Similar to manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli Tahun 2014
Similar to manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli Tahun 2014 (20)
manajemen asuhan kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli Tahun 2014
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2009). Berbagai perubahan akan terjadi
pada ibu post partum, baik perubahan fisiologis maupun psikologis. Setelah
melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Agar perubahan
psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih
lanjut Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan.
Eklampsia sangat erat kaitannya dengan preeklampsia baik ringan maupun
berat karena eklampsia merupakan komplikasi dari preeklampsia. Preeklamsia itu
sendiri adalah kelainan dari fungsi endotel vaskular dan vasospasme yang luas yang
terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan dapat berlangsung hingga 4-6 minggu masa
nifas.
Menurut WHO, Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Pada tahun 2012 sekitar 358.000 ibu meninggal
akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, termasuk perdarahan, infeksi,
hipertensi dan aborsi tidak aman. Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan
450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup. Terlebih lagi, rendahnya
penurunan angka kematian ibu global tersebut merupakan cerminan belum adanya
2. penurunan angka kematian ibu secara bermakna di negara-negara yang angka
kematian ibunya rendah (WHO, 2012). Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin
dan nifas masih merupakan masalah besar bagi negara berkembang termasuk
indonesia. Tingginya angka kematian ibu menerangkan bahwa rendahnya status
kesehatan nasional suatu Negara. Angka kematian ibu merupakan salah satu
barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu negara. Bila Angka Kematian Ibu masih
tinggi, pelayanan kesehatan ibu masih kurang dan sebaliknya bila Angka Kematian
Ibu masih rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Hal ini pada akhirnya
akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia secara umum
(BKKBN, 2009).
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) yang dilakukan di 9 negara Asia pada 20013, cara persalinan
turut berperan dalam meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas maternal. Cara
persalinan dapat dibagi atas persalinan normal dan persalinan abnormal. Persalinan
biasa yaitu persalinan dengan menggunakan tenaga ibu tanpa bantuan alat dan
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam, Sedangkan persalinan luar biasa yaitu
persalinan pervaginam dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan seksio
sesaria.
Kelahiran hidup (SDKI, 2007). Meskipun telah mengalami penurunan
jikadibandingkan pada tahun 2002-2003, yaitu 307 per 100.000 KLH, angka ini masih
merupakan angka tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti
Malaysia 62 orang, Srilanka 58 orang , dan Philipina 230 orang. Angka kematian ibu
saatmelahirkan yang telah ditargetkan dalam MDGs pada tahun 2015 adalah 110
orang, dengan kata lain akselerasi sangat dibutuhkan sebab pencapaian target
tersebutmasih cukup jauh
3. Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) 2012
menunjukkan angka kematian maternal di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Faktor yang mendasari mortalitas pada maternal diantaranya komplikasi yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Preeklampsia termasuk salah satu bagian dari terminologi hipertensi dalam
kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan digunakan untuk menggambarkan spektrum
yang luas dari ibu hamil yang mengalami peningkatan tekanan darah yang ringan atau
berat dengan berbagai disfungsi organ. Sampai sekarang penyakit HDK masih
merupakan masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas.
Setiap tindakan operatif meningkatkan mortalitas maternal dan indeks
morbiditas, seperti transfusi darah, histerektomi, iligasi arteri iliaka interna, atau
perawatan ICU jauh lebih besar dibandingkan persalinan spontan. Morbiditas
maternal pasca tindakan seksio sesarea 4-6 kali lebih tinggi daripada persalinan
pervaginam oleh karena terdapat peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses
persalinan hingga perawatan setelah pembedahan. Komplikasi utama pasien seksio
sesarea dapat berasal dari tindakan anestesi, risiko perdarahan, keadaan sepsis,
tromboemboli serta transfusi.
Untuk angka kematian ibu dalam Millenium Development Goal's 2015
berkisar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dari 2007 hingga 2013, di Indonesia
bergerak pada ki-saran 307-425 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ke-matian ibu
2014 ini sedikit lebih rendah dibanding 2007 sekitar 373 per 100.000.
Profil kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013 menunjukkan jumlah ibu
hamil di Indonesia mencapai 5.060.637 jiwa. Dengan demikian, terdapat sekitar
17.500 kematian maternal atau lima ibu melahirkan setiap hari, bila AKI sekitar 350
per 100.000 kelahiran hidup, kematian ibu yang terbanyak adalah pendarahan (30%),
4. eklampsi (25%), infeksi (12%), komplikasi masa nifas (9%), abortus dan partus lama
(masing-masing 5%), dan penyebab lain sebesar 12% (http.//m.suara merdeka.com
tanggal: 6 juni 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan ( DINKES) tahun 2013
terdapat 5748 ibu nifas yang memiliki komplikasi sebanyak 28 orang, sedangkan pada
bulan januari sampai april tahun 2014 terdapat 2564 ibu nifas yang memiliki
komplikasi sebanyak 5 orang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD kabupaten Muna pada tahun
2011 jumlah ibu nifas yang menderita eklamsia ada 6 penderita, Pada tahun 2012 ada
4 penderita, tahun 2013 ada 3 penderita dan tahun 2014 periode januari s/d Juli ada 2
penderita. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan
dengan memaparkan lewat karya tulis ilmiah dengan judul ‘ Manajemen Asuhan
Kebidanan pada Ny ‘’M‘’ PIII A0 post partum hari ke VIII dengan eklamsia post
partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 01 – 05 juli 2014
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup pembahasan studi kasus ini adalah manajemen asuhan
kebidanan pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke -VIII dengan eklamsi post partum di
RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli Tahun 2014
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan manajemen dan asuhan kebidanan post partum pada Ny’M’ PIII
A0 hari ke –VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten muna tanggal 1-5
juli tahun 2014
5. 2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan melaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny ‘M’ PIII A0
post partum hari ke VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna
tanggal 1-5 juli 2014.
b. Dapat merumuskan diagnose/ masalah actual pada Ny ‘M’ PIII A0 post partum
hari ke -VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5
juli tahun 2014.
c. Dapat merumuskan diagnose/ masala potensial pada Ny ‘M’ PIII A0 post partum
hari ke- VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5
juli tahun 2014.
d. Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera pada Ny ‘M’ PIII A0 post partum
hari ke VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5
juli tahun 2014.
e. Dapat menetapkan rencana pada Ny ‘M’ PIII A0 post partum hari ke-VIII dengan
eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli tahun 2014.
f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny ‘M’ PIII A0 post partum hari ke-
VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli
tahun 2014.
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny ‘M’ PIII A0 post partum hari ke -
VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli
tahun 2014.
6. h. Dapat melaksanakan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny ‘M’ PIIIA0
post partum hari ke -VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten
Muna tanggal 1-5 juli tahun 2014.
i. Dapat melakukan catatan perkembangan asuhan kebidanan pada Ny ‘M’ PIII A0
post partum hari ke -VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten
Muna tanggal 1-5 juli tahun 2014
D. Manfaat Telaah
Adapun manfaat yang diperoleh dari studi kasus ini adalah :
1. Bagi institusi pendidikan
Dapat menamba wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi mahasiswa
kebidanan dalam menerapkan cara mengatasi masalah eklamsi pada ibu nifas, dapat
digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan untuk penelitian
selanjutnya
2. Bagi lahan praktek
Dapat dijadikan masukan dan gambaran informasi untuk meningkatkan manajemen
asuhan kebidanan yang diterapkan terhadap klien dalam mengatasi masalah eklamsi
pada ibu nifas serta memberikan perawatan pada ibu nifas yang baik dan benar.
3. Bagi penulis
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang cara mengatasi eklamsi
pada masa nifas dan cara perawatan ibu nifas yang baik dan benar.
