SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
METODE ITERASI JACOBI DAN GAUSS-SEIDEL PREKONDISI
UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAN LINEAR
DENGAN M -MATRIKS
Efriani Widya1∗
, Syamsudhuha2
, Bustami2
1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika
2 Dosen Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia
∗efrianiwidya@yahoo.co.id
ABSTRACT
This article discusses the preconditioner for solving the linear system Ax = b, where
A is of the form M-matrix, which is a review of the Zhuan-De Wang and Ting-Zhu
Huang paper [Applied Mathematics Letters, 19 : 1029 − 1036 (2006)]. Numerical
experiments using some sizes of A show that the convergence rate of Jacobi and
Gauss Seidel type methods can be increased using the preconditioner.
Keywords: preconditioned method, Jacobi method, Gauss-Seidel method, spectral
radius, M-matrix.
ABSTRAK
Artikel ini membahas prekondisi untuk menyelesaikan sistem persamaan linear
Ax = b, dengan A berbentuk M -matriks, yang merupakan review dari artikel
Zhuan-De Wang and Ting-Zhu Huang [Applied Mathematics Letters, 19 : 1029 −
1036 (2006)]. Dari contoh komputasi dengan ukuran matriks A bervariasi terlihat
bahwa kecepatan konvergensi metode iterasi Jacobi dan Gauss Seidel meningkat
dengan menggunakan prekondisi dibanding tanpa menggunakan prekondisi.
Kata kunci: metode prekondisi, metode Jacobi, metode Gauss-Seidel, spektral radius,
M-matriks.
1. PENDAHULUAN
Sistem persamaan linear dalam bentuk perkalian matriks dapat ditulis menjadi
Ax = b, (1)
dimana A ∈ Rn×n
dan x, b ∈ Rn
. Matriks A di persamaan (1) diasumsikan meru-
pakan M -matriks yang diagonal utamanya adalah 1, sehingga A = I − L − U,
dengan I adalah matriks identitas, L adalah matriks strictly lower triangular, dan
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 408
U adalah matriks strictly upper triangular. Jika matriks koefisien A bersifat sparse,
yaitu sebagian besar elemennya adalah nol dan berukuran besar, untuk mencari
solusi sistem persamaan linear (1) dapat menggunakan metode iterasi Jacobi dan
Gauss-Seidel. Tetapi, kelemahan dari metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel adalah
konvergensinya yang lambat [3, h. 508].
Pada artikel ini didiskusikan prekondisi untuk mempercepat kekonvergenan metode
iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel untuk kasus sistem dengan matriks koefisien berben-
tuk M-matriks.
2. METODE PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR
Dengan mengasumsikan bahwa matriks koefisien A di persamaan (1) adalah non-
singular, dan semua elemen diagonalnya tidak ada nol, matriks A dapat dipisahkan
(splitting) menjadi A = M − N dimana M adalah non-singular maka diperoleh
x = M−1
Nx + M−1
b. (2)
Persamaan (2) dapat ditulis menjadi
x = Hx + c, (3)
dimana H = M−1
N disebut matriks iterasi dan c = M−1
b. Kemudian diberikan
tebakan awal x(0)
≈ x sehingga bentuk dari persamaan (3) dapat dibentuk menjadi
x(k)
= Hx(k−1)
+ c, k = 1, 2, · · · . (4)
Jika x(k)
→ x ketika k → ∞ maka iterasi persamaan (4) konvergen ke persamaan
(3).
Untuk memilih matriks H seperti pada persamaan (4), pisahkan matriks A,
menjadi
A = D − L − U,
dimana D adalah matriks diagonal, L adalah matriks strictly lower triangular dan
U adalah matriks strictly upper triangular.
Definisi 1 [1, h. 147] Metode Jacobi adalah metode iterasi yang didefinisikan
dengan mengambil matriks
M = D, N = D − A.
Matriks iterasi dari metode ini dinotasikan dengan HJ = I − D−1
A.
Definisi 2 [1, h. 148] Metode Gauss-Seidel adalah metode iterasi yang didefinisikan
dengan mengambil matriks
M = D − L, N = U.
Matriks iterasi dari metode ini dinotasikan dengan HGS = (D − L)−1
U.
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 409
Syarat metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel konvergen adalah matriks koe-
fisien A bersifat diagonally dominant.
Definisi 3 [2, h. 412] Matriks A adalah matriks diagonally dominant jika
|aii| ≥
n
X
j=1,j6=i
|aij| ,
untuk setiap i = 1, 2, · · · , n. Matriks A dikatakan strictly diagonally dominant jika
|aii| >
n
X
j=1,j6=i
|aij| ,
untuk setiap i = 1, 2, · · · , n.
Definisi 4 [6, h. 9] Misalkan matriks A = adalah matriks persegi berukuran n × n,
dengan nilai eigen λi, i = 1, 2, · · · , n maka
ρ(A) = max
1≤i≤n
|λi|,
adalah spektral radius matriks A.
Bilangan kondisi (condition number) digunakan untuk menentukan baik atau
buruknya kondisi dari suatu matriks.
Definisi 5 [1, h. 182] Bilangan kondisi dari matriks A non-singular relatif terhadap
norm k.k didefinisikan sebagai berikut
cond(A) = kAk


