Makalah ini membahas tentang perilaku anggota DPR RI yang tertangkap kamera sedang menonton video porno dalam sidang paripurna dari perspektif kriminologi. Makalah menjelaskan pengertian kejahatan, penjahat, dan klasifikasi penjahat menurut beberapa ahli. Selanjutnya membahas pandangan kriminologi terhadap perilaku tersebut dan peraturan apa saja yang dilanggar oleh anggota DPR.
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO SAAT SIDANG PARIPURNA DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI
1. PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG
MENONTON VIDEO PORNO SAAT SIDANG PARIPURNA DALAM
PERSPEKTIF KRIMINOLOGI
( Hasil pengumpulan dan penyusunan dari berbagai sumber informasi)
MAKALAH
( Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Kriminologi )
Oleh :
MUHAMAD YOGI
41032161121007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2014
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ” PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP
KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO SAAT SIDANG PARIPURNA
DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI”
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah
memberikan kepada Saya selaku penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril.
Oleh karena itu, Saya bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Saya harapkan dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, 17 Maret 2014
Penyusun
Muhamad Yogi
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 2
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3.Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1. Pengertian Kejahatan dan Penjahat ..................................................... 4
2.2. Pandangan Krimonologi Mengenai Perilaku Anggota DPR RI yang
Tertangkap Sedang Nonton Video Porno dalam Sidang Paripurna .... 9
2.3. Apa peraturan yang telah dilanggar oleh anggota DPR RI dari peraturan
diatas .................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
3.1. Kesimpulam ..................................................................................... 12
3.2. Saran ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kriminologi sebagai ilmu sosial terus mengalami perkembangan dan
peningkatan. Perkembangan dan peningkatan ini disebabkan pola kehidupan sosial
masyarakat yang terus mengalami perubahan-perubahan dan berbeda antara tempat
yang satu dengan yang lainnya serta berbeda pula dari suatu waktu atau jaman
tertentu dengan waktu atau jaman yang lain sehingga studi terhadap masalah
kejahatan dan penyimpangan juga mengalami perkembangan dan peningkatan dalam
melihat, memahami, dan mengkaji permasalahan-permasalahan sosial yang ada di
masyarakat dan substansi di dalamnya.
Berkembangnya studi yang dilakukan secara ilmiah mengenai tingkah laku
manusia memberikan dampak kepada berkurangnya perhatian para pakar kriminologi
terhadap hubungan antara hukum dan organisasi kemasyarakatan. Kemunculan aliran
positif mengarahkan para pakar kriminologi untuk lebih menaruh perhatian kepada
pemahaman tentang pelaku kejahatan (penjahat) daripada sifat dan karakteristik
kejahatan, asal mula hukum serta dampak-dampaknya. Perhatian terhadap hubungan
hukum dengan organisasi kemasyarakat muncul kembali pada pertengahan abad 20,
karena hukum mulai dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan sifat dan
karaktersitik suatu kejahatan. Para pakar kriminologi berkeyakinan bahwa pandangan
atau perspektif seseorang terhadap hubungan antara hukum dan masyarakat
memberikan pengaruh yang penting dalam penyelidikan-penyelidikan yang bersifat
kriminologis.
Dalam pembahasan mengenai asal-usul tingkah laku kriminal dan dalam
pertimbangan mengenai faktor mana yang memegang peran, utamanya di antara
faktor keturunan atau faktor lingkungan, kriminolog tersebut menarik kesimpulan
bahwa, kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari faktor keturunan
maupun dari faktor lingkungan, dimana kadang-kadang dari faktor keturunan dan
5. 2
kadang-kadang pula faktor lingkungan memegang peran utama, dan di mana
kedua faktor itu juga dapat saling mempengaruhi.
Secara garis besarnya, bahwa faktor keturunan dan faktor lingkungan
masing-masing bukan satu faktor saja melainkan suatu gabungan faktor, dan bahwa
gabungan faktor ini senantiasa saling mempengaruhi di dalam interaksi sosial orang
dengan lingkungannya.
