SlideShare a Scribd company logo
1 of 108
KROMATOGRAFI, Michael Tswett (1906)
• Pemisahan zat hijau daun (chlorophyl) dari ekstrak
tumbuhan.
• Fasa gerak (eluen), petroleum eter
• Fasa diam, kalsium karbonat dalam kolom
• Pigmen yang semula satu warna  beberapa
warna
• Pigmen yang terserap lebih lemah  turun ke
bawah (komponen 2)
• Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich
Tswet (1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan
serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan
campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter.
Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk
lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan
kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906).
• Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin Willstätter
(1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni
khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu
banyak perhatian diberikan pada kromatograf
Drs. H. Fathur Rahman, M.Si., Apt.
• Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.
• Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua
buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.
• Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan
melarutkan zat komponen campuran.
• Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak
lebih cepat.
Drs. H. Fathur Rahman, M.Si., Apt.
PERKEMBANGAN KROMATOGRAFI
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) atau HPLC
(Csaba Horvath, 1970)
• HPLC = High Performance Liquid Chromatography.
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
• HPLC = High Pressure Liquid Chromatography
(Kromatografi Cair Tekanan Tinggi)
DIAGRAM BLOK KCKT SISTIM ISOKRATIK
Gambar Instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
KCKT (LC 2010)
PERBEDAAN KROMATOGRAFI KONVENSIONAL DAN KCKT
KROMATOGRAFI
KONVENSIONAL
HPLC (KCKT)
Elusi Gravitasi  lama Tekanan tinggi  cepat
Packing Manual  sekali pakai
buang
Bisa dipakai berkali-kali
Peralatan Sederhana Modern: pompa,
injektor, detektor
Hasil ? Akurat dan teliti
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
• TUJUAN
- Pemisahan
- Analisis Kualitatif
- Analisis Kuantitatif
• KEUNTUNGAN
- Dapat dilaksanakan pada suhu kamar
- Detektor dapat divariasi
- Fasa gerak dan kolom dapat dipakai berulang
- Ketepatan dan ketelitian yang tinggi
WAKTU RETENSI
Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk
bergerak melalui kolom menuju ke detektor.
Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari saat sampel
diinjeksikan sampai pada titik dimana tampilan
menunujukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa
itu.
1. ANALISIS KUALITATIF
• Membandingkan Waktu retensi (tR) baku pembanding dengan
waktu retensi (tR) komponen cuplikan pada kondisi
kromatografi yang sama.
• Waktu retensi :
Waktu yang diperlukan suatu komponen keluar dari kolom
kromatografi dimulai saat penyuntikan sampai saat puncak
mencapai maksimum
PROFIL KROMATOGRAM KCKT
KLASIFIKASI KROMATOGRAFI
• BERDASARKAN JENIS FASA GERAK :
1. Kromatografi Gas
- Kromatografi gas - padat
- Kromatografi gas – cair
2. Kromatografi Cair
- Kromatografi cair - padat
- Kromatogtafi cair - cair
KROMATOGRAFI CAIR
• Berdasarkan mekanisme Interaksi :
1. Kromatografi Adsorpsi
2. Kromatografi Partisi : fasa normal dan fasa balik
3. Kromatografi Penukar Ion
4. Kromatografi Gel
KOLOM (FASA DIAM SILIKA)
PANJANG DAN DIAMTER KOLOM
JENIS PANJANG (cm) DIAMTER (cm) dp
(um)
Konvensional 10-20 4,5 10
Microbore 10 2,5 5
High Speed 6 4,6 3
KOLOM KCKT (HPLC)
KOLOM FASA TERBALIK (Reversed Phase Colomn)
Fasa diam silika (polar) di + klorosilan ( R= C18 atau oktadesil silika, ODS
 fasa diam silika (non polar).
KOLOM FASA TERBALIK (ODS)
MEKANISME INTERKASI
• Kromatografi Adsorpsi :
 Interaksi gugus polar dari senyawa dengan
bagian partikel yang polar dari fasa diam
silika.
• Kromatografi Partisi :