A−1


 .
Definisi 6 [5, h. 357] Suatu matriks A disebut berkondisi buruk (ill-conditioned)
jika perubahan yang relatif kecil dalam elemen-elemennya dapat menyebabkan pe-
rubahan yang relatif besar dalam solusi Ax = b. Matriks A berkondisi baik (well-
conditioned) jika perubahan relatif kecil dalam elemen-elemennya mengakibatkan
terjadi perubahan yang relatif kecil dalam solusi Ax = b.
Jika bilangan kondisi mendekati 1, matriks A berkondisi baik. Jika bilangan
kondisi lebih besar dari 1, matriks A berkondisi buruk. Untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear Ax = b dengan matriks A berkondisi buruk dapat menggunakan
metode prekondisi PAx = Pb, dengan P adalah matriks prekondisi.
Definisi 7 [6, h. 85] Misalkan matriks A non-singular yang berukuran n×n dengan
aij ≤ 0 untuk i 6= j dan aij > 0 untuk i = j, dan matriks A−1
≥ 0 (dengan semua
elemen dari matriks aij ≥ 0) maka matriks A disebut M -matriks.
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 410
3. METODE ITERASI JACOBI DAN GAUSS-SEIDEL PREKONDISI
UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR
DENGAN M -MATRIKS
Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear (1), dengan A adalah M -matriks yang
semua diagonal utamanya adalah 1, diperoleh A = I − L − U, dengan I adalah
matriks identitas, L adalah matriks strictly lower triangular, dan U adalah matriks
strictly upper triangular.
Misalkan matriks prekondisi [7] yang digunakan untuk menyelesaikan sistem per-
samaan linear (1) sebagai berikut
P(α) = I + S(α), (5)
dimana
I =





1 0 · · · 0
0 1 · · · 0
.
.
.
.
.
.
...
.
.
.
0 0 · · · 1





dan S(α) =





0 0 · · · 0
0 0 · · · 0
.
.
.
.
.
.
...
.
.
.
−αan1 0 · · · 0





.
Dengan mengalikan ke kedua ruas persamaan (1) dari kiri dengan P(α) pada (5),
diperoleh
P(α)Ax = P(α)b,
(I + S(α))Ax = (I + S(α))b,
e
A(α)x = e
b(α). (6)
Matriks koefisien pada persamaan (6), dapat dinyatakan dengan
e
A(α) = (I + S(α))A,
e
A(α) = (I + S(α))I − L − U,
e
A(α) = I − L − U + S(α) − S(α)L − S(α)U, (7)
dengan entri-entri e
aij(α) dari matriks e
A(α) yang dinyatakan sebagai berikut
e
aij(α) =





aij 1 ≤ i ≤ n − 1,
(1 − α)an1 i = n, j = 1,
anj − αan1a1j i = n, j 6= 1.
(8)
Dari persamaan (8) diperoleh e
an1(α) = (1 − α)an1 ≤ 0, dengan semua entri-entri
yang diluar diagonal adalah tak-positif, dan e
ann = 1 − αan1a1n > 0 adalah positif.
Selanjutnya, dari persamaan (7) dengan S(α)L = 0 dan
S(α)U =





0 0 0 0
0 0 0 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 αan1a12 · · · αan1a1n





,
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 411
dimana S(α)U = Dα + Lα + Uα dengan Dα adalah matriks diagonal dari S(α)U,
Lα adalah strictly lower triangular dari S(α)U, Uα adalah strictly upper triangular
dari S(α)U diperoleh
e
A(α) = I − L − U + S(α) − (Dα + Lα + Uα). (9)
Dengan menyamakan setiap bentuk matriksnya, pemisahan matriks e
A(α) diper-
samaan (9) menjadi
e
D(α) = I − Dα,
e
L(α) = L − S(α) + Lα,
e
U(α) = U + Uα,





