SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 67
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum
triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA+KCl DAN
INTERVAL PANEN
Hilda Susanti1*
, Sandra Arifin Aziz2
, Maya Melati2
dan Slamet Susanto2
1
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
*
Corresponding author: E-mail :agungku_yono@yahoo.com
Abstrak
Pucuk kolesom dapat dimanfaatkan sebagai sayuran bergizi karena mengandung protein yang tinggi.
Penelitian untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis pupuk urea+KCl dan interval panen terhadap
dinamika kandungan protein pucuk kolesom (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) telah dilaksanakan di
Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia pada bulan November 2009 sampai Februari 2010. Penelitian pot
menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Kedua faktor tersebut
adalah dosis pupuk urea + KCl (50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 50 kg urea +100 kg KCl/ha, 100 kg urea + 50 kg
KCl/ha, 100 kg urea +100 kg KCl/ha) dan interval panen (30, 15, dan 10 hari). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua perlakuan dosis pupuk urea+KCl pada berbagai interval panen menghasilkan kandungan
protein pucuk kolesom yang mengalami peningkatan seiring pertambahan umur panen sampai umur 50 hari
setelah tanam (HST) dan selanjutnya mengalami penurunan pada panen berikutnya. Kandungan protein
pucuk kolesom tertinggi dihasilkan oleh masing-masing perlakuan 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha (10.60 mg/g
bobot basah) dan interval panen 15 hari (9.77 mg/g bobot basah) pada umur 50 HST, namun tidak
dipengaruhi oleh interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Dinamika kandungan protein pada pucuk
kolesom terkait dengan fase pertumbuhan tanaman.
Kata Kunci :kolesom, sayuran daun, protein, pemupukan, panen
PENDAHULUAN
Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang berasal dari Amerika tropis dan pada tahun 1915
diimpor ke Jawa melalui Suriname (Heyne 1987), namun pada saat ini telah dianggap sebagai tanaman asli
Indonesia (Andarwulan, 2010).Daun kolesom berbentuk oblongus-spatulatus, hijau muda, tebal berdaging,
filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan (Santa and Prajogo 1999). Pucuk kolesom memiliki potensi
sebagai sayuran bergizi karena aman untuk dikonsumsi manusia dan memiliki berbagai nutrisi penting bagi
kesehatan. Salah satu nutrisi yang terdapat pada pucuk kolesom adalah protein dengan 18 macam asam
amino. Kandungan asam amino tertinggi yang terkandung di dalamnya adalah asam glutamate (586.3 g/kg)
dan leusin (563.8 g/kg) (Fasuyi 2007). Konsumsi protein sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagai zat
pembangun, struktur setiap enzim atau bertindak sebagai enzim, dan reseptor yang sangat penting dalam
metabolisme tubuh manusia (Cseke et al., 2006).
Pucuk kolesom dapat dipanen berkali-kali dengan masa produksi terbaik hanya berkisar 2 bulan
(Fontem dan Schippers, 2004; Sugiarto 2006). Pucuk kolesom dalam masa produksi terbaiknya dapat
dikategorikan sebagai pucuk layak jual. Pemupukan dan interval panen berpengaruh terhadap produksi
pucuk kolesom. Susanti et al. (2011) melaporkan bahwa produksi protein pucuk kolesom tertinggi yang
dapat dicapai selama 80 hari dengan berbagai pemupukan nitrogen + kalium dan interval panen dihasilkan
oleh tanaman yang mendapatkan perlakuan pupuk 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval panen 15 hari
yaitu sebesar 4.72 g/tanaman. Belum ada laporan mengenai dinamika kandungan protein pada pucuk
kolesom selama masa produksinya yang menggambarkan perubahan kandungan protein pada setiap periode
panen.
Kandungan protein pada sayuran daun dipengaruhi oleh pemupukan N dan K. Hasil penelitian Chen
et al. (2004) menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk N sampai pada dosis optimal
(0.30 g/kg tanah) pada sayuran daun Brassica campestris L., Brassica chinensis var. Oleifera Makino et
nenoto, dan Spinacia oleracea L. dapat meningkatkan aktivitas nitrat reduktase yang diperlukan dalam
sintesis protein. Borowski & Michalek (2009) menyatakan bahwa unsur K penting untuk pembentukan
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
68 ISBN: 978-979-15649-6-0
protein karena ion K+
berperan sebagai aktivator atau koenzim beberapa enzim yang dibutuhkan dalam
meningkatkan kandungan nitrat daun dan sintesis protein.
Interval panen juga dapat berpengaruh terhadap kandungan protein daun. Kandungan protein pada
Napier grass mengalami penurunan dari 204 g/kg BK menjadi 92 g/kg BK ketika interval panen
diperpanjang dari 2 minggu menjadi 8 minggu (Manyawu et al. 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian
Sanchez et al. (2007) yang menunjukkan bahwa kandungan protein pada Cratylia argentea mengalami
penurunan dari 219 g/kg BK menjadi 185 g/kg BK ketika interval panen diperpanjang dari 8 minggu menjadi
16 minggu.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika kandungan protein pucuk kolesom selama masa
produksinya pada berbagai dosis pupuk urea+KCl dan interval panen. Informasi mengenai dinamika
kandungan protein pucuk kolesom sebagai sayuran daun sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk
menyusun pedoman praktek budidaya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) sayuran kolesom.
Sejauh ini belum ada pedoman praktek budidaya yang baik untuk tanaman kolesom yang relevan dengan
kondisi Indonesia (Indo-GAP).
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai Februari 2010, bertempat di kebun
percobaan IPB, Desa Leuwikopo, Kecamatan Dramaga, Bogor. Kondisi tanah pada area percobaan
bertekstur berliat dengan pH netral sebesar 6.90 dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang sebesar
16.46 me/100 g. Curah hujan rata-rata selama penelitian berlangsung adalah 344.48 mm/bulan, sedangkan
temperatur dan kelembaban rata-rata masing-masing sebesar 25.68o
C dan 84.75%.
Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2 faktor. Faktor pertama
adalah interval panen yaitu 30, 15, dan 10 hari dengan jadwal panen yang tercantum pada Tabel 1. Faktor
kedua adalah dosis pupuk urea+KCl yaitu 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 50 kg urea + 100 kg KCl/ha, 100 kg
urea + 50 kg KCl/ha, dan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha. Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang masing-
masing diulang 3 kali sehingga diperoleh 36 unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri dari 10
tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.
