dengan baik. Pemahaman yang mendasar tentang filsafat diperoleh
melalui pengertian. Karena berbagai pandangan dalam melihat sesuatu menyebabkan pandangan
pemikir tentang filsafat juga berbeda. Oleh sebab itu, banyak orang mem-berikan pengertian
yang berbeda pula tentang filsafat.
Diantara tokoh yang memberikan definisi tentang filsafat diantaranya adalah: Immanuel
Kant (1724-1804 M) salah seorang filosof Jerman mengatakan filsafat adalah pengetahuan yang
men-jadi pokok pangkal pengetahuan yang tercakup di dalam-nya empat persoalan : yaitu Apa
yang dapat diketahui, Jawabnya : Metafisika. Apa yang seharusnya diketahui ? Jawabnya : etika.
Sampai di mana harapan kita ? Jawabnya :Agama. Apa manusia itu? Jawabnya Antropologi8[8]
Jujun S Suriasumantri mengatakan bahwa filsafat menelaah segala persoalan yang
mungkin dapat dipikirkan manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir, filsafat
mempermasalahkan hal-hal pokok, terjawab suatu per-soalan, filsafat mulai merambah
pertanyaan lain.9[9] Sedangkan Ir. Poedjawijatna mengatakan filsafat adalah ilmu yang berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka10[10].
Kattsoff mengemukakan bahwa filsafat, ialah ilmu pengetahuan yang dengan cahaya
kodrati akal budi mencari sebab-sebab yang pertama atau azas-azas yang tertinggi segala
sesuatu. Filsafat dengan kata lain merupakan ilmu pengetahuan tentang hal-hal pada sebab-
sebabnya yang pertama termasuk dalam ketertiban alam. Selain itu filsafat merupakan ukuran
pertama tentang nilai filsafat itu dan berakhir dengan kesimpulan yang jika dihubungkan kembali
dengan pengalaman hidup sehari-hari, serta peristiwa-peristiwanya menjadikan pengalaman-
pengalam-an serta peristiwa itu lebih bermakna yang menyebabkan kita lebih berhasil
menanganinya11[11].
Itulah di antara definisi yang dikemukakan oleh filosof. Perbedaan itu definisi itu
menimbulkan kesan bahwa perbedaan itu disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang
sosial, politik, ekonomi dan seba-gainya. Jika disadari, perbedaan pendapat itu adalah wajar
karena perkembangan ilmu pengetahuan menimbulkan berbagai spesialisasi ilmu yang
sesungguhnya terpecah dari filsafat pada umumnya dan selanjutnya muncullah filsafat khsus,
seperti filsafat politik, filsafat akhlak, filsafat agama dan sebagainya.
Dengan demikian diketahui betapa luasnya lapangan filsafat. Tetapi walaupun telah
terjadi berbagai pemikiran dalam filsafat yang berbentuk umum menjadi berbagai bidang filsafat
tertentu, ternyata ciri khas filsafat itu tidak hilang, yaitu pembahasan bersikap radikal, sistematis,
universal dan bebas. Dengan demikian dalam pembahasan ini semua prinsip itu memang
diperlukan dalam mengkaji berbagai hal tentang agama sehingga hasil itu disebut filsafat
agama.
2. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan
kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran
kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja religare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi lain menyebutkan bahwa kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang
berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam
kehidupan manusia12[12]. Dalam hal ini ternyata agama memang mempunyai sifat seperti itu.
Agama, selain bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi pola hidup manusia. Dick Hartoko
menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang meneliti hubungan antara manusia dengan
“Yang Kudus” dan hubungan itu direalisasikan dalam ibadat-ibadat.
Kata religi berasal dari bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca.
Agama me-mang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu
terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal dari religare yang
berarti mengikat. Ajaran-ajaan agama memang mem-punyai sifat mengikat bagi manusia13[13].
Seorang yang beragama tetap terikat dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan
oleh agama.
Selain itu dalam al-Quran terdapat kata din yang menunjukkan pengertian agama. Kata
din dengan akar katanya dal, ya dan nun diungkapkan dalam dua bentuk yaitu din dan dain. Al-
Quran menyebut kata din ada me-nunjukkan arti agama dan ada menunjukkan hari kiamat,
sedangkan kata dain diartikan dengan utang. Dalam tiga makna tersebut terdapat dua sisi yang
berlainan dalam tingkatan, martabat atau kedudukan. Yang pertama mempunyai kedudukan,
lebih tinggi, ditakuti dan disegani oleh yang kedua. Dalam agama, Tuhan adalah pihak pertama
