Hidroklorotiazida 25 mg 1x1Monitoring:TD, denyut jantung, kadar Na dan K serumESO:Hipotensi, hiperkalemiaEDUKASI:- Patuhi terapi antihipertensi- Atur pola makan dan aktivitas- Hindari merokok dan alkohol
Pasien wanita berusia 50 tahun datang dengan keluhan sesak nafas berat akibat asma yang memburuk. Pemeriksaan menunjukkan eksaserbasi berat dengan FEV1 45%. Terapi yang diberikan meliputi salbutamol nebulizer, oksigen, dan aminofilin IV. Namun, aminofilin tidak tepat obat dan dosis. Rekomendasi penambahan antikolinergik dan kortikosteroid serta penghentian aminofilin."
Similar to Hidroklorotiazida 25 mg 1x1Monitoring:TD, denyut jantung, kadar Na dan K serumESO:Hipotensi, hiperkalemiaEDUKASI:- Patuhi terapi antihipertensi- Atur pola makan dan aktivitas- Hindari merokok dan alkohol
Similar to Hidroklorotiazida 25 mg 1x1Monitoring:TD, denyut jantung, kadar Na dan K serumESO:Hipotensi, hiperkalemiaEDUKASI:- Patuhi terapi antihipertensi- Atur pola makan dan aktivitas- Hindari merokok dan alkohol (20)
Hidroklorotiazida 25 mg 1x1Monitoring:TD, denyut jantung, kadar Na dan K serumESO:Hipotensi, hiperkalemiaEDUKASI:- Patuhi terapi antihipertensi- Atur pola makan dan aktivitas- Hindari merokok dan alkohol
4. KASUS
Ny. TU 50 tahun (170 cm, 70 kg) datang ke UGD dengan riwayat Penyakit asma sejak 3 tahun yang
dikontrol dengan Salbutamol tablet. Biasanya gejala asmanya cukup ringan (beliau biasanya mengalami
sesak nafas 2x per bulan, dan tidak mengganggu aktivitas sehari-harinya). Pagi ini ia datang ke rumah
sakit karena keluhan sesak nafas. Selain itu Ny. TU mengeluh batuk dan terjadi peningkatan dahak. Ia
mengalami batuk sepanjang malam kemarin, nafas terengah-engah, dan mengi.
Sudah 1 minggu ini Ny. TU mengalami batuk-pilek. Dalam 2 hari ini beliau mengalami sesak nafas dan
gejalanya biasanya memburuk pada malam hari. Ny. TU mengatakan bahwa ia sudah menggunakan
Salbutamol tab 4mg 3x sehari untuk mengatasi keluhannya. Akan tetapi keluhan yang ia rasakan tidak
kunjung membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu diobati dengan HCT 25 mg per oral sekali sehari
Riwayat pengobatan
Salbutamol tablet 3 x 4mg
HCT 1 x 25 mg pagi hari
4
6. TERAPI
Di UGD pasien diberikan terapi: Salbutamol Nebuliser 5
mg setiap 20 menit dan oksigen.
Dokter merencanakan memberikan terapi: Aminofillin IV
400 mg.
6
7. SUBYEKTIF
SAAT MRS
Keluhan Utama :
Sesak nafas 2 hari yang lalu
Batuk dan terjadi peningkatan dahak
Batuk sepanjang malam
Nafas terengah-engah
Mengi
Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu ini batuk pilek, 2 hari ini sesak
nafas dan gejala memburuk pada malam hari.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Asma sejak 3 tahun yang lalu
Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.
Riwayat Sosial
Tidak ada.
7
8. OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK KONDISI KLINIS
Tanggal -
TD (mmHg) 130/80
Suhu (oC) 38
Nadi (/menit) 110 X
RR (/menit) 27 X
Kondisi klinis -
Sesak nafas
Batuk dan tejadi peningkkatan dahak
Batuk sepanjang malam
Nafas terengah-engah
Mengi
1 minggu terakhir mengalami batuk pilek
8
10. ANALISIS GAS DARAH
Parameter Satuan Nilai Rujukan Hasil pemeriksaan
Saturasi Oksigen (SaO2) %O2 95-99 75 (R)
Tekanan Parsial Oksigen (PaO2) mmHg 75-100 60 (R)
Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) mmHg 35-45 50 (T)
LAIN-LAIN
Parameter Satuan Nilai rujukan Hasil pemeriksaan
FEV1 % ≥80% 45
Dahak - - Purulen
DATA LABORATORIUM
10
11. RIWAYAT PENGOBATAN
Salbutamol
Indikasi : Asma dan kondisi lain
yang bersangkutan dengan obstruksi saluran
nafas yang reversible (DIH 17th Edition)
Dosis : 4 mg
Rute : Peroral
Frekuensi : 3xsehari
Lama Penggunaan : Sejak 3 tahun yang
lalu
Efek/Kesulitan : Keluhan yang
dirasakan Ny. TU tak kunjung membaik
Hidroclorothiazide
Indikasi : Edema, Antihipertensi
(DIH 17th Edition)
Dosis : 25 mg
Rute : Peroral
Frekuensi : 1xsehari pagi hari
Lama Penggunaan : Sejak 5 tahun yang
lalu
Efek/Kesulitan : -
11
13. MEKANISME KERJA MASING-MASING OBAT
SABUTAMOL
Relaksasi otot polos bronkus melalui aksinya
pada reseptor beta2 dengan efek yang kecil
pada denyut jantung (DIH 17th Edition).
