4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan salah
satu metode fisikokimia berdasarkan pada teknik kromatografi di
mana fase geraknya berupa cairan dan fase diam dapat
dalam bentuk cair atau padat.
KCKT adalah kromatografi cair kolom modern, yang dasarnya
merupakan pengembangan dari kromatografi kolom menjadi
suatu sistem pemisahan yang cepat dan efisien.
4
5. Peningkatan kecepatan dan efisiensi pemisahannya terkait
dengan peningkatan performa kolomnya yang menggunakan
kolom dengan ukuran dimensi uran dimensi dan partikel dan
partikel yang jauh lebih kecil dari kolom yang dipakai dipakai
pada kromatografi kromatografi kolom, sehingga sehingga agar
fase gerak dapat mengalir pada kolom, fase gerak dipompa
dengan tekanan tinggi. Di samping itu, kinerja tingginya dalam
analisis didukung dengan adanya berbagai sistem deteksi dengan
kepekaan tinggi yang dapat diintegrasikan dengan sistem
kromatografinya.
5
6. KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi gas
(KG), keduanya dapat digunakan untuk menghasilkan efek
pemisahan yang sama baiknya. Bila derivatisasi diperlukan
dalam KG, namun pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi
dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang labil pada pemanasan atau
tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun demikian
bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan
peranan lebih besar dalam analisis.
6
8. KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan metode
kromatografi lainnya, antara lain :
a) Cepat, waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak
analisis yang dapat diselesaikan sekitar 15-30 menit. Untuk analisis
yang uncomplicated waktu analisis kurang dari 5 menit bisa
dicapai.
b) Resolusi tinggi, berbeda dengan KG, interaksi selektif dapat
terjadi pada KCKT karena pengaruh yang besar dari fase diam dan
fase geraknya.
c) Sensitivitas detektor, detektor absorbsi UV yang biasa digunakan
dalam KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9
gram) dari bermacam-macam bermacam-macam zat. Detektor-
detektor Detektor-detektor fluoresensi fluoresensi dan elektrokimia
elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12
gram).
8
9. d) Kolom dapat digunakan kembali, berbeda dengan kolom kromatografi
klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali. Banyak analisis yang bisa
dilakukan dengan kolom yang sama sehingga satu kolom dapat digunakan
berulang kali untuk berbagai jenis sampel.
e) Ideal untuk zat termolabil dan volatilitas rendah, zat-zat yang tidak bisa
dianalisis dengan KG karena terurai oleh suhu tinggi atau volatilitasnya
rendah dan dapat dianalisis secara KCKT.
f) Mekanisme pemisahan lebih variatif, banyaknya pilihan fase gerak dan
fase diam yang digunakan serta besarnya interaksi analit terhadap fase
diam dan fase gerak memungkinkan terjadinya pemisahan dengan berbagai
mekanisme.
g) Mudah recovery sampel, umumnya detektor yang digunakan dalam
KCKT tidak menyebabkan kerusakan pada komponen sampel yang
diperiksa, sehingga komponen sampel tersebut dapat dengan sehingga
komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah h
dikumpulkan setelah melewati detektor
9
10. Namun, Namun, jika dibandingkan dibandingkan dengan
kromatografi kromatografi lapis tipis kinerja kinerja tinggi,
tinggi, KCKT memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a) Tidak dapat menganalisis lebih dari satu jenis sampel
sekaligus
b) Kromatogram tidak dapat disimpan sebagai dokumen
otentik
10
16. 1. Wadah fase gerak (Reservoir)
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert).Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah
fase gerak. Wadah ini biasanya dapat biasanya dapat menampung
fase menampung fase gerak antara gerak antara 1 sampai 2 liter
pelarut. pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan
degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak.
Fase gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut. pelarut. Selain berfungsi berfungsi sebagai sebagai
pembawa pembawa komponen-komponen komponen-komponen
campuran campuran campuran menuju detektor, fase gerak dapat
berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu, karena itu, fase
gerak dalam gerak dalam HPLC merupakan HPLC merupakan salah
sat salah satu faktor u faktor penentu penentu keberhasilan proses
pemisahan.
16
17. 2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni:
pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum
dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan
batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu
memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit.
