1. Review Artikel
Judul
Apakah Masyarakat Islam Perlu Standar Akuntansi dan Pelaporan Sendiri?
Penulis
Malik Mirza, Queensland University of Technology
Nabil Baydoun, Dubai Polytechnic
Publikasi
Journal of the Academy of Business Administration 4(2):pp. 39-45.
Reviewer
Hariyanti/10800111049
RESUME
Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat Islam dengan masyarakat Barat berbeda, bisa dilihat dari kondisi ekonomi, dimana barat menghalalkan riba sedangkan Islam mengharamkan riba. Berawal dari nilai waktu dari uang barat kemudian menggunakan riba. Untuk itu Islam tidak mengakui nilai waktu dari uang. Tetapi cendekiawan muslim tidak semuanya berpandangan seperti itu. Oleh karena itu, praktik akuntansi untuk operasi bisnis islam perlu dikembangkan.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat tentang bunga dan riba tetapi dalam Al-qur’an sudah ditetapkan tentang haramnya riba. Bunga didapatkan tanpa melakukan usaha, ketika bunga diibaratkan dengan hadiah, maka seseorang harus melakukan usaha terlebih dahulu untuk memperoleh hal tersebut. Dari sini bisa diambil simpulan bahwa bunga sama dengan riba karena hal ini muncul tanpa ada usaha sehingga kedua hal tersebut diharamkan dalam islam.
Terlepas dari apa yang dilarang, islam membolehkan perdagangan. Allah swt meridhai aktivitas tersebut dan hal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, beliau juga menghidupi hidupnya melalui perdagangan. Tetapi perdagangan ini disertai dengan aturan yaitu, pedagangnya harus berlandaskan pada kejujuran. Aktivitas ini boleh dilakukan dimanapun melalui atau dengan cara kontrak. Salah satu kontrak yang berlaku dalam islam yaitu kontrak Mudharabah.
Setelah perdagangan yang dibolehkan dalam al-qur’an, bagaimana dengan sistem pelaporan akuntansinya? Antara islam dan barat memiliki sistem pelaporan yang berbeda, karena barat berfokus pada keuntungan semata sehingga pelaporannya hanya berkutat pada pelaporan kepada investor sedangkan islam
2. bukan hanya berfokus pada hal itu, tetapi berfokus juga pada keadaan sosial dan lingkungan. Tidak semata-mata mencari keuntungan.
Dari beberapa hal di atas, masyarakat islam harus menggunakan kebijakan akuntansi yang berdasarkan pada islam. Ini membuktikan bahwa pelaporan dan standar akuntansi harus memiliki bentuk tersendiri karen dari segi sistem ekonomi antara barat dan islam sangat berbeda.
CRITICAL REVIEW
Jurnal tersebut sudah disajikan dengan baik dan pembaca bisa memahami dengan rinci isi dari jurnal tersebut. Pembaca juga setuju dengan pendapat dari penulis tentang kebutuhan masyarakat islam terhadap standar dan format pelaporan keuangan tersendiri. Dalam jurnal tersebut perlu ditambahkan langkah apa saja yang harus dilakukan dalam mengembangkan standar akuntansi dan pelaporan yang berbasis islam. Karena melihat, di setiap universitas yang mengajarkan akuntansi, pasti menggunakan akuntansi konvensional. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Baswir: “munculnya kesan bahwa akuntansi juga memiliki kaitan dengan ideologi sulit untuk dielakkan, dan akuntansi seperti yang saat ini diajarkan pada jurusan-jurusan akuntansi di Indonesia, ternyata sangat kuat dipengaruhi oleh kapitalisme. Pengaruh kapitalisme itu terutama tampak sangat nyata pada kuatnya pengaruh prinsip ekonomi kapitalistik dalam penyajian laporan pendapatannya.”
Selain itu masyarakat memang memiliki keinginan untuk berpindah kepada akuntansi syariah, dimana ini dibuktikan dengan adanya anggapan kurang yakin terhadap keberadaan akuntansi konvensional sebagai ilmu pengetahuan dan pelaksanaannya dalam kaitannya dengan persoalan nilai dalam akuntansi. Sehingga laporan dan standar akuntansinya harus memiliki aturan tersendiri. Selain itu, menurut Triyuwono dan Gaffikin menyatakan, bahwa: “...The fundamenta laim of the shari'ate accounting knowledge is not only to reflect ethical reality in an "acurate" manner, but also to guide the creation of reality which is based on the Shari'ate values. This sort of reality is unique as it is the one which binds individuals to divine networks" (divine social laws) which also brings about self consciousness of the individuals to worship only God through
3. obeying or living harmoniously with the divine networks. This means that the Shari'ate accounting knowledge consists of value which attempt to emancipate individuals from a false reality, that is the reality which may enslave the individuals or may make them far from their real nature as vicegerent of God on earth (khalifatullah fil ardh) whose duty is to disseminate mercy for all creatures in the form of worship.”
Dengan adanya asumsi khalifatullah fil ardh, ketundukan manusia diharapkan berdampak pada terpenuhinya kesejahteraan bagi manusia, sosial dan alam. Dan hal itu bisa diterapkan dengan menggunakan bisnis yang halal dan bebas riba. Hal ini juga menjadi langkah agar manusia tidak di batasi dalam beribadah kepada Allah swt melalui perdagangan.