SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
No                  Hasil Praktikum                      Evaluasi                                         Referensi
1.   Analisis Bahan Kering Pakan              Tujuan dari analisis bahan kering                 Menurut Sugeng (1998) pakan hijauan
                                      adalah untuk mengetahui kadar bahan kering        adalah semua bahan pakan yang berasal dari
     BK rumput lapang    = 13,93%     dalam pakan. Pakan terdiri dari dua yaitu pakan   tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-
     BK konsentarat      = 91,04%     hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan       daunan, terkadang termasuk batang, ranting,
                                      adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-      dan bunga. Menurut pendapat Sukadi et al.
                                      tumbuhan hijauan, sedangkan pakan konsentrat      (2002) kandungan nutrisi rumput lapang yaitu
                                      yaitu pakan tambahan yang diberikan kepada        BK sebesar 33,33%, dibandingkan dengan
                                      ternak sebelum pemberian hijauan yang             hasil penelitian Sihombing et al. (2010)
                                      bertujuan agar ternak dapat mudah mencerna        kandungan nutrisi rumput lapang yaitu BK
                                      pakan hijauan yang banyak mengandung serat        sebesar 32,80%.
                                      kasar. Kandungan bahan rumput lapang                      Pakan konsentrat adalah pakan yang
                                      mempunyai       kandungan      BK      13,93%.    mengandung serat kasar relatif rendah dan
                                      Dibandingkan hasil penelitian kandungan BK        mudah dicerna (Sugeng, 1998). Kandungan
                                      rumput lapang sebesar 33,33%. Adapun              BK Konsentrat 91,37% (Umiyasih et al.,
                                      referensi lain mengenai BK rumput lapangan        2007). Pendapat lain dari Hartanto (2008)
                                      yaitu sebesar 32,80%. Adanya perbedaan            yang menyatakan bahwa kandungan analisis
                                      tersebut dapat terjadi karena kandungan air       bahan pakan untuk konsentrat BK (Bahan
                                      dalam setiap bahan pakan yang berbeda.            Kering) 85,10%. Konsentrat mempunyai
                                              Pakan      konsentrat       mempunyai     kandungan nutrisi antara lainBK sebesar 85%
                                      kandungan BK sebesar 91,04%. Sedangkan            (PT. Tossa Agro). Faktor yang mempengaruhi
                                      kandungan BK konsentrat dari PT. Tossa Agro       perbedaan kandungan BK dalam suatu bahan
                                      yang digunakan dalam praktikum sebesar            pakan adalah jenis bahan pakan, kandungan
                                      85,10%. Adapun pendapat lain mengenai             air pada bahan pakan yang berbeda-beda.
                                      kandungan BK Konsentrat 91,37%. Perbedaan
                                      analisis BK dari suatu sampel bahan pakan
                                      biasanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
                                      dimana bahan pakan tersebut ditanam atau
                                      didapat.
2.   Pertumbuhan dan Perkembangan             Tujuan dari perhitungan bobot badan             Pakan yang diberikan berdasarkan
                                      harian (PBBH) adalah untuk mengetahui             kebutuhan bahan kering (BK) yaitu sebanyak
     Sapi 1                           seberapa besar peningkatan bobot badan dalam      3% dari bobot hidup (Rianto et al., 2007).
     Bobot Awal = 286,5 kg            sehari. Pada sapi PO (Peranakan Ongole)nomor      Menurut Nuschati et al. (2005) dengan pakan
     Bobot Akhir = 294 kg             1 menunjukkan bahwa PBBH yang dihitung            konsentrat dan hijauan yang cukup, PBBH
     PBBH        = 1,07 kg/hari       berdasarkan     bobot    akhir    penimbangan     sapi PO dapat mencapai 0,8 kg/ekor/hari.
                                      dikurangi bobot awal penimbangan dibagi lama      Dibandingkan dengan hasil penelitian oleh
pemeliharaan diperoleh hasil 1,07 kg/hari,         Rianto et al. (2007) menunjukkan bahwa pada
                                               dengan bobot awal sapi adalah 286,5 kg dan         penggemukan sapi PO (Peranakan Ongole)
                                               bobot badan akhir sapi selama pemeliharaan 7       menghasilkan       PBBH        sebesar     1,09
                                               hari 294 kg dengan pemberian bahan kering          kg/ekor/hari. Tillman et al. (1998)
                                               sebanyak 3% dari bobot hidup. Dibandingkan         menyatakan        bahwa        faktor     yang
                                               dengan referensi bahwa PBBH sapi PO sebesar        mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ternak
                                               0,8 kg/hari. Adapun pendapat lain yang             di antaranya pakan (baik kualitas dan
                                               menyatakan PBBH sapi PO dapat mencapai             kuantitasnya), serta karakteristik dari masing-
                                               0,74 kg/hari. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa    masing individu yang berbeda.
                                               fakor terkait antara lain dapat berasal dari
                                               genetik masing-masing individu ternak, umur,
                                               lingkungan disekitar kandang, serta pakan yang
                                               dikonsumsi oleh ternak tersebut.
3   Pengamatan Fisiologi Ternak                        Tujuan dari pengamatan fisiologi ternak            Menurut Reksohadiprodjo (1995)
                                               yaitu untuk mengetahui fisiologi ternak mulai      Suhu rektal normal sapi PO yaitu 38-40 oC.
    Suhu Rektal              = 38,40C
                                               dari perhitungan suhu rektal, frekuensi denyut     Ditambahkan oleh Naiddin et al. (2010)
    Frekuensi denyut nadi    = 76 kali/menit
                                               nadi, dan frekuensi nafas. Suhu rektal bertujuan   menyatakan bahwa standar denyut nadi dan
    Frekuensi Nafas          = 22 kali/menit
                                               untuk mengetahui suhu tubuh ternak tersebut        frekuensi nafas antara sapi yang normal,
                                               apakah dalam keadaan suhu tinggi atau rendah.      berkisar 50–60 kali/menit dan frekuensi nafas
                                               Pada praktikum yang telah dilaksanakan,            berkisar antara 10–20 kali/menit. Faktor yang
                                               didapatkan hasil rata-rata pada suhu rektal        dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh
                                               38,40C. Kondisi fisiologis ternak masih dalam      sapi yaitu panas yang dihasilkan dari pakan
                                               keadaan normal, karena standar normal suhu         yang dikonsumsi, serta kualitas pakan.
                                               rektal berada pada suhu antara 38-400C atau        Peningkatan denyut nadi juga dipengaruhi
                                               sekitar 38,50C. Salah satu faktor yang dapat       oleh peningkatan konsumsi pakan. Akibat
                                               mempengaruhi yaitu panas yang dihasilkan dari      dari konsumsi pakan yang meningkat
                                               pakan yang dikonsumsi, serta kualitas pakan        menyebabkan metabolisme tubuh juga
                                               tersebut.                                          meningkat dan pada akhirnya terjadi kenaikan
                                                       Frekuensi denyut nadi dapat digunakan      denyut nadi. (Isroli et al. dalam Wiryanto et
                                               untuk mengetahui keadaan sapi apakah dalam         al., 2004).
                                               stress atau tidak. Berdasarkan hasil praktikum             Wiryanto et al. (2010) bahwa suhu
                                               frekuensi denyut nadi sebesar 76 kali/menit.       rektal standar normalnya 38,50C, untuk
                                               Dibandingkan dengan referensi bahwa denyut         denyut nadi 75 kali/menit dan frekuensi
                                               nadi standar normalnya sebesar 75 kali/menit       nafasnya 19 kali/menit. Faktor yang
                                               dan 50–60 kali/menit. Konsumsi pakan yang          mempengaruhi fisiologi ternak antara lain
                                               meningkat dapat menaikkan denyut nadi karena       temperatur udara lingkungan, cekaman panas
akibat dari proses metabolisme tubuh.             lingkungan, dan aktivitas ternak (Aryogiet al.,
                                                    Penghitungan frekuensi napas ini          2005).
                                            bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon
                                            fisiologis sapi terhadap lingkungan di luar
                                            maupun di dalam kandang. Hasil pengamatan
                                            frekuensi nafas pada sapi yaitu 21,62
                                            kali/menit. Dibandingkan dengan referensi
                                            bahwa standar frekuensi napas sapi PO
                                            (Peranakan Ongole) yaitu 20 kali/menit dan 19
                                            kali/menit. Faktor yang mempengaruhi antara
                                            lain suhu, kelembaban lingkungan, aktivitas
                                            ternak, serta genetik ternak itu sendiri.
4.   Pengamatan Fisiologis Lingkungan               Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi            Williamson dan Payne (1993)
                                            lingkungan      yang     meliputi    pengamatan   berpendapat bahwa suhu nyaman untuk ternak
        Mikroklimat                         mikroklimat (suhu dan kelembaban di dalam         antara 18-30 0C dengan kelembaban 50%-
                                            kandang) dan pengamatan makroklimat (suhu         60%. Temperatur ideal di sekitar kandang
            Waktu      Suhu (oC)   Rh (%)   dan kelembaban di luar kandang), tujuannya        berkisar 25-330C dengan kelembaban 75%
            06. 00       25,32      77,71   yaitu untuk mengetahui berapa suhu dan            (Astuti, 2010). Menurut Reksohadiprodjo
            12. 00        33        50,86   kelembaban lingkungan sekitar, karena suhu        (1995) menyatakan bahwa temperatur udara
            18. 00       26,68      72,28   dan kelembaban lingkungan juga dapat              yang terlalu tinggi dapat menekan nafsu
            21. 00       25,78      76,57   mempengaruhi aktivitas ternak. Pada suhu          makan, mengurangi sengaman (konsumsi)
           Rata-rata     27,70      69,36   udara di lingkungan dalam kandang selama          makanan dan waktu merenggut hijauan, maka
                                            masa pemeliharaan, diperoleh rata-rata suhu       akibatnya terjadi pengurangan produktivitas
        Makroklimat                         mikro yaitu 27,70oC dan rata-rata kelembaban      ternak yang tercermin dari pertumbuhan
           Waktu       Suhu (oC)   Rh (%)   mikro yaitu 69,36%. Dibandingkan dengan           ternak yang menurun.
           06. 00        25,78      82,14   refensi bahwa suhu nyaman untuk ternak antara
           12. 00        33,89      71,93   18-30 0C dengan kelembaban 50%-60%.
           18. 00        26,86      78,28           Rata-rata suhu makroklimat yaitu
           21. 00        24,96      94,14   27,87oC dan rata-rata kelembaban makroklimat
          Rata-rata      27,87      81,62   yaitu 81,62%. Dibandingkan dengan referensi
                                            bahwa temperatur ideal di sekitar kandang
                                            berkisar 25-330C dengan kelembaban 75%.
                                            Apabila suhu dan kelembaban terlalu tinggi
                                            akan membuat ternak merasa tidak nyaman,
                                            sehingga nafsu makan dapat menurun, sehingga
                                            pertumbuhan ternak menjadi terhambat.
5.   Konversi Pakan                                  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan               Konversi       pakan       merupakan
                                                tujuan dari perhitungan konversi pakan yaitu     perbandingan antara jumlah konsumsi pakan
     PBBH                      = 1,07 kg/hari   untuk mengetahui banyaknya pakan yang            dan pertumbuhan bobot bandan harian.
     Konsumsi Total BK         = 5,55 kg BK     dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot         Menurut pendapat Purbowati et al. (2009)
     Konversi Pakan            = 5,19           badan. Sehingga diperoleh hasil dengan PBBH      Nilai konversi pakan yang semakin kecil
                                                sapi PO (Peranakan Ongole) yang dipelihara       menjadikan pemanfaatan pakan yang efisien.
                                                sebesar 1,07 kg/hari, konsumsi total BK          Menurut Siregar dalam Haryanti (2009) yang
                                                sebesar 5,55 kg BK, menghasilkan nilai           menyatakan bahwa konversi pakan yang baik
                                                konversi pakan sebesar 5,19 kg BK. Artinya       adalah 8,56-13,29. Sedangkan menurut hasil
                                                banyaknya pakan yang digunakan untuk             uji penelitian Carvalho et al. (2010) bahwa
                                                meningkatkan 1 kg PBBH dengan konsumsi           konversi pakan untuk sapi PO (Peranakan
                                                sebesar 5,19 kg BK. Dibandingkan dengan          Ongole) sebesar 6,02. Menurut Haryanti
