SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
274 ISBN: 978-979-15649-6-0
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM
KEDELAI(Glycine max L. Merr) VARIETAS WILIS DAN TANGGAMUS
DENGAN KOLKISIN SECARA IN VITRO
Mastika Wardhani*
dan Ni Made Armini Wiendi
Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University (IPB), Indonesia
Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Tel.: +62 251 8629353; fax: +62 251 8629353.
*
Corresponding author: mastika.wardhani@gmail.com
Abstract
The research aimed to study the in vitro genetic mutation induction through chromosome doubling of
soybean (Glycine max L. Merr) using colchicine. This research was conducted from January 2011 to October
2011 at Biotechnology and Micro Technique Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, IPB,
Bogor. The research was used factorial design which arranged with Completely Randomized Block Design,
consisted of 2 experiments. The first experiment was consist of 2 factors, concentrations of colchicine (0.01,
0.02, 0.03, 0.04 and 0.05%) and the long immersion with colchicine (24, 48, and 72 hours). The second
experiment was consist of 2 factors, varieties of Glycine max L. Merr (Wilis and Tanggamus), concentrations
of colchicine (0.02, 0.04, and 0.05%). The first experiment showed that consentrations of colchicine (0.01,
0.02, 0.03, 0.04, and 0.05%) were significantly affected to induce percentage of callus from cotyledon on
modified MS medium containing 10 mg 2,4-D. The second experiment showed that the consentrations of
colchicine (0.02, 0.04 and 0.05%) were significantly affected to several variables (percentage of explant’s
life, the number of shoot, percentage of rooting, the number of chromosome, the number of stomata, the
number of chloroplast, and the size of stomata). With a concentration of 0.04% colchicine wasproducedthe
highest yield number of chromosomes 2n=160-247 than normal chromosomes 2n=40 of both varieties of
soybean.
Keywords: Glycine max L. Merr, colchicine, chromosome, Wilis, Tanggamus.
PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max L. Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia setelah
padi dan jagung. Kebutuhan kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, akan
tetapi produksi kedelai dalam negeri menurun seiring dengan merosotnya areal tanam. Demi mencukupi
permintaan kedelai dalam negeri yang terus meningkat, pemerintah melakukan impor (Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, 2009).
Produksi kedelai pada tahun 2004 mencapai 723.4 ribu ton dan mengalami peningkatan menjadi
808.3 ribu ton pada tahun 2005. Produksi mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 747.6 ribu ton,
bahkan mengalami penurunan drastis menjadi 592.5 ribu ton pada tahun 2007. Menurut Badan Pusat
Statistik (2010) produksi kedelai mulai mengalami peningkatan kembali menjadi 775.7 ton pada tahun 2008
dan 974.5 ribu ton pada tahun 2009. Kebutuhan kedelai rata-rata Indonesia 2.2 juta ton/tahun. Dari jumlah
tersebut, produksi kedelai dalam negeri hanya mampu mencukupi 35−40%, sedangkan 60−65% selebihnya
dipenuhi dari impor.
Peningkatan produktivitas kedelai di Indonesia sangat membutuhkan ketersediaan varietas unggul
yang berpotensi produksi tinggi dan responsif terhadap perbaikan kondisi lingkungan, serta memiliki sifat-
sifat unggul lainnya (Arsyad, 2000). Upaya untuk mendapatkan kedelai berdaya hasil tinggi dapat ditempuh
melalui kegiatan pemuliaan tanaman untuk memperoleh keragaman yang selanjutnya akan diseleksi.
Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui kultur jaringan (Larkin
dan Scowcroft, 1981). Keragaman genetik yang terjadi didalam kultur jaringan disebabkan oleh
penggandaan jumlah kromosom (fusi endomitosis), perubahan struktur kromosom (pindah silang),
perubahan gen dan sitoplasma. Daud (1996) menyatakan bahwa mutasi spontan yang terjadi pada sel somatik
antara 0.2-3%. Keragaman tersebut dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen fisik maupun mutagen
kimia. Mutagen yang berasal dari bahan kimia telah lama digunakan dalam melaksanakan program
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 275
pemuliaan tanaman untuk mendapatkan mutasi. Kolkisin telah digunakan untuk induksi mutasi sejak ratusan
tahun yang lalu.
Kolkisin dapat digunakan baik secara in vivo maupun secara in vitro. Kolkisin akan lebih efektif pada
kultur in vitro karena perlakuannya dapat dikenakan pada tingkat sel (Mariska, 2002). Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan keragaman somaklonal secara in vitro dengan induksi mutasi melalui
penggandaan kromosom dengan mutagen kimia kolkisin sehingga diharapkan berpeluang untuk
mendapatkan genotipe kedelai lokal baru yang unggul.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2011 sampai Oktober 2011.Tempat pelaksanaan
penelitian in vitro dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Uji sitologi untuk menghitung jumlah
kromosom dan stomata dilakukan di Laboratorium Micro Technique, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan 1 adalah eksplan hasil kultur in vitro berupa
kotiledon Glycine max L. Merr varietas Wilis yang telah steril dan berumur 10 hari. Bahan tanam yang
digunakan dalam percobaan 2 adalah eksplan hasil kulturin vitro berupa pucuk Glycine max L. Merr varietas
Wilis dan Tanggamus yang telah steril dan berumur 10 hari. Bahan untuk media perkecambahan adalah
komposisi media MS0 (Murashige dan Skoog tanpa zat pengatur tumbuh), Bahan untuk media percobaan 1