E. Metode Telaah
7. Dalam penelaan kasus ini diperoleh penyususnan dengan menggunakan metode
pendekatan proses kebidanan yang meliputi :
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengambil bahan dari literature yang ada sebagai
peferensi dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2. Stusi kasus, yaitu penilis menggunakan pendekatan proses kebidanan yang meliputi
pengkajian, perumusan diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
a. Wawancara, yaitu mewawancarai atau melakukan Tanya jawab pada keluarga
klien secara langsung.
b. Observasi, yaitu mengamati secara langsung mengenai kondisi klien untuk
memperoleh data obyektif tentang kesehatan klien melalui pemeriksaan fisik
yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi.
c. Studi dokumentasi yaitu, didapakan dari buku status kesehatan klien yang
meliputi catatan kebidanan, yang berhubungan dengan klien selama dirawat.
d. Partisipasi keluarga klien dalam melaksanakan atau merencanakan asuhan
kebidanan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memahami apa yang ada dalam studi kasus ini penulis menguraikan dalam
beberapa bab sebagai berikut. Studi kasus ini terdiri dari 5 bab yaitu:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan
pembahasan, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika penulisan.
8. Bab II Tinjauan Teori
Pada bab ini membahas tentang telaah pustaka, konsep ,manajemen asuhan
kebidanan dan pendokumentasian asuhan kebidanan.
Bab III Studi Kasus
Pada bab ini membahas tentang manajemen asuhan kebidanan dan
pendokumentasian asuhan kebidanan.
Bab IV Pembahasan
Pada bab ini membahas tentang tujuh langka varney yaitu: Langkah I
membahas tentang identifikasi data dasar, langkah II membahas tentang
merumuskan diagnose masalah aktuan, langka III membahas tentang
merumuskan diagnose masal potensial, langkah IV membahas tentang
mengidentifikasi perlunya tindakan segera atau kolaborasi, langkah V
membahas tentang rencana tindakan, langkah VI membahas tentang
penatalaksanaan tindakan asuhan kebidanan, langkah VII membahas tentang
evaluasi.
Bab V Penutup
Pada bab ini membahas kesimpulan dan saran.
9. BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian
Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali seperti sebelum hamil,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti kembali
sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, R. 1998). Post partum
spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
dengan kekuatan ibu tanpa anjuran ataupun obat (Prawiroharjo, 2001) Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2001).
Puerperium (masa nifas) adalah periode dalam persalinan segera setelah bayi
lahir, dan istilah ini telah diperluas untuk mencakup minggu-minggu selanjutnya ketika
saluran reproduksi kembali pada keadaan awal sebelum hamil. Rencana untuk
perawatan tindak lanjut yang biasanya dilakukan oleh ahli obstetri paling tidak sampai
baru-baru ini meliputi 6 minggu setelah kelahiran bayi. Karena itu “keadaan tidak
10. hamil normal” mencakup perubahan-perubahan struktural permanen yang terjadi di
serviks, vagina dan perineum sewaktu persalinan. Pada minggu ke 6 setelah persalinan
atau tidak lama sesudah itu, pada perempuan yang tidak menyusui bayinya, biasanya
sudah terjadi sinkronisasi hipofisis-ovarium yang mengisyaratkan pulihnya ovulasi.
(Dasar-dasar ginekologi dan obstetri. 2002. Hal: 374)
Puerperium (masa nifas) adalah periode dalam persalinan segera setelah bayi
lahir, dan istilah ini telah di perluas untuk mencakup minggu-minggu selanjutnya
ketika saluran reproduksi kembali pada keadaan awal sebelum hamil. Rencana untuk
perawatan tindak lanjut yang bisanya di lakukan oleh ahli paling tidak sampai baru-
baru ini meliputi 6 minggu setelah kelahiran bayi. Karena itu keadaan tidak hamil
normal mencakup perubahan-perubahan struktural permanen yang terjadi di serviks,
vagina, dan perineum sewaktu persalinan. (ginekologi dan obstetri 2011)
Puerperium (masa nifas) adalah sebagai periode salama dan tepat setelah
kelahiran. Namun secara populer, di ketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu
berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal. (Williams 2006) Puerperium (masa
nifas) adalah masa yang di mulai sejak satu jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (obstetrics edisi 2013)
Puerperium (masa nifas) didefinisikan sebagai suatu periode yang tidak kurang
dari 10 hari dan tidak lebid dari 28 hari setelah akhir masa persalinan, selama masa ini
ibu dan bayi membutuhkan kehadiran bidan yang kontinu. (Christine Henderson
2006)
b. Tujuan Masa Nifas
Pada puerperium (masa nifas) ini memiliki beberapa tujuan, dan tujuan tersebut
meliputi :
11. 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik psikologi bagi ibu dan bayi dengan di berikan
asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upaya untuk
menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak
pertama).
2) Pencegahan diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu dengan di berikan
asuhan pada ibu nifas kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan
lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun dapat lebih maksimal.
3) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk
mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
4) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak,serta
peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak
c. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahapa, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum. Yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum. Yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium (laterpuerperium) : waktu 1-6 minggu post partum. Yaitu
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil
dan persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan atau tahun
(Asuhan kebidanan masa nifas. 2010. Hal : 3)
12. d. Kebutuhan masa nifas
1) Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi
produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata
memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang
status ggizinya kurang biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI
sangatlah penting , karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia yang
sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
2) Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai 500
kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal. Sementara
itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal.
Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu
akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal,
sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu
timbunan lemak selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi energi hanya 80-90
% maka energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi
energy ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan
energy 680-807 kkal energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan
ASI, berat badan ibu akan kembali normal dengan cepat.
3) Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar 20
gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam lemak
13. omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan
diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan
makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C, B1, B2, B12, dan
D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana
kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu
menyusui antara lain :
a) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
b) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
d) Mengonsumsi tablet zat besi
e) Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya.
4) Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini
tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam
dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
a) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
c) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai
cara merawat bayinya.
14. d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
e) Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat secara berangsur-
angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari
hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan
memandirikan pasien dapat terpenuhi.
5) Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil.
Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu
bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany
ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil
setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post
partum.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air
besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak
boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
6) Kebersihan Diri
Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
a) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi.
b) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu dari daerah
depan ke belakang, baru setelah itu anus
c) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
15. d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah
kemaluan
e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka agar
terhindar dari infeksi sekunder.
7) Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan
kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum akan
mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri
sendiri.
8) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu
tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan
itu etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.lurus). Lakukan gerakan
sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik
nafas panjang lwat hidung, keluarkan lewat mulut.
16. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat.
Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan
selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama
10 hitungan.
9) Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah
yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas antara lain :
1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam pasca persalinan)
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah inisiasimenyusui dini (IMD) berhasil
dilakukan.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas
kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal bersama ibu dan bayi baru
lahiruntuk 2 jam pertama sudah kelahiran atau sampai bayi dan ibu dalam
keadaan stabil.
17. 2) Kunjungan Ke-2 (6 hari pasca persalinan)
a) Memastikan involusi ueteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit pada bagian payudara ibu.
d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan ke-3 (2 Minggu setelah persalinan)
a) Memastikan involusi uterus, berjalan normal uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4) Kunjungan ke-4 (6 Minggu setelah persalinan)
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami.
b) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini. (Asuhan
kebidanan masa nifas. 2010. Hal : 5)
18. e. Aspek Klinis dan Fisiologis Masa Nifas
1) Involusio uterus
Segera setelah plasenta lahir, fundus uterus yang berkontraksi terletak kira-
kira sedikit di bawah umbilikus. Korpus uteri kini sebagian besar terdiri dari
miometrium yang di bungkus lapisan serosa dan di lapisi desidua basalis. Dinding
anterior dan posteriornya saling menempel erat, masing-masing beratnya 4 sampai
5 cm. Karena pembuluh darah tertekan oleh miometrium yang berkontraksi, uterus
masa nifas pada potongan tampak iskemik bila di bandingakan dengan uterus pada
saat hamil, setelah 2 hari pertama suterus mulai menyusut sehingga dalam 2
minggu organ ini telah turun ke rongga panggul sejati. Organ ini mencapai ukuran
seperti semula sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah
melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 g akibat involusio, 1 minggu kemudian
beratnya sekitar 500 g, pada akhir minggu kedua turun menjadi sekitar 300 g dan
segera setelah itu menjadi 100 g atau kurang.