Jadi, seorang manusia normal bukan ditentukan sejak lahir untuk menjadi
kriminal oleh faktor pembawaannya yang dalam saling berpengaruh dengan
lingkungannya menimbulkan tingkah laku kriminal, melainkan faktor-faktor yang
terlibat dengan iteraksi lingkungan sosial itulah yang memberikan pengaruhnya
bahwa ia betul-betul menjadi kriminal dalam pengaruh-pengaruh lingkungan yang
memudahkannya itu.
1.2 Rumusan Masalah
Hal yang ingin diangkat penulis menjadi masalah dalam makalah ini adalah
mengenai perilaku dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR-RI ) yang
tertangkap kamera wartawan sedang menonton video porno dalam sidang paripurna .
Masalah pokok diatas kemudian dikembangkan oleh penulis dengan
menggabungkan masalah diatas dengan ilmu kriminologi dan melihat kejadian
tersebut dari perturan perundang – undangan yang berlaku yakni:
1. Undang – undang nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi.
2. Undang – undang nomor 11 tahun 2008 tentang ITE
Dengan dibantu oleh ilmu kriminologi dan perturan perundang – undangan
yang berlaku masalah yang akan dikemukan oleh penulis ialah:
1. Pengertian kejahatan dan penjahat?
2. Apa pandangan krimonologi mengenai perilaku anggota DPR RI yang tertangkap
sedang nonton video porno dalam sidang paripurna?
3. Apa peraturan yang telah dilanggar oleh anggota DPR RI dari peraturan diatas?
6. 3
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kriminologi serta
agar ingin lebih megkaji dan memahami tentang tipe penjahat dan hubungannya dengan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI yang menonoton video porno dalam siding
paripurna .
7. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kejahatan, Penjahat dan Klasifikasi Penjahat
A. Kejahatan
Ada beberapa pengertian tentang kejahatan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Istilah kejahatan berasal dari kata jahat, yang artinya sangat tidak baik, sangat
buruk, sangat jelek, yang ditumpukan terhadap tabiat dan kelakuan orang.
Kejahatan berarti mempunyai sifat yang jahat atau perbuatan yang jahat.
b. Kejahatan ialah suatu perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang –
undang pidana yang berlaku tetapi juga tidak betentangan dengan
kesusilaan,kebudayaan dan kebiasaan di masyarakat dan telah dijatuhkan
hukuman dari pengadilan yang dapat merugikan baik sosiologis maupun
ekomoni.
c. Secara yuridis, Kejahatan diartikan sebagai suatu perbuatan melanggar hukum
atau yang dilarang oleh undang-undang. Disini diperlukan suatu kepastian
hukum, karena dengan ini orang akan tahu apa perbuatan jahat dan apa yang tidak
jahat.
d. Menurut Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, S.H., Kejahatan adalah pelanggaran dari
norma-norma sebagai unsur pokok kesatu dari hukum pidana.
e. Menurut Richard Quinney, Definisi ttg tindak kejahatan (perilaku yg melanggar
hukum) adalah perilaku manusia yang diciptakan oleh para pelaku yang
berwenang dalam masyarakat yang terorganisasi secara politik, atau kualifikasi
atas perilaku yang melanggar hukum dirumuskan oleh warga-warga masyarakat
yang mempunyai kekuasaan.
f. Kejahatan adalah gambaran perilaku yang bertentangan dengan kepentingan
kelompok masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk membentuk kebijakan
publik, atau perumusan pelanggaran hukum merupakan perumusan tentang
8. 5
g. perilaku yang bertentangan dengan kepentingan pihak-pihak yang membuat
perumusan.
h. Dilihat dari segi sosiologis, kejahatan merupakan salah satu jenis gejala sosial,
yang berkenaan dengan individu atau masyarakat.
i. Dalam rumusan Paul Mudigdo Moeliono, kejahatan adalah perbuatan manusia,
yang merupakan palanggaran norma, yang dirasakan merugikan, menjengkelkan,
sehingga tidak boleh dibiarkan.
