1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, jamur, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan
murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia,
matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang
menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju
yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-
varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis,
penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin,
antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi
yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis
Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju.
Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa
genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-
lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit
genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS.
Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke
ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa
genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan
produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa
ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada
2. 2
penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang
bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi
perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika
terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan pembahasan mengenai penerapan
bioteknologi khususnya dalam bidang pangan pada proses pembuatan keju secara
konvensional dan tanaman transgenik secara modern.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana proses pembuatan keju secara konvensional?
2. Bagaimana pemanfaatan transgenik pada tanaman?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan keju secara
konvensional.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pemanfaatan transgenik pada tanaman.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tentang Bioteknologi
Istilah bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur
Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan
menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya (Suwanto, 1998). Bioteknologi berasal dari
dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti makhuk hidup dan ‘teknologi’ yang berarti cara untuk
memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of
Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan
alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian
dari organisme hidup, dan analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
Selama ini, kita melihat begitu pesat perkembangan bioteknologi di berbagai bidang.
Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dimuka
bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada
hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan dan
perikanan hingga kesehatan dan pengobatan. Bioteknologi tidak hanya berkembang pada
akhir–akhir ini saja. Bioteknologi telah dimanfaatkan sejak ribuan tahun yang lalu di segala
bidang, seperti industri pangan, obat–obatan, pertanian, kesehatan, dan pengelolaan
lingkungan. Di masa lalu, bioteknologi dilakukan secara sederhana. Perkembangan yang
pesat baru terjadi setelah diketahui mikroorganisme melakukan fermentasi yang dipelopori
oleh Louis Pasteur sehingga beliau mendapat julukan sebagai bapak bioteknologi.
Perkembangan bioteknologi secara modern terjadi setelah penemuan struktur DNA
sekitar tahun 1950 yang diikuti dengan penemuan–penemuan lainnya. Penemuan ekspresi
gen, enzim pemotong DNA, menciptakan DNA rekombinan dengan menggabungkan DNA
dari dua organisme yang berbeda, dan kloning merupakan contoh bioteknologi modern.
Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional atau tradisional
dan modern. Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang menggunakan
mikroorganisme sebagai alat untuk menghasilkan produk dan jasa, misalnya jamur dan
bakteri yang menghasilkan enzim-enzim tertentu untuk melakukan metabolisme sehingga
diperoleh produk yang diinginkan. Sedangkan bioteknologi modern adalah bioteknologi yang
4. 4
menggunakan teknik rekayasa genetika, seperti DNA rekombinan. DNA rekombinan yaitu
pemutusan dan penyambungan DNA, dengan cara kultur jaringan, kloning, dan fusi sel.
B. Bioteknologi Konvensional “Pembuatan Keju”
Keju (dari bahasa Portugis, queijo) adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan
memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Proses
pengentalan ini dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut rennet.
Hasil dari proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan dengan
berbagai macam cara. Dari sebuah susu dapat diproduksi berbagai variasi produk keju.
Produk-produk keju bervariasi ditentukan dari tipe susu, metode pengentalan, temperatur,
metode pemotongan, pengeringan, pemanasan, juga proses pematangan keju dan pengawetan.
Umumnya, hewan yang dijadikan sumber air susu adalah sapi. Air susu unta, kambing,
domba, kuda, atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju lokal.
Keju sudah diproduksi sejak zaman prasejarah walaupun tidak ada bukti pasti kapan
pembuatan keju pertama kali dilakukan. Masyarakat prasejarah mulai meninggalkan gaya
hidup nomaden dan beralih menjadi beternak kambing, domba maupun sapi. Karena
kebersihan yang kurang, terkena sinar matahari secara langsung atau terkena panas dari api
maka susu dalam bejana tersebut menjadi asam dan kental. Setelah dicoba ternyata susu
tersebut masih dapat dimakan, dan itulah pertama kalinya manusia menemukan keju krim
asam (sour cream cheese).
Keju krim manis (sweet cream cheese) juga ditemukan secara kebetulan. Sebuah
legenda yang menceritakan bahwa beberapa pemburu yang membunuh seekor anak sapi,
kemudian membuka perutnya dan menemukan sesuatu berwarna putih yang memiliki rasa
yang enak. Adanya enzim rennet di dalam perut sapi menyebabkan susunya menjadi kental,
sehingga menjadi apa yang kita sebut keju saat ini. Cerita lainnya mengatakan bahwa keju
ditemukan pertama kali di Timur Tengah oleh seorang pengembara dari Arab. Pengembara
tersebut melakukan perjalanan di padang gurun mengendarai kuda dengan membawa susu di
pelananya. Setelah beberapa lama, susu tersebut telah berubah menjadi air yang pucat dan
gumpalan-gumpalan putih. Karena pelana penyimpan susu terbuat dari perut binatang (sapi,
kambing ataupun domba) yang mengandung rennet, maka kombinasi dari rennet, cuaca yang
panas dan guncangan-guncangan ketika mengendarai kuda telah mengubah susu menjadi
5. 5
keju, dan setelah itu orang-orang mulai menggunakan enzim dari perut binatang untuk
membuat keju.
