SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
B. Sistem Perkongruenan Linear
Kita akan mempelajari system perkongruenan linear dari beberapa
perkongruenan linear yang melibatkan variable yang sama dan yang
mempunyai bilangan modulo sama. Misalnya kita ingin menentukan
pasangan bilangan – bilangan bulat x dan y yang memenuhi dua
perkongruenan ini
3x + 4y ≡ 5(mod 13 )
2x + 5y ≡ 7(mod 13 )
Untuk menyelesaiakan system perkongruenan linear ini kita dapat
melakukan dengan eliminasi salah satu variable x atau y lebih dahulu.
Kita mengalikan perkongruenan pertama dengan 5 dan perkongruenan
ke 2 dengan 4, sehingga diperoleh
15x + 20y ≡ 25(mod 13 )
8x + 20y ≡ 28(mod 13 )
Jika perkongruenan pertama dikurangi dengan perkongruenan kedua,
maka diperoleh
7x ≡ -3(mod 13 )
Karena invers 7 ( mod 13 ) adalah 2, maka mengalika kedua ruas dari
perkongruenan terakhir ini dengan 2, sehingga diperoleh
2.7x ≡ 2(-3)( mod 13 )
X ≡ 7 (mod 13 )
Untuk menentukan nilai y kita mengeliminasi variable x, perkongruenan
pertama dikali 2 dan perkongruenan kedua dikali 3, sehingga diperoleh
6x + 8y ≡ 10(mod 13 )
6x + 15y ≡ 21(mod 13 )
Jika perkongruenan pertama dikurangi dengan perkongruenan kedua,
maka diperoleh
-7y ≡ -11(mod 13 )
7x ≡ 11(mod 13 )
2.7y ≡ 2.11(mod 13 )
y ≡ 9 (mod 13 )
Apakah penyelesaian system perkongruenan adalah pasangan (x,y)
dengan
X ≡ 7 (mod 13 ), y ≡ 9 (mod 13 )
Apabila nilai-nilai x dan y yang kita peroleh ini disubstitusikan pada
system perkongruenan semula maka didapatkan
3x + 4y ≡ 3.7 + 4.9 = 57 ≡ 5 ( mod 13)
2x + 5y ≡ 2.7 + 5.9 = 59 ≡ 7 ( mod 13)
Jadi penyelesaian system perkongruenan adalah semua pasangan (x,y)
dengan
X ≡ 7 (mod 13 ), y ≡ 9 (mod 13 )
Contoh ini merupakan ilustrasi dari pembuktian teorema berikut ini :
Teorema 5.15 :
Misalkan m suatu bialngan asli dan ( ∆,m ) = 1 dengan ∆ = ad – bc,
maka system perkongruenan linear
ax + by ≡ e (mod m )
cx + dy ≡ f (mod m )
Mempunyai penyelesaian ( x,y ) dengan
x ≡ ∆ -1
( de – df ) ( mod m )
y ≡ ∆ -1
( af – ce ) ( mod m )
Dengan ∆ -1
adalah invers dari ∆ modulo m
Bukti :
Kita mengalikan perkongruenan pertama dengan d dan perkongruenan
kedua dengan b, sehingga diperoleh
adx + bdy ≡ de(mod m )
bcx + bdy ≡ bf(mod m )
Hasil pengurangan dari perkongruenan pertama dan kedua adalah (ad –
bc ) x ≡ de – bf (mod m ).
Dan karena ∆ = ad – bc , maka ∆x ≡ de – bf (mod m )
Selanjutnya karena ( ∆,m) = 1, maka ∆ mempunyai invers modulo, yaitu
∆ -1
.
Jika kedua ruas perkongruenan terakhir dikalikan dengan ∆ -1
, maka
diperoleh x≡∆ -1
(de – bf)(mod m)
Dengan cara seperti tersebut pada system perkongruenan semula dengan
a diperoleh
acx + bcy ≡ ce(mod m )
acx + ady ≡ af(mod m )
Jika perkongruenan kedua dikurangi dengan perkongruenan pertama
maka diperoleh
(ad – bc )y ≡ af – cy (mod m ) atau
∆y ≡ af – ce ( mod m )
Selanjutnya karena ( ∆,m) = 1, maka ∆ mempunyai invers modulo m,
yaitu ∆ -1
.
Jika kedua ruas perkongruenan terakhir dikalikan dengan ∆ -1
maka
diperoleh
y ≡ ∆ -1
(af – ce )( mod m ). Sampai disini kita telah menunjukkan bahwa
jika ( x,y ) adalah penyelesainan dari system perkongruenan maka x ≡ ∆
-1
(de- bf )(mod m ), y ≡ ∆ -1
(af – ce )( mod m )
Definisi 5.4:
Misalkan A = ( aij ) dan B = ( bij ) masing masing matriks berukuran nxk
yang elemen – elemennya bilangan bulat. Matriks A kongruen dengan
Matriks B modulo m, dinotasikan
A ≡ B ( mod m ) untuk setiap pasangan ( I,j )dengan 1 ≤ i ≤ n dan 1 ≤ j
≤ k.
Contoh :