HIDROCHLOROTHIAZIDE
Menghambat reabsorpsi natrium pada tubulus
distal yang menyebabkan peningkatan ekskresi
natrium dan air serta potasium dan hidrogen
(DIH 17th Edition).
OBAT SEBELUMNYA
13
14. MEKANISME KERJA MASING-MASING OBAT
SABUTAMOL
Relaksasi otot polos bronkus melalui aksinya
pada reseptor beta2 dengan efek yang kecil
pada denyut jantung (DIH 17th Edition).
OBAT SEKARANG
AMINOFILIN
Menyebabkan bronkodilatasi, diuresis, CNS dan
stimulasi jantung, dan sekresi asam lambung
dengan memblok fosfodiesterase yang
meningkatkan konsentrasi jaringan cAMP yang
pada gilirannya meningkatkan stimulasi
ketokolamin dalam lipolisis, glikogenolisis, dan
menginduksi pelepasan epinefrin dari sel
medula adrenal (DIH 17th Edition).
14
15. MEKANISME KERJA MASING-MASING OBAT
IPARTROPIUM BROMIDA
Mengeblok aksi asetikolin pada parasimpatetik
di otot bronkus halus sehingga menyebabkan
bronkodilatasi (DIH 17th Edition).
OBAT YANG DIREKOMENDASI
PREDNISON
Mengurangi peradangan dengan penekanan
migrasi leukosit polimorfonuklear dengan
pembalikan peningkatan permeabilitas kapiler,
menekan sistem kekebalan tubuh dengan
mengurangi aktivitas dan volume sistem
limfatik (DIH 17th Edition).
15
PARASETAMOL
Menghambat sintesis prostaglandin di sistem syaraf
pusat dan menghalangi perifer menimbulkan impuls
nyeri, menghasilkan antipiretik dari penghambatan
hipotalamus sebagai pusat pengatur panas.
(DIH 17th Edition).
16. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Severe exacerbation
Subyektif :
Sesak nafas
Peningkatan dahak
Batuk sepanjang malam
Nafas terengah-engah
Mengi
Batuk pilek
Obyektif :
FEV1 = 45%
PaO2 = 60 mmHg
PaCO2 = 50 mmHg
SaO2 = 75%
Terapi
Salbutamol Nebuliser 5 mg setiap 20
menit.
Oksigen.
Aminofilin IV 400 mg.
16
17. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
Oksigen
Pemberian oksigen pada pasien dengan indikasi
severe exaserbation sudah tepat indikasi, karena
berdasarkan algoritma Dipiro 10th Edition, salah satu
penanganannya adalah dengan diberi oksigen.
17
18. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
TEPAT INDIKASI
SALBUTAMOL
Pasien diindikasikan severe exacerbation di
mana, dalam algoritma Dipiro 10th,
pengobatannya adalah dengan SABA +
ipratropium (tiap jam), kemudian digunakan
pula oral sistemik kortikosteroid. Penggunaan
salbutamol sudah tepat indikasi, karena
salbutamol merupakan salah satu obat
golongan SABA.
AMINOFILIN
Pasien diindikasikan severe exacerbation di mana,
dalam algoritma Dipiro 10th, pengobatannya adalah
dengan SABA + ipratropium (tiap jam), kemudian
digunakan pula oral sistemik kortikosteroid. Selain
itu, dapat juga diberikan obat golongan Xantin
yang dapat merelaksasi secara langsung otot polos
bronkhi dan pembuluh darah pulmonal. Sehingga,
penggunaan aminofilin sudah tepat indikasi.
