2. Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil
Ginjal
Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar,
panjangnya bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat
60ml dari 10ml pada wanita yang tidak hamil. Filtrasi
glomerulus meningkat sekitar 69% selama kehamilan
peningkatannya dari awal kehamilan relatif tinggi sampai
aterm dan akan kembali normal pada 20 minggu post
partum. Ketika ginjal akan membesar, glomerular filtration
rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada
ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang
larut air dalam jumlah yang lebih banyak.
Pada kehamilan tua, misalnya aliran urin dan ekskresi
natrium sangat dipengaruhi oleh postur, yang rata-rata kurang
dari separuh dari kecepatan ekskresi pada posisi telentang,
disbanding dengan posisi berbaring kiri.
3. Sementara postur jelas mempengaruhi ekskresi
pada kehamilan lanjut, dampaknya pada filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal kelihatannya jauh
lebih berubah-ubah. Chesley dan Sloan (1964),
misalnya, menemukan keduanya menurun biasanya
ketika wanita hamil tersebut dalam posisi telentang,
sementara Dunlop (1976) menemukan sedikit
penurunan atau tidak ada penurunan.
Ezimokhai dkk. (1981) menyajikan bukti bahwa
penurunan aliran plasma ginjal pada kehamilan lanjut
tidak begitu saja disebabkan oleh efek posisional.
4. Ureter
Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan
akan lebih membesar dibandingkan ureter kiri. Hal ini
diperkirakan karena ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid
dan adanya tekanan yang kuat pada sisi kanan uterus
sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi uterus. Ovarium
kanan dengan posisi melintang di atas ureter kanan juga
diperkirakan sebagai factor penyebabnya. Penyebab
lainnya diduga karena pengaruh hormone progesteron.
Pada kehamilan ureter membesar untuk
menampung banyaknya pembentukan urin, terutama
pada ureter kanan karena peristaltic ureter terhambat
karena pengaruh progesterone, tekanan Rahim yang
membesar dan terjadi perputaran ke kanan disebabkan
karena terdapat kolon dan sigmoid di sebelah kiri.
5. Otot polos ureter mengalami hiperplasi,
hipertropi, relaksasi, sehingga menjadi panjang
dan berkelok-kelok (menjadi lekukan) dan
menampung banyak urin. Keadaan ini
membuat proses perkemihan lambat, bisa
terjadi urin stagnasi yang merupakan medium
yang sangat baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Selain itu urin wanita hamil
mengandung nutrien dalam jumlah yang lebih
besar, termasuk glukosa, oleh karena itu selama
hamil wanita lebih rentan terhadap infeksi
saluran kemih.
6. Kandung Kemih
Kandung kemih atau blass pada masa kehamilan
tertekan oleh uterus karena posisi blass berada di depan
uterus menjadikan uterus yang mulai membesar sehingga
akan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Terutama
pada trimester I, trimester II tekanan uterus terhadap blass
berkurang.
Karena uterus sudah mulai keluar dari rongga
panggul dan pada trimester III sering terjadi rangsangan
kembali karena bagian terendah janin turun ke rongga
panggul. Selain itu vaskularisasi pada blass menyebabkan
tonus otot turun. Terjadinya hemodilusi juga menyebabkan
metabolisme air meningkat sehingga pembentukan urin
bertambah dan kapasitas blass sampai 1500ml.
7. Mendekati akhir kehamilan, khususnya pada
nullipara di mana bagian presentasinya sering sudah
masuk sebelum terjadi persalinan, seluruh basis
kandung kemih terdorong ke depan dan ke atas,
sehingga mengubah permukaan normal yang
cembung menjadi cekung.
Sebagai akibatnya, kesulitan prosedur
diagnostik dan terapeutik semakin besar. Di samping
itu, tekanan dari bagian presentasi tersebut
mengganggu drainase darahdan limfe dari basis
kandung kemih, yang sering membentuk edema,
yang mudah mengalami cedera, dan agaknya lebih
peka terhadap infeksi.
8. Sistem Perkemihan Pada Ibu
Hamil Tiap Trimester
1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan sehingga sering timbul kencing karena tertekan oleh
uterus yang mulai membesar. Dan keadaan ini hilang dengan
tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga
panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak
berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal
meningkat pada kehamilan. Bila satu organ membesar, maka
organ lain akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan tidak
jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan.
Saat wanita hamil berbaring telentang, berat uterus akan
menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung
janin menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal.
9. 2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar
mulai berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus.
Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari
panggul sejati ke arah abdomen. Uretra memanjang sampi 7,5
cm karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti
panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia
kandung kemih dan uretra.
Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung
kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung
kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung
kemih sampai sekitar 1500 ml.
10. 3. Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun
kepintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul
lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali.
Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan
metabolisme air menjadi lancar.
Mendekati akhir kehamilan, khususnya pada
nullipara di mana bagian presentasinya sering sudah
masuk sebelum terjadi persalinan, seluruh basis kandung
kemih terdorong ke depan dan ke atas, sehingga
mengubah permukaan normal yang cembung menjadi
cekung. Sebagai akibatnya, kesulitan prosedur diagnostik
dan terapeutik semakin besar.
11. Normalnya hanya terdapat sedikit urin
residual pada nullipara, tetapi kadang kala ini
timbul pada multipara dengan dinding vagina
yang rileks dan sistokel. Inkompetensi katup
ureterovesikal dapat terjadi tumpang tindih,
dengan konsekuensi kemungkinan refluks urin
vesikoureteral.