 Molekul zat terlarut mendistribusikan dirinya
diantara fasa gerak dan fasa diam
KROMATOGRAFI PARTISI
1. Kromatografi Fasa Normal (Normal Phase
Chromatography).
Fasa gerak kurang polar dibanding fasa diam.
- Molekul senyawa yang polar berinteraksi lebih
kuat dengan fasa diam yang polar  ditahan
lebih kuat pada fasa diam dibanding senyawa
non polar
• Fasa gerak: n- heksan, metilen klorida, kloroform,
dietil eter.
• Kolom : Gugus polar - NH2  u Bondapak NH2
- CN  Lichrosorb CN
- N(CH3)2 dan – OH
• Aplikasi : - Memisahkan senyawa polar
- Memisahkan campuran senyawa dimana
satu sama lain berbeda pada bagian polarnya
2. Kromatografi Fasa Balik (Reversed Phase).
Fasa gerak lebih polar dari fasa diam.
- Molekul senyawa non polar berinteraksi lebih
kuat dengan fasa diam yang non polar 
ditahan lebih kuat dibanding senyawa polar
Fasa gerak:
- Air - metanol
- acetonitril - Isopropanol
- tetrahidrofuran - campuran pelarut
• Kolom :
Gugus C8 (Oktil silan)  Lichrosorb RP-8
Gugus C18 (Oktadesilsilan)  Bondapak C18
• Aplikasi :
- Memisahkan senyawa-senyawa yang kurang
polar.
- Memisahkan campuran senyawa-senyawa yang
satu sama lain berbeda pada bagian non-polar.
• Menghitung kuantitas analit pada
kromatogram :
1. Mengukur tinggi puncak kromatogram
2. Menentukan luas area kromatogram
• • Metoda kalibrasi eksternal
• Metoda kalibrasi internal
• Metoda adisi standar
+ Metoda koreksi normalisasi
Kalibrasi baku eksternal
pembuatan baku
Kalibrasi baku eksternal
Analisa vanilin
Kalibrasi baku internal
Keuntungan metoda kalibrasi
baku eksternal (baku luar)
Kekurangan metoda kalibrasi
baku eksternal
Keuntungan metoda kalibrasi
baku internal
Keuntungan metoda kalibrasi baku
internal
Kekurangan metoda kalibrasi
baku internal
Analisis Kuantitatif
1. Normalisasi Area
2. Metode Baku Eksternal (Baku Luar)
3. Metode Baku Internal (Baku Dalam)
4. Metode Adisi
Contoh perhitungan dengan normalisasi area dari 5 komponen dalam
suatu campuran
Contoh Data Normalisasi Area
Puncak Luas Area % Area %
Komposisi
1 167,8 35,9 35,9
2. 31,63 6,8 6,8
3. 108,3 23,2 23,2
4. 80,63 17,3 17,3
5. 78,38 16,8 16,8
Total 466,94 100 100
2. Metode baku eksternal ( Baku Luar)
2. Metode baku Internal (Baku Dalam)
Syarat-syarat baku internal
• Terpisah dengan baik dari senyawa yang ditentukan
• Mempunyai waktu retensi yang hampir berdekatan dengan
cuplikan.
• Tidak terdapat dalam sampel
• Mempunyai kemiripan sifat-sifat dengan analit yang ditentukan
• Tidak mempunyai kemiripan secara kimia dengan analit
• Tersedia dalam perdagangan dengan kemurnian yang tinggi
• Stabil dan tidak reaktif dengan sampel atau dengan fasa gerak
• Mempunyai respon detektor yang hampir sama dengan analit
pada konsentrasi yang digunakan
Contoh perhitungan metode baku internal
Kadar Parasetamol
(ppm) (x)
Luas puncak
parasetamol
Luas puncak
fenasetin
Luas puncak parasetamol
/luas puncak fenasetin (Y)
6,534 11672 8901 1,31129730
9,801 16868 9213 1,83093824
13,068 25930 9418 2,753275216
19,068 36877 8714 4,231929888
26,136 54384 9019 6,029886393
Persamaan garis regresi : Y = 0,2457 X – 0,4346 ; r = 0,995
Dari persamaan garis regresi dihitung konsentrasi parasetamol dalam sampel
3. Standard Adisi
Resolusi Kromatogram
• Resolusi adalah perbedaan antara waktu retensi
2 puncak yang saling berdekatan.
Kapan komponen
dikatakan terpisah sempurna ?
Memperbaiki resolusi dengan mengatur
perbandingan fasa gerak
Penggunaan metode KCKT untuk analisis
PARAMETER KROMATOGRAFI
Kolom merupakan bagian yang terpenting dari
keseluruhan peralatan kromatografi, karena di
dalam kolom terjadi proses pemisahan
campuran komponen.
Parameter Kromatografi :
 Kapasitas
 Selektifitas
 Effesiensi
 Resolusi
Mengapa kolom dapat memisahkan suatu
campuran komponen ???
Hal ini disebabkan karena fasa diam yang
terdapat di dalam kolom dapat mengadakan
interaksi dengan berbagai komponen dengan
kekuatan yang cukup berbeda satu sama lain,