(10)
dimana matriks diagonal dari e
D(α) adalah positif, ketika matriks e
L(α) adalah tak-
negatif dan matriks e
U(α) adalah tak-negatif.
Dengan menggunakan Definisi 1 pada persamaan (10) diperoleh matriks iterasi
Jacobi prekondisi
e
HJ(α) = e
D(α)−1
(e
L(α) + e
U(α)),
dan matriks iterasi Gauss-Seidel prekondisi dari Definisi 2, yaitu
e
HGS(α) = ( e
D(α) − e
L(α))−1 e
U(α).
4. ANALISA KEKONVERGENAN
Teorema 8 [4] Misalkan matriks A adalah M -matriks. Pemisahan matriks A =
M − N dan e
A(α) = f
M(α) − e
N(α) pada metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel
adalah konvergen, maka berlaku
ρ( e
H(α)) ≤ ρ(H) < 1. (11)
Bukti.
Dari asumsi Teorema [3] bahwa ρ(M−1
N) < 1. Karena e
A(α) juga M -matriks,
sehingga pemisahan matriks e
A(α) = f
M(α)−1 e
N(α) juga konvergen. Dengan mema-
sukkan A = e
P(α)−1
(f
M(α)− e
N(α)), diperoleh A = M −N = e
P(α)−1
(f
M(α)− e
N(α)),
dimana pemisahan A = M − N adalah konvergen, maka terdapat vektor x yang
menyatakan ρ(M−1
N) = M−1
Nx, sehingga
Ax = (M − N),
Ax = M(I − M−1
N)x,
Ax =
1 − ρ(M−1
N)
ρ(M−1N
Nx ≥ 0.
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 412
Karena f
M(α)−1
≥ 0 dan e
P(α) ≥ 0, maka di peroleh f
M(α)−1 e
P(α) ≥ f
M(α)−1
≥
M−1
, sehingga
(f
M(α)−1 e
P(α) − M−1
)Ax = f
M(α)−1 e
P(α)
n
e
P(α)−1
(f
M(α) − e
N(α)
o
x(I − M−1
N)x,
= (I − f
M(α)−1 e
N(α))x − (I − M−1
N)x,
= M−1
Nx − f
M(α)−1 e
N(α)x,
(f
M(α)−1 e
P(α) − M−1
)Ax = ρ(M−1
N)x − f
M(α)−1 e
N(α)x ≥ 0,
yang mengimplikasikan persamaan (11).
5. PERBANDINGAN NUMERIK
Contoh 1 Tentukan solusi numerik untuk masalah nilai batas persamaan poisson
∂2
u
∂x2
+
∂2
u
∂y2
= 4 0 < x < 1, 0 < y < 2; (12)
dengan syarat batas
u(x, 0) = x2
, u(x, 2) = (x − 2)2
, 0 ≤ x ≤ 1;
u(0, y) = y2
, u(1, y) = (y − 1)2
, 0 ≤ y ≤ 2.
Solusi. Solusi numerik dari persamaan poisson (12) dilakukan terlebih dahulu
dengan proses diskritisasi dengan menggunakan metode Beda Hingga (Finite Dif-
ference) [2, h. 717] maka
∂2
u
∂x2
≈
wi−1,j − 2wi,j + k2
wi+1,j
h2
, (13)
∂2
u
∂y2
≈
wi,j−1 − 2wi,j + wi,j+1
k2
, (14)
dimana wi,j = u(xi, yj). Selanjutnya, dengan mensubstitusikan persamaan (13) dan
persamaan (14) ke persamaan (12), maka diperoleh suatu kesamaan
−k2
wi−1,j + 2(k2
+ h2
)wi,j − k2
wi+1,j − h2
wi,j−1 − h2
wi,j+1 = −4h2
k2
, (15)
untuk i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3. Jika persamaan (15) digambarkan dalam bentuk
interor grid point, dengan h = 1
4
dan k = 1
2
, diperoleh persamaan pada titik Pi,
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 413
dalam bentuk matriks dapat ditulis














1 0 0 0 0 0 0 − 1
10
−2
5
0 1 0 0 0 0 − 1
10
0 −2
5
0 0 1 0 0 − 1
10
−2
5
−2
5
− 1
10
0 0 0 1 0 −2
5
0 − 1
10
0
0 0 0 0 1 −2
5
− 1
10
0 0
0 0 − 1
10
−2
5
−2
5
1 0 0 0
0 − 1
10
−2
5
0 − 1
10
0 1 0 0
− 1
10
0 −2
5
− 1
10
0 0 0 1 0
−2
5
−2
5
− 1
10
0 0 0 0 0 1




























