SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
NURUL SYUHFAL
NINGSIH, S.ST, M.KES
KETERAMPILAN
OBSERVASI
1
DEFINISI
Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu
atau kelompok secara langsung. Pengamatan (observasi)
merupakan suatu cara pengumpulan data yang
pengisiannya berdasarkan atas pengamatan langsung
terhadap sikap dan perilaku individu atau kelompok.
2
HAL YANG PERLU DI OBSERVASI
1. Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal
2. Pengamatan dan Penafsiran
3. Jenis Observasi
4. Analisa Observasi
3
TINGKAH LAKU VERBAL DAN NON VERBAL
A. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang
menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun
tertulis. Komunikasi verbal (verbal communication)
adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis
atau lisan. Bahasa verbal merupakan sarana untuk
menyampaikan perasaan, pikiran dan maksud tujuan.
Aspek dalam komunikasi verbal yaitu perbendaharaan
kata-kata(vocabulary), kecepatan(racing), intonasi suara,
humor, waktu yang tepat dan singkat.
4
1) Vocabulary (pembendaharaan kata-kata) Komunikasi tidak akan
efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak
dimengerti. Olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi verbal
ini. Pergaulan, wawasan, dan banyak membaca sangat membantu
seseorang dalam memperbanyak vocabulary tersebut.
2) Racing (kecepatan) Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila
kecepatan bicara dapat diatur dengan baik. Kecepatan dalam
berkomunikasi yang baik adalah tidak terlalu lambat.
Kesempurnaan organ bicara terutama mulut dan gigi- geligi
merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi kecepatan
seseorang dalam berbicara.
3) Intonasi Intonasi atau penekanan suara pada saat berkomunikasi
akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi yang
berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan
hambatan dalam berkomunikasi. Ras, suku, dan tempat kelahiran
atau domisili seseorang akan sangat berpengaruh terhadap intonasi
seseorang saat seseorang tersebut berkomunikasi.
5
4) Humor Komunikasi yang datar dan kurang berdaya humor
menimbulkan kesan kaku pada seseorang saat berkomunikasi.
Komunikasi yang diselingi humor dapat meningkatkan
kehidupan yang bahagia. Para ahli memberikan catatan bahwa
humor dapat merupakan terapi karena dapat menimbulkan tawa
bagi pendengarnya. Dengan tertawa dapat membantu
menghilangkan stres dan nyeri.
5) Singkat dan jelas Komunikasi akan efektif bila disampaikan
secara singkat dan jelas. Sebaiknya pembicaraan langsung pada
pokok permasalahanya sehingga lebih mudah dimengerti.
Pembicaraan yang bertele-tele dan tak langsung ke pokok
permasalahan sering menimbulkan perasaan jenuh dan kadang
tidak menarik.
6
6) Timing (waktu yang tepat) Waktu dan kondisi atau hal yang
kritis perlu diperhatikan karena komunikasi akan berarti bila
seseorang bersedia untuk berkomunikasi. Meminta kesediaan
atau waktu yang khusus dapat menimbulkan kenyamanan dalam
berkomunikasi dibandingkan dengan melakukan komunikasi di
tengah kesibukan dan saat waktunya istirahat/tidur. Ciri-ciri
tingkah laku verbal adalah sebagai berikut.
a. Pertukaran komunikasi terjadi secara interakaktif,
mendengarkan lawan bicara atau sebaliknya.
b. Kontak mata sangat membantu kelancaran komunikasi
c. Pengamatan bahasa dan gaya bicara
d. Berlangsung dua arah atau timbal balik
e. Pemahaman dan penyerapan informasi, berlangsung secara
relative cepat dan baik
7
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa
mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling),
interaksi, dan transmisi informasi.
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha
mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan
menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi,
yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau
kemarahan dan kebingungan.
3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang
lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa.
Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang
lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini,
dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan
tradisi kita.
8
B. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah pesan yang di sampaikan
dalam komunikasi di kemas dalam bentuk non verbal, tanpa
kata-kata. Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku
manusia yang langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang
mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau
pelakunya.
9
BENTUK KOMUNIKASI NON VERBAL
a. Bahasa tubuh: meliputi lambaian tangan, ekspresi wajah,
kontak mata, sentuhan, gerakan kepala, sikap atau postur
tubuh, dan lain-lain.
b. Tanda: dalam komunikasi non verbal menggantikan kata-
kata, misal: bendara putih mengartikan ada lelayu
c. Tindakan atau perbuatan: tindakan tidak menggantikan kata-
kata tetapi mengandung makna, misal: menggebrak meja
berarti marah.
d. Objek: objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga
mengandung makna, misal: pakaian mencerminkan gaya
hidup seseorang
e. Warna: menunjukan warna emosional, cita rasa, keyakinan
agama, politik, dan lain-lain, misal: warna merah muda
adalah warna feminim.
10
FUNGSI PESAN NON VERBAL
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal
yang dihubungkan dengan pesan verbal:
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan
kepala.
