Dokumen tersebut membahas tanggung jawab sosial perusahaan dengan menggunakan studi kasus produk obat nyamuk HIT yang mengandung zat berbahaya yang merugikan konsumen. Dokumen ini juga membahas pandangan Milton Friedman bahwa tanggung jawab sosial perusahaan hanya untuk memaksimalkan keuntungan, serta membedakan tanggung jawab ekonomis dan sosial perusahaan.
1. BAB 9
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
A. Studi Kasus
Saat ini banyak sekali produk obat anti nyamuk yang beredar di Indonesia.
Obat anti nyamuk yang berguna menghilangkan nyamuk yang menggigit kita, salah
satu contohnya ialah obat nyamuk bermerek HIT.
Produk HIT dianggap merupakan anti nyamuk yang efektif dan murah untuk
menjauhkan nyamuk dari kita. Tetapi, ternyata murahnya harga tersebut juga
membawa dampak negatif bagi konsumen HIT. Telah ditemukan zat kimia berbahaya
di dalam kandungan kimia HIT yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya,
yaitu Propoxur dan Diklorvos. 2 zat ini berakibat buruk bagi manusia, antara lain
keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap
sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung. Obat anti-nyamuk HIT yang
dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi
ulang). Departemen Pertanian juga telah mengeluarkan larangan penggunaan
Diklorvos untuk pestisida dalam rumah tangga sejak awal 2004 (sumber : Republika
Online). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari
Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006.
Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan
muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat
anti-nyamuk HIT.
2. B. Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral Perusahaan
Perusahaan mempunyai tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum
ia memiliki status legal. Karena merupakan badan hukum, perusahaan mempunyai
banyak hak dan kewajiban legal seperti, menuntut pengadilan, dituntut di pengadilan,
mempunyai milik, mengadakan kontrak, dan lain – lain. Seperti subyek hukum yang
biasa, perusahaan pun harus menaati peraturan hukum dan harus memenuhi
hukumannya, bila terjadi pelanggaran. Intinya, perusahaan mempunyai tanggung
jawab legal. Didalam studi kasus obat nyamuk HIT, mempunyai tanggung jawab legal
yaitu dituntut di Pengadilan karena telah ditemukan zat kimia berbahaya di dalam
kandungan kimia HIT yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya, yaitu
Propoxur dan Diklorvos. Jadi pihak konsumen dapat menuntut pihak obat nyamuk
HIT dalam mempertanggung jawabkan produknya yang berbahaya.
Di sisi tanggung jawab legal juga terdapat tanggung jawab moral. Supaya
perusahaan mempunyai tanggung jawab moral, perusahaan harus berstatus moral atau
dengan kata lain perlu melakukan pelaku moral. Pelaku moral (moral agent) bisa
melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Untuk itu salah
satu syarat yang penting adalah memiliki kebebasan atau kesanggupan mengambil
keputusan bebas. Jadi, tidak ada konsekuensi untuk praktek bisnis. Sebab seandainya
perusahaan sendiri terlepas dari orang – orang yang bekerja di dalamnya tidak
merupakan pelaku moral dan karena itu tidak bisa memikul tanggung jawab moral,
namun pimpinan perusahaan tetap merupakan pelaku moral dan akibatnya memikul
tanggung jawab moral atas keputusan yang mereka ambil. Di dalam contoh studi
kasus terdapat bahwa jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur (produksi
HIT) sudah melanggar beberapa pasal, yaitu :
1. Pasal 4, hak konsumen adalah :
Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”
Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa”.
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya
tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya,
3. kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya
produksi HIT.
2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan”
PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk
mereka, dimana seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan pestisida,
harus dibiarkan selama setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
3. Pasal 8
Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar
yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”
Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran”
PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk HIT
tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang
tersebut. Seharusnya, produk HIT tersebut sudah ditarik dari peredaran agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya
walaupun sudah ada korban dari produknya.
4. Pasal 19 :
Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”
Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi”
Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus memberikan ganti rugi kepada
konsumen karena telah merugikan para konsumen
4. PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan yang sangat merugikan
dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang berdampak buruk
pada konsumen yang menggunakan produk mereka. Salah satu sumber mengatakan
bahwa meskipun perusahaan sudah melakukan permintaan maaf dan berjanji menarik
produknya, namun permintaan maaf itu hanyalah sebuah klise dan penarikan produk
tersebut seperti tidak di lakukan secara sungguh –sungguh karena produk tersebut
masih ada dipasaran. Pelanggaran tanggung jawab moral yang dilakukan oleh PT.
