SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Download to read offline
Konsep Dasar PNF
Oleh
Sudaryanto, S.ST.Ft, M.Fis
Definisi PNF
• PNF adalah singkatan dari Proprioceptive
Neuromuscular Facilitation
• Proprioceptive = receptor yang memberikan informasi
tentang posisi dan gerakan
• Neuromuscular = otot dan saraf
• Facilitation = membuat menjadi lebih mudah
• Proprioceptive :
– Adalah receptor sensorik untuk deep sensasi
– Memberikan feedback terhadap cerebellum dan cortex
tentang tension otot, panjang otot dan posisi tubuh
– Informasi proprioceptive dapat diperoleh/dicapai melalui
kondisi-kondisi gravitasi dan informasi tactile, dimana dapat
diaplikasikan untuk memfasilitasi aktivitas neuromuscular
yang diperlukan
• Neuromuscular :
– Aktivitas neuromuscular yang diperlukan ditentukan oleh
situasi biomekanik dari setiap tugas, yaitu tugas spesifik dan
bergantung pada kondisi-kondisi lingkungan.
– Efisiensi sinaptik merupakan prasyarat untuk koordinasi
neuromuscular
• Facilitation
– Fasilitasi aktivitas sehari-hari merupakan tujuan akhir utama
dari terapi.
– Beberapa informasi yang diperlukan dapat diaplikasikan
untuk mencapai tujuan tersebut.
– Terapis harus menganalisis aktivitas yang perlu dipelajari
dan membentuk terapi yang sedekat mungkin dengan
aktivitas tersebut.
– Terapis perlu membantu pasien didalam mengembangkan
strategi gerakan yang paling efisien untuk menyempurnakan
tugas-tugas motorik
Riwayat PNF
• PNF pertama kali dikembangkan oleh Dr. Herman
Kabat pada tahun 1940.
• Dua tahun kemudian disebarkan oleh Margaret
(Maggie) Knot.
• Pada tahun 1946, Herman Kabat dan Maggie Knot
mengembangkan suatu Institute Washington.
• Pada tahun 1951, pertama kali diadakan PNF course di
Vallejo.
• Pada tahun 1952, mereka bekerja sama dengan
Dorothy Voss untuk memulai tour PNF course.
• Pada tahun 1956, pertama kali Maggie Knott dan
Voss mempublikasikan buku PNF.
• Kemudian, pada tahun 1985 dibentuk group
International PNF Instructor dan tahun 1990 terbentuk
IPNFA
Philosophy PNF
• Philosophy PNF terdiri atas :
– Positive approach
– Functional approach
– Mobilize reserve
– Whole person
– Motor control and learning
• Positive approach :
– Positive assessment dan pengobatan
– Memulai dengan suatu aktivitas yang pasien dapat lakukan
– Direct dan Indirect pengobatan
– No pain
• Functional approach :
– Pengobatan pada level struktural dan aktivitas 
berhubungan dengan penggunaan klasifikasi ICF
– Assessment dan Dx berorientasi pada fungsional
– Mengoptimalkan level fungsional pasien
• Mobilize reserves
– Meningkatkan kesadaran pasien akan potensial yang
dimiliki dan sumber yang ada.
– Intensif training – repetition dan variasi (perubahan posisi,
aktivitas dan lingkungan) serta partisipasi aktif pasien
sangat ditekankan dalam pengobatan (terapi).
– Supportive training-program (seperti home program,
keterlibatan keluarga)
• Whole person
– Whole person harus dipertimbangkan dalam assessment dan
treatment (direct and indirect)
– Faktor lingkungan dan personal (fisik, intelektual dan
emosional)
• Penggunaan motor learning dan prinsip motor control
– Belajar kembali aktivitas fungsional  ada 3 fase motor
learning :
• Tahap kognitif
• Tahap associative
• Tahap automatic
– Ada 4 tahap motor control :
• Mobilitas, adalah kemampuan untuk mengawali suatu gerakan atau
mencapai suatu posisi tubuh tertentu sampai dapat menyelesaikan
spesific goal.
• Mobilitas dapat terbatas ketika jaringannya menjadi kaku (stiff),
kelemahan otot, hilangnya koordinasi, hilangnya deep sensasi,
hilangnya kemampuan untuk merencanakan dan/atau
mengorganisir strategi gerakan, hilangnya kemampuan kognitif,
seperti agnosia dan apraxia atau jika nyeri muncul.
• Stabilitas, adalah kemampuan mengorganisir sesuai dengan
tuntutan dari tugas-tugasnya. Diperlukan aktivitas agonist dan
antagonist. Kontrol postural diorganisir secara sadar dan
dibutuhkan ketika bagian distal tubuh harus juga stabil dalam
gerakannya sehingga seringkali memerlukan kontrol eksentrik. Hal
ini juga diorganisir secara involunter.
• Kontrol mobilitas (mobilitas diatas stabilitas), adalah kemampuan
untuk menstabilisasi suatu bagian tubuh sementara bagian tubuh
lainnya bergerak. Sebagai contoh, lower trunk harus stabil ketika
bagian tubuh lainnya bergerak seperti upper trunk. Contoh lain,
ketika knee harus stabil selama midstance dengan mobilitas kaki
dan hip.
• Skill didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan tugas-
tugas manipulatif kearah distal dengan kondisi stabil pada bagian
tubuh proksimal. Otot-otot distal dikontrol secara kortikal pada
SSP dan otot-otot proksimal secara sub-kortikal pada SSP. Hal ini
yang mendasari istilah penggunaan refleks-refleks postural,
dimana kontrol postural ini diorganisir dalam pola feed-forward.
• PNF merupakan konsep pengobatan, dimana untuk
mempertahankan filosofi PNF maka prinsip2 tertentu
dibawah ini menjadi basic PNF, yaitu :
– PNF merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi; setiap
pengobatan diarahkan pada total human, bukan hanya pada
problem spesifik atau segmen tubuh.
– Berdasarkan pada potensial yang ada dari seluruh
kemampuan pasien, terapis akan selalu fokus pada
memobilisasi cadangan yang dimiliki pasien
– Pendekatan terapi selalu positive; memperkuat dan
menggunakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh pasien,
berdasarkan pada level fisik dan psikologis.
– Tujuan utama dari seluruh terapi adalah untuk membantu
pasien mencapai level fungsi yang tertinggi.
– Untuk mencapai level fungsi yang tertinggi, terapis harus
mengintegrasikan prinsip2 motor control dan motor
learning. Hal ini mencakup pengobatan/terapi pada level
body structures, level activity serta level participation
(ICF – WHO).