2) Subinvolusio
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan manetapnya atau terjadinya
retardasi involusi, proses normalnya menyebabkan uterus kembali ke bentuk
semula. Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia. Dimana lochia
ini dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
a) Lokhia rubra
Lokhia rubra terjadi pada hari ke-1 sampai ke-3 masa nifas, berisi darah segar
bercampur dengan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa verniks
kaseosa lanugo dan mekonium.
b) Lokhia sanguinolenta
19. Lokhia sanguinolenta tarjadi pada hari berikutnya darah bercampur lendir.
c) Lokhia serosa
Lokhia serosa terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-9 berwarna kekuningan
berisi leukosit, eksudat, dan mikroorganisme.
d) Lokhia alba
Lokhia alba terjadi setelah hari ke-9 berupa cairan putih yang terdiri dari sel
desidua, leukosit, mucus, Kristal cholestrin, lemak, mikroorganisme serta sel
epitel granular. (obstetrics edisi 2013)
3) Perubahan pada Saluran Kemih
Kandung kemih masa nifas memiliki kapasitas yang lebih besar dan
relatif insensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Karena itu, distensi
berlebihan, pengosongan yang tidak tuntas, dan peningkatan residu urin harus di
waspadai. Efek paralisis dari anastesia terutama dari analgesia konduksi dan
gangguan temporer fungsi saraf kandung kemih jelas merupakan faktor yang ikut
berperan. Sisa urin dan bakteriuria pada kandung kemih yang mengalami trauma,
disertai dilatasi pelvis ginjal dan ureter, menciptakan kondisi optimal untuk
terjadinya infeksi saluran kemih. Ureter dan pelvis ginjal yang berdilatasi akan
pulih ke keadaan pra hamil dalam 2-8 minggu setelah pelahiran. (obstetrics dan
ginekologi 2011)
4) Perubahan pada Dinding Abdomen
Akibat pecahnya serat-serat elestik kulit dan peregangan
berkepanjangan yang di timbulkan oleh uterus yang membesar, dinding abdomen
tetap lunak dan bergelambir selama beberapa waktu. Kembalinya struktur ini ke
normal memerlukan waktu beberapa minggu. Pemulihan di percepat oleh olahraga
20. kecuali striae yang keperakan, dinding abdomen biasanya kembali kekeadaan
prahamil tetapi jika otot atonik, abdomen akan tetap kendor. Mungkin terjadi
pemisahan (diastasis) yang mencolok pada otot-otot rektus. ( obstetrics dan
ginekologi 2011)
5) Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan hal yang sangat
penting, karena periode ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
a) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa
nifas.
b) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
c) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
d) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak
dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
g) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, mengidentifikasi,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melakukannya untuk
21. mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
h) Memberikan asuhan secara profesional.
2. Tinjauan Tentang Eklamsi
a. Pengertian
Eklamsi dalam bahasa Yunani berarti ”halilintar”, karena kejang-kejang timbul
tiba-tiba seperti petir. Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems,
proteinuri) (Wirjoatmodjo, 1994: 49). Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita
dengan gambaran klinik pre eklamsi yang disertai dengan kejang dan koma yang
timbul pada ante, intra dan post partum (Angsar MD, 1995: 41) Eklamsi lebih sering
terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri Patologi,R. Sulaeman
Sastrowinata, 1981 ). Menurut saat terjadinya eklamsi kita mengenal istilah :
1) Eklamsi antepartum : ialah eklamsi yang terjadi sebelum persalinan ( ini yang
paling sering terjadi)
2) Eklamsi intra partum : ialah eklamsi sewaktu persalinan
3) Eklamsi postpartum : eklamsi setelah persalinan Kebanyakan terjadi ante
partum, jika terjadi postppartum maka timbul dalam 24 jam setelah partus.
Dalam kehamilan eklamsi terjadi dalam triwulan terakhir dan makin besar
kemungkinan mendekati saat cukup bulan.
22. Setelah persalinan keadaan pasien berangsur baik, kira-kira dalam 12-24
jam. Juga kalau anak meninggal di dalam kandungan sering kita lihat bahwa
beratnya penyakit berkurang. Proteinuria hilang dalam 4-5 hari sedangkan tensi
normal kembali dalam 2 minggu. Adakalanya pasien yang telah menderita eklamsi
psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2-3
minggu. Prognosa umumnya baik. Penyulit lainnya ialah gangguan penglihatan
(buta) karena oedema retina.
b. Gejala eklamsia
Eklamsi selalu didahului oleh gejala-gejala preeklamsi. Gejala-gejala preeklamsi
yang berat seperti :
1) Sakit kepala yang keras
2) Penglihatan kabur
3) Nyeri diulu hati
4) Kegelisahan dan hyperfleksi sering mendahului kejang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana tercantum
dibawah ini. Preeklamsia digolongkan preeklamsia berat bila ditemukan satu atau
lebih gejala sebagai berikut
1) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring
2) Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif
3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam
23. 4) Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5) Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
dan pandangan kabur.
6) Nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
7) Edema paru-paru dan sianosis.
8) Hemolisis mikroangiopatik.
9) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm³ atau penurunan trombosit dengan
cepat
10) Gangguan fungsi hepar ( kerusakan hepatoselular ): peningkatan kadar alanin
dan aspartate aminotransferase
11) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
12) Sindrom HELLP.
( Ilmu Kebidanan, 2009:544-545)
Serangan dibagi dalam 4 tingkatan :
a) Tingkat invasi (tingkat permulaan)
Mata terpaku, kepala dipalingkan ke satu fihak, kejang-kejang halus terlihat
pada muka. Berlangsung beberapa detik.
b) Tingkat kontraksi (tingkat kejang kronis )
Seluruh badan menjadi kaku, kadang-kadang terjadi episthotonus, lamanya 15
sampai 20 detik.
24. c) Tingkat konvulsi
Terjadi kejang yang timbul hilang, radang membuka dan menutup begitu juga
mata; otot-otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang.
Kejang ini bisa menjadi sangat kuat dan bisa menyebabkan pasien terlempar
dari tempat tidurnya atau lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercapur darah
keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru. Berlangsung sekitar 1 menit.
d) Tingkat coma
Setelah kejang kronis pasien akan coma. Lamanya beberapa menit sampai
berjam-jam. Dan jika pasien telah sadar kembali maka ia tidak ingat sama
sekali apa yang terjadi(amnesi retrograd). Setelah beberapa waktu, terjadi
serangan baru dan kejadian yang dilukiskan di atas berulang lagi kadang-
kadang 10-20 kali.
e) Patofisiologi
Pada wanita yang mati karena eklamsi terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak,
paru-paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia,
oedema, hypercaemia atau ischaemia, dan thrombosis. Pada plesenta terdapat
infark-infark karena degenerasi syncytium. Perubahan lain yang yang terdapat
ialah retensi air dan natrium, haemo konsentrasi dan kadang-kadang acidosis.
c. Etiologi
Etiologi dan patogenesis eklampsia dan preeklampsia sampai saat ini masih
belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya
penyakit ini sering disebut “the desease of theories”. Para peneliti berpendapat
bahwa kelainan pembuluh darah, faktor otak dan sistem saraf, nutrisi dan gen
berperan dalam terjadinya preeklampsia yang nantinya dapat berkembang menjadi
25. eklampsia. Namun tidak satupun teori dapat terbukti. Walaupun belum ada teori
yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa
penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya
preeklampsia-eklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi:
1) Usia,insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada
wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
2) Paritas. Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua,
primigravida tua risiko lebih tinggi untuk preeklampsia berat atau eklampsia
3) Faktor gen. Jika ada riwayat preeklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita,
faktor risiko meningkat sampai 25%. Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive
trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin. Terdapat bukti bahwa preeklampsia
merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada
anak wanita dari ibu penderita preeklampsia. Atau mempunyai riwayat
preeklampsia/ eklampsia dalam keluargaRiwayat preeklampsia atau eklampsia
sebelumnya
4) Riwayat kehamilan yang terganggu sebelumnya; termasuk perkembangan janin
terhambat, solusio plasenta atau kematian janin
5) Gemelli; proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan
kembar, dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik. Hidrops fetalis dan mola
hidatidosa. Pada mola hidatidosa diduga terjadi degenerasi trofoblas berlebihan
yang berperan menyebabkan preeklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan
proteinuria terjadi lebih dini/pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil
pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan preeclampsia.
