1. No Hasil Praktikum Evaluasi Referensi
1. Analisis Bahan Kering Pakan Tujuan dari analisis bahan kering Menurut Sugeng (1998) pakan hijauan
adalah untuk mengetahui kadar bahan kering adalah semua bahan pakan yang berasal dari
BK rumput lapang = 13,93% dalam pakan. Pakan terdiri dari dua yaitu pakan tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-
BK konsentarat = 91,04% hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan daunan, terkadang termasuk batang, ranting,
adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh- dan bunga. Menurut pendapat Sukadi et al.
tumbuhan hijauan, sedangkan pakan konsentrat (2002) kandungan nutrisi rumput lapang yaitu
yaitu pakan tambahan yang diberikan kepada BK sebesar 33,33%, dibandingkan dengan
ternak sebelum pemberian hijauan yang hasil penelitian Sihombing et al. (2010)
bertujuan agar ternak dapat mudah mencerna kandungan nutrisi rumput lapang yaitu BK
pakan hijauan yang banyak mengandung serat sebesar 32,80%.
kasar. Kandungan bahan rumput lapang Pakan konsentrat adalah pakan yang
mempunyai kandungan BK 13,93%. mengandung serat kasar relatif rendah dan
Dibandingkan hasil penelitian kandungan BK mudah dicerna (Sugeng, 1998). Kandungan
rumput lapang sebesar 33,33%. Adapun BK Konsentrat 91,37% (Umiyasih et al.,
referensi lain mengenai BK rumput lapangan 2007). Pendapat lain dari Hartanto (2008)
yaitu sebesar 32,80%. Adanya perbedaan yang menyatakan bahwa kandungan analisis
tersebut dapat terjadi karena kandungan air bahan pakan untuk konsentrat BK (Bahan
dalam setiap bahan pakan yang berbeda. Kering) 85,10%. Konsentrat mempunyai
Pakan konsentrat mempunyai kandungan nutrisi antara lainBK sebesar 85%
kandungan BK sebesar 91,04%. Sedangkan (PT. Tossa Agro). Faktor yang mempengaruhi
kandungan BK konsentrat dari PT. Tossa Agro perbedaan kandungan BK dalam suatu bahan
yang digunakan dalam praktikum sebesar pakan adalah jenis bahan pakan, kandungan
85,10%. Adapun pendapat lain mengenai air pada bahan pakan yang berbeda-beda.
kandungan BK Konsentrat 91,37%. Perbedaan
analisis BK dari suatu sampel bahan pakan
biasanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
dimana bahan pakan tersebut ditanam atau
didapat.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tujuan dari perhitungan bobot badan Pakan yang diberikan berdasarkan
harian (PBBH) adalah untuk mengetahui kebutuhan bahan kering (BK) yaitu sebanyak
Sapi 1 seberapa besar peningkatan bobot badan dalam 3% dari bobot hidup (Rianto et al., 2007).
Bobot Awal = 286,5 kg sehari. Pada sapi PO (Peranakan Ongole)nomor Menurut Nuschati et al. (2005) dengan pakan
Bobot Akhir = 294 kg 1 menunjukkan bahwa PBBH yang dihitung konsentrat dan hijauan yang cukup, PBBH
PBBH = 1,07 kg/hari berdasarkan bobot akhir penimbangan sapi PO dapat mencapai 0,8 kg/ekor/hari.
dikurangi bobot awal penimbangan dibagi lama Dibandingkan dengan hasil penelitian oleh
2. pemeliharaan diperoleh hasil 1,07 kg/hari, Rianto et al. (2007) menunjukkan bahwa pada
dengan bobot awal sapi adalah 286,5 kg dan penggemukan sapi PO (Peranakan Ongole)
bobot badan akhir sapi selama pemeliharaan 7 menghasilkan PBBH sebesar 1,09
hari 294 kg dengan pemberian bahan kering kg/ekor/hari. Tillman et al. (1998)
sebanyak 3% dari bobot hidup. Dibandingkan menyatakan bahwa faktor yang
dengan referensi bahwa PBBH sapi PO sebesar mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ternak
0,8 kg/hari. Adapun pendapat lain yang di antaranya pakan (baik kualitas dan
menyatakan PBBH sapi PO dapat mencapai kuantitasnya), serta karakteristik dari masing-
0,74 kg/hari. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa masing individu yang berbeda.
fakor terkait antara lain dapat berasal dari
genetik masing-masing individu ternak, umur,
lingkungan disekitar kandang, serta pakan yang
dikonsumsi oleh ternak tersebut.