                                                referensi bahwa konversi pakan yang baik         (2009) menyatakan bahwa konversi pakan
                                                adalah 8,56-13,29. Pendapat lain menyatakan      sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya
                                                bahwa konversi pakan untuk sapi PO sebesar       cerna, jenis kelamin, bangsa, kuantitas pakan,
                                                6,02. Semakin kecil nilai konversi pakan, maka   dan beberapa faktor lingkungan yang juga
                                                tingkat konsumsinya semakin baik. Adapun         tidak kalah penting.
                                                beberapa faktor yang mempengaruhi konversi
                                                pakan antara lain dipengaruhi oleh faktor
                                                genetik, umur, bobot badan dan faktor
                                                lingkungan.
6.   Efisiensi Pakan                                    Berdasarkan praktikum yang telah                 Efisiensi   pakan   menggambarkan
                                                dilakukan, tujuan dari perhitungan efisiensi     sejumlah pakan yang dibutuhkan oleh ternak
     PBBH              = 1,07 kg/hari           pakan yaitu dapat mengetahui seberapa besar      untuk menghasilkan sejumlah bobot badan
     Konsumsi Total BK = 5,55 kg BK             pakan yang dimanfaatkan oleh ternak untuk        (Sagala, 2011). Siregar dalam Sagala (2001)
     Efisiensi Pakan   = 19,28%                 meningkatkan sejumlah bobot badan. Efisiensi     menyatakan bahwa efisiensi penggunaan
                                                pakan yang diperoleh pada saat praktikum         pakan untuk sapi potong berkisar 7,52-
                                                sebesar 19,28%. Artinya dalam 100% pakan         11,29%. Menurut Campbell et al. dalam
                                                yang diberikan sebesar 19,28% mampu              Sagala (2011) efisiensi penggunaan pakan
                                                dimanfaatkan dengan baik oleh ternak.            dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
                                                Dibandingkan dengan referensi bahwa efisiensi    kemampuan ternak dalam mencerna bahan
                                                penggunaan pakan untuk sapi potong berkisar      pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup
                                                antara 7,52-11,29%. Hal ini disebabkan karena    pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta
                                                adanya beberapa faktor yang mempengaruhi         jenis pakan yang digunakan.
                                                efisiensi pakan seperti konsumsi BK (Bahan
                                                Kering), PBBH (Pertambahan Bobot Badan
Harian), kecukupan nutrien sapi yang diperoleh
                                               dari pakan yang dikonsumsi.
7.   Daya Cerna                                        Berdasarkan praktikum yang telah                    Kecernaan atau daya cerna merupakan
                                               dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tujuan          bagian dari nutrien pakan yang tidak
     Bobot Feses dalam BK       = 2,98 kg      dari perhitungan daya cerna yaitu untuk             diekskresikan dalam feses dan yang
     Konsumsi Total BK          = 5,55 kg BK   mengetahui seberapa besar nilai pakan yang          diasumsikan sebagai bagian yang diabsorpsi
     Hasil Daya Cerna           = 46,31%       dicerna dan diserap didalam tubuh ternak.           oleh ternak (Paramita et al., 2008). Menurut
                                               Berdasarkan hasil praktikum niai daya cerna         Mahesti et al. dalam Rianto et al. (2005)
                                               pada sapi sebesar 46,31%. Artinya dari 2,98 kg      Kecernaan BK pada sapi PO (Peranakan
                                               BK pakan        hanya 46,31% yang tercerna,         Ongole) sebesar 50. 98%. Pendapat lain dari
                                               sisanya     keluar    dalam     bentuk     feses.   hasil uji penelitian oleh Rianto et al. (2005)
                                               Dibandingkan dari hasil referensi bahwa             bahwa kecernaan BK pada sapi PO sebesar
                                               kecernaan BK sebesar 50,98%. Adapun hasil           72,99%. Sagala (2011) menyatakan bahwa
                                               referensi lain bahwa kecernaan BK (bahan            efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh
                                               kering) pada sapi PO (Peranakan Ongole)             beberapa faktor diantaranya kemampuan
                                               adalah 72,99%. Perbedaan tinggi rendahnya           ternak dalam mencerna bahan pakan,
                                               nilai daya cerna dapat dipengaruhi oleh             kecukupan zat pakan untuk hidup pokok,
                                               beberapa faktor antara lain individu ternak itu     pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis
                                               sendiri, lingkungan, serta kualitas pakan yang      pakan yang digunakan.
                                               diberikan.
8.   Feed Cost per Gain                                Berdasarkan praktikum ini tujuan dari              Rianto et al. (2005) menyatakan
                                               perhitungan feed cost per gain adalah untuk         bahwa Feed Cost Per Gain adalah banyaknya
     Harga Hijauan        = Rp 100,00/kg       mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk             biaya pakan yang harus dikeluarkan untuk
     Harga Konsentrat     = Rp 1.500,00/kg     pakan, dan membandingkan berapa harga jual          menghasilkan satu-satuan ternak. Menurut
     Hasilnya             = Rp 7.851,40        yang beredar dipasaran. Berdasarkan hasil           Aryogi et al. (2005) Nilai feed cost per gain
                                               praktikum biaya pakan yang dikeluarkan untuk        dapat    berubah     mengikuti     perubahan
                                               satu ekor sapi PO seharinya mencapai Rp             ketersediaan pakan setempat. Nilai feed cost
                                               7.851,40. Hal ini merupakan biaya yang cukup        per gain (FC/G) dipengaruhi oleh banyaknya
                                               murah dan efisien karena dengan biaya pakan         konsumsi pakan, harga bahan pakan, dan
                                               Rp 7.851,40 mampu menghasilkan PBBH 1               besamya PBBH yang dihasilkan.
                                               kg/hari, karena jika dibandingkan dengan harga
                                               di pasaran yaitu sebesar Rp 35.000,00. Akan
                                               tetapi, seiring dengan pergantian musim
                                               biasanya faktor lingkungan juga dapat
                                               mempengaruhi ketersedian pakan bagi ternak
                                               tersebut. Semakin kecil nilai feed cost per gain
maka semakin baik, karena dengan biaya yang
                                                        relatif murah dapat menaikkan PBBH sebanyak
                                                        1 kg/hari.
9.   Evaluaasi Perkandangan                                     Berdasarkan hasil pengamatan tujuan               Menurut Rasyid dan Hartati (2007)
                                                        dari evaluasi perkandangan yaitu mengetahui       yang menyatakan bahwa perlengkapan
     Model kandang konvensional dan tipe kandang tail   jenis dan tipe kandang, serta syarat kandang      kandang dapat meliputi palungan yaitu tempat
     to tail.
                                                        yang baik dan yang nyaman bagi ternak. Hal-       pakan, tempat minum, saluran darinase,
                                                        hal yang harus ada dalam evaluasi                 tempat penampung kotoran, gudang pakan
     Ukuran kandang:                                    perkandangan antara lain perlengkapan             dan peralatan kandang. Disamping itu harus
     Panjang kandang             = 13 m                 kandang meliputi stall ganda yang berfungsi       dilengkapi dengan tempat penampungan air
     Tinggi kandang              =7m                    penyekat antar sapi, Gangway berfungsi untuk      yang terletak diatas tangki air) yang
     Lebar kandang               = 7,5 m                jalan ternak yang terletak diantara dua baris     dihubungkan dengan pipa ke seluruh
     Panjang palung              = 12,4 m               kandang sapi, lebar dari gang way yaitu 1,5 m.    kandang. Haryanti (2009) menyatakan bahwa
     Lebar palung                = 55 cm                Palung pakan sebagai tempat pakan yang            Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling
     Kedalaman palung            = 50 cm                diberikan untuk ternak, panjang palung yaitu      berhadapan head to head dan sapi saling
     Panjang selokan luar        = 16,5 m               12,4 m, sehingga panjang palung untuk setiap      bertolak belakang tail to tail yang dilengkapi
     Lebar selokan dalam         = 25 cm                ternak sapi sekitar 1,2 m dan lebarnya 55 cm.     lorong untuk memudahkan pemberian pakan
     Panjang selokan dalam       = 13m                  Fungsi utama kandang bagi ternak adalah untuk     dan pengontrolan ternak.       Fungsi kandang
     Lebar selokan dalam         = 25 cm                pelindung ternak dan penunjang produktivitas,     adalah melindungi sapi dari gangguan cuaca,
     Kedalaman selokan dalam = 10 cm                    bak minum untuk minum ternak, peralatan           tempat sapi beristirahat dengan nyaman,
     Tinggi sekat                = 1,3 m                kebersihan digunakan untuk kebersihan             mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman
     Lebar sekat                 = 1,5 m                kandang.                                          di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran
     Panjang sekat               = 1,5 m                        Kandang berfungsi sebagai sarana          sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu,
     Lebar gangway               = 1,5 m                tempat tinggal untuk melakukan segala             dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan
     Ukuran bak air              =1m                    aktivitas yang dilakukan ternak, mulai dari       sapi tersebut (Abidin, 2008).
     Jarak kandang dengan tempat                        makan, minum, dan tidur. Kandang yang                     Menurut Rasyid dan Hartati (2007)
     pembuangan feses            = 15 m                 digunakan dalam praktikum bertipe tail to tail.   yang menyatakan bahwa gang way
                                                        Kandang jenis tail to tail ini susunannya yaitu   merupakan jalan yang terletak diantar dua
                                                        dua baris berlawanan arah yang diberi jarak       kandang individu, untuk memudahkan
                                                        dan arah kepala sapi yang sama. Jenis ini         pemberian pakan, lebar gang way umumnya
                                                        merupakan jenis kandang yang sering               berkisar antara 1,2-1,5 m, sedangkan palung
                                                        digunakan, karena dengan susunan tersebut         pakan merupakan tempat pakan dan tempat
                                                        sapi jadi tidak berebut pakan, sehingga pakan     minum yang berada di depan ternak, panjang
                                                        yang diberikan akan lebih dimanfaatkan            tempat pakan berkisar antara 90-100 cm dan
                                                        dengan baik oleh ternak itu sendiri.              lebar palung sekitar 50 cm.
10.   Carrying Capacity                                          Carrying      capacity     menunjukkan           Reksohadiprodjo (1995) menyatakan
                                                          kemampuan suatu lahan hijauan untuk             bahwa kapasitas tampung (Carrying capacity)
      Produksi lahan per tahun     = 79.800 kg BS/thn
                                                          menampung ternak bertahan hidup. Produksi       adalah     kemampuan       suatu     padang
      Produksi lahan per hari      = 218,63 kg BS/hari    lahan 79.800 kg per tahun, produksi lahan per   penggembalaan untuk menghasilkan hijauan
      Produksi per hari dalam BK   = 30,46 kg BK          hari 218,63 kg/hari, produksi per hari dalam    makanan ternak yang dibutuhkan sejumlah
      Hasil Carrying Capacity      = 3 ekor sapi dengan   BK adalah 30,46 kg BK, hasil carrying           ekor ternak yang digembalakan. Faktor-faktor
      bobot badan rata-rata        = 286,5 kg.            capacity sebanyak 3 ekor sapi dengan bobot      yang mempengaruhi daya tampung suatu
                                                          badan rata-rata 286,5 kg. Hal ini menunjukkan   padang     pennggembalaan     antara    lain
                                                          bahwa 1 Ha lahan mampu memenuhi untuk 3         kemiringan lahan, jarak dengan sumber air,
                                                          ekor ternak bobot badan rata-rata 286,5 kg,     kecepatan pertumbuhan tanaman, kerusakan
                                                          Artiya bahwa luas lahan 1 ha dapat              lahan, tersedianya hijauan yang dapat
                                                          menampung atau memenuhi kebutuhan pakan         dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, keadaan
                                                          hijauan untuk 3 ekor sapi. Salah satu faktor    variasi musim, dan keadaan ekologi padang
                                                          yang mempengaruhi daya tampung antara lain      penggembalaan (Santosa, 2010).
                                                          ketersediaan hijauan yang dikonsumsi,
                                                          perbedaan iklim yang tak menentu.
DAFTAR PUSTAKA