2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa
sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan
mengangguk-anggukkan kepala.
3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap
pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan
bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak
terungkap dengan kata-kata.
5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau
menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya
anda dengan memukul meja.
11
FUNGSI KOMUNIKASI NON
VERBAL
Fungsi komunikasi non verbal adalah :
1. Melengkapi komunikasi verbal. Misalkan ada anak kecil yang
bertengkar, maka selain kita melerai dengan katakata, biasanya
diikuti dengan mata yang melotot.
2. Menekankan komunikasi verbal Misalkan dalam suatu rapat ada
orang yang tidak sependapat maka dia berkata saya akan out
dari ruangan sambil menutup pintu keras-keras.
3. Membesar-besarkan komunikasi non verbal Misalkan bercerita
tentang gorilla yang tubuhnya besar sambil melebar-lebarkan
tangannya kesamping.
4. Melawan komunikasi verbal Misalnya saat orang mengatakan
tidak malu, tetapi pipi dan wajahnya memerah.
5. Meniadakan komunikasi non verbal Misalnya kita dipaksa untuk
memberikan uang lalu kita katakana ini uangnya sambil
memasukkan uang itu kesaku.
12
Kekurangan tingkah laku non verbal
1. Melalui observasi dari gerak-gerik, ekspresi, gerak
tubuh, dan isyarat
2. Sulit untuk meyelami maksud dan perasaan klien
3. Sering terjadi salah persepsi
4. Komunikasi terganggu apabila kedua belah pihak
tidak mengupayakan komunikasi verbal.
13
PENGAMATAN DAN PENAFSIRAN
Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang biasa
dilihat dan didengar. Sedangkan penafsiran/interprestasi adalah
kesan yang kita berikan pada apa yang kita lihat dan dengar.
Tahap-tahap interprestasi meliputi:
1. Refleksi perasaan; konselor tidak jauh dari apa yang
dikatakan klien.
2. Klarifikasi; menjelaskan apa yang tersirat dalam
perkataan klien.
3. Refleksi; penilaian konselor terhadap apa yang
diungkapkan klien.
4. Konfrontasi; konselor membawa kepada perhatian dan
perasaan klien tanpa disadari.
5. Interprestasi; konselor memperkenalkan konsep-konsep
hubungan yang berakar dari pengalaman.
14
JENIS OBSERVASI
1. Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang
sedang diobservasi (observee), observasi bisa dibedakan
menjadi tiga bentuk, yaitu :
a. Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan
observasi (observer) turut serta atau berpartisipasi dalam
kegiatan yang sedang diobservasi (observee). Observasi
partisipan juga sering digunakan dalam penelitian
eksploratif.Observasi partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu
observee bisa jadi tidak mengetahui bahwa mereka sedang
diobservasi, sehingga perilaku yang nampak diharapkan
wajar atau tidak dibuat – buat. Disisi lain, observasi
partisipan mengandung kelemahan, terutama berkaitan
dengan kecermatan dalam melakukan pengamatan dan
pencatatan, sebab ketika observer terlibat langsung dalam
aktifitas yang sedang dilakukan observee, sangat mungkin
observer tidak bisa melakukan pengamatan dan pencatatan
secara detail.
15
JENIS OBSERVASI
b. Observasi non – partisipan, yaitu bila observer tidak
secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktifitas
yang sedang dilakukan oleh observee.Observasi non –
partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu observer bisa
melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail dan
cermat terhadap segala aktivitas yang dilakukan observee.
Disisi lain, bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu bila
observee mengetahui bahwa mereka sedang diobeservasi,
maka perilakunya biasanya buat – buat atau tidak wajar.
Akibatnya, observer tidak mendapatkan data yang asli.
c. Observasi kuasi – partisipan, yaitu bila observer terlibat
pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh
observee, sementara pada sebagian kegiatan lain observer
tidak melibatkan diri. Bentuk ini merupakan jalan tengah
untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk observasi di
atas, dan sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua
bentuk tersebut.
16
2. Dilihat dari segi situasi lingkungan dimana subjek
diobservasi, Gall dkk (2003 : 254) membedakan observasi
menjadi dua, yaitu :
a. Observasi naturalistik, jika observasi dilakukan secara
alamiah atau dalam kondisi apa adanya. Contoh : melihat
pertandingan sepak bola, guru mengamati murid ketika
sedang bermain di halaman sekolah, seorang peneliti
mengamati perilaku binatang di hutan atau kebun binatang.
b. Observasi eksperimental, jika observasi itu dilakukan
terhadap subjek dalam suasana eksperimen atau kondisi yang
diciptakan. Contoh : para ilmuwan mengamati perubahan hewan
percobaannya yang diberi vaksin dengan hewan yang tidak
diberi vaksin.
17
3. Khususnya bentuk observasi sistematis, Blocher (1987)
mengelompokan ke dalam tiga bentuk dasar observasi, yaitu :
a. Observasi naturalistik, yaitu ketika sesorang ingin
mengobservasi subjek (observee) dalam kondisi alami atau
natural.
b. Metode survai, yaitu ketika seseorang mensurvai
(mengobservasi) contoh – contoh tertentu dari perilaku individu
yang ingin kita nilai.
c. Eksperimentasi, yaitu ketika sesorang tidak hanya
mengobservasi tetapi memaksakan kondisi – kondisi spesifik
terhadap subjek yang diobservasi.
18
4. Berdasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna
Djumhana (1983 : 205) mengelompokkan observasi menjadi,
yaitu :
a. Finding observasi, yaitu kegiatan observasi untuk tujuan
penjajagan. Dalam melakukan observasi ini observer belum
mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya
mengetahui bahwa ia akan mengahadapi suatu situasi saja.
Selama berhadapan dengan situasi itu, ia bersikap menjajagi
saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel yang mungkin
dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih
terarah.
b. Direct observation, yaitu observasi yang menggunakan
“daftar isi” sebagai pedomannya. Daftar ini bisa
berupa checklist kategori tingkah laku yang diobservasi. Pada
umumnya pembuatan daftar isian ini didasarkan pada data
yang diperoleh dari finding observation dan atau penjabaran
dari konsep dalam teori yang dipandang sudah mapan.
19
5. Berdasarkan pada tingkat kesempurnaannya dan
pelatihan yang disyaratkan, Gibson & Mitchell (1995 :
261), mengklasifikasikan observasi sebagai berikut :
a. Level pertama, observasi informasi kasual (casual
information observation ). Observasi jenis ini banyak
dilakukan dalam kehidupan sehari – hari dengan tidak
terstruktur, dan biasanya observasi – observasi yang tidak
terencana yang memberikan kesan – kesan kasual yang
terjadi sehari –hari oleh orang – orang di dekat kita. Tidak
ada pelatihan atau instrumentasi yang diharapkan atau
disyaratkan.
b. Level kedua, observasi terstruktur (guided observation).
Terencana, diarahkan pada sebuah maksud atau tujuan.
Observasi pada tingkat ini biasanya difasilitasi oleh
instrumen yang sederhana seperti cheklist dan skala
penilaian. Beberapa training juga diperlukan.
20
c. Level ketiga, level klinis. Observasi,
selalu diperpanjang, dan sering dengan
kondisi – kondisi yang terkontrol. Teknik –
teknik dan instrumen – instrumen yang
digunakan direncanakan dengan baik, dan
digunakan melalui pelatihan secara
khusus, biasanya diberikan pada level
doktoral. (Pemahaman Individu oleh Drs.
Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 86 – 91)
21
ANALISA OBSERVASI
Gibson (1995 : 263) menyarankan agar dalam melakukan
analisis selama atau setelah observasi memperhatikan
hal – hal sebagai berikut :
1. Mengamati satu klien dalam satu waktu. Observasi
untuk analisis individu sebaiknya difokuskan pada
individu tersebut. Utamanya terhadap perilaku klien
secara detail yang mungkin berguna dalam konseling.
22
ANALISA OBSERVASI
2. Ada kriteria spesifik untuk melakukan observasi.
Konselor hendaknya selalu ingat bahwa observasi yang
dilakukan adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh
sebab itu, ketika melakukan analisis hendaknya
difokuskan pada hal – hal yang berkaitan dengan tujuan
observasi.
3. Observasi seharusnya dilakukan tanpa batas
waktu. Utamanya dalam dunia pendidikan, observasi
dalam rangka konseling sebaiknya tidak hanya dibatasi
pada waktu tertentu saja, tetapi dilakukan secara
berkesinambungan ini sekurang – kurangnya memiliki
dua manfaat, yaitu untuk validasi dan evaluasi.
23
ANALISA OBSERVASI
4. Konseli seharusnya diamati dalam situasi yang
natural dan berbeda. Perilaku natural kebanyakan terjadi
dalam situasi yang juga natural. Meskipun situasi
naturalitu beragam antara satu orang dengan yang lain,
tetapi ada situasi umum yang kurang lebih sama,
misalnya : ketika di sekolah, di rumah, ketika
berhubungan dengan teman, dengan guru, dengan
karyawan, dan dengan orang dewasa lainnya. Sebab bisa
jadi seseorang ketika di tengah – tengah keluarga
menunjukkan perilaku sopan, tetapi ketika berhubungan
dengan orang – orang di luar rumah terjadi sebaliknya.
Mengamati perilaku dalam situasi yang berbeda itu
sangat membantu dalam penyimpulan apakah
karakteristik tingkah laku tersebut konsisten atau tidak.
24
ANALISA OBSERVASI
5. Mengamati klien dalam konteks semua situasi atau
situasi total. Dalam melakukan observasi terhadap
tingkah laku manusia, sangatlah penting menghindari
pendekatan “tunnel vision”, dimana kita hanya
bermaksud mengamati klien secara visual atau sebatas
yang tampak mata, tetapi observasi sebaiknya dilakukan
dengan melihat faktor – faktor yang mendorong
munculnya tingkah laku tersebut, sehingga kita bisa
memberi makna yang lebih tepat terhadap tingkah laku
yang kita amati.
25
ANALISA OBSERVASI
6. Data dari observasi seharusnya digabungkan dengan
data yang lain. Dalam analisis individu sangatlah penting
untuk menggabungkan semua yang diketahui tentang
konseli. Hal ini karena untuk melihat konseli sebagai
seorang manusia yang utuh, semua kesan yang
didapatkan dari observasi harus dipadukan dengan
semua informasi yang mungkin didapatkan. Teknik studi
kasus yang diguanakan oleh sebagian besar bantuan
profesional memberikan ilustrasi terhadap integrasi dan
hubungan antar data sebelum dilakukan interpretasi.
26
ANALISA OBSERVASI
7. Observasi seharusnya dilakukan dalam kondisi yang
menyenangkan. Dalam melakukan observasi sangat
diharapkan observer berada pada posisi yang cukup jelas
untuk melihat apa yang ingin dilaporkan. Idealnya,
observer mampu melakukan observasi dalam waktu yang
cukup tanpa halangan dan gangguan, serta kondisi yang
menyenangkan untuk melakukan observasi. Observer
seharusnya juga siap terhadap kemungkinan lain yang
mungkin terjadi ketika seseorang diamati memodifikasi
perilakunya karena dia sadar bahwa dirinya sedang
diamati. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo,
M.Pd, 2012 : 124 -126)
27
28