sehingga masing-masing komponen akan
keluar dari kolom dengan waktu retensi yang
juga berbeda.
Parameter apa yang dipakai untuk menyatakan
besar kecilnya interaksi tersebut di atas ???
Ukuran interaksi suatu senyawa dengan fasa
diam dinyatakan sebagai faktor kapasitas (k′)
komponen tersebut, yang dapat didefenisikan
melalui persamaan berikut ini
tr A – to
k′ =
to
Dimana :
tr A = Waktu retensi komponen A yang ditahan
oleh kolom
to = Waktu retensi komponen yang tidak
ditahan oleh kolom (misal: pelarut/eluen
Apa yang dimaksud dengan waktu retensi /tambat
(retention time) (tr) ???
• Waktu yang diperlukan untuk membawa
keluar suatu komponen dari dalam kolom
kromatografi dimulai saat penyuntikan
sampai saat puncak mencapai maksimum.
Faktor kapasitas yang relatif besar memberikan
indikasi adanya interaksi yang relatif kuat antara
komponen dengan fasa diam dan sebagai akibatnya
komponen tertahan kuat di dalam kolom.
Sebaliknya, faktor kapasitas yang relatif kecil ada
kaitannya dengan interaksi yang relatif lemah atau
dengan kata lain, komponen hanya sedikit saja
tertahan di dalam kolom.
Apa hubungan antara Faktor Kapasitas dari
berbagai komponen dengan Selektifitas dari
suatu kolom ?
Suatu kolom dikatakan selektif apabila kolom tersebut
mempunyai kemungkinan menahan berbagai komponen
dengan kekuatan yang cukup berbeda, sehingga faktor
kapasitas dari masing-masing komponen pada kolom
tersebut juga berbeda.
Dengan demikian dapat diharapkan suatu campuran
komponen akan dapat dipisahkan relatif sempurna di
dalam suatu kolom yang mempunyai selektifitas yang
cukup tinggi.
Secara bagaimana Selektifitas di atas
didefinisikan ?
Faktor Selektifitas (α) didefinisikan sebagai ukuran
pemisahan dua komponen dan dinyatakan melalui
persamaan berikut ini :
k’
B
α =
k’
A
k’
B = faktor kapasitas komponen B
k’
A = faktor kapasitas komponen A
Sebagai perjanjian, faktor kapasitas yang lebih besar
diletakkan sebagai pembilang.
Berapa besar harga selektifitas (α) yang
diharapkan agar dapat terjadi pemisahan ?
Selektifitas (α) hendaknya mempunyai harga
yang lebih besar dari pada satu, karena pada
harga α = 1 berarti k’
B = k’
A , yang berarti
komponen B dan A tidak terpisahkan.
Apakah harga α ini sudah dapat meramalkan
terjadinya pemisahan yang sempurna ?
Jawabnya : belum. Mengapa ????
Hal ini disebabkan karena harga α hanya
memberikan indikasi adanya pemisahan pada
bagian atas puncak kromatogram, tanpa
memperhitungkan terdapatnya “overlapping”
(tumpang-suh) yang mungkin terjadi di bagian
bawah puncak tadi.
• Gambar
Untuk suatu harga α yang sama terdapat
2 kemungkinan yang berbeda:
Jika demikian jelas permasalahannya terletak pada puncak
yang lebar dan puncak yang sempit.
Pemisahan yang sempurna dapat terjadi jika dihasilkan
puncak komponen yang relatif sempit.
Lebar atau sempitnya puncak suatu komponen ditentukan
antara lain oleh efisiensi kolom yang digunakan.
Apa yang dimaksud dengan efisiensi dari suatu
kolom ????
Efisiensi suatu kolom merupakan ukuran
kemampuan dari kolom tersebut untuk
mencegah/mengurangi terjadinya pelebaran
puncak komponen.
Suatu kolom yang efisiensi akan dapat
menghasilkan puncak-puncak komponen yang
relatif sempit, sehingga jumlah komponen yang
dapat terpisahkan di dalam kolom tersebut akan
menjadi relatif banyak.
Tolok ukur apa yang dapat dipakai untuk
menyatakan efisiensi dari suatu kolom???
Efisiensi suatu kolom dinyatakan secara kuantitatif
sebagai jumlah pelat teori (N) dari kolom tersebut.
Jumlah pelat teori ini dapat dihitung dari
persamaan berikut ini :
N = 16 (tr/W)2
Dimana :
tr = Jarak antara titik nol dan titik potong kedua garis singgung pada
sisi-sisi puncak komponen
W= Lebar puncak pada alasnya, diukur antara titik titik potong garis
singgung pada kedua sisi puncak komponen dengan poros
horisontal
.
Jika ditelaah secara menyeluruh, kelihatan jelas adanya
keterkaitan antara faktor kapasitas, selektifitas dan