yang mempunyai kekuasaan, kekuatan yang lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk
memberikan bantuan dan bagi manusia.
Semua ungkapan di atas menunjuk kepada pengerti-an agama secara etimologi. Namun
banyak pula di antara pemikir yang mencoba memberikan definisi agama. Dengan demikian
agama juga diberi definisi oleh berbagai pemikir dalam bentuk yang berbagai macam. Dengan
kata lain agama itu mempunyai berbagai pengertian. Dengan istilah yang sangat umum ada
orang yang mengatakan bahwa agama adalah peraturan tentang cara hidup di dunia ini14[14].
Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus,
menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus dan permohonan dan
membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu15[15]. Karena dalam definisi yang
dikemukakan di atas terlihat kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat
umum, Gazalba mengemukakan definisi agama Islam, yaitu: kepercayaan kepada Allah yang
direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk taqwa berdasarkan al-Quran dan
Sunnah16[16].
Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan agama yang diambil dari pengertian din al-
haq ialah sistem hidup yang diterima dan diridhai Allah ialah sistem yang hanya diciptakan
Allah sendiri dan atas dasar itu manusia tunduk dan patuh kepada-Nya. Sistem hidup itu
mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang
disyari`atkan Allah untuk manusia17[17].
Sehingga jika dilihat dengan seksama istilah-istilah itu ber-muara kepada satu fokus yang
disebut ikatan. Dalam agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
oleh setiap manusia, dan ikatan itu mem-punyai pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-
hari. Ikatan itu bukan muncul dari sesuatu yang umum, tetapi berasal dari kekuatan yang lebih
tinggi dari manusia. Setelah diketahui pengertian masing-masing dari agama dan filsafat, perlu
diketahui apa sebenarnya hubungan filsafat dan agama. Sehingga Harun Nasution
mengemukakan adanya filsafat agama yang memiliki pengertian berfikir tentang dasar-dasar
agama menurut logika yang bebas.
3. Hubungan Filsafat dan Agama
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan
yang berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara
manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas
bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mem-punyai ciri
sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.
Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir
perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat.
Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan
pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan
dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama
senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh
ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu
faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan
pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama,
dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran
ajaran agama.
Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai
pengertian yang berbeda sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar
kemungkinan objek dan lapangan pembicaraan fil-safat itu akan berbeda pula. Objek yang
dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan,
maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan. Sehingga dalam
hal ini hubungan filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat.
Agama adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan
demikian, agama menjadi objek materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga mempunyai objek
materia yaitu materi yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya.
Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek pisik dan aspek metefisik. Aspek
metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan
hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun
sebagai anggota masyarakat.
Kedua aspek ini (pisik dan metafisik) menjadi objek materia filsafat. Namun demikian
objek filsafat agama banyak ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek fisik. Aspek fisik
itu sebenarnya sudah menjadi pembahasan ilmu seperti ilmu sosiologi, psikologi, ilmu biologi
dan sebagainya. Ilmu dalam hal ini sudah memi-sahkan diri dari filsafat. Dengan demikian,
agama ternyata termasuk objek materia filsafat yang tidak dapat diteliti oleh sain. Objek materia