More Related Content

What's hot

2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix okdesiaulia7
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Operator Warnet Vast Raha
 
Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumcahyatoshi
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirChaicha Ceria
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidananshona2493
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV PersalinanIndah Widi
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilHetty Astri
 
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumAdaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumSarjan unissula
 
Sistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilSistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilRahayu Pratiwi
 
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Nurul Wulandari
 
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...aulia rahmah
 
Keterampilan Inti KIP/K
Keterampilan Inti KIP/K Keterampilan Inti KIP/K
Keterampilan Inti KIP/K pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
2. soal ukom neonatus 2020 ronalen situmorang fix ok
 
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
Percakapan konseling antar bidan dengan pasien tentang kb (alat kontrasepsi)
 
Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partum
 
Asuhan Kebidanan
Asuhan KebidananAsuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan
 
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMALaskeb Bayi Baru Lahir NORMAL
askeb Bayi Baru Lahir NORMAL
 
Isu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemmaIsu etik dan dilemma
Isu etik dan dilemma
 
Ppt nifas
Ppt nifasPpt nifas
Ppt nifas
 
Persiapan persalinan
Persiapan persalinanPersiapan persalinan
Persiapan persalinan
 
kebutuhan ibu kala III
kebutuhan ibu kala IIIkebutuhan ibu kala III
kebutuhan ibu kala III
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
Kala IV Persalinan
Kala IV PersalinanKala IV Persalinan
Kala IV Persalinan
 
Standar praktik kebidanan
Standar praktik kebidananStandar praktik kebidanan
Standar praktik kebidanan
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
 
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartumAdaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
Adaptasi psikologis dan fisiologis ibu postpartum
 
Sistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamilSistem perkemihan pada ibu hamil
Sistem perkemihan pada ibu hamil
 
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
Model pendokumentasian kebidanan (kardeks)
 
tengkorak bayi
tengkorak bayitengkorak bayi
tengkorak bayi
 
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
 
Keterampilan Inti KIP/K
Keterampilan Inti KIP/K Keterampilan Inti KIP/K
Keterampilan Inti KIP/K
 

Similar to Keterampilan observasi dalam praktik kebidanan

Observasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptx
Observasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptxObservasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptx
Observasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptxalfian090993
 
LISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
LISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BLISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
LISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BSyahraniAdrianty
 
Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4
Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4
Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4Uwes Chaeruman
 
Listening to non verbal message indria yohana_4520210079
Listening to non verbal message indria yohana_4520210079Listening to non verbal message indria yohana_4520210079
Listening to non verbal message indria yohana_4520210079IndriaYohana
 
4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptx
4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptx4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptx
4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptxAsaretkhaAdjane1
 
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbalKomunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbalUIN Surabaya
 
Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6
Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6
Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6MuhHaritsFathurrahma
 
komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasi
komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasikomunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasi
komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasiiimand
 
Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan
Komunikasi Dalam Praktek KebidananKomunikasi Dalam Praktek Kebidanan
Komunikasi Dalam Praktek Kebidananintan fadilla
 
The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...
The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...
The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...Kanaidi ken
 
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8suroso_mtp
 
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8suroso_mtp
 
Ppt kap nonverbal
Ppt kap nonverbalPpt kap nonverbal
Ppt kap nonverbalR Denny
 
Reza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messages
Reza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messagesReza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messages
Reza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messagesRezaChaidir
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageCitra Siskaliana
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageCitra Siskaliana
 
Tugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandiany
Tugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandianyTugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandiany
Tugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandianySherylEsfandianyPutr
 

Similar to Keterampilan observasi dalam praktik kebidanan (20)

Observasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptx
Observasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptxObservasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptx
Observasi-non-verbal-kel.-4 (1)psikologi.pptx
 
LISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
LISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BLISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
LISTENING TO NON-VERBAL MESSAGES BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
 
Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbalKomunikasi non verbal
Komunikasi non verbal
 
Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4
Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4
Kb 2 komunikasi kebidanan modul 4
 
Listening to non verbal message indria yohana_4520210079
Listening to non verbal message indria yohana_4520210079Listening to non verbal message indria yohana_4520210079
Listening to non verbal message indria yohana_4520210079
 
4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptx
4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptx4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptx
4. Komunikasi dalam Negosiasi.pptx
 
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbalKomunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
 
Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6
Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6
Muhammad harits fathurrahman 4520210089 interpersonal skill 6
 
komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasi
komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasikomunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasi
komunikasi antarpribadi dan keterampilan komunikasi
 
Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan
Komunikasi Dalam Praktek KebidananKomunikasi Dalam Praktek Kebidanan
Komunikasi Dalam Praktek Kebidanan
 
The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...
The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...
The Using of Nonverbal Communication _Materi Training "Personal Presentation ...
 