Abidin, Z. 2008. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Aryogi, Sumadi dan W. Hardjosubroto. 2005. Performans sapi silangan Peranakan Ongole di dataran rendah (studi kasus di kecamatan kota Anyar
     Kabupaten Probolinggo Jawa Timur). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pasuruan. Hal : 1-7.

Astuti, D.A. 2010. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Carvalho, M., Soeparno., dan N. Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole jantan yang
     dipelihara secara feedlot. Buletin Peternakan. 34 (1) : 38-46.

Hartanto, R. 2008. Estimasi konsumsi bahan kering, protein kasar, Total Digestible Nutrient, dan sisa pakan pada Peranakan Simmental. Agromedia 26 (2) :
     34-43.

Haryanti, N.W. 2009. Kualitas pakan dan kecukupan nutrisi sapi Simental di peternakan Mitra Tani Andini, kelurahan Gunung Pati, Kota Semarang.
     Skripsi, Semarang.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient requirements of ruminants in developing countries (NRC). Utah State University. Logan Utah.

Naiddin, A., M.N. Rokhmat , S. Dartosukarno., M. Arifin., dan A. Purnomoadi. 2010. Respon fisiologis dan profil darah sapi Peranakan Ongole (PO) Yang
     diberi pakan ampas teh dalam level yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan Veteriner, Semarang. Hal : 217-223.

Nuschati, U., Ernawati., Subiarta., Supadi., Gunawan., dan Suharno. 2005. Gelar Tekhnologi pengelolaan pakan sapi kereman di wilayah desa miskin.
     Laporan Kegiatan. BPTP Jawa Tengah.

Paramita, W., W. E. Susanto., dan A. B. Yulianto. 2008. Konsumsi dan kecernan bahan kering dan bahan organik dalam haylase pakan lengkap ternak sapi
     Peranakan Ongole. Media Kedokteran Hewan. 24 No 1.

Purbowati, E., C.I. Sutrisno., E. Baliarti., S.P.S. Budhi., W.Lestariana., E. Rianto., dan Kholidin. 2009. Penampilan produksi sapi lokal jantan dengan pakan
     komplit dari berbagai limbah pertaniian dan agroindustri. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.

Rasyid,A., dan Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pasuruan.

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik Edisi 2. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rianto, E., A.S.Iswaldidan., S.Dartosukarno. 2005. Penampilan produksi sapi Peranakan Ongole dan sapi Pernakan Ongole x Limousin yang mendapat
     pakan rumput raja dan ampas bir. Seminar Nasional Prospek Pengembangan Peternakan tanpa Limbah Hal: 1-20.

Sagala, W. 2011. Analisis biaya pakan dan performa sapi potong lokal pada ransum hijauan tinggi yang disuplementasi ekstrak lerak. Skripsi, Bogor.

Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi secara Profesional. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sihombing, G., W.Pratitis., dan G.A. Dewangga. 2010. Pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap kecernaan bahan kering
     dan bahan organik ransum domba jantan. Caraka Tani 25(1): 79-86.

Sugeng, Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sukadi, E. Purbowati., dan CM Sri Lestari. 2002. Aplikasi teknologi zat pemacu pertumbuhan Phytogenicuntuk penggemukan ternak domba.Seminar
     Nasional Teknologi Peternakan dan Verteneir, Semarang. Hal :87-90.

Tillman, A., S.Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S.Iebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Umiyasih, U., dan Y.N.Anggraeny. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
    Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Williamson, G., dan Payne. 1993. Peternakan di Daerah Tropis. (Diterjemahkan oleh : S.G.N. Darmadja). Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Wiryanto, I.P.R., L.M.Y.D.Darmoadtmodjo., S.Dartosukarno., M.Arifin., dan A, Purnomoadi. 2010. Produktivitas, respon fisiologis dan perubahan
     komposisi tubuh pada Sapi Jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi dan Veteriner. Hal : 331-338.
LAMPIRAN


Lampiran 1. PerhitunganAnalisis Bahan Kering Pakan


Tabel 1. Analisis BK Rumput Lapang
       Loyang                Berat Loyang (g)          Berat rumput lapang sebelum dioven (g)   Berat loyang + rumput lapang setelah dioven (g)
          1                       35,207                               10,008                                      36,587
          2                       33,986                               10,005                                      35,395
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.


BK Pakan             = berat loyang dan rumput lapang setelah dioven – berat loyang x 100%
                                          Berat rumput lapang segar

BK Rumput lapang1    = 36,587 – 35,395 x 100%
                           10,008

                     = 13,78%

BK Rumput lapang 2 = 36,587 – 35,395 x 100%
                      10,004

                     = 14,08%

BK rata-rata         = BK1 + BK2
                           2
                     = 13,78 + 14,08
                            2
                     = 13,93%
Lampiran 1.    (lanjutan)


Tabel 2. Analisis BK konsentrat
        Loyang                 Berat Loyang (g)         Berat konsentrat sebelum dioven   Berat loyang + konsentrat setelah dioven (g)
                                                                       (g)
          1                        6,532                            10,007                                  15,782
          2                        6,678                            10,005                                  15,648
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

BK Pakan          = berat loyang dan konsentrat setelah dioven – berat loyang x 100%
                                         Berat konsentrat segar

BK Konsentrat 1 = 15,782 – 6,532 x 100%
                    10,007

                  = 92,435%

BK Konsentrat 2 = 15,684 – 6,678 x 100%
                    10,005

                  = 89,655%

BK rata-rata      = BK1 + BK2
                        2
                  = 92,435 + 89,655
                         2
                  = 91,04%
Lampiran 2. Kebutuhan Bahan Pakan


Nomor sapi                    =1
Bobot awal sapi               = 286,5 kg
PBBH target                   = 0,75 kg/hari
Lama pemeliharaan             = 7 hari
Bobot target                  = BB awal + (lama pemeliharaan x PBBH target)
                              = 286,5 + (7 x 0,75)
                              = 291,75 kg
Bobot rata-rata               = BB awal + BB target
                                         2
                              = 286,5 + 291,75
                                     2
                              = 289,125 kg
Kebutuhan BKpakan             = 3% x BB rata-rata sapi
                              = 3% x289,125
                              = 8,67 kg BK

Perbandingan Rumput lapang : Konsentrat = 10% : 90%
      Kebutuhan Rumput lapang = 10% x kebutuhan BK
                                 = 10% x 8,67 kg BK
                                 = 0,87 kg BK

       Kebutuhan konsentrat         = 90% x kebutuhan BK
                                    = 90% x 8,67 kg BK
                                    = 7,80 kg BK

Konversi BK ke BS
      Konversi rumput lapang        = 100 x 0,87 kg BK
                                     13,93
                                    = 6,24 kg BS

       Konversi konsentrat          =100 x 7,80
                                     91,04
                                    =8,57 kg BS
Lampiran 3. Konsumsi Pakan


Tabel 3. Konsumsi Pakan
                                     Pemberian (Kg)                          Sisa pakan (Kg)                    Konsumsi (Kg)
       Tanggal
                             Hijauan            Konsentrat             Hijauan           Konsentrat   Hijauan              Konsentrat
  11 Nopember 2012             6,24                 8,57                1,00                 6,40       5,24                  2,17
  12 Nopember 2012             6,24                 8,57                0,20                 4,70       6,04                  3,87
  13 Nopember 2012             6,24                 8,57                1,70                 3,00       4,54                  5,57
  14 Nopember 2012             6,24                 8,57                  0                  5,25       6,24                  3,32
  15 Nopember 2012             6,24                 8,57                  0                  0,40       6,24                  8,17
  16 Nopember 2012             6,24                 8,57                0,30                 0,90       5,94                  7,67
  17 Nopember 2012             6,24                 8,57                0,50                 2,80       5,74                  5,77
       Jumlah                 43,68               59,59                 3,70               23,45       39,98                 36,54
      Rata-rata                6,24                 8,57                0,53                 3,35       5,71                  5,22
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.

