How To Get More From SlideShare - Super-Simple Tips For Content Marketing
Similar to MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”R” DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM DI BPS BUNDA AMUD KABUPATEN MUNA TANGGAL 22 APRIL 2015
Similar to MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”R” DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM DI BPS BUNDA AMUD KABUPATEN MUNA TANGGAL 22 APRIL 2015 (20)
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”R” DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM DI BPS BUNDA AMUD KABUPATEN MUNA TANGGAL 22 APRIL 2015
1. MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.”R” DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
DI BPS BUNDA AMUD KABUPATEN MUNA
TANGGAL 22 APRIL 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
ERNA WATI.U
2011.IB.0
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA
KABUPATEN MUNA
2015
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Diperkirakan ada 14 juta kasus
perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita
mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi
dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu
hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Indonesia,
Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang
bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah
sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya
mortalitas tinggi.
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2013-2014) adalah 650 ibu
tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum, dan Menurut Kemetrian Kesehatan RI tahun 2010, ada 3
faktor utama kematian Ibu bersalin adalah perdarahan (28%), Eklamsia (24%), dan
Infeksi (11%). Anemia dan kekurangan energy kronis (KEK) pada Ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama
kematian Ibu.
3. Menurut data WHO, di berbagai Negara paling sedikit seperempat dari
seluruh kematian ibu di sebabkan oleh perdrahan, proporsinya berkisar anatara
kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen (PP dan KPA 2010).
Meskipun bebrbagai upaya tersebut telah di lakukan namun jumlah kasus
kematian yang terjadi di Sulawesi Tenggara masih tinggi dan jauh dari target nasional
menurut MDGs yaitu menurunkan angka kematian ibu sebesar ¾ dari angka
Kematian Ibu pada tahun 1990 (450 per 100.000) menjadi 102 100.000 pada tahun
2015 (Agan et al,2010). Hal ini menunjukkan bahwa status kesehatan masyarakat di
Sulawesi Tenggara masih perlu mendapatkan penanganan terutama masalah
kesehatan Ibu. Hal ini menjadi karena intervensi yang di berikan masih bersifat
parsial dan pada lokasi tertentu saja, disamping itu juga masih banyak program
intervensi yang kurang tepat sasaran (Pemda provsultra.2008).
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari
etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan
variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian
besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan
atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya
mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat
terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum,
laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.
4. Adapun Pengertian, komplikasi dan penyebab Perdarahan Post Partum adalah sebagai
berikut:
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih
setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).
Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm
sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah membuka
lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan
kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan
pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III persalinan selesai
(Saifuddin, 2002).
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun
merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga
berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan
wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Mochtar, 1995).
A. Penyebab Perdarahan Postpartum
Penyebab perdarahan Postpartum antara lain :
1) Atonia uteri 50% - 60%
2) Retensio plasenta 16% - 17%
3) Sisa plasenta 23% - 24%
5. 4) Laserasi jalan lahir 4% - 5%
5) Kelainan darah 0,5% - 0,8% (Mochtar, 1995).
Beberapa komlikasi dan kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan
faktor predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah
lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil.
Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada
waktu persalinan :
1) Trauma persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus
diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan
pada jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.
2) Atonia Uterus
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007). Pada kasus
yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi
dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat
uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
3) Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek,
hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
6. 4) Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu
diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.
Berdasarkan angka kejadian Perdarahan Post Partum yang banyak memberi
dampak terhadap Ibu bersalin maka penulis termotivasi untuk membahas dalam
sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Kebidanan Ny. ”R“ dengan
Perdarahan Post Partum di Bidan Praktek Swasta (BPS) tanggal 24 April 2015.
A. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan dalam penulis ini meliputi Manajemen Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny.R GIP0A0 dengan Perdarahan Post Partum di BPS
Bunda Amud Tanggal 24 April 2015
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny.”R” GIP0A0
dengan Perdarahan Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24 April 2015.
2. Tujuan khusus
a. Mengumpulkan data dan analisis data Ny.”R” GIP0A0 dengan Perdarahan
Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24 April 2015.
b. Menentukan dan merumuskan Diagnosa/Masalah aktual Ny.”R” GIP0A0
dengan Perdarahan Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24 April 2015.
7. c. Menentukan dan merumuskan diagnosa atau masalah potensial Ny.”R”
GIP0A0 dengan Perdarahan Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24
April 2015.
d. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera Ny.”R” GIP0A0 dengan
Perdarahan Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24 April 2015.
e. Menentukan rencana tindakan dan kolaborasi asuhan kebidanan Ny.”R”
GIP0A0 dengan Perdarahan Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24
April 2015.
f. Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan Ny.”R” GIP0A0 dengan
Perdarahan Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24 April 2015.
g. Melaksanakan evaluasi hasil Asuhan Ny.”R” GIP0A0 dengan Perdarahan
Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24 April 2015.
h. Melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ny.”R” GIP0A0 dengan
Perdarahan Post Partum di BPS Bunda Amud Tanggal 24 April 2015.