3 Pengamatan Fisiologi Ternak Tujuan dari pengamatan fisiologi ternak Menurut Reksohadiprodjo (1995)
yaitu untuk mengetahui fisiologi ternak mulai Suhu rektal normal sapi PO yaitu 38-40 oC.
Suhu Rektal = 38,40C
dari perhitungan suhu rektal, frekuensi denyut Ditambahkan oleh Naiddin et al. (2010)
Frekuensi denyut nadi = 76 kali/menit
nadi, dan frekuensi nafas. Suhu rektal bertujuan menyatakan bahwa standar denyut nadi dan
Frekuensi Nafas = 22 kali/menit
untuk mengetahui suhu tubuh ternak tersebut frekuensi nafas antara sapi yang normal,
apakah dalam keadaan suhu tinggi atau rendah. berkisar 50–60 kali/menit dan frekuensi nafas
Pada praktikum yang telah dilaksanakan, berkisar antara 10–20 kali/menit. Faktor yang
didapatkan hasil rata-rata pada suhu rektal dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh
38,40C. Kondisi fisiologis ternak masih dalam sapi yaitu panas yang dihasilkan dari pakan
keadaan normal, karena standar normal suhu yang dikonsumsi, serta kualitas pakan.
rektal berada pada suhu antara 38-400C atau Peningkatan denyut nadi juga dipengaruhi
sekitar 38,50C. Salah satu faktor yang dapat oleh peningkatan konsumsi pakan. Akibat
mempengaruhi yaitu panas yang dihasilkan dari dari konsumsi pakan yang meningkat
pakan yang dikonsumsi, serta kualitas pakan menyebabkan metabolisme tubuh juga
tersebut. meningkat dan pada akhirnya terjadi kenaikan
Frekuensi denyut nadi dapat digunakan denyut nadi. (Isroli et al. dalam Wiryanto et
untuk mengetahui keadaan sapi apakah dalam al., 2004).
stress atau tidak. Berdasarkan hasil praktikum Wiryanto et al. (2010) bahwa suhu
frekuensi denyut nadi sebesar 76 kali/menit. rektal standar normalnya 38,50C, untuk
Dibandingkan dengan referensi bahwa denyut denyut nadi 75 kali/menit dan frekuensi
nadi standar normalnya sebesar 75 kali/menit nafasnya 19 kali/menit. Faktor yang
dan 50–60 kali/menit. Konsumsi pakan yang mempengaruhi fisiologi ternak antara lain
meningkat dapat menaikkan denyut nadi karena temperatur udara lingkungan, cekaman panas
3. akibat dari proses metabolisme tubuh. lingkungan, dan aktivitas ternak (Aryogiet al.,
Penghitungan frekuensi napas ini 2005).
bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon
fisiologis sapi terhadap lingkungan di luar
maupun di dalam kandang. Hasil pengamatan
frekuensi nafas pada sapi yaitu 21,62
kali/menit. Dibandingkan dengan referensi
bahwa standar frekuensi napas sapi PO
(Peranakan Ongole) yaitu 20 kali/menit dan 19
kali/menit. Faktor yang mempengaruhi antara
lain suhu, kelembaban lingkungan, aktivitas
ternak, serta genetik ternak itu sendiri.
4. Pengamatan Fisiologis Lingkungan Berdasarkan hasil pengamatan fisiologi Williamson dan Payne (1993)
lingkungan yang meliputi pengamatan berpendapat bahwa suhu nyaman untuk ternak
Mikroklimat mikroklimat (suhu dan kelembaban di dalam antara 18-30 0C dengan kelembaban 50%-
kandang) dan pengamatan makroklimat (suhu 60%. Temperatur ideal di sekitar kandang
Waktu Suhu (oC) Rh (%) dan kelembaban di luar kandang), tujuannya berkisar 25-330C dengan kelembaban 75%
06. 00 25,32 77,71 yaitu untuk mengetahui berapa suhu dan (Astuti, 2010). Menurut Reksohadiprodjo
12. 00 33 50,86 kelembaban lingkungan sekitar, karena suhu (1995) menyatakan bahwa temperatur udara
18. 00 26,68 72,28 dan kelembaban lingkungan juga dapat yang terlalu tinggi dapat menekan nafsu
21. 00 25,78 76,57 mempengaruhi aktivitas ternak. Pada suhu makan, mengurangi sengaman (konsumsi)
Rata-rata 27,70 69,36 udara di lingkungan dalam kandang selama makanan dan waktu merenggut hijauan, maka
masa pemeliharaan, diperoleh rata-rata suhu akibatnya terjadi pengurangan produktivitas
Makroklimat mikro yaitu 27,70oC dan rata-rata kelembaban ternak yang tercermin dari pertumbuhan
Waktu Suhu (oC) Rh (%) mikro yaitu 69,36%. Dibandingkan dengan ternak yang menurun.
