SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
MASALAH SOSIAL KRIMINALITAS PERKOTAAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan
Dosen : Irwandi, S.Sos., S.E., M.Ag.
Disusun oleh :
1. Sri Intan Rejeki NIM : 1138030199
2. Tito Herlambang NIM : 1138030214
3. Trisna Nurdiaman NIM : 1138030215
4. Ulfa Nurul Insan NIM : 1138030216
5. Yanti Suryanti NIM : 1138030225
6. Zahrotun Nafiah NIM : 1138030233
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan langit
dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya. Atas berkat rahmat dan
iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“Masalah Sosial Kriminalitas Perkotaan”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam yang
telah membawa revolusi kehidupan minadzulumaati ila nnuur yakni Rasulullah
SAW dan sampai saat ini tetap menjadi Uswah Al-Hasanah bagi seluruh umat
manusia di seluruh dunia. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sosiologi Perkotaan. Layaknya fitrah seorang manusia yang tidak luput dari
kesalahan, kami sepenuhnya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami
mengharapkan masukan yang konstruktif dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat yang pada
khusunya bagi penulis sendiri dan pada umumnya bagi semuanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 18 Zulkaidah 1435
Penulis
12 September 2014
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ······························································ i
DAFTAR ISI ·········································································· ii
BAB I PENDAHULUAN ··························································· 1
A. Latar Belakang ······························································· 1
B. Rumusan Masalah ···························································· 1
C. Tujuan ········································································· 1
BAB II PEMBAHASAN ··························································· 2
A. Pengertian ····································································· 2
B. Teori kejahatan ······························································ 8
C. Metodologi ···································································· 12
D. Analisis dan Tanggapan ····················································· 14
BAB III PENUTUP ·································································· 17
A. Kesimpulan ··································································· 17
B. Saran ··········································································· 18
DAFTAR PUSTAKA ······························································· 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompleksitas permasalahan masyarakat kota sebagai akibat dari kemajuan
teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan globalisasi memicu terjadinya berbagai
tindakan sosial yang tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang
berlaku. Ketidak mampuan seorang individu untuk beradaptasi dalam lingkungan
sosial masyarakat perkotaan yang hiperkompleks menyebabkan kebingungan,
kecemasan, dan berbagai konflik baik secara eksternal maupun internal. Maka
terjadilah tindakan-tindakan sosial yang menyalahi aturan dan menimbulkan
keresahan di tengah-tengah masyarakat atau sering disebut dengan kriminalitas.
Kriminalitas merupakan suatu bentuk tindakan sosial yang tidak sesuai
dengan dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku, sehingga
mengakibatkan adanya ketidak selarasan dalam kehidupan sosial. Kriminalitas
sendiri merupakan suatu permasalahan yang komplek dan saling terkait dengan
permasalahan sosial yang lain.
Terjadinya kriminalitas tidak hanya dilakukan atas dasar niatan diri sendiri,
melainkan juga bisa terjadi akibat adanya sistuasi sosial yang memaksa individu
untuk melakukannya demi mempertahankan eksistesinya.
Kriminalitas diperkotaan sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi
didengar. Berbagai media massa baik cetak maupun elektronik tidak henti-
hentinya mengabarkan informasi seputar kriminalitas yang banyak terjadi di
perkotaan. Dewasa ini, kriminalitas perkotaan tidak hanya dilakukan oleh orang
dewasa saja. Melainkan dilakukan oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja,
orang dewasa maupun orang tua. Kecendrungan untuk melakukan tindak
kriminalitas tersebut bisa saja dilatarbelakangi oleh berbagai faktor sebagai
dampak laten dari adanya keadaan sosial perkotaan. Berbagai tindak kriminal
yang terjadi diperkotaan mengakibatkan adanya kecurigaan suatu individu
terhadap orang lain sehingga berdampak pada kecendrungan untuk bersikap
individualisme.
2
Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami mengambil judul “Masalah
Sosial Kriminalitas Perkotaan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah pada makalah
ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan “masalah sosial kriminalitas perkotaan”?
2. Bagaimana teori yang berkaitan dengan kriminalitas?
3. Apa saja faktor sosial penyebab kriminalitas di perkotaan ?
4. Apa saja kriminalitas yang dominan terjadi di perkotaan?
5. Bagaimana upaya penanggulangan kriminalitas di perkotaan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui maksud dari “masalah sosial kriminalitas perkotaan”.
2. Untuk memahami bagaimana teori yang berkaitan dengan kriminalitas.
3. Untuk mengetahui bebagai faktor sosial yang menyebabkan terjadinya
kriminalitas di perkotaan.
4. Untuk mengetahui berbagai jenis kriminal yang sering terjadi di perkotaan.
5. Untuk mengetahui upaya penganggulangan dari masalah sosial kriminalitas di
perkotaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Komunitas atau masyarakat perkotaan sering di identikkan dengan
masyarakat modern (maju), tidak jarang pula dipertentangkan dengan masyarakat
pedesaan yang akrab dengan predikat masyarakat tradisional mana kala dilihat
dari aspek kulturnya.1
Seiring dengan hal tersebut, kriminalitas perkotaan pun
mengikuti arus modernisasi dan bertansformasi menjadi lebih kompleks.
A. Pengertian
1. Pengertian Masalah Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial.2
2. Pengertian Kriminalitas
Kata kriminalitas berasal dari bahasa inggris, yaitu crime yang berarti
kejahatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kriminalitas diartikan
sebagai perbuatan yang melanggar hukum pidana atau kejahatan.
Secara yuridis, kriminalitas atau kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang
bertentangan dengan moral kemanusiaan (imoril), merugikan masyarakat, sifatnya
asosial dan melanggar hukum serta undang-undang. Sementara, menurut Kartini
Kartono, crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan
norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.3
3. Pengertian Kota
Kota adalah kelompok orang-orang dalam jumlah tertentu hidup dan
bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu yang
mempunyai pola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis. Sementara
menurut Bintarto kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang
1
Wahyu, Ramdani. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2007, hlm. 215
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012, hlm. 312
3
Kartini Kartono, Patologi Sosial (jilid I). Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hlm. 140
4
cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah di sekitarnya
4. Kesimpulan Pengertian
Berdasakan beberapa definisi di atas, maka kami mendefinisikan masalah
sosial kriminalitas perkotaan sebagai sekumpulan tindakan sosial yang terjadi di
wilayah perkotaan yang tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang
berlaku sehingga menyebabkan adanya kepincangan sosial.
B. Teori Kejahatan (Kriminalitas)
Berbagai jenis teori muncul sebagai analisis terhadap perilaku kejahatan,
namun dari banyaknya teori kejahatan tersebut, ada empat teori yang dirasa lebih
berkaitan dengan sudut pandang sosiologi, yaitu:
1. Teori mazhab sosial
Teori ini menyatakan bahwa faktor penyebab munculnya kejahatan adalah
faktor eksternal yaitu lingkungan sosial dan kekuatan-kekuatan sosial. Dalam
suatu lingkungan sosial akan selalu ada faktor sosial yang menjadi kecendrungan
untuk melakukan kejahatan. Gabriel Tarde dan Emile Durkheim menyatakan
bahwa kejahatan itu insiden alamiah, Merupakan gejala sosial yang tidak bisa
dihindari dalam revolusi sosial, dimana secara mutlak terdapat satu minimum
kebebasan individual untuk berkembang.4
Aristoteles (384-322 SM) dan Thomas aquino (1226-1274M) menyatakan
bahwa faktor yang menimbulkan kejahatan adalah kemiskinan. Kemiskinan dan
kemelaratan diyakini sebagai sumber timbulnya kejahatan. Kemiskinan kronis
mengakibatkan orang berputus asa, sehingga satu-satunya jalan untuk terbebas
dari belenggu kesengsaraan adalah melakukan kejahatan.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa kejahatan diakibatkan oleh
lingkungan sosial yang buruk. Lingkungan sosial merupakan sebuah tempat
dimana individu belajar dan beradaptasi. Lingkungan sosial yang buruk