D. Manfaat Telaah
Adapun manfaat penulisan dalam karya tulis ini adalah:
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman
yang sangat berharga dalam penerapan Asuhan Kebidanan dengan Perdarahan
Post Partum.
8. 2. Bagi Institusi
Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang Pendidikan Diploma
III Akademi Kebidanan Paramata Raha dan sebagai bahan acuan/pedoman bagi
Institusi Jurusan Kebidanan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya
terutama pada persalinan Perdarahan Post Partum.
3. Bagi Petugas Kesehatan
a. Sebagai Sebagai masukan bagi Institusi kesehatan khususnya kebijaksanaan
dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
b. Sumber informasi bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan Manajemen
Asuhan Kebidanan dengan Perdarahan Post Partum.
E. Metode Telaah
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan teori ilmiah yang
dipadukan dengan praktek dan pengalaman. Penulis memerlukan data yang objektif
dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan analisa dalam pemecahan masalah
untuk itu penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Mencari sumber melalui bahan bacaan atau buku-buku literatur yang dapat
dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah
klien.
9. 2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan komprehensif
data yang dihimpun dengan evaluasi yang di dapat dengan metode:
a) Wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan secara langsung
pada klien/keluarga.
b) Observasi
Mengamati keadaan klien
c) Pemeriksaan fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
d) Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dan mempelajari data serta status pasien yang bersumber
dari catatan bidan maupun buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dapat
menunjang hasil pemeriksaan diagnostik.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan dan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyusun dan menulis dalam beberapa BAB sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan
10. Bab ini berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan
telaah yang meliputi tujuan umum dan khusus, manfaat telaah, yang
meliputi manfaat bagi institusi pendidikan dan manfaat bagi penulis,
metode telaah yang meliputi studi kepustakaan dan studi kasus, terdiri
dari wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik, studi dokumentasi,
diskusi, serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang telaah pustaka, yang terdiri dari tinjauan medis
tentang persalinan dan konsep manajemen kebidanan, serta dokumentasi
asuhan kebidanan yang meliputi definisi dokumentasi dan unsur-unsur
dokumentasi.
BAB III : Studi Kasus
Bab ini berisi tentang pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa
dan masalah aktual, identifikasi masalah potensial dan masalah potensial,
menilai perluny tindakan segera, kolaborasi dan konsultasi, perencanaan
asuhan, penatalaksanaan tasuhan dan evaluasi keefektifan asuhan hingga
pendokumentasian.
BAB IV : Pembahasan
Pembahasan yang berisikan perbadingan antara teori dan fakta yang ada
di lahan praktek pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan
kasus serotinus secara sistematis.
BAB V : Pembahasan
11. Penutup berisikan kesimpulan dan hasil pelaksanaan serta saran yang
merupakan alternatif rujukan serta adanya lampiran-lampiran.
12. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
A. Pengertian Perdarahan Post Partum
Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karaena retensio plasenta.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir.
b) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi
lahir.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
B. Etiologi Perdarahan Post Partum
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
a. Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
1) Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum, luka episiotomi.
13. 2) Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia uteri,
retensi plasenta, inversio uteri.
3) Gangguan mekanisme pembekuan darah.
b. Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat biasanya disebabkan
oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi produk
pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.
C. Faktor predisposisi Perdarahan Post Partum
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor predisposisi
terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut ditambah lagi dengan
tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi ibu selama hamil. Oleh
karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal dan diantisipasi pada
waktu persalinan :
1) Trauma persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus diikuti
dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan pada jalan
lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.
2) Atonia Uterus
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007). Pada kasus yang
diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus diantisipasi dengan
14. pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan obat uterotonika serta
pertolongan persalinan kala III dengan baik dan benar.
3) Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan itu jelek, hipertensi
saat hamil, pre eklampsia dan eklamsi.
4) Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu
diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.
D. Patofisiologi Perdarahan Post Partum
1) Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus
masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam
stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya
plasenta terbuka.
2) Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot
uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab
perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah
perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perineum.
15. E. Gejala dan tanda Penyulit Diagnosa penyebab
1) Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
2) Perdarahan segera setelah bayi lahir.
3) Syok.
4) Bekuan darah pada serviks atau pada posisi terlentang akan menghambat
aliran darah keluar.
5) Atonia uteri.
6) Darah segar mengalir segera setelah anak lahir.
7) Uterus berkontraksi dan keras.
8) Plasenta lengkap.
9) Pucat.
10) Lemah.
11) Mengigil.
12) Robekan jalan lahir
13) Plasenta belum lahir setelah 30 menit
14) Perdarahan segera, uterus berkontraksi dan keras
15) Tali pusat putus
16) Inversio uteri
17) Perdarahan lanjutan
18) Retensio plasenta
19) Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
16. 20) Perdarahan segera
21) Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang
22) Tertinggalnya sebagian plasenta
23) Uterus tidak teraba
24) Lumen vagina terisi massa
25) Neurogenik syok, pucat dan limbung
26) Inversio uteri
F. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum / Penanganan Perdarahan Post
Partum
a. Penatalaksanaan umum:
1) Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
2) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
3) Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
4) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
5) Atasi syok jika terjadi syok
6) Pastikan kontraksi berlangsung baik ( keluarkan bekuan darah, lakukan
pijatan uterus, beri uterotonppika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500
cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit ).
7) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan
jalan lahir
8) Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
17. 9) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
10) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
b. Penatalaksanaan khusus:
a) Atonia uteri
1) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
2) Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika,
lakukan pengurutan uterus.
3) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
4) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan :
5) Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding
abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan
yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan,
pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke
fasilitas kesehata rujukan.
6) Kompresi bimanual internal yaituv uterus ditekan diantara telapak tangan
pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit
pembuluh darah didalam miometrium.
7) Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari
tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian
tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan,
18. hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan
menghetikan atau mengurangi, denyut arteri femoralis.
b) Retensio plasenta dengan separasi parsial
1) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil.
2) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi
tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.
3) Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan
40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per
rektal.
4) Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus.
5) Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
6) Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
7) Berikan antibivotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole
1 g supp/oral ).
c) Plasenta inkaserata
1) Tentukan diagnosis kerja
2) Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks
yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan
kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk500
19. NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang
mungkin timbul.
3) Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan manuver sekrup untuk
melahirkan plasenta.
4) Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak
jelas.
5) Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
spekulum
6) Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak
jelas.
7) Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi
berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk
memegang klem tersebut.
8) Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra lateral
9) Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil diputar searah jarum jam
tarik plasenta keluar perlahan-lahan.
d) Ruptur uteri
1) Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan
siapkan laparatomi.
2) Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta, fasilitas
pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit
rujukan.
20. 3) Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus.
4) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi.
5) Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum abdomen.
6) Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda infeksi.
e) Sisa plasenta
1) Penemuan secara dini, dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan.
2) Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
3) Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.
4) Hbv 8 gr% berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600mg/hari
selama 10 hari.
f) Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina
1) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber
perdarahan
2) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik
3) Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan
benang yang dapat diserap
4) Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal
5) Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi
lapis dengan bantuan busi pada rektum, sebagai berikut :
6) Setelah prosedur aseptik- antiseptik, pasang busi rektum hingga ujung
robekan
21. 7) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul sub
mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0 ( deton/vierge )
hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani dengan klem dan jahit
dengan benang no 2/0.
8) Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan
benang yang sama ( atau kromik 2/0 ) secara jelujur.
9) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara sub mukosa dan sub
kutikuler
10) Berikan antibiotik profilaksis. Jika luka kotor berikan antibiotika untuk
terapi.
g. Robekan serviks
1) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.
2) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan
porsio.
3) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi lanjutkan
tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan dimulai dari
ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan dapat
dijahit.
4) Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri
dan perdarahan paska tindakan
5) Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda
infeksi.
6) Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah 8
gr% berikan transfusi darah.
22. B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di
gunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan Menurut Varney (2008) proses
manajemen kebidanan dalam tujuh langkah yang pada waktu tertentu dapat diperluas
dan diperbaharui. Hal ini mulai dengan pengumpulan data dasar dan di akhiri dengan
evaluasi. Tujuh langkah itu adalah:
a) Langkah I: Identifikasi dan analisa Data Identifikasi dan analisa data (pengkajian)
pengumpulan data untuk menialai kondisi klien. Yang termasuk data
dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan panggul,
pemeriksaan fisik, serta catatan tentang kesehatan yang lalu dan
sekarang serta hasil pemeriksaan laboratorium.
b) Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual Mengidentifikasi data secara
spesifik ke dalam suatu rumusan diagnosa kebidanan dan masalah.
Kata diagnosa dan masalah digunakan kedua-duanya dan mempunyai
pengertian yang berbeda-beda. Problem klien menguraikan keadaan
yang ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering di definisikan oleh
bidan yang di fokuskan pada apa yang di alami oleh klien.
c) Langkah III : Identifikasi Diagnosa/ Masalah potensial Dari kumpulan masalah dan
diagnosa, identifikasi faktor-faktor potensial yang memerlukan
23. antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau
waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk
segala sesuatu yang mungkin terjadi.
d) Langkah IV : Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi Proses manajemen kebidanan
dilakukan secara terus menerus selama klien dalam perawatan
bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera di
nilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan
darurat di mana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan
klien.
e) Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan Dikembangkan berdasarkan intervensi
saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan problem serta meliputi
data-data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan
komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta konseling,
bila perlu mengenai ekonomi, agama, budya, ataupun masalah
psikologis.
f) Langkah IV: Implementasi Asuhan Kebidanan Implementasi dapat dikerjakan
keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan tim kesehatan
lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan
mengurabgi waktu perawatn dan biaya perwatan serta akan
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien.
g) Langkah VII: mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan
kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan
24. pengamatan dan obsevasi terhadap masalah di atasi seluruhnya,
sebagian telahdipecahkan atau mungkin timbul masalah baru.Pada
prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap
klien untuk menjawabpertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana
yang dilakukan. b. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Menurut
Simatupang E.J (2006), metode empat pendokumentasian yang di
sebut SOAP ini dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan
kebidanan. Proses Manajemen SOAP
1. S (Data Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa sebagai langkah 1 varney. S (Subyektif) ini merupakan informasi yang
diperoleh langsung dari klien.Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnose (Nurul Janah, 2011).