06. 00 25,78 82,14 refensi bahwa suhu nyaman untuk ternak antara
12. 00 33,89 71,93 18-30 0C dengan kelembaban 50%-60%.
18. 00 26,86 78,28 Rata-rata suhu makroklimat yaitu
21. 00 24,96 94,14 27,87oC dan rata-rata kelembaban makroklimat
Rata-rata 27,87 81,62 yaitu 81,62%. Dibandingkan dengan referensi
bahwa temperatur ideal di sekitar kandang
berkisar 25-330C dengan kelembaban 75%.
Apabila suhu dan kelembaban terlalu tinggi
akan membuat ternak merasa tidak nyaman,
sehingga nafsu makan dapat menurun, sehingga
pertumbuhan ternak menjadi terhambat.
4. 5. Konversi Pakan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Konversi pakan merupakan
tujuan dari perhitungan konversi pakan yaitu perbandingan antara jumlah konsumsi pakan
PBBH = 1,07 kg/hari untuk mengetahui banyaknya pakan yang dan pertumbuhan bobot bandan harian.
Konsumsi Total BK = 5,55 kg BK dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot Menurut pendapat Purbowati et al. (2009)
Konversi Pakan = 5,19 badan. Sehingga diperoleh hasil dengan PBBH Nilai konversi pakan yang semakin kecil
sapi PO (Peranakan Ongole) yang dipelihara menjadikan pemanfaatan pakan yang efisien.
sebesar 1,07 kg/hari, konsumsi total BK Menurut Siregar dalam Haryanti (2009) yang
sebesar 5,55 kg BK, menghasilkan nilai menyatakan bahwa konversi pakan yang baik
konversi pakan sebesar 5,19 kg BK. Artinya adalah 8,56-13,29. Sedangkan menurut hasil
banyaknya pakan yang digunakan untuk uji penelitian Carvalho et al. (2010) bahwa
meningkatkan 1 kg PBBH dengan konsumsi konversi pakan untuk sapi PO (Peranakan
sebesar 5,19 kg BK. Dibandingkan dengan Ongole) sebesar 6,02. Menurut Haryanti
referensi bahwa konversi pakan yang baik (2009) menyatakan bahwa konversi pakan
adalah 8,56-13,29. Pendapat lain menyatakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya
bahwa konversi pakan untuk sapi PO sebesar cerna, jenis kelamin, bangsa, kuantitas pakan,
6,02. Semakin kecil nilai konversi pakan, maka dan beberapa faktor lingkungan yang juga
tingkat konsumsinya semakin baik. Adapun tidak kalah penting.
beberapa faktor yang mempengaruhi konversi
pakan antara lain dipengaruhi oleh faktor
genetik, umur, bobot badan dan faktor
lingkungan.
6. Efisiensi Pakan Berdasarkan praktikum yang telah Efisiensi pakan menggambarkan
dilakukan, tujuan dari perhitungan efisiensi sejumlah pakan yang dibutuhkan oleh ternak
PBBH = 1,07 kg/hari pakan yaitu dapat mengetahui seberapa besar untuk menghasilkan sejumlah bobot badan
Konsumsi Total BK = 5,55 kg BK pakan yang dimanfaatkan oleh ternak untuk (Sagala, 2011). Siregar dalam Sagala (2001)
Efisiensi Pakan = 19,28% meningkatkan sejumlah bobot badan. Efisiensi menyatakan bahwa efisiensi penggunaan
pakan yang diperoleh pada saat praktikum pakan untuk sapi potong berkisar 7,52-
sebesar 19,28%. Artinya dalam 100% pakan 11,29%. Menurut Campbell et al. dalam
yang diberikan sebesar 19,28% mampu Sagala (2011) efisiensi penggunaan pakan
dimanfaatkan dengan baik oleh ternak. dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
Dibandingkan dengan referensi bahwa efisiensi kemampuan ternak dalam mencerna bahan
penggunaan pakan untuk sapi potong berkisar pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup
antara 7,52-11,29%. Hal ini disebabkan karena pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi jenis pakan yang digunakan.
efisiensi pakan seperti konsumsi BK (Bahan
Kering), PBBH (Pertambahan Bobot Badan
5. Harian), kecukupan nutrien sapi yang diperoleh
dari pakan yang dikonsumsi.