26. 6) Diet/gizi. Di mana ada penelitian ibu hamil yang kekurangan kalsium
berhubungan dengan angka kejadian preeklampsia yang tinggi. Angka kejadian
juga lebih tinggi pada ibu hamil yang overweigh
d. Penatalaksanaan
Preeklamsi yang dipersulit oleh kejang tonik-klonik generalisata disebut
eklamsi. Koma fatal tanpa kejang juga pernah disebut eklamsi, namun, sebaiknya
diagnosis dibatasi pada wanita dengan kejang dan menggolongkan kematian pada
kasus nonkejang sebagai kasus yang disebabkan oleh preeklamsia berat. Apabila
telah timbul eklamsi, resiko baik bagi ibu maupun janinnya meningkat.
Hampir tanpa kecuali, kejang eklamsia didahului oleh preeklamsi. Eklamsi
disebut antepartum, intrapartum, dan postpartum bergantung pada apakah kejang
sebelum, selama, atau sesudah persalinan. Eklamsia paling sering terjadi pada
trimester terakhir dan menjadi semakin sering mendekati aterm. Pada 254 wanita
penderita eklamsia yang dirawat di the University of Mississippi Medical Center,
sekitar 3% mengalami kejang pertama kali 48 jam setelah melahirkan (Miles dkk.,
1990). Pada wanita dengan awitan kejang yang lebih dari 48 jam postpartum, perlu
dipertimbangkan diagnosis lain.
Serangan kejang biasanya dimulai di sekitar mulut dalam bentuk kedutan-
kedutan (twitching) wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku
dalam suatu kontraksi otot generalisata. Fase ini dapat menetap selama 15 sampai 20
detik. Mendadak rahang mulai membuka dan menutup secara kuat, dan segera
diikuti oleh kelopak mata. Otot-otot wajah yang lain dan kemudian semua otot
melakukan kontraksi dan relaksasi bergantian secara cepat. Gerakan otot sedemikian
kuatnya sehingga wanita yang bersangkutan dapat terlempar dari tempat tidur dan
apabila tidak dilindungi, lidahnya tergigit oleh gerakan rahang yang hebat. Fase ini,
27. saat terjadi kontraksi dan relaksasi otot-otot secara bergantian, dapat berlangsung
sekitar 1 menit.
Secara bertahap, gerakan otot menjadi lebih lemahdan jarang, dan akhirnya
wanita yang bersangkutan tidak bergerak. Sepanjang serangan, diafragma terfiksasi
dan pernafasan tertahan. Selama beberapa detik wanita yang bersangkutan seolah-
olah sekarat akibat henti napas, tetapi kemudian ia menarik napas dalam, panjang,
dan berbunyi lalu kembali bernapas. Ia kemudian mengalami koma. Ia tidak akan
mengingat serangan kejang tersebut atau, pada umumnya, kejadian sesaat sebelum
dan sesudahnya. Seiring dengan waktu, ingatan ini akan pulih.
Kejang pertama biasanya menjadi pendahulu kejang-kejang berikutnya yang
jumlahnya dapat bervariasi dari satu atau dua pada kasus ringan sampai bahkan 100
atau lebih pada kasus berat yang tidak diobati. Pada kasus yang jarng, kejang terjadi
berurutan sedemikian cepatnya sehingga wanita yang bersangkutan tampak
mengalami kejang yang berkepanjangan dan hamper kontinu.
Durasi koma setelah kejang bervariasi. Apabila kejangnya jarang, wanita
yang bersangkutan biasanya pulih sebagian kesadarannya setelah setiap serangan.
Sewaktu sadar, dapat timbul keadaan setengah sadar dengan usaha perlawanan. Pada
kasus yang sangat berat, koma menetap dari satu kejang ke kejang lainnya dan
pasien dapat meninggal sebelum ia sadar. Meski jarang, satu kali kejang dapat
diikiutioleh koma yang berkepanjangan walaupun, umumnya, kematian tidak terjadi
sampai setelah kejang berulang-ulang.
Laju pernapasan setelah kejang eklamsia biasanya meningkat dan dapat
mencapai 50 kali per menit, mungkin sebagian respons terhadap hiperkarbia akibat
asidemia laktat serta akibat hipoksia dengan derajat bervariasi. Sianosis dapat
28. dijumpai pada kasus yang parah. Demam 39ºC atau lebih adalah tanda yang buruk
karena merupakan akibat perdarahan susunan saraf pusat.
Proteinuria hampir selalu ada dan sering parah. Pengeluaran urine
kemungkinan besar berkurang secara bermakna dan kadang-kadang terjadi anuria.
Hemoglobinuria sering dijumpai, tetapi hemoglobinemia jarang.
Pada eklamsia antepartum, tanda-tanda persalinan dapat dimulai segera
setelah kejang dan berkembang cepat, kadang-kadang sebelum petugas yang
menolong menyadari bahwa wanita yang tidak sadar atau stupor ini mengalami his.
Apabila kejang terjadi saat persalinan, frekuensi dan intensitas his dapat meningkat,
dan durasi persalinan dapat memendek. Karena ibu mengalami hipoksemia dan
asidemia laktat akibat kejang, tidak jarang janin mengalami bradikardiasetelah
serangan kejang. Keadaan ini biasanya pulih dalam 3 sampai 5 menit, apabila
menetap lebih dari 10 menit, kausa lain perlu dipertimbangkan, misalnya solusio
plasenta atau bayi akan segera lahir. Edema paru dapat terjadi setelah kejang
eklamsia. Paling tidak terdapat 2 mekanisme penyebab :
1) Pneumonitis aspirasi dapat terjadi setelah inhalasi isi lambung apabila kejang
disertai oleh muntah.
2) Gagal jantung, yang dapat disebabkan oleh kombinasi hipertensi berat dan
pemberian cairan intravena yang berlebihan.
Pada sebagian wanita dengan eklamsia, kematian mendadak terjadi
bersamaan dengan kejang atau segera sesudahnya akibat perdarahan otak massif.
Perdarahan subletal dapat menyebabkan hemiplegia. Perdarahan otak lebih besar
kemungkinannya pada wanita yang lebih tua dengan hipertensi kronik. Walaupun
jarang, perdarahan tersebut mungkin disebabkan oleh rupture aneurisma beri (berry
aneurysm) atau malformasi anteriovena (Witlin dkk., 1997).
29. B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien . (Nurul Jannah, 2011: 193)
2. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan kebidanan
dimulai dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.
Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala
situasi. Langkah tersebut sebagai berikut :
a) Langkah I. Identifikasi Data Dasar
Melakukan anamnese pada keluarga pasien Ny”M” tentang masalah atau keluhan
yang dialami klien serta melakukan pemeriksaan laboratarium sehingga dapat
menyimpulkan suatu diagnosa atau masalah
b) Langkah II. Merumuskan diagnosa/masalah aktual
Dari data yang diperoleh dari hasil anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboraratorium penulis menyimpulkan diagnosa atau masalah aktual pada Ny”M” P111
A0 Post Partum hari ke-VIII dengan eklamsi post partum
c) Langkah III. Merumuskan diagnosa/masalah potensial
30. Dari data yang diperoleh dari hasil anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboraratorium dapat disimpulkan bahwa potensial yang akan terjadi pada Ny”M” P111
A0 dengan eklamsi post partum yaitu terjadinya koma
d) Langkah IV.Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Dari diagnosa yang telah didapat diperlukan kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian obat-obatan, seperti diazepam, ceftriaxon, nifedipin dan calac
e) Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan yang di berikan pada Ny”M” sangat relevan sesuai dengan
masalah yang dialami yaitu eklmasi post partum,untuk mengantisipasi terjadinya
koma
f) Langkah VI. Impelementasi
Tetap bekerja sama dengan tim kesehatan lain, tindakan yang akan di berikan oleh
Ny”M”
g) Langkah VII. Evaluasi
Menilai semua tindakan yang di berikan oleh Ny”M” sesuai dengan diagnosa yaitu
P111 A0 dengan eklamsi post partum apakah sudah terpenuhi
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
1. Data Subyektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup nama, umur,
tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan, diperoleh
dari hasil wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
31. 2. Data Obyektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi, perkusi
serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium.
3. Assesment
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang mencakup
kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan
dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan
pasien/klien.
4. Planning/perencanaan
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam
melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien.
5. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Catatan SOAP menggambarkan ke tujuh langkah pola fikir Varney dalam lima langkah
kompetensi inti bidan sebagian pada tabel dibawah ini.
32. BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan dalam asuhan
kebidanan masa nifas pada Ny. M di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1 sampai dengan 5 juli
tahun 2014 di awali dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi
I. Pengumpulan Data Dasar
A. Identitas Istri/ Suami
Nama : Ny.M/ Tn.M
Umur : 27 Tahun/27 Tahun
Suku : Muna/muna
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT/Polisi
Pernikahan ke : 1/1
Lama menikah : ± 5 Tahun
Alamat : Wakuru
B. Data Biologis
33. 1. Keadaan ibu sekarang
a) Keluarga mengatakan ibu kejang sejak tanggal 1-7-2014 jam 22.00 wita
b) Keluarga mengatakan Ibu melahirkan 8 hari yang lalu, tanggal 23-06-2014
c) Keluarga mengatakan ibu melahirkan anak ke tiga, dan tidak pernah ke
guguran
2. Riwayat kesehatansekarang
Tidak ada penyakit yang di derita sekarang baik penyakit menular seperti HIV,TBC
maupun penyakit keturunan seperti DM, asma, jantung.
3. Riwayat kesehatanyang lalu
Tidak ada penyakit yang di derita baik penyakit menular maupun tidak menular
4. Riwayat kesehatankeluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular dan penyakit turunan
5. Riwayat persalinan sekarang
Keluarga mengatakan:
a. Ibu melahirkan anak ke tiga dan tidak pernah keguguran
b. Ibu melahirkan tanggal 23 juni 2014 jam 14.00 wita
c. Berat badan lahir 2.400 gram dan panjang badan 48 cm
d. ASI- nya keluar sedikit-sedikit
e. Ibu melahirkan di rumah dengan cara normal, di tolong oleh bidan
6. Riwayat kehamilan sekarang
34. Keluarga mengatakan :
a. Hamil yang ketiga dan tidak pernah keguguran
b. Hari pertama haid terakhir tanggal 20-09-2013
c. Memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali
d. Tekanan darah 120/90 mmhg
e. Tidak ada bengkak pada wajah,tangan dan kaki
7. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi
1. Kebiasaan
Makan 3 kali sehari, makanan pokok nasi ,sayur, ikan, dan buah, nafsu
makan baik, minum 6-8 gelas / hari
2. Selama sakit
Tidak ada nafsu makan dan minum
b. Kebutuhan eliminasi
1. Kebiasaan
Buang air besar 2 kali/ hari , buang air kecil 4-5 kali/hari
2. Selama sakit
Terpasang kateter
c. Istrahat
1. Kebiasaan
35. Tidur siang ±1 jam, tidur malam ± 6 jam
2. Selama sakit
Tidur terus
d. Personal Hygiene
1. Kebiasaan
Mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, keramas 3 kali dalam 1 minggu
menggunakan sampo, sikat gigi 2 kali sehari , pakain dalam dig anti setiap
kali lembab
2. Selama sakit
Tidak pernah mandi
8. Data biopsikosiospiritual
Kehamilan di rencanakan dengan suami, kehamilan di respon baik oleh suami dan
keluarga kemudian ibu tidak melakukan ibadah 5 waktu karena sakit.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umu ibu lemah
2. Kesadaran samnolen
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 150/110 mmHg
Nadi : 80 x/menit
36. Suhu : 37,5 0c
Pernapasan : 20 x/menit
4. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
a. Kepala dan rambut
Kepala dan rambut bersih, rambut hitam dan tidak rontok, tidak ada benjolan
b. Wajah
Pucat, tidakada udem
c. Mata
Konjungtiva pucat dan sclera tidak ikterus,kelopak mata udem
d. Hidung
Tidakada secret dan tidak ada polip
e. Telinga
Tidak ada secret dan tidak ada polister
f. Mulut dan gigi
Bibir kering, tidak ada karies gigi, lidah bersih dan tidak ada sariawan
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Tidak ada pelebaran venajugolaris
h. Dada
Gerakan dada mengikuti tarikan napas, bunyi jantung terdengar kuat dan jelas
i. Payudara
Simetris kri dan kanan, putting susu menonjol dan tidak ada pengeluaran asi,
nampak bendungan
37. j. Abdomen
Tonus otot perut kendor, tidak ada luka bekas operasi
k. Genitalia dan anus
Ada pengeluaran lokia serosa, tidak ada hemoroid dan tidak ada luka jahitan dan
terpasang kateter
l. Ekstremitas atas
Simetris kiri dan kanan,terpasang infuse RL pada tangan kiri 20 tetes/menit ,tidak
ada oedema
m. Ekstremitas bawah
Simetris kiri dan kanan dan tidak ada farises, tidak ada oedema
Reflex patella (+) kiri dan kanan.
n. Human sign tidak ada (-)
o. Pemeriksaan laboratorium
Hb 7 gram
Protein urin ( +++)
II. Identifikasi Diagnosaa atau Masalah Aktual
Berdasaarkan data dasar yang telah dikumpulkan maka dapat ditentukan diagnosa Ny”M”
Post partum hari ke-IX, PI11 A0, dengan eklamsi post partum
1. Post Partum Hari ke-IX
Dasar
38. Data subjektif :
Keluarga mengatakan
a. Ibu melahirkan tanggal 23 juni 2014 jam 14.00 Wita
b. Ibu melahirkan anak ke tiga dan tidak pernah keguguran
c. Ibu merasakan nyeri kepala hebat,pandangan maata kabur, nyeri pada ulu hati
Data objektif :
Tinggi fundus uteri sejajar simpisis, tampak pengeluaran lokia serosa,tonus otot perut
kendor
Analisis dan interprestasi
a. Masa nifas adalah masa pulihnya kembali alat-alat kandungan yang di mulai setelah
kelahiran plasenta dan berakkhira setelah alat-alat kandungan kembali seperti pada
keadaan semula sebelum hamil. ( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal )
b. Pada involusio uterus jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses prolitik
berangsur-angsur akan mengecil dan setiap kalinya, pada hari ke 10 persalinan TFU
suda tidak teraba. (Asuhan Kebidanan Masa Nifas 2010.)
c. Lochia serosa adalah cairan yang di keluarkan uterus melalui vagina pada masa
kecoklatan yang mengandung lebi sedikit darah dan lebi banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan/ laserasi plasenta.(Asuhan Kebidanan Masa Nifas 2010)
d. Uterus mengaalami hipertrofi dan hiperblasia dalam kehamilan dan otot abdomen
mengalami peregangan untuk mengimbangi pembesaran uterus. Otot abdomen
keendor menandakan pernah mengalami peregangan pada kehamilan sebelumnya.
(Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB untuk Pendidikan Bidan)
2. Dengan Eklamsi Masa Nifas
39. Dasar :
Data subjektif :
a. Keluarga mengatakan ibu kejang tanggal 1 Juni 2014
b. Keluarga mengatakan ibu merasakan nyeri ulu hati,pandangan kabur serta sakit kepala
Data objektif:
1. Peningkatan suhu tubuh dari 36,50c menjadi 37,50c
2. Ibu kejang dengan mata terbuka, kelopak mata oedema, Konjuntiva pucat
Analisis dan Interprestasi
a) Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan neurologik)
dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala pre
eklamsi.(asuhan patologi kebidanan, 2009)
b) Eklamsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan
dalam masa nifas disertai dengan hypertensi odema dan proteinuria. (obstetric
patologi,unpad,1984)
III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Aktual
Potensial yang akan terjadi pada Ny”M” P111 A0 dengan eklamsi post partum yaitu potensial
terjadinya koma
IV. Perlunya Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Tindakan segera yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat - obatan
seperti diazepam,ceftriaxon, nifedipin dan calac
40. V. Rencana Asuhan
A. Tujuan
1) Keadaan umum ibu baik
2) Eklamsi teratasi
3) Masa nifas berlangsung normal
B. Kriteria
1. Keadaan umum ibu baik ditandai dengan
a. Kesadaran kompesmentis
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100-120 / 60-90 mmHg
Nadi : 60-100 kali / menit
Pernapasan : 16-24 kali / menit
Suhu : 36,5 0c-37,5 0c
2. Ekalmsia teratasi ditandai dengan
a. Suhu tubuh ibu dalam keadaan normal.