Konsumsi Hijauan Segar            = 5,71 kg BS
Konsumsi Hijauan (BK)             = Kadar BK pakan x Konsumsi Hijauan Segar
                                         100
                                  = 13,93 x 5,71 = 0,80 kg BK
                                      100
Konsumsi konsentrat               = 5,22 kg BS
Konsumsi konsentrat (BK)          =Kadar BK pakan x Konsumsi pakan
                                         100
                                  = 91,04 x 5,22
                                     100
                                  = 4,75 kg BK
Konsumsi BK total                 = Konsumsi BK Hijauan + Konsumsi BK Konsentrat
                                  = 0,80 + 4,75
                                  = 5,55 kg BK
Lampiran 4. PerhitunganPertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)


BB awal           = 286,5 kg
BB akhir          = 294 kg
Lama pemeliharaan = 7 hari
PBBH              = BB akhir – BB awal
      `                   7
                  = 294 - 286,5
                          7
                  = 1,07 kg/hari
Lampiran 5. Perhitungan Evaluasi Pakan


● Perhitungan Evaluasi Pakan dengan rumus Interpolasi

       BB awal              = 286,5 kg
       PBBH sapi            = 1,07 kg/hari
       Lama pemeliharaan    = 7 hari
       BB akhir             = 294 kg
       BB rata – rata       = 286,5 + 294
                                  2
                            = 290,25 kg

Tabel 4. Kebutuhan Pakan
                BB (kg)                                   PBBH (kg)                                        Kebutuhan BK (kg)
                   200                                       0,29                                                4,61
                  244,5                                      0,29                                                 X
                   250                                       0,29                                                5,44
Sumber: Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries (Kearl, 1982)
BB – BB bawah               = Keb. BK bawah – BK bawah
BB atas – BB bawah                BK atas – BK bawah
244,5 - 200                 = X – 4,61
250 - 200                     5,44 – 4,61
44,5                        = X – 4,61
 50                             0,83
36,935                      = 50X – 230,5
50X                         = 230,5 + 36,935
50X                         = 267,435
X                           = 5,35
Kebutuhan BK interpolasi    = 5,35
Konsumsi BK total           = 6,78
Ketercukupan                = konsumsi BK total – kebutuhan BK interpolasi
                            = 6,78 – 5,35
                            = 1,43
Jadi, kebutuhan BK pakan tercukupi, akan tetapi kurang efisien karena masih ada atau banyak pakan yang tidak dapat dicerna menjadi daging dan PBBH-
nya rendah.
Lampiran 6. Perhitungan Konversi Pakan


PBBH                           = 1,07 kg/hari
Konsumsi BK total              = 5,55 kg BK
Konversi pakan                 = Konsumsi BK total
                                      PBBH
                               = 5,55
                                 1,07
                               = 5,19
Lampiran 7. Perhitungan Efisiensi Pakan


PBBH                      = 1,07 kg/hari
Konsumsi BK total         = 5,55 kg BK
Efisiensi Pakan           =       PBBH         x 100%
                             Konsumsi BK total
                          = 1,07 x 100%
                            5,55
                          = 19,28 %
Lampiran 8. Perhitungan BK Feses


Berat feses total = 11,92 kg

Tabel 5. Perhitungan BK Feses
     Loyang                 Berat loyang (g)            Berat feses sebelum di oven (g)   Berat feses + loyang setelah dioven (g)
         1                       3,909                               10,003                                6,415
         2                       4,176                               10,002                                6,670
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012

BK feses I     = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100%
                                berat feses sebelum dioven
               = 6,415 - 3,909 x 100%
                     10,003
               = 25,05%
BK feses II    = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100%
                                berat feses sebelum dioven
               = 6,670 – 4,176 x 100%
                     10,002
               = 24,94%
BK rata-rata   = BK feses I + BK feses II
                            2
               = 25,05+24,94
                   2
               = 25%
Total BK Feses = Total koleksi feses x BK feses
               = 11,92 x 25
                   100
               = 2,98 kg BK
Lampiran 9. Perhitungan Daya Cerna


Konsumsi BK total   = 5,55 kg BK
BK feses total      = 2,98 kgBK
Daya cerna          = Konsumsi BK total – BK feses total x 100%
                               Konsumsi BK total
                    = 5,55 - 2,98 x 100%
                        5,55
                    = 46,31%
Lampiran 10. Perhitungan Feed Cost Per Gain


Harga rumput lapang       = Rp 100 / kg
Harga konsentrat          = Rp 1500/kg
Konsumsi rumput lapang    = 5,64 kg
Konsumsi Konsentrat       = 5,15 kg
PBBH                      = 1,07 kg/hari

Feed cost per gain         =(harga rumput lapang x konsumsi rumput lapang) + (harga konsentrat x konsumsi konsentrat)
                                                               PBBH
                          = (100 x 5,71) + (1500 x 5,22)
                                         1,07
                          = 571+ 7830
                               1,07
                          = 8401
                            1,07
                          = Rp 7.851,40 /kg/BB/hari
Lampiran 11. Fisiologi Ternak


Tabel 6. Pengukuran Suhu Rektal Ternak
         Tanggal                 Jam                Pengukuran                Suhu rektal (oC)          Rata-rata suhu rektal (0C)
                                                        1                          38,4
                                06. 00                                                                            38,35
                                                        2                          38,3
                                                        1                          38,3
                                12. 00                                                                            38,3
                                                        2                          38,3
   16 November 2012
                                                        1                          39,0
                                18. 00                                                                            39,0
                                                        2                          39,0
                                                        1                          37,7
                                24. 00                                                                            38,1
                                                        2                          38,5
       Rata-rata                                                                  38,44                           38,44
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.


Tabel 7. Pengukuran Frekuensi Nafas Ternak
         Tanggal               Jam                 Pengukuran            Frekuensi nafas (kali/menit)           Rata-rata
                                                       1                             20
                              06. 00                                                                               20,5
                                                       2                             21
                                                       1                             27
   16November 2012            12. 00                                                                                26
                                                       2                             25
                                                       1                             21
                              18. 00                                                                                20
                                                       2                             19
                                                       1                             22
                              24. 00                                                                                20
                                                       2                             18
       Rata-rata                                                                     22                             22
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
Lampiran 11. (Lanjutan)


Tabel 8. Pengukuran Denyut Nadi Ternak
         Tanggal                 Jam                Pengukuran           Denyut nadi (kali/menit)   Rata-rata
                                                        1                          74
                               06. 00                                                                 74,5
                                                        2                          75
                                                        1                          89
                               12. 00                                                                 91,5
                                                        2                          94
   16November 2012
                                                        1                          58
                               18. 00                                                                  63
                                                        2                          68
                                                        1                          73
                               24. 00                                                                  75
                                                        2                          77
       Rata-rata                                                                   76                  76
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
Lampiran 12. Fisiologi Lingkungan Ternak

Tabel 10. Pengukuran Fisiologi Lingkungan Ternak
                                                   Mikroklimat                         Makroklimat
     Tanggal          Waktu
                                        Suhu (oC)                 Rh (%)   Suhu (oC)                 Rh (%)
                       06. 00               25                      78        26,5                     92
  11 Nopember          12. 00               33                      49         40                      68
      2012             18. 00               31                      68         32                      84
                       21. 00               27                      79         24                      96
                       06. 00               25                      76         25                      75
  12 Nopember          12. 00               34                      48        35,5                     71
      2012             18. 00              28,5                     64         29                      84
                       21. 00              24,5                     78       22,75                     96
                       06. 00               26                      78         26                      93
  13 Nopember          12. 00               30                      60         33                      71
      2012             18. 00               26                      74         28                      83
                       21. 00              25,5                     76        25,5                     96
                       06. 00               26                      80         27                      83
  14 Nopember          12. 00               33                      43        32,5                     73
      2012             18. 00             23,75                     74        23,5                     90
                       21. 00              25,5                     79       24,75                     95
                       06. 00              24,5                     76         28                      67
  15 Nopember          12. 00               32                      48         32                      71
      2012             18. 00               27                      64        26,5                     91
                       21. 00               26                      77         27                      96
                       06. 00               26                      82         23                      70
  16 Nopember          12. 00               36                      66       33,25                    54,5
      2012             18. 00              26,5                     80         25                      25
                       21. 00              26,5                     72       26,25                     88
                       06. 00             24,75                     74         25                      95
  17 Nopember          12. 00               33                      42         31                      71
      2012             18. 00               24                      68         26                      91
                       21. 00              25,5                     75        24,5                     92
    Rata-rata                             27,70                    68,86     27,88                   80,98
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
Lampiran 13. PerhitunganCarrying Capacity


Luas lahan                            = 1 ha  1 x 10. 000 = 10. 000 m2
Sample I                              = 1 kg/m2
Sample II                             = 2 kg/m2
Sample III                            = 1 kg/m2
Berat sample rata-rata                = 1,33 kg/m2

I. Produksi Lahan                     = luas lahan x berat sample rata-rata
                                      = 10.000 x 1,33 kg
                                      = 13.300 kg BS/m2

II.   Produksi Lahan/tahun (BS)       = produksi lahan x (BB x 30) + ½. produksi lahan x (BB x 30)
                                                     IPBB                  IPBK
                                      = 13.300 x (6 x 30) + ½ x 13.300 x (6 x 30)
                                             40                      60
                                      = 59.850 + 19.950
                                      = 79.800 kg BS/tahun

III. Produksi Lahan/hari (BS)         = produksi lahan/tahun
                                               365
                                      = 79.800
                                          365
                                      = 218,63 kg BS/hari

IV. Konversi BK                       =BK Hijauan x produksi lahan/hari (BS)
                                      = 13,93 x 218,63
                                        100
                                      = 30,46 kg BK

V. Carrying capacity                  = Produksi lahan/hari (BK)
                                        Kebutuhan pakan BK/hari
                                      = 30,46
                                         8.67
                                      = 3 ekor sapi dengan bobot badan 286,5 kg
Lampiran 14. Gambar kandang (tampak depan, samping)




                    Ilustrasi 1. Kandang tampak depan               Ilustrasi 2. Kandang tampak samping

Keterangan:                                             Keterangan :
1. Atap                                                 1. Atap
2. Dinding                                              2. Dinding
3. Palung pakan                                         3. Palung pakan
4. Selokan                                              4. Selokan
5. Kran air                                             5. Pembatas sapi
6. Pembatas sapi
Lampiran 14. Gambar kandang tampak atas, belakang (lanjutan)




                      Ilustrasi 3. Kandang tampak atas                   Ilustrasi 4. Kandang tampak belakang


 Keterangan:                                                   Keterangan:
 1. Dinding                                                    1. Atap
 2. Selokan                                                    2. Dinding
 3. Palung pakan                                               3. Palung pakan
 4. Pembatas sapi                                              4. Selokan
 5. Bak penampungan air                                        5. Kran air
                                                               6. Pembatas sapi
                                                               7. Bak penampungan air
Lampiran 15. Denah Perkandangan



                                                                8        9          10   11


                                                            7

                                                                     4          3
                                                                     5

                                                                                              1
                                                        6

                                                                               2




                                                       Ilustrasi 5. Denah perkandangan


Keterangan:
1. PKM (Gd. C)                                        9. Kandang sapi perah bawah
2. Parkiran                                           10. Kandang sapi perah atas
3. Kandang sapi potong atas                           11. Gudang Pakan
4. Kandang sapi potong bawah
5. Mess
6. Lab. Central
7. Kandang sapi madura
8. Pembuangan feses dan penyimpanan alat timbang sapi

More Related Content

What's hot

Sistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaSistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tata Naipospos
 
Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011
Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011
Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011Jajat Rohmana
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1lombkTBK
 
sistem respirasi bintang laut
sistem respirasi bintang lautsistem respirasi bintang laut
sistem respirasi bintang lautkrisnasuryanti
 
Penanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannya
Penanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannyaPenanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannya
Penanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannyaNurdinmontacity din
 