efisiensi suatu kolom pada keberhasilan pemisahan.
Dengan demikian tentunya ada suatu parameter lain
yang dapat menggambarkan sekaligus keterlibatan
ketiga parameter di atas pada keberhasilan suatu
pemisahan.
Parameter apakah itu ???
Jawabnya : Resolusi
Ketergantungan Resolusi (Rs) pada ketiga
parameter di atas dinyatakan dengan persamaan
berikut ini :
Di mana:
a = faktor kapasitas
b = faktor selektiftas
c = faktor efisiensi
Untuk suatu pemisahan yang baik (dalam arti kata
kedua puncak komponen terpisah sempurna hingga
garis dasarnya) maka Rs hendaknya ≥ 1,5
Suatu kolom yang masih baru biasanya mempunyai daya
resolusi yang relatif besar (Rs ≥ 1,5).
Tetapi sesuai dengan umur pakai kolom, makin lama daya
resolusi tersebut makin kecil dan pada akhirnya puncak-
puncak komponen yang semula terpisah, akan menjadi
saling tumpang-suh (overlapping) satu sama lain
Di dalam prakteknya, apa yang menyebabkan
daya resolusi suatu kolom makin lama makin kecil
???
Bagaimana kita dapat mengkaitkan daya
resolusi yang semakin berkurang dengan umur
pemakaiannya ???
Resolusi tergantung dari faktor kapasitas,
selektifitas, dan efisiensi.
Berkurangnya resolusi berarti berkurangnya
faktor kapasitas, selektifitas dan jumlah pelat
teori (efisiensi)
Peristiwa-peristiwa apa saja di dalam
prakteknya, yang dapat mengakibatkan
menurunnya ketiga parameter di atas ???
1. Menurun Faktor Kapasitas (k′) dapat terjadi
pada suatu kolom yang belum cukup
setimbang (stabilisasi kolom masih kurang).
Peristiwa ini sering terjadi pada saat pergantian
komposisi eluen (fase gerak). Sebagai
perkiraan, untuk perioda stabilisasi, umumnya
dibutuhkan eluen sebanyak 10 hingga 80 kali
volume kolom
Kemungkinan yang lain, Larutan buffer sitrat yang
sering digunakan pada eluen dapat membentuk
komplek khelat dengan gugus-gugus silanol dari
fasa diam.
Pembentukan khelat tersebut dapat mengubah
sifat dari fasa diam dan sebagai akibatnya faktor
kapasitas komponen juga akan berubah.
2. Menurunnya faktor Selektifitas (α)
disebabkan karena terjadi proses deaktifasi
kolom, sebagai akibat kontaminasi beberapa
komponen “aktif” pada fasa diam.
Pada kromatografi fasa normal, penyebabnya
antara lain :
• Adsorpsi irreversibel dari komponen yang sangat
reaktif, misalnya saja adsorpsi senyawa-senyawa
amina pada gugus silanol dari fasa diam.
Terjadinya proses elusi yang sangat lambat dari
beberapa komponen yang tertahan sangat kuat
pada kolom, yang berasal dari analisa
kromatografi sebelumnya.
Fasa gerak terlalu banyak mengandung air.
Pada kromatografi fasa terbalik, penyebabnya
antara lain :
• Adsorpsi irreversibel dari bebrapa
ketidakmurnian yang berasal dari air yang
digunakan pada campuran eluen.
• Modifikasi dari tekstur fasa diam, yang terjadi
sebagai akibat digunakannya larutan buffer
sebagai eluen (terutama buffer phosphat)
Suatu kolom RP yang telah dialiri buffer
phosphat sebaiknya tidak dipakai kembali
untuk eluen yang terdiri dari pelarut organik
murni atau campuran pelarut organik murni
• Penggunaan eluen dengan nilai pH dari fasa
diam yang dipakai (biasanya eluen terlalu
basa).
Hindarkan misalnya penggunaan ammonium
karbonat.
3. Menurunnya faktor efisiensi (N), disebabkan
karena terdapatnya kontaminasi pada kolom atau
memadatnya fasa diam pada bagian atas kolom,
sehingga membentuk “ruang kosong” pada ujung
atas kolom.
Untuk mencegah terjadinya peristiwa ini,
hendaknya selalu dihindarkan terjadinya
perubahan tekanan yang terlalu besar dan
mendadak pada kolom. Selain itu filter yang
terdapat pada ujung kolom hendaknya selalu
dibersihkan dan kalau perlu diganti
WAKTU RETENSI DIPENGARUHI OLEH :
• Laju aliran fasa gerak (flow rate)
• Suhu kolom
• Jenis fasa diam
• Keadaan kolom (Colomn history)
• Jumlah cuplikan
Bila pengaruh dapat dikendalikan  Identifikasi
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k
Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k