adalah komposisi media MS + zat pengatur tumbuh 2,4-D 10 mg/L, serta bahan untuk media percobaan 2
adalah media MS0.
Penelitian ini terdiri dari 2 percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktorial dimana pada percobaan pertama faktor pertama yaitu konsentrasi dengan 5 taraf: 0.01%
(K1), 0.02% (K2), 0.03% (K3), 0.04% (K4), dan 0.05% (K5), dengan faktor kedua yaitu lama perendaman
dengan 3 taraf perendaman selama 24 jam (P1), 48 jam (P2), dan 72 jam (P3). Percobaan diulang 3 kali,
sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Masing-masing perlakuan ditanam 18 eksplan kotiledon yang dibagi
menjadi 6 eksplan per botol kultur. Percobaan kedua dimana faktor pertama yaitu konsentrasi dengan 3 taraf
(0.02, 0.04, dan 0.05%) dan faktor kedua varietas dengan 2 taraf (Wilis dan Tanggamus).
Pengamatan yang dilakukan adalah persentase eksplan berkalus, persentase eksplan hidup, jumlah
tunas, persentase tunas berakar, jumlah kromosom, jumlah stomata, jumlah kloroplas dalam sel penjaga
stomata dan ukuran stomata. Pengamatan dilakukan dari 1 MST hingga 8 MST.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1. Perlakuan Lama Perendaman dan Konsentrasi Kolkisin
Persentase Eksplan Berkalus
Lama perendaman dan konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap persentase ekplan
berkalus, seperti yang tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Pengaruh lama perendaman terhadap persentase eksplan berkalus Glycine max L. Merr setelah
perlakuan
Lama Perendaman
Rata-rata persentase eksplanberkalus (MST)
1 3 5 7 8
P0 0c
5c
16.6d
53.3c
60c
P1 6.9a
48.3a
62.6a
84.4a
95a
P2 6.6a
47.7a
58.8b
79.6b
87.5b
P3 3.3b
8.6b
25.2c
38.3d
50d
Uji F ** ** ** ** **
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam. P0: Tanpa Perendaman, P1:Perendaman 24 jam, P2:
Perendaman 48 jam, P3: Perendaman 72 jam. **: Sangat nyata pada taraf 0.01%.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
276 ISBN: 978-979-15649-6-0
Tabel 2. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan berkalus Glycine max L. Merr setelah
perlakuan.
Konsentrasi Kolkisin
Rata-rata persentase eksplan berkalus (MST)
1 3 5 7 8
K0 0d
6.2f
11.6e
39.1f
52.5e
K1 7.2b
50a
76.4a
93.3a
96.6a
K2 11.1a
43.3b
66.6b
77.7c
85.5c
K3 6.6b
41.1c
60c
82.6b
92.8b
K4 3.3c
35d
41.6d
56.6e
70d
K5 5.5b
33.3e
38.8d
60d
70d
Uji F ** ** ** ** **
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam. K0: Tanpa Kolkisin, K1: Konsentrasi 0.01%, K2: Konsentrasi
0.02%, K3: Konsentrasi 0.03%, K4: Konsentrasi 0.04%, K5: Konsentrasi 0.05%. **:sangat nyata pada taraf 0.01%.
Interaksi lama perendaman dan konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap persentase
eksplan berkalus (Tabel 3). Persentase berkalus yang tertinggi terdapat pada lama perendaman yang rendah
serta konsentrasi kolkisin yang rendah. Semakin lama perendaman maka semakin lama pula eksplan
berkalus, hal ini diduga disebabkan menyerapnya kolkisin ke seluruh bagian eksplan sehingga proses
pembelahan sel terganggu. Pembelahan sel menjadi lambat disebabkan oleh jumlah kromosom yang
mengganda (Suryo, 2007). Perlakuan konsentrasi yang tinggi 0.05% menunjukkan persentase berkalus yang
lebih rendah namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, hal ini diduga karena konsentrasi tinggi
menyebabkan eksplan keracunan. Suryo (2007) melaporkan bahwa konsentrasi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kematian pada tanaman.
Tabel 3.Pengaruh interaksi lama perendaman dan konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan berakar
Glycine max L. Merr setelah perlakuan pada minggu ke-8.
Lama Perendaman
Konsentrasi Kolkisin
K0 K1 K2 K3 K4
P0 60Bb
60 Bb
60Bb
60Bb
60Bb
P1 70Ab
100Aa
100Aa
100Aa
100Aa
P2 60Bd
100Aa
96.6Aa
98.6Aa
80 Bc
P3 20Ce
90Ba
60 Bc
80Bb
30 Cd
Keterangan: Huruf besar pada kolom yang sama dan huruf kecil pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji
Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%.
Percobaan 2. Perlakuan Konsentrasi Kolkisin dan Varietas
Persentase Eksplan Hidup
Konsentrasi kolkisin tidak berpengaruh nyata pada minggu pertama sampai dengan minggu kelima
setelah tanam, berpengaruh nyata pada minggu keenam setelah tanam, dan berpengaruh sangat nyata pada
minggu ke-7 dan ke-8 setelah tanam terhadap persentase eksplan hidup. Kelompok dan varietas tidak
perpengaruh nyata terhadap persentase eksplan hidup.Perlakuan konsentrasi kolkisin menyebabkan jumlah
eksplan yang hidup lebih kecil dibandingkan dengan kontrol, seperti yang tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4.Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan hidup tanaman Glycine max L.Merr
setelah perlakuan secara in vitro.
Perlakuan Konsentrasi
Kolkisin
Persentase (%) Eksplan Hidup pada Minggu ke- (MST)
1 3 5 7 8
Kontrol 94.4a
94.4a
94.4a
94.4a
94.4a
0.02% 96.2a
96.2a
90.7a
79.6b
79.6b
0.04% 100a
100a
100a
90.7ab
85.1ab
0.05% 92.5a
92.5a
92.5a
62.9c
55.5c
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 277
Jumlah Tunas
Tunas yang terbentuk merupakan tunas aksilar. Pengamatan visual jumlah tunas pada perlakuan
kolkisin konsentrasi 0.05% menunjukkan jumlah tunas yang sangat sedikit, daun tidak berkembang
sempurna, menunjukkan gejala kematian seperti daun menguning menjadi kecokelatan. Minggu ke-8 MST
banyak terdapat planlet yang mati. Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata pada jumlah tunas Glycine
max L. Merr secara in vitro, seperti yang tecantum pada Tabel 5. Jumlah tunas semakin menurun dengan
meningkatkan konsentrasi kolkisin yang diberikan hingga 0.05%.