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
 
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
Kom. verbal & non verbal pertemuan -8
 
Ppt kap nonverbal
Ppt kap nonverbalPpt kap nonverbal
Ppt kap nonverbal
 
Komunikasi Verbal
Komunikasi VerbalKomunikasi Verbal
Komunikasi Verbal
 
Tugas 06 interpersonal skill
Tugas 06 interpersonal skillTugas 06 interpersonal skill
Tugas 06 interpersonal skill
 
Reza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messages
Reza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messagesReza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messages
Reza chaidir 4520210052 tugas ke 6_listening to non-verbal messages
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body language
 
Memahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body languageMemahami seseorang lewat body language
Memahami seseorang lewat body language
 
Tugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandiany
Tugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandianyTugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandiany
Tugas 6 listening to non verbal message 4520210054-sheryl esfandiany
 

More from Valny Majid

KONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptx
KONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptxKONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptx
KONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptxValny Majid
 
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptx
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptxMENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptx
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptxValny Majid
 
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptxKONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptxValny Majid
 
KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptxKONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptxValny Majid
 
KEBUTUHAN-NUTRISI.ppt
KEBUTUHAN-NUTRISI.pptKEBUTUHAN-NUTRISI.ppt
KEBUTUHAN-NUTRISI.pptValny Majid
 
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptxKONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptxValny Majid
 
Komunikasi interpersonal dalam oraktik Kebidanan
Komunikasi interpersonal dalam oraktik KebidananKomunikasi interpersonal dalam oraktik Kebidanan
Komunikasi interpersonal dalam oraktik KebidananValny Majid
 
Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaHubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaValny Majid
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikValny Majid
 
Bentuk bentuk komunikasi
Bentuk bentuk komunikasiBentuk bentuk komunikasi
Bentuk bentuk komunikasiValny Majid
 
Konsep umum komunikasi
Konsep umum komunikasiKonsep umum komunikasi
Konsep umum komunikasiValny Majid
 
Konsep dokumentasi
Konsep dokumentasi Konsep dokumentasi
Konsep dokumentasi Valny Majid
 
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingKebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingValny Majid
 
Prosedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasi
Prosedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasiProsedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasi
Prosedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasiValny Majid
 
Personal higiene
Personal higienePersonal higiene
Personal higieneValny Majid
 
Gangguan integritas kulit dan luka
Gangguan integritas kulit dan lukaGangguan integritas kulit dan luka
Gangguan integritas kulit dan lukaValny Majid
 
Konsep dasar eliminasi urine
Konsep dasar eliminasi urineKonsep dasar eliminasi urine
Konsep dasar eliminasi urineValny Majid
 
Konsep dasar kebutuhan manusia
Konsep dasar kebutuhan manusiaKonsep dasar kebutuhan manusia
Konsep dasar kebutuhan manusiaValny Majid
 
Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolitKebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolitValny Majid
 
Gangguan oksigenasi
Gangguan oksigenasiGangguan oksigenasi
Gangguan oksigenasiValny Majid
 

More from Valny Majid (20)

KONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptx
KONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptxKONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptx
KONSEP DASAR ELIMINASI URINE.pptx
 
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptx
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptxMENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptx
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR.pptx
 
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptxKONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
KONSEP PERSONAL HJIGIENE IBU DAN BAYI.pptx
 
KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptxKONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI.pptx
 
KEBUTUHAN-NUTRISI.ppt
KEBUTUHAN-NUTRISI.pptKEBUTUHAN-NUTRISI.ppt
KEBUTUHAN-NUTRISI.ppt
 
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptxKONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI SISTEM.pptx
 
Komunikasi interpersonal dalam oraktik Kebidanan
Komunikasi interpersonal dalam oraktik KebidananKomunikasi interpersonal dalam oraktik Kebidanan
Komunikasi interpersonal dalam oraktik Kebidanan
 
Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaHubungan antar manusia
Hubungan antar manusia
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Bentuk bentuk komunikasi
Bentuk bentuk komunikasiBentuk bentuk komunikasi
Bentuk bentuk komunikasi
 
Konsep umum komunikasi
Konsep umum komunikasiKonsep umum komunikasi
Konsep umum komunikasi
 
Konsep dokumentasi
Konsep dokumentasi Konsep dokumentasi
Konsep dokumentasi
 
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingKebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
 
Prosedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasi
Prosedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasiProsedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasi
Prosedur asuhan tndkn pemnuhan kebuthn eliminasi
 
