1. By:
Kelompok 8 (Hukum Keluarga Islam )
Aghniya Nabila Hadi ( 33010210080 )
Khoirun Nisa’ ( 33010210082 )
2. SEJARAH
DINASTI
FATIMIYAH
Dinatsti Fatimiyah berdiri karena Sa'id ibn Husayn, penerus ibn
Maymun yang didirikan sebagai tandingan bagi penguasa dunia
muslim yang kala itu berpusat di Baghdad ( Dinasti Abbasiyah 750-
1258 M ) yang secara perlahan mulai melemah. Namun Daulah
Fathimiyah dinisbatkan kepada Fatimah Az-Zahra( putri Nabi
Muhammad SAW ) yang juga menjadi istri Ali bin Abi Tholib
(sepupu Nabi) dikarenakan para pendirinya mengakui keturunan
atau satu garis nasab dengan putri Nabi Muhammad tersebut. Daulah
Fatimiyah yang beraliran Syi'ah Islamiyah didirikan oleh Ubaidillah
al-Mahdi di Afrika Utara dengan pusat pemerintahannya
berkedudukan di Kairawan sebagai sistem gerakan politik
keagamaan. Hal ini merupakan bentuk kekecewaan golongan
Islamiyah terhadap Bani Abbasiyah atas kerjasamanya merebut
3. PERKEMBANGAN
Perkembangan dinasti Islam yang mampu merubah peradaban dimulai ketika Dinasti Umayyah berdiri yang
disusul oleh berdirinya Dinasti Abbasiyah. Dua dinasti ini mempunyai kontribusi untuk peradapan Islam, dan
kemudian muncul dinasti-dinasti kecil yang bercita-cita ingin seperti kedua dinasti pendahulu.
Pada 909,gerakan-gerakan militan dan prontal yang dilakukan oleh Syi’ah berhasil mendirikan Dinasti
Fatimiyah di Tunisia ( Afrika Utara ) dibawah pemimpin Sa’id ibn al-Husain setelah mengalah dinasti Aghlabiah
di Sijilma. Dinasti Fatimiyah merasakan tiga ibu kota, yaitu; Raqadah, al-Mahdiyah, dan Kairo dibawah 14 khalifah
selama 262 tahun yaitu sejak tauh 909 hingga 1171. Kejayaan itu dapat dilihat dalam bidang agama dengan
toleransi yang tinggi, pendidikan dengan pembangunan universitas dan perpustakaan.
Kebudayaan dan peradaban dengan kota Kairo sebagai bukti, arsitektur dengan masjid Al-Azhar dan
kesenian dengan produk tekstil, tenunan, keramik, dan penjilidan.
4. KEMAJUAN YANG Dicapai Khalifah Fatimiyah
● Perluasan Wilayah
Pada tahun 910, Al-Mahdi memperluas wilayah
penguasa kekuasaan ke suluh Afrika yang terbentang
dari perbatasan Mesir ke Fes.
● Dibidang Pemerintahan
Fatimah berhasil mendirikan sebuah Negara yang
sangat luas dan peradaban yang berlaian yang jarang
disaksikan di Timur. Pemerintah Fatimiyah ini dapat
dimasukkan ke dalam modal pemerintahan yang
bersifat keagamaan.
● Di Bidang Kebudayaan
Pada tahun 972 setelah berdirinya Masjid Al-Azhar,
dalam masa pemerintah Al-Mu’iz yang kemudian
dijadikan Madrasah tingkat tinggi pada tahun 976.
● DiBidang Politik
● Dibidang kelimuan dan kesastraa
Kemajuan yang paling fundamental di bidang
keilmuan adalah didirikannya lembaga keilmuan
yang bernama Da>r al Hikmah.
● Dibidang Ekonomi dan Sosial
Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang
mengungguli daerah-daerah lainnya dan hubungan
dagang dengan dunia non muslim dibina dengan
baik, serta di masa ini pula banyak dihasilkan
produk islam yang terbaik.
● Sektor Pertanian
Sangat digalakkan, karena tanah negeri Mesir
sangat subur berkat aliran sungai Nil yang sangat
melimpah.