Tabel 5.Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah tunas Glycine max L. Merr secara in vitro setelah
perlakuan.
Perlakuan Konsentrasi
Kolkisin
Jumlah Tunas pada Minggu ke-MST
1 3 5 7 8
Kontrol 0a
2.3a
3.5a
4a
4.3a
0.02% 0a
2.1a
3a
3.3a
3.3a
0.04% 0a
2.6a
4a
4a
4a
0.05% 0a
0b
1b
1.5b
1.5b
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam.
Persentase Tunas Berakar
Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap persentase tunas berakar pada tanaman
Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro, seperti yang tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase tunasberakar Glycine max L. Merr setelah
perlakuan secara in vitro.
Kolkisin Persentase (%) Planlet Berakar pada Minggu ke- (MST)
1 2 3
Kontrol 61.1a
90.7a
100
0.02% 51.8a
79.6b
100
0.04% 55.5a
88.8a
100
0.05% 42.5b
75.9b
100
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam.
Konsentrasi kolkisin menunjukkan persentase berakar yang berbeda nyata pada minggu ke-1 MST
dan minggu ke-2 MST. Persentase tunas berakar pada konsentrasi 0.05% lebih sedikit dibandingkan dengan
kontrol, 0.02 dan 0.04%. Tanaman Glycine max L. Merr sudah mulai berakar pada minggu ke-1 MST.
Perakaran terbaik dan menunjukkan persentase terbesar adalah kontrol. Konsentrasi kolkisin menghambat
pertumbuhan akar pada tanaman Glycine max L. Merr. Hal ini diduga karena semakin tinggi konsentrasi
kolkisin yang digunakan makan pertumbuhan akar semakin lambat yang ditunjukkan pada perlakuan
konsentrasi 0.02% dengan persentase 79.6% sedangkan perlakuan konsentrasi 0.05% memiliki persentase
berakar yang lebih kecil sebesar 75.9% pada minggu ke-2 MST. Nurwanti (2010) melaporkan konsentrasi
kolkisin yang tinggi menyebabkan jumlah akar yang semakin rendah pada tanaman Anthurium plowmanii.
Jumlah Kromosom
Uji sitologi untuk menghitung jumlah kromosom dilakukan dengan menggunakan akar Glycine max
L. Merr yang masih muda.Tanaman Glycine max L. Merr mengalami metafase pada pukul 10.00-10.15 WIB.
Kromosom diamati dibawah mikroskop elektron dengan perbesaran 100x. Kromosom yang diamati pada
mikroskop pada umumnya tampak berupa batang yang lurus atau bengkok (Suryo, 2007).Hasil uji sitologi
yang dilakukan pada planlet menunjukkan konsentrasi kolkisin menyebabkan variasi terhadap jumlah
kromosom pada kedua varietas Glycine max L. Merr (Tabel 7).
Tanaman Glycine max L. Merr memiliki jumlah kromosom normal sebanyak 2n=2x=40, x=20
(Sastrosumarjo, 2006). Jumlah kromosom tanaman Glycine max L. Merr terbanyak setelah perlakuan dengan
kolkisin adalah pada perlakuan 0.04% dengan rata-rata sebanyak 2n=229. Jumlah tersebut menunjukkan
bahwa jumlah kromosom Glycine max L. Merr mengganda 5 kali dari jumlah kromosom tanpa perlakuan
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
278 ISBN: 978-979-15649-6-0
yaitu 2n=40 kromosom. Perlakuan kolkisin dapat menghasilkan pertambahan genom sebagai suatu deret
ukur seperti 4x, 8x, 16x dan seterusnya.
Tabel 7. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap rata-rata jumlah kromosom Glycine max L. Merr setelah
perlakuan secara in vitro.
Konsentrasi Kolkisin (%) Rata-rata Jumlah Kromosom
Kontrol 40.72c
0.02 159.33b
0.04 229a
0.05 134.22b
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%.
Hasil Uji F menunjukkan bahwa varietas dan interaksi kedua varietas Glycine max L. Merr dengan
konsentrasi kolkisin pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata (Tabel 8). Hal ini diduga disebabkan karena
varietas Wilis dan Tanggamus memiliki sifat genetik yang hampir sama. Suryo (2007) melaporkan bahwa
faktor internal penyebab terjadinya poliploidisasi pada suatu tanaman adalah tergantung genetik dari masing-
masing tanaman.
Tabel 8.Rata-rata jumlah kromosom Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro pada kedua
varietas.
Perlakuan Kolkisin
Varietas
Wilis Tanggamus
Kontrol 41.1 (37-46) 40.3 (36-45)
0.02% 161 (92-290) 157.6 (82-239)
0.04% 247.1 (176-485) 210.8 (139-266)
0.05% 161 (102-232) 107.4 (85-131)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan variasi jumlah kromosom yang dihasilkan.
Perlakuan perendaman dengan kolkisin selain dapat menginduksi mutasi dengan menggandanya
jumlah kromosom pada tanaman Glycine max L. Merr juga menyebabkan sel-sel nya berukuran lebih besar.
Sel tanaman Glycine max L. Merr hasil perlakuan dengan perendaman konsentrasi 0.04% menunjukkan sel
yang lebih besar dibandingkan dengan sel dari hasil perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar jumlah kromosom maka semakin besar pula sel pada tanaman Glycine max L. Merr. Menurut Suryo
(2007) tanaman poliploid umumnya mempunyai sel yang lebih besar karena jumlah kromosomnya lebih
banyak daripada tanaman diploid.
Sel hasil perlakuan yang diamati pada hasil dokumentasi mikroskopis melalui pembesaran 100x pada
mikroskop elektron menunjukkan ukuran sel yang bervariasi, seiring dengan bervariasinya jumlah
kromosom. Hal ini diduga karena penyerapan kolkisin yang berbeda pada masing-masing eksplan dan
penyebaran ke bagian-bagian tanaman yang tidak merata pada jaringan. Kolkisin sangat cepat berdifusi ke
dalam jaringan tanaman dan disebarluaskan ke beberapa bagian tanaman melalui jaringan pengangkut
(Suryo, 2007).
Kerapatan Stomata
Kerapatan stomata dihitung berdasarkan jumlah stomata dibagi dengan luas bidang pandang
mikroskop. Jumlah stomata dihitung pada luas bidang pandang dengan perbesaran 40 x 10. Penghitungan
dilakukan dari hasil dokumentasi mikroskop dengan software DP25. Varietas memberikan pengaruh nyata
terhadap kerapatan stomata Glycine max L. Merr (Tabel 9).
Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan stomata. Rata-rata kerapatan
stomata terbesar terdapat pada perlakuan perendaman kolkisin pada konsentrasi 0.04% sebesar 442.10
stomata/mm2
. Sedangkan rata-rata rata-rata kerapatan stomata terkecil terdapat pada perlakuan perendaman
dengan kolkisin pada konsentrasi 0.02% sebesar 258.6 stomata/mm2
(Tabel 10).
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 279
Tabel 9. Pengaruh varietas terhadap rata-rata kerapatan stomata Glycine max L. Merr setelah perlakuan
secara in vitro.
Varietas Rata-rata Kerapatan Stomata (Stomata/mm2
)
Kontrol Wilis
Kontrol Tanggamus
Wilis
195.67
434.67
271.68b
Tanggamus 381.38a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%.
Tabel 10.Pengaruh kosentrasi kolkisin terhadap rata-rata kerapatan stomata setelah perlakuan secara in vitro.
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 0.05%.
Jumlah Kloroplas
Pengamatan jumlah kloroplas dilakukan di daerah sel penjaga pada stomata. Kloroplas berbentuk
bulat lonjong berwarna kehijauan. Kloroplas mengandung klorofil yang di dalamnya berlangsung fase terang
dan fase gelap fotosintesis. Varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah kloroplas. Konsentrasi kolkisin tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah kloroplas akan tetapi menunjukkan jumlah kloroplas
yang bervariasi (Tabel 11).
Tabel 11. Rata-rata jumlah kloroplas Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro.
Perlakuan Kolkisin
Varietas
Wilis Tanggamus
Kontrol 7 8.3
0.02% 6.3 10.8
0.04% 8.7 10.4
0.05% 6 9.2
Jumlah kloroplas pada perlakuan konsentrasi 0.04% pada varietas Wilis lebih banyak dibandingkan
dengan kontrol.Sedangkan perlakuan konsentrasi 0.02 dan 0.05% pada varietas Wilis menunjukkan jumlah
kloroplas yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah ploidi
pada perlakuan konsentrasi 0.04% akan meningkatkan jumlah kloroplas pada tanaman Glycine max L. Merr.
Nurwanti (2010) melaporkan bahwa sel yang mengalami penambahan jumlah kromosom akan mengalami
penambahan jumlah kloroplas kromosom pada tanaman Anthurium plowmanii.
Ukuran Stomata
Kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap panjang dan lebar stomata. Rata-rata panjang stomata
pada Glycine max L. Merr setelah perlakuan baik pada perlakuan perendaman konsentrasi 0.02, 0.04, dan
0.05% lebih besar daripada kontrol (Tabel 12).
Tabel 12. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap rata-rata ukuran stomata Glycine max L. Merr setelah
perlakuan secara in vitro.
PerlakuanKolkisin Rata-rata Panjang Stomata (µm) Rata-rata Lebar Stomata (µm)
Kontrol 17.4b
14.7b
0.02% 22.8a
18.1a
0.04% 22.6a
19.5a
0.05% 23.7a
19.9a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 0.05%.
Konsentrasi Kolkisin (%) Rata-rata Kerapatan Stomata (Stomata/mm2
)
Kontrol 315.89b
0.02 258.67b
0.04 442.10a
0.05 289.46b
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
280 ISBN: 978-979-15649-6-0
KESIMPULAN
1. Perlakuan lama perendaman dengan kolkisin memberikan pengaruh sangat nyata terhadap induksi kalus
Glycine max L. Merr varietas Wilis setelah perlakuan secara in vitro. Lama perendaman 72 jam
menunjukkan persentase terbentuknya kalus terkecil sebesar 50%, sedangkan lama perendaman 24
menunjukkan persentase terbentuknnya kalus terbesar sebesar 95% pada minggu ke-8 MST.
2. Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap induksi kalus Glycine max L. Merr varietas
Wilis setelah perlakuan secara in vitro. Konsentrasi 0.05% menunjukkan persentase eksplan berkalus
terkecil sebesar 70%, sedangkan konsentrasi 0.01% menunjukkan persentase eksplan berkalus terbesar
sebesar 96.6% pada minggu ke-8 MST. Ada interaksi yang nyata antara lama perendaman dan
konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan berkalus pada percobaan 1.
3. Perlakuan konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap penggandaan kromosom Glycine max
L. Merr varietas Wilis dan Tanggamus secara in vitro. Perlakuan konsentrasi kolkisin dapat
menginduksi penggandaan kromosom Glycine max L. Merr. Jumlah kromosom yang dihasilkan
bervariasi, perlakuan perendaman kolkisin 0.04% menghasilkan tunas dengan jumlah kromosom
sebanyak 2n=160-247, yang lebih banyak dibandingkan kontrol, perlakuan konsentrasi 0.02%, dan
konsentrasi 0.05%.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, D.M. 2000. Varietas unggul dan strategi pemuliaan kedelai di Indonesia, hal 39-42. Dalam:
L.W.Gunawan, N. Sunarlim, T. Handayani, B. Soegiharto, W. Adil, B. Priyanto, dan Suwarno (Eds).
Penelitian dan Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2010. Luas panen-produktivitas-produksi tanaman kedelai Indonesia.
http://www.bps.go.id. [16 November 2010].
Daud, M.E. 1996. Tissue culture and the selection of resistance to pathogens.Annual Review of
Phytopathology. 24: 159-186.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2009. Press release mentan pada panen kedelai.
http://ditjentan.deptan.go.id. [29 September 2010].
Larkin, P.J. and W.R. Scowcroft. 1981. Somaclonal variant, a novel source of variability from cell culture
improvement. Plant Cell Tiss. Org. Cult. 49: 17-27.
Mariska, I. 2002. Peningkatan ketahanan terhadap aluminium pada pertanaman kedelai melalui kultur in
vitro. Jurnal Litbang Pertanian 23 (2):46-52.
Nurwanti, L. 2010. Induksi Mutasi Kromosom dengan Kolkisin pada Anthurium Wave of Love (Anthurium
plowmanii Croat.) secara In Vitro.Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 82 hal.
Suryo, H. 2007. Sitogenetika.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.446 hal.

