NeuroRescescue EU Cluster of Excellence on NeurosciencePARC DE SALUT
PARC DE SALUT is the Catalan Cluster member of NeuroRescue, the Cluster of Excellence on Neurosciences, supported by the EC’s Regions of Knowledge Program. More information on: www,neurorescue.eu and www.parcdesalut.com/neurorescue
Background: The administration of breast milk since early after birth is highly recommended because it provides many health benefits for mother and baby. In the first hour, a baby will learn to get used to sucking nipples and this prepares the mother to start producing colostrums. The open access to maternal and infant closeness and unlimited frequency of feeding the baby for the first days after birth are the beginning of the acceleration of milk production.
Objectives: To determine the postpartum mothers’ breastfeeding frequency, to determine the onset of lactation in primiparous postpartum mothers and to determine the effect of breastfeeding frequency on the onset of lactation on postpartum mothers in Yogyakarta Municipal Hospital.
Methods: This was an observational study with a prospective cohort design. The number of samples was 54 determined purposively. The collection of data used observation sheet and checklist. The study was started immediately after birth and followed until the third day. The bivariable analysis used chi-square test with significant level of p <0.05 and CI95%.
Results: The study found the majority of mothers had breastfed their babies with sufficient frequency (72.2%) and with more rapid onset of lactation (64.8%) found in primiparous postpartum mothers. There was a significant relationship between the frequency of breastfeeding and the onset of lactation, based on the analysis with p = 0.03, RR 2.3 and CI95% 0.95-4.23.
Conclusion: Mothers who breastfed their babies with sufficient frequency were likely to have a 2.3 time opportunity to not delay the onset of lactation.
detail visit http://stikesayaniyk.ac.id
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupat...Warnet Raha
manajemen kebidanan pada Ny “S” dengan Letak Sungangdi BPS bunda amud Kabupaten Muna yang dilaksanankan pada20 juli 2014 dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai wewenang Bidan
1. Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 36
ANALISIS TENTANG PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA
IBU BERSALIN DI RSUD SIDOARJO
Damarati 1
, Yulis Pujiningsih 2
1.Tenaga Pengajar Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2.Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
ABSTRAK
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan. Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban satu jam sebelum terdapat tanda- tanda persalinan.
Faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini sulit diketahui. Kemungkinan
adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok,
defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polyhidramnion, riwayat ketuban pecah dini,
kelainan selaput ketuban. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan data paritas
dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo. Dalam penelitian ini
digunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang pengambilan
sampelnya dilakukan secara probablility sampling dan tipe yang digunakan adalah sampel
random. Jumlah populasi selama bulan April-Mei 2011 sebanyak 340 orang dan jumlah
sampelnya sebanyak 183 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 183
ibu bersalin didapatkan sebanyak 138 orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan
sebanyak 45 orang (24,59%) mengalami ketuban pecah dini. Dari 71 orang ibu primipara, 55
orang (77,46%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 16 orang (22,54%) mengalami
ketuban pecah dini, sedangkan dari 101 ibu multipara 76 orang (75,24%) tidak mengalami
ketuban pecah dini dan 25 orang (24,76%) mengalami ketuban pecah dini, Dan dari 11 orang
ibu grande multipara, 7 orang (63,64%) tidak mengalami ketuban pecah dini dan 4 orang
(36,36%) mengalami ketuban pecah dini. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian
besar ibu bersalin 101 orang (55,20%) adalah multipara.Sebagian besar ketuban pecah dini
dialami oleh grande multipara sebanyak 4 orang (36,36%). Sebagian besar ibu bersalin 138
orang (75,41%) tidak mengalami ketuban pecah dini.
Kata Kunci: Paritas, ketuban pecah dini
____________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Berbagai permasalahan yang
membahayakan ibu hamil saat ini sangat
rentan terjadi, hal ini seiring banyaknya
kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di
dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda
bahaya kehamilan. Yang paling menonjol
saat ini adalah kejadian Ketuban Pecah Dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban ditunggu
samapai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda
persalinan (inpartu). Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi di atas usia
kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah
36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban
pecah dini merupakan masalah yang
kontroversi dalam obstetric yang berkaitan
dengan penyebabnya.