−
≡





13
34
128
315
(mod 11 ), sebAb 15 ≡ 4 ( mod 11 )
8 ≡ -3 ( mod 11 ) ; 12 ≡ 1 (mod 11 )
Teorema 5 .16 :
Jika A = ( aij ) dan B = ( bij )adalah matriks – matriks berukuran n x k
dengan A ≡ B ( mod m ), C = (cij ) ialah matriks berukuran k xp dan D =
( dij ) ialah matriks berukuran t x n maka AC ≡ BC ( mod m ) dan DA ≡
DB ( mod m ).
Bukti :
Misalkan AC = E = (eij) ialah matriks berukuran n x p dengan e ij =
∑=
k
r
rjir ca
1
dan BC = G =(gij)adalah matriks berukuran n x p dengan gij =
∑=
k
r
rjir cb
1
Karena A ≡ B (mod m ), maka aij ≡ bij ( mod m ) untuk setiap I dan j
sehingga air crj ≡ bir crj (mod m ) untuk setiap 1≤ r ≤ k .
Akibatnya ∑=
k
r
rjir ca
1
≡ ∑=
k
r
rjir cb
1
( mod m ), yaitu eij ≡ gij (mod m )
Hal ini berarti AC ≡ BC (mod m ).
Bukti untuk DA ≡ DB (mod m ) mirip dengan bukti tersebut.
Perhatikan system n perkongruenan linear dengan n variable berikut ini
A11x1 + a12x2 + … + a1nxn ≡ b1(mod m )
A21x1 + a22x2 + … + a2nxn ≡b2 (mod m )
. . .
. . .
. . .
An1x1 + an2x2 + … + annxn ≡ bn (mod m )
Dengan menggunakan notasi matriks system perkongruenan linear ini
dapat dinyatakan sebagai perkongruenan matriks AX ≡ B (mod m )
dengan :














=














=














=
nnnmnn
n
n
b
b
b
danB
x
x
x
X
aaa
aaa
aaa
A
......
,
...
............
...
...
2
1
2
1
21
22221
11211
Contoh :
Sistem perkongruenan linera berikut ini
3x + 4y ≡ 5 (mod 13 )
2x + 5y ≡ 7 (mod 13 )
Dapat ditulis sebagai )13(mod
7
5
52
43






=











y
x
Selanjutnya kita akan mengembangkan metode penyelesain
perkongruenan dalam bentuk matriks AX≡B(mod m ).
Metode ini menggunakan matriks A -1
, ayaitu invers matriks A terhadap
perkalian, sedemikian hingga
A -1
.A≡ I (mod m ), dengan I ialah matriks identitas terhadap perkalian.
Definisi 5.5 :
Jika A dan A -1
adalah matriks – mastriks berukuran n x n yang elemen –
elemen nya bilangan bulat sedemikian hingga A.A -1
≡ A -1
A ≡ I ( mod
m ), dengan I ialah matriks identitas berukuran n, maka A -1
disebut
invers dari A modulo m.
Jika A -1 adalah invers dari A dan B ≡ A -1
(mod m ), maka B juga
invers dari A. Hal ini mengikuti teorema 5.16, karena BA ≡ A -1
.A ≡ I
(mod m ). Sebaliknya jika B1 dan B2 masing – masing invers dari A,
maka B1 ≡ B2 (mod m ). Untuk menunjukkan hal ini, kita gunakan
teorema 5.16, dari kekongruenan B1A ≡ B2A ≡ I (mod m ), kita
mempunyai B1AB1 ≡ B2AB1 ( mod m ). Karena AB1 ≡ I(mod m ), kita
dapat menyimpulkan B1≡B2 (mod m ).
Contoh :