filsafat jelas lebih luas dari objek materi sain18[19]. Perbedaan itu sebenarnya disebabkan oleh
sifat penyelidikan. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini adalah penyelidikan yang
mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian yang terdalam. Yang menjadi penyelidikan
filsafat agama adalah aspek yang terdalam dari agama itu sendiri.
Sedangkan para tokoh Islam juga berpendapat adanya hubungan antara filsafat dan
agama. Abu Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata, "Filsafat dan
syariat (agama) senantiasa bersama, sebagaimana syariat dan filsafat terus sejalan, sesuai, dan
harmonis"19[20]. Abul Hasan 'Amiri, dalam pasal kelima kitab al-Amad 'ala al-Abad, juga
menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas mengatur segala sesuatu yang berada dalam
cakupannya, tetapi perlu diperhatikan bahwa kemampuan akal ini tidak lain adalah pemberian
dan kodrat Tuhan. Sebagaimana hukum alam meliputi dan mengatur alam ini, akal juga
mencakup alam jiwa dan berwenang mengarahkannya. Tuhan merupakan sumber kebenaran
yang meliputi secara kodrat segala sesuatu.
Cakupan kodrat adalah satu cakupan dimana Tuhan memberikan kepada suatu makhluk
apa-apa yang layak untuknya. Dengan ini, dapat kesimpulan bahwa alam natural secara esensial
berada dalam ruang lingkup hukum materi dan hukum materi juga secara substansial mengikuti
jiwa, dan jiwa berada di bawah urusan akal yang membawa pesan-pesan Tuhan20[21]. Hal itu
menunjukkan jika filsafat dan agama terdapat hubungan yang saling terkait satu dengan yang
lainnya.
Tidaklah terlalu asing orang mengatakan bahwa pembahasan filsafat terhadap agama
tidak menambah keyakinan atau tidak meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan. Ini bisa berarti
bahwa pembahasan agama secara filosofis tidak perlu dan usaha itu adalah sia-sia. Tetapi perlu
diingat bahwa pembahasan agama dengan kacamata filsafat bertujuan untuk menggali kebenaran
ajaran-ajaran agama tertentu atau paling tidak untuk mengemukakan bahwa hal-hal yang
diajarkan dalam agama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip logika21[22]. Sehingga dari
sanalah diketahui bahwa terdapat hubungan erat antara filsafat dan agama.
III. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Dari penjelasan uraian di atas tentang filsafat dan agama, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Pengertian filsafat sebagaimana mengutip yang disampaikan Ir. Poedjawijatna mengatakan
bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Artinya filsafat merupakan proses pencarian kebenaran yang
dilandaskan pada kemampuan akal.
b. Pengertian agama sebagai yang jelaskan oleh Sidi Gazalba bahwa agama ialah kepercayaan
kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus dan
permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
c. Hubungan filsafat dengan agama adalah saling terkait. Kaitan antara filsafat dan agama adalah
agama merupakan salah satu objek kajian filsafat dalam rangka memperoleh kebenaran yang
bersumber dari akal (logika).
2. Penutup
Demikian makalah ini disusun, tentu masih banyak kekurangannya. Untuk itu kritik dan
saran senantiasa penulis harapkan demi perbaikan penyusunan makalah-makalah yang lain di
masa mendatang. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua, khususnya pagi
penulis. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hayyan Tauhidi, al-Imta' wa al-Muânasah, jilid pertama, bagian kedua.
Abul Hasan 'Amiri, al-Amad 'ala al-Abad.
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai James, Bandung :
Rosdakarya, 1994.
H.A. Dardiri, Humaniora, Filsafat dan Logika, Jakarta : Rajawali Press, 1986.
Harun Hadiwijono, Sari-Seri Sejarah Filsafat Barat I, Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Harun Nasution, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1983.
------------------, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1979, cet. ke-1.
Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar
Harapan, 1995.
Kattsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, terjemahan dari Element of Philosophy, oleh
Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, terjemahan dari
Turuq al-Ta`lim al-Tarbiyah al-Islamiyyah, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, 1984-1985.
Sidi Gazalba, Ilmu Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, Jakarta : Bulan
Bintang, 1978.