Menurut Hidayat (2009) walaupun
banyak publikasi tentang KPD, namun
penyebabnya masih belum diketahui dan
tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD sulit diketahui. Kemungkinan faktor
predisposisi adalah infeksi, golongan darah
ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas
(paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin
C), inkompetensi servik, polihidramnion,
riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput
ketuban.
Menurut Hidayat (2009) komplikasi
paling sering terjadi pada ketuban pecah
dini sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindroma distress pernapasan, yang
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko
infeksi meningkat pada kejadian ketuban
pecah dini, selain itu juga terjadinya
prolapsus tali pusat. Risiko kecacatan dan
kematian janin meningkat pada ketuban
pecah dini preterm. Hipoplasia paru
2. Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 37
merupakan komplikasi fatal yang terjadi
pada ketuban pecah dini preterm.
Kejadiannya mencapai 100% apabila
ketuban pecah dini preterm terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
Menurut Manuaba (2010) kejadian
ketuban pecah dini mendekati 10% dari
semua persalinan. Pada umur kehamilan
kurang dari 34 minggu sekitar 4 %. Menurut
Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah
dini di indonesia sebanyak 35,70% -
55,30% dari 17.665 kelahiran, sedangkan
data kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Sidoarjo belum ada secara pasti,
namun pada saat praktik klinik pada
tanggal 29 Nopember- 12 Desember
2010 dari 20 orang ibu bersalin
ditemukan 8 orang mengalami ketuban
pecah dini. Dari adanya data yang belum
pasti mengenai kejadian ketuban pecah
dini di RSUD Sidoarjo maka peneliti ingin
melakukan penelitian tentang gambaran
paritas dengan kejadian ketuban pecah
dini pada ibu bersalin di RSUD Sidoarjo.
Rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana pengaruh paritas
terhadap kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Sidoarjo.
Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh paritas dengan
kejadian ketuban pecah dini pada ibu
bersalin periode bulan April-Mei 2011 di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
Tujuan Khususnya adalah :
1) Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di
RSUD Sidoarjo. 2) Mengidentifikasi ketuban
pecah dini pada ibu bersalin di RSUD
Sidoarjo. 3) Menganalisis ketuban pecah
dini dengan paritas di RSUD Sidoarjo.
BAHAN DAN METODE
Dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan
cross sectional dimana data yang
menyangkut variabel bebas atau risiko dan
variabel terikat atau variabel akibat akan
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu
keadaan secara objektif. Dalam penelitian
ini ingin menggambarkan tentang paritas
dengan kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Sidoarjo. Populasi dalam penelitian
ini adalah ibu bersalin di VK RSUD Sidoarjo
periode bulan April-Mei 2011 sebanyak 340
orang.
Pengambilan sampel dilakukan
secara acak besarnya sampel sebanyak
183 orang. Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari 2 variabel yaitu variable bebas
dan variable terikat. Variable bebas adalah
paritas dan Variabel tergantung dari
penelitian ini adalah kejadian ketuban
pecah dini.
Paritas adalah banyaknya anak yang
dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir yang dicatat
dalam rekam medik. Ketuban pecah dini
adalah Ketuban pecah, dan sampai dengan
1 jam belum diikuti tanda-tanda inpartu
yang dicatat dalam rekam medik.
Pengumpulan data dengan
menggunakan lembar pengumpul data.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan
cara tabulating, peneliti memindahkan data
dari rekam medik kedalam tabel untuk
dibuat rekapitulasi secara keseluruhan
sehingga mempermudah peneliti dalam
membuat tabel sesuai karakteristik masing-
masing pada hasil penelitian. Waktu
penelitian ini dilakukan pada bulan April-
Mei 2011. Tempat penelitian ini diadakan di
RSUD Sidoarjo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data paritas ibu bersalin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi paritas ibu
bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan
April-Mei 2011
Paritas f %
Primipara 71 38,80
Multipara 101 55,20
Grande multipara 11 6,00
Total 183 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 101
orang (55,20%) ibu bersalin adalah
multipara.
3. Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 38
Data ketuban pecah dini
Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian
ketuban pecah dini pada ibu
bersalin di VK RSUD Sidoarjo bulan
April-Mei 2011.
KPD f %
Tidak (-) 138 75,41
Ya (+) 45 24,59
Total 183 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa dari 183 ibu bersalin, sebanyak 138
orang (75,41%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada primipara
Tabel 3 Distribusi Frekuensi kejadian
ketuban pecah dini pada primipara
di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei
2011
Berdasarkan tabel 3 menunjukan
bahwa dari 71 ibu primipara sebanyak 55
orang (77,46%) tidak mengalami KPD.
Data ketuban pecah dini pada multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian
ketuban pecah dini pada multipara
di RSUD Sidoarjo bulan April-Mei
2011.
Berdasarkan tabel 4 menunjukan
bahwa dari 101 orang ibu multipara,
sebanyak 76 orang (75,24%) tidak
mengalami KPD
Data ketuban pecah dini pada grande
multipara
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kejadian
ketuban pecah dini pada grande
multipara di RSUD Sidoarjo bulan
April-Mei 2011.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
bahwa dari 11 orang grande multipara, 7
orang (63,64%) tidak mengalami KPD.
Analisis Data
Analisis Data paritas ibu bersalin dengan
kejadian ketuban pecah dini.
Tabel 6 Analisis Dataparitas ibu bersalin
dengan kejadian ketuban pecah dini
di RSUD Sidoarjo periode bulan
April-Mei 2011
Paritas
KPD
Jumlah
YA(+) TDK(-)
f % f % f %
Primipara 16 22,54 55 77,46 71 100
Multipara 25 24,76 76 75,46 101 100
Grandemultipara 4 36,36 7 63,64 11 100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
bahwa dari 71 orang ibu kelompok
primipara, sebagian besar yaitu 55 orang
(77,46%) ibu bersalin tidak mengalami
KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu
kelompok multipara, sebanyak 76 orang
(75,46%) ibu bersalin tidak mengalami
KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok
grandemultipara, sebanyak 7 orang
(63,64%) ibu bersalin tidak mengalami
KPD.
Keadaan Paritas Ibu Bersalin di RSUD
Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa dari 183 ibu bersalin, sebagian
besar yaitu 101 orang (55,20%) ibu bersalin
adalah multipara.
Hal ini sesuai dengan teori
Wiknjosastro (2007), yang menyatakan
bahwa Paritas 2-3 (multipara) merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
KPD f %
Tidak (-) 55 77,46
Ya (+) 16 22,5
Total 71 100
KPD f %
Tidak (-) 76 75,24
Ya (+) 25 24,76
Total 101 100
KPD f %
Tidak (-) 7 63,64
Ya (+) 4 36,36
Total 11 100
4. Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 39
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi kematian maternal.
Resiko pada paritas satu dapat ditangani
dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana.
Banyaknya ibu multipara yang bersalin di
RSUD Sidoarjo menggambarkan bahwa
program keluarga berencana sudah
berhasil khususnya di kabupaten Sidoarjo.
Keberhasilan program KB di kabupaten
Sidoajo menepis opini yang ada di
masyarakat bahwa banyak anak banyak
rejeki.
Opini tersebut sudah tidak berlaku
pada saat ini karna sebagian besar
masyarakat sudah mengerti bahwa semakin
banyak anak semakin banyak komplikasi
pada saat hamil atau melahirkan.
Oleh karena itu, ibu dengan paritas
2-3 dianggap aman dalam menjalani proses
kehamilan dan persiapan persalinannya,
karena pada paritas ini ibu sudah memiliki
pengalaman dalam menjalani proses
kehamilan dan persalinannya. Selain itu,
pada ibu multipara motilitas uterus dan
kelenturan leher rahim masih berfungsi
dengan baik.
Kejadian Ketuban Pecah dini di RSUD
Sidoarjo.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa sebanyak 45 orang (24,59%)
mengalami ketuban pecah dini.