Prinsip dasar dan Prosedur
• Exteroceptor stimuli
– Tactile stimulation
– Visual stimulation
– Auditory stimulation
• Proprioceptor stimuli
– Resistance
– Traksi dan Aproksimasi
– Stretch
• Prosedure
– Body position dan mechanics
– Timing
– Pattern
– Irradiation dan Reinforcement
• Tactile stimulation :
– Berasal dari manual contact (lumbrical contact)
– Merangsang reseptor kulit dan reseptor tekanan lainnya
– Memberikan informasi ke pasien tentang arah gerakan
yang tepat
– Letakkan tekanan tangan pada arah berlawanan dengan
gerakan pada titik dari extremitas yang bergerak, sehingga
akan merangsang otot-otot synergis untuk memperkuat
gerakan
– Letakkan tekanan tangan pada suatu otot yang dapat
membantu kemampuan kontraksi otot.
– Manual contact pada trunk pasien dapat membantu
gerakan extremitas secara tidak langsung melalui fasilitasi
stabilisasi trunk
– Jika memungkinkan manual contact pada otot yang
bekerja.
– Maual contact dengan lumbrical grip :
• Tahanan 3 dimensi
• Traksi, tanpa nyeri tambahan
• Rotasi
• No stress, stimulation
• Auditory stimulation
– Berbentuk verbal command :
• Informasi yang jelas tentang apa yang dilakukan dan kapan
dilakukan
• Timing yang tepat antara perintah dan gerakan
• Volume control : memberikan pengaruh terhadap kontraksi otot
dan performa
– Suara keras : untuk kontraksi otot yang kuat
– Suara medium : beberapa usaha/kontraksi
– Suara halus/lembut : untuk relaksasi, penurunan nyeri
• Ada 3 tahap verbal command (perintah verbal)
– Preparasi (persiapan)
– Aksi
– Koreksi
• Perintah verbal harus sederhana dan pendek, jelas, dan detail
• Orientasi pada aktivitas atau tujuan akhir
• Berirama
• Visual stimulation
– Penglihatan
– Yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari :
• Effective visual process
• Visio-motor performance
– Prasyarat
• Persepsi, kognisi
• Motor planning, postural control
– Antara terapis dan pasien
– Antara pasien dan bagian extremitas yang diterapi
– Feedback dari sistem sensorik visual
– Kontak mata dapat membantu memastikan interaksi
kooperatif
– Kontrol postural yang terkontrol
– Menuntun gerakan tubuh
– Ambient vision vs Focal vision
• Resistance
– Fasilitasi kemampuan otot untuk berkontraksi
– Meningkatkan motor control
– Membantu pasien memperoleh kesadaran gerak dan arah
gerak
– Meningkatkan kekuatan otot
– Tipe kontraksi otot :
• Isotonik (dinamik) : konsentrik, eksentrik
• Isometrik (statik)
• Stabilizing isotonik : istilah PNF oleh beberapa instruktur
– Optimal resistance :
• Besarnya resistance yang diberikan selama aktivitas harus tepat
untuk kondisi pasien dan tujuan akhir yang berorientasi aktivitas
• Resistance PNF adalah manual resistance, harus diaplikasikan
untuk membuat aktivitas.
– Optimal resistance :
• Tension otot aktif yang dihasilkan oleh tahanan merupakan
fasilitasi proprioseptif yang paling efektif.
• Fasilitasi ini dapat menyebar dari proksimal ke distal dan dari
distal ke proksimal.
• Irradiasi dan Reinforcement
– Tahanan yang diaplikasikan dengan tepat dapat
menghasilkan irradiasi dan reinforcement.
– Irradiasi didefinisikan sebagai penyebaran respon
terhadap stimulasi.
– Respon ini dapat dilihat sebagai peningkatan fasilitasi
(kontraksi) atau inhibisi (relaksasi) pada otot-otot sinergis
dan pola gerakan.
– Reinforcement didefinisikan sebagai penguatan oleh
tambahan yang jelas/nyata dapat menjadi lebih kuat.
– Terapis dapat mengarahkan reinforcement pada otot-otot
lemah melalui besarnya tahanan yang diberikan pada otot-
otot yang kuat.
• Body Position dan Body Mechanic
– Johnson dan Saliba pertama kali mengembangkan body
position dan body mechanic dalam PNF.
– Kedua ahli tersebut telah mengobservasi bahwa kontrol
yang lebih efektif pada gerak pasien terjadi ketika terapis
berada segaris dengan gerakan yang diinginkan.
– Kedua ahli tersebut mengembangkan pedoman untuk body
position terapis sebagai berikut :
• Tubuh terapis harus segaris dengan gerakan atau gaya yang
diinginkan.
• Tahanan berasal dari tubuh terapis sementara kedua tangan dan
lengan tetap relatif relaks.
• Traksi dan Aproksimasi
– Traksi merupakan elongasi trunk atau extremitas.
• Traksi dan Aproksimasi
– Traksi merupakan elongasi trunk atau extremitas.
– Knott, Voss, dan ahli lainnya menjelaskan bahwa efek
terapeutik dari traksi dihasilkan oleh stimulasi pada
receptor-receptor sendi.
– Traksi juga berperan sebagai stretch sitmulus melalui
pemanjangan/elongasi otot.
– Aproksimasi merupakan kompresi pada trunk atau
extremitas.
– Menurut Knott dan Voss, kontraksi otot yang muncul
setelah aproksimasi diduga akibat stimulasi pada receptor
sendi.
– Pemberian aproksimasi yang bertahap dan lembut, dapat
membantu pengobatan pada nyeri hebat sendi dan sendi
unstabil.
• Stretch
– Respon terhadap stretch dari rantai otot yang diberikan
oleh terapis dapat menyebabkan stretch refleks atau hanya
stimulasi pada otot.
– Pemberian stretch pada otot hanya dilakukan ketika
terapis menginginkan fasilitasi aktivitas otot dinamik.
– Stretch stimulus terjadi ketika otot dipanjangkan.
– Stimulus tersebut dapat memfasilitasi pemanjangan otot,
otot-otot sinergis pada sendi yang sama, dan otot-otot
sinergis yang berhubungan.
– Refleks memiliki 2 bagian yaitu : 1) refleks spinal, dan 2)
respon stretch fungsional.
• Timing
– Timing merupakan serangkaian gerakan.
– Gerakan normal memerlukan serangkaian aktivitas yang
halus, dan gerakan yang terkoordinasi memerlukan timing
yang tepat dalam rangkaian gerakan.
– Gerakan fungsional memerlukan gerakan yang kontinyu
dan terkoordinasi sampai aktivitas atau tugas diselesaikan.
– Normal timing dari gerakan yang paling terkoordinasi dan
efisien adalah dari distal ke proksimal.
– Secara normal, timing dari aktivitas mulai dari distal ke
proksimal.