18
19. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
TEPAT OBAT
SALBUTAMOL
Berdasarkan algoritma Dipiro 7th Edition, pasien
dengan nilai FEV1 atau PEF <50% (dalam kasus ini
45%) pengobatannya adalah dengan
menggunakan SABA tiap jam, atau dilanjutkan
dengan ditambah inhalasi antikolinergik. Selain itu,
digunakan pula oksigen dan kortikosteroid sistemik.
Pemberian salbutamol sudah tepat obat karena
salbutamol merupakan golongan SABA, dan
merupakan drug of choice pada pasien severe
exacerbation.
AMINOFILIN
Berdasarkan Dipiro 7th Edition, pemberian
aminofilin untuk pasien severe exaserbation,
tidak direkomendasikan karena efikasinya yang
belum cukup bukti. Selain itu, pada studi yang
dilakukan justru dijumpai adanya peningkatan
efek samping pada penggunaan aminofilin.
Sehingga, didasarkan pada hal tersebut
aminofilin tidak tepat obat.
19
20. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
TEPAT PASIEN
SALBUTAMOL
Pasien menderita hipertensi dan ditreatment
dengan HCT 25 mg satu kali sehari.
Pemberian salbutamol, sudah tepat pasien
karena salbutamol tidak memiliki kontaindikasi
dengan pasien hipertensi.
AMINOFILIN
Aminophyllin IV dapat digunakan untuk
pasien dengan penyakit hipertensi, karena
tidak dikontraindikasikan dengan
hipertensi (DIH 17th Edition). Sehingga
pemberian aminophyllin IV tepat pasien
untuk Ny. TU.
20
21. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
TEPAT DOSIS
SALBUTAMOL
Dosis salbutamol nebulizer yang diberikan
adalah 5 mg setiap 20 menit. Dosis tersebut
sudah tepat dosis, sesuai dengan DIH 17th
Edition, dimana pasien dengan severe
exaserbation diberi salbutamol nebulizer
dengan dosis 2,5-5 mg tiap 20 menit (3x),
kemudian dilanjutkan dengan 2,5-10 mg tiap
1-4 jam jika dibutuhkan, atau 10-15 mg/jam.
AMINOFILIN
Dosis aminofilin adalah 6 mg/kgBB, lebih
dari 20-30 menit, dengan kecepatannya
25 mg/menit (DIH 17th Edition).
Ny. TU dengan BB 70 kg, seharusnya
diberi aminofilin dengan dosis 420 mg,
bukan 400 mg. Sehingga, pemberian
aminofilin tidak tepat dosis.
21
22. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
DRP(s)
Diperlukan obat tambahan untuk
terapi eksaserbasi akut.
Penggunaan aminofilin tidak tepat
obat dan tidak tepat dosis.
Diperlukan obat untuk pemeliharaan
jangka panjang.
Rekomendasi
Obat ditambah dengan antikolinergik nebulizer
yaitu ipratropium bromide nebulizer (0,25
mg/ml), dan obat golongan kortikosteroid yaitu
prednisone 60-80 mg.
Penggunaan aminofilin dihentikan.
22
23. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Monitoring
Salbutamol
Efektivitas:
FEV1, fungsi pulmo; TD, heart
rate; CNS; kadar glucose, serum
potassium; gejala asthma; gas
darah.
ESO: bronkospasme dan
hipersensitivitas.
Ipratropium bromida
Efektivitas:
gejala asthma;
ESO:
bronkospasme dan hipersensitivitas.
Prednison
Efektivitas:
Gas darah, elektrolit
ESO:
Hipercortism, dan hipotalemia.
23
25. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
Tepat Indikasi
Berdasarkan algoritma pengobatan hipertensi,
pasien yang tidak memiliki kontraindikasi
dengan beberapa penyakit diantaranya; gagal
jantung dengan penurunan fraksi ejeksi, post
myocardial infark, coronary arteri disease,
diabetes, chronic kidney disease, reccurent
stroke prevention, firstline pengobatannya
adalah ACEi, ARB, CCB, atau Thiazid (Dipiro
10th Edition). Ny. TU diindikasikan menderita
hipertensi sehingga pemberian hidroklortiazid
sudah tepat indikasi.
Tepat Obat
Berdasarkan algoritma pengobatan hipertensi,
pasien yang tidak memiliki kontraindikasi
dengan beberapa penyakit diantaranya; gagal
jantung dengan penurunan fraksi ejeksi, post
myocardial infark, coronary arteri disease,
diabetes, chronic kidney disease, reccurent
stroke prevention, firstline pengobatannya
adalah ACEi, ARB, CCB, atau Thiazid (Dipiro
10th Edition). Ny. TU diterapi dengan
hidroklortiazid, yang sudah sesuai dengan drug
of choice penderita hipertensi. Sehingga,
pemberian HCT sudah tepat obat.