b. Tekanan darah menurun
c. Kesadaran kompesmentis
3. Masa nifas berlangsung normal ditandai dengan
41. a. Involusio uteri berlangsung normal, di tandai dengan kontraksi uterus baik
(teraba bundar dank keras), pengeluaran lochia sesuai dengan fisiologisnya
seperti lochia rubra berlangsung 1-3 hari, lochia serosa berlangsun 4-9 hari,
lochia alba 1-2 minggu
C. Rencana tindakan
1. Informasikan pada keluarga hasil pemeriksaan
Rasional : dengan informasi yang akurat keluarga dapat mengerti dan memehami
keadaannya serta mau bekerja sama dengan bidan
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : mengobservasi tanda-tanda vital dilakukan karena suhu ibu melebihi batas
normal, sehingga di lakukan pementauan tanda-tanda vital untuk naik
turunnya suhu badan pasien
3. Beritahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL(Ringer Laktat)
Rasional : terpasang infuse RL agar tidak terjadi dehidrasi
4. Berikan suntikan diazepan pada ibu
Rasional : Agar tidak terjadi kejang yang berlanjut
5. Lakukan pemberian obat – obatan
Rasional : agar keadaan umum ibu kembali baik
6. Lakukan pemantauan cairan infuse
Rasional : mencegah agar tidak terjadi udem paru
7. Kompres payudara dengan menggunakan air hangat
Rasional : agar tidak terjadi mastitis dan asinya keluar
42. 8. Baringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Rasional :untuk menguraangi resiko aspirasi
9. Kerja sama dengan petugas laboratorium untukpemeriksaan urin
Rasional : untuk mengetahui jumlah protein urin
VI. Pelaksanaan Tindakan
Tanggal 2 juli 2014 jam 03.00 wita
1. Menginformasikan pada keluarga hasil pemeriksaan
Hasil : keluarga mengerti dengan keadaan pasien saat ini
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : tekanan Darah : 150/110 mmHg
Nadi : 80 x/menit
suhu : 37,5 0c
Pernapasan : 20 x/menit
3. Memberitahu keluarga psien bahwa akan dipasang infuse RL
Hasil : infuse telah terpasang pada tangan kiri
4. Melakukan suntikan diazepam pada intravena
Hasil : Jam 02.30 Injeksi diazepam 1A / I.V
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan
Hasil : Jam 02.30 ibu disuntik diazepam 1A / I.V dan tidak terjadi alergi
6. Melakukan pemberian obat-obatan
Hasil : Jam 17.50 Injeksi ceftriaxon 2 gr / I.V/ 12 jam
Oral : - nifedipin 3x1 dalam bentuk puyer
43. Calac 2x1 dalam bentuk puyer
7. Melakukan pemantauan cairaan infuse
Hasil : tetesan infuse 20 tetes / menit
8. Mengompres payudara dengan menggunakan air hangat
Hasil : payudara telah di kompres dan ASI keluar
9. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Hasil : ibu baring miring kiri
10. Bekerja sama dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan urin
Hasil : protein urin (+++)
VII. Evaluasi Keefektifan Asuhan
Tanggal 2 juli 2014 jam 16.00 WITA
1. Keadaan umum ibu lemah
a. Kesadaran deltrium
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 150/110 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 37,5 0c
2. Ekalmsia teratasi ditandai dengan
a. Suhu tubuh ibu dalam keadaan normal.
b. Tekanan darah menurun
44. c. Kesadaran kompesmentis
3. Masa nifas berlangsung normal ditandai dengan
a. Involusio uteri berlangsung normal, di tandai dengan kontraksi uterus baik (teraba
bundar dank keras), pengeluaran lochia sesuai denganfisiologisnya seperti lochia
rubra berlangsung 1-3 hari, lochia serosa berlangsung 4-9 hari, lochia alba 1-2
minggu
Pendokumentasian
Pada langkah ini telah di uraikan tentang penerapan manajemen kebidanan
dalam 7 langkah varney dan akan di persingkat menjadi pendokumentasian pada
Ny”M” P111 A0 dengan eklamsi Post Partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1 juli
sampai dengan 5 juli 2014.
Identitas Suami/ Istri
Nama : Ny.M/Tn.M
Umur : 27 Tahun/27 Tahun
Suku : Muna/muna
Agama : Islam/islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT/polisi
Pernikahan ke : 1/1
Lama menikah : ± 5 Tahun
Alamat : Wakuru
Subjektif (S)
Keluarga mengatakan :
1. kejang sejak tanggal 1-7-2014 jam 22.00wita
45. 2. Ibu melahirkan 8 hari yang lalu, tanggal 23-06-2014
3. Ibu melahirkan anak ke tiga dan tidak pernah keguguran
Objektif (O)
a. Keadaan umu ibu lemah
b. Kesadaran samnolen
c. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 150/110 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 0c
Pernapasan : 20 x/menit
d. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan perkusi.
1. Kepala dan rambut
Kepala dan rambut bersih, rambut hitam dan tidak rontok, tidak ada benjolan
2. Wajah
Pucat , tidakada udem
3. Mata
Konjungtiva pucat dan sclera tidak ikterus, udem pada kelopak mata
4. Hidung
Tidakada secret dan tidak ada polip
5. Telinga
Tidak ada secret dan tidak ada polister
46. 6. Mulut dan gigi
Bibir kering, tidak ada karies gigi, lida bersih dan tidak ada sariawan
7. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Tidak ada pelebaran vena jugularis
8. Dada
Gerakan dada mengikuti tarikan napas, bunyi jantung terdengar kuat dan jelas
9. Payudara
Simetris kri dan kanan, putting susu menonjol dan ada pengeluaran asi, nampak
bendungan
10. Abdomen
Tonus otot perut kendor, tidak ada luka bekas operasi
11. Genitalia dan anus
Ada pengeluaran lokia serosa, tidak ada hemoroid dan tidak ada luka jahitan dan
terpasang kateter
12. Ekstremitas atas
Simetris kiri dan kanan,terpasang infuse RL pada tangan kiri 20 tetes/menit , tidak
ada oedema
13. Ekstremitas bawah
Simetris kiri dan kanan dan tidak ada farises, Tidak ada oedema
Reflex patella (+) kiri dan kanan.