– Menggerakkan suatu ekstremitas/anggota gerak sangat
memerlukan stabilisasi pada bagian sentral tubuh.
– Stabilitas sentral dibutuhkan untuk menggerakkan
ekstremitas/anggota gerak.
• Timing
– Timing for emphasis melibatkan perubahan rangkaian
gerakan normal yang menekankan pada otot tertentu atau
aktivitas yang diiinginkan.
– Kabat menulis bahwa pencegahan gerakan dalam pola
sinergis yang kuat akan mengalihkan energi dari otot yang
berkontraksi kearah otot yang lemah.
– Perubahan timing ini dapat merangsang refleks
proprioceptive didalam otot melalui tahanan dan stretch.
– Terdapat 2 cara terapis mengubah normal timing untuk
tujuan terapeutik yaitu :
• Dengan cara mencegah seluruh pola gerakan kecuali satu segmen
yang dititikberatkan.
• Dengan cara kontraksi isometrik atau kontraksi yang
dipertahankan pada segmen yang kuat dalam suatu pola sementara
melatih otot yang lemah.
• Pola (Pattern)
– Pola fasilitasi dianggap sebagai salah satu prosedur dasar
PNF.
– Gerakan fungsional normal terdiri dari pola gerakan
massa pada anggota gerak dan otot-otot sinergis pada
trunk.
– Korteks motorik membangkitkan dan mengorganisasikan
pola gerakan ini.
– Teori Beevor’s menjelaskan bahwa otak tidak mengenal
otot tetapi gerakan  hal ini yang mendasari ide dari
kerja PNF yang menekankan pada fungsional atau massa
pola gerakan daripada aktivasi individual otot.
• Pola (Pattern)
– Pola PNF mengombinasikan gerakan dalam 3 bidang
yaitu :
• Bidang sagital : fleksi dan ekstensi
• Bidang coronal atau frontal : abduksi dan adduksi anggota gerak
atau lateral fleksi trunk.
• Bidang transversal : rotasi.
– Dalam konsep PNF dikenal dengan gerak “spiral dan
diagonal”.
– Stretch dan tahanan akan memperkuat efektifitas pola,
sebagaimana ditunjukkan dengan adanya peningkatan
aktivitas otot  menyebar kearah distal dan proksimal
dalam suatu pola dan dari satu pola ke pola gerak yang
berhubungan (irradiasi).
• Pola (Pattern)
– Komponen rotasi dari pola merupakan kunci terhadap
tahanan yang efektif  harus tahanan yang benar.
– Gerakan yang terjadi pada sendi proksimal dijadikan
nama dalam pola, seperti fleksi-adduksi-external rotasi
shoulder.
– Sendi-sendi proksimal dan distal saling berhubungan
dalam satu pola.
– Trunk dan anggota gerak dapat bekerja bersama-sama
membentuk sinergis yang sempurna.
– Groove dari pola adalah garis yang ditarik dari tangan
atau kaki (komponen distal) kearah proksimal (shoulder
atau hip) dimana anggota gerak akan bergerak melalui
ROMnya.
• Pola (Pattern)
– Untuk kepala dan leher, groove-nya ditarik dari sebuah
bidang yang melewati hidung, dagu, dan puncak kepala.
– Groove untuk upper trunk ditarik melalui ujung shoulder
dan untuk lower trunk ditarik melalui os hip.
– Karena trunk dan anggota gerak bekerja bersama-sama
maka groove-nya bisa saling menghubungkan atau
paralel.
– Tubuh terapis harus segaris dengan groove yang relevan
atau paralel dengan groove yang relevan.
– Normal timing untuk pola extremitas adalah :
• Bagian distal (tangan dan wrist atau kaki dan ankle) pertama kali
bergerak melalu ROM-nya dan dipertahankan posisi tersebut.
• Komponen lainnya bergerak secara halus dan bersamaan sehingga
hampir seluruh gerakan disempurnakan secara bersamaan.
• Pola (Pattern)
• Rotasi merupakan bagian integral dari gerakan dan ditahan dari
awal sampai akhir gerakan.
– Terapis dapat melakukan variasi pola dengan berbagai
cara, yaitu :
• Dengan mengubah aktivitas middle joint pola extremitas untuk
fungsi  Sebagai contoh, pola fleksi-abduksi-external rotasi
shoulder pertama kali dilakukan dengan elbow bergerak dari
ekstensi ke fleksi untuk aktivitas fungsional menyentuh kepala.
• Dengan mengubah aktivitas middle joint dalam pola extremitas
untuk efek otot-otot two-joint  Sebagai contoh, pola fleksi-
adduksi-external rotasi hip pertama kali dilakukan dengan knee
bergerak dari ekstensi ke fleksi.
• Dengan mengubah posisi pasien untuk mengubah efek gravitasi
 Sebagai contoh, pola ekstensi-abduksi-internal rotasi hip
dilakukan dalam posisi tidur miring sehingga otot abduktor dapat
bekerja melawan gravitasi.
• Pola (Pattern)
• Dengan mengubah posisi pasien untuk menghasilkan satu gerakan
fungsional yang besar  Sebagai contoh, beberapa pola upper
extremitas dilatih dalam posisi duduk dan dikombinasikan dengan
aktivitas fungsional seperti makan atau menyisir rambut.
• Dengan mengubah posisi pasien untuk penggunaan isyarat/sinyal
visual  Sebagai contoh, posisikan pasien dengan half-sitting
sehingga pasien dapat melihat kaki dan ankle ketika melakukan
latihan.
– Terapis dapat mengombinasikan beberapa pola dengan
berbagai cara.
– Para ahli menamakan kombinasi pola sesuai dengan
bagaimana gerakan dari anggota gerak (kedua lengan,
kedua tungkai, atau kedua-duanya) hubungannya dengan
setiap segmen lainnya :
• Unilateral : Satu lengan atau satu tungkai
• Pola (Pattern)
• Bilateral : Kedua lengan, kedua tungkai, atau kombinasi kedua
lengan atau tungkai :
– Symmetrical : Kedua anggota gerak bergerak dalam pola yang sama
(contoh, kedua anggota gerak bergerak dalam pola fleksi-abduksi).
– Asymmetrical : Kedua anggota gerak bergerak dalam pola yang
berlawanan (contoh, anggota gerak kanan bergerak dalam pola
fleksi-abduksi, sedangkan anggota gerak kiri bergerak dalam pola
fleksi-adduksi).
– Symmetrical reciprocal : kedua anggota gerak bergerak dalam
diagonal yang sama tetapi berlawanan arah (contoh, anggota gerak
kanan bergerak dalam pola fleksi-abduksi sedangkan anggota gerak
kiri dalam pola ekstensi-adduksi).
– Asymmetrical reciprocal : kedua anggota gerak bergerak dalam pola
yang berlawanan dan arah yang berlawanan (contoh, anggota gerak
kanan bergerak dalam pola fleksi-abduksi, sedangkan anggota gerak
kiri dalam pola ekstensi-abduksi).
PNF Dasar