memberikan pengaruh-pengaruh eksternal yang mengarah pada kejahatan dan
kemudian akan ditiru oleh individu yang bersangkutan. Baik-buruknya suatu
4
Ibid., hlm. 168
5
lingkungan sosial, memberikan efek terhadap individu yang berada di lingkungan
tersebut.
Seperti halnya yang terjadi pada lingkungan sosial terkecil, yaitu keluarga.
Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang memberikan fondasi primer
mengenai nilai-nilai dan norma-norma sosial. Seorang anak biasanya akan meniru
tindakan-tidakan yang dilakuan oleh orang tuanya. Tingkah laku kriminal orang
tua bisa saja menular pada anaknya. Sehingga menurut teori ini kejahatan
diturunkan bukan melalui gen, melainkan karena adanya proses sosialisasi dan
internalisasi nilai-nilai.
2. Teori mazhab bio-sosiologis
Teori ini merupakan kombinasi antara faktor internal dan faktor eksternal,
yaitu dimana suatu faktor kejahatan tidak hanya muncul dari individu itu sendiri,
melainkan juga karena pengaruh lingkungan sosial terhadap individu tersebut.
Ferri menyatakan bahwa kejahatan itu tidak hanya disebabkan oleh konstitusi
biologis yang ada pada diri individu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-
faktor dan pengaruh-pengaruh eksternal.5
Menurutnya kejahatan disebabkan oleh
kombinasi dari kondisi individu dan kondisi sosial. Namun, faktor individulah
yang paling dominan dalam penentuan pola-pola kriminal.
3. Teori mazhab spiritualis dengan teori non-religius
Menurut teori ini, agama dan keyakinan merupakan sesuatu yang
mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia. Sehingga orang yang memiliki
agama dan keyakinan yang kuat akan mampu untuk mengendalikan diri dari
perbuatan-perbuatan yang tidak selaras dengan nilai dan norma agama. Selain itu
juga karena agama merupakan salah satu lembaga sosial yang peran sebagai
sistem pengendalian sosial (social control).
Orang yang tidak beragama dan tidak mempercayai nilai-nilai keagamaan
umumnya sangat egoistis, sangat sombong dan mempunyai harga diri yang
berlebihan. 6
Menganggap bahwa dunia seperti miliknya sendiri dan dapat
5
Ibid., hlm. 170
6
Ibid., hlm. 172
6
dimanipulasi dengan semaunya. Egoisme yang ekstrem menimbulkan agresivitas,
juga sifat-sifat yang keras yang berakibat pada tindakan asosial atau kejahatan.
Menurut V. Von Gebsattel, semua penderita neurosa itu adalah orang-orang
yang kehilangan rasa amannya, serta kehilangan eksistensi kepribadian dan
kehidupannya. Maka banyak orang neurotis ini yang suka menggunakan
mekanisme pemecahan masalah yang tidak rasional, sehinggal tingkah lakunya
jadi immoril. Ketidakpercayaan terhadapa tuhan menimbulkan ketakuatan,
kecemasan dan kebingungan yang berakibat pada agresivitas dan tindakan asosial.
4. Teori Susunan Ketatanegaraan
Negara sebagai asosiasi dan sistem pengendalian sosial dipandang ikut
mempengaruhi terjadinya suatu kejahatan. Beberapa filsuf dan negarawan seperti
Plato, Aristoteles dan Thomas More memandang bahwa struktur ketatanegaraan
dan falsafah negara menentukan ada atau tidaknya suatu kejahatan. Jika susunan
negara baik dan pemerintahannya bersih, serta mampu melaksasnakan tugas
memerintah rakyat dengan adil, maka kejahatan tidak akan berkembang.
Sebaliknya jika pemerintahan korup dan tidak adil, maka banyak orang memenuhi
kebutuhannya yang inkonvensional dan kriminal.7
Apabila kesejahteraan bisa dirasakan oleh seluruh warga negara, maka
tingkat kejahatan dalam suatu negara akan berkurang. Kemiskinan dan kelaparan
disebabkan oleh sistem eksploratif dari pemerintahannya menimbulkan
ketidakpuasan dan banyak kejahatan. Selain itu sistem pemerintahan yang longgar
memungkinkan aparatur pemerintahannya untuk berbuat korup.
C. Faktor Penyebab Kriminalitas Perkotaan Secara Sosiologis
Kondisi lingkungan dengan perubahan-perubahan yang cepat, norma-
norma dan sanksi sosial yang semakin longgar serta macam-macam sub-kultur
dan kebudayaan asing yang saling berkonflik, semua faktor itu memberikan
pengaruh yang mengacau; dan memunculkan dis-organisasi dalam masyarakatnya,
7
Ibid. hlm., 171
7
sehingga muncullah pelbagai jenis kejahatan. Dengan adanya kejahatan tersebut,
merupakan tantangan berat bagi para anggota masyarakat.
1. Ketidakmampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan sosial
Kemajuan teknologi, industrialisasi, modernisasi dan globalisasi di
perkotaan mengakibatkan adanya perubahan sosial dari masyarakat yang
kompleks menjadi multi kompleks. Struktur sosial masyarakat perkotaan yang
multikompleks menyulitkan seseorang untuk beradaptasi. Hal tersebut
menyebabkan kebingungan, kecemasan dan berbagai konflik baik secara eksternal
maupun secara internal. Oleh sebab itu, maka munculah tindakan-tindakan yang
tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku di masyarakat
tersebut.
Salah satu contohnya adalah seperti kaum Gypsy di Eropa. Mereka berasal
dari India dan sekarang dikenal sebagai orang-orang pengutil, kumuh dan malas
dan dianggap sebagai sampah kota. Bangsa Gypsy awalnya dikenal sebagai
bangsa penghibur yang berkelana menjalankan akrobat dan tarian jalanan sejak
abad pertengahan di Eropa barat. Namun, setelah terjadinya revolusi industri,
tatanan sosial masyarakat eropa berubah dan kaum Gypsy tidak mampu
beradaptasi mengikuti perubahan sosial tersebut. ketika pekerjaan sebagai
penghibur seperti burung-burung kenari yang padai berceloteh tidak lagi
memperoleh tempat, maka mereka beralih menjadi serigala heyna yang lapar dan
liar.8
2. Urbanisasi
Kota sebagai pusat kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik
menjadi magnet bagi masyarakat desa untuk mengadu nasib dan mencari
peruntungan di kota. Urbanisasi masyarakat desa ke kota merupakan sebuah
masalah sosial. Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Salah satu penyebab terjadinya urbanisasi adalah kurangnya fasilitas umum yang
ada di desa, sementara fasilitas umum di kota lebih lengkap.
8
Rhenald Kasali, Recode (your change DNA). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 6
8
Kepentingan dan keinginan seseorang terkadang sejalan dan seirama
dengan keinginan dan kepentingan orang lain, tetapi seringkali atau tidak jarang
juga terjadi perbedaan dan pertentangan. Muara dari perbedaan dan pertentangan
demikian dapat melahirkan perselisihan. Begitupun juga dengan setiap orang yang
melakukan urbanisasi. Mereka detang bersama sekelumit kepentingan dan
keinginannya ke kota. Namun, terkadang kepentingan dan keinginan tesebut tidak
selaras dengan realita atau berbenturan dengan kepentingan yang lain hingga
memunculkan konflik.
Dengan demikian, Salah satu dampak negatif dari adanya urbanisasi adalah
meningkatnya angka kriminalitas di perkotaan. Gemerlapnya dunia perkotaan
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat desa untuk melakukan mobilitas
sosial vertikal naik. Namun, ternyata realitas sosial perkotaan tidak semudah yang
dibayangkan. Persaingan yang ketat dan diperlukannya keterampilan khusus
membuat tantangan utama untuk meraih kesuksesan. Diskrepansi atau
ketidaksesuaian antara harapan-harapan dengan realitas sosial perkotaan
menimbulkan adanya disorientasi yang memicu untuk bertindak asosial.
3. Kemiskinan dan Kesenjangan sosial ekonomi
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Aristoteles dan Thomas Van Aquino
yang mengemukakan bahwa kemiskinan menyebabkan terjadinya kejahatan.
Kesenjangan ekonomi antar kelas sosial mengakibatkan adanya kecemburuan
sosial kelas bawah terhadap kelas atas. Kemelaratan mendorong orang untuk
berbuat jahat. Begitupun juga dengan gelandangan dan pengangguran akan
menimbulkan kejahatan.
Bahkan dalam suatu hadits juga dikatakan ”Kemiskinan dan kefakiran
sering membawa kepada kekafiran dan keingkaran” (HR. Abu Naim). Ali Bin
Abi Thalib dengan tegas mengatakan : ”Seandainya kemiskinan berwujud seorang
manusia, niscaya aku akan membunuhnya.”.
Prijono Tjiptoherijanto (1997), menyatakan bahwa ada beberapa alasan
penting, mengapa kemiskinan perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi.
Pertama, kemiskinan merupakan kondisi yang kurang beruntung karena bagi
9
kaum miskin akses terhadap perubahan politik institusional terbatas. Kedua,
kemiskinan merupakan kondisi yang cenderung menjerumuskan orang miskin ke
dalam tindak kriminalitas. Ketiga, bagi pembuat kebijaksanaan, kemiskinan itu
sendiri mencerminkan kegagalan pelaksanaan pembangunan yang telah dihadapi
pada masa lampau.
Robert Chambers (1983) mensinyalir, bahwa inti dari kemiskinan dan
kesejangan sebenarnya terletak pada ”deprivation trap” atau ”perangkap
kemiskinan”. Deprivation trap terdiri atas lima unsur, yaitu : (1) kemiskinan itu
sendiri, (2) kelemahan fisik, (3) keterasingan atau kadar isolasi, (4) kerentanan,
dan (5) ketidakberdayaan.
4. Ketatnya persaingan dalam melakukan mobilitas sosial
Ketatnya persaingan dalam melakukan mobilitas sosial vertikal naik
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kriminalitas di perkotaan. Hal
tesebut dikarenakan semakin tinggi kedudukan yang ingin di capai, maka biasanya
