Dokumen tersebut membahas tentang definisi wakaf menurut istilah syariah sebagai penahanan harta untuk dimanfaatkan kebaikan orang lain secara kekal, serta contoh-contoh harta benda yang dapat diwakafkan seperti tanah, bangunan, uang, dan kitab suci."
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Wakaf Untuk Semua
1.
2.
3. ❑ Kata wakaf berasal dari bahasa Arab, Waqf
yang berarti menahan, berhenti, atau diam.
Maksud dari menahan adalah untuk tidak
diperjualbelikan, dihadiahkan, atau diwariskan.
❑ Menurut istilah syar’i, wakaf adalah suatu
ungkapan yang mengandung penahanan harta
miliknya kepada orang lain atau lembaga
dengan cara menyerahkan suatu benda yang
kekal zatnya untuk diambil manfaatnya untuk
kebaikan.
6. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اٰذِإ
َٰ
اتٰ
م
َُ
ناٰ
سْنِْ
اْل
َ
ٰ
عٰطٰ
قْان
َ
ُهُلٰ
مٰ
ع
ََّ
ّلِإ
َْ
نِ
م
َ
ةٰث ٰ
َلٰث
َْ
نِ
م
َ
ٰقٰ
دٰ
ص
َ
ة
َ
ةٰيِ
راٰ
ج
َ
مْلِ
عٰ
و
َ
ُ
عٰ
فٰتْنُي
َ
ِ
هِب
َ
دٰلٰ
وٰ
و
َ
حِالٰ
ص
وُعْ
دٰي
َ
ُهٰل
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan,
atau do’a anak yang shalih.” [HR. Muslim no. 1631]
Yang dimaksud sedekah jariyah adalah amalan yang terus bersambung manfaatnya.
Seperti wakaf tetap (contoh: tanah), kitab, dan mushaf Al-Qur’an. Inilah alasannya
kenapa Ibnu Hajar Al-Asqalani memasukkan hadits ini dalam bahasan wakaf dalam
Bulughul Maram. Karena para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf.
7. 1. Undang-undang No. 41 Tahun 2004 – Tentang Wakaf
2. Peraturan Pemerintah No.42 th 2006 tentang Wakaf
3. Peraturan Badan Wakaf Indonesia BWI No. 2 Tahun 2010
Tentang Tata Cara Pendaftaran Nazhir Wakaf Uang
4. Peraturan BWI No. 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Dan Pengembangan Harta Benda Wakaf
5. Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Prosedur Penyusunan Rekomendasi terhadap Permohonan
Penukaran Perubahan Status Harta Benda Wakaf
6. Peraturan BWI No. 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pengelolaan Dan Pengembangan Harta Benda Wakaf
8.
9.
10. 1. Wakif (orang yang mewakafkan)
2. Mauquf bih (harta yang akan diwakafkan)
3. Mauquf ‘Alaih (pihak yang diberi wakaf)
4. Shighat atau pernyataan sebagai ikrar wakif untuk
kehendak mewakafkan sebagian harta bendanya
demi kepentingan orang banyak
5. Nazhir (orang yang akan bertanggung jawab
mengelola harta wakaf)
11. 1. Pemberi Wakaf/Hibah adalah seorang yang merdeka bukan
budak. Pemberian yang dilakukan oleh seorang budak itu
tidak sah. Karena dia dan semua miliknya adalah milik
tuannya. Imam Ibnu Qudâmah rahimahullah berkata,
“Seorang hamba sahaya tidak boleh memberi hibah kecuali
dengan izin tuannya, karena dia adalah milik tuannya.
Diperbolehkan bagi sang budak menerima hibah tanpa izin
tuannya.” (al-Mughni 8/256).
2. Pemberi adalah seorang yang berakal dan tidak sedang
dilikuidasi (al-hajr) karena kurang akal atau gila.
3. Pemberi telah mencapai usia baligh.
4. Pemberi adalah pemilik sah barang yang dihibahkan
(diberikan).
[diringkas dari al-Fiqhul Muyassar, hlm 297-298 dan lihat lebih lengkap pada Badâ’i ash-Shanâ’i 6/118; al-Qawânîn
al-Fiqhiyah hlm 315; Mughni al-Muhtâj 2/397; al-Mughni 4/
12. Tidak terdapat persyaratan tertentu bagi
pihak yang akan menerima wakaf/hibah,
sehingga bisa saja diberikan kepada
siapapun dengan beberapa pengecualian
sebagai berikut:
Bila wakaf/hibah terhadap anak di bawah umur atau
orang yang tidak waras akal pikirannya, maka harus
diserahkan kepada wali atau pengampu yang sah dari
mereka.