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan Ernalia Rosita
 
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.Rahmadani Dani
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Anjas Asmara, S.Si
 
Pigmen pada krustasea
Pigmen pada krustaseaPigmen pada krustasea
Pigmen pada krustaseaMalik Serang
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAgres Tarigan
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestYusuf Ahmad
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingBBPP_Batu
 
Laporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnyaLaporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnyaSusy Amelia
 

What's hot (20)

Sistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaSistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansia
 
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
 
Daging ppt
Daging pptDaging ppt
Daging ppt
 
Makalah pakan ayam
Makalah pakan ayamMakalah pakan ayam
Makalah pakan ayam
 
Susu kedelai
Susu kedelaiSusu kedelai
Susu kedelai
 
Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011
Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011
Biologi - Vfa (asam lemak terbang) 14 oktober 2011
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1
 
sistem respirasi bintang laut
sistem respirasi bintang lautsistem respirasi bintang laut
sistem respirasi bintang laut
 
Tabel hartadi
Tabel hartadiTabel hartadi
Tabel hartadi
 
Distribusi sampling
Distribusi samplingDistribusi sampling
Distribusi sampling
 
Penanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannya
Penanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannyaPenanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannya
Penanganan hasil pertanian dan cara penyimpanannya
 
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
 
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
 
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
Metoda pengumpulan dan analisis data (biologi air)
 
Tabel f-0-05
Tabel f-0-05Tabel f-0-05
Tabel f-0-05
 
Pigmen pada krustasea
Pigmen pada krustaseaPigmen pada krustasea
Pigmen pada krustasea
 
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-ovenAnalisa kadar-air-dengan-metode-oven
Analisa kadar-air-dengan-metode-oven
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
 
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan dagingbahan ajar dasar dasar pengolahan daging
bahan ajar dasar dasar pengolahan daging
 
Laporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnyaLaporan ipd susu dan hasil olahnya
Laporan ipd susu dan hasil olahnya
 

Viewers also liked

laporan praktikum nadi
laporan praktikum nadilaporan praktikum nadi
laporan praktikum nadiGanti Junior
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaswiradiputri
 
Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)
Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)
Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)PT. Hexamitra Daya Prima
 
Sni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiSni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiMuhammad Eko
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)jackruto
 
Contoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIP
Contoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIPContoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIP
Contoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIPUniversitas Diponegoro
 
Ilmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alam Ilmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alam lombkTBK
 
Makalah sapi
Makalah sapiMakalah sapi
Makalah sapietto kono
 

Viewers also liked (10)

laporan praktikum nadi
laporan praktikum nadilaporan praktikum nadi
laporan praktikum nadi
 
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansiaLaporan manajemen pemberian pakan ruminansia
Laporan manajemen pemberian pakan ruminansia
 
Laporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum intLaporan resmi praktikum int
Laporan resmi praktikum int
 
Peternakan sapi
Peternakan sapiPeternakan sapi
Peternakan sapi
 
Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)
Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)
Merencanakan PJU Tenaga Surya (Penerangan Jalan Umum)
 
Sni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapiSni karkas dan daging sapi
Sni karkas dan daging sapi
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Menghitung Denyut Nadi)
 
Contoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIP
Contoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIPContoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIP
Contoh Lampiran Karya Ilmiah Mahasiswa Peternakan UNDIP
 
Ilmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alam Ilmu pengetahuan alam
Ilmu pengetahuan alam
 
Makalah sapi
Makalah sapiMakalah sapi
Makalah sapi
 

Similar to LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Dendy Vidianto
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Dendy Vidianto
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...Repository Ipb
 
Acara 3 Ukuran Rumah Tangga
Acara 3 Ukuran Rumah TanggaAcara 3 Ukuran Rumah Tangga
Acara 3 Ukuran Rumah TanggaMelina Eka
 
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK Ilmianisa Azizah
 
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Abi Haura
 
Alhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiAlhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiNidiya Fitri
 
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikKebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikRoni Kedua
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...Mochamad Nurcholis
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4PPGhybrid3
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Sii AQyuu
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...Repository Ipb
 

Similar to LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja (20)

Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
 
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
 
Pounder Terifik
Pounder TerifikPounder Terifik
Pounder Terifik
 
Terafik Restorn
Terafik RestornTerafik Restorn
Terafik Restorn
 
Intern Terifik
Intern TerifikIntern Terifik
Intern Terifik
 
Acara 3 Ukuran Rumah Tangga
Acara 3 Ukuran Rumah TanggaAcara 3 Ukuran Rumah Tangga
Acara 3 Ukuran Rumah Tangga
 
Kebutuhan energi 2
Kebutuhan energi 2Kebutuhan energi 2
Kebutuhan energi 2
 
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
 
Bab%20 ii
Bab%20 iiBab%20 ii
Bab%20 ii
 
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
 
Alhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiAlhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadi
 
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak ItikKebutuhan Nutrisi Ternak Itik
Kebutuhan Nutrisi Ternak Itik
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
Pengaruh taurin
Pengaruh taurinPengaruh taurin
Pengaruh taurin
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
 

More from Ilmianisa Azizah

LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictIlmianisa Azizah
 
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabReview Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabIlmianisa Azizah
 
Makalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggasMakalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggasIlmianisa Azizah
 
Mikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi panganMikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi panganIlmianisa Azizah
 

More from Ilmianisa Azizah (7)

LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
 
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabReview Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
 
Makalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggasMakalah manajemen ternak unggas
Makalah manajemen ternak unggas
 
ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK ILMU REPRODUKSI TERNAK
ILMU REPRODUKSI TERNAK
 
"CHORD" More than words
"CHORD" More than words "CHORD" More than words
"CHORD" More than words
 
Artikel peternakan
Artikel peternakanArtikel peternakan
Artikel peternakan
 
Mikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi panganMikrobiologi fermentasi pangan
Mikrobiologi fermentasi pangan
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