7. Daya Cerna Berdasarkan praktikum yang telah Kecernaan atau daya cerna merupakan
dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tujuan bagian dari nutrien pakan yang tidak
Bobot Feses dalam BK = 2,98 kg dari perhitungan daya cerna yaitu untuk diekskresikan dalam feses dan yang
Konsumsi Total BK = 5,55 kg BK mengetahui seberapa besar nilai pakan yang diasumsikan sebagai bagian yang diabsorpsi
Hasil Daya Cerna = 46,31% dicerna dan diserap didalam tubuh ternak. oleh ternak (Paramita et al., 2008). Menurut
Berdasarkan hasil praktikum niai daya cerna Mahesti et al. dalam Rianto et al. (2005)
pada sapi sebesar 46,31%. Artinya dari 2,98 kg Kecernaan BK pada sapi PO (Peranakan
BK pakan hanya 46,31% yang tercerna, Ongole) sebesar 50. 98%. Pendapat lain dari
sisanya keluar dalam bentuk feses. hasil uji penelitian oleh Rianto et al. (2005)
Dibandingkan dari hasil referensi bahwa bahwa kecernaan BK pada sapi PO sebesar
kecernaan BK sebesar 50,98%. Adapun hasil 72,99%. Sagala (2011) menyatakan bahwa
referensi lain bahwa kecernaan BK (bahan efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh
kering) pada sapi PO (Peranakan Ongole) beberapa faktor diantaranya kemampuan
adalah 72,99%. Perbedaan tinggi rendahnya ternak dalam mencerna bahan pakan,
nilai daya cerna dapat dipengaruhi oleh kecukupan zat pakan untuk hidup pokok,
beberapa faktor antara lain individu ternak itu pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis
sendiri, lingkungan, serta kualitas pakan yang pakan yang digunakan.
diberikan.
8. Feed Cost per Gain Berdasarkan praktikum ini tujuan dari Rianto et al. (2005) menyatakan
perhitungan feed cost per gain adalah untuk bahwa Feed Cost Per Gain adalah banyaknya
Harga Hijauan = Rp 100,00/kg mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk biaya pakan yang harus dikeluarkan untuk
Harga Konsentrat = Rp 1.500,00/kg pakan, dan membandingkan berapa harga jual menghasilkan satu-satuan ternak. Menurut
Hasilnya = Rp 7.851,40 yang beredar dipasaran. Berdasarkan hasil Aryogi et al. (2005) Nilai feed cost per gain
praktikum biaya pakan yang dikeluarkan untuk dapat berubah mengikuti perubahan
satu ekor sapi PO seharinya mencapai Rp ketersediaan pakan setempat. Nilai feed cost
7.851,40. Hal ini merupakan biaya yang cukup per gain (FC/G) dipengaruhi oleh banyaknya
murah dan efisien karena dengan biaya pakan konsumsi pakan, harga bahan pakan, dan
Rp 7.851,40 mampu menghasilkan PBBH 1 besamya PBBH yang dihasilkan.
kg/hari, karena jika dibandingkan dengan harga
di pasaran yaitu sebesar Rp 35.000,00. Akan
tetapi, seiring dengan pergantian musim
biasanya faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi ketersedian pakan bagi ternak
tersebut. Semakin kecil nilai feed cost per gain
6. maka semakin baik, karena dengan biaya yang
relatif murah dapat menaikkan PBBH sebanyak
1 kg/hari.
9. Evaluaasi Perkandangan Berdasarkan hasil pengamatan tujuan Menurut Rasyid dan Hartati (2007)
dari evaluasi perkandangan yaitu mengetahui yang menyatakan bahwa perlengkapan
Model kandang konvensional dan tipe kandang tail jenis dan tipe kandang, serta syarat kandang kandang dapat meliputi palungan yaitu tempat
to tail.