Tingginya kejadian ketuban pecah
dini sebanyak 45 orang (24,59%) dari
183 orang yang bersalin di RSUD
Sidoarjo tidak sesuai dengan teori
Manuaba (2010), yang menyatakan
bahwa Insidensi ketuban pecah dini
mendekati 10% dari semua persalinan.
Selain itu, tingginya angka kejadian
ketuban pecah dini di VK RSUD Sidoarjo
juga dikarenakan RS tersebut merupakan
RS rujukan tipe B non pendidikan untuk
wilayah disekitar Kabupaten Sidoarjo.
Sehingga banyaknya kejadian Ketuban
pecah dini dikarenakan banyaknya
rujukan ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini dari pelayanan-pelayanan
kesehatan disekitar Kabupaten Sidoarjo,
sehingga banyaknya kejadian ketuban
pecah dini dikarenakan jumlah rujukan
dari pelayanan kesehatan disekitar
kabupaten Sidoarjo yang cukup sering.
Meskipun banyak publikasi tentang
ketuban pecah dini, namun penyebabnya
masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah
dini, misalnya paritas. Ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversial dalam
kasus kebidanan. Ketuban pecah dini
seringkali menimbulkan konsekuensi yang
dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama
kematian perinatal yang cukup tinggi.
Kematian perinatal yang cukup tinggi ini
antara lain disebabkan karena akibat
kurang bulan, dan kejadian infeksi yang
meningkat karena partus tak maju, partus
lama dan partus buatan yang sering
dijumpai pada pengelolaan kasus ketuban
pecah dini terutama pada pengelolaan
konservatif.
Pembahasan tentang paritas dengan
kejadian ketuban pecah dini pada
ibu bersalin.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa dari 71 orang ibu kelompok
primipara, sebagian besar yaitu 55 orang
(77,46%) ibu bersalin tidak mengalami
KPD. Sedangkan dari 101 orang ibu
kelompok multipara, sebanyak 76 orang
(75,46%) ibu bersalin tidak mengalami
KPD. Dan dari 11 orang ibu kelompok
grandemultipara, sebanyak 7 orang
(63,64%) ibu bersalin tidak mengalami
KPD.
Hal ini tidak sesuai dengan teori
Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa
paritas (multi/ grande multipara) merupakan
faktor penyebab umu terjadinya ketuban
pecah dini. Sedangkan menurut Geri
Morgan dan Carole Hamilton (2009), paritas
merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan ketuban pecah dini karena
peningkatan paritas yang memungkinkan
kerusakan serviks selama proses kelahiran
sebelumnya dan teori Dr.Prasanthi (2009)
yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya
ketuban pecah dini lebih banyak terjadi
pada grandemultipara yang disebabkan
oleh motilitas uterus berlebih, perut
gantung, kelenturan leher rahim yang
berkurang sehingga dapat terjadi
5. Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 40
pembukaan dini pada serviks, yang
mengakibatkan terjadinya ketuban pecah
dini.
Dari hasil penelitian yang
menunjukan bahwa sebagian besar ibu
bersalin tidak mengalami ketuban pecah
dini mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu pemeriksaan kehamilan yang
teratur. Kebiasaan hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan yang sehat, minum
cukup, olahraga teratur dan berhenti
merokok. Membiasakan diri membersihkan
daerah kemaluan dengan benar, yakni dari
depan ke belakang, terutama setelah
berkemih atau buang air besar.
Memeriksakan diri ke dokter bila ada
sesuatu yang tidak normal di daerah
kemaluan, misalnya keputihan yang berbau
atau berwarna tidak seperti biasanya. Untuk
sementara waktu, berhenti melakukan
hubungan seksual bila ada indikasi yang
menyebabkan ketuban pecah dini, seperti
mulut rahim yang lemah.
Menurut Ayah Bunda (2011)
Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara
teratur saat usia kehamilan lebih dari 20
minggu bisa mencegah terjadinya ketuban
pecah dini. Dari hasil penelitian dari
National Institute of Perinatology di Meksiko
City, pada 120 wanita hamil yang secara
acak diberikan 100 mg vitamin C, pada saat
kehamilan memasuki usia 20 minggu.