=











1610
106
21
43
42
31
≡ 





10
01
(mod 5 ) dan






=











115
2511
42
31
21
43
≡ 





10
01
(mod 5 )
Tampak disini bahwa matriks 





21
43
adalah invers dari 





42
31
(mod 5 )
Teorema 5.17:
Misalkan A = 





dc
ba
adalah matriks yang elemennya bilangan – bilangan
bulat, sedemikian hingga det.A = ∆ = ad – bc prima relative terhadap
bilangan bulat positif. Maka A -1 =∆ -1






−
−
ac
bd
Adalah invers dari A modulo m .
Untuk membuktikan teorema ini kita cukup memeriksa kebenaran dari
A.A -1
≡ A -1
.A ≡ I (mod m )
Contoh :
Diketahui A = ,
52
43






maka det A = 3.5 – 4.2 =7.
Invers dari 7 ( mod 13 ) adalah 2, sehingga A -1
≡ 2 





−
−
32
45
≡ 





−
−
64
810
≡






69
510
(mod 13 )
Untuk mencari rumus invers dari matriks persegi berukuran lebih dari
dua, kita memerlukan beberpa konsep dalam aljabar linerar, khususnya
pengertian adjoint suatu matriks yang didefinisikan sebagai berikut.
Definisi 5.6 :
Misalkan A suatu matriks persegi berukuran n. adjoint dari A diberi
symbol Adj.(A) adalah suatu matriks persegi berukuran n yang elemen
pada baris ke I kolom ke j ialah d ij, dengan d ij = (-1) i+j
dan determinan
matriks yang diperoleh dari A dengan menghapus semua elemen pada
baris ke i kolom ke j.
Teorema 5.18:
Jika A suatu matriks persegi dengan ∆ = det.A ≠ 0, maka A adj.(A) =
(det A ) I .
Denngan menggunakan teorema ini kita segera akan mendapatkan
rumus invers suatu matriks persegi, seperti yang dinyatakan dalam
teorema ini.
Teorema 5 . 19:
Jika A suatu matriks persegi yang elemen – elemennya bilangan bulat
dan n suatu bilangan positif sedemikian hingga ( ∆,m ) = 1, maka invers
dari A modulo m adalah A -1
= ∆ -1
Adj.(A).
Bukti :
Karena( ∆,m ) = 1, maka ∆ -1
ada. Dan karena ∆ ≠ 0 maka A.Adj.(A) =
∆.I sehingga
A ∆ -1
.Adj.(A) ≡ ∆.∆ -1
.I ≡ I(mod m )
∆ -1
.Adj.(A).A≡ ∆.∆ -1
.I ≡ I(mod m )
Ini menunjukkan bahwa A -1 = ∆ -1.Adj.(A) adalah invers dari A
modulo m
Contoh :
Carilah invers dari A =










321
102
652
(mod 7 )
Jawab :
Det.A = ∆ = -5 ≡ 2 (mod 7 ), maka ∆ -1
= 4. Sehingga A -1
= ∆ -1
.Adj.(A)
= 4