yang baik dan yang nyaman bagi ternak. Hal- pakan, tempat minum, saluran darinase,
hal yang harus ada dalam evaluasi tempat penampung kotoran, gudang pakan
Ukuran kandang: perkandangan antara lain perlengkapan dan peralatan kandang. Disamping itu harus
Panjang kandang = 13 m kandang meliputi stall ganda yang berfungsi dilengkapi dengan tempat penampungan air
Tinggi kandang =7m penyekat antar sapi, Gangway berfungsi untuk yang terletak diatas tangki air) yang
Lebar kandang = 7,5 m jalan ternak yang terletak diantara dua baris dihubungkan dengan pipa ke seluruh
Panjang palung = 12,4 m kandang sapi, lebar dari gang way yaitu 1,5 m. kandang. Haryanti (2009) menyatakan bahwa
Lebar palung = 55 cm Palung pakan sebagai tempat pakan yang Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling
Kedalaman palung = 50 cm diberikan untuk ternak, panjang palung yaitu berhadapan head to head dan sapi saling
Panjang selokan luar = 16,5 m 12,4 m, sehingga panjang palung untuk setiap bertolak belakang tail to tail yang dilengkapi
Lebar selokan dalam = 25 cm ternak sapi sekitar 1,2 m dan lebarnya 55 cm. lorong untuk memudahkan pemberian pakan
Panjang selokan dalam = 13m Fungsi utama kandang bagi ternak adalah untuk dan pengontrolan ternak. Fungsi kandang
Lebar selokan dalam = 25 cm pelindung ternak dan penunjang produktivitas, adalah melindungi sapi dari gangguan cuaca,
Kedalaman selokan dalam = 10 cm bak minum untuk minum ternak, peralatan tempat sapi beristirahat dengan nyaman,
Tinggi sekat = 1,3 m kebersihan digunakan untuk kebersihan mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman
Lebar sekat = 1,5 m kandang. di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran
Panjang sekat = 1,5 m Kandang berfungsi sebagai sarana sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu,
Lebar gangway = 1,5 m tempat tinggal untuk melakukan segala dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan
Ukuran bak air =1m aktivitas yang dilakukan ternak, mulai dari sapi tersebut (Abidin, 2008).
Jarak kandang dengan tempat makan, minum, dan tidur. Kandang yang Menurut Rasyid dan Hartati (2007)
pembuangan feses = 15 m digunakan dalam praktikum bertipe tail to tail. yang menyatakan bahwa gang way
Kandang jenis tail to tail ini susunannya yaitu merupakan jalan yang terletak diantar dua
dua baris berlawanan arah yang diberi jarak kandang individu, untuk memudahkan
dan arah kepala sapi yang sama. Jenis ini pemberian pakan, lebar gang way umumnya
merupakan jenis kandang yang sering berkisar antara 1,2-1,5 m, sedangkan palung
digunakan, karena dengan susunan tersebut pakan merupakan tempat pakan dan tempat
sapi jadi tidak berebut pakan, sehingga pakan minum yang berada di depan ternak, panjang
yang diberikan akan lebih dimanfaatkan tempat pakan berkisar antara 90-100 cm dan
dengan baik oleh ternak itu sendiri. lebar palung sekitar 50 cm.
7. 10. Carrying Capacity Carrying capacity menunjukkan Reksohadiprodjo (1995) menyatakan
kemampuan suatu lahan hijauan untuk bahwa kapasitas tampung (Carrying capacity)
Produksi lahan per tahun = 79.800 kg BS/thn
menampung ternak bertahan hidup. Produksi adalah kemampuan suatu padang
Produksi lahan per hari = 218,63 kg BS/hari lahan 79.800 kg per tahun, produksi lahan per penggembalaan untuk menghasilkan hijauan
Produksi per hari dalam BK = 30,46 kg BK hari 218,63 kg/hari, produksi per hari dalam makanan ternak yang dibutuhkan sejumlah
Hasil Carrying Capacity = 3 ekor sapi dengan BK adalah 30,46 kg BK, hasil carrying ekor ternak yang digembalakan. Faktor-faktor
bobot badan rata-rata = 286,5 kg. capacity sebanyak 3 ekor sapi dengan bobot yang mempengaruhi daya tampung suatu
badan rata-rata 286,5 kg. Hal ini menunjukkan padang pennggembalaan antara lain
bahwa 1 Ha lahan mampu memenuhi untuk 3 kemiringan lahan, jarak dengan sumber air,
ekor ternak bobot badan rata-rata 286,5 kg, kecepatan pertumbuhan tanaman, kerusakan
Artiya bahwa luas lahan 1 ha dapat lahan, tersedianya hijauan yang dapat
menampung atau memenuhi kebutuhan pakan dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, keadaan
hijauan untuk 3 ekor sapi. Salah satu faktor variasi musim, dan keadaan ekologi padang
yang mempengaruhi daya tampung antara lain penggembalaan (Santosa, 2010).
ketersediaan hijauan yang dikonsumsi,
perbedaan iklim yang tak menentu.
8. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2008. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Aryogi, Sumadi dan W. Hardjosubroto. 2005. Performans sapi silangan Peranakan Ongole di dataran rendah (studi kasus di kecamatan kota Anyar
Kabupaten Probolinggo Jawa Timur). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Pasuruan. Hal : 1-7.
Astuti, D.A. 2010. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Carvalho, M., Soeparno., dan N. Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole jantan yang
dipelihara secara feedlot. Buletin Peternakan. 34 (1) : 38-46.
Hartanto, R. 2008. Estimasi konsumsi bahan kering, protein kasar, Total Digestible Nutrient, dan sisa pakan pada Peranakan Simmental. Agromedia 26 (2) :
34-43.