semakin sedikit jumlah jabatan yang tersedia. Di sisi yang lain, semakin tinggi
jabatannya maka semakin banyak orang yang ingin menduduki jabatanya.
Persaingan yang ketat dan banyaknya orang yang berambisi megakibatkan
probabilitas untuk melakukan mobilitas sosial vertikal naik semakin kecil. Hal
tersebut memicu terjadinya tindak kecurangan dalam persaingan. Seperti hal yang
terjadi pada seleksi CPNS. Tidak sedikit praktek-praktek kecurangan terjadi di
dalamnya dengan cara melakukan penyogokan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.
Menurut Pitirim A. Sorokin 9
, ada beberapa saluran dalam melakukan
mobilitas sosial, yaitu: angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah,
organisasi politik, ekonomi dan keahlian.
5. Disorganisasi keluarga
Disorganisasi keluarga merupakan salah satu masalah sosial yang sering
terjadi pada masyarakat perkotaan. Disorganisasi keluarga adalah perpecahan
9 9
Soerjono Soekanto, op.cit, hlm. 222
10
keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi
kewajiban-kebajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. 10
Misalnya
seorang suami sebagai kepala keluarga gagal memenuhi kewajiban untuk
menafkahi keluarganya sehingga terjadilah disorganisasi keluarga. Atau pada
kasus lain seorang ibu tidak melakukan perannya sebagaimana mestinya sehingga
karena kesibukan bekerja, kedua orang tua lupa untuk menjalankan tugasnya
sebagai agen sosialisasi nilai dan norma sosial.
6. Pola pikir masyarakat kota yang materialistis dan lebih mementingkan nilai
ekonomis
Pola pikir masyarakat perkotaan yang materialistis dan lebih mementingkan
nilai ekonomis membuat hubungan sosial antara anggota masyarakatnya sangat
renggang. Hal tersebut menumbuhkan sikap acuh tak acuh terhadap penderitaan
orang lain dan sikap individualistis. Sehingga perilaku tolong-menolong di
masyarakat kota sangat rendah. Konsep tolong-menolong dalam masyarakat kota
yang materialistis tidak lagi dipandang sebagai suatu hal yang penting karena
tidak bernilai ekonomis.
Keengganan masyarakat kelas ekonomi atas untuk menolong masyarakat
yang miskin menimbulkan kebencian sosial kelas bawah terhadap kelas atas dan
berujung pada tindak kriminal. Kebutuhan pokok akan pangan yang tidak
terpenuhi mendorong seseorang untuk melakukan aksi pencuruian, pencopetan
dan perampokan.
7. Heterogenitas Masyarakat Perkotaan
Keanekaragaman masyarakat perkotaan bisa dilihiat dari segi mata
pencahariannya, agamanya dan asal budayanya. Perbedaan-perbedaan tersebut
menimbulkan adanya ketidaksamaan persepsi dalam menentukan nilai-nilai sosial,
sehingga berdampak pada timbulnya konflik antar golongan. Konflik yang paling
sering terjadi biasanya diakibatkan oleh adanya perbedaan latar belakang agama
dan latar budaya yang disertai sikap primordialisme dan sikap tidak toleran.
10
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 326
11
8. Memudarnya nilai dan norma agama
Agama sebagai pranata sosial dalam masyarakat mempunyai beberapa
fungsi pokok untuk memenuhi kebutuhan manusia, yaitu:
a. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat bagaimana mereka harus
bertingkah laku dalam menghadapi segala sesuatu permasahan yang terjadi
di masyarakat;
b. Menjaga keharmonisan dan keselarasan di masyarakat;
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat dalam rangka mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control).
Agama memperkenalkan nilai-nilai absolut dan nilai-nilai kemanusiaan yag
luhur, yang besar sekali artinya bagi pengendalian diri dan penghindaran diri dari
perbuatan angkara serta durjana.11
Agama berfungsi sebagai kontrol sosial (social
control) perilaku anggotanya agar menghindarkan diri dari segala sesuatu
perbutan yang merugikan orang lain seperti kejahatan. Internalisasi nilai-nilai
agama akan menjadi sangat penting dalam menciptakan keselarasan dan
keharmonisan bermasyarakat.
Namun seiring dengan arus perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
perkotaan, kesadaran akan pentingnya menjaga nilai dan norma sosial agama
mulai memudar. Pergeseran paradigma tersebut mengakibatkan terjadinya anomi.
Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh Durkheim (1897), anomi adalah suatu
situasi tanpa norma dan tanpa arah sehingga tidak tercipta keselarasan antara
kenyataan yang diharapkan dan kenyataan sosial yang ada. Jadi ketika nilai-nilai
dan norma-norma agama sudah ditinggalkan, maka cara-cara untuk mencapai
tujuan akan dilakukan dengan cara yang menyimpang.
D. Jenis Kriminalitas Perkotaan
Efek negatif yang timbul sebagai akibat makin meningkatkan aksi
kejahatan di dalam masyarakat, menurut Kartini Kartono adalah : “(a) Kejahatan
yang bertubi-tubi itu memberikan efek yang mendemoralisir/merusak terhadap
11
Kartono Kartini, Op.Cit., hlm. 173
12
orde sosial; (b) Menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, ketakutan dan
kepanikan di tengah masyarakat; (c) Banyak materi dan energi terbuang dengan
sia-sia oleh gangguan- gangguan kriminalitas; dan (d) Menambah beban ekonomis
yang semakin besar kepada sebagian besar warga masyarakatnya.” 12
Kriminalitas
di perkotaan secara garis besar dapat dibagi kedalam empat kategori, yaitu:
1. Kejahatan Ekonomi
Kejahatan Ekonomi adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku sehingga mengakibatkan adanya kerugian bagi
orang lain. Contoh kejahatan-kejahatan ini adalah perdagangan barang-barang
terlarang, monopoli dan penimbunan.
2. Kejahatan Politik
Kejahatan Politik adalah tindakan-tindakan sosial yang tidak sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku dalam melakukan kegian politik. Contoh dari
kejahatan jenis ini adalah korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang,
black campaign, dan lain-lain.
3. Kejahatan Kesusialaan
Kejahatan Kesusilaan adalah tindakan-tindakan yang tidak beradab dan
tidak sesuai dengan norma sosial masyarakat. contohnya adalah kasus-kasus
pelecehan seksual seperti pemerkosaan dan pencabulan.
4. Kejahatan Terhadap Jiwa dan Harta benda
Kejahatan terhadap jiwa dan harta benda adalah tindak-tindakan yang
merusak atau menghilangkan jiwa orang lain dan pengambilan harta benda milik
orang lain dengan jalan yang dilarang oleh aturan hukum. Contohnya seperti
pembunuhan, pencurian dan perampokan.
E. Upaya Penanggulangan
Upaya yang dilakukan dalam rangka menanggulangi permasalahan sosial
mengenai kriminalitas di tengah-tengah masyarakat perkotaan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu tindakan preventif dan tindakan represif. Tindakan
preventif adalah upaya pencegahan agar kejahatan tidak terjadi sedangkan
12
Kartini Kartono, Op.Cit., hlm. 151
13
tindakan represif adalah upaya penyembuhan kembali agar pelaku kriminal
merasa jera dan tidak mengulangi perbuatannya.
Tidakan preventif:
1. Meningkatkan kualitas SDM
2. Menekan arus urbanisasi
3. Memperendah tingkat kesenjangan ekonomi
4. Internalisai nilai-nilai agama
5. Meningkatkan sikap toleransi masyarakat
Tindakan represif:
1. Penegakan hukum
2. Gosip
3. Pengasingan dari lingkungan sosial
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masalah sosial kriminalitas perkotaan adalah sekumpulan tindakan sosial
yang terjadi di wilayah perkotaan yang tidak selaras dengan aturan hukum
dan norma sosial yang berlaku sehingga menyebabkan adanya kepincangan
sosial.
2. Teori kriminal yang berdasarkan sudut pandang sosial ada tiga mazhab, yaitu
mazhab sosial, mazhab bio-sosiologis dan mazhab religius.
3. Faktor sosial penyebab kriminalitas perkotaan adalah :
a. Ketidakmampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan sosial
b. Urbanisasi
c. Kemiskinan dan Kesenjangan sosial ekonomi
d. Ketatnya persaingan dalam melakukan mobilitas sosial
e. Disorganisasi Keluarga
f. Pola pikir masyarakat kota yang materialistis dan lebih mementingkan
nilai ekonomis
g. Heterogenitas Masyarakat Perkotaan
h. Memudarnya kesadaran akan pentingnya nilai dan norma agama
4. Kejahatan terbagi keladam 4 macam, yaitu kejahatan ekonomi, kejahatan
politik, kehatan asusila dan kejahatan jiwa dan harta benda.
5. Upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu preventif
(pencegahan) dan represif (pemberian efek jera).
B. Saran
Upaya pencegahan terjadinya kejahatan harus lebih ditingkatkan oleh
pemerintah dan seluruh elemen masyarakat sehingga dapat meminimalisir
terjadinya tindakan asosial atau kejahatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Harwantiyoko & Neltje F. Katuuk. Pengantar Ilmu Sosiologi dan Ilmu Sosial
Dasar. : Gunadarma,
Horton, Paul B & Chester L. Hunt. Sosiologi (terjemahan Aminuddin Ram).
Jakarta: Erlangga,
Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003
Kasali, Rhenald. Re-code your change DNA. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2007
Prijono Tjiptoherijanto, Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia. Jakarta:
Universitas Indonesia Press,
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006
Wahyu, Ramdani. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2007

