Dokumen tersebut membahas mengenai potensi penggunaan kulit buah kakao sebagai pakan ternak. Secara kualitas, kulit buah kakao memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk ternak meskipun juga mengandung anti-nutrisi seperti lignin, tanin, dan theobromine. Penggunaan kulit buah kakao sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menghilangkan anti-nutrisinya agar lebi
3. DAS SOLLEN (SEYOGYANYA)
Secara Kualitas, Kulit buah kakao termasuk limbah yang masih memiliki kandungan nutrien
yang cukup bagi ternak yaitu protein kasar 7,17%, Serat Kasar 22,42%, Lemak 2,02%,
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 32,1% (Guntoro, 2004) Serta sangat potensial
sebagai pakan alternatif untuk menggantikan rumput (Puastuti & Yulistiani 2011)
KBK memiliki kekurangan yaitu kecernaan rendah serta adanya senyawa antinutrisi pada
KBK antara lain lignin 7.5–14.7% (Daud et al., 2013), tanin 0,84-5,1% (Mensah et al.,
2012) dan theobromin 123,9 ppm (Wulandari et al., 2014) yang mempengaruhi
ketersediaan nutriennya.
DAS SOLLEN
Kualitas kulit buah kakao sebagai pakan
4. DAS SOLLEN (SEYOGYANYA)
DAS SOLLEN
Kualitas kulit buah kakao sebagai pakan
Salah satu upaya untuk meminimalkan kandungan senyawa antinutrisi dan meningkatkan
kualitas nutrisi dengan menurunkan kandungan serat kasar pada kulit buah kakao adalah
pengolahan dengan memanfaatkan peran mikroorganisme. Nuraini et al. (2017)
melaporkan kulit buah kakao yang diolah dengan cara fermentasi menggunakan Lentinus
edodes meningkatkan protein kasar sebesar 27,39% (dari 13,89% menjadi 19,13%) dan
menurunkan serat kasar sebesar 32, 52% (dari 27,75% menjadi 18,73%).
Untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan nilai nutrisi pada limbah pertanian
dibutuhkan suatu proses yang dapat mencakup proses fisik, kimiawi, maupun biologis
antara lain dengan cara teknologi fermentasi (Pasaribu , 2007).
5. DAS SEIN (SENYATANYA)
Kulit kakao merupakan salah satu bahan pakan ternak sapi yang cukup prospektif karena
dapat mengurangi porsi pemberian rumput, khususnya pada usaha ternak pola intensif
(dikandangkan penuh) (Priyanto et al. 2004).
DAS SEIN
Perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Luwu menunjukkan bahwa setiap satu ekor sapi
dewasa mampu mengonsumsi kulit kakao 6,5 kg/ekor/hari, sehingga untuk 1 ha kebun
kakao memiliki potensi daya dukung 1,39 ekor sapi dewasa (Nappu, B dan Taufik, M.
2016).
Pada usaha ternak kambing, pemanfaatan kulit buah kakao dan hijauan tanaman
pelindung (leguminosa) dapat menghemat alokasi tenaga kerja dalam penyediaan pakan
hingga 50% (Priyanto 2008).
Pembarian limbah kulit buah kakao yang diberikan secara langsung tanpa diolah pada
ternak justru akan menurunkan berat badan ternak, sebab kadar protein kulit buah kakao
rendah, sedangkan kadar lignin dan selulosanya tinggi (Sunanto,1994).
6. DAS SEIN (SENYATANYA)
DAS SEIN
Penggunaan limbah kulit buah kakao sebaiknya diolah terlebih dahulu, terutama jika
diberikan sebagai pakan tunggal. Hal ini disebabkan limbah kulit buah kakao mengandung
theobromine yang menyebabkan keracunan pada ternak (Afrizal et al., 2014).
Selain theobromine KBK juga mengandung anti nutrisi yang dapat menghambat
pertumbuhan dari ternak kambing apabila diberikan dalam bentuk segar.
pemberian pakan yang mengandung theobromin secara terus menerus dapat
menurunkan pertumbuhan (Tarka et al., 1998).
Kandungan lignin dan silika yang tinggi, juga menyebabkan rendahnya nilai kecernaan
(Oluokun 2005). Sedangkan keberadaan tanin dapat membentuk ikatan kompleks dengan
protein dan karbohidrat yang mengakibatkan aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi
protein dan karbohidrat menjadi berkurang sehingga menurunkan daya cerna (Puastuti dan
Susana, 2014).