● Aspek
Dinasti Fatimiyah mencapai puncaknya pada periode Mesir, terutama pada masa kepemimpinan al-Mu’izz, al-Aziz, dan
al-Hakim.Sumbangan dinasti Fatimiyah terhadap peradapan islam sangat besar, baik dlam ekspansi atau perluasan wilayah,
sistem pemerintah, kebudayaan, politik maupun dalam bidang ilmu pengetahuan, kemajuan yang terlihat antara lain :
5. Proses Kemunduran dan Kehancuran
Khilafah Fatimiyah
Mercury
Kemunduran Khilafah Fatimiyah dengan cepat terjadi setelah berakhirnya masa pemerintahan al-Aziz yang diawali dengan
munculnya kebijakan untuk. mengimpor tentara-tentara dari Turki dan Negro sebagaimana yang dilakukan Dinasti Abbasiyah.
Ketika Khalifah al-Azis meninggal pada tahun 386 H / 996 M lalu digantikan oleh putranya Abu Ali Manshur al-Hakim yang
baru berusia 11 tahun. Pemerintahannya ditandai dengan tindakan-tindakan kejam yang menakutkan.Pada masa itulah
kekuasaannya bener—bener hancur termasuk ketika Dia memaksa umat Kristen dan Yahudi untuk memakai jubah hitam, dan
mereka hanya dibolehkan menunggangi keledai; setiap orang Kristen diharuskan menunjukkan salib yang dikalungkan di leher
ketika mandi, sedangkan orang Yahudi diharuskan memasang semacam tenggala berlonceng.
Seiring dengan berjalannya waktu, dengan model pemerintahan tersebut, Dinasti Fatimiah semakin menurun karena
banyaknya khalifah yang diangkat pada usia masih sangat belia, sehingga di samping mereka hanya menjadi boneka para wazir
juga timbul konflik kepentingan di kalangan militer antara unsur Barbar, Turki, Bani Hamdan dan Sudan. Terlebih lagi, para
penguasa itu selalu tenggelam dalam kehidupan yang mewah dan adanya pemaksaan ideologi Syiah pada rakyat yang mayoritas
Sunni.
Semenjak itu kedudukan Salahuddin di Mesir semakin mantap. Ia mendapat dukungan dari masyarakat setempat yang
mayoritas Sunni. Kesempatan ini, juga bertepatan dengan sakitnya al-Adid, oleh Nuruddin dipergunakan untuk menghidupkan
kembali Khalifah Abbasiyah di Mesir.
6. Menurut Mohammad Nurhakim dalam bukunya Sejarah dan Peradaban Islam, faktor-faktor
penyebab kemunduran dinasti Fatimiyah adalah akumulasi dari masalah-masalah yang bermunculan
khususnya pada masa paruh kedua. Di antara faktor-faktor yang paling menonjol ialah sebagai berikut:
V
na
Ven
Despite be
a cold p
M
1. Melemahnya para khalifah, khususnya sejak al Mustansir. Kelemahan ini
disebabkan karena ketika dinobatkan menjadi khalifah, usia mereka masih
sangat muda. Lemahnya khalifah ini menyebabkan tampilnya orang-orang
kuat dan berpengaruh sebagai pemegang kekuasaan yang sebenarnya, dan
khalifah hanya sebagai boneka.
2. Perpecahan dalam tubuh militer yang terdiri atas tiga unsur kekuatan.
Pertama, unsur bangsa Berber yang sejak awal ikut berjuang mendirikan
dinasti Fatimiyah. Kedua, unsur bangsa Turki yang berhasil masuk karena
didatangkan oleh khalifah al Aziz. Ketiga, unsur kekuatan bangsa Sudan yang
didatangkan oleh khalifah al Mustanshir.
3. Bencana alam, yakni kekeringan yang melanda Mesir. Hal ini disamping
menimbulkan penderitaan rakyat karena kelaparan, wabah penyakit,
perampokan dan lainnya, juga bagi negara menyebabkan lumpuhnya
perekonomian agraris yang hasilnya justru merupakan sumber devisa utama
Mesir. Kondisi ini memaksa khalifah meminta bantuan kepada Konstantin
Monomachus untuk mengirim bahan-bahan makanan ke Mesir.