More Related Content

What's hot

Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial
Diferensiasi sosial dan  stratifikasi sosialDiferensiasi sosial dan  stratifikasi sosial
Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosialSMA Negeri 9 KERINCI
 
Bab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negara
Bab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negaraBab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negara
Bab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negaranatal kristiono
 
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt Mitha Ye Es
 
Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...
Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...
Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...Abu Amar Fikri
 
Tugas kewirausahaan donat
Tugas kewirausahaan donatTugas kewirausahaan donat
Tugas kewirausahaan donatfajar farmanto
 
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaPengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaHabibullah Al Faruq
 
Makalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan SolusinyaMakalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan SolusinyaNurul Afdal Haris
 
Contoh Presentasi Pengenalan Produk
Contoh Presentasi Pengenalan ProdukContoh Presentasi Pengenalan Produk
Contoh Presentasi Pengenalan ProdukYusuf Saefudin
 
Islam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanIslam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanzahfath06
 
Contoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalah
Contoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalahContoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalah
Contoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalahPuji Winarni
 
Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1Ratna Nandri
 
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN avandiliakireina
 
Interaksi sosial
Interaksi sosialInteraksi sosial
Interaksi sosialEl Ibrahimy
 
PKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
PKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaPKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
PKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaBellaNindaThania
 
Laporan hasil wawancara kelompok 4
Laporan hasil wawancara   kelompok 4Laporan hasil wawancara   kelompok 4
Laporan hasil wawancara kelompok 4Wahyuda5
 

What's hot (20)

Presentasi agama islam..
Presentasi agama islam..Presentasi agama islam..
Presentasi agama islam..
 
Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial
Diferensiasi sosial dan  stratifikasi sosialDiferensiasi sosial dan  stratifikasi sosial
Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial
 
Paradigma Sosiologi
Paradigma SosiologiParadigma Sosiologi
Paradigma Sosiologi
 
Bab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negara
Bab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negaraBab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negara
Bab 7 pemberantasan korupsi di berbagai negara
 
Proposal usaha makanan
Proposal usaha makananProposal usaha makanan
Proposal usaha makanan
 
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL : Pembuatan Yoghurt
 
Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...
Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...
Contoh proposal kompetisi bisnis mahasiswa indonesia (kbmi) keripik pedas mor...
 
Tugas kewirausahaan donat
Tugas kewirausahaan donatTugas kewirausahaan donat
Tugas kewirausahaan donat
 
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 ContohnyaPengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
Pengertian Ibadah Maliyah dan 9 Contohnya
 
Makalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan SolusinyaMakalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
Makalah Pencemaran Lingkungan dan Solusinya
 
Contoh Presentasi Pengenalan Produk
Contoh Presentasi Pengenalan ProdukContoh Presentasi Pengenalan Produk
Contoh Presentasi Pengenalan Produk
 
Islam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanIslam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaan
 
Contoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalah
Contoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalahContoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalah
Contoh Kata Pengantar dan Daftar isi dalam pembuatan makalah
 
Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1Kritik jurnal ilmiah 1
Kritik jurnal ilmiah 1
 
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,BAHASA,DAN KEBUDAYAAN
 
Interaksi sosial
Interaksi sosialInteraksi sosial
Interaksi sosial
 
PPT LAPORAN MAGANG.pptx
PPT LAPORAN MAGANG.pptxPPT LAPORAN MAGANG.pptx
PPT LAPORAN MAGANG.pptx
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
PKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
PKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara IndonesiaPKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
PKN Contoh Kasus Pelanggaran Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
 
Laporan hasil wawancara kelompok 4
Laporan hasil wawancara   kelompok 4Laporan hasil wawancara   kelompok 4
Laporan hasil wawancara kelompok 4
 

Similar to Isu kriminalitas perkotaan

Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kotaDampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kotaArifSetiawan78
 
Kejahatan di Balik Jejaring Sosial
Kejahatan di Balik Jejaring SosialKejahatan di Balik Jejaring Sosial
Kejahatan di Balik Jejaring SosialNon Formal Education
 