More Related Content

What's hot

Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiHosyatul Aliyah
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiLtfltf
 
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuanpowerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuankikiismayanti
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamRohman Efendi
 
Makalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuMakalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuAbuy Thea
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaRisa Octaviani
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidRoisMansur
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaRobet Saputra
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)AldiwaPandu
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamNovita Widianingsih
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Alfis Khisoli
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologiM fazrul
 

What's hot (20)

Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
FILSAFAT PRA-SOCRATES
FILSAFAT PRA-SOCRATESFILSAFAT PRA-SOCRATES
FILSAFAT PRA-SOCRATES
 
Dimensi Aksiologis
Dimensi AksiologisDimensi Aksiologis
Dimensi Aksiologis
 
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuanpowerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
 
Metode studi islam
Metode studi islamMetode studi islam
Metode studi islam
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Makalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuMakalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmu
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Filsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - EpistemologiFilsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - Epistemologi
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 

Viewers also liked

Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 
Ilmu, filsafat dan teologi
Ilmu, filsafat dan teologiIlmu, filsafat dan teologi
Ilmu, filsafat dan teologiMuhammad Idris
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafatOperator Warnet Vast Raha
 
Cabang cabang filsafat dan dasar pengetahuan
Cabang cabang filsafat dan dasar pengetahuanCabang cabang filsafat dan dasar pengetahuan
Cabang cabang filsafat dan dasar pengetahuanzaidslide
 
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)iin_sainah
 
Manusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan HidupManusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan HidupVinda Syakira
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMAEman Syukur
 

Viewers also liked (10)

Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 
Powerpoint filsafat
Powerpoint filsafatPowerpoint filsafat
Powerpoint filsafat
 
Ilmu, filsafat dan teologi
Ilmu, filsafat dan teologiIlmu, filsafat dan teologi
Ilmu, filsafat dan teologi
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
 
Cabang cabang filsafat dan dasar pengetahuan
Cabang cabang filsafat dan dasar pengetahuanCabang cabang filsafat dan dasar pengetahuan
Cabang cabang filsafat dan dasar pengetahuan
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)
 
Manusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan HidupManusia dan Pandangan Hidup
Manusia dan Pandangan Hidup
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMA
 
Tugas makalah agama
Tugas makalah agamaTugas makalah agama
Tugas makalah agama
 

Similar to Hubungan Filsafat dan Agama

artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docxartikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docxWandaWanda37
 
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docxartikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docxWandaWanda37
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaRain Sualang
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxMetaFitriani1
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat norma 28
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Warnet Raha
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Warnet Raha
 
1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.docRiska Affriany
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcAyuRia4
 
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafatHubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafatHosiDianaAgustina
 

Similar to Hubungan Filsafat dan Agama (20)

artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docxartikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
 
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docxartikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
artikel ilmiah falsafah kesatuan ilmu Wanda Hamidah (5).docx
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowa
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
 
Filsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdfFilsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdf
 
Filsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdfFilsafat Dan Agama.pdf
Filsafat Dan Agama.pdf
 
Filsafat Dan Agama.docx
Filsafat Dan Agama.docxFilsafat Dan Agama.docx
Filsafat Dan Agama.docx
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Etika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafatEtika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafat
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
 
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafatHubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
Hubungan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat
 