B. Penjahat
a. Penjahat adalah orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum atau yang
dilarang oleh undang-undang.
b. Menurut Vollmer sebagai seorang tokoh di bidang kriminologi mengatakan
bahwa penjahat adalah orang yang dilahirkan tolol dan tidak mempunyai
kesempatan untuk merubah tingkah laku karena baginya tidak dapat
mengendalikan dirinya dari perbuatan anti sosial yang merugikan individu.
c. Menurut Parson penjahat ialah oreang yang mengancam kehidupan dan kebaikan
orang lain dan membebankannya pada masyarkat disekelilingnya.
d. JE Sahetapy mengatakan bahwa penjahat adalah orang – orang yang berkelakuan
anti sosial dimana perbuatanya bertentangan dengan norma – norma
kemasyarakatan dan agama serta merugikan dan menganggu ketertiban umum.
C. Klasifikasi Penjahat
Noach melihat krimanalitas dari dua sisi, yaitu
1. Sisi Perbuatannya
Dilihat dari sisi perbuatannya, kriminalitas dapat dikelompokkan lagi ke dalam dua
kelompok yaitu:
a. Cara Perbuatan itu dilakukan, kelompok ini dapat dibagi menjadi:
1 Perbuatan dilakukan dengan cara si korban mengetahui baik perbuatannya
maupun pelakunya. Tidak menjadi masalah apakah si korban sadar bahwa
9. 6
itu adalah suatu tindak pidana atau bukan. Misalnya dalam hal
penganiayaan, penghinaan, perampokan, penipuan, dan delik seksual. Di
samping itu terdapat pula delik yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
si korban tidak mengetahui baik perbuatannya maupun maupun pelakunya
pada saat perbuatan itu dilakukan seperti penggelapan, penadahan,
pencurian, pemalsuan, dan peracunan
2 Perbuatan dilakukan dengan menggunakan sarana seperti bahan kimia,
perlengkapan, dan sebaginya atau tanpa sarana.
3 Perbuatan dilakukan dengan menggunakan kekerasan atau dilakukan
dengan “biasa”.
b. Benda hukum yang dikenai atau menjadi obyek delik misal kejahatan terhadap
nyawa, kejahatan terhadap kekuasaan umum, dan lain sebagainya.
2. Sisi Pelakunya
Dilihat dari sisi pelakunya, dapat dibagi menurut motif si pelaku, mengapa
melakukan kejahatan, dan dari sifat pelaku sendiri.,Lombroso mengklasifikasi
penjahat sebagai berikut:
a. Penjahat pembawaan (born criminal), yaitu penjahat yang dilihat dari ciri-ciri
tubuhnya (stigmata) karena atavisme (degenerasi) lalu menjadi jahat.
b. Penjahat karena sakit jiwa seperti idiot, imbesil, melankoli, epilepsi, histeri, dementia
pellagra, dan pemabuk.
c. Penjahat karena dorongan hati panas (passion) seperti membunuh istri simpanan
suaminya.
d. Penjahat karena kesempatan yang dapat dibagi menjadi:
1) Penjahat bukan sebenarnya (pseudo criminal) yaitu mereka yang
melakukan tindak pidana karena keadaan yang sangat melukai hati secara
luar biasa dan mereka yang melakukan tindak pidana hanya karena
tindakan teknis, tanpa menyangkut suatu nilai moral atau norma, misalnya
pelanggaran lalu lintas, dsb.
10. 7
2) Penjahat karena kebiasaan, penjahat ini pada saat lahir normal, namun
sejak masa kanak-kanak dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
jahat, akhirnya kebiasaan itu menjadi watak yang menyimpang dari
anggota masyarakat normal.
e. Kriminoloid, merupakan peralihan antara penjahat pembawaan dan penjahat karena
kebiasaan, yaitu mereka yang baru pada keadaan kurang baik yang ringan-ringan saja
telah terlibat dalam tindak pidana
Dalam klasifikasinya, Lombroso menggunakan kriteria psikis, fisik, dan lingkungan.
Garfalo, membuat klasifikasi sebagai berikut:
1. Pembunuh.
2. Penjahat agresif.
3. Penjahat karena kurang kejujuran, dan
4. Penjahat karena dorongan hati panas atau karena ketamakan
Aschaffenburg membagi penjahat menjadi:
1. Penjahat karena kebetulan, yaitu mereka yang melakukan tindak pidana karena culpa.
2. Penjahat karena pengaruh keadaan, yaitu mereka yang karena pengaruh tiba-tiba
dengan segera berakibat dia melakukan kejahatan.