w1
w2
w3
w4
w5
w6
w7
w8
w9














=














1
160
9
160
− 1
10
177
160
3
20
1
8
− 1
10
3
10
− 3
40














,
P1 P9 P2
P4 P6 P5
P8 P3 P7
Gambar 1: Ordering nodes
dengan urutan ordering titik (ordering nodes) seperti pada Gambar 1. Solusi per-
samaan (15) dapat diselesaikan dengan menggunakan metode iterasi Jacobi dan
metode iterasi Gauss-Seidel, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel
2. Untuk ukuran matriks 9 × 9, di Tabel 1 terlihat bahwa hasil spektral radius
Tabel 1: Perbandingan hasil komputasi spektral radius Contoh 1 dengan menggu-
nakan metode Jacobi (MJ), metode Jacobi prekondisi (MJP), metode Gauss-Seidel
(MGS), metode Gauss-Seidel (MGSP) .
No. Ukuran matriks ρ(MJ) ρ(MJP) ρ(MGS) ρ(MGSP)
1 9 × 9 0.7021 0.6988 0.5000 0.4888
2 49 × 49 0.9239 0.9238 0.8536 0.8533
3 255 × 255 0.9808 0.9808 0.9619 0.9619
4 961 × 961 0.9952 0.9952 0.9904 0.9904
dengan menggunakan MJ adalah 0.7021, sedangkan dengan menggunakan MJP
menghasilkan spektral radius = 0.6988, dimana MJP menggunakan matriks prekon-
disi pada persamaan (5) untuk α = 0.5. Dilihat dari hasil spektral radius yang
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 414
diperoleh dengan menggunakan MJ dan MJP, maka spektral radius MJP lebih ke-
cil daripada spektral radius MJ. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
metode prekondisi akan menghasilkan spektral radius yang kecil. Untuk matriks
9 × 9, di Tabel 1 juga menunjukkan bahwa hasil spektral radius dengan meng-
gunakan MGS adalah 0.5000, sedangkan dengan menggunakan MGSP memperoleh
spektral radius = 0.4888. Dilihat dari hasil spektral radius yang diperoleh dengan
menggunakan MGS dan MGSP, maka spektral radius MGSP lebih kecil daripada
spektral radius MGS. Maka, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
prekondisi akan menghasilkan spektral radius yang kecil. Selanjutnya, dari Tabel
1 menunjukkan bahwa MGS menghasilkan spektral radius yang kecil dibandingkan
dengan menggunakan MJ, baik menggunakan metode prekondisi maupun tidak
menggunakan metode prekondisi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kon-
vergensi MGS lebih cepat daripada MJ karena diperoleh spektral radius yang kecil,
dan dengan menggunakan metode prekondisi juga akan menghasilkan spektral ra-
dius yang kecil.
Selanjutnya, dilihat dari segi jumlah iterasi yang dihasilkan pada solusi per-
samaan (15) dengan menggunakan MJ, MJP, MGS, dan MGSP. Untuk ukuran
Tabel 2: Perbandingan hasil komputasi spektral radius Contoh 1 dengan menggu-
nakan metode Jacobi (MJ), metode Jacobi prekondisi (MJP), metode Gauss-Seidel
(MGS), metode Gauss-Seidel (MGSP).
No. Ukuran matriks MJ MJP MGS MGSP
1 9 × 9 35 33 18 17
2 49 × 49 117 117 63 62
3 255 × 255 330 330 183 183
4 961 × 961 760 760 449 449
matriks 9 × 9, dari Tabel 2 merupakan tabel perbandingan komputasi dari penggu-
naan MJ dan MJP dengan menggunakan tebakan awal x(0)
= 0 dan batas toleransi
= 10−6
diperoleh MJ dengan 35 iterasi sedangkan metode MJP memperoleh 33 it-
erasi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan prekondisi didalam MJ mempunyai
laju konvergensi yang lebih cepat dari metode iterasi biasa. Untuk ukuran matriks
9×9, dari Tabel 2 merupakan tabel perbandingan komputasi dari penggunaan MGS
dan MGSP dengan menggunakan tebakan awal x(0)
= 0 dan batas toleransi = 10−6
diperoleh MGS dengan 18 iterasi sedangkan metode MGSP memperoleh 17 iterasi.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan prekondisi didalam MGS mempunyai laju
konvergensi yang lebih cepat dari metode iterasi biasa. Selain itu, iterasi MGS lebih
cepat dibandingkan dengan MJ dengan atau tanpa menggunakan prekondisi untuk
menyelesaikan persamaan (15).
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 415
DAFTAR PUSTAKA
[1] Allaire, G. & Kaber, S. M. 2008. Numerical Linear Algebra. Springer, New
York.
[2] Burden, R. L. & Faires, J. D. 2010. Numerical Analysis, Ninth Edition.
Brooks/Cole, Boston.
[3] Golub, G. H. & Charles, F. V. L. 1996. Matrix Computation, Third Edition.
The John Hopkins University Press, Baltimore.
[4] Kohno, T & Niki, H. 2009. A Note On The Preconditioner Pm = (I + Sm).
Journal of Computational and Applied Mathematics, 225: 316−319.
[5] Leon, S. J. 2001. Aljabar Linear dan Aplikasinya Edisi Kelima. Terjemahan
dari Linear Algebra with Applications, Fifth Edition, oleh Bondan, A. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
[6] Varga, R. S. 1962. Matrix Iterative Analysis. Prentice Hall. Englewood Cliffs,
New Jersey.
[7] Wang, Z. & Huang, T. 2006. The Upper Jacobi and Upper Gauss-Seidel Type
Iterative Methods for Preconditioned Linear Systems. Applied Mathematics
Letters, 19: 1029−1036.
JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 416

More Related Content

What's hot

Pert 2 matriks & vektor
Pert 2 matriks & vektorPert 2 matriks & vektor
Pert 2 matriks & vektorIrene Novita
 
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI endahnurfebriyanti
 
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)FarHan102
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedwahyuddin S.T
 
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
Mrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidisMrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidis
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidisNunink Apriani
 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)Catur Prasetyo
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
 
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabar
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabarVektor pada bidang pendekatan secara aljabar
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabarMaria Alfiana Sea Sagho
 
Integral Substitusi
Integral SubstitusiIntegral Substitusi
Integral SubstitusiToro Jr.
 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)Catur Prasetyo
 

What's hot (20)

Pert 2 matriks & vektor
Pert 2 matriks & vektorPert 2 matriks & vektor
Pert 2 matriks & vektor
 
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
 
Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1Calculus 2 pertemuan 1
Calculus 2 pertemuan 1
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
 
2.pencerminan
2.pencerminan2.pencerminan
2.pencerminan
 
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updatedBab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
Bab 8-solusi-pdp-dengan-mbh-updated
 
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
Mrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidisMrv 4.1   fitriana &amp; fatmala yunita  ruang n- euclidis
Mrv 4.1 fitriana &amp; fatmala yunita ruang n- euclidis
 
Jawaban Soal Latihan
Jawaban Soal LatihanJawaban Soal Latihan
Jawaban Soal Latihan
 