−
−
−−
1014
1005
532
=










−
−
−−
40416
40020
20128
≡










242
501
626
(mod 7 )
Selanjutnya kita dapat menggunakan invers dari A modulo m untuk
menyelesaikan perkongruenan
AX ≡ B (mod m ), dengan syarat ( Det.A,m )= 1, yaitu mengalikan
kedua ruas dari pengkongruenan tersebut dengan A -1
, sehingga
diperoleh X ≡ A -1
B ( mod m ). Cara ini memberikan cara lain untuk
menyelesaikan system dua pengkongruenan linear dengan dua variable
yang dinyatakan dalam teorema 5 .15.
Contoh :
Carilah penyelesaian dari system perkongruenan berikut ini:
2x + 5y + 6z ≡ 3 (mod 7 )
2x + z ≡ 4 (mod 7 )
X + 2y + 3z ≡ 1 (mod 7)
Jawab :
System perkongruenan ini dapat dinyatakan dalam bentuk
perkongruenan matriks










≡




















1
4
3
321
102
652
z
y
x
(mod 7 )
Pada contoh di atas invers dari










321
102
652
(mod 7 ) adalah










242
501
626
,
sehingga diperoleh










≡










=




















=










3
1
4
24
8
32
1
4
3
.
242
501
626
z
y
x
(mod 7 )
Sistem Perkongruenan Linear
Sistem Perkongruenan Linear

More Related Content

What's hot

ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERMella Imelda
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03KuliahKita
 
Kongruensi kuadratis
Kongruensi kuadratisKongruensi kuadratis
Kongruensi kuadratisFara Silfia
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitikputriyani13
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)Risna Riany
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grupwahyuhenky
 
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalAksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalagusloveridha
 
Paraboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik RuangParaboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik RuangMuhammadFirzha1
 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2unesa
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Nia Matus
 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...Agung Wee-Idya
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 

What's hot (20)

ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
Matematika Diskrit - 08 kombinatorial - 03
 
Kongruensi kuadratis
Kongruensi kuadratisKongruensi kuadratis
Kongruensi kuadratis
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Hiperboloida (Hyperboloid)
Hiperboloida (Hyperboloid)Hiperboloida (Hyperboloid)
Hiperboloida (Hyperboloid)
 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskrit
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grup
 
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid finalAksioma insidensi dalam geometri euclid final
Aksioma insidensi dalam geometri euclid final
 
Paraboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik RuangParaboloida - Geometri Analitik Ruang
Paraboloida - Geometri Analitik Ruang
 
PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2PD orde2 Tak Homogen 2
PD orde2 Tak Homogen 2
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 

Viewers also liked

Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04KuliahKita
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilanganUjang Kbm
 
Menentukan Volume Benda Putar
Menentukan Volume Benda PutarMenentukan Volume Benda Putar
Menentukan Volume Benda PutarEM R
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Nailul Hasibuan
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSNailul Hasibuan
 
26 integral tak wajar
26 integral tak wajar26 integral tak wajar
26 integral tak wajarYudi Hartawan
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaNailul Hasibuan
 
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaFilsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaNailul Hasibuan
 
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, BanduraPPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, BanduraNailul Hasibuan
 
Teori bilangan (induksi matematika)
Teori bilangan (induksi matematika)Teori bilangan (induksi matematika)
Teori bilangan (induksi matematika)1724143052
 

Viewers also liked (20)

Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Ipa kelas iv sem 2
Ipa kelas iv sem 2Ipa kelas iv sem 2
Ipa kelas iv sem 2
 
Kalkulator 32 bit
Kalkulator 32 bitKalkulator 32 bit
Kalkulator 32 bit
 
Menentukan Volume Benda Putar
Menentukan Volume Benda PutarMenentukan Volume Benda Putar
Menentukan Volume Benda Putar
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
26 integral tak wajar
26 integral tak wajar26 integral tak wajar
26 integral tak wajar
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Kongruensi linear simultan
Kongruensi linear simultanKongruensi linear simultan
Kongruensi linear simultan
 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
 
83047338 modul2
83047338 modul283047338 modul2
83047338 modul2
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaFilsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, BanduraPPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
 
Teori bilangan (induksi matematika)
Teori bilangan (induksi matematika)Teori bilangan (induksi matematika)
Teori bilangan (induksi matematika)
 

Similar to Sistem Perkongruenan Linear

Teori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.pptTeori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.pptSellySitio
 
Teori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptxTeori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptxLiaCangera1
 
Aplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptx
Aplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptxAplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptx
Aplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptxrurum2
 
