3. “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “’Tahukah kalian
apa itu ghibah?’ Lalu sahabat berkata: ‘Allah dan rasulNya yang lebih
tahu’. Rasulullah bersabda: ‘Engkau menyebut saudaramu tentang
apa yang dia benci’. Beliau ditanya: ‘Bagaimana pendapatmu jika
apa yang aku katakan benar tentang saudaraku?’ Rasulullah
bersabda: ‘jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu
maka sungguh engkau telah ghibah tentang saudaramu dan jika
yang engkau katakan yang sebaliknya maka engkau telah
menyebutkan kedustaan tentang saudaramu.’”
(HR. Muslim no. 2589)
4.
5. َّالظ َنِم اًثيرَك ا ْوُبِنَتْاج ا ْوُنَمآ َْنيِذَّال اََُّيَأ اَي
َ
ل َو ۖ ٌمثِإ ِنَّالظ َضْعَب َّنِإ ِن
ُيَأ ۚ اًضْعَب ُمُكُضْعَب ْبَتْغَي َ
ل َو ا ْوُسَّسَجَت
ْي ِخَأ َمْحَل َلُكأَي ْنَأ مُكُدَحَأ ُّب ِح
اًتْيَم ِه
اوَت َ َّ
اَّلل َّنِإ ۚ َ َّ
اَّلل ا ْوُقَّتا َو ۚ ُه ْوُمُتْه ِ
رَكَف
ٌمحيَر ٌب
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka.
Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari
kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing
sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa
jijik. Bertakwalah kalian pada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hujurat : 12)
6. اَذَك َو اَذَك َةَّيِفَص ْنِم َكُبْسَح
.
ًة َْري ِ
صَق ْيِنْعَت ٍدَّدَسُم ُْريَغ َلاَق
.
َلاَقَف
:
ْحَبْال ِاءَمِب ْتَج ِ
زُم ْوَل ًةَمِلَك ِتْلُق ْدَقَل
ُهْتَجَزَمَل ِ
ر
.
“Wahai Rasulullah, cukuplah menjadi bukti bagimu kalau ternyata Shafiyah itu memiliki sifat
demikian dan demikian.” Salah seorang periwayat hadits menjelaskan maksud ucapan ‘Aisyah,
yaitu bahwa Shafiyah itu orangnya pendek. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sungguh engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang seandainya
dicelupkan ke dalam lautan maka niscaya akan merubahnya”.
Hadits ini dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Dawud.
7.
8. Mengingat bahwa semua amalan akan dicatat
termasuk ucapan
ٌقيبَر ِهيَدَل لِإ ٍلوَق نِم ُظِفلَي ما
ٌدتيَع
“Tiada suatu ucapan apapun yang diucapkan melaikan ada didekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir.” (QS. Qaf : 18)
9. Mengingat ‘aib sendiri yang lebih
seharusnya diperhatikan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
الجذل وينسى ،أخيه أعين في القذاة أحدكم يبصر
-
الجذع أو
–
نفسه عين في
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya,
tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.”
(Az-Zuhd war Raqaiq Ibnul Mubarak, 211)
10. Anggap diri kita lebih rendah dari orang lain
‘Abdullah Al Muzani mengatakan,
من ير فَو الصالح والعمل باإليمان هذا سبقني قد فقل منك أكبر كان فإن ،فانظر اإلسالم أهل من أحد على ًالفض لك بأن إبليس لك عرض إن
،ي
منك أكبر إل اإلسالم أهل من ًاأحد ترى ل فإنك ،مني خير فَو العقوبة واستوجبت والذنوب بالمعاصي هذا سبقت قد فقل منك أصغر كان وإن
أو
منك أصغر
.
“Jika iblis memberikan was-was kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah. Jika ada orang
lain yang lebih tua darimu maka seharusnya engkau katakan: “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal shalih
dariku maka ia lebih baik dariku.” Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu maka seharusnya engkau katakan, “Aku telah
lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka ia sebenarnya lebih
baik dariku.” Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda
darimu”.
(Hilyatul Auliya, 2/226)
11.
12.
13. Ghibah yang dibolehkan
Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang.
Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat orang
yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar.
Meminta Fatwa
Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya hafalan
seorang perawi hadits.
Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat atau
bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.
Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya seperti menyebutnya si
buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik.
Syarh Shahih Muslim 16: 124-125