Haryanti, N.W. 2009. Kualitas pakan dan kecukupan nutrisi sapi Simental di peternakan Mitra Tani Andini, kelurahan Gunung Pati, Kota Semarang.
Skripsi, Semarang.
Kearl, L.C. 1982. Nutrient requirements of ruminants in developing countries (NRC). Utah State University. Logan Utah.
Naiddin, A., M.N. Rokhmat , S. Dartosukarno., M. Arifin., dan A. Purnomoadi. 2010. Respon fisiologis dan profil darah sapi Peranakan Ongole (PO) Yang
diberi pakan ampas teh dalam level yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan Veteriner, Semarang. Hal : 217-223.
Nuschati, U., Ernawati., Subiarta., Supadi., Gunawan., dan Suharno. 2005. Gelar Tekhnologi pengelolaan pakan sapi kereman di wilayah desa miskin.
Laporan Kegiatan. BPTP Jawa Tengah.
Paramita, W., W. E. Susanto., dan A. B. Yulianto. 2008. Konsumsi dan kecernan bahan kering dan bahan organik dalam haylase pakan lengkap ternak sapi
Peranakan Ongole. Media Kedokteran Hewan. 24 No 1.
Purbowati, E., C.I. Sutrisno., E. Baliarti., S.P.S. Budhi., W.Lestariana., E. Rianto., dan Kholidin. 2009. Penampilan produksi sapi lokal jantan dengan pakan
komplit dari berbagai limbah pertaniian dan agroindustri. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang.
Rasyid,A., dan Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pasuruan.
Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik Edisi 2. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
9. Rianto, E., A.S.Iswaldidan., S.Dartosukarno. 2005. Penampilan produksi sapi Peranakan Ongole dan sapi Pernakan Ongole x Limousin yang mendapat
pakan rumput raja dan ampas bir. Seminar Nasional Prospek Pengembangan Peternakan tanpa Limbah Hal: 1-20.
Sagala, W. 2011. Analisis biaya pakan dan performa sapi potong lokal pada ransum hijauan tinggi yang disuplementasi ekstrak lerak. Skripsi, Bogor.
Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi secara Profesional. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sihombing, G., W.Pratitis., dan G.A. Dewangga. 2010. Pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap kecernaan bahan kering
dan bahan organik ransum domba jantan. Caraka Tani 25(1): 79-86.
Sugeng, Y.B. 1998. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sukadi, E. Purbowati., dan CM Sri Lestari. 2002. Aplikasi teknologi zat pemacu pertumbuhan Phytogenicuntuk penggemukan ternak domba.Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Verteneir, Semarang. Hal :87-90.
Tillman, A., S.Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S.Iebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Umiyasih, U., dan Y.N.Anggraeny. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Williamson, G., dan Payne. 1993. Peternakan di Daerah Tropis. (Diterjemahkan oleh : S.G.N. Darmadja). Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.
Wiryanto, I.P.R., L.M.Y.D.Darmoadtmodjo., S.Dartosukarno., M.Arifin., dan A, Purnomoadi. 2010. Produktivitas, respon fisiologis dan perubahan
komposisi tubuh pada Sapi Jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein yang berbeda. Seminar Nasional Tekhnologi dan Veteriner. Hal : 331-338.