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilanganTeori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangansunarsih3fmipa2023
 
Aplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaianAplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaianSMKN 9 Bandung
 
Matematika matriks
Matematika matriksMatematika matriks
Matematika matriksAmalia Rizka
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERRarasenggar
 
Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurusTesa Hilmiani
 
3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
3 matrik Transpos dan Determinan.ppt3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
3 matrik Transpos dan Determinan.pptDimasTubagusRI
 
soal sbmptn saintek
soal sbmptn sainteksoal sbmptn saintek
soal sbmptn saintekyogi5789
 
Metode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
Metode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier SimultanMetode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
Metode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier SimultanAururia Begi Wiwiet Rambang
 
Persamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriksPersamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriksyulika usman
 

Similar to Sistem Perkongruenan Linear (20)

KONGRUENSI.pdf
KONGRUENSI.pdfKONGRUENSI.pdf
KONGRUENSI.pdf
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
 
Pertemuan07
Pertemuan07Pertemuan07
Pertemuan07
 
Teori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.pptTeori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.ppt
 
Teori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptxTeori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptx
 
4.-Teori-Bilangan.ppt
4.-Teori-Bilangan.ppt4.-Teori-Bilangan.ppt
4.-Teori-Bilangan.ppt
 
Aplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptx
Aplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptxAplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptx
Aplikasi Matriks Dalam Menyelesaikan SPLDVnya.pptx
 
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilanganTeori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
 
determinan.pptx
determinan.pptxdeterminan.pptx
determinan.pptx
 
Aplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaianAplikasi matriks dalam penyelesaian
Aplikasi matriks dalam penyelesaian
 
Matematika matriks
Matematika matriksMatematika matriks
Matematika matriks
 
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIERFAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
FAKTORISASI FERMAT & DIOPHANTINE LINIER
 
Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurus
 
3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
3 matrik Transpos dan Determinan.ppt3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
3 matrik Transpos dan Determinan.ppt
 
soal sbmptn saintek
soal sbmptn sainteksoal sbmptn saintek
soal sbmptn saintek
 
Metode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
Metode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier SimultanMetode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
Metode Numerik Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
 
Matriks XI.Ak3
Matriks XI.Ak3Matriks XI.Ak3
Matriks XI.Ak3
 
Kelompok ii persamaan garis lurus
Kelompok ii persamaan garis lurusKelompok ii persamaan garis lurus
Kelompok ii persamaan garis lurus
 
Persamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriksPersamaan linear dan matriks
Persamaan linear dan matriks
 

More from Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisNailul Hasibuan
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaNailul Hasibuan
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989Nailul Hasibuan
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century LearningNailul Hasibuan
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususNailul Hasibuan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobilNailul Hasibuan
 
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKATUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKANailul Hasibuan
 
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikakONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikaNailul Hasibuan
 
Gender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan MatematikaGender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan MatematikaNailul Hasibuan
 
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistemppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistemNailul Hasibuan
 
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemDesain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemNailul Hasibuan
 
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,AlbertaFocus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,AlbertaNailul Hasibuan
 

More from Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 
Teori Bilangan Biner
Teori Bilangan BinerTeori Bilangan Biner
Teori Bilangan Biner
 
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKATUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
 
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikakONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Gender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan MatematikaGender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan Matematika
 
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistemppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
 
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemDesain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
 
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,AlbertaFocus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
 