KRIMINOLOGI 1.pptx
KRIMINOLOGI 1.pptxKRIMINOLOGI 1.pptx
KRIMINOLOGI 1.pptxhaniekusuma
 
Makalah Penyimpangan Sosial
Makalah Penyimpangan SosialMakalah Penyimpangan Sosial
Makalah Penyimpangan SosialWiwit Alfyan
 
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan KotaMakala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan Kotarobiyanto
 
Pengertian & obyek kajian kriminologi
Pengertian & obyek kajian kriminologiPengertian & obyek kajian kriminologi
Pengertian & obyek kajian kriminologiRifan Adriansyah
 
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan KarakterMengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan KarakterAfrils
 
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...Muhamad Yogi
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agamabycycle
 
Sari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptxSari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptxTheFlat1
 
Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020Ewald Frederik
 
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian BangsaPengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian BangsaIstiqomah Aisyiyah
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfWeninggalihP
 

Similar to Isu kriminalitas perkotaan (20)

Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kotaDampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kota
 
Kejahatan di Balik Jejaring Sosial
Kejahatan di Balik Jejaring SosialKejahatan di Balik Jejaring Sosial
Kejahatan di Balik Jejaring Sosial
 
KRIMINOLOGI 1.pptx
KRIMINOLOGI 1.pptxKRIMINOLOGI 1.pptx
KRIMINOLOGI 1.pptx
 
Makalah Penyimpangan Sosial
Makalah Penyimpangan SosialMakalah Penyimpangan Sosial
Makalah Penyimpangan Sosial
 
Kriminalitas
KriminalitasKriminalitas
Kriminalitas
 
Ilo
IloIlo
Ilo
 
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan KotaMakala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
 
Pengertian & obyek kajian kriminologi
Pengertian & obyek kajian kriminologiPengertian & obyek kajian kriminologi
Pengertian & obyek kajian kriminologi
 
Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
 Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
 
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan KarakterMengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
 
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agama
 
masalah sosial
masalah sosialmasalah sosial
masalah sosial
 
Sari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptxSari Presentasi.pptx
Sari Presentasi.pptx
 
Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020Analisis-Sosial - 2020
Analisis-Sosial - 2020
 
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian BangsaPengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
 
Makalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsiMakalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsi
 
Makalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatanMakalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatan
 
Makalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatanMakalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatan
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
 

More from Trisna Nurdiaman

kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_optkajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_optTrisna Nurdiaman
 
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologiPenerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologiTrisna Nurdiaman
 
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industriTransformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industriTrisna Nurdiaman
 
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...Trisna Nurdiaman
 
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI  BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI  BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...Trisna Nurdiaman
 
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianUrgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianTrisna Nurdiaman
 
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)Trisna Nurdiaman
 
Kajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN KesehatanKajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN KesehatanTrisna Nurdiaman
 
The elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-lifeThe elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-lifeTrisna Nurdiaman
 
Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit Trisna Nurdiaman
 
Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaTrisna Nurdiaman
 
Teori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukanTeori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukanTrisna Nurdiaman
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTrisna Nurdiaman
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaTrisna Nurdiaman
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaTrisna Nurdiaman
 
Kapital buku iii karl marx [pos]
Kapital buku iii   karl marx [pos]Kapital buku iii   karl marx [pos]
Kapital buku iii karl marx [pos]Trisna Nurdiaman
 

More from Trisna Nurdiaman (20)

kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_optkajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
kajian kesejahteraan dan keamanan penduduk di wilayah perbatasan indonesia_opt
 
20171023 pengumuman
20171023 pengumuman20171023 pengumuman
20171023 pengumuman
 
(Aya) bin
(Aya) bin(Aya) bin
(Aya) bin
 
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologiPenerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
Penerimaan cpns september 2017 untuk jurusan sosiologi
 
Pernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam IslamPernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam Islam
 
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industriTransformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
Transformasi masyarakat petani mranggen menuju masyarakat industri
 
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
Solidaritas sosial dalam mobilisasi mata pencaharian masyarakat pesisir di de...
 
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI  BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI  BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUS...
 
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianUrgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
 
Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)Sustainable Development Goals (SDGs)
Sustainable Development Goals (SDGs)
 
Kajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN KesehatanKajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
Kajian SDGs dan RPJMN Kesehatan
 
The elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-lifeThe elementary-forms-of-the-religious-life
The elementary-forms-of-the-religious-life
 
Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit Meadows - The Growth to The Limit
Meadows - The Growth to The Limit
 
Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesia
 
Teori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukanTeori sosiologi kependudukan
Teori sosiologi kependudukan
 
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
 
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri IndonesiaPerkembangan Masyarakat Industri Indonesia
Perkembangan Masyarakat Industri Indonesia
 
Filsafat ilmu [full pos]
Filsafat ilmu [full   pos]Filsafat ilmu [full   pos]
Filsafat ilmu [full pos]
 
Kapital buku iii karl marx [pos]
Kapital buku iii   karl marx [pos]Kapital buku iii   karl marx [pos]
Kapital buku iii karl marx [pos]
 