LAPORAN Produksi Ternak Potong dan Kerja

  • 1. No Hasil Praktikum Evaluasi Referensi 1. Analisis Bahan Kering Pakan Tujuan dari analisis bahan kering Menurut Sugeng (1998) pakan hijauan adalah untuk mengetahui kadar bahan kering adalah semua bahan pakan yang berasal dari BK rumput lapang = 13,93% dalam pakan. Pakan terdiri dari dua yaitu pakan tanaman ataupun tumbuhan berupa daun- BK konsentarat = 91,04% hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan daunan, terkadang termasuk batang, ranting, adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh- dan bunga. Menurut pendapat Sukadi et al. tumbuhan hijauan, sedangkan pakan konsentrat (2002) kandungan nutrisi rumput lapang yaitu yaitu pakan tambahan yang diberikan kepada BK sebesar 33,33%, dibandingkan dengan ternak sebelum pemberian hijauan yang hasil penelitian Sihombing et al. (2010) bertujuan agar ternak dapat mudah mencerna kandungan nutrisi rumput lapang yaitu BK pakan hijauan yang banyak mengandung serat sebesar 32,80%. kasar. Kandungan bahan rumput lapang Pakan konsentrat adalah pakan yang mempunyai kandungan BK 13,93%. mengandung serat kasar relatif rendah dan Dibandingkan hasil penelitian kandungan BK mudah dicerna (Sugeng, 1998). Kandungan rumput lapang sebesar 33,33%. Adapun BK Konsentrat 91,37% (Umiyasih et al., referensi lain mengenai BK rumput lapangan 2007). Pendapat lain dari Hartanto (2008) yaitu sebesar 32,80%. Adanya perbedaan yang menyatakan bahwa kandungan analisis tersebut dapat terjadi karena kandungan air bahan pakan untuk konsentrat BK (Bahan dalam setiap bahan pakan yang berbeda. Kering) 85,10%. Konsentrat mempunyai Pakan konsentrat mempunyai kandungan nutrisi antara lainBK sebesar 85% kandungan BK sebesar 91,04%. Sedangkan (PT. Tossa Agro). Faktor yang mempengaruhi kandungan BK konsentrat dari PT. Tossa Agro perbedaan kandungan BK dalam suatu bahan yang digunakan dalam praktikum sebesar pakan adalah jenis bahan pakan, kandungan 85,10%. Adapun pendapat lain mengenai air pada bahan pakan yang berbeda-beda. kandungan BK Konsentrat 91,37%. Perbedaan analisis BK dari suatu sampel bahan pakan biasanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana bahan pakan tersebut ditanam atau didapat. 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tujuan dari perhitungan bobot badan Pakan yang diberikan berdasarkan harian (PBBH) adalah untuk mengetahui kebutuhan bahan kering (BK) yaitu sebanyak Sapi 1 seberapa besar peningkatan bobot badan dalam 3% dari bobot hidup (Rianto et al., 2007). Bobot Awal = 286,5 kg sehari. Pada sapi PO (Peranakan Ongole)nomor Menurut Nuschati et al. (2005) dengan pakan Bobot Akhir = 294 kg 1 menunjukkan bahwa PBBH yang dihitung konsentrat dan hijauan yang cukup, PBBH PBBH = 1,07 kg/hari berdasarkan bobot akhir penimbangan sapi PO dapat mencapai 0,8 kg/ekor/hari. dikurangi bobot awal penimbangan dibagi lama Dibandingkan dengan hasil penelitian oleh
  • 2. pemeliharaan diperoleh hasil 1,07 kg/hari, Rianto et al. (2007) menunjukkan bahwa pada dengan bobot awal sapi adalah 286,5 kg dan penggemukan sapi PO (Peranakan Ongole) bobot badan akhir sapi selama pemeliharaan 7 menghasilkan PBBH sebesar 1,09 hari 294 kg dengan pemberian bahan kering kg/ekor/hari. Tillman et al. (1998) sebanyak 3% dari bobot hidup. Dibandingkan menyatakan bahwa faktor yang dengan referensi bahwa PBBH sapi PO sebesar mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ternak 0,8 kg/hari. Adapun pendapat lain yang di antaranya pakan (baik kualitas dan menyatakan PBBH sapi PO dapat mencapai kuantitasnya), serta karakteristik dari masing- 0,74 kg/hari. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa masing individu yang berbeda. fakor terkait antara lain dapat berasal dari genetik masing-masing individu ternak, umur, lingkungan disekitar kandang, serta pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut. 3 Pengamatan Fisiologi Ternak Tujuan dari pengamatan fisiologi ternak Menurut Reksohadiprodjo (1995) yaitu untuk mengetahui fisiologi ternak mulai Suhu rektal normal sapi PO yaitu 38-40 oC. Suhu Rektal = 38,40C dari perhitungan suhu rektal, frekuensi denyut Ditambahkan oleh Naiddin et al. (2010) Frekuensi denyut nadi = 76 kali/menit nadi, dan frekuensi nafas. Suhu rektal bertujuan menyatakan bahwa standar denyut nadi dan Frekuensi Nafas = 22 kali/menit untuk mengetahui suhu tubuh ternak tersebut frekuensi nafas antara sapi yang normal, apakah dalam keadaan suhu tinggi atau rendah. berkisar 50–60 kali/menit dan frekuensi nafas Pada praktikum yang telah dilaksanakan, berkisar antara 10–20 kali/menit. Faktor yang didapatkan hasil rata-rata pada suhu rektal dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh 38,40C. Kondisi fisiologis ternak masih dalam sapi yaitu panas yang dihasilkan dari pakan keadaan normal, karena standar normal suhu yang dikonsumsi, serta kualitas pakan. rektal berada pada suhu antara 38-400C atau Peningkatan denyut nadi juga dipengaruhi sekitar 38,50C. Salah satu faktor yang dapat oleh peningkatan konsumsi pakan. Akibat mempengaruhi yaitu panas yang dihasilkan dari dari konsumsi pakan yang meningkat pakan yang dikonsumsi, serta kualitas pakan menyebabkan metabolisme tubuh juga tersebut. meningkat dan pada akhirnya terjadi kenaikan Frekuensi denyut nadi dapat digunakan denyut nadi. (Isroli et al. dalam Wiryanto et untuk mengetahui keadaan sapi apakah dalam al., 2004). stress atau tidak. Berdasarkan hasil praktikum Wiryanto et al. (2010) bahwa suhu frekuensi denyut nadi sebesar 76 kali/menit. rektal standar normalnya 38,50C, untuk Dibandingkan dengan referensi bahwa denyut denyut nadi 75 kali/menit dan frekuensi nadi standar normalnya sebesar 75 kali/menit nafasnya 19 kali/menit. Faktor yang dan 50–60 kali/menit. Konsumsi pakan yang mempengaruhi fisiologi ternak antara lain meningkat dapat menaikkan denyut nadi karena temperatur udara lingkungan, cekaman panas
  • 3. akibat dari proses metabolisme tubuh. lingkungan, dan aktivitas ternak (Aryogiet al., Penghitungan frekuensi napas ini 2005). bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon fisiologis sapi terhadap lingkungan di luar maupun di dalam kandang. Hasil pengamatan frekuensi nafas pada sapi yaitu 21,62 kali/menit. Dibandingkan dengan referensi bahwa standar frekuensi napas sapi PO (Peranakan Ongole) yaitu 20 kali/menit dan 19 kali/menit. Faktor yang mempengaruhi antara lain suhu, kelembaban lingkungan, aktivitas ternak, serta genetik ternak itu sendiri. 4. Pengamatan Fisiologis Lingkungan Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi Williamson dan Payne (1993) lingkungan yang meliputi pengamatan berpendapat bahwa suhu nyaman untuk ternak Mikroklimat mikroklimat (suhu dan kelembaban di dalam antara 18-30 0C dengan kelembaban 50%- kandang) dan pengamatan makroklimat (suhu 60%. Temperatur ideal di sekitar kandang Waktu Suhu (oC) Rh (%) dan kelembaban di luar kandang), tujuannya berkisar 25-330C dengan kelembaban 75% 06. 00 25,32 77,71 yaitu untuk mengetahui berapa suhu dan (Astuti, 2010). Menurut Reksohadiprodjo 12. 00 33 50,86 kelembaban lingkungan sekitar, karena suhu (1995) menyatakan bahwa temperatur udara 18. 00 26,68 72,28 dan kelembaban lingkungan juga dapat yang terlalu tinggi dapat menekan nafsu 21. 00 25,78 76,57 mempengaruhi aktivitas ternak. Pada suhu makan, mengurangi sengaman (konsumsi) Rata-rata 27,70 69,36 udara di lingkungan dalam kandang selama makanan dan waktu merenggut hijauan, maka masa pemeliharaan, diperoleh rata-rata suhu akibatnya terjadi pengurangan produktivitas Makroklimat mikro yaitu 27,70oC dan rata-rata kelembaban ternak yang tercermin dari pertumbuhan Waktu Suhu (oC) Rh (%) mikro yaitu 69,36%. Dibandingkan dengan ternak yang menurun. 06. 00 25,78 82,14 refensi bahwa suhu nyaman untuk ternak antara 12. 00 33,89 71,93 18-30 0C dengan kelembaban 50%-60%. 18. 00 26,86 78,28 Rata-rata suhu makroklimat yaitu 21. 00 24,96 94,14 27,87oC dan rata-rata kelembaban makroklimat Rata-rata 27,87 81,62 yaitu 81,62%. Dibandingkan dengan referensi bahwa temperatur ideal di sekitar kandang berkisar 25-330C dengan kelembaban 75%. Apabila suhu dan kelembaban terlalu tinggi akan membuat ternak merasa tidak nyaman, sehingga nafsu makan dapat menurun, sehingga pertumbuhan ternak menjadi terhambat.
  • 4. 5. Konversi Pakan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Konversi pakan merupakan tujuan dari perhitungan konversi pakan yaitu perbandingan antara jumlah konsumsi pakan PBBH = 1,07 kg/hari untuk mengetahui banyaknya pakan yang dan pertumbuhan bobot bandan harian. Konsumsi Total BK = 5,55 kg BK dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot Menurut pendapat Purbowati et al. (2009) Konversi Pakan = 5,19 badan. Sehingga diperoleh hasil dengan PBBH Nilai konversi pakan yang semakin kecil sapi PO (Peranakan Ongole) yang dipelihara menjadikan pemanfaatan pakan yang efisien. sebesar 1,07 kg/hari, konsumsi total BK Menurut Siregar dalam Haryanti (2009) yang sebesar 5,55 kg BK, menghasilkan nilai menyatakan bahwa konversi pakan yang baik konversi pakan sebesar 5,19 kg BK. Artinya adalah 8,56-13,29. Sedangkan menurut hasil banyaknya pakan yang digunakan untuk uji penelitian Carvalho et al. (2010) bahwa meningkatkan 1 kg PBBH dengan konsumsi konversi pakan untuk sapi PO (Peranakan sebesar 5,19 kg BK. Dibandingkan dengan Ongole) sebesar 6,02. Menurut Haryanti referensi bahwa konversi pakan yang baik (2009) menyatakan bahwa konversi pakan adalah 8,56-13,29. Pendapat lain menyatakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya bahwa konversi pakan untuk sapi PO sebesar cerna, jenis kelamin, bangsa, kuantitas pakan, 6,02. Semakin kecil nilai konversi pakan, maka dan beberapa faktor lingkungan yang juga tingkat konsumsinya semakin baik. Adapun tidak kalah penting. beberapa faktor yang mempengaruhi konversi pakan antara lain dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, bobot badan dan faktor lingkungan. 6. Efisiensi Pakan Berdasarkan praktikum yang telah Efisiensi pakan menggambarkan dilakukan, tujuan dari perhitungan efisiensi sejumlah pakan yang dibutuhkan oleh ternak PBBH = 1,07 kg/hari pakan yaitu dapat mengetahui seberapa besar untuk menghasilkan sejumlah bobot badan Konsumsi Total BK = 5,55 kg BK pakan yang dimanfaatkan oleh ternak untuk (Sagala, 2011). Siregar dalam Sagala (2001) Efisiensi Pakan = 19,28% meningkatkan sejumlah bobot badan. Efisiensi menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan yang diperoleh pada saat praktikum pakan untuk sapi potong berkisar 7,52- sebesar 19,28%. Artinya dalam 100% pakan 11,29%. Menurut Campbell et al. dalam yang diberikan sebesar 19,28% mampu Sagala (2011) efisiensi penggunaan pakan dimanfaatkan dengan baik oleh ternak. dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Dibandingkan dengan referensi bahwa efisiensi kemampuan ternak dalam mencerna bahan penggunaan pakan untuk sapi potong berkisar pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup antara 7,52-11,29%. Hal ini disebabkan karena pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta adanya beberapa faktor yang mempengaruhi jenis pakan yang digunakan. efisiensi pakan seperti konsumsi BK (Bahan Kering), PBBH (Pertambahan Bobot Badan