Sistem Perkongruenan Linear

  • 1. B. Sistem Perkongruenan Linear Kita akan mempelajari system perkongruenan linear dari beberapa perkongruenan linear yang melibatkan variable yang sama dan yang mempunyai bilangan modulo sama. Misalnya kita ingin menentukan pasangan bilangan – bilangan bulat x dan y yang memenuhi dua perkongruenan ini 3x + 4y ≡ 5(mod 13 ) 2x + 5y ≡ 7(mod 13 ) Untuk menyelesaiakan system perkongruenan linear ini kita dapat melakukan dengan eliminasi salah satu variable x atau y lebih dahulu. Kita mengalikan perkongruenan pertama dengan 5 dan perkongruenan ke 2 dengan 4, sehingga diperoleh 15x + 20y ≡ 25(mod 13 ) 8x + 20y ≡ 28(mod 13 ) Jika perkongruenan pertama dikurangi dengan perkongruenan kedua, maka diperoleh 7x ≡ -3(mod 13 ) Karena invers 7 ( mod 13 ) adalah 2, maka mengalika kedua ruas dari perkongruenan terakhir ini dengan 2, sehingga diperoleh
  • 2. 2.7x ≡ 2(-3)( mod 13 ) X ≡ 7 (mod 13 ) Untuk menentukan nilai y kita mengeliminasi variable x, perkongruenan pertama dikali 2 dan perkongruenan kedua dikali 3, sehingga diperoleh 6x + 8y ≡ 10(mod 13 ) 6x + 15y ≡ 21(mod 13 ) Jika perkongruenan pertama dikurangi dengan perkongruenan kedua, maka diperoleh -7y ≡ -11(mod 13 ) 7x ≡ 11(mod 13 ) 2.7y ≡ 2.11(mod 13 ) y ≡ 9 (mod 13 ) Apakah penyelesaian system perkongruenan adalah pasangan (x,y) dengan X ≡ 7 (mod 13 ), y ≡ 9 (mod 13 )
  • 3. Apabila nilai-nilai x dan y yang kita peroleh ini disubstitusikan pada system perkongruenan semula maka didapatkan 3x + 4y ≡ 3.7 + 4.9 = 57 ≡ 5 ( mod 13) 2x + 5y ≡ 2.7 + 5.9 = 59 ≡ 7 ( mod 13) Jadi penyelesaian system perkongruenan adalah semua pasangan (x,y) dengan X ≡ 7 (mod 13 ), y ≡ 9 (mod 13 ) Contoh ini merupakan ilustrasi dari pembuktian teorema berikut ini : Teorema 5.15 : Misalkan m suatu bialngan asli dan ( ∆,m ) = 1 dengan ∆ = ad – bc, maka system perkongruenan linear ax + by ≡ e (mod m ) cx + dy ≡ f (mod m ) Mempunyai penyelesaian ( x,y ) dengan x ≡ ∆ -1 ( de – df ) ( mod m ) y ≡ ∆ -1 ( af – ce ) ( mod m ) Dengan ∆ -1 adalah invers dari ∆ modulo m
  • 4. Bukti : Kita mengalikan perkongruenan pertama dengan d dan perkongruenan kedua dengan b, sehingga diperoleh adx + bdy ≡ de(mod m ) bcx + bdy ≡ bf(mod m ) Hasil pengurangan dari perkongruenan pertama dan kedua adalah (ad – bc ) x ≡ de – bf (mod m ). Dan karena ∆ = ad – bc , maka ∆x ≡ de – bf (mod m ) Selanjutnya karena ( ∆,m) = 1, maka ∆ mempunyai invers modulo, yaitu ∆ -1 . Jika kedua ruas perkongruenan terakhir dikalikan dengan ∆ -1 , maka diperoleh x≡∆ -1 (de – bf)(mod m) Dengan cara seperti tersebut pada system perkongruenan semula dengan a diperoleh acx + bcy ≡ ce(mod m ) acx + ady ≡ af(mod m ) Jika perkongruenan kedua dikurangi dengan perkongruenan pertama maka diperoleh