Vektor di Rn
Vektor di RnVektor di Rn
Vektor di Rn
 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.15 fungsi eksponen atau logaritma)
 
Contoh ruang metrik
Contoh ruang metrikContoh ruang metrik
Contoh ruang metrik
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
 
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabar
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabarVektor pada bidang pendekatan secara aljabar
Vektor pada bidang pendekatan secara aljabar
 
Spldv
SpldvSpldv
Spldv
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
Integral Substitusi
Integral SubstitusiIntegral Substitusi
Integral Substitusi
 
Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.13 transformasi geometri)
 

Similar to 3808-7453-1-SM.pdf

Similar to 3808-7453-1-SM.pdf (20)

Matematika matriks
Matematika matriksMatematika matriks
Matematika matriks
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
 
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxBAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
 
Pertemuan5&6
Pertemuan5&6Pertemuan5&6
Pertemuan5&6
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
 
Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
 
ppt kel1AljabarMatriks.pptx
ppt kel1AljabarMatriks.pptxppt kel1AljabarMatriks.pptx
ppt kel1AljabarMatriks.pptx
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
10 matrik & determinan 3
10  matrik & determinan 310  matrik & determinan 3
10 matrik & determinan 3
 
Persamaan pencerminan pada gari1
Persamaan pencerminan pada gari1Persamaan pencerminan pada gari1
Persamaan pencerminan pada gari1
 
Persamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriksPersamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriks
 
Matematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - DiferensialMatematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - Diferensial
 
Persamaan pencerminan
Persamaan pencerminan Persamaan pencerminan
Persamaan pencerminan
 
Matematika refleksi
Matematika refleksi Matematika refleksi
Matematika refleksi
 
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
 
Matriks Kelas X
Matriks Kelas XMatriks Kelas X
Matriks Kelas X
 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
 
Ppt konsep dasar mtk kel.10
Ppt konsep dasar mtk kel.10Ppt konsep dasar mtk kel.10
Ppt konsep dasar mtk kel.10
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