2. O (Data Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data focus untuk
mendukung assessment sebagai langkah 1 varney. Data yang diperoleh dari apa
yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga
hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dan lain-lain. Apa yang diobservasi oleh
bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang akan ditegakkan
(Marmi, 2012).
25. 3. A (Assessment)
Assessment menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis/masalah (diagnose adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai
kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil
analisa data yang didapat. Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan atau
kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa ).
b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah.
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi, dan
atau perujukan sebagai langkah 2,3, dan 4 varney (Marmi, 2012).
4. P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi
berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 (Marmi, 2012).
26. BAB III
STUDI KASUS
No. Reg : 889
Tanggal Partus : 22 April 2015, Jam:10.30 WITA
Tgl pengkajian : 22 April 2015, Jam:07.30 WITA
A. Mengumpulkan Data Dasar
1. Identitas Istri / Suami
Nama : Ny.“R” / Tn. “H”
Umur : 36 thn / 43 thn
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Swastas
Nikah/lamanya : 1 tahun
Alamat : Jl.Lakilaponto
2. Tinjauan Kartu ANC
1) GI P0 A0
2) HPHT tanggal 9 agustus 2014 TP tanggal 16 mei 2015
3. Riwayat kehamilan dan kesehatan
a) Keluhan utama
Nyeri perut tembus kebelakang disertai pelepasan lendir dan darah.
27. b) Riwayat keluhan utama
1) Mulai dirasakan tanggal 22 April 2015 pukul 04.00 Wita
2) Sifatnya hilang timbul
3) Lokasi keluhan daerah perut tembus kebelakang
4) Keluhan lain tidak ada
5) Usaha ibu untuk mengatasi keluhannya adalah dengan mengurut-urut
pinggang sambil berjalan-jalan serta menarik nafas panjang bila ada
rasa nyeri.
c) Riwayat Psikososial ,spiritual dan ekonomi.
1) Ibu,suami dan keluarga sangat menginginkan kelahiran ini
2) Suami dan keluarga member dukungan kepada ibu
3) Ibu berdoa kepada Allah SWT agar persalinanya berjalan dengan
lancar.
4) Suami telah menyiapkan dana untuk persalinan ini.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,7 °C
28. P : 20 x/menit
2. Pemeriksaan fisik khusus
Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
a. Kepala dan rambut
Inspeksi : Kepala dan rambut bersih, rambut hitam, dan rontok
Palpasi : Tidak ada benjolan
b. Wajah/muka
Inspeksi : Ekspresi wajah baik, tidak pucat, tidak ada kloasma
gravidarum
Palpasi : Tidak ada oedema
c. Mata
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera
putih dan pergerakan bola mata normal
d. Hidung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada polip,
tidak ada epistaksis
e. Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tampak adanya
polyester, tidak ada cairan yang berbau
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di belakang daun telinga
29. f. Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir lembab dan tidak pucat, tidak ada karies gigi, lidah
bersih, tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran tonsil
g. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak ada pelebaran vena jugularis
h. Payudara
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol,
hyperpigmentasi pada areola mammae
Palpasi : Tidak ada benjolan, kolostrum belum ada biar di pencet,
i. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tonus otot perut agak
kendor, tampak linea nigra, terdapat striae albikans,
pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I : 3 jari bawah px (32 cm)
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk pintu atas panggul (PAP)
Auskultasi : DJJ terdengar kuat, jelas, dan teratur 130x/menit
30. Perlimaan : 3 dari 5 jari berada di atas simphisis dan 2 jari
berada di bawah simphisis (Penurunan kepala 3/5)
Kontraksi uterus: 2-3x dalam 10 menit lamanya 30 detik
j. Genitalia dan anus
Inspeksi : Tampak pengeluaran lendir campur darah (show)
dari jalan lahir, tidak ada varices dan tidak ada
candiloma acuminata serta tidak ada hemoroid.
Pemeriksaan dalam ( VT )
Tanggal 22 April 2015 Jam 07.30 WITA
Dinding vagina elastis, porsio tipis dan lunak, pembukaan 7 cm,
ketuban (+), presentase kepala, posisi ubun-ubun kecil kanan depan,
molase (-), penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal (ditandai
dengan promontorium tidak teraba, linea terminalis teraba sebagian,
spina ischiadica tidak menonjol, os koksigis konkaf, arkus pubis
membentuk sudut tumpul), dan ada pelepasan lendir bercampur darah.
k. Ekstermitas atas
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku bersih dan tidak pucat,
jari jari kaki lengkap
Palpasi : Tidak ada oedema di punggung tangan
31. l. Ekstermitas bawah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, kuku bersih
dan berwarna merah muda
Palpasi : Tidak ada oedema
Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+)
C. Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
GIP0V0, umur kehamilan 33 minggu, inpartu kala I fase aktif, keadaan ibu dan
janin baik dengan perdarahan Post Partum.
1. GV PIV A0
Data subjektif : Ibu mengatakan ini kehamilannya yang kelima dan tidak
pernah keguguran.