  • 5. (ad – bc )y ≡ af – cy (mod m ) atau ∆y ≡ af – ce ( mod m ) Selanjutnya karena ( ∆,m) = 1, maka ∆ mempunyai invers modulo m, yaitu ∆ -1 . Jika kedua ruas perkongruenan terakhir dikalikan dengan ∆ -1 maka diperoleh y ≡ ∆ -1 (af – ce )( mod m ). Sampai disini kita telah menunjukkan bahwa jika ( x,y ) adalah penyelesainan dari system perkongruenan maka x ≡ ∆ -1 (de- bf )(mod m ), y ≡ ∆ -1 (af – ce )( mod m ) Definisi 5.4: Misalkan A = ( aij ) dan B = ( bij ) masing masing matriks berukuran nxk yang elemen – elemennya bilangan bulat. Matriks A kongruen dengan Matriks B modulo m, dinotasikan A ≡ B ( mod m ) untuk setiap pasangan ( I,j )dengan 1 ≤ i ≤ n dan 1 ≤ j ≤ k. Contoh :       − ≡      13 34 128 315 (mod 11 ), sebAb 15 ≡ 4 ( mod 11 ) 8 ≡ -3 ( mod 11 ) ; 12 ≡ 1 (mod 11 )
  • 6. Teorema 5 .16 : Jika A = ( aij ) dan B = ( bij )adalah matriks – matriks berukuran n x k dengan A ≡ B ( mod m ), C = (cij ) ialah matriks berukuran k xp dan D = ( dij ) ialah matriks berukuran t x n maka AC ≡ BC ( mod m ) dan DA ≡ DB ( mod m ). Bukti : Misalkan AC = E = (eij) ialah matriks berukuran n x p dengan e ij = ∑= k r rjir ca 1 dan BC = G =(gij)adalah matriks berukuran n x p dengan gij = ∑= k r rjir cb 1 Karena A ≡ B (mod m ), maka aij ≡ bij ( mod m ) untuk setiap I dan j sehingga air crj ≡ bir crj (mod m ) untuk setiap 1≤ r ≤ k . Akibatnya ∑= k r rjir ca 1 ≡ ∑= k r rjir cb 1 ( mod m ), yaitu eij ≡ gij (mod m ) Hal ini berarti AC ≡ BC (mod m ). Bukti untuk DA ≡ DB (mod m ) mirip dengan bukti tersebut. Perhatikan system n perkongruenan linear dengan n variable berikut ini
  • 7. A11x1 + a12x2 + … + a1nxn ≡ b1(mod m ) A21x1 + a22x2 + … + a2nxn ≡b2 (mod m ) . . . . . . . . . An1x1 + an2x2 + … + annxn ≡ bn (mod m ) Dengan menggunakan notasi matriks system perkongruenan linear ini dapat dinyatakan sebagai perkongruenan matriks AX ≡ B (mod m ) dengan :               =               =               = nnnmnn n n b b b danB x x x X aaa aaa aaa A ...... , ... ............ ... ... 2 1 2 1 21 22221 11211 Contoh : Sistem perkongruenan linera berikut ini 3x + 4y ≡ 5 (mod 13 ) 2x + 5y ≡ 7 (mod 13 ) Dapat ditulis sebagai )13(mod 7 5 52 43       =            y x
  • 8. Selanjutnya kita akan mengembangkan metode penyelesain perkongruenan dalam bentuk matriks AX≡B(mod m ). Metode ini menggunakan matriks A -1 , ayaitu invers matriks A terhadap perkalian, sedemikian hingga A -1 .A≡ I (mod m ), dengan I ialah matriks identitas terhadap perkalian. Definisi 5.5 : Jika A dan A -1 adalah matriks – mastriks berukuran n x n yang elemen – elemen nya bilangan bulat sedemikian hingga A.A -1 ≡ A -1 A ≡ I ( mod m ), dengan I ialah matriks identitas berukuran n, maka A -1 disebut invers dari A modulo m. Jika A -1 adalah invers dari A dan B ≡ A -1 (mod m ), maka B juga invers dari A. Hal ini mengikuti teorema 5.16, karena BA ≡ A -1 .A ≡ I (mod m ). Sebaliknya jika B1 dan B2 masing – masing invers dari A, maka B1 ≡ B2 (mod m ). Untuk menunjukkan hal ini, kita gunakan teorema 5.16, dari kekongruenan B1A ≡ B2A ≡ I (mod m ), kita mempunyai B1AB1 ≡ B2AB1 ( mod m ). Karena AB1 ≡ I(mod m ), kita dapat menyimpulkan B1≡B2 (mod m ). Contoh :       =            1610 106 21 43 42 31 ≡       10 01 (mod 5 ) dan