Hubungan Filsafat dan Agama

  • 1. Hubungan Filsafat dan Agama I. Pendahuluan Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal, sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya. Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin ini. Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki. Anselm1[1] dalam risalah filsafatnya yang berjudul "Proslogion" mengungkapkan kalimat yang menarik berbunyi: Saya beriman supaya bisa mengetahui. Apabila kalimat ini kita balik akan menjadi: jika saya tidak beriman, maka saya tak dapat mengetahui. Tak dapat disangkal bahwa Anselm meyakini bahwa keimanan agama adalah sumber motivasi dan pemicu
  • 2. yang kuat untuk mendorong seseorang melakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam terhadap ajaran-ajaran doktrinal agama, lebih jauh, keimanan sebagai sumber inspirasi lahirnya berbagai ilmu dan pengetahuan. Ini artinya terdapat hubungan yang tak bisa dipisahkan antara filsafat dan agama. Selain itu sebagian pemikir Islam juga memandang bahwa antara agama dan filsafat terdapat keharmonisan. Sekitar abad ketiga dan keempat hijriah, filsafat di dunia Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat, Abu Yazid Balkhi, salah seorang filosof dan teolog Islam, mengungkapkan hubungan antara agama dan filsafat, berkata, "Syariat (baca: agama) adalah filsafat mayor dan filosof hakiki adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran syariat2. Ia yakin bahwa filsafat merupakan ilmu dan obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan segala penyakit kemanusiaan. Dari sana jelas bahwasanya antara filsafat terdapat keterkaitan satu dengan yang lain.
  • 3. II. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Pengertian Filsafat 2. Pengertian Agama 3. Hubungan antara Filsafat dan Agama
  • 4. III. Pembahasan Sebagaimana dalam rumusan masalah di atas, maka dalam pembahasan ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut: 1. Pengertian Filsafat Salah satu kebiasaan dunia pene-litian dan keilmuan, berfungsi bahwa penemuan konsep tentang sesuatu berawal dari pengetahuan tentang satuan-satuan. Setiap satuan yang ditemukan itu dipilah-pilah, dikelompokkan ber-dasarkan persamaan, perbedaan, ciri-ciri tertentu dan sebagainya. Berdasarkan penemuan yang telah diverivi-kasi itulah orang merumuskan definisi tentang sesuatu itu. Jadi ada benarnya saat Muhammad Hatta dan Langeveld mengatakan "lebih baik pengertian filsafat itu tidak dibica-rakan lebih dahulu. Jika orang telah banyak membaca filsafat ia akan mengerti sendiri apa filsafat itu3[3]. Namun demikian definisi filsafat bukan berarti tidak diperlukan. Bagi orang yang belajar filsafat definisi itu juga diperlu-kan, terutama untuk memahami pemikiran orang lain. Penggunaan kata filsafat pertama sekali adalah Pytagoras sebagai reaksi terhadap para cendekiawan pada masa itu yang menama-kan dirinya orang bijaksana, orang arif atau orang yang ahli ilmu pengetahuan. Dalam membantah pendapat orang-orang tersebut Pytagoras mengatakan pengetahuan yang lengkap tidak akan tercapai oleh manusia4[4]. Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani.. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia: Persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia: kebijaksanaan). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Semenjak semula telah terjadi perbedaan pendapat tentang asal kata filsafat. Ahmad Tafsir umpamanya me-ngatakan filsafat adalah gabungan dari kata philein dan sophia. Menurut
  • 5. Harun Nasution kedua kata tersebut setelah digabungkan menjadi philosophia dan diterjemah- kan ke dalam bahasa Indonesia dengan arti cinta hikmah atau kebijaksanaan. Sedangkan orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya dengan su-sunan kata bahasa Arab, yaitu falsafa dengan pola fa`lala. Dengan demikian kata benda dari falsafa itu adalah falsafah atau filsaf5[5]. Dalam al-Quran kata filsafat tidak ada, yang ada hanya adalah kata hikmah. Pada umumnya orang mema-hami antara hikmah dan kebijaksanaan itu sama, pada hal sesungguhnya maksudnya berbeda. Harun Hadiwijono mengartikan kata philosophia dengan mencintai kebijaksa-naan6[6], sedangkan Harun Nasution mengartikan dengan hikmah7[7]. Kebijaksanaan biasanya diartikan dengan peng-ambilan keputusan