Tabel 1. Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang berbeda selama 80 HST
Interval panen
(hari)
HST Total panen
(kali)20 30 35 40 50 60 65 70 80
30 √ √ √ 3
15 √ √ √ √ √ 5
10 √ √ √ √ √ √ √ 7
Keterangan : √ = panen. HST = hari setelah tanam.
Bahan tanam yang digunakan adalah setek batang berukuran panjang 10 cm, tanpa daun, dan
pangkal batang dipotong miring. Setek batang ditanam di polybag yang telah berisi media tanam berupa
campuran antara tanah dan arang sekam (3:2/v:v) serta pupuk kandang ayam sebanyak
25 g/polybag atau setara dengan 5 ton/ha yang telah dicampur 2 minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk
urea dan KCl sesuai dosis perlakuan diberikan pada saat setek tanaman telah berdaun 2 helai dan membuka
sempurna. Pupuk SP-18 diberikan pula dengan dosis 50 kg/ha untuk semua perlakuan. Penyiraman dilakukan
sekali sehari pada awal pertumbuhan dan 2 hari sekali jika tajuk telah berkembang. Panen dilakukan dengan
memetik pucuk kolesom layak jual sepanjang 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang
ditegakkan dari setiap cabang.
Analisis kandungan protein kasar pucuk kolesom dilakukan setiap kali panen menggunakan metode
Lowry dengan kurva standar dari Bovin serum albumin(Waterborg 2002). Absorbansi larutan dibaca pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 650 nm. Kandungan protein total dihitung dengan
menggunakan rumus :
Kandungan protein (mg/g) = A X (B/Wt) X fp
Keterangan: A= protein dalam ekstrak (mg/ml); B = volume ekstrak (ml); Wt = bobot contoh (g); fp = faktor pengencer.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 69
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan protein pucuk kolesom layak jual dengan berbagai dosis pupuk urea + KCl pada interval
panen 30, 15, dan 10 hari secara berurutan ditunjukkan oleh Gambar 1, 2, dan 3.
Gambar 1.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk urea + KCl dengan
interval panen 30 hari
Gambar 2.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk urea + KCl dengan
interval panen 15 hari
Gambar 3.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk urea + KCl dengan
interval panen 10 hari
Gambar 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa semua perlakuan dosis pupuk urea + KCl pada berbagai
interval panen menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom layak jual yang mengalami peningkatan
seiring pertambahan umur panen sampai umur 50 HST dan selanjutnya mengalami penurunan pada panen
berikutnya. Ketiadaan pucuk kolesom layak jual yang dapat dipanen mengakibatkan tidak ada data
kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 70 dan 80 HST pada tanaman yang dipanen dengan
interval 10 hari.
Perubahan kandungan protein pucuk pada setiap perlakuan terlihat memiliki pola yang sama yaitu
mengikuti fase perkembangan tanaman. Kandungan protein pucuk kolesom terus meningkat seiring dengan
pertambahan umur tanaman dalam masa vegetatif dan mengalami penurunan pada saat memasuki masa
reproduktif. Pola perubahan kandungan protein dan bobot basah pucuk yang sama mengikuti fase
0
2
3
5
6
8
9
11
12
14
15
20 50 80
Kandunganprotein(mg/gbb)
Waktu pemanenan (HST)
50 kg urea + 50 kg KCl/ha
50 kg urea + 100 kg KCl/ha
100 kg urea + 50 kg KCl/ha
100 kg urea + 100 kg KCl/ha
0
2
3
5
6
8
9
11
12
14
15
20 35 50 65 80
KandunganProtein(mg/gbb)
Waktu Pemanenan (HST)
50 kg urea + 50 kg KCl/ha
50 kg urea + 100 kg KCl/ha
100 kg urea + 50 kg KCl/ha
100 kg urea + 100 kg
KCl/ha
0
2
3
5
6
8
9
11
12
14
15
20 30 40 50 60 70 80
Kandunganprotein(mg/gbb)
Waktu pemanenan (HST)
50 kg urea + 50 kg KCl/ha
50 kg urea + 100 kg KCl/ha
100 kg urea + 50 kg KCl/ha
100 kg urea + 100 kg KCl/ha
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
70 ISBN: 978-979-15649-6-0
perkembangan tanaman juga ditemukan oleh Abbasi et al. (2011) pada tanaman bayam yang mendapatkan
perlakuan berbagai interval panen dan dosis pupuk N.
Kandungan protein yang terus meningkat hingga umur 50 HST diduga terkait dengan kisaran waktu
fase vegetatif kolesom. Fase vegetatif tanaman menjadikan pucuk merupakan organ yang paling aktif
melakukan proses metabolisme yang menyebabkan pucuk menjadi organ sink yang kuat, oleh karena itu
terjadi translokasi hara yang tinggi ke pucuk. Akumulasi hara N pada pucuk menyebabkan antara lain
peningkatan asam amino yang disintesis menjadi protein, sehingga protein yang terkandung dalam pucuk
sebenarnya merupakan deposit sementara asam amino pada masa vegetatif sebelum diremobilisasi ke organ
lain.
Penurunan kandungan protein pucuk setelah umur 50 hari terjadi karena kolesom memasuki masa
reproduktif yang menyebabkan terjadinya kompetisi dalam pembagian asimilat antara pucuk dengan organ
sink lain yang terbentuk. Kompetisi tersebut menyebabkan menurunnya suplai asimilat dari tajuk ke akar,
sehingga pertumbuhan akar terganggu dan terjadi penurunan penyerapan hara N oleh akar. Penurunan
penyerapan hara oleh akar pada masa reproduktif mengakibatkan remobilisasi hara N dari pucuk ke organ
reproduktif sehingga terjadi penurunan kandungan protein pada pucuk kolesom. Mekanisme remobilisasi N
yang dilaporkan oleh Barneix (2007) menunjukkan bahwa remobilisasi dilakukan oleh enzim proteolitik
yang menghidrolisis protein daun dan melepaskan asam amino untuk ditransportasikan ke organ sink lain.
Konsentrasi asam amino yang dilepaskan tergantung kepada total konsentrasi N dan metabolisme
fotosintesis, sedangkan komposisi asam amino tergantung kepada spesies tanaman.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea + KCl dengan berbagai dosis tidak memberikan
pengaruh terhadap kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 20 HST. Diduga bahwa
kandungan protein pucuk kolesom pada umur yang masih muda ini ditentukan oleh kapasitas metabolisme
tanaman yang dibatasi oleh fase pertumbuhan tanaman. Artinya berapapun jumlah hara yang diberikan tidak
dapat meningkatkan kandungan protein pucuk kolesom karena ada kapasitas maksimum sintesis protein pada
umur tertentu. Pemanenan pucuk yang dimulai pada umur 20 HST menyebabkan perlakuan interval panen
tidak berpengaruh terhadap kandungan protein pucuk layak jual pada umur 20 HST.
Tabel 2.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan dosis pupuk urea +
KCl pada umur 20, 50, dan 80 HST
Perlakuan
Waktu panen (HST)
20 50 80
…………………..mg/g bb……………………….
Interval panen (hari)
30 3.54 7.99 b 4.72 b
15 3.93 9.77 a 6.33 a
10 3.57 8.78 ab -
Dosis pupuk urea + KCl (kg/ha)
50 + 50 3.38 7.91 c 4.31 c
50 + 100 3.74 8.51 b 4.73 c
100 + 50 3.94 8.39 b 5.97 b
100 + 100 3.66 10.60 a 7.09 a
Interaksi tn tn **