Keju di zaman modern
Di abad ke 19, Ferdinand Cohn menjadi orang pertama yang menemukan bahwa proses
pematangan keju diarahkan oleh mikroorganisme. Setelah itu, semakin banyak pula riset
yang dilakukan berhubungan dengan keju dan proses pembuatannya. Dengan berkembangnya
pengetahuan tentang keju baik dari segi biologis maupun kimiawi, proses pembuatan keju
pun menjadi umum di masyarakat. Hasilnya, perusahaan-perusahaan kecil maupun
peternakan-peternakan berlomba-lomba memproduksi keju mereka sendiri.
Pembuatan keju
Ada lima tahapan utama dalam pembuatan keju. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Pengasaman
Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus and Lactobacillus dapat
tumbuh. Bakteri-bakteri ini memakan laktosa pada susu dan merubahnya menjadi asam
laktat. Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu (protein kasein, lemak,
beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan membentuk dadih.
2. Pengentalan
Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian membuat protein
menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih) dan padat (dadih). Setelah
dipisahkan, air dadih terkadang dipakai untuk membuat keju seperti Ricotta dan Cypriot
hallumi namun biasanya air dadih tersebut dibuang. Dadih keju dihancurkan menjadi butiran-
butiran dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi, dan semakin halus dadih
tersebut maka semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan menghasilkan
keju yang lebih keras.
Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi dadih.
Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi tingkat kepadatan keju.
Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam, tergantung kepada banyaknya susu
dan juga suhu dari susu tersebut. Sebagian besar keju menggunakan rennet dalam proses
pembuatannya, namun zaman dahulu ketika keju masih dibuat secara tradisional, getah daun
dan ranting pohon ara digunakan sebagai pengganti rennet.
6. 6
3. Pengolahan dadih
Setelah pemberian rennet, proses selanjutnya berbeda-beda. Beberapa keju lunak dipindahkan
dengan hati-hati ke dalam cetakan. Sebaliknya pada keju-keju lainnya, dadih diiris dan
dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan mesin supaya mengeluarkan lebih
banyak air dadih. Semakin kecil potongan dadih maka keju yang dihasilkan semakin padat.
4. Persiapan sebelum pematangan
Sebelum pematangan, dadih akan melalui proses pencetakan, penekanan, dan pengasinan.
Saat dadih mencapai ukuran optimal maka ia harus dipisahkan dan dicetak. Untuk keju-keju
kecil, dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang ke dalam cetakan, sedangkan untuk
keju yang lebih besar, pengangkatan dari tangki menggunakan bantuan sehelai kain. Sebelum
dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut dikeringkan terlebih dahulu kemudian dapat ditekan
lalu dibentuk atau diiris.
Selanjutnya, keju haruslah ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan.
Penekanan biasanya tidak dilakukan untuk keju lunak karena berat dari keju tersebut sudah
cukup berat untuk melepaskan air dadih, demikian pula halnya dengan keju iris karena berat
dari keju tersebut juga menentukan tingkat kepadatan yang diinginkan. Meskipun demikian,
sebagian besar keju melewati proses penekanan. Waktu dan intensitas penekanan berbeda-
beda bagi setiap keju.
Penambahan garam dilakukan setelah keju dibentuk agar keju tidak terasa tawar, dan
terdapat empat cara yang berbeda untuk mengasinkan keju. Bagi beberapa keju, garam
ditambahkan langsung ke dalam dadih. Cara yang kedua adalah dengan menggosokkan atau
menaburkan garam pada bagian kulit keju, yang akan menyebabkan kulit keju terbentuk dan
melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu cepat. Beberapa keju-keju yang
berukuran besar diasinkan dengan cara direndam dalam air garam, yang menghabiskan waktu
berjam-jam hingga berhari-hari. Cara yang terakhir adalah dengan mencuci bagian
permukaan keju dengan larutan garam; selain memberikan rasa, garam juga membantu
menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering
serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki proses maturasi.
5. Pematangan
Pematangan (ripening) adalah proses yang mengubah dadih-dadih segar menjadi keju yang
penuh dengan rasa. Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur tertentu yang digunakan
pada proses produksi, dan karakter akhir dari suatu keju banyak ditentukan dari jenis
7. 7
pematangannya. Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada pada temperatur dan
tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap dimakan. Waktu pematangan ini bervariasi
mulai dari beberapa minggu untuk keju lunak hingga beberapa hari untuk keju keras seperti
Parmigiano-Reggiano. Beberapa teknik sebelum proses pematangan yang dapat dilakukan
untuk mempengaruhi tekstur dan rasa akhir keju:
a. Stretching: Dadih diusung dan lalu diadoni dalam air panas untuk menghasilkan tekstur
yang berserabut. Contoh keju yang melewati proses ini adalah keju Mozzarella dan
Provolone.
b. Cheddaring: Dadih yang sudah dipotong kemudian ditumpuk untuk menghilangkan
kelembaban. Dadih tersebut lalu digiling untuk waktu yang cukup lama. Contoh keju yang
mengalami proses ini adalah keju Cheddar dan Keju Inggris lainnya.