13. 1.Barangnya jelas
2.Barang yang diwakafkan ada
manfaatnya
3.Barang dimiliki sepenuhnya
4.Bisa dipastikan objeknya dari
objek lain
14. 1. Dalam wakaf dan hibah terdapat orang yang memberikan hartanya (yang disebut Wakif
dan Wahib), barang yang diberikan, dan orang yang menerimanya.
2. Apabila seseorang yang berwakaf telah mengatakan dengan tegas atau berbuat sesuatu
yang menunjukkan kepada adanya kehendak untuk mewakafkan hartanya atau
mengucapkan kata-kata, maka telah terjadi wakaf itu tanpa diperlukan penerimaan
(qabul) dari pihak lain. Sedangkan Hibah, selain adanya perkataan dan perbuatan yang
tegas dari wahib untuk menyerahkan barangnya (ijab) perlu ada pula penerimaan dari
penerima harta yang dihibahkan (qabul).
3. Benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki
daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam, sedangkan
benda atau harta hibah dapat berupa barang apa saja, baik yang hanya sekali pakai
maupun tahan lama.
4. Benda wakaf dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak sedangkan hibah bisa
diberikan kepada perorangan ataupun kelompok, baik untuk kepentingan komunitas atau
orang banyak.
5. Barang wakaf tidak bisa menjadi hak milik seseorang sedangkan barang yang dihibahkan
bisa menjadi hak milik seseorang.
15. Dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, harta benda wakaf terdiri dari
a. benda tidak bergerak, meliputi
1. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
2. bangunan atau bagian bangunan yang terdiri di atas sebagaimana dimaksud pada huruf 1;
3. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
4. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
5. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
b. benda bergerak adalah harta yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi
1. uang,
2. logam mulia,
3. surat berharga,
4. kendaraan,
5. hak atas kekayaan intelektual,
6. hak sewa, dan
7. benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku seperti mushaf buku dan kitab.
16. A. Berdasarkan Peruntukan;
1. (Wakaf ahli wakaf Dzurri/wakaf ’alal aulad) yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan
jaminan sosial dalam lingkungan keluarga, dan lingkungan kerabat sendiri.
2. Wakaf Khairi (kebajikan) adalah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama (keagamaan) atau
kemasyarakatan (kebajikan umum).
B. Berdasarkan waktu, ada dua macam wakaf;
1. Muabbad, yaitu yang diberikan untuk selamanya. Hak kepemilikan harta sepenuhnya diserahkan demi
kebaikan umat tanpa batas waktu.
2. Mu’aqqat, yaitu yang diberikan dalam jangka waktu tertentu. Biasanya jika wakif masih
mempertimbangkan hak ahli waris atau kebutuhan di masa depan harta diberikan dengan hak guna
dengan jangka waktu tertentu. Selama jangka waktu yang diberikan benda, tanah, atau uang harus
dimanfaatkan untuk mendapat nilai tambah untuk kepentingan sosial.
C. Wakaf Berdasarkan Penggunaan Objeknya;
1. Wakaf Dzati, adalah obyek wakaf yang bermanfaat bagi pelayanan masyarakat dan bisa digunakan
secara langsung, contohnya pondok pesantren, madrasah, dan rumah sakit.
2. Wakaf Istitsmaariy adalah objek wakaf yang ditujukan untuk penanaman modal dalam produksi
barang-barang dan pelayanan yang dibolehkan syara’ dalam bentuk apapun, kemudian hasilnya
diwakafkan sesuai keinginan wakif.
17. Dalam perwakafan, secara umum berikut ini adalah tata caranya.
1. Wakif atau pewakaf (perorangan ataupun badan hukum) menghadap nadzir (pihak
penerima) di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). PPAIW adalah
pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Kementerian Agama untuk membuat Akta
Ikrar Wakaf (AIW).
2. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nadzir di hadapan PPAIW dengan
membawa dua orang sebagai saksi.
3. Ikrar dapat dinyatakan secara lisan atau tulisan, serta dituangkan dalam AIW oleh
PPAIW.
4. PPAIW menyampaikan AIW kepada Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia
(BWI) untuk dimuat dalam register umum wakaf pada BWI.
5. Wakif wajib membawa dokumen sah dan asli atas harta atau aset yang ingin
diwakafkan, contohnya sertifikat tanah, akta tanah, dan lain-lain serta surat
pernyataan yang menyatakan bahwa tanah atau bangunan tersebut dalam keadaan
tuntas dan bebas dari sengketa atau ikatan. Lengkapi dokumen tersebut dengan
identitas diri yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.