Data objektif :
1) Tonus otot perut sudah longgar
2) Teraba bagian-bagian janin pada saat palpasi
Analisis dan interpretasi:
Pada kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan
progesteron, keadaan ini mengakibatkan hipertropi lobus intermedia hipofise
sehingga produksi MSH meningkat, maka terbentuklah linea nigra.
2. Umur Kehamilan 33 minggu.
Data Subjektif:
a. Ibu mengatakan kehamilanya lewat bulan
b. Ibu mengataakan HPHT 9-8-2014
32. Data objektif:
a. Tinggi fundus uteri 3 jari bawah px.
b. Tafsiran persalinan tanggal 16-5-2015
Analisis dan Interprestasi data:
Kehamilan cukup bulan (aterm) adalah proses yang di awali dengan
keluarnya sel telur matang pada saluran telur yang kemudian bertemu
dengan sperma, lalu keduanya menyatu membntuk sel yang akan tumbuh
(BKKBN).
3. Inpartu Kala I Fase Aktif
Data subjektif :
Ibu merasakan nyeri perut tembus ke belakang sejak tanggal 22 April 2015
jam 04.00 Wita
Data objektif :
His 3x10 (10”-30”)
Pemeriksaan dalam Jam 07.30 WITA
Dinding vagina : Elastis
Portio : Tipis
Pembukaan : 7 cm
Ketuban : (+)
Penurunan : H III
Presentasi : Kepala
33. Posisi : UUK kanan depan
Molase : -
Penumbungan : -
Kesan panggul : Normal
(ditandai dengan promontorium tidak teraba, linea terminalis teraba
sebagian, spina ischiadica tidak menonjol, os koksigis konkaf, arkus pubis
membentuk sudut tumpul).
Pelepasan : Lendir campur darah.
Analisa dan interpretasi data:
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan
(Wiknjosastro,2006:180), dan Fase aktif dimulai dari pembukaan 7 sampai
10 cm (Wiknjosastro,2008:304), Adapun Salah satu karakteristik persalinan
sebenarnya adalah nyeri kontraksi pada bagian belakang, melingkar ke
bagian bawah perut/abdomen, bertambah lama atau bertambah sering
sehingga kanalis servikalis mulai membuka dan mendatar yang
mengeluarkan lendir campur darah (Bloody Show).
4. Keadaan Ibu dan Janin Baik
Data Subjektif : Janinnya bergerak kuat pada sebelah kanan.
Data Objektif :
1) Kesadaran komposmentis
2) Tanda-Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
34. N : 88 x/menit
S : 36,7 ºC
P : 20 xmenit
DJJ : 130 x/menit
Analisis dan interpretasi data :
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada oedem pada wajah, ibu
yang menandakan keadaan ibu baik (Wiknjosastro H. 2002:156).
b) DJJ dalam keadaan normal, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya
antara 120-160 x/menit menandakan janin dalam keadaan baik.
D. Merumuskan Diagnosa/ Masalah Potensial
Potensial terjadi syok hemorhage sampai kematian.
E. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/kolaborasi
Persalinan dianjurkan dengan pemasangan infus RL 8 tetes/menit.
F. Rencana Tindakan
1. Tujuan :
a. Kala I persalinan berlangsung normal.
b. Keadaan ibu dan janin baik.
c. Bayi telah lahir dengan selamat.
2. Kriteria:
Pada pukul 10.25 WITA pembukaan sudah lengkap (10 cm) dengan keadaan
ibu dan janin baik, kesadaran komposmentis, serta Tanda-tanda vital dalam
batas normal.
35. 3. Rencana Tindakan
1) Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu
Rasional : Agar ibu dapat mengetahui keadaannya dan janin sehingga ibu
dapat lebih kooperatif terhadap tindakan dan anjuran petugas.
2) Ajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya melalui mulut jika ada his.
Rasional : Tekhnik relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi
rasa nyeri dengan memberikan jaringan suplai O2 yang cukup.
3) Beri intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Rasional : Dengan intake yang adekuat dapat memberi energi bagi tubuh
agar dapat memudahkan proses persalinan.
4) Anjurkan pengosongan kandung kemih tiap 2 jam atau jika ibu merasa
ingin BAK
Rasional: Kandung kemih yang penuh menyebabkan pemeriksaan yang
tidak akurat dan memperlambat turunnya kepala janin ke jalan lahir dan
juga memberi perasaan yang tidak nyaman pada ibu.
5) Observasi DJJ, his, nadi setiap 30 menit atau bila ada indikasi
Rasional : Pemantauan DJJ untuk mengetahui kondisi janin selama proses
persalinan serta dapat menentukan tindakan selanjutnya jika terjadi gawat
janin .
6) Observasi Tekanan darah dan suhu tiap 4 jam atau bila ada indikasi.
Rasional: Pemantauan TTV untuk mengetahui keadaan ibu.
36. 7) Observasi dan lakukan pemeriksaan dalam tiap 4 jam atau bila ada
indikasi
Rasional: Dengan melakukan pemeriksaan dalam dapat diketahui
kemajuaan persalinan.