Pencucian: Dadih dicuci dalam air hangat untuk menurunkan tingkat keasamannya dan
menjadikannya keju yang rasanya lembut. Contoh keju melewati proses pencucian adalah
keju Edam, Gouda, dan Colby.
c. Pembakaran: Bagi beberapa keju keras, dadih dipanaskan hingga suhu 35°C (95°F) -
56°C (133°F) yang kemudian mengakibatkan butiran dadih kehilangan air dan membuat
keju menjadi lebih keras teksturnya. Proses ini sering disebut dengan istilah pembakaran
(burning). Contoh keju yang dipanaskan ulang adalah keju Emmental, keju Appenzeller
dan Gruyère.
C. Bioteknologi Modern “Transgenik pada Tanaman”
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
8. 8
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya
pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap
organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman
alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan
kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari
pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat
dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu
keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi
perekonomian global.
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau
pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang
diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang
diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.
Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen
pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian,
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring
dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak
dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel
tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen
ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi
DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode
transfer DNA dengan bantuan listrik).
1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.
Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya,
digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke
dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke
dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman,
meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena
memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing. Di
9. 9
dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan
penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat
disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat
memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA
asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan
tumbuhan.
3. Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus
mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding
sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori
membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses
pengembalian dinding sel tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan
sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan
sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah
terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat
baru tanaman dapat diamati.
Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia berikut:
Jenis
tanaman
Sifat yang telah
dimodifikasi
Modifikasi Foto
Padi
Mengandung
provitamin A (beta-
karotena) dalam jumlah
tinggi
Gen dari bakteri Erwinia
disisipkan pada kromosom
padi
Jagung,
kapas,
kentang
Tahan (resisten)
terhadap hama
Gen toksin Bt dari bakteri
Bacillus thuringiensis
ditransfer ke dalam tanaman
10. 10
Tembakau
Tahan terhadap cuaca
dingin
Gen untuk mengatur
pertahanan pada cuaca
dingin dari tanaman
Arabidopsis thaliana atau
dari sianobakteri (Anacyctis
nidulans) dimasukkan ke
tembakau
Tomat
Proses pelunakan tomat
diperlambat sehingga
tomat dapat disimpan
lebih lama dan tidak
cepat busuk
Gen khusus yang disebut
antisenescens ditransfer ke
dalam tomat untuk
menghambat enzim
poligalakturonase (enzim
yang mempercepat
kerusakan dinding sel
tomat). Selain menggunakan
gen dari bakteri E. coli,
tomat transgenik juga dibuat
dengan memodifikasi gen
yang telah dimiliknya secara
alami
Pepaya
Resisten terhadap virus
tertentu, contohnya
Papaya ringspot virus
(PRSV)
Gen yang menyandikan
selubung virus PRSV
ditransfer ke dalam tanaman
pepaya
Melon Buah tidak cepat busuk
Gen baru dari bakteriofag
T3 diambil untuk
mengurangi pembentukan
hormon etilen (hormon yang
berperan dalam pematangan
buah) di melon
Gandum
Resisten terhadap
penyakit hawar yang
disebabkan cendawan
Fusarium
Gen penyandi enzim
kitinase (pemecah dinding
sel cendawan) dari jelai
(barley) ditransfer ke
tanaman gandum
11. 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan:
1. Bioteknologi merupakan suatu teknologi pembuatan produk melalui proses yang
melibatkan aktivitas makhluk hidup. Bioteknologi sebenarnya sudah lama dikenal. Banyak
makanan dan minuman merupakan produk bioteknologi antara lain: tempe, tape, keju,
yogurt, monosodium glutamat, danlain lain. Bioteknologi yang relatif baru dikenal adalah
bioteknologi modern.Pembuatan keju adalah salah satu produk dari bioteknologi
tradisional.
2. Prinsip pembuatan keju adalah fermentasi asam laktat yang terdapat dalam susu. Ada lima
tahapan utama dalam pembuatan keju:
a. Pengasaman
b. Pengentalan
c. Pengolahan dadih
d. Persiapan sebelum pematangan
e. Pematangan
3. Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan.
4. Transfer gen dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode
transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi
(metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
B. Saran
Untuk menambah wawasan pembaca dapat melihat reverensi yang lain mengenai
Bioteknologi Konvensional “Pembuatan Keju” dan Bioteknologi Modern “Tanaman
Transgenik”.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Pujiyanto, Sri. 2008. Menjelajah Dunia Biologi 3. Solo: Platinum Tiga Serangkai.
Daroji dan Haryati. 2009. Jelajah Fakta Biologi 3. Solo: Platinum Tiga Serangkai.
https://id.wikipedia.org/wiki/Keju (Diakses pada 6 Maret 2016)
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik (Diakses pada 6 Maret 2016)
https://radhacandrabb.wordpress.com/2012/12/11/makalah-bioteknologi-sma/ (Diakses pada
6 Maret 2016)