3. Penjahat karena kesempatan, yaitu mereka yang karena ada kesempatan terbuka
secara kebetulan, lalu melakukan tindak pidana.
4. Penjahat kambuhan (residivis), yaitu mereka yang berulang-ulang melakukan
kejahatan, baik kejahatan semacam maupun tidak.
5. Penjahat karena kebiasaan, yaitu mereka yang secara teratur melakukan kejahatan.
6. Penjahat professional, mereka yang secara teratur melakukan kejahatan secara aktif
dan sikap hidupnya memang diarahkan kepada kejahatan.
Abrahamsen membagi penjahat menjadi:
11. 8
1. Penjahat sesat, Penjahat karena situasi tertentu, kebetulan, dan karena pengaruh
orang lain.
2. Penjahat kronis.
a. Penjahat karena penyimpangan organis atau fungsional tubuh maupun jiwa
b. Penjahat sesat yang kronis yaitu mereka sering kali terlibat dalam suatu situasi,
kronis, karena pengaruh orang lain.
c. Penjahat neurotik, dan mereka yang bertindak di bawah pengaruh dorongan di
dalam dirinya.
d. Penjahat dengan watak neurotis, jika penjahat neurotik banyak dilihat dari tingkah
lakunya, maka penjahat dengan watak neurotis dilihat dari watak kepribadiannya.
e. Penjahat dengan pertumbuhan nurani yang kurang baik (superego)
Gruhle membagi penjahat menjadi:
1. Penjahat karena kecenderungan (bukan bakat):
Aktif: mereka yang mempunyai kehendak untuk berbuat jahat.
Pasif: mereka yang tidak merasa keberatan terhadap dilakukannya tindak pidana, tetapi
tidak begitu kuat berkehendak sebagai kelompok yang aktif, delik bagi mereka ini
merupakan jalan keluar yang mudah untuk mengatasi kesulitan.
2. Penjahat karena kelemahan.
Mereka yang baik karena situasi sulit, keadaan darurat maupun keadaan yang cukup
baik, melakukan kejahatan, bukan karena mereka berkemauan, melainkan karena
tidak punya daya tahan dalam dirinya untuk tidak berbuat jahat.
3. Penjahat Karena hati panas
Mereka yang karena pengaruh sesuatu tidak dapat mengendalikan dirinya juga karena
putus asa lalu berbuat jahat.
4. Penjahat karena keyakinan
12. 9
Mereka yang menilai normanya sendiri lebih tinggi daripada norma yang berlaku di
dalam masyarakat.
2.1 Pandangan Kriminologi Terhadap Perlaku Anggota DPR RI Yang Sedang
Menonton Video Porno
Dalam ilmu kriminologi ada bermacam – macam tipe penjahat , salah satunya ialah
menurut RUTH S CAVAN ada 9 penggolongan penjahat yaitu:
1. The causal of defender crime.
2. The occasional of crime.
3. The episode of crime.
4. The white color crime.
5. The habitual crime.
6. The professional crime.
7. The organize crime.
8. The abnormally mentally crime.
9. The milisionois crime.
Dari ke-9 penggolongan penjahat diatas timbul pertanyaan apakah yang
dilakukan oleh anggota DPR RI yakni menonnton video porno dapat dikatakan dia
seorang penjahat? Jikalau ya, termasuk golongan yang mana dia ?
Dalam ilmu kriminologi dalam arti terbatas kita mempelajari tentang bentuk , sebab
dan akibat dari kejahatan .
Dari bentuk kejahatan ada beberapa faktor yaitu :
a. Bakat.
b. Lingkungan (milio).
c. Spiritual.
d. Gabungan.