More Related Content

Similar to Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k

Analisis senyawa bahan alam
Analisis senyawa bahan alamAnalisis senyawa bahan alam
Analisis senyawa bahan alamAnisFitria25
 
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc msJennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc msJennifer Wijaya
 
Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4
Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4
Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4TyasTyas20
 
Kelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptx
Kelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptxKelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptx
Kelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptxTrisnoAfandi2
 
Basic of Spectrophotometer and Chromatography
Basic of Spectrophotometer and ChromatographyBasic of Spectrophotometer and Chromatography
Basic of Spectrophotometer and ChromatographyPrimaSatria7
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gasAam Aam
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiBughis Berkata
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografioriza13
 
PENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .ppt
PENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .pptPENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .ppt
PENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .pptanditia3
 
Gases Chromatography
Gases ChromatographyGases Chromatography
Gases ChromatographyEfty Leliya
 
laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2Dimaz Febrianto
 

Similar to Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k (20)

Analisis senyawa bahan alam
Analisis senyawa bahan alamAnalisis senyawa bahan alam
Analisis senyawa bahan alam
 
PPT - HPLC.pptx
PPT - HPLC.pptxPPT - HPLC.pptx
PPT - HPLC.pptx
 
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc msJennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
 
Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4
Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4
Kromatografi kertas & kromatografi lapis tipis b4
 
Gc ms
Gc msGc ms
Gc ms
 
Kelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptx
Kelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptxKelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptx
Kelompok 5_PPT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.pptx
 
Basic of Spectrophotometer and Chromatography
Basic of Spectrophotometer and ChromatographyBasic of Spectrophotometer and Chromatography
Basic of Spectrophotometer and Chromatography
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
File halimatus
File halimatusFile halimatus
File halimatus
 
Basic & Preview HPLC
Basic & Preview HPLCBasic & Preview HPLC
Basic & Preview HPLC
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografi
 
High Performa Liquid Chromatograph
High Performa Liquid ChromatographHigh Performa Liquid Chromatograph
High Performa Liquid Chromatograph
 
2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx
2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx
2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx
 
parasetamol
parasetamolparasetamol
parasetamol
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografi
 
Kromatografi gas dan cair
Kromatografi gas dan cairKromatografi gas dan cair
Kromatografi gas dan cair
 
PENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .ppt
PENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .pptPENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .ppt
PENGANTAR SPEKTROFOTOMETRI .ppt
 
Gases Chromatography
Gases ChromatographyGases Chromatography
Gases Chromatography
 
laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2
 

Recently uploaded

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 

Recently uploaded (18)

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 

Berikut beberapa poin penting tentang parameter selektifitas dalam kromatografi:- Selektifitas (α) didefinisikan sebagai rasio antara faktor kapasitas dua komponen (k'B/k'A). Semakin besar nilai α, semakin baik pemisahan dua komponen tersebut. - Secara umum, selektifitas diharapkan lebih besar dari 1 agar terjadi pemisahan antara dua komponen. Jika α = 1, artinya k'B = k