10. LAMPIRAN
Lampiran 1. PerhitunganAnalisis Bahan Kering Pakan
Tabel 1. Analisis BK Rumput Lapang
Loyang Berat Loyang (g) Berat rumput lapang sebelum dioven (g) Berat loyang + rumput lapang setelah dioven (g)
1 35,207 10,008 36,587
2 33,986 10,005 35,395
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
BK Pakan = berat loyang dan rumput lapang setelah dioven – berat loyang x 100%
Berat rumput lapang segar
BK Rumput lapang1 = 36,587 – 35,395 x 100%
10,008
= 13,78%
BK Rumput lapang 2 = 36,587 – 35,395 x 100%
10,004
= 14,08%
BK rata-rata = BK1 + BK2
2
= 13,78 + 14,08
2
= 13,93%
11. Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel 2. Analisis BK konsentrat
Loyang Berat Loyang (g) Berat konsentrat sebelum dioven Berat loyang + konsentrat setelah dioven (g)
(g)
1 6,532 10,007 15,782
2 6,678 10,005 15,648
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
BK Pakan = berat loyang dan konsentrat setelah dioven – berat loyang x 100%
Berat konsentrat segar
BK Konsentrat 1 = 15,782 – 6,532 x 100%
10,007
= 92,435%
BK Konsentrat 2 = 15,684 – 6,678 x 100%
10,005
= 89,655%
BK rata-rata = BK1 + BK2
2
= 92,435 + 89,655
2
= 91,04%
12. Lampiran 2. Kebutuhan Bahan Pakan
Nomor sapi =1
Bobot awal sapi = 286,5 kg
PBBH target = 0,75 kg/hari
Lama pemeliharaan = 7 hari
Bobot target = BB awal + (lama pemeliharaan x PBBH target)
= 286,5 + (7 x 0,75)
= 291,75 kg
Bobot rata-rata = BB awal + BB target
2
= 286,5 + 291,75
2
= 289,125 kg
Kebutuhan BKpakan = 3% x BB rata-rata sapi
= 3% x289,125
= 8,67 kg BK
Perbandingan Rumput lapang : Konsentrat = 10% : 90%
Kebutuhan Rumput lapang = 10% x kebutuhan BK
= 10% x 8,67 kg BK
= 0,87 kg BK
Kebutuhan konsentrat = 90% x kebutuhan BK
= 90% x 8,67 kg BK
= 7,80 kg BK
Konversi BK ke BS
Konversi rumput lapang = 100 x 0,87 kg BK
13,93
= 6,24 kg BS
Konversi konsentrat =100 x 7,80
91,04
=8,57 kg BS
13. Lampiran 3. Konsumsi Pakan
Tabel 3. Konsumsi Pakan
Pemberian (Kg) Sisa pakan (Kg) Konsumsi (Kg)
Tanggal
Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat
11 Nopember 2012 6,24 8,57 1,00 6,40 5,24 2,17
12 Nopember 2012 6,24 8,57 0,20 4,70 6,04 3,87
13 Nopember 2012 6,24 8,57 1,70 3,00 4,54 5,57
14 Nopember 2012 6,24 8,57 0 5,25 6,24 3,32
15 Nopember 2012 6,24 8,57 0 0,40 6,24 8,17
16 Nopember 2012 6,24 8,57 0,30 0,90 5,94 7,67
17 Nopember 2012 6,24 8,57 0,50 2,80 5,74 5,77
Jumlah 43,68 59,59 3,70 23,45 39,98 36,54
Rata-rata 6,24 8,57 0,53 3,35 5,71 5,22
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
Konsumsi Hijauan Segar = 5,71 kg BS
Konsumsi Hijauan (BK) = Kadar BK pakan x Konsumsi Hijauan Segar
100
= 13,93 x 5,71 = 0,80 kg BK
100
Konsumsi konsentrat = 5,22 kg BS
Konsumsi konsentrat (BK) =Kadar BK pakan x Konsumsi pakan
100
= 91,04 x 5,22
100
= 4,75 kg BK
Konsumsi BK total = Konsumsi BK Hijauan + Konsumsi BK Konsentrat
= 0,80 + 4,75
= 5,55 kg BK
14. Lampiran 4. PerhitunganPertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
BB awal = 286,5 kg
BB akhir = 294 kg
Lama pemeliharaan = 7 hari
PBBH = BB akhir – BB awal
` 7
= 294 - 286,5
7
= 1,07 kg/hari
15. Lampiran 5. Perhitungan Evaluasi Pakan
● Perhitungan Evaluasi Pakan dengan rumus Interpolasi
BB awal = 286,5 kg
PBBH sapi = 1,07 kg/hari
Lama pemeliharaan = 7 hari
BB akhir = 294 kg
BB rata – rata = 286,5 + 294
2
= 290,25 kg
Tabel 4. Kebutuhan Pakan
BB (kg) PBBH (kg) Kebutuhan BK (kg)
200 0,29 4,61
244,5 0,29 X
250 0,29 5,44
Sumber: Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries (Kearl, 1982)
BB – BB bawah = Keb. BK bawah – BK bawah
BB atas – BB bawah BK atas – BK bawah
244,5 - 200 = X – 4,61
250 - 200 5,44 – 4,61
44,5 = X – 4,61
50 0,83
36,935 = 50X – 230,5
50X = 230,5 + 36,935
50X = 267,435
X = 5,35
Kebutuhan BK interpolasi = 5,35
Konsumsi BK total = 6,78
Ketercukupan = konsumsi BK total – kebutuhan BK interpolasi
= 6,78 – 5,35
= 1,43
Jadi, kebutuhan BK pakan tercukupi, akan tetapi kurang efisien karena masih ada atau banyak pakan yang tidak dapat dicerna menjadi daging dan PBBH-
nya rendah.