Personal higiene
Personal higienePersonal higiene
Personal higiene
 
Gangguan integritas kulit dan luka
Gangguan integritas kulit dan lukaGangguan integritas kulit dan luka
Gangguan integritas kulit dan luka
 
Konsep dasar eliminasi urine
Konsep dasar eliminasi urineKonsep dasar eliminasi urine
Konsep dasar eliminasi urine
 
Konsep dasar kebutuhan manusia
Konsep dasar kebutuhan manusiaKonsep dasar kebutuhan manusia
Konsep dasar kebutuhan manusia
 
Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolitKebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Gangguan oksigenasi
Gangguan oksigenasiGangguan oksigenasi
Gangguan oksigenasi
 

Recently uploaded

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGmamaradin
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfssuser29a952
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMPNiPutuDewikAgustina
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptxErikaPutriJayantini
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxcupulin
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanNesha Mutiara
 

Recently uploaded (20)

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 

Keterampilan observasi dalam praktik kebidanan

  • 1. NURUL SYUHFAL NINGSIH, S.ST, M.KES KETERAMPILAN OBSERVASI 1
  • 2. DEFINISI Observasi ialah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pengamatan (observasi) merupakan suatu cara pengumpulan data yang pengisiannya berdasarkan atas pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku individu atau kelompok. 2
  • 3. HAL YANG PERLU DI OBSERVASI 1. Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal 2. Pengamatan dan Penafsiran 3. Jenis Observasi 4. Analisa Observasi 3
  • 4. TINGKAH LAKU VERBAL DAN NON VERBAL A. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. Bahasa verbal merupakan sarana untuk menyampaikan perasaan, pikiran dan maksud tujuan. Aspek dalam komunikasi verbal yaitu perbendaharaan kata-kata(vocabulary), kecepatan(racing), intonasi suara, humor, waktu yang tepat dan singkat. 4
  • 5. 1) Vocabulary (pembendaharaan kata-kata) Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti. Olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi verbal ini. Pergaulan, wawasan, dan banyak membaca sangat membantu seseorang dalam memperbanyak vocabulary tersebut. 2) Racing (kecepatan) Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik. Kecepatan dalam berkomunikasi yang baik adalah tidak terlalu lambat. Kesempurnaan organ bicara terutama mulut dan gigi- geligi merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi kecepatan seseorang dalam berbicara. 3) Intonasi Intonasi atau penekanan suara pada saat berkomunikasi akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. Ras, suku, dan tempat kelahiran atau domisili seseorang akan sangat berpengaruh terhadap intonasi seseorang saat seseorang tersebut berkomunikasi. 5
  • 6. 4) Humor Komunikasi yang datar dan kurang berdaya humor menimbulkan kesan kaku pada seseorang saat berkomunikasi. Komunikasi yang diselingi humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Para ahli memberikan catatan bahwa humor dapat merupakan terapi karena dapat menimbulkan tawa bagi pendengarnya. Dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stres dan nyeri. 5) Singkat dan jelas Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas. Sebaiknya pembicaraan langsung pada pokok permasalahanya sehingga lebih mudah dimengerti. Pembicaraan yang bertele-tele dan tak langsung ke pokok permasalahan sering menimbulkan perasaan jenuh dan kadang tidak menarik. 6
  • 7. 6) Timing (waktu yang tepat) Waktu dan kondisi atau hal yang kritis perlu diperhatikan karena komunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi. Meminta kesediaan atau waktu yang khusus dapat menimbulkan kenyamanan dalam berkomunikasi dibandingkan dengan melakukan komunikasi di tengah kesibukan dan saat waktunya istirahat/tidur. Ciri-ciri tingkah laku verbal adalah sebagai berikut. a. Pertukaran komunikasi terjadi secara interakaktif, mendengarkan lawan bicara atau sebaliknya. b. Kontak mata sangat membantu kelancaran komunikasi c. Pengamatan bahasa dan gaya bicara d. Berlangsung dua arah atau timbal balik e. Pemahaman dan penyerapan informasi, berlangsung secara relative cepat dan baik 7
  • 8. Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. 1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. 2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. 3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. 8
  • 9. B. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah pesan yang di sampaikan dalam komunikasi di kemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata. Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau pelakunya. 9
  • 10. BENTUK KOMUNIKASI NON VERBAL a. Bahasa tubuh: meliputi lambaian tangan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, gerakan kepala, sikap atau postur tubuh, dan lain-lain. b. Tanda: dalam komunikasi non verbal menggantikan kata- kata, misal: bendara putih mengartikan ada lelayu c. Tindakan atau perbuatan: tindakan tidak menggantikan kata- kata tetapi mengandung makna, misal: menggebrak meja berarti marah. d. Objek: objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga mengandung makna, misal: pakaian mencerminkan gaya hidup seseorang e. Warna: menunjukan warna emosional, cita rasa, keyakinan agama, politik, dan lain-lain, misal: warna merah muda adalah warna feminim. 10