  • 1. KROMATOGRAFI, Michael Tswett (1906) • Pemisahan zat hijau daun (chlorophyl) dari ekstrak tumbuhan. • Fasa gerak (eluen), petroleum eter • Fasa diam, kalsium karbonat dalam kolom • Pigmen yang semula satu warna  beberapa warna • Pigmen yang terserap lebih lemah  turun ke bawah (komponen 2)
  • 2. • Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tswet (1872-1919) menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906). • Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada kromatograf Drs. H. Fathur Rahman, M.Si., Apt.
  • 3. • Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. • Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. • Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. • Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Drs. H. Fathur Rahman, M.Si., Apt.
  • 4.
  • 5.
  • 7. KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) atau HPLC (Csaba Horvath, 1970) • HPLC = High Performance Liquid Chromatography. (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) • HPLC = High Pressure Liquid Chromatography (Kromatografi Cair Tekanan Tinggi)
  • 8. DIAGRAM BLOK KCKT SISTIM ISOKRATIK
  • 9. Gambar Instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
  • 10.
  • 11.
  • 12.
  • 14. PERBEDAAN KROMATOGRAFI KONVENSIONAL DAN KCKT KROMATOGRAFI KONVENSIONAL HPLC (KCKT) Elusi Gravitasi  lama Tekanan tinggi  cepat Packing Manual  sekali pakai buang Bisa dipakai berkali-kali Peralatan Sederhana Modern: pompa, injektor, detektor Hasil ? Akurat dan teliti
  • 15. KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) • TUJUAN - Pemisahan - Analisis Kualitatif - Analisis Kuantitatif • KEUNTUNGAN - Dapat dilaksanakan pada suhu kamar - Detektor dapat divariasi - Fasa gerak dan kolom dapat dipakai berulang - Ketepatan dan ketelitian yang tinggi
  • 16. WAKTU RETENSI Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom menuju ke detektor. Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari saat sampel diinjeksikan sampai pada titik dimana tampilan menunujukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa itu.
  • 17. 1. ANALISIS KUALITATIF • Membandingkan Waktu retensi (tR) baku pembanding dengan waktu retensi (tR) komponen cuplikan pada kondisi kromatografi yang sama. • Waktu retensi : Waktu yang diperlukan suatu komponen keluar dari kolom kromatografi dimulai saat penyuntikan sampai saat puncak mencapai maksimum
  • 19.
  • 20.
  • 21.
  • 22. KLASIFIKASI KROMATOGRAFI • BERDASARKAN JENIS FASA GERAK : 1. Kromatografi Gas - Kromatografi gas - padat - Kromatografi gas – cair 2. Kromatografi Cair - Kromatografi cair - padat - Kromatogtafi cair - cair
  • 23. KROMATOGRAFI CAIR • Berdasarkan mekanisme Interaksi : 1. Kromatografi Adsorpsi 2. Kromatografi Partisi : fasa normal dan fasa balik 3. Kromatografi Penukar Ion 4. Kromatografi Gel
  • 24. KOLOM (FASA DIAM SILIKA)
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 28. PANJANG DAN DIAMTER KOLOM JENIS PANJANG (cm) DIAMTER (cm) dp (um) Konvensional 10-20 4,5 10 Microbore 10 2,5 5 High Speed 6 4,6 3
  • 30. KOLOM FASA TERBALIK (Reversed Phase Colomn) Fasa diam silika (polar) di + klorosilan ( R= C18 atau oktadesil silika, ODS  fasa diam silika (non polar).
  • 32. MEKANISME INTERKASI • Kromatografi Adsorpsi :  Interaksi gugus polar dari senyawa dengan bagian partikel yang polar dari fasa diam silika. • Kromatografi Partisi :  Molekul zat terlarut mendistribusikan dirinya diantara fasa gerak dan fasa diam
  • 33. KROMATOGRAFI PARTISI 1. Kromatografi Fasa Normal (Normal Phase Chromatography). Fasa gerak kurang polar dibanding fasa diam. - Molekul senyawa yang polar berinteraksi lebih kuat dengan fasa diam yang polar  ditahan lebih kuat pada fasa diam dibanding senyawa non polar
  • 34. • Fasa gerak: n- heksan, metilen klorida, kloroform, dietil eter. • Kolom : Gugus polar - NH2  u Bondapak NH2 - CN  Lichrosorb CN - N(CH3)2 dan – OH • Aplikasi : - Memisahkan senyawa polar - Memisahkan campuran senyawa dimana satu sama lain berbeda pada bagian polarnya
  • 35.
  • 36.
  • 37. 2. Kromatografi Fasa Balik (Reversed Phase). Fasa gerak lebih polar dari fasa diam. - Molekul senyawa non polar berinteraksi lebih kuat dengan fasa diam yang non polar  ditahan lebih kuat dibanding senyawa polar Fasa gerak: - Air - metanol - acetonitril - Isopropanol - tetrahidrofuran - campuran pelarut
  • 38. • Kolom : Gugus C8 (Oktil silan)  Lichrosorb RP-8 Gugus C18 (Oktadesilsilan)  Bondapak C18 • Aplikasi : - Memisahkan senyawa-senyawa yang kurang polar. - Memisahkan campuran senyawa-senyawa yang satu sama lain berbeda pada bagian non-polar.
  • 39.
  • 40.
  • 41. • Menghitung kuantitas analit pada kromatogram : 1. Mengukur tinggi puncak kromatogram 2. Menentukan luas area kromatogram
  • 42.
  • 43.
  • 44. • • Metoda kalibrasi eksternal • Metoda kalibrasi internal • Metoda adisi standar + Metoda koreksi normalisasi
  • 47.
  • 49. Keuntungan metoda kalibrasi baku eksternal (baku luar)
  • 54.
  • 55.