8) Memasang infuse RL
Rasional: Agar ibu kuat dalam menghadapi persalinan
9) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman
Rasionsl: Posisi berjalan/berdiri dan posisi nyaman membantu penurunan
janin yang berlanjut adanya dorongan untuk meneran, jongkok dan berdiri
dapat membantu mempercepat kemajuan persalinan dan mengurangi
nyeri serta berbaring miring kiri memudahkan ibu untuk istrahat di antara
kontraksi jika ibu mengalami kelekahan dan juga dapat mengurangi
resiko terjadinya laserasi.
10) Anjurkan ibu untuk menentukan pendamping pada saat persalinan.
Rasional: Untuk memberikan dukungan moril pada ibu saat proses
persalinan.
11) Siapkan alat dan bahan saat persalinan.
Rasional: Untuk proses pertolongan persalinan.
37. G. Implementasi
Tanggal: 22 April 2015 Jam: 10.25 WITA
1) Melakukan infomed consent utuk setiap tindakan yang di lakukan
Hasi: Ibu mengerti dan setuju tentang tindakan yang akan di lakukan.
2) Mengajarkan tekhnik relaksasi yaitu menarik napas panjang melalui hidung
dan di keluarkan lewat mulut jika ada his.
Hasil: Ibu melaukan anjuran bidan.
3) Memberi ibu makan dan minum di antara kontraksi
Hasil: Ibu memakan bubur ½ piring, dan meminum air putih sebanyak 1
gelas.
4) Menganjurkan ibu untuk BAK apabila merasa ingin BAK
Hasil: Ibu mengeri dengan anjuran bidan.
5) Mengobservasi:
a) Keadaan Janin
DJJ setiap 30 menit
Warna air ketuban: bila ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
b) Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks: setiap 4 jam dan bila ada induksi.
Kontraksi uterus: setiap 30 menit selama 10 menit.
c) Keadaan ibu
Nadi : setiap 30 menit
38. Tekanan darah : setiap 4 jam
Suhu : setiap 2 jam
Obat-obatan/cairan IV : setiap di berikan.
Hasil : Telah di lakukan pemantauan.
d) Membeitahu hasil pemeriksaan keadaan ibu sekarang
Hasil: Ibu tahu dan mengerti tentang keadaannya sekarang
6) Memasang Infuse RL
Hasil: Telah terpasang infuse RL 28 tetes/menit di punggung tangan kanan.
7) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman.
Hasil: Ibu berbaring dengan posisi miring kiri.
8) Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping persalinan.
Hasil: Ibu memilih orang tunya sebagai pendamping persalinan.
9) Menyiapkan alat dan bahan untuk persalinan
Hasil: Alat dan bahan telah di siapkan.
39. H. Evaluasi
Tanggal 22 April 2015 Jam: 10.25 WITA
a. Kala I berlangsung normal
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : 110/70mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5
P : 22x/menit
c. Pada Jam 10.30 WITA bayi lahir dengan selamat, langsung menangis kuat,
kulit berwarna merah muda.
40. PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny” R”
TANGGAL 22 APRIL 2015
( SOAP)
No. Reg : 889
Tanggal Partus : 22 April 2015, Jam: 10.30 WITA
Tanggal pengkajian : 22 April 2015, Jam: 10.25 WITA
Identitas Istri / Suami
Nama : Ny.“R” / Tn. “H”
Umur : 36 thn / 43 thn
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Nikah/lamanya : ± 1 tahun
Alamat : Jl.Lakilaponto
Data Subjektif (S)
Hamil yang pertama, belum pernah melahirkan, dan tidak pernak keguguran. HPHT
tangaal 9-8-2014 , sakit perut tembus belakang di sertai pengeluaran lendir campu
41. darah sejak tanggal 22 April 2015 jam 04.00 WITA, dan belum ada pengeluaran air-
air.
Data Objektif (O)
KU ibu baik, kesadaran komposmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Suhu:
36,5ºc, Pernapasan: 20x/menit, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus, putting
susu menonjol, TFU 32 cm, punggung kiri, kepala, divergen, DJJ: 140x/menit, reflex
patella (+) kri dan kanan, VT jam: 07.30 WITA, vagina elastis, porsio tipis,
bembukaan 7 cm, ketuban (+), presentase kepala, posisi UUK ka-dep, penurunan H
III, molase tidak ada, kesan panggul normal, dan ada pelepasan lendir bercampur
darah.
Assesment (A)
GI P0 A0, 33 minggu, inpartu kala I fase aktif, keadaan umum ibu dan janin baik.
Planning (P)
Tanggal : 22 April 2015 Jam: 10.25 wita
1. Memberikan informasi tentang keadaan ibu, ibu mengerti.
2. Memberikan obat-obatan, memasang infuse RL 8 tetes/menit
3. Mengobservasi TTV, TTV dalam batas normal.
4. Mengobservasi DJJ, DJJ dalam batas normal.
5. Mengobservasi HIS, HIS tidak teratur
6. Menganjurkan pada ibu untuk berjalan apabila tidak ada his, ibu mengerti.
7. Memberikan ibu makanan dan minuman, ibu memakan bubur ½ piring dan
meminum air putih sebanyak 1 gelas.