berdasarkan suatu pertimbangan terten-tu yang kadang-kadang berbeda dengan peraturan yang telah ditentukan. Adapun hikmah sebenarnya diungkapkan pada sesuatu yang agung atau suatu peristiwa yang dahsyat atau berat. Namun dalam konteks filsafat kata philosophia itu merupakan terjemahan dari love of wisdom. Dari pengertian kebahasaan itu dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan. Tetapi pengertian itu belum memberikan pemahaman yang cukup, karena maksudnya belum dipahami dengan baik. Pemahaman yang mendasar tentang filsafat diperoleh melalui pengertian. Karena berbagai pandangan dalam melihat sesuatu menyebabkan pandangan pemikir tentang filsafat juga berbeda. Oleh sebab itu, banyak orang mem-berikan pengertian yang berbeda pula tentang filsafat. Diantara tokoh yang memberikan definisi tentang filsafat diantaranya adalah: Immanuel Kant (1724-1804 M) salah seorang filosof Jerman mengatakan filsafat adalah pengetahuan yang men-jadi pokok pangkal pengetahuan yang tercakup di dalam-nya empat persoalan : yaitu Apa yang dapat diketahui, Jawabnya : Metafisika. Apa yang seharusnya diketahui ? Jawabnya : etika. Sampai di mana harapan kita ? Jawabnya :Agama. Apa manusia itu? Jawabnya Antropologi8[8] Jujun S Suriasumantri mengatakan bahwa filsafat menelaah segala persoalan yang mungkin dapat dipikirkan manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir, filsafat
  • 6. mempermasalahkan hal-hal pokok, terjawab suatu per-soalan, filsafat mulai merambah pertanyaan lain.9[9] Sedangkan Ir. Poedjawijatna mengatakan filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka10[10]. Kattsoff mengemukakan bahwa filsafat, ialah ilmu pengetahuan yang dengan cahaya kodrati akal budi mencari sebab-sebab yang pertama atau azas-azas yang tertinggi segala sesuatu. Filsafat dengan kata lain merupakan ilmu pengetahuan tentang hal-hal pada sebab- sebabnya yang pertama termasuk dalam ketertiban alam. Selain itu filsafat merupakan ukuran pertama tentang nilai filsafat itu dan berakhir dengan kesimpulan yang jika dihubungkan kembali dengan pengalaman hidup sehari-hari, serta peristiwa-peristiwanya menjadikan pengalaman- pengalam-an serta peristiwa itu lebih bermakna yang menyebabkan kita lebih berhasil menanganinya11[11]. Itulah di antara definisi yang dikemukakan oleh filosof. Perbedaan itu definisi itu menimbulkan kesan bahwa perbedaan itu disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang sosial, politik, ekonomi dan seba-gainya. Jika disadari, perbedaan pendapat itu adalah wajar karena perkembangan ilmu pengetahuan menimbulkan berbagai spesialisasi ilmu yang sesungguhnya terpecah dari filsafat pada umumnya dan selanjutnya muncullah filsafat khsus, seperti filsafat politik, filsafat akhlak, filsafat agama dan sebagainya. Dengan demikian diketahui betapa luasnya lapangan filsafat. Tetapi walaupun telah terjadi berbagai pemikiran dalam filsafat yang berbentuk umum menjadi berbagai bidang filsafat tertentu, ternyata ciri khas filsafat itu tidak hilang, yaitu pembahasan bersikap radikal, sistematis, universal dan bebas. Dengan demikian dalam pembahasan ini semua prinsip itu memang diperlukan dalam mengkaji berbagai hal tentang agama sehingga hasil itu disebut filsafat agama.
  • 7. 2. Pengertian Agama Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja religare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Definisi lain menyebutkan bahwa kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia12[12]. Dalam hal ini ternyata agama memang mempunyai sifat seperti itu. Agama, selain bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi pola hidup manusia. Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang meneliti hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu direalisasikan dalam ibadat-ibadat. Kata religi berasal dari bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca. Agama me-mang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaan agama memang mem-punyai sifat mengikat bagi manusia13[13]. Seorang yang beragama tetap terikat dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama. Selain itu dalam al-Quran terdapat kata din yang menunjukkan pengertian agama. Kata din dengan akar katanya dal, ya dan nun diungkapkan dalam dua bentuk yaitu din dan dain. Al- Quran menyebut kata din ada me-nunjukkan arti agama dan ada menunjukkan hari kiamat, sedangkan kata dain diartikan dengan utang. Dalam tiga makna tersebut terdapat dua sisi yang berlainan dalam tingkatan, martabat atau kedudukan. Yang pertama mempunyai kedudukan, lebih tinggi, ditakuti dan disegani oleh yang kedua. Dalam agama, Tuhan adalah pihak pertama yang mempunyai kekuasaan, kekuatan yang lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk memberikan bantuan dan bagi manusia.