3808-7453-1-SM.pdf

  • 1. METODE ITERASI JACOBI DAN GAUSS-SEIDEL PREKONDISI UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAN LINEAR DENGAN M -MATRIKS Efriani Widya1∗ , Syamsudhuha2 , Bustami2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia ∗efrianiwidya@yahoo.co.id ABSTRACT This article discusses the preconditioner for solving the linear system Ax = b, where A is of the form M-matrix, which is a review of the Zhuan-De Wang and Ting-Zhu Huang paper [Applied Mathematics Letters, 19 : 1029 − 1036 (2006)]. Numerical experiments using some sizes of A show that the convergence rate of Jacobi and Gauss Seidel type methods can be increased using the preconditioner. Keywords: preconditioned method, Jacobi method, Gauss-Seidel method, spectral radius, M-matrix. ABSTRAK Artikel ini membahas prekondisi untuk menyelesaikan sistem persamaan linear Ax = b, dengan A berbentuk M -matriks, yang merupakan review dari artikel Zhuan-De Wang and Ting-Zhu Huang [Applied Mathematics Letters, 19 : 1029 − 1036 (2006)]. Dari contoh komputasi dengan ukuran matriks A bervariasi terlihat bahwa kecepatan konvergensi metode iterasi Jacobi dan Gauss Seidel meningkat dengan menggunakan prekondisi dibanding tanpa menggunakan prekondisi. Kata kunci: metode prekondisi, metode Jacobi, metode Gauss-Seidel, spektral radius, M-matriks. 1. PENDAHULUAN Sistem persamaan linear dalam bentuk perkalian matriks dapat ditulis menjadi Ax = b, (1) dimana A ∈ Rn×n dan x, b ∈ Rn . Matriks A di persamaan (1) diasumsikan meru- pakan M -matriks yang diagonal utamanya adalah 1, sehingga A = I − L − U, dengan I adalah matriks identitas, L adalah matriks strictly lower triangular, dan JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 408
  • 2. U adalah matriks strictly upper triangular. Jika matriks koefisien A bersifat sparse, yaitu sebagian besar elemennya adalah nol dan berukuran besar, untuk mencari solusi sistem persamaan linear (1) dapat menggunakan metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel. Tetapi, kelemahan dari metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel adalah konvergensinya yang lambat [3, h. 508]. Pada artikel ini didiskusikan prekondisi untuk mempercepat kekonvergenan metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel untuk kasus sistem dengan matriks koefisien berben- tuk M-matriks. 2. METODE PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR Dengan mengasumsikan bahwa matriks koefisien A di persamaan (1) adalah non- singular, dan semua elemen diagonalnya tidak ada nol, matriks A dapat dipisahkan (splitting) menjadi A = M − N dimana M adalah non-singular maka diperoleh x = M−1 Nx + M−1 b. (2) Persamaan (2) dapat ditulis menjadi x = Hx + c, (3) dimana H = M−1 N disebut matriks iterasi dan c = M−1 b. Kemudian diberikan tebakan awal x(0) ≈ x sehingga bentuk dari persamaan (3) dapat dibentuk menjadi x(k) = Hx(k−1) + c, k = 1, 2, · · · . (4) Jika x(k) → x ketika k → ∞ maka iterasi persamaan (4) konvergen ke persamaan (3). Untuk memilih matriks H seperti pada persamaan (4), pisahkan matriks A, menjadi A = D − L − U, dimana D adalah matriks diagonal, L adalah matriks strictly lower triangular dan U adalah matriks strictly upper triangular. Definisi 1 [1, h. 147] Metode Jacobi adalah metode iterasi yang didefinisikan dengan mengambil matriks M = D, N = D − A. Matriks iterasi dari metode ini dinotasikan dengan HJ = I − D−1 A. Definisi 2 [1, h. 148] Metode Gauss-Seidel adalah metode iterasi yang didefinisikan dengan mengambil matriks M = D − L, N = U. Matriks iterasi dari metode ini dinotasikan dengan HGS = (D − L)−1 U. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 409
  • 3. Syarat metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel konvergen adalah matriks koe- fisien A bersifat diagonally dominant. Definisi 3 [2, h. 412] Matriks A adalah matriks diagonally dominant jika |aii| ≥ n X j=1,j6=i |aij| , untuk setiap i = 1, 2, · · · , n. Matriks A dikatakan strictly diagonally dominant jika |aii| > n X j=1,j6=i |aij| , untuk setiap i = 1, 2, · · · , n. Definisi 4 [6, h. 9] Misalkan matriks A = adalah matriks persegi berukuran n × n, dengan nilai eigen λi, i = 1, 2, · · · , n maka ρ(A) = max 1≤i≤n |λi|, adalah spektral radius matriks A. Bilangan kondisi (condition number) digunakan untuk menentukan baik atau buruknya kondisi dari suatu matriks. Definisi 5 [1, h. 182] Bilangan kondisi dari matriks A non-singular relatif terhadap norm k.k didefinisikan sebagai berikut cond(A) = kAk A−1 . Definisi 6 [5, h. 357] Suatu matriks A disebut berkondisi buruk (ill-conditioned) jika perubahan yang relatif kecil dalam elemen-elemennya dapat menyebabkan pe- rubahan yang relatif besar dalam solusi Ax = b. Matriks A berkondisi baik (well- conditioned) jika perubahan relatif kecil dalam elemen-elemennya mengakibatkan terjadi perubahan yang relatif kecil dalam solusi Ax = b. Jika bilangan kondisi mendekati 1, matriks A berkondisi baik. Jika bilangan kondisi lebih besar dari 1, matriks A berkondisi buruk. Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear Ax = b dengan matriks A berkondisi buruk dapat menggunakan metode prekondisi PAx = Pb, dengan P adalah matriks prekondisi. Definisi 7 [6, h. 85] Misalkan matriks A non-singular yang berukuran n×n dengan aij ≤ 0 untuk i 6= j dan aij > 0 untuk i = j, dan matriks A−1 ≥ 0 (dengan semua elemen dari matriks aij ≥ 0) maka matriks A disebut M -matriks. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 410