More Related Content

What's hot

Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapyaditya romadhon
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisYanto Physio
 
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasDarwis Yang Terbuang
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAisyah NurHasanah
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTFitri Ardini Nuranisa
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndromesriyulianti19
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveStudent
 
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanYanto Physio
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2cokordawahyu
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)Yulvi Hasrianti
 
kasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsykasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsycutrahil
 

What's hot (20)

Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapy
 
Pengukuran rom
Pengukuran romPengukuran rom
Pengukuran rom
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvis
 
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndrome
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
 
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi Latihan
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Six minute walking test
Six minute walking testSix minute walking test
Six minute walking test
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
Hip joint
Hip jointHip joint
Hip joint
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Osteologi
OsteologiOsteologi
Osteologi
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
 
kasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsykasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsy
 

Similar to PNF Dasar

11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptxaditya romadhon
 
20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdf
20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdf20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdf
20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdfsardiantidwitirta
 
Bab 3 prinsip dalam menilai tahap kecergasan
Bab 3   prinsip dalam menilai tahap kecergasan Bab 3   prinsip dalam menilai tahap kecergasan
Bab 3 prinsip dalam menilai tahap kecergasan khairul azlan taib
 
SARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptx
SARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptxSARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptx
SARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptxJulfiana Mardatillah
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherUzlifati Jannatin Alfafa
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherUzlifati Jannatin Alfafa
 
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirVideoNewsID
 
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirVideoNewsID
 
Makalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifMakalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifKANDA IZUL
 
Elements in massage stroke effectiveness.pptx
Elements in massage stroke effectiveness.pptxElements in massage stroke effectiveness.pptx
Elements in massage stroke effectiveness.pptxFiezahIsmail
 
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdfmuarif5
 
Ceramah kesihatan gaya hidup sihat
Ceramah kesihatan gaya hidup sihatCeramah kesihatan gaya hidup sihat
Ceramah kesihatan gaya hidup sihatSafiah Sulaiman
 