Recently uploaded

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

Isu kriminalitas perkotaan

  • 1. MASALAH SOSIAL KRIMINALITAS PERKOTAAN MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan Dosen : Irwandi, S.Sos., S.E., M.Ag. Disusun oleh : 1. Sri Intan Rejeki NIM : 1138030199 2. Tito Herlambang NIM : 1138030214 3. Trisna Nurdiaman NIM : 1138030215 4. Ulfa Nurul Insan NIM : 1138030216 5. Yanti Suryanti NIM : 1138030225 6. Zahrotun Nafiah NIM : 1138030233 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2014
  • 2. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya. Atas berkat rahmat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Masalah Sosial Kriminalitas Perkotaan”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam yang telah membawa revolusi kehidupan minadzulumaati ila nnuur yakni Rasulullah SAW dan sampai saat ini tetap menjadi Uswah Al-Hasanah bagi seluruh umat manusia di seluruh dunia. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan. Layaknya fitrah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan, kami sepenuhnya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan masukan yang konstruktif dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat yang pada khusunya bagi penulis sendiri dan pada umumnya bagi semuanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandung, 18 Zulkaidah 1435 Penulis 12 September 2014
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ······························································ i DAFTAR ISI ·········································································· ii BAB I PENDAHULUAN ··························································· 1 A. Latar Belakang ······························································· 1 B. Rumusan Masalah ···························································· 1 C. Tujuan ········································································· 1 BAB II PEMBAHASAN ··························································· 2 A. Pengertian ····································································· 2 B. Teori kejahatan ······························································ 8 C. Metodologi ···································································· 12 D. Analisis dan Tanggapan ····················································· 14 BAB III PENUTUP ·································································· 17 A. Kesimpulan ··································································· 17 B. Saran ··········································································· 18 DAFTAR PUSTAKA ······························································· 19
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas permasalahan masyarakat kota sebagai akibat dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan globalisasi memicu terjadinya berbagai tindakan sosial yang tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku. Ketidak mampuan seorang individu untuk beradaptasi dalam lingkungan sosial masyarakat perkotaan yang hiperkompleks menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan berbagai konflik baik secara eksternal maupun internal. Maka terjadilah tindakan-tindakan sosial yang menyalahi aturan dan menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat atau sering disebut dengan kriminalitas. Kriminalitas merupakan suatu bentuk tindakan sosial yang tidak sesuai dengan dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku, sehingga mengakibatkan adanya ketidak selarasan dalam kehidupan sosial. Kriminalitas sendiri merupakan suatu permasalahan yang komplek dan saling terkait dengan permasalahan sosial yang lain. Terjadinya kriminalitas tidak hanya dilakukan atas dasar niatan diri sendiri, melainkan juga bisa terjadi akibat adanya sistuasi sosial yang memaksa individu untuk melakukannya demi mempertahankan eksistesinya. Kriminalitas diperkotaan sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi didengar. Berbagai media massa baik cetak maupun elektronik tidak henti- hentinya mengabarkan informasi seputar kriminalitas yang banyak terjadi di perkotaan. Dewasa ini, kriminalitas perkotaan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja. Melainkan dilakukan oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun orang tua. Kecendrungan untuk melakukan tindak kriminalitas tersebut bisa saja dilatarbelakangi oleh berbagai faktor sebagai dampak laten dari adanya keadaan sosial perkotaan. Berbagai tindak kriminal yang terjadi diperkotaan mengakibatkan adanya kecurigaan suatu individu terhadap orang lain sehingga berdampak pada kecendrungan untuk bersikap individualisme.
  • 5. 2 Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami mengambil judul “Masalah Sosial Kriminalitas Perkotaan”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah pada makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan “masalah sosial kriminalitas perkotaan”? 2. Bagaimana teori yang berkaitan dengan kriminalitas? 3. Apa saja faktor sosial penyebab kriminalitas di perkotaan ? 4. Apa saja kriminalitas yang dominan terjadi di perkotaan? 5. Bagaimana upaya penanggulangan kriminalitas di perkotaan? C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui maksud dari “masalah sosial kriminalitas perkotaan”. 2. Untuk memahami bagaimana teori yang berkaitan dengan kriminalitas. 3. Untuk mengetahui bebagai faktor sosial yang menyebabkan terjadinya kriminalitas di perkotaan. 4. Untuk mengetahui berbagai jenis kriminal yang sering terjadi di perkotaan. 5. Untuk mengetahui upaya penganggulangan dari masalah sosial kriminalitas di perkotaan.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN Komunitas atau masyarakat perkotaan sering di identikkan dengan masyarakat modern (maju), tidak jarang pula dipertentangkan dengan masyarakat pedesaan yang akrab dengan predikat masyarakat tradisional mana kala dilihat dari aspek kulturnya.1 Seiring dengan hal tersebut, kriminalitas perkotaan pun mengikuti arus modernisasi dan bertansformasi menjadi lebih kompleks. A. Pengertian 1. Pengertian Masalah Sosial Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.2 2. Pengertian Kriminalitas Kata kriminalitas berasal dari bahasa inggris, yaitu crime yang berarti kejahatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kriminalitas diartikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum pidana atau kejahatan. Secara yuridis, kriminalitas atau kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (imoril), merugikan masyarakat, sifatnya asosial dan melanggar hukum serta undang-undang. Sementara, menurut Kartini Kartono, crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.3 3. Pengertian Kota Kota adalah kelompok orang-orang dalam jumlah tertentu hidup dan bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu yang mempunyai pola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis. Sementara menurut Bintarto kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang 1 Wahyu, Ramdani. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2007, hlm. 215 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012, hlm. 312 3 Kartini Kartono, Patologi Sosial (jilid I). Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hlm. 140
  • 7. 4 cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di sekitarnya 4. Kesimpulan Pengertian Berdasakan beberapa definisi di atas, maka kami mendefinisikan masalah sosial kriminalitas perkotaan sebagai sekumpulan tindakan sosial yang terjadi di wilayah perkotaan yang tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku sehingga menyebabkan adanya kepincangan sosial. B. Teori Kejahatan (Kriminalitas) Berbagai jenis teori muncul sebagai analisis terhadap perilaku kejahatan, namun dari banyaknya teori kejahatan tersebut, ada empat teori yang dirasa lebih berkaitan dengan sudut pandang sosiologi, yaitu: 1. Teori mazhab sosial Teori ini menyatakan bahwa faktor penyebab munculnya kejahatan adalah faktor eksternal yaitu lingkungan sosial dan kekuatan-kekuatan sosial. Dalam suatu lingkungan sosial akan selalu ada faktor sosial yang menjadi kecendrungan untuk melakukan kejahatan. Gabriel Tarde dan Emile Durkheim menyatakan bahwa kejahatan itu insiden alamiah, Merupakan gejala sosial yang tidak bisa dihindari dalam revolusi sosial, dimana secara mutlak terdapat satu minimum kebebasan individual untuk berkembang.4 Aristoteles (384-322 SM) dan Thomas aquino (1226-1274M) menyatakan bahwa faktor yang menimbulkan kejahatan adalah kemiskinan. Kemiskinan dan kemelaratan diyakini sebagai sumber timbulnya kejahatan. Kemiskinan kronis mengakibatkan orang berputus asa, sehingga satu-satunya jalan untuk terbebas dari belenggu kesengsaraan adalah melakukan kejahatan. Pendapat lainnya mengatakan bahwa kejahatan diakibatkan oleh lingkungan sosial yang buruk. Lingkungan sosial merupakan sebuah tempat dimana individu belajar dan beradaptasi. Lingkungan sosial yang buruk memberikan pengaruh-pengaruh eksternal yang mengarah pada kejahatan dan kemudian akan ditiru oleh individu yang bersangkutan. Baik-buruknya suatu 4 Ibid., hlm. 168