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata
pada uji DMRT 0.05.bb = bobot basah. - = tidak ada pucuk.
Semakin tinggi total dosis pupuk urea + KCl yang diberikan maka semakin tinggi pula kandungan
protein pucuk kolesom layak jual pada umur 50 HST. Semakin panjang interval panen akan menurunkan
kandungan protein. Pucuk kolesom yang dipanen setiap 15 atau 10 hari menghasilkan kandungan protein
pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan kolesom yang dipanen setiap 30 hari sekali pada umur 50
HST. Kandungan protein pucuk kolesom pada umur 50 HST merupakan kandungan protein tertinggi yang
dihasilkan selama masa produksi 80 hari yaitu pada perlakuan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval
panen 15 hari masing-masing secara berurutan sebesar 10.60 dan 9.77 mg/g bb. Kandungan protein pucuk
layak jual pada semua perlakuan telah mengalami penurunan pada pemanenan umur 80 HST. Perlakuan
interval panen 10 hari tidak dibandingkan karena tidak menghasilkan pucuk layak jual pada umur 80 HST,
sehingga interval panen tersebut tidak dapat direkomendasikan pada budidaya kolesom karena akan
memperpendek masa produksi pucuk kolesom.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 71
Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 80 HST dipengaruhi oleh interaksi antara
perlakuan dosis pupuk urea + KCl dan interval panen.Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk 100 kg
urea + 100 kg KCl/ha atau 100 kg urea + 50 kg KCl/ha pada kolesom yang dipanen setiap 15 hari sekali
menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom tertinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
unsur N lebih dibutuhkan dibandingkan unsur K dalam pembentukan protein dalam pucuk kolesom. Namun,
keseimbangan hara merupakan faktor kunci yang berpengaruh terhadap kualitas hasil tanaman. Kombinasi
antara unsur N dan K dalam dosis yang tepat sangat dibutuhkan untuk pembentukan protein karena kedua
unsur tersebut merupakan unsur yang sangat fundamental dalam proses biokimianya. Marschner (1995)
menjelaskan bahwa unsur N yang diberikan melalui akar akan dimetabolisme untuk membentuk asam amino
yang akan ditransportasikan ke tajuk yang selanjutnya membentuk ikatan peptida untuk menghasilkan
protein, sedangkan Szczerba et al. (2009) menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam aktivasi enzim
dan pemanjangan ikatan peptida pada proses pembentukan protein.
Tabel 3. Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan
dosis pupuk urea + KCl umur 80 HST
Dosis pupuk urea + KCl
(kg/ha)
Interval panen (hari)
30 15
…………… mg/g bb……………..
50 + 50 3.97 c 4.64 bc
50 + 100 4.38 c 5.07 bc
100 + 50 4.70 bc 7.24 a
100 + 100 5.84 b 8.35 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.
bb = bobot basah.
KESIMPULAN
Kandungan protein pucuk kolesom yang dipanen dengan interval 15 hari lebih tinggi dibandingkan
dengan kolesom yang dipanen dengan interval 30 hari. Hal ini disebabkan karena pemanenan pucuk secara
periodik dengan interval panen yang lebih pendek mengakibatkan peningkatan aktivitas rejuvenasi dan
menjadikan pucuk kolesom menjadi sink yang kuat untuk translokasi hara N, sedangkan pemanenan pucuk
dengan interval waktu yang lebih panjang akan memberikan peluang waktu lebih cepat bagi kolesom untuk
memasuki masa reproduktif.
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, D., Y. Rouzbehan and J. Rezaei. 2011. Effect of harvest date and nitrogen fertilization rate on the
nutritive value of amaranth forage (Amaranthus hypochondriacus). Anim. Feed Sci. Tech. [Article in
Press]. doi:10.1016/J.anifeedsci.2011.09.014.
Andarwulan, N., R. Batari, D.A. Sandrasari, B. Bolling and H. Wijaya. 2010. Flavonoid content and
antioxidant activity of vegetables from Indonesia. Food Chem. 121: 1231-1235.
Barneix, A.J. 2007. Physiology and Biochemistry of source-regulated protein accumulation in the wheat
grain.J. Plant Physiol. 164: 581-590.
Borowski, E. and S. Michalek. 2009. The effect of foliar feeding of potassium salts and urea in spinach on
gas exchange, leaf yield and quality. Acta Agrobot. 62 (1): 155–162.
Chen, B.M., Z.H. Wang, S.X. Li, G.X. Wang, H.X. Song and N.X. Wang. 2004. Effects of nitrate supply on
plant growth, nitrate accumulation, metabolic nitrate concentration and nitrate reductase activity in
three leafy vegetables. Plant Sci. 167: 635–643.
Cseke, L.J., A. Kirakosyan, P.B. Kaufman, S.L. Warber, J.A. Duke and H. L. Brielmann. 2006. Natural
Product from Plant. Taylor & Francis Group, USA. 691 p.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
72 ISBN: 978-979-15649-6-0
Fasuyi, A.O. 2007. Bio-nutritional evaluations of three tropical leaf vegetables (Telfaria occidentalis,
Amaranthus cruentus and Talinum triangulare) as sole dietary protein sources in rat assay. Food
Chem.103:757-765.
Fontem, D.A., R.R. Schippers. 2004. Talinum triangulare (Jacq.) Willd.http//prota2: vegetables/legumes
record/Talinum 20%triangulare_En.htm [1 April 2010].
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II.Badan Litbang Departemen Kehutanan, penerjemah;
Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.Terjemahan dari :De Nuttige Planten Van Indonesie.
Manyawu, G.J., C. Chakoma, S. Sibanda, C. Mutis and I.C. Chakoma. 2003. The effect of harvesting interval
on herbage yield and nutritive value of napier grass and hybrid Pennisetum. Asian-Aust. J. Anim. Sci.
16(7):996-1002.
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants (2nd
edition). Academic Press Limited, London. 889
p.
Sanchez, N.R., S. Ledin, I. Ledin. 2007. Biomass production and nutritive composition of “Cratylia
argentea” under different planting densities and harvest intervals. J. Sustain. Agric. 29(4):5-22.
Santa, I.G.P. dan S.B. Prajogo. 1999. Studi taksonomi Talinum paniculatum (JACQ.) Gaertn.danTalinum
triangulare (JACQ.) Willd.Warta Tumbuhan Obat Indonesia5(4): 9-10.
Sugiarto, N.T. 2006. Pengaruh umur dan frekuensi panen pada produksi pucuk kolesom (Talinum
triangulare Wild.)[Skripsi].Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Susanti, H., S.A. Aziz, M. Melati and S. Susanto. 2011. Protein and anthocyanin production of waterleaf
shoots (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) at different levels of nitrogen+potassium and harvest
intervals.JAI 39 (2):119-123.
Szczerba, M.W., D.T. Britto and H. J. Kronzucker. 2009. K+
transport in plants: physiology and molecular
biology. J. Plant Physiol.166 : 447-466.
Waterborg, J.H. 2002. The Lowry method for protein in: Walker JM (ed). The protein protocols
handbook.2nd
Ed. Humana Press Inc, New Jersey. p 7-9.