10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptx
10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptx10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptx
10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptxEmiliaAnargya
 
4.4 rehabilitasi mll aktvt skn
4.4 rehabilitasi mll aktvt skn4.4 rehabilitasi mll aktvt skn
4.4 rehabilitasi mll aktvt sknVinnie Liong
 

Similar to PNF Dasar (20)

Bobat exc
Bobat exc Bobat exc
Bobat exc
 
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
 
Sap rom
Sap romSap rom
Sap rom
 
20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdf
20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdf20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdf
20_GAMBARAN PERKEMBANGAN OTAK PASCA STROKE.pdf
 
Bab 3 prinsip dalam menilai tahap kecergasan
Bab 3   prinsip dalam menilai tahap kecergasan Bab 3   prinsip dalam menilai tahap kecergasan
Bab 3 prinsip dalam menilai tahap kecergasan
 
Sport Massage Adit.pptx
Sport Massage Adit.pptxSport Massage Adit.pptx
Sport Massage Adit.pptx
 
kecergasan fizikal
kecergasan fizikalkecergasan fizikal
kecergasan fizikal
 
SARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptx
SARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptxSARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptx
SARJANA FISIOTERAPI - FISIOLOGI LATIHAN TEMU 1.pptx
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
 
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
 
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
 
Makalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifMakalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresif
 
Elements in massage stroke effectiveness.pptx
Elements in massage stroke effectiveness.pptxElements in massage stroke effectiveness.pptx
Elements in massage stroke effectiveness.pptx
 
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
 
Manajemen nyeri
Manajemen nyeriManajemen nyeri
Manajemen nyeri
 
Ceramah kesihatan gaya hidup sihat
Ceramah kesihatan gaya hidup sihatCeramah kesihatan gaya hidup sihat
Ceramah kesihatan gaya hidup sihat
 
Peralatan fisio terapi alamiah
Peralatan fisio terapi alamiahPeralatan fisio terapi alamiah
Peralatan fisio terapi alamiah
 
10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptx
10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptx10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptx
10. PEDIATRIC MASSAGE THERAPY.pptx
 
4.4 rehabilitasi mll aktvt skn
4.4 rehabilitasi mll aktvt skn4.4 rehabilitasi mll aktvt skn
4.4 rehabilitasi mll aktvt skn
 

More from Yanto Physio

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturYanto Physio
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikYanto Physio
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyYanto Physio
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganYanto Physio
 

More from Yanto Physio (8)

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
 
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
 

Recently uploaded

RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 

Recently uploaded (20)

RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 

PNF Dasar

  • 2. Definisi PNF • PNF adalah singkatan dari Proprioceptive Neuromuscular Facilitation • Proprioceptive = receptor yang memberikan informasi tentang posisi dan gerakan • Neuromuscular = otot dan saraf • Facilitation = membuat menjadi lebih mudah • Proprioceptive : – Adalah receptor sensorik untuk deep sensasi – Memberikan feedback terhadap cerebellum dan cortex tentang tension otot, panjang otot dan posisi tubuh
  • 3. – Informasi proprioceptive dapat diperoleh/dicapai melalui kondisi-kondisi gravitasi dan informasi tactile, dimana dapat diaplikasikan untuk memfasilitasi aktivitas neuromuscular yang diperlukan • Neuromuscular : – Aktivitas neuromuscular yang diperlukan ditentukan oleh situasi biomekanik dari setiap tugas, yaitu tugas spesifik dan bergantung pada kondisi-kondisi lingkungan. – Efisiensi sinaptik merupakan prasyarat untuk koordinasi neuromuscular • Facilitation – Fasilitasi aktivitas sehari-hari merupakan tujuan akhir utama dari terapi.
  • 4. – Beberapa informasi yang diperlukan dapat diaplikasikan untuk mencapai tujuan tersebut. – Terapis harus menganalisis aktivitas yang perlu dipelajari dan membentuk terapi yang sedekat mungkin dengan aktivitas tersebut. – Terapis perlu membantu pasien didalam mengembangkan strategi gerakan yang paling efisien untuk menyempurnakan tugas-tugas motorik
  • 5. Riwayat PNF • PNF pertama kali dikembangkan oleh Dr. Herman Kabat pada tahun 1940. • Dua tahun kemudian disebarkan oleh Margaret (Maggie) Knot. • Pada tahun 1946, Herman Kabat dan Maggie Knot mengembangkan suatu Institute Washington. • Pada tahun 1951, pertama kali diadakan PNF course di Vallejo. • Pada tahun 1952, mereka bekerja sama dengan Dorothy Voss untuk memulai tour PNF course.
  • 6. • Pada tahun 1956, pertama kali Maggie Knott dan Voss mempublikasikan buku PNF. • Kemudian, pada tahun 1985 dibentuk group International PNF Instructor dan tahun 1990 terbentuk IPNFA
  • 7. Philosophy PNF • Philosophy PNF terdiri atas : – Positive approach – Functional approach – Mobilize reserve – Whole person – Motor control and learning • Positive approach : – Positive assessment dan pengobatan – Memulai dengan suatu aktivitas yang pasien dapat lakukan – Direct dan Indirect pengobatan – No pain
  • 8. • Functional approach : – Pengobatan pada level struktural dan aktivitas  berhubungan dengan penggunaan klasifikasi ICF – Assessment dan Dx berorientasi pada fungsional – Mengoptimalkan level fungsional pasien • Mobilize reserves – Meningkatkan kesadaran pasien akan potensial yang dimiliki dan sumber yang ada. – Intensif training – repetition dan variasi (perubahan posisi, aktivitas dan lingkungan) serta partisipasi aktif pasien sangat ditekankan dalam pengobatan (terapi). – Supportive training-program (seperti home program, keterlibatan keluarga)
  • 9. • Whole person – Whole person harus dipertimbangkan dalam assessment dan treatment (direct and indirect) – Faktor lingkungan dan personal (fisik, intelektual dan emosional) • Penggunaan motor learning dan prinsip motor control – Belajar kembali aktivitas fungsional  ada 3 fase motor learning : • Tahap kognitif • Tahap associative • Tahap automatic – Ada 4 tahap motor control : • Mobilitas, adalah kemampuan untuk mengawali suatu gerakan atau mencapai suatu posisi tubuh tertentu sampai dapat menyelesaikan spesific goal.
  • 10. • Mobilitas dapat terbatas ketika jaringannya menjadi kaku (stiff), kelemahan otot, hilangnya koordinasi, hilangnya deep sensasi, hilangnya kemampuan untuk merencanakan dan/atau mengorganisir strategi gerakan, hilangnya kemampuan kognitif, seperti agnosia dan apraxia atau jika nyeri muncul. • Stabilitas, adalah kemampuan mengorganisir sesuai dengan tuntutan dari tugas-tugasnya. Diperlukan aktivitas agonist dan antagonist. Kontrol postural diorganisir secara sadar dan dibutuhkan ketika bagian distal tubuh harus juga stabil dalam gerakannya sehingga seringkali memerlukan kontrol eksentrik. Hal ini juga diorganisir secara involunter. • Kontrol mobilitas (mobilitas diatas stabilitas), adalah kemampuan untuk menstabilisasi suatu bagian tubuh sementara bagian tubuh lainnya bergerak. Sebagai contoh, lower trunk harus stabil ketika bagian tubuh lainnya bergerak seperti upper trunk. Contoh lain, ketika knee harus stabil selama midstance dengan mobilitas kaki dan hip.
  • 11. • Skill didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan tugas- tugas manipulatif kearah distal dengan kondisi stabil pada bagian tubuh proksimal. Otot-otot distal dikontrol secara kortikal pada SSP dan otot-otot proksimal secara sub-kortikal pada SSP. Hal ini yang mendasari istilah penggunaan refleks-refleks postural, dimana kontrol postural ini diorganisir dalam pola feed-forward. • PNF merupakan konsep pengobatan, dimana untuk mempertahankan filosofi PNF maka prinsip2 tertentu dibawah ini menjadi basic PNF, yaitu : – PNF merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi; setiap pengobatan diarahkan pada total human, bukan hanya pada problem spesifik atau segmen tubuh. – Berdasarkan pada potensial yang ada dari seluruh kemampuan pasien, terapis akan selalu fokus pada memobilisasi cadangan yang dimiliki pasien
  • 12. – Pendekatan terapi selalu positive; memperkuat dan menggunakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh pasien, berdasarkan pada level fisik dan psikologis. – Tujuan utama dari seluruh terapi adalah untuk membantu pasien mencapai level fungsi yang tertinggi. – Untuk mencapai level fungsi yang tertinggi, terapis harus mengintegrasikan prinsip2 motor control dan motor learning. Hal ini mencakup pengobatan/terapi pada level body structures, level activity serta level participation (ICF – WHO).