  • 9.       =            115 2511 42 31 21 43 ≡       10 01 (mod 5 ) Tampak disini bahwa matriks       21 43 adalah invers dari       42 31 (mod 5 ) Teorema 5.17: Misalkan A =       dc ba adalah matriks yang elemennya bilangan – bilangan bulat, sedemikian hingga det.A = ∆ = ad – bc prima relative terhadap bilangan bulat positif. Maka A -1 =∆ -1       − − ac bd Adalah invers dari A modulo m . Untuk membuktikan teorema ini kita cukup memeriksa kebenaran dari A.A -1 ≡ A -1 .A ≡ I (mod m ) Contoh : Diketahui A = , 52 43       maka det A = 3.5 – 4.2 =7. Invers dari 7 ( mod 13 ) adalah 2, sehingga A -1 ≡ 2       − − 32 45 ≡       − − 64 810 ≡       69 510 (mod 13 )
  • 10. Untuk mencari rumus invers dari matriks persegi berukuran lebih dari dua, kita memerlukan beberpa konsep dalam aljabar linerar, khususnya pengertian adjoint suatu matriks yang didefinisikan sebagai berikut. Definisi 5.6 : Misalkan A suatu matriks persegi berukuran n. adjoint dari A diberi symbol Adj.(A) adalah suatu matriks persegi berukuran n yang elemen pada baris ke I kolom ke j ialah d ij, dengan d ij = (-1) i+j dan determinan matriks yang diperoleh dari A dengan menghapus semua elemen pada baris ke i kolom ke j. Teorema 5.18: Jika A suatu matriks persegi dengan ∆ = det.A ≠ 0, maka A adj.(A) = (det A ) I . Denngan menggunakan teorema ini kita segera akan mendapatkan rumus invers suatu matriks persegi, seperti yang dinyatakan dalam teorema ini. Teorema 5 . 19: Jika A suatu matriks persegi yang elemen – elemennya bilangan bulat dan n suatu bilangan positif sedemikian hingga ( ∆,m ) = 1, maka invers dari A modulo m adalah A -1 = ∆ -1 Adj.(A). Bukti :
  • 11. Karena( ∆,m ) = 1, maka ∆ -1 ada. Dan karena ∆ ≠ 0 maka A.Adj.(A) = ∆.I sehingga A ∆ -1 .Adj.(A) ≡ ∆.∆ -1 .I ≡ I(mod m ) ∆ -1 .Adj.(A).A≡ ∆.∆ -1 .I ≡ I(mod m ) Ini menunjukkan bahwa A -1 = ∆ -1.Adj.(A) adalah invers dari A modulo m Contoh : Carilah invers dari A =           321 102 652 (mod 7 ) Jawab : Det.A = ∆ = -5 ≡ 2 (mod 7 ), maka ∆ -1 = 4. Sehingga A -1 = ∆ -1 .Adj.(A) = 4           − − −− 1014 1005 532 =           − − −− 40416 40020 20128 ≡           242 501 626 (mod 7 ) Selanjutnya kita dapat menggunakan invers dari A modulo m untuk menyelesaikan perkongruenan AX ≡ B (mod m ), dengan syarat ( Det.A,m )= 1, yaitu mengalikan kedua ruas dari pengkongruenan tersebut dengan A -1 , sehingga diperoleh X ≡ A -1 B ( mod m ). Cara ini memberikan cara lain untuk
  • 12. menyelesaikan system dua pengkongruenan linear dengan dua variable yang dinyatakan dalam teorema 5 .15. Contoh : Carilah penyelesaian dari system perkongruenan berikut ini: 2x + 5y + 6z ≡ 3 (mod 7 ) 2x + z ≡ 4 (mod 7 ) X + 2y + 3z ≡ 1 (mod 7) Jawab : System perkongruenan ini dapat dinyatakan dalam bentuk perkongruenan matriks           ≡                     1 4 3 321 102 652 z y x (mod 7 ) Pada contoh di atas invers dari           321 102 652 (mod 7 ) adalah           242 501 626 , sehingga diperoleh           ≡           =                     =           3 1 4 24 8 32 1 4 3 . 242 501 626 z y x (mod 7 )