  • 5. Harian), kecukupan nutrien sapi yang diperoleh dari pakan yang dikonsumsi. 7. Daya Cerna Berdasarkan praktikum yang telah Kecernaan atau daya cerna merupakan dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tujuan bagian dari nutrien pakan yang tidak Bobot Feses dalam BK = 2,98 kg dari perhitungan daya cerna yaitu untuk diekskresikan dalam feses dan yang Konsumsi Total BK = 5,55 kg BK mengetahui seberapa besar nilai pakan yang diasumsikan sebagai bagian yang diabsorpsi Hasil Daya Cerna = 46,31% dicerna dan diserap didalam tubuh ternak. oleh ternak (Paramita et al., 2008). Menurut Berdasarkan hasil praktikum niai daya cerna Mahesti et al. dalam Rianto et al. (2005) pada sapi sebesar 46,31%. Artinya dari 2,98 kg Kecernaan BK pada sapi PO (Peranakan BK pakan hanya 46,31% yang tercerna, Ongole) sebesar 50. 98%. Pendapat lain dari sisanya keluar dalam bentuk feses. hasil uji penelitian oleh Rianto et al. (2005) Dibandingkan dari hasil referensi bahwa bahwa kecernaan BK pada sapi PO sebesar kecernaan BK sebesar 50,98%. Adapun hasil 72,99%. Sagala (2011) menyatakan bahwa referensi lain bahwa kecernaan BK (bahan efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh kering) pada sapi PO (Peranakan Ongole) beberapa faktor diantaranya kemampuan adalah 72,99%. Perbedaan tinggi rendahnya ternak dalam mencerna bahan pakan, nilai daya cerna dapat dipengaruhi oleh kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, beberapa faktor antara lain individu ternak itu pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis sendiri, lingkungan, serta kualitas pakan yang pakan yang digunakan. diberikan. 8. Feed Cost per Gain Berdasarkan praktikum ini tujuan dari Rianto et al. (2005) menyatakan perhitungan feed cost per gain adalah untuk bahwa Feed Cost Per Gain adalah banyaknya Harga Hijauan = Rp 100,00/kg mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk biaya pakan yang harus dikeluarkan untuk Harga Konsentrat = Rp 1.500,00/kg pakan, dan membandingkan berapa harga jual menghasilkan satu-satuan ternak. Menurut Hasilnya = Rp 7.851,40 yang beredar dipasaran. Berdasarkan hasil Aryogi et al. (2005) Nilai feed cost per gain praktikum biaya pakan yang dikeluarkan untuk dapat berubah mengikuti perubahan satu ekor sapi PO seharinya mencapai Rp ketersediaan pakan setempat. Nilai feed cost 7.851,40. Hal ini merupakan biaya yang cukup per gain (FC/G) dipengaruhi oleh banyaknya murah dan efisien karena dengan biaya pakan konsumsi pakan, harga bahan pakan, dan Rp 7.851,40 mampu menghasilkan PBBH 1 besamya PBBH yang dihasilkan. kg/hari, karena jika dibandingkan dengan harga di pasaran yaitu sebesar Rp 35.000,00. Akan tetapi, seiring dengan pergantian musim biasanya faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi ketersedian pakan bagi ternak tersebut. Semakin kecil nilai feed cost per gain
  • 6. maka semakin baik, karena dengan biaya yang relatif murah dapat menaikkan PBBH sebanyak 1 kg/hari. 9. Evaluaasi Perkandangan Berdasarkan hasil pengamatan tujuan Menurut Rasyid dan Hartati (2007) dari evaluasi perkandangan yaitu mengetahui yang menyatakan bahwa perlengkapan Model kandang konvensional dan tipe kandang tail jenis dan tipe kandang, serta syarat kandang kandang dapat meliputi palungan yaitu tempat to tail. yang baik dan yang nyaman bagi ternak. Hal- pakan, tempat minum, saluran darinase, hal yang harus ada dalam evaluasi tempat penampung kotoran, gudang pakan Ukuran kandang: perkandangan antara lain perlengkapan dan peralatan kandang. Disamping itu harus Panjang kandang = 13 m kandang meliputi stall ganda yang berfungsi dilengkapi dengan tempat penampungan air Tinggi kandang =7m penyekat antar sapi, Gangway berfungsi untuk yang terletak diatas tangki air) yang Lebar kandang = 7,5 m jalan ternak yang terletak diantara dua baris dihubungkan dengan pipa ke seluruh Panjang palung = 12,4 m kandang sapi, lebar dari gang way yaitu 1,5 m. kandang. Haryanti (2009) menyatakan bahwa Lebar palung = 55 cm Palung pakan sebagai tempat pakan yang Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling Kedalaman palung = 50 cm diberikan untuk ternak, panjang palung yaitu berhadapan head to head dan sapi saling Panjang selokan luar = 16,5 m 12,4 m, sehingga panjang palung untuk setiap bertolak belakang tail to tail yang dilengkapi Lebar selokan dalam = 25 cm ternak sapi sekitar 1,2 m dan lebarnya 55 cm. lorong untuk memudahkan pemberian pakan Panjang selokan dalam = 13m Fungsi utama kandang bagi ternak adalah untuk dan pengontrolan ternak. Fungsi kandang Lebar selokan dalam = 25 cm pelindung ternak dan penunjang produktivitas, adalah melindungi sapi dari gangguan cuaca, Kedalaman selokan dalam = 10 cm bak minum untuk minum ternak, peralatan tempat sapi beristirahat dengan nyaman, Tinggi sekat = 1,3 m kebersihan digunakan untuk kebersihan mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman Lebar sekat = 1,5 m kandang. di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran Panjang sekat = 1,5 m Kandang berfungsi sebagai sarana sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu, Lebar gangway = 1,5 m tempat tinggal untuk melakukan segala dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan Ukuran bak air =1m aktivitas yang dilakukan ternak, mulai dari sapi tersebut (Abidin, 2008). Jarak kandang dengan tempat makan, minum, dan tidur. Kandang yang Menurut Rasyid dan Hartati (2007) pembuangan feses = 15 m digunakan dalam praktikum bertipe tail to tail. yang menyatakan bahwa gang way Kandang jenis tail to tail ini susunannya yaitu merupakan jalan yang terletak diantar dua dua baris berlawanan arah yang diberi jarak kandang individu, untuk memudahkan dan arah kepala sapi yang sama. Jenis ini pemberian pakan, lebar gang way umumnya merupakan jenis kandang yang sering berkisar antara 1,2-1,5 m, sedangkan palung digunakan, karena dengan susunan tersebut pakan merupakan tempat pakan dan tempat sapi jadi tidak berebut pakan, sehingga pakan minum yang berada di depan ternak, panjang yang diberikan akan lebih dimanfaatkan tempat pakan berkisar antara 90-100 cm dan dengan baik oleh ternak itu sendiri. lebar palung sekitar 50 cm.
  • 7. 10. Carrying Capacity Carrying capacity menunjukkan Reksohadiprodjo (1995) menyatakan kemampuan suatu lahan hijauan untuk bahwa kapasitas tampung (Carrying capacity) Produksi lahan per tahun = 79.800 kg BS/thn menampung ternak bertahan hidup. Produksi adalah kemampuan suatu padang Produksi lahan per hari = 218,63 kg BS/hari lahan 79.800 kg per tahun, produksi lahan per penggembalaan untuk menghasilkan hijauan Produksi per hari dalam BK = 30,46 kg BK hari 218,63 kg/hari, produksi per hari dalam makanan ternak yang dibutuhkan sejumlah Hasil Carrying Capacity = 3 ekor sapi dengan BK adalah 30,46 kg BK, hasil carrying ekor ternak yang digembalakan. Faktor-faktor bobot badan rata-rata = 286,5 kg. capacity sebanyak 3 ekor sapi dengan bobot yang mempengaruhi daya tampung suatu badan rata-rata 286,5 kg. Hal ini menunjukkan padang pennggembalaan antara lain bahwa 1 Ha lahan mampu memenuhi untuk 3 kemiringan lahan, jarak dengan sumber air, ekor ternak bobot badan rata-rata 286,5 kg, kecepatan pertumbuhan tanaman, kerusakan Artiya bahwa luas lahan 1 ha dapat lahan, tersedianya hijauan yang dapat menampung atau memenuhi kebutuhan pakan dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, keadaan hijauan untuk 3 ekor sapi. Salah satu faktor variasi musim, dan keadaan ekologi padang yang mempengaruhi daya tampung antara lain penggembalaan (Santosa, 2010). ketersediaan hijauan yang dikonsumsi, perbedaan iklim yang tak menentu.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2008. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta. Aryogi, Sumadi dan W. Hardjosubroto. 2005. Performans sapi silangan Peranakan Ongole di dataran rendah (studi kasus di kecamatan kota Anyar Kabupaten Probolinggo Jawa Timur). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pasuruan. Hal : 1-7. Astuti, D.A. 2010. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta. Carvalho, M., Soeparno., dan N. Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole jantan yang dipelihara secara feedlot. Buletin Peternakan. 34 (1) : 38-46. Hartanto, R. 2008. Estimasi konsumsi bahan kering, protein kasar, Total Digestible Nutrient, dan sisa pakan pada Peranakan Simmental. Agromedia 26 (2) : 34-43. Haryanti, N.W. 2009. Kualitas pakan dan kecukupan nutrisi sapi Simental di peternakan Mitra Tani Andini, kelurahan Gunung Pati, Kota Semarang. Skripsi, Semarang. Kearl, L.C. 1982. Nutrient requirements of ruminants in developing countries (NRC). Utah State University. Logan Utah. Naiddin, A., M.N. Rokhmat , S. Dartosukarno., M. Arifin., dan A. Purnomoadi. 2010. Respon fisiologis dan profil darah sapi Peranakan Ongole (PO) Yang diberi pakan ampas teh dalam level yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan Veteriner, Semarang. Hal : 217-223. Nuschati, U., Ernawati., Subiarta., Supadi., Gunawan., dan Suharno. 2005. Gelar Tekhnologi pengelolaan pakan sapi kereman di wilayah desa miskin. Laporan Kegiatan. BPTP Jawa Tengah. Paramita, W., W. E. Susanto., dan A. B. Yulianto. 2008. Konsumsi dan kecernan bahan kering dan bahan organik dalam haylase pakan lengkap ternak sapi Peranakan Ongole. Media Kedokteran Hewan. 24 No 1. Purbowati, E., C.I. Sutrisno., E. Baliarti., S.P.S. Budhi., W.Lestariana., E. Rianto., dan Kholidin. 2009. Penampilan produksi sapi lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertaniian dan agroindustri. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang. Rasyid,A., dan Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pasuruan. Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik Edisi 2. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