  • 4. 3. METODE ITERASI JACOBI DAN GAUSS-SEIDEL PREKONDISI UNTUK MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DENGAN M -MATRIKS Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear (1), dengan A adalah M -matriks yang semua diagonal utamanya adalah 1, diperoleh A = I − L − U, dengan I adalah matriks identitas, L adalah matriks strictly lower triangular, dan U adalah matriks strictly upper triangular. Misalkan matriks prekondisi [7] yang digunakan untuk menyelesaikan sistem per- samaan linear (1) sebagai berikut P(α) = I + S(α), (5) dimana I =      1 0 · · · 0 0 1 · · · 0 . . . . . . ... . . . 0 0 · · · 1      dan S(α) =      0 0 · · · 0 0 0 · · · 0 . . . . . . ... . . . −αan1 0 · · · 0      . Dengan mengalikan ke kedua ruas persamaan (1) dari kiri dengan P(α) pada (5), diperoleh P(α)Ax = P(α)b, (I + S(α))Ax = (I + S(α))b, e A(α)x = e b(α). (6) Matriks koefisien pada persamaan (6), dapat dinyatakan dengan e A(α) = (I + S(α))A, e A(α) = (I + S(α))I − L − U, e A(α) = I − L − U + S(α) − S(α)L − S(α)U, (7) dengan entri-entri e aij(α) dari matriks e A(α) yang dinyatakan sebagai berikut e aij(α) =      aij 1 ≤ i ≤ n − 1, (1 − α)an1 i = n, j = 1, anj − αan1a1j i = n, j 6= 1. (8) Dari persamaan (8) diperoleh e an1(α) = (1 − α)an1 ≤ 0, dengan semua entri-entri yang diluar diagonal adalah tak-positif, dan e ann = 1 − αan1a1n > 0 adalah positif. Selanjutnya, dari persamaan (7) dengan S(α)L = 0 dan S(α)U =      0 0 0 0 0 0 0 0 . . . . . . . . . . . . 0 αan1a12 · · · αan1a1n      , JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 411
  • 5. dimana S(α)U = Dα + Lα + Uα dengan Dα adalah matriks diagonal dari S(α)U, Lα adalah strictly lower triangular dari S(α)U, Uα adalah strictly upper triangular dari S(α)U diperoleh e A(α) = I − L − U + S(α) − (Dα + Lα + Uα). (9) Dengan menyamakan setiap bentuk matriksnya, pemisahan matriks e A(α) diper- samaan (9) menjadi e D(α) = I − Dα, e L(α) = L − S(α) + Lα, e U(α) = U + Uα,      (10) dimana matriks diagonal dari e D(α) adalah positif, ketika matriks e L(α) adalah tak- negatif dan matriks e U(α) adalah tak-negatif. Dengan menggunakan Definisi 1 pada persamaan (10) diperoleh matriks iterasi Jacobi prekondisi e HJ(α) = e D(α)−1 (e L(α) + e U(α)), dan matriks iterasi Gauss-Seidel prekondisi dari Definisi 2, yaitu e HGS(α) = ( e D(α) − e L(α))−1 e U(α). 4. ANALISA KEKONVERGENAN Teorema 8 [4] Misalkan matriks A adalah M -matriks. Pemisahan matriks A = M − N dan e A(α) = f M(α) − e N(α) pada metode iterasi Jacobi dan Gauss-Seidel adalah konvergen, maka berlaku ρ( e H(α)) ≤ ρ(H) < 1. (11) Bukti. Dari asumsi Teorema [3] bahwa ρ(M−1 N) < 1. Karena e A(α) juga M -matriks, sehingga pemisahan matriks e A(α) = f M(α)−1 e N(α) juga konvergen. Dengan mema- sukkan A = e P(α)−1 (f M(α)− e N(α)), diperoleh A = M −N = e P(α)−1 (f M(α)− e N(α)), dimana pemisahan A = M − N adalah konvergen, maka terdapat vektor x yang menyatakan ρ(M−1 N) = M−1 Nx, sehingga Ax = (M − N), Ax = M(I − M−1 N)x, Ax = 1 − ρ(M−1 N) ρ(M−1N Nx ≥ 0. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 412
  • 6. Karena f M(α)−1 ≥ 0 dan e P(α) ≥ 0, maka di peroleh f M(α)−1 e P(α) ≥ f M(α)−1 ≥ M−1 , sehingga (f M(α)−1 e P(α) − M−1 )Ax = f M(α)−1 e P(α) n e P(α)−1 (f M(α) − e N(α) o x(I − M−1 N)x, = (I − f M(α)−1 e N(α))x − (I − M−1 N)x, = M−1 Nx − f M(α)−1 e N(α)x, (f M(α)−1 e P(α) − M−1 )Ax = ρ(M−1 N)x − f M(α)−1 e N(α)x ≥ 0, yang mengimplikasikan persamaan (11). 5. PERBANDINGAN NUMERIK Contoh 1 Tentukan solusi numerik untuk masalah nilai batas persamaan poisson ∂2 u ∂x2 + ∂2 u ∂y2 = 4 0 < x < 1, 0 < y < 2; (12) dengan syarat batas u(x, 0) = x2 , u(x, 2) = (x − 2)2 , 0 ≤ x ≤ 1; u(0, y) = y2 , u(1, y) = (y − 1)2 , 0 ≤ y ≤ 2. Solusi. Solusi numerik dari persamaan poisson (12) dilakukan terlebih dahulu dengan proses diskritisasi dengan menggunakan metode Beda Hingga (Finite Dif- ference) [2, h. 717] maka ∂2 u ∂x2 ≈ wi−1,j − 2wi,j + k2 wi+1,j h2 , (13) ∂2 u ∂y2 ≈ wi,j−1 − 2wi,j + wi,j+1 k2 , (14) dimana wi,j = u(xi, yj). Selanjutnya, dengan mensubstitusikan persamaan (13) dan persamaan (14) ke persamaan (12), maka diperoleh suatu kesamaan −k2 wi−1,j + 2(k2 + h2 )wi,j − k2 wi+1,j − h2 wi,j−1 − h2 wi,j+1 = −4h2 k2 , (15) untuk i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3. Jika persamaan (15) digambarkan dalam bentuk interor grid point, dengan h = 1 4 dan k = 1 2 , diperoleh persamaan pada titik Pi, JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 413