  • 11. FUNGSI PESAN NON VERBAL Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal: 1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala. 2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala. 3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.” 4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. 5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja. 11
  • 12. FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL Fungsi komunikasi non verbal adalah : 1. Melengkapi komunikasi verbal. Misalkan ada anak kecil yang bertengkar, maka selain kita melerai dengan katakata, biasanya diikuti dengan mata yang melotot. 2. Menekankan komunikasi verbal Misalkan dalam suatu rapat ada orang yang tidak sependapat maka dia berkata saya akan out dari ruangan sambil menutup pintu keras-keras. 3. Membesar-besarkan komunikasi non verbal Misalkan bercerita tentang gorilla yang tubuhnya besar sambil melebar-lebarkan tangannya kesamping. 4. Melawan komunikasi verbal Misalnya saat orang mengatakan tidak malu, tetapi pipi dan wajahnya memerah. 5. Meniadakan komunikasi non verbal Misalnya kita dipaksa untuk memberikan uang lalu kita katakana ini uangnya sambil memasukkan uang itu kesaku. 12
  • 13. Kekurangan tingkah laku non verbal 1. Melalui observasi dari gerak-gerik, ekspresi, gerak tubuh, dan isyarat 2. Sulit untuk meyelami maksud dan perasaan klien 3. Sering terjadi salah persepsi 4. Komunikasi terganggu apabila kedua belah pihak tidak mengupayakan komunikasi verbal. 13
  • 14. PENGAMATAN DAN PENAFSIRAN Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang biasa dilihat dan didengar. Sedangkan penafsiran/interprestasi adalah kesan yang kita berikan pada apa yang kita lihat dan dengar. Tahap-tahap interprestasi meliputi: 1. Refleksi perasaan; konselor tidak jauh dari apa yang dikatakan klien. 2. Klarifikasi; menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien. 3. Refleksi; penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkan klien. 4. Konfrontasi; konselor membawa kepada perhatian dan perasaan klien tanpa disadari. 5. Interprestasi; konselor memperkenalkan konsep-konsep hubungan yang berakar dari pengalaman. 14
  • 15. JENIS OBSERVASI 1. Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang diobservasi (observee), observasi bisa dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu : a. Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang diobservasi (observee). Observasi partisipan juga sering digunakan dalam penelitian eksploratif.Observasi partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu observee bisa jadi tidak mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi, sehingga perilaku yang nampak diharapkan wajar atau tidak dibuat – buat. Disisi lain, observasi partisipan mengandung kelemahan, terutama berkaitan dengan kecermatan dalam melakukan pengamatan dan pencatatan, sebab ketika observer terlibat langsung dalam aktifitas yang sedang dilakukan observee, sangat mungkin observer tidak bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail. 15
  • 16. JENIS OBSERVASI b. Observasi non – partisipan, yaitu bila observer tidak secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktifitas yang sedang dilakukan oleh observee.Observasi non – partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu observer bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail dan cermat terhadap segala aktivitas yang dilakukan observee. Disisi lain, bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu bila observee mengetahui bahwa mereka sedang diobeservasi, maka perilakunya biasanya buat – buat atau tidak wajar. Akibatnya, observer tidak mendapatkan data yang asli. c. Observasi kuasi – partisipan, yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, sementara pada sebagian kegiatan lain observer tidak melibatkan diri. Bentuk ini merupakan jalan tengah untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk observasi di atas, dan sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua bentuk tersebut. 16
  • 17. 2. Dilihat dari segi situasi lingkungan dimana subjek diobservasi, Gall dkk (2003 : 254) membedakan observasi menjadi dua, yaitu : a. Observasi naturalistik, jika observasi dilakukan secara alamiah atau dalam kondisi apa adanya. Contoh : melihat pertandingan sepak bola, guru mengamati murid ketika sedang bermain di halaman sekolah, seorang peneliti mengamati perilaku binatang di hutan atau kebun binatang. b. Observasi eksperimental, jika observasi itu dilakukan terhadap subjek dalam suasana eksperimen atau kondisi yang diciptakan. Contoh : para ilmuwan mengamati perubahan hewan percobaannya yang diberi vaksin dengan hewan yang tidak diberi vaksin. 17
  • 18. 3. Khususnya bentuk observasi sistematis, Blocher (1987) mengelompokan ke dalam tiga bentuk dasar observasi, yaitu : a. Observasi naturalistik, yaitu ketika sesorang ingin mengobservasi subjek (observee) dalam kondisi alami atau natural. b. Metode survai, yaitu ketika seseorang mensurvai (mengobservasi) contoh – contoh tertentu dari perilaku individu yang ingin kita nilai. c. Eksperimentasi, yaitu ketika sesorang tidak hanya mengobservasi tetapi memaksakan kondisi – kondisi spesifik terhadap subjek yang diobservasi. 18