More Related Content

What's hot

INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...Repository Ipb
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianZakiyul Mu'min
 
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdfBIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdfIrwanDarmawan9
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Trias Nurwana
 
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...Ignazio Hadi Saragih
 
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Abi Haura
 
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...University of Brawijaya
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2f' yagami
 
Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu
Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu
Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu Oktaviana Limbong
 
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...Dian Hidayattullah
 
Pengantar Bioteknologi
Pengantar BioteknologiPengantar Bioteknologi
Pengantar Bioteknologiyuliartiramli
 

What's hot (20)

15787-31634-1-SM.pdf
15787-31634-1-SM.pdf15787-31634-1-SM.pdf
15787-31634-1-SM.pdf
 
EKONOMI TUGAS
EKONOMI TUGASEKONOMI TUGAS
EKONOMI TUGAS
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
6 apresus
6 apresus6 apresus
6 apresus
 
14 mastina djalil-dkk
14 mastina djalil-dkk14 mastina djalil-dkk
14 mastina djalil-dkk
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitian
 
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdfBIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
BIOTEKNOLOGI_HASIL_PERIKANAN_..pdf
 
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
Makalah Biologi Materi Kelas XII IPA (Bioteknologi dalam Bidang Pereternakan)
 
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
I ketut kamara - pengaruh dosis-pupuk kascing dan bio urin sapi terhadap pert...
 