More Related Content

What's hot

Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaRohmad_ Putra
 
Sapi herman transgenik
Sapi  herman  transgenikSapi  herman  transgenik
Sapi herman transgenikEaster Tawy
 
Kultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetikaKultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetikaSindy Septiawan
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptDiana Muliadi
 
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...Repository Ipb
 
Power point hbsc3103 faudzi
Power point hbsc3103 faudziPower point hbsc3103 faudzi
Power point hbsc3103 faudziZauhari Hussein
 
Produksi sapi transgenetik
Produksi sapi transgenetikProduksi sapi transgenetik
Produksi sapi transgenetikEaster Tawy
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong masPembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong massemarang state university
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...Repository Ipb
 
Kejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetikKejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetikEdryna Az
 
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasi
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasiPemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasi
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasirabiati
 

What's hot (19)

Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
 
Sapi herman transgenik
Sapi  herman  transgenikSapi  herman  transgenik
Sapi herman transgenik
 
Terapi gen
Terapi genTerapi gen
Terapi gen
 
Kultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetikaKultur jaringan & rekayasa genetika
Kultur jaringan & rekayasa genetika
 
Terapi gen
Terapi genTerapi gen
Terapi gen
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
 
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
 
Power point hbsc3103 faudzi
Power point hbsc3103 faudziPower point hbsc3103 faudzi
Power point hbsc3103 faudzi
 
Produksi sapi transgenetik
Produksi sapi transgenetikProduksi sapi transgenetik
Produksi sapi transgenetik
 
16801 50544-1-pb (1)
16801 50544-1-pb (1)16801 50544-1-pb (1)
16801 50544-1-pb (1)
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong masPembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
Pembuatan nano partikel kitosan dengan keong mas
 
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
DINAMIKA KANDUNGAN PROTEIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) ...
 
Kejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetikKejuruteraan genetik
Kejuruteraan genetik
 
Assigment hbsc3103
Assigment hbsc3103Assigment hbsc3103
Assigment hbsc3103
 
Rasiah jumrah
Rasiah jumrahRasiah jumrah
Rasiah jumrah
 
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasi
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasiPemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasi
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang farmasi
 
1605 2977-1-pb
1605 2977-1-pb1605 2977-1-pb
1605 2977-1-pb
 
Rekayasa genetika
Rekayasa  genetikaRekayasa  genetika
Rekayasa genetika
 

Similar to KEDELAI MUTASI

INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...Repository Ipb
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasisimao belo
 
Jurnal acara 5
Jurnal acara 5Jurnal acara 5
Jurnal acara 5yoga budi
 
Kacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptx
Kacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptxKacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptx
Kacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptxRachelJuwita1
 
IPA Kelas 9 BAB 7
IPA Kelas 9 BAB 7 IPA Kelas 9 BAB 7
IPA Kelas 9 BAB 7 dianrobbian1
 
BIOTEKNOLOGI.ppt
BIOTEKNOLOGI.pptBIOTEKNOLOGI.ppt
BIOTEKNOLOGI.pptdesi178209
 
Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 8
Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 8Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 8
Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 824766hi
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...Repository Ipb
 
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPTIPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPTjefri70289
 
ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.
ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.
ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.haikal3665
 
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPTIPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPTdekshe014
 
Nutrition to Fight Coronavirus.pdf
Nutrition to Fight Coronavirus.pdfNutrition to Fight Coronavirus.pdf
Nutrition to Fight Coronavirus.pdfBoniePepitho
 

Similar to KEDELAI MUTASI (20)

INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasi
 
kajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur waletkajian penetasan telur walet
kajian penetasan telur walet
 
Jurnal acara 5
Jurnal acara 5Jurnal acara 5
Jurnal acara 5
 
Kacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptx
Kacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptxKacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptx
Kacang Koro - Si Climate Smart Legume Propaktani.pptx
 
Bioteknologi _ SMA
Bioteknologi _ SMABioteknologi _ SMA
Bioteknologi _ SMA
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
IPA Kelas 9 BAB 7
IPA Kelas 9 BAB 7 IPA Kelas 9 BAB 7
IPA Kelas 9 BAB 7
 
BIOTEKNOLOGI.ppt
BIOTEKNOLOGI.pptBIOTEKNOLOGI.ppt
BIOTEKNOLOGI.ppt
 
Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 8
Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 8Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 8
Bioteknologi bahan pembelajaran untuk SMP kelas 8
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
 
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alinaBuletin pn 9_2_2003_38-44_alina
Buletin pn 9_2_2003_38-44_alina
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
IPA Kelas 9 BAB 7.pptx
IPA Kelas 9 BAB 7.pptxIPA Kelas 9 BAB 7.pptx
IPA Kelas 9 BAB 7.pptx
 
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPTIPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
 
ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.
ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.
ILMU_PENGETAHUAN_ALAM_SMP_Kelas_9_BAB_7.
 
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPTIPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
IPA_Kelas_9_BAB_7.PPT
 
Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012Abstrak.bandeng biofloc.2012
Abstrak.bandeng biofloc.2012
 
Nutrition to Fight Coronavirus.pdf
Nutrition to Fight Coronavirus.pdfNutrition to Fight Coronavirus.pdf
Nutrition to Fight Coronavirus.pdf
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