  • 56. Analisis Kuantitatif 1. Normalisasi Area 2. Metode Baku Eksternal (Baku Luar) 3. Metode Baku Internal (Baku Dalam) 4. Metode Adisi
  • 57. Contoh perhitungan dengan normalisasi area dari 5 komponen dalam suatu campuran
  • 58. Contoh Data Normalisasi Area Puncak Luas Area % Area % Komposisi 1 167,8 35,9 35,9 2. 31,63 6,8 6,8 3. 108,3 23,2 23,2 4. 80,63 17,3 17,3 5. 78,38 16,8 16,8 Total 466,94 100 100
  • 59. 2. Metode baku eksternal ( Baku Luar)
  • 60. 2. Metode baku Internal (Baku Dalam)
  • 61. Syarat-syarat baku internal • Terpisah dengan baik dari senyawa yang ditentukan • Mempunyai waktu retensi yang hampir berdekatan dengan cuplikan. • Tidak terdapat dalam sampel • Mempunyai kemiripan sifat-sifat dengan analit yang ditentukan • Tidak mempunyai kemiripan secara kimia dengan analit • Tersedia dalam perdagangan dengan kemurnian yang tinggi • Stabil dan tidak reaktif dengan sampel atau dengan fasa gerak • Mempunyai respon detektor yang hampir sama dengan analit pada konsentrasi yang digunakan
  • 62.
  • 63. Contoh perhitungan metode baku internal Kadar Parasetamol (ppm) (x) Luas puncak parasetamol Luas puncak fenasetin Luas puncak parasetamol /luas puncak fenasetin (Y) 6,534 11672 8901 1,31129730 9,801 16868 9213 1,83093824 13,068 25930 9418 2,753275216 19,068 36877 8714 4,231929888 26,136 54384 9019 6,029886393 Persamaan garis regresi : Y = 0,2457 X – 0,4346 ; r = 0,995 Dari persamaan garis regresi dihitung konsentrasi parasetamol dalam sampel
  • 65. Resolusi Kromatogram • Resolusi adalah perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan.
  • 67. Memperbaiki resolusi dengan mengatur perbandingan fasa gerak
  • 68. Penggunaan metode KCKT untuk analisis
  • 69.
  • 70.
  • 71. PARAMETER KROMATOGRAFI Kolom merupakan bagian yang terpenting dari keseluruhan peralatan kromatografi, karena di dalam kolom terjadi proses pemisahan campuran komponen. Parameter Kromatografi :  Kapasitas  Selektifitas  Effesiensi  Resolusi
  • 72. Mengapa kolom dapat memisahkan suatu campuran komponen ??? Hal ini disebabkan karena fasa diam yang terdapat di dalam kolom dapat mengadakan interaksi dengan berbagai komponen dengan kekuatan yang cukup berbeda satu sama lain, sehingga masing-masing komponen akan keluar dari kolom dengan waktu retensi yang juga berbeda.
  • 73. Parameter apa yang dipakai untuk menyatakan besar kecilnya interaksi tersebut di atas ??? Ukuran interaksi suatu senyawa dengan fasa diam dinyatakan sebagai faktor kapasitas (k′) komponen tersebut, yang dapat didefenisikan melalui persamaan berikut ini tr A – to k′ = to
  • 74. Dimana : tr A = Waktu retensi komponen A yang ditahan oleh kolom to = Waktu retensi komponen yang tidak ditahan oleh kolom (misal: pelarut/eluen
  • 75. Apa yang dimaksud dengan waktu retensi /tambat (retention time) (tr) ??? • Waktu yang diperlukan untuk membawa keluar suatu komponen dari dalam kolom kromatografi dimulai saat penyuntikan sampai saat puncak mencapai maksimum.
  • 76. Faktor kapasitas yang relatif besar memberikan indikasi adanya interaksi yang relatif kuat antara komponen dengan fasa diam dan sebagai akibatnya komponen tertahan kuat di dalam kolom. Sebaliknya, faktor kapasitas yang relatif kecil ada kaitannya dengan interaksi yang relatif lemah atau dengan kata lain, komponen hanya sedikit saja tertahan di dalam kolom.
  • 77. Apa hubungan antara Faktor Kapasitas dari berbagai komponen dengan Selektifitas dari suatu kolom ? Suatu kolom dikatakan selektif apabila kolom tersebut mempunyai kemungkinan menahan berbagai komponen dengan kekuatan yang cukup berbeda, sehingga faktor kapasitas dari masing-masing komponen pada kolom tersebut juga berbeda. Dengan demikian dapat diharapkan suatu campuran komponen akan dapat dipisahkan relatif sempurna di dalam suatu kolom yang mempunyai selektifitas yang cukup tinggi.
  • 78. Secara bagaimana Selektifitas di atas didefinisikan ? Faktor Selektifitas (α) didefinisikan sebagai ukuran pemisahan dua komponen dan dinyatakan melalui persamaan berikut ini : k’ B α = k’ A k’ B = faktor kapasitas komponen B k’ A = faktor kapasitas komponen A Sebagai perjanjian, faktor kapasitas yang lebih besar diletakkan sebagai pembilang.
  • 79. Berapa besar harga selektifitas (α) yang diharapkan agar dapat terjadi pemisahan ? Selektifitas (α) hendaknya mempunyai harga yang lebih besar dari pada satu, karena pada harga α = 1 berarti k’ B = k’ A , yang berarti komponen B dan A tidak terpisahkan.
  • 80. Apakah harga α ini sudah dapat meramalkan terjadinya pemisahan yang sempurna ? Jawabnya : belum. Mengapa ???? Hal ini disebabkan karena harga α hanya memberikan indikasi adanya pemisahan pada bagian atas puncak kromatogram, tanpa memperhitungkan terdapatnya “overlapping” (tumpang-suh) yang mungkin terjadi di bagian bawah puncak tadi.
  • 82. Untuk suatu harga α yang sama terdapat 2 kemungkinan yang berbeda: Jika demikian jelas permasalahannya terletak pada puncak yang lebar dan puncak yang sempit. Pemisahan yang sempurna dapat terjadi jika dihasilkan puncak komponen yang relatif sempit. Lebar atau sempitnya puncak suatu komponen ditentukan antara lain oleh efisiensi kolom yang digunakan.