  • 8. 5 lingkungan sosial, memberikan efek terhadap individu yang berada di lingkungan tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada lingkungan sosial terkecil, yaitu keluarga. Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang memberikan fondasi primer mengenai nilai-nilai dan norma-norma sosial. Seorang anak biasanya akan meniru tindakan-tidakan yang dilakuan oleh orang tuanya. Tingkah laku kriminal orang tua bisa saja menular pada anaknya. Sehingga menurut teori ini kejahatan diturunkan bukan melalui gen, melainkan karena adanya proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai. 2. Teori mazhab bio-sosiologis Teori ini merupakan kombinasi antara faktor internal dan faktor eksternal, yaitu dimana suatu faktor kejahatan tidak hanya muncul dari individu itu sendiri, melainkan juga karena pengaruh lingkungan sosial terhadap individu tersebut. Ferri menyatakan bahwa kejahatan itu tidak hanya disebabkan oleh konstitusi biologis yang ada pada diri individu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor- faktor dan pengaruh-pengaruh eksternal.5 Menurutnya kejahatan disebabkan oleh kombinasi dari kondisi individu dan kondisi sosial. Namun, faktor individulah yang paling dominan dalam penentuan pola-pola kriminal. 3. Teori mazhab spiritualis dengan teori non-religius Menurut teori ini, agama dan keyakinan merupakan sesuatu yang mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia. Sehingga orang yang memiliki agama dan keyakinan yang kuat akan mampu untuk mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak selaras dengan nilai dan norma agama. Selain itu juga karena agama merupakan salah satu lembaga sosial yang peran sebagai sistem pengendalian sosial (social control). Orang yang tidak beragama dan tidak mempercayai nilai-nilai keagamaan umumnya sangat egoistis, sangat sombong dan mempunyai harga diri yang berlebihan. 6 Menganggap bahwa dunia seperti miliknya sendiri dan dapat 5 Ibid., hlm. 170 6 Ibid., hlm. 172
  • 9. 6 dimanipulasi dengan semaunya. Egoisme yang ekstrem menimbulkan agresivitas, juga sifat-sifat yang keras yang berakibat pada tindakan asosial atau kejahatan. Menurut V. Von Gebsattel, semua penderita neurosa itu adalah orang-orang yang kehilangan rasa amannya, serta kehilangan eksistensi kepribadian dan kehidupannya. Maka banyak orang neurotis ini yang suka menggunakan mekanisme pemecahan masalah yang tidak rasional, sehinggal tingkah lakunya jadi immoril. Ketidakpercayaan terhadapa tuhan menimbulkan ketakuatan, kecemasan dan kebingungan yang berakibat pada agresivitas dan tindakan asosial. 4. Teori Susunan Ketatanegaraan Negara sebagai asosiasi dan sistem pengendalian sosial dipandang ikut mempengaruhi terjadinya suatu kejahatan. Beberapa filsuf dan negarawan seperti Plato, Aristoteles dan Thomas More memandang bahwa struktur ketatanegaraan dan falsafah negara menentukan ada atau tidaknya suatu kejahatan. Jika susunan negara baik dan pemerintahannya bersih, serta mampu melaksasnakan tugas memerintah rakyat dengan adil, maka kejahatan tidak akan berkembang. Sebaliknya jika pemerintahan korup dan tidak adil, maka banyak orang memenuhi kebutuhannya yang inkonvensional dan kriminal.7 Apabila kesejahteraan bisa dirasakan oleh seluruh warga negara, maka tingkat kejahatan dalam suatu negara akan berkurang. Kemiskinan dan kelaparan disebabkan oleh sistem eksploratif dari pemerintahannya menimbulkan ketidakpuasan dan banyak kejahatan. Selain itu sistem pemerintahan yang longgar memungkinkan aparatur pemerintahannya untuk berbuat korup. C. Faktor Penyebab Kriminalitas Perkotaan Secara Sosiologis Kondisi lingkungan dengan perubahan-perubahan yang cepat, norma- norma dan sanksi sosial yang semakin longgar serta macam-macam sub-kultur dan kebudayaan asing yang saling berkonflik, semua faktor itu memberikan pengaruh yang mengacau; dan memunculkan dis-organisasi dalam masyarakatnya, 7 Ibid. hlm., 171
  • 10. 7 sehingga muncullah pelbagai jenis kejahatan. Dengan adanya kejahatan tersebut, merupakan tantangan berat bagi para anggota masyarakat. 1. Ketidakmampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan sosial Kemajuan teknologi, industrialisasi, modernisasi dan globalisasi di perkotaan mengakibatkan adanya perubahan sosial dari masyarakat yang kompleks menjadi multi kompleks. Struktur sosial masyarakat perkotaan yang multikompleks menyulitkan seseorang untuk beradaptasi. Hal tersebut menyebabkan kebingungan, kecemasan dan berbagai konflik baik secara eksternal maupun secara internal. Oleh sebab itu, maka munculah tindakan-tindakan yang tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku di masyarakat tersebut. Salah satu contohnya adalah seperti kaum Gypsy di Eropa. Mereka berasal dari India dan sekarang dikenal sebagai orang-orang pengutil, kumuh dan malas dan dianggap sebagai sampah kota. Bangsa Gypsy awalnya dikenal sebagai bangsa penghibur yang berkelana menjalankan akrobat dan tarian jalanan sejak abad pertengahan di Eropa barat. Namun, setelah terjadinya revolusi industri, tatanan sosial masyarakat eropa berubah dan kaum Gypsy tidak mampu beradaptasi mengikuti perubahan sosial tersebut. ketika pekerjaan sebagai penghibur seperti burung-burung kenari yang padai berceloteh tidak lagi memperoleh tempat, maka mereka beralih menjadi serigala heyna yang lapar dan liar.8 2. Urbanisasi Kota sebagai pusat kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik menjadi magnet bagi masyarakat desa untuk mengadu nasib dan mencari peruntungan di kota. Urbanisasi masyarakat desa ke kota merupakan sebuah masalah sosial. Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota. Salah satu penyebab terjadinya urbanisasi adalah kurangnya fasilitas umum yang ada di desa, sementara fasilitas umum di kota lebih lengkap. 8 Rhenald Kasali, Recode (your change DNA). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 6
  • 11. 8 Kepentingan dan keinginan seseorang terkadang sejalan dan seirama dengan keinginan dan kepentingan orang lain, tetapi seringkali atau tidak jarang juga terjadi perbedaan dan pertentangan. Muara dari perbedaan dan pertentangan demikian dapat melahirkan perselisihan. Begitupun juga dengan setiap orang yang melakukan urbanisasi. Mereka detang bersama sekelumit kepentingan dan keinginannya ke kota. Namun, terkadang kepentingan dan keinginan tesebut tidak selaras dengan realita atau berbenturan dengan kepentingan yang lain hingga memunculkan konflik. Dengan demikian, Salah satu dampak negatif dari adanya urbanisasi adalah meningkatnya angka kriminalitas di perkotaan. Gemerlapnya dunia perkotaan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat desa untuk melakukan mobilitas sosial vertikal naik. Namun, ternyata realitas sosial perkotaan tidak semudah yang dibayangkan. Persaingan yang ketat dan diperlukannya keterampilan khusus membuat tantangan utama untuk meraih kesuksesan. Diskrepansi atau ketidaksesuaian antara harapan-harapan dengan realitas sosial perkotaan menimbulkan adanya disorientasi yang memicu untuk bertindak asosial. 3. Kemiskinan dan Kesenjangan sosial ekonomi Sebagaimana telah dikemukakan oleh Aristoteles dan Thomas Van Aquino yang mengemukakan bahwa kemiskinan menyebabkan terjadinya kejahatan. Kesenjangan ekonomi antar kelas sosial mengakibatkan adanya kecemburuan sosial kelas bawah terhadap kelas atas. Kemelaratan mendorong orang untuk berbuat jahat. Begitupun juga dengan gelandangan dan pengangguran akan menimbulkan kejahatan. Bahkan dalam suatu hadits juga dikatakan ”Kemiskinan dan kefakiran sering membawa kepada kekafiran dan keingkaran” (HR. Abu Naim). Ali Bin Abi Thalib dengan tegas mengatakan : ”Seandainya kemiskinan berwujud seorang manusia, niscaya aku akan membunuhnya.”. Prijono Tjiptoherijanto (1997), menyatakan bahwa ada beberapa alasan penting, mengapa kemiskinan perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Pertama, kemiskinan merupakan kondisi yang kurang beruntung karena bagi