  • 9. Rianto, E., A.S.Iswaldidan., S.Dartosukarno. 2005. Penampilan produksi sapi Peranakan Ongole dan sapi Pernakan Ongole x Limousin yang mendapat pakan rumput raja dan ampas bir. Seminar Nasional Prospek Pengembangan Peternakan tanpa Limbah Hal: 1-20. Sagala, W. 2011. Analisis biaya pakan dan performa sapi potong lokal pada ransum hijauan tinggi yang disuplementasi ekstrak lerak. Skripsi, Bogor. Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi secara Profesional. Penebar Swadaya, Jakarta. Sihombing, G., W.Pratitis., dan G.A. Dewangga. 2010. Pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum domba jantan. Caraka Tani 25(1): 79-86. Sugeng, Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Sukadi, E. Purbowati., dan CM Sri Lestari. 2002. Aplikasi teknologi zat pemacu pertumbuhan Phytogenicuntuk penggemukan ternak domba.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Verteneir, Semarang. Hal :87-90. Tillman, A., S.Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S.Iebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University, Yogyakarta. Umiyasih, U., dan Y.N.Anggraeny. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Williamson, G., dan Payne. 1993. Peternakan di Daerah Tropis. (Diterjemahkan oleh : S.G.N. Darmadja). Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta. Wiryanto, I.P.R., L.M.Y.D.Darmoadtmodjo., S.Dartosukarno., M.Arifin., dan A, Purnomoadi. 2010. Produktivitas, respon fisiologis dan perubahan komposisi tubuh pada Sapi Jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi dan Veteriner. Hal : 331-338.
  • 10. LAMPIRAN Lampiran 1. PerhitunganAnalisis Bahan Kering Pakan Tabel 1. Analisis BK Rumput Lapang Loyang Berat Loyang (g) Berat rumput lapang sebelum dioven (g) Berat loyang + rumput lapang setelah dioven (g) 1 35,207 10,008 36,587 2 33,986 10,005 35,395 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012. BK Pakan = berat loyang dan rumput lapang setelah dioven – berat loyang x 100% Berat rumput lapang segar BK Rumput lapang1 = 36,587 – 35,395 x 100% 10,008 = 13,78% BK Rumput lapang 2 = 36,587 – 35,395 x 100% 10,004 = 14,08% BK rata-rata = BK1 + BK2 2 = 13,78 + 14,08 2 = 13,93%
  • 11. Lampiran 1. (lanjutan) Tabel 2. Analisis BK konsentrat Loyang Berat Loyang (g) Berat konsentrat sebelum dioven Berat loyang + konsentrat setelah dioven (g) (g) 1 6,532 10,007 15,782 2 6,678 10,005 15,648 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012. BK Pakan = berat loyang dan konsentrat setelah dioven – berat loyang x 100% Berat konsentrat segar BK Konsentrat 1 = 15,782 – 6,532 x 100% 10,007 = 92,435% BK Konsentrat 2 = 15,684 – 6,678 x 100% 10,005 = 89,655% BK rata-rata = BK1 + BK2 2 = 92,435 + 89,655 2 = 91,04%
  • 12. Lampiran 2. Kebutuhan Bahan Pakan Nomor sapi =1 Bobot awal sapi = 286,5 kg PBBH target = 0,75 kg/hari Lama pemeliharaan = 7 hari Bobot target = BB awal + (lama pemeliharaan x PBBH target) = 286,5 + (7 x 0,75) = 291,75 kg Bobot rata-rata = BB awal + BB target 2 = 286,5 + 291,75 2 = 289,125 kg Kebutuhan BKpakan = 3% x BB rata-rata sapi = 3% x289,125 = 8,67 kg BK Perbandingan Rumput lapang : Konsentrat = 10% : 90% Kebutuhan Rumput lapang = 10% x kebutuhan BK = 10% x 8,67 kg BK = 0,87 kg BK Kebutuhan konsentrat = 90% x kebutuhan BK = 90% x 8,67 kg BK = 7,80 kg BK Konversi BK ke BS Konversi rumput lapang = 100 x 0,87 kg BK 13,93 = 6,24 kg BS Konversi konsentrat =100 x 7,80 91,04 =8,57 kg BS
  • 13. Lampiran 3. Konsumsi Pakan Tabel 3. Konsumsi Pakan Pemberian (Kg) Sisa pakan (Kg) Konsumsi (Kg) Tanggal Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat 11 Nopember 2012 6,24 8,57 1,00 6,40 5,24 2,17 12 Nopember 2012 6,24 8,57 0,20 4,70 6,04 3,87 13 Nopember 2012 6,24 8,57 1,70 3,00 4,54 5,57 14 Nopember 2012 6,24 8,57 0 5,25 6,24 3,32 15 Nopember 2012 6,24 8,57 0 0,40 6,24 8,17 16 Nopember 2012 6,24 8,57 0,30 0,90 5,94 7,67 17 Nopember 2012 6,24 8,57 0,50 2,80 5,74 5,77 Jumlah 43,68 59,59 3,70 23,45 39,98 36,54 Rata-rata 6,24 8,57 0,53 3,35 5,71 5,22 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012. Konsumsi Hijauan Segar = 5,71 kg BS Konsumsi Hijauan (BK) = Kadar BK pakan x Konsumsi Hijauan Segar 100 = 13,93 x 5,71 = 0,80 kg BK 100 Konsumsi konsentrat = 5,22 kg BS Konsumsi konsentrat (BK) =Kadar BK pakan x Konsumsi pakan 100 = 91,04 x 5,22 100 = 4,75 kg BK Konsumsi BK total = Konsumsi BK Hijauan + Konsumsi BK Konsentrat = 0,80 + 4,75 = 5,55 kg BK
  • 14. Lampiran 4. PerhitunganPertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) BB awal = 286,5 kg BB akhir = 294 kg Lama pemeliharaan = 7 hari PBBH = BB akhir – BB awal ` 7 = 294 - 286,5 7 = 1,07 kg/hari
  • 15. Lampiran 5. Perhitungan Evaluasi Pakan ● Perhitungan Evaluasi Pakan dengan rumus Interpolasi BB awal = 286,5 kg PBBH sapi = 1,07 kg/hari Lama pemeliharaan = 7 hari BB akhir = 294 kg BB rata – rata = 286,5 + 294 2 = 290,25 kg Tabel 4. Kebutuhan Pakan BB (kg) PBBH (kg) Kebutuhan BK (kg) 200 0,29 4,61 244,5 0,29 X 250 0,29 5,44 Sumber: Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries (Kearl, 1982) BB – BB bawah = Keb. BK bawah – BK bawah BB atas – BB bawah BK atas – BK bawah 244,5 - 200 = X – 4,61 250 - 200 5,44 – 4,61 44,5 = X – 4,61 50 0,83 36,935 = 50X – 230,5 50X = 230,5 + 36,935 50X = 267,435 X = 5,35 Kebutuhan BK interpolasi = 5,35 Konsumsi BK total = 6,78 Ketercukupan = konsumsi BK total – kebutuhan BK interpolasi = 6,78 – 5,35 = 1,43 Jadi, kebutuhan BK pakan tercukupi, akan tetapi kurang efisien karena masih ada atau banyak pakan yang tidak dapat dicerna menjadi daging dan PBBH- nya rendah.
  • 16. Lampiran 6. Perhitungan Konversi Pakan PBBH = 1,07 kg/hari Konsumsi BK total = 5,55 kg BK Konversi pakan = Konsumsi BK total PBBH = 5,55 1,07 = 5,19
  • 17. Lampiran 7. Perhitungan Efisiensi Pakan PBBH = 1,07 kg/hari Konsumsi BK total = 5,55 kg BK Efisiensi Pakan = PBBH x 100% Konsumsi BK total = 1,07 x 100% 5,55 = 19,28 %
  • 18. Lampiran 8. Perhitungan BK Feses Berat feses total = 11,92 kg Tabel 5. Perhitungan BK Feses Loyang Berat loyang (g) Berat feses sebelum di oven (g) Berat feses + loyang setelah dioven (g) 1 3,909 10,003 6,415 2 4,176 10,002 6,670 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012 BK feses I = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100% berat feses sebelum dioven = 6,415 - 3,909 x 100% 10,003 = 25,05% BK feses II = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100% berat feses sebelum dioven = 6,670 – 4,176 x 100% 10,002 = 24,94% BK rata-rata = BK feses I + BK feses II 2 = 25,05+24,94 2 = 25% Total BK Feses = Total koleksi feses x BK feses = 11,92 x 25 100 = 2,98 kg BK
  • 19. Lampiran 9. Perhitungan Daya Cerna Konsumsi BK total = 5,55 kg BK BK feses total = 2,98 kgBK Daya cerna = Konsumsi BK total – BK feses total x 100% Konsumsi BK total = 5,55 - 2,98 x 100% 5,55 = 46,31%
  • 20. Lampiran 10. Perhitungan Feed Cost Per Gain Harga rumput lapang = Rp 100 / kg Harga konsentrat = Rp 1500/kg Konsumsi rumput lapang = 5,64 kg Konsumsi Konsentrat = 5,15 kg PBBH = 1,07 kg/hari Feed cost per gain =(harga rumput lapang x konsumsi rumput lapang) + (harga konsentrat x konsumsi konsentrat) PBBH = (100 x 5,71) + (1500 x 5,22) 1,07 = 571+ 7830 1,07 = 8401 1,07 = Rp 7.851,40 /kg/BB/hari
  • 21. Lampiran 11. Fisiologi Ternak Tabel 6. Pengukuran Suhu Rektal Ternak Tanggal Jam Pengukuran Suhu rektal (oC) Rata-rata suhu rektal (0C) 1 38,4 06. 00 38,35 2 38,3 1 38,3 12. 00 38,3 2 38,3 16 November 2012 1 39,0 18. 00 39,0 2 39,0 1 37,7 24. 00 38,1 2 38,5 Rata-rata 38,44 38,44 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012. Tabel 7. Pengukuran Frekuensi Nafas Ternak Tanggal Jam Pengukuran Frekuensi nafas (kali/menit) Rata-rata 1 20 06. 00 20,5 2 21 1 27 16November 2012 12. 00 26 2 25 1 21 18. 00 20 2 19 1 22 24. 00 20 2 18 Rata-rata 22 22 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
  • 22. Lampiran 11. (Lanjutan) Tabel 8. Pengukuran Denyut Nadi Ternak Tanggal Jam Pengukuran Denyut nadi (kali/menit) Rata-rata 1 74 06. 00 74,5 2 75 1 89 12. 00 91,5 2 94 16November 2012 1 58 18. 00 63 2 68 1 73 24. 00 75 2 77 Rata-rata 76 76 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
  • 23. Lampiran 12. Fisiologi Lingkungan Ternak Tabel 10. Pengukuran Fisiologi Lingkungan Ternak Mikroklimat Makroklimat Tanggal Waktu Suhu (oC) Rh (%) Suhu (oC) Rh (%) 06. 00 25 78 26,5 92 11 Nopember 12. 00 33 49 40 68 2012 18. 00 31 68 32 84 21. 00 27 79 24 96 06. 00 25 76 25 75 12 Nopember 12. 00 34 48 35,5 71 2012 18. 00 28,5 64 29 84 21. 00 24,5 78 22,75 96 06. 00 26 78 26 93 13 Nopember 12. 00 30 60 33 71 2012 18. 00 26 74 28 83 21. 00 25,5 76 25,5 96 06. 00 26 80 27 83 14 Nopember 12. 00 33 43 32,5 73 2012 18. 00 23,75 74 23,5 90 21. 00 25,5 79 24,75 95 06. 00 24,5 76 28 67 15 Nopember 12. 00 32 48 32 71 2012 18. 00 27 64 26,5 91 21. 00 26 77 27 96 06. 00 26 82 23 70 16 Nopember 12. 00 36 66 33,25 54,5 2012 18. 00 26,5 80 25 25 21. 00 26,5 72 26,25 88 06. 00 24,75 74 25 95 17 Nopember 12. 00 33 42 31 71 2012 18. 00 24 68 26 91 21. 00 25,5 75 24,5 92 Rata-rata 27,70 68,86 27,88 80,98 Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
  • 24. Lampiran 13. PerhitunganCarrying Capacity Luas lahan = 1 ha  1 x 10. 000 = 10. 000 m2 Sample I = 1 kg/m2 Sample II = 2 kg/m2 Sample III = 1 kg/m2 Berat sample rata-rata = 1,33 kg/m2 I. Produksi Lahan = luas lahan x berat sample rata-rata = 10.000 x 1,33 kg = 13.300 kg BS/m2 II. Produksi Lahan/tahun (BS) = produksi lahan x (BB x 30) + ½. produksi lahan x (BB x 30) IPBB IPBK = 13.300 x (6 x 30) + ½ x 13.300 x (6 x 30) 40 60 = 59.850 + 19.950 = 79.800 kg BS/tahun III. Produksi Lahan/hari (BS) = produksi lahan/tahun 365 = 79.800 365 = 218,63 kg BS/hari IV. Konversi BK =BK Hijauan x produksi lahan/hari (BS) = 13,93 x 218,63 100 = 30,46 kg BK V. Carrying capacity = Produksi lahan/hari (BK) Kebutuhan pakan BK/hari = 30,46 8.67 = 3 ekor sapi dengan bobot badan 286,5 kg
  • 25. Lampiran 14. Gambar kandang (tampak depan, samping) Ilustrasi 1. Kandang tampak depan Ilustrasi 2. Kandang tampak samping Keterangan: Keterangan : 1. Atap 1. Atap 2. Dinding 2. Dinding 3. Palung pakan 3. Palung pakan 4. Selokan 4. Selokan 5. Kran air 5. Pembatas sapi 6. Pembatas sapi
  • 26. Lampiran 14. Gambar kandang tampak atas, belakang (lanjutan) Ilustrasi 3. Kandang tampak atas Ilustrasi 4. Kandang tampak belakang Keterangan: Keterangan: 1. Dinding 1. Atap 2. Selokan 2. Dinding 3. Palung pakan 3. Palung pakan 4. Pembatas sapi 4. Selokan 5. Bak penampungan air 5. Kran air 6. Pembatas sapi 7. Bak penampungan air
  • 27. Lampiran 15. Denah Perkandangan 8 9 10 11 7 4 3 5 1 6 2 Ilustrasi 5. Denah perkandangan Keterangan: 1. PKM (Gd. C) 9. Kandang sapi perah bawah 2. Parkiran 10. Kandang sapi perah atas 3. Kandang sapi potong atas 11. Gudang Pakan 4. Kandang sapi potong bawah 5. Mess 6. Lab. Central 7. Kandang sapi madura 8. Pembuangan feses dan penyimpanan alat timbang sapi