Megarsari Makmur yaitu Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan
peringatan kepada konsumennya mengenai kandungan yang ada pada produk mereka
yang sangat berbahaya untuk kesehatan dan perusahaan juga tidak memberi tahu
penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu ruangan disemprot oleh produk
itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru kemudian dapat dimasuki
/digunakan ruangan tersebut. Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan
pada dasarnya boleh dilakukan asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja
pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya lebih mementingkan keselamatan
konsumen yang menggunakan produknya karena dengan meletakkan keselamatan
konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen
terhadap produk itu sendiri.
C. Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan
terhadap masyarakat. Tanggung jawab sosial kepada : dirinya sendiri, kepada para
karyawan, kepada perusahaan lain dan seterusnya. Kita membicarakan tanggung
jawab sosial yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dimana
perusahaan menjalankan kegiatannya, entah masyarakat dalam arti sempit seperti
lingkungan disekitar sebuah pabrik atau masyarakat luas. Kita mulai dengan
mempelajari suatu pandangan cukup ekstrem tentang maksud dan peranan tanggung
jawab sosial perusahaan yang di kemukakan oleh ekonom besar dari Amerika Serikat,
Milton Friedman.
Milton Friedman (1912-) adalah profesor emeritus dari Universitas Chicago
dan pemenang nobel bagian ekonomi pada tahun 1976. Beliau telah menulis buku
5. dengan judul Capitalism and Freedom (1962) dan tulisan kecil yang berjudul The
Social responcibility of business is to increase its profit. Maksudnya ialah satu –
satunya tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan sampai
menjadi sebesar mungkin. Tanggung jawab ini diletakkan dalam tangan para manajer.
Selain itu perusahaan publik dimana kepemilikan terpisah dari manajemen. Para
manajer hanya menjalankan tugas yang dipercayakan kepada mereka oleh para
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Jadi, tanggung jawab sosial boleh saja
dijalankan oleh para manajer secara pribadi, seperti juga semua orang lain, tetapi
sebagai manajer perusahaan mereka mewakili para pemegang saham dan karena itu
tanggung jawab mereka adalah mengutamakan kepentingan mereka, yakni
memperoleh keuntungan sebanyak mungkin. Selain perusahaan peran penting
terdapat pada pemerintah yaitu memerangi kemiskinan, mengumpulkan pajak dan
memutuskan pemakaian uang pajak. Friedman menyimpulkan bahwa doktrin
tanggung jawab sosial dari bisnis merusak sistem ekonomi pasar bebas. Bahwa dalam
masyarakat bebas terdapat satu dan hanya satu tanggung jawab sosial untuk bisnis,
yakni memanfaatkan sumber dayanya dan melibatkan diri dalam kegiatan – kegiatan
yang bertujuan meningkatkan keuntungannya, selama hal itu sebatas aturan – aturan
main. Milton Friedman adalah pelopor utama dari neoliberalisme, aliran dalam
ekonomi yang ingin sedapat mungkin menerapkan pemikiran liberalisme klasik Adam
Smith dalam situasi abad ke 20. Baru dalam tahun 1980-an Friedman merasa
pandangannya diterima umum. Yang perlu ditolak dari pandangan Friedman adalah
tekanan berat sebelah pada posisi pemegang saham. Contoh yang diberikan untuk
menolak tanggung jawab sosial adalah :
Perusahaan tidak perlu membatalkan kenaikan harga produk demi
mencegah inflasi, menerima tenaga kerja baru.
Perusahaan tidak wajib mengeluarkan lebih banyak biaya untuk
mengurangi polusi daripada apa yang perlu demi kepentingan
perusahaan.
D. Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial
Bisnis selalu memiliki dua tanggung jawab yaitu tanggung jawab ekonomis
dan tanggung jawab sosial. Tetapi langsung perlu dicatat bahwa hal itu hanya berlaku
6. untuk sektor swasta. Dalam perusahaan negara BUMN. Contohnya transportasi kereta
api dianggap penting karena untuk masyarakat umum. Sehingga jasa ini harus terus
tersedia, walaupun dari segi ekonomis tidak menguntungkan. Kelangsungan usahanya
seluruh terletak dalam tangannya sendiri. Jika mengalami defisit untuk periode lama,
mau tidak mau perusahaan swasta harus tutup. Di sini lah letaknya tanggung jawab
ekonomis sebuah perusahaan. Ia harus berusaha agar kinerja ekonomisnya selalu baik.
Perusahaan yang sehat harus menghasilkan laba. Modal yang ditanamkan di dalamnya
harus diperoleh kembali dalam jangka waktu yang wajar, bersama dengan laba yang
wajar pula. Hal itu merupakan tanggung jawab ekonomis perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawabnya terhadap
masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan
perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi
ekonomis. Hal ini bisa terjadi dengan dua cara : positif dan negatif. Secara positif,
perusahaan bisa melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan
semata – mata dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau salah satu
kelompok di dalamnya. Contohnya adalah menyelnggarakan pelatihan keterampilan
untuk penganggur atau mendirikan panti asuhan untuk anak – anak yatim piatu.
Secara negatif, perusahaan bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan –
kegiatan tertentu, yang sebenarnya menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan
merugikan masyarakat atau sebagian masyarakat. Contoh dalam bidang lingkungan
hidup. Misalnya pabrik kertas, yang paling menguntungkan adalah membuang limbah
ke sungai. Secara ekonomis meringankan biaya tetapi akan merugikan banyak pihak.
Masyarakat sekitar tidak bisa menggunakan air karena tercemar. Tidak bisa
digunakan dalam rumah tangga, seperti mandi dan cuci pakaian juga para petani tidak
bisa memakai air untutk irigasi sawah. Ikan akan mati dan seluruh ekosistem akan
terganggu. Jika kita membedakan tanggung jawab sosial dalam arti positif dan
negatif, langsung menjadi jelas konsekuensinya dalam rangka etika. Selain
perusahaan yang berusaha ada juga usaha pemerintah dalam membantu pengusaha.
Seperti menawarkan fasilitas khusus, seperti kredit dengan syarat lunak atau
keringanan pajak.
7. E. Kinerja Sosial Perusahaan
Memang ada pengusaha – pengusaha besar yang memperoleh nama harumbukan saja
karena keberhasilan di bidang bisnis. Perusahaan yang sukses memiliki keterampilan
manajemen terbaik untuk membantu orang masyarakat yang membutuhkan secara
efisien. Pengusaha mempunyai tanggung jawab sosial dalam arti positif. Di indonesia,
perusahaan bisa menyalurkan melalui yayasan atau membangun yayasan. Salah satu
contohnya ialah yayasan Prasetya Mulya. Ada beberapa alasan mengapa bisnis
menyalurkan sebagian dari labanya kepada karya amal melalui yayasan independen.
Alasan pertama berkaitan dengan kenyataan bahwa perusahaan – perusahaan berstatus
publik. Di samping alasan finansial, seperti kemudahan pajak, alasan lain lagi bahwa
pimpinan perusahaan tidak bisa ikut campur dalam urusan yayasan independent agar
bantuan mereka menjadi lebih tulus. Selain itu amal bisa digunakan untuk
meningkatnkan citra perusahaan di mata masyrakat, baik masyarakat di dekat
pabriknya maupun masyrakat luas. Contohnya PT jamu sido muncul memberikan
tiket bus gratis bagi penjual jamu gendong untuk pulang mudik lebaran. Upaya untuk
meningkatkan citra atau karya amal disebut kinerja sosial perusahaan. Tidak kalah
pentingnya mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan
dengan masyarakat umum. Dan tidak boleh dilupakan bahwa citra baik itu dibentuk
dalam hubungan dengan semua stakeholders.
8. ETIKA BISNIS
KEWAJIBAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN
Dosen Pengampu :
Erman Denny Arfianto, S.E., M.M.
Eisha Lataruva, SE.,MM
Disusun Oleh :
Sopyan 12010110120015
Alifia Palokoto 12010110120062
Dito Surya Wijaya 12010110120130
Gilang Prasidya Jati 12010110130184
Yesica Yulian Adicondro 12010111130160
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012/2013