14. Human sign tidak ada (-)
15. Pemeriksaan laboratorium
47. Hb 7 gr
Protein urin ( +++)
Asessment ( A )
PIIIA0, post partum hari ke-IX, dengan eklamsi masa nifas
Planning ( P )
Tanggal 2 juli 2014 jam 03.00 wita
1. Menginformasikan pada keluarga hasil pemeriksaan
Hasil : keluarga mengerti dengan keadaan pasien saat ini
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : Tekanan Darah : 150/110 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 0c
Pernapasan : 20 x/menit
3. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dipasang infuse RL
Hasil : infuse telah terpasang pada lengan kiri
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan
Hasil : Jam 02.30 Injeksi diazepam 1A / I.V
5. Memberikan obat-obatan
Hasil : Jam 17.50 Injeksi ceftriaxon 2 gr / I.V/ 12 jam , Oral : nifedipin 3x1 dalam bentuk
puyer dan Calac 2x1 dalam bentuk puyer
6. Melakukan pemantauan cairaan infuse
Hasil : tetesan infuse 20 tetes / menit
7. Mengompres payudara dengan menggunakan air hangat
48. Hasil : payudara telah di kompres dan ASI keluar
8. Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri
Hasil : ibu baring miring kiri
9. Bekerja sama dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan urin
Hasil : protein urin (+++)
Catatan hasil perkembangan hari ke 2, kamis 03-07-2014
Subyektif (S)
Keluarga mengatakan Ibu belum sadarkan diri
Obyektif (O)
1. Keadaan umum ibu lemah
2. Kesadaran samnolen
3. Tanda- tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmhg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 380c
Pernapasan : 20x/ menit
4. Pemeriksaan fisik
1. Wajah
Pucat , tidakada udem
2. Mata
Konjungtiva pucat dan sclera tidak ikterus, udem pada kelopak mata
3. Mulut dan gigi
49. Bibir kering, tidak ada karies gigi, lida bersih dan tidak ada sariawan
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Tidak ada pelebaran vena jugularis
5. Payudara
Simetris kri dan kanan, putting susu menonjol dan ada pengeluaran asi, nampak
bendungan
6. Genitalia dan anus
Ada pengeluaran lokia serosa, tidak ada hemoroid dan tidak ada luka jahitan dan
terpasang kateter
7. Ekstremitas atas
Simetris kiri dan kanan,terpasang infuse RL pada tangan kiri 28 tetes/menit , tidak
ada oedema
8. Ekstremitas bawah
Simetris kiri dan kanan dan tidak ada farises, Tidak ada oedema
Assesment(A)
Post partum hari ke X dengan eklamsi post partum
Planning (P)
1. Menginformasikan pada keluarga hasil pemeriksaan
Hasil : keluarga mengetahui dengan keadaan pasien saat ini
2. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital
Hasil : Tekanan darah : 150/90 mmhg
50. Nadi : 80x/ menit
Suhu : 380c
Pernapasan : 20x/ menit
3. Melakukan pemantauan tetesan infuse
Hasil : tetesan infuse di naikan menjadi 28 tetes per menit
4. Mengompres payudara meggunakan air hangat
Hasil : payudara telah di kompres dan ASInya keluar sedikit- sedikit
5. Memberikan obat oral pada pasien
Hasil : jam 04.00 nifedipin dan calac di berikan secara sublingual
6. Memberikan obat pada pasien
Hasil : jam 17.50 injeksi ceftriaxon 1 gr /I.V / 12 jam
7. Memberikan obat pada pasien
Hasil : jam 24.00 nifedipin dan calac di berikan secara sublingual
8. Menganjurkan ibu untuk tetap miring kiri
Hasil : ibu berbaring miring kiri
9. Membersihkan badan pasien menggunakan air hangat
Hasil : ibu telah di bersihkan
Catatan hasil perkembangan hari ke 3 Jumat 4 juli 2014
Subyektif (S)
Keluarga mengatakan :
1. Ibu sudah mulai membuka matanya
51. 2. Ibu sudah bisa menggerakan badannya sendiri
Obyektif (O)
1. Keadaan umum ibu lemah
2. Kesadaran apatis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 50/90 mmhg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 370c
Pernapasan : 20x/ menit
4. Pemeriksaan fisik
1. Wajah
Pucat , tidakada udem
2. Mata
Konjungtiva pucat dan sclera tidak ikterus, udem pada kelopak mata
3. Mulut dan gigi
Bibir kering, tidak ada karies gigi, lida bersih dan tidak ada sariawan
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Tidak ada pelebaran vena jugularis
5. Payudara
Simetris kri dan kanan, putting susu menonjol dan ada pengeluaran asi, Nampak
bendungan
6. Genitalia dan anus
52. Ada pengeluaran lokia serosa, tidak ada hemoroid dan tidak ada luka jahitan dan
terpasang kateter
7. Ekstremitas atas
Simetris kiri dan kanan,terpasang infuse RL pada tangan kiri 28 tetes/menit , tidak
ada oedema
8. Ekstremitas bawah
Simetris kiri dan kanan dan tidak ada farises, Tidak ada oedema
Assessment (A)
P111 A0, Post partum hari ke X1 dengan eklamsi post partum
Planning (P)
1. Menginformasikan pada keluarga hasil pemeriksaaan
Hasil : keluarga mengerti dengan keadaan pasien saat ini
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : Tekanan Darah : 150/90 mmhg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 370c
Pernapasan : 20x/ menit
3. Melakukan pemantauan tetesan infuse
Hasil : tetesan infuse 28 tetesper menit
4. Memberikan obat-obatan
53. Hasil : jam 06.00 Injeksi ceftriaxon 1 gr/ I.V/ 12jam
5. Memberikan obat oral pada pasien
Hasil : jam 12.53 nifedipin di berikan dalam bentuk puyer
6. Memberikan obat-obatan
Hasil : jam 07.00 nifedipin dan calac di beri secara sublingual
7. Mengompres payudara dengan menggunakan air hangat
Hasil : payudara telah dikompres
8. Menganjurkan ibu tetap miring kiri
Hasil : ibu berbaring miring kiri
9. Membersihkan badan ibu menggunakan air hangat
Hasil : badan ibu telah dbersihkan
10. Menganjurkan pada keluarga untuk tetap memberi makanan pada ibu walaupun tidak
ada nafsu makan
Hasil : keluarga mengerti dan mau melakukan
Catatan perkembangan hari ke 4, sabtu 5 juli 2014
Subyektif (S)
Keluarga mengatakan
1. Ibu sudah mulai bicara
2. Suhu tubuhnya menurun
Obyektif (O)
54. 1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran kompesmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/ 90 mmhg
Nadi : 80x/ menit
Suhu :37,50c
Pernapasan :22x /menit
4. Pemeriksaan fisik
1. Wajah
Pucat , tidakada udem
2. Mata
Konjungtiva pucat dan sclera tidak ikterus, udem pada kelopak mata
3. Mulut dan gigi
Bibir kering, tidak ada karies gigi, lida bersih dan tidak ada sariawan
4. Payudara
Simetris kri dan kanan, putting susu menonjol dan ada pengeluaran asi,
5. Genitalia dan anus
Ada pengeluaran lokia serosa, tidak ada hemoroid dan tidak ada luka jahitan dan
terpasang kateter
6. Ekstremitas atas
Simetris kiri dan kanan,terpasang infuse RL pada tangan kanan 28 tetes/menit ,
tidak ada oedema
55. 7. Ekstremitas bawah
Simetris kiri dan kanan dan tidak ada farises, Tidak ada oedema
Assessment (A)
P111 A0 Post partum hari XII dengan ekalmsi post partum
Planning (P)
1. Memberitahu pada ibu tentang hasil pemeriksan
Hasil : ibu mengerti dengan keadaanya
2. Memantau tanda-tanda vital
Hasil : Tekanan darah : 130/ 90 mmhg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 37,50c
Pernapasan : 22x/ menit
3. Memindahkan posisi infuse pada lengan kanan
Hasil : infuse terpasang pada lengan kanan
4. Memantau tetesan infuse
Hasil : tetesan infuse 28 tetes per menit
5. Memberikan obat- obatan
Hasil : jam 12.45 paracetamol dan cefadroxil di berikan dalam bentuk puyer
6. Memberikan obat pada pasien
Hasil : jam 19.25 nifedipin dan paracetamol dalam bentuk puyer
7. Membersihkan badan ibu dengan air hangat
Hasil : ibu telah di bersihkan
56. 8. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak minum air putih
Hasil : ibu mengerti dan mau melakukan
9. Menganjurkan ibu untuk tetap miring kiri
Hasil : ibu berbaring mering kiri
10. Mengompres payudara dengan menggunakan air hangat
Hasil : payudara telah di kompres
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dengan
penerapan manajemen asuhan kebidanan pada Ny.”M” post partum hari ke XII di RSUD
Kabupaten Muna Tahun 2014.
Pembahasan ini disusun berdasarakan teori dan alasan nyata dengan pendekatan
manajemen kebidanan yang terdiri dari 7 langkah.
A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar
Pada langkah awal ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi
identitas klien, data biologis, data psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual. Informasi
yang diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan
wawancara langsung Dengan keluarga kliaen sebagian bersumber dari pemeriksaan
fisik. Data lainnya diperoleh dari petugas kesehatan yang menangani klien. Dalam
mengumpulkan informasi ini penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti karena
sikap serta respon keluarga cukup terbuka.
57. Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus ini diperlukan data yang menunjang
seperti tanda dan gejala eklamsi seperti nyeri kepala hebat,pandangan kabur,kejang
dengan mata terbuka,kelopak mata udem, nyeri ulu hati
Pada kasus Ny.”M” data yang diperoleh menunjukkan adanya persamaan gejala
yang terdapat pada teori dan fakta yaitu nyeri kepala hebat,pandangan kabur,kejang
dengan mata terbuka,kelopak mata udem, nyeri ulu hati dan kenyataan yang penulis
dapatkan di lahan yaitu masuk dalam kategori eklamsi masa nifas
B. Langkah II. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Berdasarkan dalam konsep dasar bahwa dalam menegakkan suatu
diagnosa/masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan yang
didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif maupun data objektif.