  • 13. Prinsip dasar dan Prosedur • Exteroceptor stimuli – Tactile stimulation – Visual stimulation – Auditory stimulation • Proprioceptor stimuli – Resistance – Traksi dan Aproksimasi – Stretch • Prosedure – Body position dan mechanics – Timing
  • 14. – Pattern – Irradiation dan Reinforcement • Tactile stimulation : – Berasal dari manual contact (lumbrical contact) – Merangsang reseptor kulit dan reseptor tekanan lainnya – Memberikan informasi ke pasien tentang arah gerakan yang tepat – Letakkan tekanan tangan pada arah berlawanan dengan gerakan pada titik dari extremitas yang bergerak, sehingga akan merangsang otot-otot synergis untuk memperkuat gerakan – Letakkan tekanan tangan pada suatu otot yang dapat membantu kemampuan kontraksi otot.
  • 15. – Manual contact pada trunk pasien dapat membantu gerakan extremitas secara tidak langsung melalui fasilitasi stabilisasi trunk – Jika memungkinkan manual contact pada otot yang bekerja. – Maual contact dengan lumbrical grip : • Tahanan 3 dimensi • Traksi, tanpa nyeri tambahan • Rotasi • No stress, stimulation • Auditory stimulation – Berbentuk verbal command : • Informasi yang jelas tentang apa yang dilakukan dan kapan dilakukan
  • 16. • Timing yang tepat antara perintah dan gerakan • Volume control : memberikan pengaruh terhadap kontraksi otot dan performa – Suara keras : untuk kontraksi otot yang kuat – Suara medium : beberapa usaha/kontraksi – Suara halus/lembut : untuk relaksasi, penurunan nyeri • Ada 3 tahap verbal command (perintah verbal) – Preparasi (persiapan) – Aksi – Koreksi • Perintah verbal harus sederhana dan pendek, jelas, dan detail • Orientasi pada aktivitas atau tujuan akhir • Berirama • Visual stimulation – Penglihatan
  • 17. – Yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari : • Effective visual process • Visio-motor performance – Prasyarat • Persepsi, kognisi • Motor planning, postural control – Antara terapis dan pasien – Antara pasien dan bagian extremitas yang diterapi – Feedback dari sistem sensorik visual – Kontak mata dapat membantu memastikan interaksi kooperatif – Kontrol postural yang terkontrol – Menuntun gerakan tubuh – Ambient vision vs Focal vision
  • 18. • Resistance – Fasilitasi kemampuan otot untuk berkontraksi – Meningkatkan motor control – Membantu pasien memperoleh kesadaran gerak dan arah gerak – Meningkatkan kekuatan otot – Tipe kontraksi otot : • Isotonik (dinamik) : konsentrik, eksentrik • Isometrik (statik) • Stabilizing isotonik : istilah PNF oleh beberapa instruktur – Optimal resistance : • Besarnya resistance yang diberikan selama aktivitas harus tepat untuk kondisi pasien dan tujuan akhir yang berorientasi aktivitas • Resistance PNF adalah manual resistance, harus diaplikasikan untuk membuat aktivitas.
  • 19. – Optimal resistance : • Tension otot aktif yang dihasilkan oleh tahanan merupakan fasilitasi proprioseptif yang paling efektif. • Fasilitasi ini dapat menyebar dari proksimal ke distal dan dari distal ke proksimal. • Irradiasi dan Reinforcement – Tahanan yang diaplikasikan dengan tepat dapat menghasilkan irradiasi dan reinforcement. – Irradiasi didefinisikan sebagai penyebaran respon terhadap stimulasi. – Respon ini dapat dilihat sebagai peningkatan fasilitasi (kontraksi) atau inhibisi (relaksasi) pada otot-otot sinergis dan pola gerakan. – Reinforcement didefinisikan sebagai penguatan oleh tambahan yang jelas/nyata dapat menjadi lebih kuat.
  • 20. – Terapis dapat mengarahkan reinforcement pada otot-otot lemah melalui besarnya tahanan yang diberikan pada otot- otot yang kuat.
  • 21. • Body Position dan Body Mechanic – Johnson dan Saliba pertama kali mengembangkan body position dan body mechanic dalam PNF. – Kedua ahli tersebut telah mengobservasi bahwa kontrol yang lebih efektif pada gerak pasien terjadi ketika terapis berada segaris dengan gerakan yang diinginkan. – Kedua ahli tersebut mengembangkan pedoman untuk body position terapis sebagai berikut : • Tubuh terapis harus segaris dengan gerakan atau gaya yang diinginkan. • Tahanan berasal dari tubuh terapis sementara kedua tangan dan lengan tetap relatif relaks. • Traksi dan Aproksimasi – Traksi merupakan elongasi trunk atau extremitas.
  • 22. • Traksi dan Aproksimasi – Traksi merupakan elongasi trunk atau extremitas. – Knott, Voss, dan ahli lainnya menjelaskan bahwa efek terapeutik dari traksi dihasilkan oleh stimulasi pada receptor-receptor sendi. – Traksi juga berperan sebagai stretch sitmulus melalui pemanjangan/elongasi otot. – Aproksimasi merupakan kompresi pada trunk atau extremitas. – Menurut Knott dan Voss, kontraksi otot yang muncul setelah aproksimasi diduga akibat stimulasi pada receptor sendi. – Pemberian aproksimasi yang bertahap dan lembut, dapat membantu pengobatan pada nyeri hebat sendi dan sendi unstabil.
  • 23. • Stretch – Respon terhadap stretch dari rantai otot yang diberikan oleh terapis dapat menyebabkan stretch refleks atau hanya stimulasi pada otot. – Pemberian stretch pada otot hanya dilakukan ketika terapis menginginkan fasilitasi aktivitas otot dinamik. – Stretch stimulus terjadi ketika otot dipanjangkan. – Stimulus tersebut dapat memfasilitasi pemanjangan otot, otot-otot sinergis pada sendi yang sama, dan otot-otot sinergis yang berhubungan. – Refleks memiliki 2 bagian yaitu : 1) refleks spinal, dan 2) respon stretch fungsional.
  • 24. • Timing – Timing merupakan serangkaian gerakan. – Gerakan normal memerlukan serangkaian aktivitas yang halus, dan gerakan yang terkoordinasi memerlukan timing yang tepat dalam rangkaian gerakan. – Gerakan fungsional memerlukan gerakan yang kontinyu dan terkoordinasi sampai aktivitas atau tugas diselesaikan. – Normal timing dari gerakan yang paling terkoordinasi dan efisien adalah dari distal ke proksimal. – Secara normal, timing dari aktivitas mulai dari distal ke proksimal. – Menggerakkan suatu ekstremitas/anggota gerak sangat memerlukan stabilisasi pada bagian sentral tubuh. – Stabilitas sentral dibutuhkan untuk menggerakkan ekstremitas/anggota gerak.