7. GAP(KESENJANGAN)
Peternak memamfaatkan Limbah KBK sebagai pakan ternak ruminansia
namun tidak dilakukan pengolahan/menghilangkan antinutrisinya terlebih
dahulu
DAS
SOLLEN
DAS
SEIN
Pengolahan KBK baik secara fisik, kimia dan biologi akan memberikan respon yang
lebih baik dibandingkan tanpa pengolahan. Penambahan KBK terfermentasi dalam
bentuk tepung ke ransum kambing tidak menunjukkan perbedaan dari segi
palatabilitasnya (Murni et al., 2012), jumlah konsumsi bahan kering ransum dipengaruhi
oleh palatabilitas dan perlaluan makanan dalam saluran pencernaan (Bulkanini et al.,
2019).
8. ISSUE
DAS
SOLLEN
DAS
SEIN
Peternak mengunakan KBK tanpa menghilangkan anti nutrisi
Bagaimana cara/teknik menghilangkan anti-nutrisi yang efektif ?
PROBLEM
Cara/Teknik apa saja yang dapat dilakukan untuk meminimalkan/menghilangkan
anti nutrisi KBK ?
Faktor apa saja yang mempengaruhi kandungan anti nutrisi pada
limbah KBK ?
9. KERANGKA
PIKIR
DAS
SOLLEN
DAS
SEIN
ADANYA KANDUNGAN ANTI
NUTRISI; TANIN, LIGNIN,
THEOBROMINE
LOKASI TUMBUH
CARA PENGOLAHAN
PENGOLAHAN FISIK:
1. Dicacah dengan ukuran 3-5 cm
2. Dikeringkan dengan oven pada suhu
60oc selama 48 jam sampai kandungan
air 55%
PENGOLAHAN KIMIA :
KBK direndam sodium metabisulfit 0,5 %
selama 15 menit
PENGOLAHAN BIOLOGI:
Fermentasi dengaan Aspergilus niger
sebesar 0,0; 0,3; 0,5 dan 07%
Fermentasi selama 7 hari
KULIT BUAH KAKAO (KBK)
JENIS KLON KAKAO
UMUR PANEN
VARIABEL :
Lignin
Tanin
Theobromine
Hasil terbaik
pengolahan
IN VIVO KE KAMBING
VARIABEL:
Konsumsi pakan
PBB
Konversi ransum
Karkas dan non karkas
10.
11. 01
02
DAS SOLLEN
DAS SEIN
Pada usaha ternak kambing, pemanfaatan kulit buah kakao dan hijauan tanaman pelindung
(leguminosa) dapat menghemat alokasi tenaga kerja dalam penyediaan pakan hingga 50%
(Priyanto 2008). Kulit kakao merupakan salah satu bahan pakan ternak sapi yang cukup
prospektif karena dapat mengurangi porsi pemberian rumput, khususnya pada usaha ternak
pola intensif (dikandangkan penuh) (Priyanto et al. 2004).
Perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Luwu menunjukkan bahwa setiap satu ekor sapi dewasa mampu mengonsumsi
kulit kakao 6,5 kg/ekor/hari, sehingga untuk 1 ha kebun kakao memiliki potensi daya dukung 1,39 ekor sapi dewasa
(Nappu, B dan Taufik, M. 2016).
Kandungan lignin dan silika yang tinggi, juga menyebabkan rendahnya nilai kecernaan (Oluokun
2005). Sedangkan keberadaan tanin dapat membentuk ikatan kompleks dengan protein dan karbohidrat
yang mengakibatkan aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi protein dan karbohidrat menjadi
berkurang sehingga menurunkan daya cerna (Puastuti dan Susana, 2014).
Theobromin merupakan alkaloid tidak berbahaya yang dapat dirusak dengan pemanasan atau
pengeringan, tetapi pemberian pakan yang mengandung theobromin secara terus menerus
dapat menurunkan pertumbuhan (Tarka et al., 1998)
Kulit buah kakao tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama karena
kandungan airnya tinggi sehingga mudah membusuk dan berjamur
sehingga mengakibatkan kulit buah kakao tidak palatabel bagi ternak
(Puastuti et al. 2009; Puastuti & Yulistiani 2011).
12. DAS SOLLEN (SEYOGYANYA)
Perhitungan daya dukung
kulit kakao dalam
mendukung ketersediaan
pakan ternak sapi
DAS SOLLEN
Sumber: Fajar et al. (2004) dalam Priyanto (2008,
dimodifikasi).