  • 19. 4. Berdasarkan pada tujuan dan lapangannya, Hanna Djumhana (1983 : 205) mengelompokkan observasi menjadi, yaitu : a. Finding observasi, yaitu kegiatan observasi untuk tujuan penjajagan. Dalam melakukan observasi ini observer belum mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya mengetahui bahwa ia akan mengahadapi suatu situasi saja. Selama berhadapan dengan situasi itu, ia bersikap menjajagi saja, kemudian ia mengamati berbagai variabel yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih terarah. b. Direct observation, yaitu observasi yang menggunakan “daftar isi” sebagai pedomannya. Daftar ini bisa berupa checklist kategori tingkah laku yang diobservasi. Pada umumnya pembuatan daftar isian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari finding observation dan atau penjabaran dari konsep dalam teori yang dipandang sudah mapan. 19
  • 20. 5. Berdasarkan pada tingkat kesempurnaannya dan pelatihan yang disyaratkan, Gibson & Mitchell (1995 : 261), mengklasifikasikan observasi sebagai berikut : a. Level pertama, observasi informasi kasual (casual information observation ). Observasi jenis ini banyak dilakukan dalam kehidupan sehari – hari dengan tidak terstruktur, dan biasanya observasi – observasi yang tidak terencana yang memberikan kesan – kesan kasual yang terjadi sehari –hari oleh orang – orang di dekat kita. Tidak ada pelatihan atau instrumentasi yang diharapkan atau disyaratkan. b. Level kedua, observasi terstruktur (guided observation). Terencana, diarahkan pada sebuah maksud atau tujuan. Observasi pada tingkat ini biasanya difasilitasi oleh instrumen yang sederhana seperti cheklist dan skala penilaian. Beberapa training juga diperlukan. 20
  • 21. c. Level ketiga, level klinis. Observasi, selalu diperpanjang, dan sering dengan kondisi – kondisi yang terkontrol. Teknik – teknik dan instrumen – instrumen yang digunakan direncanakan dengan baik, dan digunakan melalui pelatihan secara khusus, biasanya diberikan pada level doktoral. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 86 – 91) 21
  • 22. ANALISA OBSERVASI Gibson (1995 : 263) menyarankan agar dalam melakukan analisis selama atau setelah observasi memperhatikan hal – hal sebagai berikut : 1. Mengamati satu klien dalam satu waktu. Observasi untuk analisis individu sebaiknya difokuskan pada individu tersebut. Utamanya terhadap perilaku klien secara detail yang mungkin berguna dalam konseling. 22
  • 23. ANALISA OBSERVASI 2. Ada kriteria spesifik untuk melakukan observasi. Konselor hendaknya selalu ingat bahwa observasi yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, ketika melakukan analisis hendaknya difokuskan pada hal – hal yang berkaitan dengan tujuan observasi. 3. Observasi seharusnya dilakukan tanpa batas waktu. Utamanya dalam dunia pendidikan, observasi dalam rangka konseling sebaiknya tidak hanya dibatasi pada waktu tertentu saja, tetapi dilakukan secara berkesinambungan ini sekurang – kurangnya memiliki dua manfaat, yaitu untuk validasi dan evaluasi. 23
  • 24. ANALISA OBSERVASI 4. Konseli seharusnya diamati dalam situasi yang natural dan berbeda. Perilaku natural kebanyakan terjadi dalam situasi yang juga natural. Meskipun situasi naturalitu beragam antara satu orang dengan yang lain, tetapi ada situasi umum yang kurang lebih sama, misalnya : ketika di sekolah, di rumah, ketika berhubungan dengan teman, dengan guru, dengan karyawan, dan dengan orang dewasa lainnya. Sebab bisa jadi seseorang ketika di tengah – tengah keluarga menunjukkan perilaku sopan, tetapi ketika berhubungan dengan orang – orang di luar rumah terjadi sebaliknya. Mengamati perilaku dalam situasi yang berbeda itu sangat membantu dalam penyimpulan apakah karakteristik tingkah laku tersebut konsisten atau tidak. 24
  • 25. ANALISA OBSERVASI 5. Mengamati klien dalam konteks semua situasi atau situasi total. Dalam melakukan observasi terhadap tingkah laku manusia, sangatlah penting menghindari pendekatan “tunnel vision”, dimana kita hanya bermaksud mengamati klien secara visual atau sebatas yang tampak mata, tetapi observasi sebaiknya dilakukan dengan melihat faktor – faktor yang mendorong munculnya tingkah laku tersebut, sehingga kita bisa memberi makna yang lebih tepat terhadap tingkah laku yang kita amati. 25
  • 26. ANALISA OBSERVASI 6. Data dari observasi seharusnya digabungkan dengan data yang lain. Dalam analisis individu sangatlah penting untuk menggabungkan semua yang diketahui tentang konseli. Hal ini karena untuk melihat konseli sebagai seorang manusia yang utuh, semua kesan yang didapatkan dari observasi harus dipadukan dengan semua informasi yang mungkin didapatkan. Teknik studi kasus yang diguanakan oleh sebagian besar bantuan profesional memberikan ilustrasi terhadap integrasi dan hubungan antar data sebelum dilakukan interpretasi. 26
  • 27. ANALISA OBSERVASI 7. Observasi seharusnya dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan. Dalam melakukan observasi sangat diharapkan observer berada pada posisi yang cukup jelas untuk melihat apa yang ingin dilaporkan. Idealnya, observer mampu melakukan observasi dalam waktu yang cukup tanpa halangan dan gangguan, serta kondisi yang menyenangkan untuk melakukan observasi. Observer seharusnya juga siap terhadap kemungkinan lain yang mungkin terjadi ketika seseorang diamati memodifikasi perilakunya karena dia sadar bahwa dirinya sedang diamati. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 124 -126) 27
  • 28. 28