25
26. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
Tepat Pasien
Pemberian HCT pada Ny. TU sudah tepat
pasien, karena HCT tidak memiliki
kontraindikasi dengan penderita asma (DIH
17th Edition).
Tepat Dosis
Dosis hidroklortiazid dengan rute
peroral, yaitu 12,5 – 50 mg per hari
(DIH 17th Edition). Ny. TU diterapi
dengan hidroklortiazid 25 mg 1 x 1
tablet, sehingga sudah tepat dosis.
26
27. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
DRP(s)
-
Rekomendasi
Terapi HCT dilanjutkan
Monitoring
Yang perlu di monitoring diantaranya :
Tekanan darah.
Efek samping HCT (kemungkinan kejadian 1-10%), diantaranya:
hipotensi, fotosensitivitas, hipokalemia, dan anoreksia (DIH 17th Edition).
27
28. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Demam
Subyektif :
-
Obyektif :
Suhu = 380C
Terapi
-
28
29. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Analisis
Berdasarkan pemeriksaan tanda vital
Ny. TU, pasien mengalami demam
dengan suhu tubuh 380C dimana
normal suhu tubuh untuk orang
dewasa adalah 370C. Sehingga Ny. TU
membutuhkan terapi untuk
menurunkan suhu tubuhnya.
DRP(s)
Indikasi tanpa pengobatan
Rekomendasi
Pasien Ny. TU diterapi dengan
Paracetamol 500 mg 4 - 6 kali sehari
(DIH 17th Edition).
Monitoring
Penurunan suhu tubuh
29
30. DRUG RELATD PROBLEMs
DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
Korelasi obat dg masalah medis
(Correlation between drug therapy &
medical problem)
Adakah obat tanpa indikasi medis?
Adakah masalah medis yang tidak
diobati
- Pada pasien dengan severe
exaserbation, perlu pemberian
inhalasi antikolinergik dan juga
oral sistemik kortikosteroid.
- Pasien demam, sehingga harus
diterapi dengan antipiretik
Ketepatan Pengobatan (Appropriate
Therapy)
Apakah obat yang digunakan efektif/
mencapai hasil yang diinginkan
(therapeutic outcome)?
Ya, untuk obat hipertensi. Karena
TD pasien sudah berada pada
capaian TD yang diharapkan.
Apakah obat yang digunakan
dikontraindikasikan untuk pasien?
Apakah obat yang digunakan
merupakan drug of choice?
Apakah terapi non-obat diperlukan? Diperlukan terapi dengan
menggunakan oksigen
30
31. Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk pasien?
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat?
Apakah lama pemberian obat sudah tepat?
Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi terapi?
Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang disebabkan oleh
obat?
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak klinis? Penggunaan kortikosteroid dapat
mempengaruhi efek diuretika namun
tidak perlu dilakukan penggantian obat,
cukup dilakukan monitoring kadar kalium
pada pasien.
Adakah interaksi obat- makanan yg berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan laboratorium yang
berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap obat?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien terhadap
penggunaan obat?
Apakah pasien mengalami hambatan/ kesulitan dalam
penggunaan obat?
DRUG RELATD PROBLEMs
31
32. KESIMPULAN REKOMENDASI
Obat ditambah dengan golongan antikolinergik nebulizer yaitu ipratropium bromide nebulizer (0,25
mg/ml), oksigen dan obat golongan kortikosteroid yaitu prednisone 60-80 mg.
Rencana pemberian terapi aminofilin IV dihentikan.
Obat ditambahkan paracetamol 500 mg 4-6 kali sehari untuk menurunkan demam.
32
33. KONSELING
Obat digunakan sesuai dengan yang diinstruksikan.
Monitoring hidrasi pasien (kadar air dalam tubuh), sehingga harus menjaga asupan elektrolit.
Monitoring efek samping dari obat-obatan yang digunakan.
33
34. DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacist Association. 2011. Drug Information Handbook A Comprehensive Resource for
all Clinicians and Healthcare Proffesionals. Lexicomp. USA.
Dipiro, J.T., dkk. 2008. Pharmacotherapy Approach, 7th edition, Mc. Graw Hill Medical, New York.
Dipiro, J.T., dkk. 2017. Pharmacotherapy Approach, 10th edition, Mc. Graw Hill Medical, New York.
34