  • 25. • Timing – Timing for emphasis melibatkan perubahan rangkaian gerakan normal yang menekankan pada otot tertentu atau aktivitas yang diiinginkan. – Kabat menulis bahwa pencegahan gerakan dalam pola sinergis yang kuat akan mengalihkan energi dari otot yang berkontraksi kearah otot yang lemah. – Perubahan timing ini dapat merangsang refleks proprioceptive didalam otot melalui tahanan dan stretch. – Terdapat 2 cara terapis mengubah normal timing untuk tujuan terapeutik yaitu : • Dengan cara mencegah seluruh pola gerakan kecuali satu segmen yang dititikberatkan. • Dengan cara kontraksi isometrik atau kontraksi yang dipertahankan pada segmen yang kuat dalam suatu pola sementara melatih otot yang lemah.
  • 26. • Pola (Pattern) – Pola fasilitasi dianggap sebagai salah satu prosedur dasar PNF. – Gerakan fungsional normal terdiri dari pola gerakan massa pada anggota gerak dan otot-otot sinergis pada trunk. – Korteks motorik membangkitkan dan mengorganisasikan pola gerakan ini. – Teori Beevor’s menjelaskan bahwa otak tidak mengenal otot tetapi gerakan  hal ini yang mendasari ide dari kerja PNF yang menekankan pada fungsional atau massa pola gerakan daripada aktivasi individual otot.
  • 27. • Pola (Pattern) – Pola PNF mengombinasikan gerakan dalam 3 bidang yaitu : • Bidang sagital : fleksi dan ekstensi • Bidang coronal atau frontal : abduksi dan adduksi anggota gerak atau lateral fleksi trunk. • Bidang transversal : rotasi. – Dalam konsep PNF dikenal dengan gerak “spiral dan diagonal”. – Stretch dan tahanan akan memperkuat efektifitas pola, sebagaimana ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas otot  menyebar kearah distal dan proksimal dalam suatu pola dan dari satu pola ke pola gerak yang berhubungan (irradiasi).
  • 28. • Pola (Pattern) – Komponen rotasi dari pola merupakan kunci terhadap tahanan yang efektif  harus tahanan yang benar. – Gerakan yang terjadi pada sendi proksimal dijadikan nama dalam pola, seperti fleksi-adduksi-external rotasi shoulder. – Sendi-sendi proksimal dan distal saling berhubungan dalam satu pola. – Trunk dan anggota gerak dapat bekerja bersama-sama membentuk sinergis yang sempurna. – Groove dari pola adalah garis yang ditarik dari tangan atau kaki (komponen distal) kearah proksimal (shoulder atau hip) dimana anggota gerak akan bergerak melalui ROMnya.
  • 29. • Pola (Pattern) – Untuk kepala dan leher, groove-nya ditarik dari sebuah bidang yang melewati hidung, dagu, dan puncak kepala. – Groove untuk upper trunk ditarik melalui ujung shoulder dan untuk lower trunk ditarik melalui os hip. – Karena trunk dan anggota gerak bekerja bersama-sama maka groove-nya bisa saling menghubungkan atau paralel. – Tubuh terapis harus segaris dengan groove yang relevan atau paralel dengan groove yang relevan. – Normal timing untuk pola extremitas adalah : • Bagian distal (tangan dan wrist atau kaki dan ankle) pertama kali bergerak melalu ROM-nya dan dipertahankan posisi tersebut. • Komponen lainnya bergerak secara halus dan bersamaan sehingga hampir seluruh gerakan disempurnakan secara bersamaan.
  • 30. • Pola (Pattern) • Rotasi merupakan bagian integral dari gerakan dan ditahan dari awal sampai akhir gerakan. – Terapis dapat melakukan variasi pola dengan berbagai cara, yaitu : • Dengan mengubah aktivitas middle joint pola extremitas untuk fungsi  Sebagai contoh, pola fleksi-abduksi-external rotasi shoulder pertama kali dilakukan dengan elbow bergerak dari ekstensi ke fleksi untuk aktivitas fungsional menyentuh kepala. • Dengan mengubah aktivitas middle joint dalam pola extremitas untuk efek otot-otot two-joint  Sebagai contoh, pola fleksi- adduksi-external rotasi hip pertama kali dilakukan dengan knee bergerak dari ekstensi ke fleksi. • Dengan mengubah posisi pasien untuk mengubah efek gravitasi  Sebagai contoh, pola ekstensi-abduksi-internal rotasi hip dilakukan dalam posisi tidur miring sehingga otot abduktor dapat bekerja melawan gravitasi.
  • 31. • Pola (Pattern) • Dengan mengubah posisi pasien untuk menghasilkan satu gerakan fungsional yang besar  Sebagai contoh, beberapa pola upper extremitas dilatih dalam posisi duduk dan dikombinasikan dengan aktivitas fungsional seperti makan atau menyisir rambut. • Dengan mengubah posisi pasien untuk penggunaan isyarat/sinyal visual  Sebagai contoh, posisikan pasien dengan half-sitting sehingga pasien dapat melihat kaki dan ankle ketika melakukan latihan. – Terapis dapat mengombinasikan beberapa pola dengan berbagai cara. – Para ahli menamakan kombinasi pola sesuai dengan bagaimana gerakan dari anggota gerak (kedua lengan, kedua tungkai, atau kedua-duanya) hubungannya dengan setiap segmen lainnya : • Unilateral : Satu lengan atau satu tungkai
  • 32. • Pola (Pattern) • Bilateral : Kedua lengan, kedua tungkai, atau kombinasi kedua lengan atau tungkai : – Symmetrical : Kedua anggota gerak bergerak dalam pola yang sama (contoh, kedua anggota gerak bergerak dalam pola fleksi-abduksi). – Asymmetrical : Kedua anggota gerak bergerak dalam pola yang berlawanan (contoh, anggota gerak kanan bergerak dalam pola fleksi-abduksi, sedangkan anggota gerak kiri bergerak dalam pola fleksi-adduksi). – Symmetrical reciprocal : kedua anggota gerak bergerak dalam diagonal yang sama tetapi berlawanan arah (contoh, anggota gerak kanan bergerak dalam pola fleksi-abduksi sedangkan anggota gerak kiri dalam pola ekstensi-adduksi). – Asymmetrical reciprocal : kedua anggota gerak bergerak dalam pola yang berlawanan dan arah yang berlawanan (contoh, anggota gerak kanan bergerak dalam pola fleksi-abduksi, sedangkan anggota gerak kiri dalam pola ekstensi-abduksi).