Tiga jenis pompa yang digunakan dalam HPLC:
a) Pompa reciprocating
b) Pompa displacement
c) Pompa pneumatic
17
18. 3. Tempat Injeksi
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus
dengan disturbansi yang minimum dari material kolom.
Sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke dalam kolom
secara otomatis atau manual melalui injeksi. Volume injeksi
sangat tepat karena mempunyai sampel loop dengan variabel
volume (misalnya 20 – 500 μL)
18
19. 4. Kolom
Ada 2 jenis kolom pada kolom pada HPLC yaitu HPLC yaitu
kolom konvensional kolom konvensional dan kolom dan
kolom mikrobor. Kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian
merupakan bagian HPLC yang HPLC yang mana terdapat
mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses
pemisahan solut/analit.
19
20. 5. Detektor
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan
yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat
secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat
selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor
spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik
yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan
selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan
elektrokimia.
20
21. PENERAPAN KCKT
✖ ANALISIS KOMPOSISI DAN KANDUNGAN
KAROTENOID TOTAL DAN VITAMIN A
FRAKSI CAIR DAN PADAT MINYAK SAWIT
KASAR (CPO) MENGGUNAKAN KCKT
DETEKTOR PDA
21
22. Latar belakang dan tujuan
Minyak sawit kasar atau CPO merupakan salah satu sumber
karoten tertinggi yang diekuivalenkan dengan retinol (pro-
vitamin A). Salah satu fungsi penting karotenoid adalah sebagai
prekursor vitamin A yang akan diubah oleh tubuh menjadi
vitamin A. -karoten, yang terisomerisasi mudah mengalami
degradasi oleh keberadaan oksigen. Melihat sifat karotenoid
yang relatif kurang stabil, sangat memungkinkan terjadinya
degradasi -karoten selama proses pengolahan CPO.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah menentukan kandungan total dan komposisi karotenoid
pada fraksi cair dan padat CPO dengan metoda saponifikasi dan
metoda langsung.
22
23. Bahan penelitian
Sampel yang digunakan adalah minyak sawit kasar
(CPO) yang diperoleh dari salah satu pabrik
pengolahan CPO PT. Sinar Mas Agro Research and
Technology, Tbk (PT. SMART Tbk), yang berlokasi di
Kabupaten Siak, Riau. Bahan yang digunakan adalah
aseton, etanol, petroleum eter, dietileter, heksan,
KOH, asam askorbat, metanol, marker -karoten (E-
Merck No. Kat. 1.02236), asetonitril, diklorometan,
isopropanol.
23
24. Metode penelitian
1. Persiapan Fraksi Cair dan Padat CPO
2. Konversi Karotenoid-Vitamin A
3. Ekstraksi dan Saponifikasi
4. Metode Langsung
5. Identifikasi Komposisi Karotenoid dengan KCKT
24
25. hasil penelitian
CPO baik dalam fraksi cair maupun padat memiliki kandungan
karotenoid dan vitamin A yang tinggi. Kandungan karotenoid
total fraksi cair dan padat berturut-turut adalah 536 ± 13,2 µg/g
dan 352 ± 17,7 µg/g, sedangkan kandungan vitamin A fraksi cair
dan padat 89,4 ± 2,2 RE dan 58,7 ± 3,0 RE. Karotenoid tersebut
didominasi oleh α- dan β-karoten. Dengan metoda saponifikasi
diperoleh kandungan α- dan β-karoten pada fraksi cair
berturut-turut 29,03% dan 60,88 %, sedangkan pada metoda
langsung kandungan α dan β-karoten 28,14% dan 59,44%.
Kandungan α- dan β-karoten pada fraksi padat metoda
saponifikasi berturut-turut 25,89% dan 60,8%, sedangkan pada
metoda langsung kandungan α- dan β-karoten 30,00% dan
56,92%.
25
26. hasil penelitian
Analisis komposisi karotenoid menggunakan KCKT
dengan detektor PDA memberikan kemudahan
dibandingkan dengan detektor UV-tampak. Dalam
satu kali analisis detektor PDA memberikan seluruh
kromatogram pada rentang panjang gelombang yang
diinginkan mulai dari 190 nm sampai dengan 800
nm dan dapat menghasilkan kromatogram tiga
dimensi (3D). Dari detektor PDA, pola spektra dari
tiap komponen dapat diperoleh sehingga
memudahkan identifikasi tanpa memerlukan
marker.
26