  • 12. 9 kaum miskin akses terhadap perubahan politik institusional terbatas. Kedua, kemiskinan merupakan kondisi yang cenderung menjerumuskan orang miskin ke dalam tindak kriminalitas. Ketiga, bagi pembuat kebijaksanaan, kemiskinan itu sendiri mencerminkan kegagalan pelaksanaan pembangunan yang telah dihadapi pada masa lampau. Robert Chambers (1983) mensinyalir, bahwa inti dari kemiskinan dan kesejangan sebenarnya terletak pada ”deprivation trap” atau ”perangkap kemiskinan”. Deprivation trap terdiri atas lima unsur, yaitu : (1) kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan fisik, (3) keterasingan atau kadar isolasi, (4) kerentanan, dan (5) ketidakberdayaan. 4. Ketatnya persaingan dalam melakukan mobilitas sosial Ketatnya persaingan dalam melakukan mobilitas sosial vertikal naik menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kriminalitas di perkotaan. Hal tesebut dikarenakan semakin tinggi kedudukan yang ingin di capai, maka biasanya semakin sedikit jumlah jabatan yang tersedia. Di sisi yang lain, semakin tinggi jabatannya maka semakin banyak orang yang ingin menduduki jabatanya. Persaingan yang ketat dan banyaknya orang yang berambisi megakibatkan probabilitas untuk melakukan mobilitas sosial vertikal naik semakin kecil. Hal tersebut memicu terjadinya tindak kecurangan dalam persaingan. Seperti hal yang terjadi pada seleksi CPNS. Tidak sedikit praktek-praktek kecurangan terjadi di dalamnya dengan cara melakukan penyogokan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Menurut Pitirim A. Sorokin 9 , ada beberapa saluran dalam melakukan mobilitas sosial, yaitu: angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian. 5. Disorganisasi keluarga Disorganisasi keluarga merupakan salah satu masalah sosial yang sering terjadi pada masyarakat perkotaan. Disorganisasi keluarga adalah perpecahan 9 9 Soerjono Soekanto, op.cit, hlm. 222
  • 13. 10 keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kebajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. 10 Misalnya seorang suami sebagai kepala keluarga gagal memenuhi kewajiban untuk menafkahi keluarganya sehingga terjadilah disorganisasi keluarga. Atau pada kasus lain seorang ibu tidak melakukan perannya sebagaimana mestinya sehingga karena kesibukan bekerja, kedua orang tua lupa untuk menjalankan tugasnya sebagai agen sosialisasi nilai dan norma sosial. 6. Pola pikir masyarakat kota yang materialistis dan lebih mementingkan nilai ekonomis Pola pikir masyarakat perkotaan yang materialistis dan lebih mementingkan nilai ekonomis membuat hubungan sosial antara anggota masyarakatnya sangat renggang. Hal tersebut menumbuhkan sikap acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain dan sikap individualistis. Sehingga perilaku tolong-menolong di masyarakat kota sangat rendah. Konsep tolong-menolong dalam masyarakat kota yang materialistis tidak lagi dipandang sebagai suatu hal yang penting karena tidak bernilai ekonomis. Keengganan masyarakat kelas ekonomi atas untuk menolong masyarakat yang miskin menimbulkan kebencian sosial kelas bawah terhadap kelas atas dan berujung pada tindak kriminal. Kebutuhan pokok akan pangan yang tidak terpenuhi mendorong seseorang untuk melakukan aksi pencuruian, pencopetan dan perampokan. 7. Heterogenitas Masyarakat Perkotaan Keanekaragaman masyarakat perkotaan bisa dilihiat dari segi mata pencahariannya, agamanya dan asal budayanya. Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan adanya ketidaksamaan persepsi dalam menentukan nilai-nilai sosial, sehingga berdampak pada timbulnya konflik antar golongan. Konflik yang paling sering terjadi biasanya diakibatkan oleh adanya perbedaan latar belakang agama dan latar budaya yang disertai sikap primordialisme dan sikap tidak toleran. 10 Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 326
  • 14. 11 8. Memudarnya nilai dan norma agama Agama sebagai pranata sosial dalam masyarakat mempunyai beberapa fungsi pokok untuk memenuhi kebutuhan manusia, yaitu: a. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku dalam menghadapi segala sesuatu permasahan yang terjadi di masyarakat; b. Menjaga keharmonisan dan keselarasan di masyarakat; c. Memberikan pegangan kepada masyarakat dalam rangka mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Agama memperkenalkan nilai-nilai absolut dan nilai-nilai kemanusiaan yag luhur, yang besar sekali artinya bagi pengendalian diri dan penghindaran diri dari perbuatan angkara serta durjana.11 Agama berfungsi sebagai kontrol sosial (social control) perilaku anggotanya agar menghindarkan diri dari segala sesuatu perbutan yang merugikan orang lain seperti kejahatan. Internalisasi nilai-nilai agama akan menjadi sangat penting dalam menciptakan keselarasan dan keharmonisan bermasyarakat. Namun seiring dengan arus perubahan sosial yang terjadi di masyarakat perkotaan, kesadaran akan pentingnya menjaga nilai dan norma sosial agama mulai memudar. Pergeseran paradigma tersebut mengakibatkan terjadinya anomi. Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh Durkheim (1897), anomi adalah suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan kenyataan sosial yang ada. Jadi ketika nilai-nilai dan norma-norma agama sudah ditinggalkan, maka cara-cara untuk mencapai tujuan akan dilakukan dengan cara yang menyimpang. D. Jenis Kriminalitas Perkotaan Efek negatif yang timbul sebagai akibat makin meningkatkan aksi kejahatan di dalam masyarakat, menurut Kartini Kartono adalah : “(a) Kejahatan yang bertubi-tubi itu memberikan efek yang mendemoralisir/merusak terhadap 11 Kartono Kartini, Op.Cit., hlm. 173
  • 15. 12 orde sosial; (b) Menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, ketakutan dan kepanikan di tengah masyarakat; (c) Banyak materi dan energi terbuang dengan sia-sia oleh gangguan- gangguan kriminalitas; dan (d) Menambah beban ekonomis yang semakin besar kepada sebagian besar warga masyarakatnya.” 12 Kriminalitas di perkotaan secara garis besar dapat dibagi kedalam empat kategori, yaitu: 1. Kejahatan Ekonomi Kejahatan Ekonomi adalah kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku sehingga mengakibatkan adanya kerugian bagi orang lain. Contoh kejahatan-kejahatan ini adalah perdagangan barang-barang terlarang, monopoli dan penimbunan. 2. Kejahatan Politik Kejahatan Politik adalah tindakan-tindakan sosial yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dalam melakukan kegian politik. Contoh dari kejahatan jenis ini adalah korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang, black campaign, dan lain-lain. 3. Kejahatan Kesusialaan Kejahatan Kesusilaan adalah tindakan-tindakan yang tidak beradab dan tidak sesuai dengan norma sosial masyarakat. contohnya adalah kasus-kasus pelecehan seksual seperti pemerkosaan dan pencabulan. 4. Kejahatan Terhadap Jiwa dan Harta benda Kejahatan terhadap jiwa dan harta benda adalah tindak-tindakan yang merusak atau menghilangkan jiwa orang lain dan pengambilan harta benda milik orang lain dengan jalan yang dilarang oleh aturan hukum. Contohnya seperti pembunuhan, pencurian dan perampokan. E. Upaya Penanggulangan Upaya yang dilakukan dalam rangka menanggulangi permasalahan sosial mengenai kriminalitas di tengah-tengah masyarakat perkotaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tindakan preventif dan tindakan represif. Tindakan preventif adalah upaya pencegahan agar kejahatan tidak terjadi sedangkan 12 Kartini Kartono, Op.Cit., hlm. 151
  • 16. 13 tindakan represif adalah upaya penyembuhan kembali agar pelaku kriminal merasa jera dan tidak mengulangi perbuatannya. Tidakan preventif: 1. Meningkatkan kualitas SDM 2. Menekan arus urbanisasi 3. Memperendah tingkat kesenjangan ekonomi 4. Internalisai nilai-nilai agama 5. Meningkatkan sikap toleransi masyarakat Tindakan represif: 1. Penegakan hukum 2. Gosip 3. Pengasingan dari lingkungan sosial
  • 17. 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Masalah sosial kriminalitas perkotaan adalah sekumpulan tindakan sosial yang terjadi di wilayah perkotaan yang tidak selaras dengan aturan hukum dan norma sosial yang berlaku sehingga menyebabkan adanya kepincangan sosial. 2. Teori kriminal yang berdasarkan sudut pandang sosial ada tiga mazhab, yaitu mazhab sosial, mazhab bio-sosiologis dan mazhab religius. 3. Faktor sosial penyebab kriminalitas perkotaan adalah : a. Ketidakmampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan sosial b. Urbanisasi c. Kemiskinan dan Kesenjangan sosial ekonomi d. Ketatnya persaingan dalam melakukan mobilitas sosial e. Disorganisasi Keluarga f. Pola pikir masyarakat kota yang materialistis dan lebih mementingkan nilai ekonomis g. Heterogenitas Masyarakat Perkotaan h. Memudarnya kesadaran akan pentingnya nilai dan norma agama 4. Kejahatan terbagi keladam 4 macam, yaitu kejahatan ekonomi, kejahatan politik, kehatan asusila dan kejahatan jiwa dan harta benda. 5. Upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu preventif (pencegahan) dan represif (pemberian efek jera). B. Saran Upaya pencegahan terjadinya kejahatan harus lebih ditingkatkan oleh pemerintah dan seluruh elemen masyarakat sehingga dapat meminimalisir terjadinya tindakan asosial atau kejahatan.
  • 18. 15 DAFTAR PUSTAKA Harwantiyoko & Neltje F. Katuuk. Pengantar Ilmu Sosiologi dan Ilmu Sosial Dasar. : Gunadarma, Horton, Paul B & Chester L. Hunt. Sosiologi (terjemahan Aminuddin Ram). Jakarta: Erlangga, Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003 Kasali, Rhenald. Re-code your change DNA. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007 Prijono Tjiptoherijanto, Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Press, Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012 Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006 Wahyu, Ramdani. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2007