Berdasarkan teori dan diagnosa masalah aktual yang dapat diidentifikasi pada
Ny.”M” adalah: PIII A0, post partum hari ke VIII dengan eklamsimasa nifas. Dengan ini
penulis mendapatkan adanya kesesuaian antara teori dan fakta dilahan dan masuk pada
kategori pasien mengalami eklamsi.
C. Langkah III. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Pada tinjauan asuhan kebidanan identifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi
pada Ny.”M” berdasarkan pengumpulan data, pengamatan yang cermat dan observasi
yang akurat kemudian dievaluasi apakah terdapat kondisi yang abnormal dan apabila tidak
mendapatkan penanganan yang akurat dapat menimbulkan keadaan yang berbahaya dalam
masa nifas ibu.
Berdasarkan teori, bahaya atau potensial yang akan terjadi pada masa nifas yaitu
potensial terjadinya koma .Sedangkan yang ditemukan dilahan menunjukkan adanya
58. kesamaan antara teori dan praktek dilahan sehingga memudahkan penulis dalam
melanjutkan proses asuhan ke langkah berikutnya.
D. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Berdasarkan data yang di kumpulkan pada ny ”M’’ telah di dapatkan diagnosa atau
masalah yang membutuhkan interfensi segera atau kolaborasi dengan dokter dengan
pemberian obat-obatan seperti diazepam, ceftriaxon, nifedipin, calac
E. Langkah V. Rencana Tindakan
Dalam merencanakan asuhan pada Ny”M” ini didasarkan pada diagnosa dan masalah
yang teridentifikasi sebelumnya. Selain itu dalam perencanaan asuhan juga
memperhatikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang sehubungan dengan
kondisi Ny” M” sekarang ini. Oleh karena itu, asuhan yang direncanakan selain bersifat
pengamatan pada keadaan kesehatan juga asuhan dititikberatkan pada pendidikan
kesehatan yang berorientasi pada upaya preventif dan promotif.
Adapun rencana tindakan pada kasus Ny.”M” adalah
1. Menginformasikan pada keluarga hasil pemeriksaan yang dilakukan
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
3. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dipasang infus RL (Ringer Laktat)
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan :
1) Injeksi diazepam 1A / I.V
2) Injeksi ceftriaxon 2 gr / I.V/ 12 jam
3) Oral : - nifedipin 3x1 dalam bentuk puyer
59. - Calac 2x1 dalam bentuk puyer
5 Melakukan pemantauan cairan infus
6 Mengompres payudara dengan menggunakan air hangat
7 Membaringkan posisi pasien ke sebelah kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
Jika disimak berdasarkan ciri-ciri rencana asuhan pada Ny”M” yakni dapat
memecahkan atau meringankan masalah, hasil suatu proses sistematis dari pikiran yang
logis berhubungan dengan masa yang akan datang, berkaitan dengan masalah kesehatan
dan kebidanan yang ada, cara untuk mencapai tujuan dan merupakan suatu proses yang
terus-menerus maka asuhan yang telah direncanakan tidaklah bertentangan dengan ciri-ciri
tersebut.
F. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. ”M” ini, seluruh asuhan yang
direncanakan terlaksana dengan baik. Asuhan yang diberikan tidak memberatkan bagi
klien sehingga setiap pelaksanaan asuhan selalu mendapatkan respon yang baik dan
diterima oleh klien.
Dalam pelaksanaan dilaksanakan secara terus menerus sampai kondisi keadaan pasien
benar-benar pulih. Adapun waktu pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny ”M” dapat
dilihat pada tabel berikut.
No. Asuhan Kebidanan Waktu Ket.
1. - Menginformasikan pada keluarga hasil
pemeriksaan
- Mengobservasi tanda-tanda vital
2 Juli 2014
60. 2.
3.
- Memberitahu keluarga pasien bahwa akan
dipasang infus RL (Ringer Laktat)
- Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obatan :
d. a. Injeksi diazepam 1A/I.V
e. b. Injeksi cefriaxon 2 gr/I.V/12 jam
f. c. Oral : - nifedipin 3x1 dalam bentuk puyer
g. - calac 2x1 dalam bentuk puyer
- Melakukan pemantauan cairan infus
- Mengompres payudara dengan menggunakan
air hangat
- Membaringkan posisi pasien sebelah kiri
- Menginformasikan pada keluarga hasil
pemeriksaan
- Mengobservasi tanda-tanda vital
- Melakukan pemantauan tetesan infus
- Memberikan obat-obatan :
h. a. Injeksi cefriaxon 1 gr /I.V/12 jam
i. b. Nifedipin 3x 1/oral
j. c. Calac 2x1/oral
- Mengompres payudara dengan menggunakan
air hangat
- Memimpin ibu melakukan gerakan membuka
3 Juli 2014
4 Juli 2014
61. 4.
mata
- Menginformasikan pada keluarga hasil
pemeriksaan
- Mengobservasi tanda-tanda vital
- Melakukan pemantauan tetesan infus
- Memberikan obat-obatan :
k. a. Injeksi cefriaxon 1 gr /I.V/12 jam
l. b. Nifedipin 3x 1/oral
m. c. Calac 2x1/oral
- Mengompres payudara dengan menggunakan
air hangat
- Memimpin ibu melakukan gerakan membuka
mata
- Menganjurkan ibu untuk tetap miring kiri
n. - Menginformasikan pada ibu hasil
pemeriksaan
- Mengobservasi tanda-tanda vital
- Memberikan obat nifedipin dan paracetamol
secara oral dalam bentuk puyer
- Menganjurkan ibu untuk banyak minum air
putih
- Mengeluarkan ASI dengan cara memompa
5 Juli 2014
62. payudara
- Menganjurkan ibu untuk lebih bergerak
G. Langkah VII. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang
tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat
keberhasilan yang diberikan pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang sudah diberikan.
Berdasarkan tinjauan kasus dan teori tidak terdapat kensenjangan karena setelah
dilakukan perawatan dan kunjungan hari ke empat, asuhan yang diberikan pada Ny”M”
proses infolusio berjalan dengan normal, ibunya tidak mengalami tanda-tanda
infeksi,ibunya sudah tidak kejang, tekanan darah dari 150/110 mmhg menjadi 140/90,
suhu 37,50C menjadi 370C.
63. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny ”M” post
partum hari ke VIII dengan eklamsi masa nifas maka pada bab ini penulis mencoba
menyimpulkan beberapa hal, yaitu :
a. Telah dilakukan pengkajian dan analisis data pada Ny “M” PIII A0 post partum hari
ke VIII dengan eklamsi post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli
2014.
b. Diagnose/ masalah pada Ny “M” PIII A0 post partum hari ke VIII dengan eklamsi
post partum di RSUD Kabupaten Muna tanggal 1-5 juli 2014.
c. Pada kasus Ny “M” PIII A0 post partum hari ke VIII dengan eklamsi post partum
dapat di simpulkan potensial terjadinya koma
d. Dari masalah yang di alami Ny”M” dengan eklamsi masa nifas, penulis
menyimpulkan telah melakukan tindakan segera dengan melakukan perawatan dan
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam rangka pemberian obat-obatan.
e. Pada kasus yang di alami Ny”M” penulis menyimpulkan melakukan perencanaan
tindakan yang terdiri dari tujuan, kriteria dan perencanaan tindakan
64. f. Telah di laksanakan tindakan kebidanan pada Ny”M” yang di awali dengan infomen
consen, asuhan kebidanan sampai dengan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat-obatan.
g. Dapat menilai hasil evaluasi pada Ny”M” PIIIA0 post partum hari ke VIII dengan
eklamsi masa nifas di wilayah kerja RSUD Kabupaten Muna Tahun 2014
B. Saran-saran
1. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia yang disebabkan oleh eklamsi selama
masa nifas menuntut kita sebagai praktisi kebidanan untuk tidak menyepelekan
pelayanan post natal baik di rumah sakit, puskesmas, maupu di BPS.
2. para bidan senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan dan keahlian untuk
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
dengan senantiasa mengikuti perkembangan ilmu dan hasil-hasil penelitian terbaru.
3. Bagi institusi pendidikan agar penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan
masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan , mengingat proses tersebut sangat
bermanfaat dan membina tenaga Bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang
berpotensi dan professional.