16. Lampiran 6. Perhitungan Konversi Pakan
PBBH = 1,07 kg/hari
Konsumsi BK total = 5,55 kg BK
Konversi pakan = Konsumsi BK total
PBBH
= 5,55
1,07
= 5,19
17. Lampiran 7. Perhitungan Efisiensi Pakan
PBBH = 1,07 kg/hari
Konsumsi BK total = 5,55 kg BK
Efisiensi Pakan = PBBH x 100%
Konsumsi BK total
= 1,07 x 100%
5,55
= 19,28 %
18. Lampiran 8. Perhitungan BK Feses
Berat feses total = 11,92 kg
Tabel 5. Perhitungan BK Feses
Loyang Berat loyang (g) Berat feses sebelum di oven (g) Berat feses + loyang setelah dioven (g)
1 3,909 10,003 6,415
2 4,176 10,002 6,670
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012
BK feses I = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100%
berat feses sebelum dioven
= 6,415 - 3,909 x 100%
10,003
= 25,05%
BK feses II = berat loyang dan feses setelah dioven – berat loyang x 100%
berat feses sebelum dioven
= 6,670 – 4,176 x 100%
10,002
= 24,94%
BK rata-rata = BK feses I + BK feses II
2
= 25,05+24,94
2
= 25%
Total BK Feses = Total koleksi feses x BK feses
= 11,92 x 25
100
= 2,98 kg BK
19. Lampiran 9. Perhitungan Daya Cerna
Konsumsi BK total = 5,55 kg BK
BK feses total = 2,98 kgBK
Daya cerna = Konsumsi BK total – BK feses total x 100%
Konsumsi BK total
= 5,55 - 2,98 x 100%
5,55
= 46,31%
20. Lampiran 10. Perhitungan Feed Cost Per Gain
Harga rumput lapang = Rp 100 / kg
Harga konsentrat = Rp 1500/kg
Konsumsi rumput lapang = 5,64 kg
Konsumsi Konsentrat = 5,15 kg
PBBH = 1,07 kg/hari
Feed cost per gain =(harga rumput lapang x konsumsi rumput lapang) + (harga konsentrat x konsumsi konsentrat)
PBBH
= (100 x 5,71) + (1500 x 5,22)
1,07
= 571+ 7830
1,07
= 8401
1,07
= Rp 7.851,40 /kg/BB/hari
21. Lampiran 11. Fisiologi Ternak
Tabel 6. Pengukuran Suhu Rektal Ternak
Tanggal Jam Pengukuran Suhu rektal (oC) Rata-rata suhu rektal (0C)
1 38,4
06. 00 38,35
2 38,3
1 38,3
12. 00 38,3
2 38,3
16 November 2012
1 39,0
18. 00 39,0
2 39,0
1 37,7
24. 00 38,1
2 38,5
Rata-rata 38,44 38,44
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
Tabel 7. Pengukuran Frekuensi Nafas Ternak
Tanggal Jam Pengukuran Frekuensi nafas (kali/menit) Rata-rata
1 20
06. 00 20,5
2 21
1 27
16November 2012 12. 00 26
2 25
1 21
18. 00 20
2 19
1 22
24. 00 20
2 18
Rata-rata 22 22
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
22. Lampiran 11. (Lanjutan)
Tabel 8. Pengukuran Denyut Nadi Ternak
Tanggal Jam Pengukuran Denyut nadi (kali/menit) Rata-rata
1 74
06. 00 74,5
2 75
1 89
12. 00 91,5
2 94
16November 2012
1 58
18. 00 63
2 68
1 73
24. 00 75
2 77
Rata-rata 76 76
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2012.
24. Lampiran 13. PerhitunganCarrying Capacity
Luas lahan = 1 ha 1 x 10. 000 = 10. 000 m2
Sample I = 1 kg/m2
Sample II = 2 kg/m2
Sample III = 1 kg/m2
Berat sample rata-rata = 1,33 kg/m2
I. Produksi Lahan = luas lahan x berat sample rata-rata
= 10.000 x 1,33 kg
= 13.300 kg BS/m2
II. Produksi Lahan/tahun (BS) = produksi lahan x (BB x 30) + ½. produksi lahan x (BB x 30)
IPBB IPBK
= 13.300 x (6 x 30) + ½ x 13.300 x (6 x 30)
40 60
= 59.850 + 19.950
= 79.800 kg BS/tahun
III. Produksi Lahan/hari (BS) = produksi lahan/tahun
365
= 79.800
365
= 218,63 kg BS/hari
IV. Konversi BK =BK Hijauan x produksi lahan/hari (BS)
= 13,93 x 218,63
100
= 30,46 kg BK
V. Carrying capacity = Produksi lahan/hari (BK)
Kebutuhan pakan BK/hari
= 30,46
8.67
= 3 ekor sapi dengan bobot badan 286,5 kg