  • 8. Semua ungkapan di atas menunjuk kepada pengerti-an agama secara etimologi. Namun banyak pula di antara pemikir yang mencoba memberikan definisi agama. Dengan demikian agama juga diberi definisi oleh berbagai pemikir dalam bentuk yang berbagai macam. Dengan kata lain agama itu mempunyai berbagai pengertian. Dengan istilah yang sangat umum ada orang yang mengatakan bahwa agama adalah peraturan tentang cara hidup di dunia ini14[14]. Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu15[15]. Karena dalam definisi yang dikemukakan di atas terlihat kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat umum, Gazalba mengemukakan definisi agama Islam, yaitu: kepercayaan kepada Allah yang direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk taqwa berdasarkan al-Quran dan Sunnah16[16]. Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan agama yang diambil dari pengertian din al- haq ialah sistem hidup yang diterima dan diridhai Allah ialah sistem yang hanya diciptakan Allah sendiri dan atas dasar itu manusia tunduk dan patuh kepada-Nya. Sistem hidup itu mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang disyari`atkan Allah untuk manusia17[17]. Sehingga jika dilihat dengan seksama istilah-istilah itu ber-muara kepada satu fokus yang disebut ikatan. Dalam agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap manusia, dan ikatan itu mem-punyai pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari- hari. Ikatan itu bukan muncul dari sesuatu yang umum, tetapi berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Setelah diketahui pengertian masing-masing dari agama dan filsafat, perlu diketahui apa sebenarnya hubungan filsafat dan agama. Sehingga Harun Nasution mengemukakan adanya filsafat agama yang memiliki pengertian berfikir tentang dasar-dasar agama menurut logika yang bebas.
  • 9. 3. Hubungan Filsafat dan Agama Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda, namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang sebenarnya itu mem-punyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat. Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya. Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama. Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikir-kan. Karena filsafat mempunyai pengertian yang berbeda sesuai dengan pandangan orang yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek dan lapangan pembicaraan fil-safat itu akan berbeda pula. Objek yang dipikirkan filosof adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, baik ada dalam kenyataan, maupun yang ada dalam fikiran dan bisa pula yang ada itu dalam kemungkinan. Sehingga dalam hal ini hubungan filsafat dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat. Agama adalah salah satu materi yang menjadi sasaran pembahasan filsafat. Dengan demikian, agama menjadi objek materia filsafat. Ilmu pengeta-huan juga mempunyai objek materia yaitu materi yang empiris, tetapi objek materia filsafat adalah bagian yang abstraknya. Dalam agama terdapat dua aspek yang berbeda yaitu aspek pisik dan aspek metefisik. Aspek metafisik adalah hal-hal yang berkaitan dengan yang gaib, seperti Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubungan manusia dengan-Nya, sedangkan aspek pisik adalah manusia sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat.