42. KALA II
Data Subjektif (S)
Ingin BAB, ada dorongan yang kuat untuk meneran, sakitnya bertambah kuat.
Data Objektif (O)
Pembukaan lengkap (10 cm), keadaan umum ibu dan janin baik, kesadaran
komposmentis, adanya dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, perineum
menonjol, dan vulva membuka.
Assesmet (A)
Perlangsungan kala II dengan serotinus.
Planning (P)
Tanggal 22 April 2015 Jam 10.25 WITA
1. Memberikan informasi tentang keadaan ibu, ibu mengerti.
2. Mengecek kelengkapan alat, alat sudan siap.
3. Mengatur posisi ibu, posisi ibu berbaring setengah duduk.
4. Jam: 10.25 WITA memimpin persalinan, ibu mau di pimpin.
5. Jam: 10.28 WITA menolong persalinan secara APN, persalinan di tolong sesuai
APN.
6. Jam: 10.30 WITA bayi lahir spontan, kulit tampak keriput, tidak lansung
menangis kuat.
43. KALA III
Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan : Nyeri perut pada bagian bawah, plasenta belum lahir.
Data Objektif (O)
Bayi lahir spontan tanggal 22 April 2015, jam 12.30 WITA, TFU setinggi pusat,
kontraksi uterus keras dan bundar, ada semburan darah tiba-tiba, tali pusat bertambah
panjang, adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Assesment (A)
Perlansungan kala III (Pengeluaran Uri)
Planning (P)
Tanggal 22 April 2015 Jam 10.35 WITA
1. Memastikan janin tunggal atau ganda, janin tunggal.
2. Menyuntikkan oxytocin 10 unit secara IM pada paha kanan ibu, tidak terjadi
pembengkakan.
3. Melakukan PTT, tali pusat telah di jepit dan di potong dan ikat.
4. Melakukan masase fundus uteri, kontraksi uterus teraba keras dan bundar.
44. KALA IV
Data Subjektif (S)
Ibu merasa senang, masih kelelahan, dan nyeri pada jalan lahir.
Data Objektif (O)
Plasenta lahir jam 10.40 WITA, kontraksi uterus keras dan bundar, TFU 2 jari bawah
pusat, TD: 110/70mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5ºc, P: 22x/menit, tidak ada robekan
pada perineum, perdarahan : ±100 cc, BBL: 2500 gram, PBL: 49 cm.
Assesment (A)
Perlangsungan kala IV (Pengawasan).
Planning (P)
Tanggal 22 April 2015 Jam 10.50 WITA
1. Melakukan masase fundus uteri, telah dilakukan masase fundus uteri.
2. Memeriksa robekan perineum, terjdapat robekan pada perineum derajat III.
3. Melakukan penjahitan pada perineum menggunakan catgut secara jelujur, telah
brhasil melakukan penjahitan robekan perineum derajat III.
4. Mengobservasi kontraksi uterus, kontraksi uterus keras dan bundar.
5. Mengobservasi TTV ibu dan bayi, TTV ibu dalam batas normal.
6. Memberikan rasa nyaman pada ibu, ibu merasa nyaman.
7. Memberikan makan dan miniman pada ibu, ibu memakan bubur ½ piring dan
minum air putih sebanyak 1 gelas.
45. 8. Memberikan salep mata pada bayi, bayi telah di berikan salep mata.
9. Jam 11.00 WITA menyuntikan Vit.K dosis 0,1 mL secara IM, vit.K telah di
suntik pada paha kanan bayi.
10. Jam 12.00 WITA Memberikan suntik Hep.B dosis 0,5 cc, bayi telah di
suntikkan Hepatitis B pada paha kiri bayi.
11. Memberikan bayi pada ibunya untuk di susui, ibu terlihat bahagia dan menyusui
bayinya.
12. Melengkapi partograf.
.
46. BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan
kasus pelaksanaan asuhan pada Ny. “R” dengan Perdarahan poat partumyang dirawat
di BPS Bunda Amud Tanggal 22 April 2015. Untuk memudahkan pembahasan,
maka penulis akan membahas berdasarkan langkah-langkah asuhan kebidanan yang
selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
A. Pengkajian :
Data anamnesa yang dikaji pada ibu bersalin tersebut diambil langsung dari ibu
tersebut dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus jadi dapat
disimpulkan bahwa ada kesamaan antara teori dan kasus.
B. Identifikasi masalah diagnosa
Identifikasi masalah pada ibu bersalin tersebut diambil langsung dari hasil
pemeriksaan ibu tersebut dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
jadi dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan antara teori dan kasus.
C. Antisipasi masalah potensial
Antisipasi masalah potensial pada ibu bersalin tersebut diambil langsung dari ibu
tersebut dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus jadi dapat
disimpulkan bahwa ada kesamaan antara teori dan kasus.
D. Identifikasi kebutuhan segera
47. Identifikasi Kebutuhan segera pada ibu bersalin tersebut diambil langsung dari
hasil pemeriksaan pada ibu tersebut dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dan kasus jadi dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan antara teori dan kasus.