Untuk menjawab pertanyaan diatas kita dapat melihat dari faktor terjadinya kejahatan
serta beberapa pengertian penjahat diatas .penulis menyimpulkan bahwa apa yang
13. 10
anggota DPR RI yang tertangkap kamera oleh wartawan sedang menonton video
porno adalah seorang penjahat karena telah melakukan suatu perbuatan yang dilarang
oleh perturan perundang – undangan yang dipaparkan oleh penulis diatas.
Mengenai tipe penjahat sesuai dengan penggologan penjahat diatas , penulis
menyimpulkan bahwa anggota dewan tersebut termasuk golongan penjahat:
a. The white color crime.
Ialah kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berstatus sosial tinggi atau orang
yang mempunyai martabat dan kewenagan yang tinggi.
Sebagai seorang anggota DPR RI , oaring tersebut telah memenuhi pengertian dari
golongan penjahat diatas walaupun golongan kejahatan diatas lebih sering dikaitkan
dengan tindak korupsi tetapi kejahatan yang telah dilakukan oleh orang diatas
dilakukan dalam kapasitasnya sebagai seorang legislator .
b. The habitual crime.
ialah kejahatan yang pada awalnya adalaha suatu kebiasaan yang pada akhirnya
menjadi suatu kejahatan.
Mungkin pada awalnya anggota DPR RI yang melakukan tindakan tidak terpuji
diatas telah biasa menonton video porno sebagai suatu kebiasaan dalam kapasitas
untuk kesenangan pribadi tetapi kebiasaan tersebut menjadi suatu tindak kejahatan
karena kebiasaan tersebut dilakukan dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat dan
dilakukan dalam proses rapat paripurna di DPR.
Walaupun penulis tidak dapat membuktikan bahwa tindkan tersebut adalah suatu
kebiasaan tapi kita melihat masalah ini dalam tataran ilmu kriminologi.
2.3 Peraturan Yang Dilanggar Oleh Anggota DPR Ri Karena Perbutannya.
Dalam kaitan peraturan yang telah dilanggar sendiri oleh pembuatnya dalam
kasus video porno anggota DPR RI tersebut dapat di kenakan pidana yakni pasal 31
dan 32 undang – undang nomor 44 tahun 2008 tentng pornografi yang berbunyi:
Pasal 31:
14. 11
Setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Pasal 32:
Setiap orang yang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki,
atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
15. 12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbicara tentang teori kriminologi merupakan suatu usaha dalam
memahami dan mengungkapkan pelbagai permasalahan tentang kejahatan dan
penyimpangan yang ada di dalam masyarakat. Teori-teori kriminologi ini menjadi
landasan yang akan menunjukkan arah kepada pengamat atau peneliti dalam
menentukan masalah apa yang akan diteliti dan dicari solusinya.
Dalam menentukan teori mana yang menjadi landasan, hasil yang maksimal
akan dicapai apabila kita dapat menentukan perspektif mana yang akan digunakan.
Penentuan perspektif ini kemudian memberikan patokan kepada kita dalam usaha
penelusuran dan pencarian kebenaran terhadap realita yang ada di dalam masyarakat
(kejahatan dan penyimpangan yang merupakan satu gejala sosial masyarakat). Karena
itu dibutuhkan suatu paradigma berpikir yang akan menuntun ke arah fokus perhatian
suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat dikaji secara mendalam.
3.2 Saran
Dari uraian diatas penulis ingin memberikan saran kepada segenap lapisan
masyarakat untuk melekukan social control terhadap setiap penyimpangan yang
terjadi di masyarakat baik yang bersifat susila maupun criminalitas karena dengan
adanya pengawasan dari masyarakat kita berharap nantinya dapat berkuranglah
kejahatan di masyrakat .
16. 13
DAFTAR PUSTAKA
Bonger,W.A. 1995. Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta : PT. Pembanguan
Santoso,Topo & Eva Achjani Zulfa. 2011. Kriminologi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Regar, Tomy. 2011. Makalah Kriminologi. Tersedia :
http://tommyregar.blogspot.com/2011/11/makalah-kriminologi.html . ( Online ).
diakses
pada tanggal 17 Maret 2014
Monograf Kriminologi
Undang – undang nomor 44 tahun 2008
Undang – undang nomor 11 tahun 2008
www.google.co.id