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
 
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
SELEKSI GENOTIP POTENSIAL ERCIS (Pisum sativum L.) FASE POLONG HIJAU [KACANG ...
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
 
Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu
Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu
Botani:Peranan Tumbuhan bagi Kehidupan dalam Aspek Makanan: Ubi Ungu
 
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) DAN SUPLEMENTASI Zn PR...
 
Icp kim
Icp kimIcp kim
Icp kim
 
Artikel beta
Artikel betaArtikel beta
Artikel beta
 
P3283091
P3283091P3283091
P3283091
 
Pengantar Bioteknologi
Pengantar BioteknologiPengantar Bioteknologi
Pengantar Bioteknologi
 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
 

Similar to PROTEIN

Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Dendy Vidianto
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Dendy Vidianto
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaIlmianisa Azizah
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahagronomy
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxDodolaneNoya
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...Mochamad Nurcholis
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...Repository Ipb
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangEka Febriana
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PFANIAANDYANI
 
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptxMATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptxindrawicsn
 

Similar to PROTEIN (20)

Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
 
Pounder Terifik
Pounder TerifikPounder Terifik
Pounder Terifik
 
Terafik Restorn
Terafik RestornTerafik Restorn
Terafik Restorn
 
Intern Terifik
Intern TerifikIntern Terifik
Intern Terifik
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Contoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkmContoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkm
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan KerjaLAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
 
Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012
 
Pemupukan
PemupukanPemupukan
Pemupukan
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
 
PPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptx
PPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptxPPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptx
PPT REVIEW KETAHANAN PANGAN.pptx
 
P2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten TangerangP2KP Kabupaten Tangerang
P2KP Kabupaten Tangerang
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-P
 
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptxMATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 

Recently uploaded (20)

MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

PROTEIN

  • 1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 67 DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA+KCl DAN INTERVAL PANEN Hilda Susanti1* , Sandra Arifin Aziz2 , Maya Melati2 dan Slamet Susanto2 1 Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor * Corresponding author: E-mail :agungku_yono@yahoo.com Abstrak Pucuk kolesom dapat dimanfaatkan sebagai sayuran bergizi karena mengandung protein yang tinggi. Penelitian untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis pupuk urea+KCl dan interval panen terhadap dinamika kandungan protein pucuk kolesom (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia pada bulan November 2009 sampai Februari 2010. Penelitian pot menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Kedua faktor tersebut adalah dosis pupuk urea + KCl (50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 50 kg urea +100 kg KCl/ha, 100 kg urea + 50 kg KCl/ha, 100 kg urea +100 kg KCl/ha) dan interval panen (30, 15, dan 10 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan dosis pupuk urea+KCl pada berbagai interval panen menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom yang mengalami peningkatan seiring pertambahan umur panen sampai umur 50 hari setelah tanam (HST) dan selanjutnya mengalami penurunan pada panen berikutnya. Kandungan protein pucuk kolesom tertinggi dihasilkan oleh masing-masing perlakuan 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha (10.60 mg/g bobot basah) dan interval panen 15 hari (9.77 mg/g bobot basah) pada umur 50 HST, namun tidak dipengaruhi oleh interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Dinamika kandungan protein pada pucuk kolesom terkait dengan fase pertumbuhan tanaman. Kata Kunci :kolesom, sayuran daun, protein, pemupukan, panen PENDAHULUAN Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang berasal dari Amerika tropis dan pada tahun 1915 diimpor ke Jawa melalui Suriname (Heyne 1987), namun pada saat ini telah dianggap sebagai tanaman asli Indonesia (Andarwulan, 2010).Daun kolesom berbentuk oblongus-spatulatus, hijau muda, tebal berdaging, filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan (Santa and Prajogo 1999). Pucuk kolesom memiliki potensi sebagai sayuran bergizi karena aman untuk dikonsumsi manusia dan memiliki berbagai nutrisi penting bagi kesehatan. Salah satu nutrisi yang terdapat pada pucuk kolesom adalah protein dengan 18 macam asam amino. Kandungan asam amino tertinggi yang terkandung di dalamnya adalah asam glutamate (586.3 g/kg) dan leusin (563.8 g/kg) (Fasuyi 2007). Konsumsi protein sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagai zat pembangun, struktur setiap enzim atau bertindak sebagai enzim, dan reseptor yang sangat penting dalam metabolisme tubuh manusia (Cseke et al., 2006). Pucuk kolesom dapat dipanen berkali-kali dengan masa produksi terbaik hanya berkisar 2 bulan (Fontem dan Schippers, 2004; Sugiarto 2006). Pucuk kolesom dalam masa produksi terbaiknya dapat dikategorikan sebagai pucuk layak jual. Pemupukan dan interval panen berpengaruh terhadap produksi pucuk kolesom. Susanti et al. (2011) melaporkan bahwa produksi protein pucuk kolesom tertinggi yang dapat dicapai selama 80 hari dengan berbagai pemupukan nitrogen + kalium dan interval panen dihasilkan oleh tanaman yang mendapatkan perlakuan pupuk 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval panen 15 hari yaitu sebesar 4.72 g/tanaman. Belum ada laporan mengenai dinamika kandungan protein pada pucuk kolesom selama masa produksinya yang menggambarkan perubahan kandungan protein pada setiap periode panen. Kandungan protein pada sayuran daun dipengaruhi oleh pemupukan N dan K. Hasil penelitian Chen et al. (2004) menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk N sampai pada dosis optimal (0.30 g/kg tanah) pada sayuran daun Brassica campestris L., Brassica chinensis var. Oleifera Makino et nenoto, dan Spinacia oleracea L. dapat meningkatkan aktivitas nitrat reduktase yang diperlukan dalam sintesis protein. Borowski & Michalek (2009) menyatakan bahwa unsur K penting untuk pembentukan
  • 2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 68 ISBN: 978-979-15649-6-0 protein karena ion K+ berperan sebagai aktivator atau koenzim beberapa enzim yang dibutuhkan dalam meningkatkan kandungan nitrat daun dan sintesis protein. Interval panen juga dapat berpengaruh terhadap kandungan protein daun. Kandungan protein pada Napier grass mengalami penurunan dari 204 g/kg BK menjadi 92 g/kg BK ketika interval panen diperpanjang dari 2 minggu menjadi 8 minggu (Manyawu et al. 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian Sanchez et al. (2007) yang menunjukkan bahwa kandungan protein pada Cratylia argentea mengalami penurunan dari 219 g/kg BK menjadi 185 g/kg BK ketika interval panen diperpanjang dari 8 minggu menjadi 16 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika kandungan protein pucuk kolesom selama masa produksinya pada berbagai dosis pupuk urea+KCl dan interval panen. Informasi mengenai dinamika kandungan protein pucuk kolesom sebagai sayuran daun sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menyusun pedoman praktek budidaya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) sayuran kolesom. Sejauh ini belum ada pedoman praktek budidaya yang baik untuk tanaman kolesom yang relevan dengan kondisi Indonesia (Indo-GAP). BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai Februari 2010, bertempat di kebun percobaan IPB, Desa Leuwikopo, Kecamatan Dramaga, Bogor. Kondisi tanah pada area percobaan bertekstur berliat dengan pH netral sebesar 6.90 dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang sebesar 16.46 me/100 g. Curah hujan rata-rata selama penelitian berlangsung adalah 344.48 mm/bulan, sedangkan temperatur dan kelembaban rata-rata masing-masing sebesar 25.68o C dan 84.75%. Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah interval panen yaitu 30, 15, dan 10 hari dengan jadwal panen yang tercantum pada Tabel 1. Faktor kedua adalah dosis pupuk urea+KCl yaitu 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 50 kg urea + 100 kg KCl/ha, 100 kg urea + 50 kg KCl/ha, dan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha. Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang masing- masing diulang 3 kali sehingga diperoleh 36 unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri dari 10 tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%. Tabel 1. Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang berbeda selama 80 HST Interval panen (hari) HST Total panen (kali)20 30 35 40 50 60 65 70 80 30 √ √ √ 3 15 √ √ √ √ √ 5 10 √ √ √ √ √ √ √ 7 Keterangan : √ = panen. HST = hari setelah tanam. Bahan tanam yang digunakan adalah setek batang berukuran panjang 10 cm, tanpa daun, dan pangkal batang dipotong miring. Setek batang ditanam di polybag yang telah berisi media tanam berupa campuran antara tanah dan arang sekam (3:2/v:v) serta pupuk kandang ayam sebanyak 25 g/polybag atau setara dengan 5 ton/ha yang telah dicampur 2 minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk urea dan KCl sesuai dosis perlakuan diberikan pada saat setek tanaman telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna. Pupuk SP-18 diberikan pula dengan dosis 50 kg/ha untuk semua perlakuan. Penyiraman dilakukan sekali sehari pada awal pertumbuhan dan 2 hari sekali jika tajuk telah berkembang. Panen dilakukan dengan memetik pucuk kolesom layak jual sepanjang 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari setiap cabang. Analisis kandungan protein kasar pucuk kolesom dilakukan setiap kali panen menggunakan metode Lowry dengan kurva standar dari Bovin serum albumin(Waterborg 2002). Absorbansi larutan dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 650 nm. Kandungan protein total dihitung dengan menggunakan rumus : Kandungan protein (mg/g) = A X (B/Wt) X fp Keterangan: A= protein dalam ekstrak (mg/ml); B = volume ekstrak (ml); Wt = bobot contoh (g); fp = faktor pengencer.
  • 3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 69 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan protein pucuk kolesom layak jual dengan berbagai dosis pupuk urea + KCl pada interval panen 30, 15, dan 10 hari secara berurutan ditunjukkan oleh Gambar 1, 2, dan 3. Gambar 1.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk urea + KCl dengan interval panen 30 hari Gambar 2.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk urea + KCl dengan interval panen 15 hari Gambar 3.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk urea + KCl dengan interval panen 10 hari Gambar 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa semua perlakuan dosis pupuk urea + KCl pada berbagai interval panen menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom layak jual yang mengalami peningkatan seiring pertambahan umur panen sampai umur 50 HST dan selanjutnya mengalami penurunan pada panen berikutnya. Ketiadaan pucuk kolesom layak jual yang dapat dipanen mengakibatkan tidak ada data kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 70 dan 80 HST pada tanaman yang dipanen dengan interval 10 hari. Perubahan kandungan protein pucuk pada setiap perlakuan terlihat memiliki pola yang sama yaitu mengikuti fase perkembangan tanaman. Kandungan protein pucuk kolesom terus meningkat seiring dengan pertambahan umur tanaman dalam masa vegetatif dan mengalami penurunan pada saat memasuki masa reproduktif. Pola perubahan kandungan protein dan bobot basah pucuk yang sama mengikuti fase 0 2 3 5 6 8 9 11 12 14 15 20 50 80 Kandunganprotein(mg/gbb) Waktu pemanenan (HST) 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 50 kg urea + 100 kg KCl/ha 100 kg urea + 50 kg KCl/ha 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 0 2 3 5 6 8 9 11 12 14 15 20 35 50 65 80 KandunganProtein(mg/gbb) Waktu Pemanenan (HST) 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 50 kg urea + 100 kg KCl/ha 100 kg urea + 50 kg KCl/ha 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 0 2 3 5 6 8 9 11 12 14 15 20 30 40 50 60 70 80 Kandunganprotein(mg/gbb) Waktu pemanenan (HST) 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 50 kg urea + 100 kg KCl/ha 100 kg urea + 50 kg KCl/ha 100 kg urea + 100 kg KCl/ha
  • 4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 70 ISBN: 978-979-15649-6-0 perkembangan tanaman juga ditemukan oleh Abbasi et al. (2011) pada tanaman bayam yang mendapatkan perlakuan berbagai interval panen dan dosis pupuk N. Kandungan protein yang terus meningkat hingga umur 50 HST diduga terkait dengan kisaran waktu fase vegetatif kolesom. Fase vegetatif tanaman menjadikan pucuk merupakan organ yang paling aktif melakukan proses metabolisme yang menyebabkan pucuk menjadi organ sink yang kuat, oleh karena itu terjadi translokasi hara yang tinggi ke pucuk. Akumulasi hara N pada pucuk menyebabkan antara lain peningkatan asam amino yang disintesis menjadi protein, sehingga protein yang terkandung dalam pucuk sebenarnya merupakan deposit sementara asam amino pada masa vegetatif sebelum diremobilisasi ke organ lain. Penurunan kandungan protein pucuk setelah umur 50 hari terjadi karena kolesom memasuki masa reproduktif yang menyebabkan terjadinya kompetisi dalam pembagian asimilat antara pucuk dengan organ sink lain yang terbentuk. Kompetisi tersebut menyebabkan menurunnya suplai asimilat dari tajuk ke akar, sehingga pertumbuhan akar terganggu dan terjadi penurunan penyerapan hara N oleh akar. Penurunan penyerapan hara oleh akar pada masa reproduktif mengakibatkan remobilisasi hara N dari pucuk ke organ reproduktif sehingga terjadi penurunan kandungan protein pada pucuk kolesom. Mekanisme remobilisasi N yang dilaporkan oleh Barneix (2007) menunjukkan bahwa remobilisasi dilakukan oleh enzim proteolitik yang menghidrolisis protein daun dan melepaskan asam amino untuk ditransportasikan ke organ sink lain. Konsentrasi asam amino yang dilepaskan tergantung kepada total konsentrasi N dan metabolisme fotosintesis, sedangkan komposisi asam amino tergantung kepada spesies tanaman. Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea + KCl dengan berbagai dosis tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 20 HST. Diduga bahwa kandungan protein pucuk kolesom pada umur yang masih muda ini ditentukan oleh kapasitas metabolisme tanaman yang dibatasi oleh fase pertumbuhan tanaman. Artinya berapapun jumlah hara yang diberikan tidak dapat meningkatkan kandungan protein pucuk kolesom karena ada kapasitas maksimum sintesis protein pada umur tertentu. Pemanenan pucuk yang dimulai pada umur 20 HST menyebabkan perlakuan interval panen tidak berpengaruh terhadap kandungan protein pucuk layak jual pada umur 20 HST. Tabel 2.Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan dosis pupuk urea + KCl pada umur 20, 50, dan 80 HST Perlakuan Waktu panen (HST) 20 50 80 …………………..mg/g bb………………………. Interval panen (hari) 30 3.54 7.99 b 4.72 b 15 3.93 9.77 a 6.33 a 10 3.57 8.78 ab - Dosis pupuk urea + KCl (kg/ha) 50 + 50 3.38 7.91 c 4.31 c 50 + 100 3.74 8.51 b 4.73 c 100 + 50 3.94 8.39 b 5.97 b 100 + 100 3.66 10.60 a 7.09 a Interaksi tn tn ** Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.bb = bobot basah. - = tidak ada pucuk. Semakin tinggi total dosis pupuk urea + KCl yang diberikan maka semakin tinggi pula kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 50 HST. Semakin panjang interval panen akan menurunkan kandungan protein. Pucuk kolesom yang dipanen setiap 15 atau 10 hari menghasilkan kandungan protein pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan kolesom yang dipanen setiap 30 hari sekali pada umur 50 HST. Kandungan protein pucuk kolesom pada umur 50 HST merupakan kandungan protein tertinggi yang dihasilkan selama masa produksi 80 hari yaitu pada perlakuan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval panen 15 hari masing-masing secara berurutan sebesar 10.60 dan 9.77 mg/g bb. Kandungan protein pucuk layak jual pada semua perlakuan telah mengalami penurunan pada pemanenan umur 80 HST. Perlakuan interval panen 10 hari tidak dibandingkan karena tidak menghasilkan pucuk layak jual pada umur 80 HST, sehingga interval panen tersebut tidak dapat direkomendasikan pada budidaya kolesom karena akan memperpendek masa produksi pucuk kolesom.
  • 5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 71 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 80 HST dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan dosis pupuk urea + KCl dan interval panen.Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk 100 kg urea + 100 kg KCl/ha atau 100 kg urea + 50 kg KCl/ha pada kolesom yang dipanen setiap 15 hari sekali menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom tertinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan unsur N lebih dibutuhkan dibandingkan unsur K dalam pembentukan protein dalam pucuk kolesom. Namun, keseimbangan hara merupakan faktor kunci yang berpengaruh terhadap kualitas hasil tanaman. Kombinasi antara unsur N dan K dalam dosis yang tepat sangat dibutuhkan untuk pembentukan protein karena kedua unsur tersebut merupakan unsur yang sangat fundamental dalam proses biokimianya. Marschner (1995) menjelaskan bahwa unsur N yang diberikan melalui akar akan dimetabolisme untuk membentuk asam amino yang akan ditransportasikan ke tajuk yang selanjutnya membentuk ikatan peptida untuk menghasilkan protein, sedangkan Szczerba et al. (2009) menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam aktivasi enzim dan pemanjangan ikatan peptida pada proses pembentukan protein. Tabel 3. Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan dosis pupuk urea + KCl umur 80 HST Dosis pupuk urea + KCl (kg/ha) Interval panen (hari) 30 15 …………… mg/g bb…………….. 50 + 50 3.97 c 4.64 bc 50 + 100 4.38 c 5.07 bc 100 + 50 4.70 bc 7.24 a 100 + 100 5.84 b 8.35 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. KESIMPULAN Kandungan protein pucuk kolesom yang dipanen dengan interval 15 hari lebih tinggi dibandingkan dengan kolesom yang dipanen dengan interval 30 hari. Hal ini disebabkan karena pemanenan pucuk secara periodik dengan interval panen yang lebih pendek mengakibatkan peningkatan aktivitas rejuvenasi dan menjadikan pucuk kolesom menjadi sink yang kuat untuk translokasi hara N, sedangkan pemanenan pucuk dengan interval waktu yang lebih panjang akan memberikan peluang waktu lebih cepat bagi kolesom untuk memasuki masa reproduktif. DAFTAR PUSTAKA Abbasi, D., Y. Rouzbehan and J. Rezaei. 2011. Effect of harvest date and nitrogen fertilization rate on the nutritive value of amaranth forage (Amaranthus hypochondriacus). Anim. Feed Sci. Tech. [Article in Press]. doi:10.1016/J.anifeedsci.2011.09.014. Andarwulan, N., R. Batari, D.A. Sandrasari, B. Bolling and H. Wijaya. 2010. Flavonoid content and antioxidant activity of vegetables from Indonesia. Food Chem. 121: 1231-1235. Barneix, A.J. 2007. Physiology and Biochemistry of source-regulated protein accumulation in the wheat grain.J. Plant Physiol. 164: 581-590. Borowski, E. and S. Michalek. 2009. The effect of foliar feeding of potassium salts and urea in spinach on gas exchange, leaf yield and quality. Acta Agrobot. 62 (1): 155–162. Chen, B.M., Z.H. Wang, S.X. Li, G.X. Wang, H.X. Song and N.X. Wang. 2004. Effects of nitrate supply on plant growth, nitrate accumulation, metabolic nitrate concentration and nitrate reductase activity in three leafy vegetables. Plant Sci. 167: 635–643. Cseke, L.J., A. Kirakosyan, P.B. Kaufman, S.L. Warber, J.A. Duke and H. L. Brielmann. 2006. Natural Product from Plant. Taylor & Francis Group, USA. 691 p.
  • 6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 72 ISBN: 978-979-15649-6-0 Fasuyi, A.O. 2007. Bio-nutritional evaluations of three tropical leaf vegetables (Telfaria occidentalis, Amaranthus cruentus and Talinum triangulare) as sole dietary protein sources in rat assay. Food Chem.103:757-765. Fontem, D.A., R.R. Schippers. 2004. Talinum triangulare (Jacq.) Willd.http//prota2: vegetables/legumes record/Talinum 20%triangulare_En.htm [1 April 2010]. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II.Badan Litbang Departemen Kehutanan, penerjemah; Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.Terjemahan dari :De Nuttige Planten Van Indonesie. Manyawu, G.J., C. Chakoma, S. Sibanda, C. Mutis and I.C. Chakoma. 2003. The effect of harvesting interval on herbage yield and nutritive value of napier grass and hybrid Pennisetum. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 16(7):996-1002. Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants (2nd edition). Academic Press Limited, London. 889 p. Sanchez, N.R., S. Ledin, I. Ledin. 2007. Biomass production and nutritive composition of “Cratylia argentea” under different planting densities and harvest intervals. J. Sustain. Agric. 29(4):5-22. Santa, I.G.P. dan S.B. Prajogo. 1999. Studi taksonomi Talinum paniculatum (JACQ.) Gaertn.danTalinum triangulare (JACQ.) Willd.Warta Tumbuhan Obat Indonesia5(4): 9-10. Sugiarto, N.T. 2006. Pengaruh umur dan frekuensi panen pada produksi pucuk kolesom (Talinum triangulare Wild.)[Skripsi].Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Susanti, H., S.A. Aziz, M. Melati and S. Susanto. 2011. Protein and anthocyanin production of waterleaf shoots (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) at different levels of nitrogen+potassium and harvest intervals.JAI 39 (2):119-123. Szczerba, M.W., D.T. Britto and H. J. Kronzucker. 2009. K+ transport in plants: physiology and molecular biology. J. Plant Physiol.166 : 447-466. Waterborg, J.H. 2002. The Lowry method for protein in: Walker JM (ed). The protein protocols handbook.2nd Ed. Humana Press Inc, New Jersey. p 7-9.