E. Intervensi
Intervensi adalah perencanaan tindakan pada ibu bersalin tersebut diambil
langsung dari hasil pemeriksaan pada ibu tersebut dan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus jadi dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan
antara teori dan kasus.
F. Implementasi
Implementasi sdalah pelaksanaan tindakan pada ibu bersalin tersebut diambil
langsung dari hasil pemeriksaan pada ibu tersebut dan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus jadi dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan
antara teori dan kasus.
G. Evaluasi
Evaluasi pada ibu bersalin tersebut diambil langsung dari hasil pemeriksaan pada
ibu tersebut dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus jadi dapat
disimpulkan bahwa ada kesamaan antara teori dan kasus.
1. Hasil Asuhan Pada Kala I, Tanggal 22 April 2015 Jam 10.25 WITA
Dalam pengkajian diawali dengan memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan
asuhan kebidanan pada ibu dan keluarga melalui anamnesis yang meliputi
riwayat kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
48. untuk mengetahui kondisi kesehatan klien. Pada tinjauan pustaka disebutkan
bahwa ibu dikatakan dalam persalinan kala I apabila ada tanda-tanda sebagai
berikut : Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih sering dan teratur, keluar
lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada
pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada, kala I dimulai
dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi
dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Sedangkan pada tinjauan kasus Ny.
“E” data yang didapatkan : his 3x10 (30-35), V/V : TAK, portio lunak dan tebal,
pembukaan 7, ketuban (+), presentase kepala, UUK ka-dep, molase 0,
penumbungan (-), penurunan H I, kesan panggul normal, pelepasan lendir dan
darah, kala I berlangsung 3 jam. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus pada NY. “E” secara garis besar tampak ada persamaan
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Hasil Asuhan Pada Kala II, Tanggal 22 April 2015 Jam 10.30 Wita
Pada pengkajian kala II persalinan berdasarkan tinjauan kasus Ny. “R” mulai
pada jam 10.30 Wita his 4x10 (40-45), V/V : TAK, portio melesap, pembukaan
10, ketuban (-) berwarna kehijauan, kental, dan bercampur mekonium, presentase
kepala, UUK ka-dep, molase 0, penumbungan (-), penurunan H IV, kesan
panggul normal, pelepasan lendir dan darah, sampai pengkajian pada jam 10.40
49. WITA anak lahir dengan presentase belakang kepala, jenis kelamin perempuan,
BB: 2500 gram, PB : 49, apgar score 8/10, kulit bayi kering dan mudah
mengelupas, kala II berlangsung 5 menit. Pada tinjauan pustaka Kala II
persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi, tanda-tanda bayi
serotinus yaitu kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas, pewarnaan mekonium (kehijauan)
dikulit, disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat. Dengan
demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “E” secara
garis besar tampak ada persamaan sehingga tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek.
3. Hasil Asuhan Pada Kala III, Tanggal 27 Mei 2014 Jam 12.40 WITA
Pada pengkajian kala III persalinan berdasarkan tinjauan kasus Ny. “E” mulai
pada jam 10.40 WITA anak lahir dengan presentase belakang kepala, jenis
kelamin laki-laki, BB: 2500 gram, PB : 49, apgar score 8/10 sampai plasenta
lahir lengkap jam 12.50 WITA, tali pusat mengerut dan berwarna agak pucat,
kala III berlangsung 5 menit. Pada tinjauan pustaka dimulai segera setelah bayi
lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, fungsi
plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu yang menyebabkan plasenta dan tali pusat
mengerut dan berwarna agak pucat. Dengan demikian penerapan tinjauan
50. pustaka dan studi kasus pada Ny. “R” secara garis besar tampak ada persamaan
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Hasil Asuhan Pada Kala IV, Tanggal 22 April 2015 Jam 10.50 WITA
Pada pengkajian kala IV berdasarkan tinjauan kasus Ny. “E” mulai dari plasenta
lahir lengkap jam 10.40 WITA sampai 2 jam pengawasan yaitu kontraksi uterus
baik, uterus teraba bulat dan keras, TFU setinggi pusat, Perdarahan ±300cc, tidak
terdapat robekan perineum, TTV dalam batas normal, kala IV berlangsung 2 jam.
Pada tinjauan pustaka Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama postpartum. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka
dan studi kasus pada Ny. “R” secara garis besar tampak ada persamaan sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
51. DAFTAR PUSTAKA
http://aznhysoppenk.blogspot.com/2012/05/askeb-luka-perineum-derajat-iii-
akbid.html Manuaba I.B.G, 2010.
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. EGC : Jakarta Mochtar,Rustam. 2005.
SinopsisObstetri Fisiologi dan Patologi. EGC: Jakarta. Salmah.2006. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan. EGC: Jakarta Sumarah. 2008.
Perawatan Ibu Bersalin. Fitramaya: Yogyakarta Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka- Sarwono Prawirohardjo Varney, Helen.
2008.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi I. EGC : Jakarta. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu
Kebidanan