  • 7. dalam bentuk matriks dapat ditulis               1 0 0 0 0 0 0 − 1 10 −2 5 0 1 0 0 0 0 − 1 10 0 −2 5 0 0 1 0 0 − 1 10 −2 5 −2 5 − 1 10 0 0 0 1 0 −2 5 0 − 1 10 0 0 0 0 0 1 −2 5 − 1 10 0 0 0 0 − 1 10 −2 5 −2 5 1 0 0 0 0 − 1 10 −2 5 0 − 1 10 0 1 0 0 − 1 10 0 −2 5 − 1 10 0 0 0 1 0 −2 5 −2 5 − 1 10 0 0 0 0 0 1                             w1 w2 w3 w4 w5 w6 w7 w8 w9               =               1 160 9 160 − 1 10 177 160 3 20 1 8 − 1 10 3 10 − 3 40               , P1 P9 P2 P4 P6 P5 P8 P3 P7 Gambar 1: Ordering nodes dengan urutan ordering titik (ordering nodes) seperti pada Gambar 1. Solusi per- samaan (15) dapat diselesaikan dengan menggunakan metode iterasi Jacobi dan metode iterasi Gauss-Seidel, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Untuk ukuran matriks 9 × 9, di Tabel 1 terlihat bahwa hasil spektral radius Tabel 1: Perbandingan hasil komputasi spektral radius Contoh 1 dengan menggu- nakan metode Jacobi (MJ), metode Jacobi prekondisi (MJP), metode Gauss-Seidel (MGS), metode Gauss-Seidel (MGSP) . No. Ukuran matriks ρ(MJ) ρ(MJP) ρ(MGS) ρ(MGSP) 1 9 × 9 0.7021 0.6988 0.5000 0.4888 2 49 × 49 0.9239 0.9238 0.8536 0.8533 3 255 × 255 0.9808 0.9808 0.9619 0.9619 4 961 × 961 0.9952 0.9952 0.9904 0.9904 dengan menggunakan MJ adalah 0.7021, sedangkan dengan menggunakan MJP menghasilkan spektral radius = 0.6988, dimana MJP menggunakan matriks prekon- disi pada persamaan (5) untuk α = 0.5. Dilihat dari hasil spektral radius yang JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 414
  • 8. diperoleh dengan menggunakan MJ dan MJP, maka spektral radius MJP lebih ke- cil daripada spektral radius MJ. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode prekondisi akan menghasilkan spektral radius yang kecil. Untuk matriks 9 × 9, di Tabel 1 juga menunjukkan bahwa hasil spektral radius dengan meng- gunakan MGS adalah 0.5000, sedangkan dengan menggunakan MGSP memperoleh spektral radius = 0.4888. Dilihat dari hasil spektral radius yang diperoleh dengan menggunakan MGS dan MGSP, maka spektral radius MGSP lebih kecil daripada spektral radius MGS. Maka, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode prekondisi akan menghasilkan spektral radius yang kecil. Selanjutnya, dari Tabel 1 menunjukkan bahwa MGS menghasilkan spektral radius yang kecil dibandingkan dengan menggunakan MJ, baik menggunakan metode prekondisi maupun tidak menggunakan metode prekondisi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kon- vergensi MGS lebih cepat daripada MJ karena diperoleh spektral radius yang kecil, dan dengan menggunakan metode prekondisi juga akan menghasilkan spektral ra- dius yang kecil. Selanjutnya, dilihat dari segi jumlah iterasi yang dihasilkan pada solusi per- samaan (15) dengan menggunakan MJ, MJP, MGS, dan MGSP. Untuk ukuran Tabel 2: Perbandingan hasil komputasi spektral radius Contoh 1 dengan menggu- nakan metode Jacobi (MJ), metode Jacobi prekondisi (MJP), metode Gauss-Seidel (MGS), metode Gauss-Seidel (MGSP). No. Ukuran matriks MJ MJP MGS MGSP 1 9 × 9 35 33 18 17 2 49 × 49 117 117 63 62 3 255 × 255 330 330 183 183 4 961 × 961 760 760 449 449 matriks 9 × 9, dari Tabel 2 merupakan tabel perbandingan komputasi dari penggu- naan MJ dan MJP dengan menggunakan tebakan awal x(0) = 0 dan batas toleransi = 10−6 diperoleh MJ dengan 35 iterasi sedangkan metode MJP memperoleh 33 it- erasi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan prekondisi didalam MJ mempunyai laju konvergensi yang lebih cepat dari metode iterasi biasa. Untuk ukuran matriks 9×9, dari Tabel 2 merupakan tabel perbandingan komputasi dari penggunaan MGS dan MGSP dengan menggunakan tebakan awal x(0) = 0 dan batas toleransi = 10−6 diperoleh MGS dengan 18 iterasi sedangkan metode MGSP memperoleh 17 iterasi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan prekondisi didalam MGS mempunyai laju konvergensi yang lebih cepat dari metode iterasi biasa. Selain itu, iterasi MGS lebih cepat dibandingkan dengan MJ dengan atau tanpa menggunakan prekondisi untuk menyelesaikan persamaan (15). JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 415
  • 9. DAFTAR PUSTAKA [1] Allaire, G. & Kaber, S. M. 2008. Numerical Linear Algebra. Springer, New York. [2] Burden, R. L. & Faires, J. D. 2010. Numerical Analysis, Ninth Edition. Brooks/Cole, Boston. [3] Golub, G. H. & Charles, F. V. L. 1996. Matrix Computation, Third Edition. The John Hopkins University Press, Baltimore. [4] Kohno, T & Niki, H. 2009. A Note On The Preconditioner Pm = (I + Sm). Journal of Computational and Applied Mathematics, 225: 316−319. [5] Leon, S. J. 2001. Aljabar Linear dan Aplikasinya Edisi Kelima. Terjemahan dari Linear Algebra with Applications, Fifth Edition, oleh Bondan, A. Penerbit Erlangga. Jakarta. [6] Varga, R. S. 1962. Matrix Iterative Analysis. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. [7] Wang, Z. & Huang, T. 2006. The Upper Jacobi and Upper Gauss-Seidel Type Iterative Methods for Preconditioned Linear Systems. Applied Mathematics Letters, 19: 1029−1036. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 416