Vitamin C telah diketahui berperan penting
dalam mempertahankan keutuhan
membran (lapisan) yang menyelimuti janin
dan cairan ketuban. Walaupun penelitian
sebelumnya telah menghubungkan kadar
yang rendah dari vitamin C pada ibu
dengan meningkatnya resiko terjadinya
pecahnya membran secara dini atau yang
disebut dengan ketuban pecah dini
("premature rupture of membranes",
PROM), tapi penelitian itu tidak
menjelaskan tentang penggunaan
suplemen vitamin C dalam menurunkan
risiko terjadinya KPD.
Untuk itu, penelitian di Meksiko ini
dilakukan. Dari hasil pemberian suplemen
vitamin C yang dimulai pada saat usia
kehamilan 20 minggu, menunjukkan
peningkatan dari kadar vitamin C dalam
darah dibanding dengan kelompok kontrol
(tidak diberikan suplemen vitamin C). Dan
peningkatan ini berhubungan juga dengan
menurunnya resiko untuk mengalami KPD.
Pada kelompok kontrol, terjadi KPD pada
14 dari 57 kehamilan (25%), sedang pada
kelompok ibu yang diberikan vitamin C,
terjadi penurunan KPD, yaitu hanya terjadi
pada 4 dari 52 kehamilan.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu
mengetahui tentang paritas dengan
kejadian ketuban pecah dini di VK RSUD
Sidoarjo pada Bulan April-Mei 2011 dengan
183 ibu bersalin, maka kesimpulan yang
didapat adalah sebagai berikut 1) Sebagian
besar ibu bersalin 101 orang (55,20%)
adalah multipara. 2) Sebagian besar
ketuban pecah dini dialami oleh grande
multipara sebanyak 4 orang (36,36%). 3)
Sebagian besar ibu bersalin 138 orang
(75,41%) tidak mengalami ketuban pecah
dini.
Berdasarkan hasil penelitian maka
disarankan sebagai berikut :
1) Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan agar
lebih meningkatkan Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi mengenai komplikasi
kehamilan misalnya ketuban pecah dini.
Selain itu, bidan juga harus menyarankan
kepada pasien agar rutin melakukan
kunjungan antenatal sebagai deteksi dini
adanya tanda-tanda bahaya kehamilan.
2) Bagi masyarakat hendaknya selalu
memperhatiakn kondisi kehamilannya dan
selalu memeriksakan ke tenaga kesehatan.
DAFTAR ACUAN
Ayah Bunda. 2011. Ketuban pecah dini.
http//www.ayahbunda.co.id/artikel/ke
hamilan/tips/mengatasi ketuban
pecah dini.
Bobak, dkk. 2005. Keperawatan maternitas.
Jakarta : EGC
Friedman, 2005. Keperawatan Keluarga.
Jakarta : EGC
Harry Oxorn dan William R.forte 2010. Ilmu
kebidanan patologi dan fisiologi
persalinan.
Hidayat, Asri, dkk. 2009. Asuhan Patologi
Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika
6. Vol I no. 1. April 2012
Embrio, Jurnal Kebidanan 41
Ketuban pecah dini. http://bidan-
raka.blogspot.com/2011/04/ketuban-pecah-
dini-kpd-atau-premature.html
Liu, David TY. 2008. Manual Persalinan.
Jakarta :EGC
Manuaba, I.B.G, dkk. . 2008. Gawat Darurat
Obstetri Ginekologo & Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk profesi
Bidan. Jakarta : EGC
_________. 2010. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta :EGC
Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009.
Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan
Praktis Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: Sagung
Seto.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan
Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Prasanthi. 2009. Morbiditas dan Mortalitas
Perinatal Kasus Ketuban Pecah
Dini. http://www.nikita/konsultasi-
ibu/hamil.2009.php. (Diakses pada
tanggal 25 februari 2011).
Santoso, Gempur. 2007. Fundamental
metodologi penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Jakarta : Perstasi Pustaka.
Tim JNPK-KR. 2008. Asuhan persalinan
normal. Jakarta:JNPK-KR.
Wiknjosastro, H,.2007. Ilmu kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.