  • 83. Apa yang dimaksud dengan efisiensi dari suatu kolom ???? Efisiensi suatu kolom merupakan ukuran kemampuan dari kolom tersebut untuk mencegah/mengurangi terjadinya pelebaran puncak komponen. Suatu kolom yang efisiensi akan dapat menghasilkan puncak-puncak komponen yang relatif sempit, sehingga jumlah komponen yang dapat terpisahkan di dalam kolom tersebut akan menjadi relatif banyak.
  • 84. Tolok ukur apa yang dapat dipakai untuk menyatakan efisiensi dari suatu kolom??? Efisiensi suatu kolom dinyatakan secara kuantitatif sebagai jumlah pelat teori (N) dari kolom tersebut. Jumlah pelat teori ini dapat dihitung dari persamaan berikut ini : N = 16 (tr/W)2 Dimana : tr = Jarak antara titik nol dan titik potong kedua garis singgung pada sisi-sisi puncak komponen W= Lebar puncak pada alasnya, diukur antara titik titik potong garis singgung pada kedua sisi puncak komponen dengan poros horisontal
  • 85. . Jika ditelaah secara menyeluruh, kelihatan jelas adanya keterkaitan antara faktor kapasitas, selektifitas dan efisiensi suatu kolom pada keberhasilan pemisahan. Dengan demikian tentunya ada suatu parameter lain yang dapat menggambarkan sekaligus keterlibatan ketiga parameter di atas pada keberhasilan suatu pemisahan.
  • 86. Parameter apakah itu ??? Jawabnya : Resolusi Ketergantungan Resolusi (Rs) pada ketiga parameter di atas dinyatakan dengan persamaan berikut ini : Di mana: a = faktor kapasitas b = faktor selektiftas c = faktor efisiensi
  • 87. Untuk suatu pemisahan yang baik (dalam arti kata kedua puncak komponen terpisah sempurna hingga garis dasarnya) maka Rs hendaknya ≥ 1,5 Suatu kolom yang masih baru biasanya mempunyai daya resolusi yang relatif besar (Rs ≥ 1,5). Tetapi sesuai dengan umur pakai kolom, makin lama daya resolusi tersebut makin kecil dan pada akhirnya puncak- puncak komponen yang semula terpisah, akan menjadi saling tumpang-suh (overlapping) satu sama lain
  • 88.
  • 89. Di dalam prakteknya, apa yang menyebabkan daya resolusi suatu kolom makin lama makin kecil ??? Bagaimana kita dapat mengkaitkan daya resolusi yang semakin berkurang dengan umur pemakaiannya ??? Resolusi tergantung dari faktor kapasitas, selektifitas, dan efisiensi. Berkurangnya resolusi berarti berkurangnya faktor kapasitas, selektifitas dan jumlah pelat teori (efisiensi)
  • 90. Peristiwa-peristiwa apa saja di dalam prakteknya, yang dapat mengakibatkan menurunnya ketiga parameter di atas ??? 1. Menurun Faktor Kapasitas (k′) dapat terjadi pada suatu kolom yang belum cukup setimbang (stabilisasi kolom masih kurang). Peristiwa ini sering terjadi pada saat pergantian komposisi eluen (fase gerak). Sebagai perkiraan, untuk perioda stabilisasi, umumnya dibutuhkan eluen sebanyak 10 hingga 80 kali volume kolom
  • 91. Kemungkinan yang lain, Larutan buffer sitrat yang sering digunakan pada eluen dapat membentuk komplek khelat dengan gugus-gugus silanol dari fasa diam. Pembentukan khelat tersebut dapat mengubah sifat dari fasa diam dan sebagai akibatnya faktor kapasitas komponen juga akan berubah. 2. Menurunnya faktor Selektifitas (α) disebabkan karena terjadi proses deaktifasi kolom, sebagai akibat kontaminasi beberapa komponen “aktif” pada fasa diam.
  • 92. Pada kromatografi fasa normal, penyebabnya antara lain : • Adsorpsi irreversibel dari komponen yang sangat reaktif, misalnya saja adsorpsi senyawa-senyawa amina pada gugus silanol dari fasa diam. Terjadinya proses elusi yang sangat lambat dari beberapa komponen yang tertahan sangat kuat pada kolom, yang berasal dari analisa kromatografi sebelumnya. Fasa gerak terlalu banyak mengandung air.
  • 93. Pada kromatografi fasa terbalik, penyebabnya antara lain : • Adsorpsi irreversibel dari bebrapa ketidakmurnian yang berasal dari air yang digunakan pada campuran eluen. • Modifikasi dari tekstur fasa diam, yang terjadi sebagai akibat digunakannya larutan buffer sebagai eluen (terutama buffer phosphat)
  • 94. Suatu kolom RP yang telah dialiri buffer phosphat sebaiknya tidak dipakai kembali untuk eluen yang terdiri dari pelarut organik murni atau campuran pelarut organik murni • Penggunaan eluen dengan nilai pH dari fasa diam yang dipakai (biasanya eluen terlalu basa). Hindarkan misalnya penggunaan ammonium karbonat.
  • 95. 3. Menurunnya faktor efisiensi (N), disebabkan karena terdapatnya kontaminasi pada kolom atau memadatnya fasa diam pada bagian atas kolom, sehingga membentuk “ruang kosong” pada ujung atas kolom. Untuk mencegah terjadinya peristiwa ini, hendaknya selalu dihindarkan terjadinya perubahan tekanan yang terlalu besar dan mendadak pada kolom. Selain itu filter yang terdapat pada ujung kolom hendaknya selalu dibersihkan dan kalau perlu diganti
  • 96. WAKTU RETENSI DIPENGARUHI OLEH : • Laju aliran fasa gerak (flow rate) • Suhu kolom • Jenis fasa diam • Keadaan kolom (Colomn history) • Jumlah cuplikan Bila pengaruh dapat dikendalikan  Identifikasi