  • 10. Kedua aspek ini (pisik dan metafisik) menjadi objek materia filsafat. Namun demikian objek filsafat agama banyak ditujukan kepada aspek metafisik daripada aspek fisik. Aspek fisik itu sebenarnya sudah menjadi pembahasan ilmu seperti ilmu sosiologi, psikologi, ilmu biologi dan sebagainya. Ilmu dalam hal ini sudah memi-sahkan diri dari filsafat. Dengan demikian, agama ternyata termasuk objek materia filsafat yang tidak dapat diteliti oleh sain. Objek materia filsafat jelas lebih luas dari objek materi sain18[19]. Perbedaan itu sebenarnya disebabkan oleh sifat penyelidikan. Penyelidikan filsafat yang dimaksud di sini adalah penyelidikan yang mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian yang terdalam. Yang menjadi penyelidikan filsafat agama adalah aspek yang terdalam dari agama itu sendiri. Sedangkan para tokoh Islam juga berpendapat adanya hubungan antara filsafat dan agama. Abu Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata, "Filsafat dan syariat (agama) senantiasa bersama, sebagaimana syariat dan filsafat terus sejalan, sesuai, dan harmonis"19[20]. Abul Hasan 'Amiri, dalam pasal kelima kitab al-Amad 'ala al-Abad, juga menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas mengatur segala sesuatu yang berada dalam cakupannya, tetapi perlu diperhatikan bahwa kemampuan akal ini tidak lain adalah pemberian dan kodrat Tuhan. Sebagaimana hukum alam meliputi dan mengatur alam ini, akal juga mencakup alam jiwa dan berwenang mengarahkannya. Tuhan merupakan sumber kebenaran yang meliputi secara kodrat segala sesuatu. Cakupan kodrat adalah satu cakupan dimana Tuhan memberikan kepada suatu makhluk apa-apa yang layak untuknya. Dengan ini, dapat kesimpulan bahwa alam natural secara esensial berada dalam ruang lingkup hukum materi dan hukum materi juga secara substansial mengikuti jiwa, dan jiwa berada di bawah urusan akal yang membawa pesan-pesan Tuhan20[21]. Hal itu menunjukkan jika filsafat dan agama terdapat hubungan yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Tidaklah terlalu asing orang mengatakan bahwa pembahasan filsafat terhadap agama tidak menambah keyakinan atau tidak meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan. Ini bisa berarti bahwa pembahasan agama secara filosofis tidak perlu dan usaha itu adalah sia-sia. Tetapi perlu
  • 11. diingat bahwa pembahasan agama dengan kacamata filsafat bertujuan untuk menggali kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu atau paling tidak untuk mengemukakan bahwa hal-hal yang diajarkan dalam agama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip logika21[22]. Sehingga dari sanalah diketahui bahwa terdapat hubungan erat antara filsafat dan agama.
  • 12. III. Kesimpulan 1. Kesimpulan Dari penjelasan uraian di atas tentang filsafat dan agama, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pengertian filsafat sebagaimana mengutip yang disampaikan Ir. Poedjawijatna mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Artinya filsafat merupakan proses pencarian kebenaran yang dilandaskan pada kemampuan akal. b. Pengertian agama sebagai yang jelaskan oleh Sidi Gazalba bahwa agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu. c. Hubungan filsafat dengan agama adalah saling terkait. Kaitan antara filsafat dan agama adalah agama merupakan salah satu objek kajian filsafat dalam rangka memperoleh kebenaran yang bersumber dari akal (logika). 2. Penutup Demikian makalah ini disusun, tentu masih banyak kekurangannya. Untuk itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan demi perbaikan penyusunan makalah-makalah yang lain di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua, khususnya pagi penulis. Amien.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Abu Hayyan Tauhidi, al-Imta' wa al-Muânasah, jilid pertama, bagian kedua. Abul Hasan 'Amiri, al-Amad 'ala al-Abad. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai James, Bandung : Rosdakarya, 1994. H.A. Dardiri, Humaniora, Filsafat dan Logika, Jakarta : Rajawali Press, 1986. Harun Hadiwijono, Sari-Seri Sejarah Filsafat Barat I, Yogyakarta: Kanisius, 1991. Harun Nasution, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1983. ------------------, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1979, cet. ke-1. Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan, 1995. Kattsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, terjemahan dari Element of Philosophy, oleh Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992. Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, terjemahan dari Turuq al-Ta`lim al-Tarbiyah al-Islamiyyah, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984-1985. Sidi Gazalba, Ilmu Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1978.