KEDELAI MUTASI

  • 1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 274 ISBN: 978-979-15649-6-0 INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Merr) VARIETAS WILIS DAN TANGGAMUS DENGAN KOLKISIN SECARA IN VITRO Mastika Wardhani* dan Ni Made Armini Wiendi Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University (IPB), Indonesia Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Tel.: +62 251 8629353; fax: +62 251 8629353. * Corresponding author: mastika.wardhani@gmail.com Abstract The research aimed to study the in vitro genetic mutation induction through chromosome doubling of soybean (Glycine max L. Merr) using colchicine. This research was conducted from January 2011 to October 2011 at Biotechnology and Micro Technique Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, IPB, Bogor. The research was used factorial design which arranged with Completely Randomized Block Design, consisted of 2 experiments. The first experiment was consist of 2 factors, concentrations of colchicine (0.01, 0.02, 0.03, 0.04 and 0.05%) and the long immersion with colchicine (24, 48, and 72 hours). The second experiment was consist of 2 factors, varieties of Glycine max L. Merr (Wilis and Tanggamus), concentrations of colchicine (0.02, 0.04, and 0.05%). The first experiment showed that consentrations of colchicine (0.01, 0.02, 0.03, 0.04, and 0.05%) were significantly affected to induce percentage of callus from cotyledon on modified MS medium containing 10 mg 2,4-D. The second experiment showed that the consentrations of colchicine (0.02, 0.04 and 0.05%) were significantly affected to several variables (percentage of explant’s life, the number of shoot, percentage of rooting, the number of chromosome, the number of stomata, the number of chloroplast, and the size of stomata). With a concentration of 0.04% colchicine wasproducedthe highest yield number of chromosomes 2n=160-247 than normal chromosomes 2n=40 of both varieties of soybean. Keywords: Glycine max L. Merr, colchicine, chromosome, Wilis, Tanggamus. PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max L. Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, akan tetapi produksi kedelai dalam negeri menurun seiring dengan merosotnya areal tanam. Demi mencukupi permintaan kedelai dalam negeri yang terus meningkat, pemerintah melakukan impor (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2009). Produksi kedelai pada tahun 2004 mencapai 723.4 ribu ton dan mengalami peningkatan menjadi 808.3 ribu ton pada tahun 2005. Produksi mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 747.6 ribu ton, bahkan mengalami penurunan drastis menjadi 592.5 ribu ton pada tahun 2007. Menurut Badan Pusat Statistik (2010) produksi kedelai mulai mengalami peningkatan kembali menjadi 775.7 ton pada tahun 2008 dan 974.5 ribu ton pada tahun 2009. Kebutuhan kedelai rata-rata Indonesia 2.2 juta ton/tahun. Dari jumlah tersebut, produksi kedelai dalam negeri hanya mampu mencukupi 35−40%, sedangkan 60−65% selebihnya dipenuhi dari impor. Peningkatan produktivitas kedelai di Indonesia sangat membutuhkan ketersediaan varietas unggul yang berpotensi produksi tinggi dan responsif terhadap perbaikan kondisi lingkungan, serta memiliki sifat- sifat unggul lainnya (Arsyad, 2000). Upaya untuk mendapatkan kedelai berdaya hasil tinggi dapat ditempuh melalui kegiatan pemuliaan tanaman untuk memperoleh keragaman yang selanjutnya akan diseleksi. Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui kultur jaringan (Larkin dan Scowcroft, 1981). Keragaman genetik yang terjadi didalam kultur jaringan disebabkan oleh penggandaan jumlah kromosom (fusi endomitosis), perubahan struktur kromosom (pindah silang), perubahan gen dan sitoplasma. Daud (1996) menyatakan bahwa mutasi spontan yang terjadi pada sel somatik antara 0.2-3%. Keragaman tersebut dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen fisik maupun mutagen kimia. Mutagen yang berasal dari bahan kimia telah lama digunakan dalam melaksanakan program
  • 2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 275 pemuliaan tanaman untuk mendapatkan mutasi. Kolkisin telah digunakan untuk induksi mutasi sejak ratusan tahun yang lalu. Kolkisin dapat digunakan baik secara in vivo maupun secara in vitro. Kolkisin akan lebih efektif pada kultur in vitro karena perlakuannya dapat dikenakan pada tingkat sel (Mariska, 2002). Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keragaman somaklonal secara in vitro dengan induksi mutasi melalui penggandaan kromosom dengan mutagen kimia kolkisin sehingga diharapkan berpeluang untuk mendapatkan genotipe kedelai lokal baru yang unggul. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2011 sampai Oktober 2011.Tempat pelaksanaan penelitian in vitro dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Uji sitologi untuk menghitung jumlah kromosom dan stomata dilakukan di Laboratorium Micro Technique, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan 1 adalah eksplan hasil kultur in vitro berupa kotiledon Glycine max L. Merr varietas Wilis yang telah steril dan berumur 10 hari. Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan 2 adalah eksplan hasil kulturin vitro berupa pucuk Glycine max L. Merr varietas Wilis dan Tanggamus yang telah steril dan berumur 10 hari. Bahan untuk media perkecambahan adalah komposisi media MS0 (Murashige dan Skoog tanpa zat pengatur tumbuh), Bahan untuk media percobaan 1 adalah komposisi media MS + zat pengatur tumbuh 2,4-D 10 mg/L, serta bahan untuk media percobaan 2 adalah media MS0. Penelitian ini terdiri dari 2 percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dimana pada percobaan pertama faktor pertama yaitu konsentrasi dengan 5 taraf: 0.01% (K1), 0.02% (K2), 0.03% (K3), 0.04% (K4), dan 0.05% (K5), dengan faktor kedua yaitu lama perendaman dengan 3 taraf perendaman selama 24 jam (P1), 48 jam (P2), dan 72 jam (P3). Percobaan diulang 3 kali, sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Masing-masing perlakuan ditanam 18 eksplan kotiledon yang dibagi menjadi 6 eksplan per botol kultur. Percobaan kedua dimana faktor pertama yaitu konsentrasi dengan 3 taraf (0.02, 0.04, dan 0.05%) dan faktor kedua varietas dengan 2 taraf (Wilis dan Tanggamus). Pengamatan yang dilakukan adalah persentase eksplan berkalus, persentase eksplan hidup, jumlah tunas, persentase tunas berakar, jumlah kromosom, jumlah stomata, jumlah kloroplas dalam sel penjaga stomata dan ukuran stomata. Pengamatan dilakukan dari 1 MST hingga 8 MST. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Perlakuan Lama Perendaman dan Konsentrasi Kolkisin Persentase Eksplan Berkalus Lama perendaman dan konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap persentase ekplan berkalus, seperti yang tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Pengaruh lama perendaman terhadap persentase eksplan berkalus Glycine max L. Merr setelah perlakuan Lama Perendaman Rata-rata persentase eksplanberkalus (MST) 1 3 5 7 8 P0 0c 5c 16.6d 53.3c 60c P1 6.9a 48.3a 62.6a 84.4a 95a P2 6.6a 47.7a 58.8b 79.6b 87.5b P3 3.3b 8.6b 25.2c 38.3d 50d Uji F ** ** ** ** ** Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam. P0: Tanpa Perendaman, P1:Perendaman 24 jam, P2: Perendaman 48 jam, P3: Perendaman 72 jam. **: Sangat nyata pada taraf 0.01%.
  • 3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 276 ISBN: 978-979-15649-6-0 Tabel 2. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan berkalus Glycine max L. Merr setelah perlakuan. Konsentrasi Kolkisin Rata-rata persentase eksplan berkalus (MST) 1 3 5 7 8 K0 0d 6.2f 11.6e 39.1f 52.5e K1 7.2b 50a 76.4a 93.3a 96.6a K2 11.1a 43.3b 66.6b 77.7c 85.5c K3 6.6b 41.1c 60c 82.6b 92.8b K4 3.3c 35d 41.6d 56.6e 70d K5 5.5b 33.3e 38.8d 60d 70d Uji F ** ** ** ** ** Keterangan: Angka pada kolom yang sama dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam. K0: Tanpa Kolkisin, K1: Konsentrasi 0.01%, K2: Konsentrasi 0.02%, K3: Konsentrasi 0.03%, K4: Konsentrasi 0.04%, K5: Konsentrasi 0.05%. **:sangat nyata pada taraf 0.01%. Interaksi lama perendaman dan konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap persentase eksplan berkalus (Tabel 3). Persentase berkalus yang tertinggi terdapat pada lama perendaman yang rendah serta konsentrasi kolkisin yang rendah. Semakin lama perendaman maka semakin lama pula eksplan berkalus, hal ini diduga disebabkan menyerapnya kolkisin ke seluruh bagian eksplan sehingga proses pembelahan sel terganggu. Pembelahan sel menjadi lambat disebabkan oleh jumlah kromosom yang mengganda (Suryo, 2007). Perlakuan konsentrasi yang tinggi 0.05% menunjukkan persentase berkalus yang lebih rendah namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, hal ini diduga karena konsentrasi tinggi menyebabkan eksplan keracunan. Suryo (2007) melaporkan bahwa konsentrasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada tanaman. Tabel 3.Pengaruh interaksi lama perendaman dan konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan berakar Glycine max L. Merr setelah perlakuan pada minggu ke-8. Lama Perendaman Konsentrasi Kolkisin K0 K1 K2 K3 K4 P0 60Bb 60 Bb 60Bb 60Bb 60Bb P1 70Ab 100Aa 100Aa 100Aa 100Aa P2 60Bd 100Aa 96.6Aa 98.6Aa 80 Bc P3 20Ce 90Ba 60 Bc 80Bb 30 Cd Keterangan: Huruf besar pada kolom yang sama dan huruf kecil pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. Percobaan 2. Perlakuan Konsentrasi Kolkisin dan Varietas Persentase Eksplan Hidup Konsentrasi kolkisin tidak berpengaruh nyata pada minggu pertama sampai dengan minggu kelima setelah tanam, berpengaruh nyata pada minggu keenam setelah tanam, dan berpengaruh sangat nyata pada minggu ke-7 dan ke-8 setelah tanam terhadap persentase eksplan hidup. Kelompok dan varietas tidak perpengaruh nyata terhadap persentase eksplan hidup.Perlakuan konsentrasi kolkisin menyebabkan jumlah eksplan yang hidup lebih kecil dibandingkan dengan kontrol, seperti yang tercantum pada Tabel 4. Tabel 4.Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan hidup tanaman Glycine max L.Merr setelah perlakuan secara in vitro. Perlakuan Konsentrasi Kolkisin Persentase (%) Eksplan Hidup pada Minggu ke- (MST) 1 3 5 7 8 Kontrol 94.4a 94.4a 94.4a 94.4a 94.4a 0.02% 96.2a 96.2a 90.7a 79.6b 79.6b 0.04% 100a 100a 100a 90.7ab 85.1ab 0.05% 92.5a 92.5a 92.5a 62.9c 55.5c Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam.
  • 4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 277 Jumlah Tunas Tunas yang terbentuk merupakan tunas aksilar. Pengamatan visual jumlah tunas pada perlakuan kolkisin konsentrasi 0.05% menunjukkan jumlah tunas yang sangat sedikit, daun tidak berkembang sempurna, menunjukkan gejala kematian seperti daun menguning menjadi kecokelatan. Minggu ke-8 MST banyak terdapat planlet yang mati. Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata pada jumlah tunas Glycine max L. Merr secara in vitro, seperti yang tecantum pada Tabel 5. Jumlah tunas semakin menurun dengan meningkatkan konsentrasi kolkisin yang diberikan hingga 0.05%. Tabel 5.Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah tunas Glycine max L. Merr secara in vitro setelah perlakuan. Perlakuan Konsentrasi Kolkisin Jumlah Tunas pada Minggu ke-MST 1 3 5 7 8 Kontrol 0a 2.3a 3.5a 4a 4.3a 0.02% 0a 2.1a 3a 3.3a 3.3a 0.04% 0a 2.6a 4a 4a 4a 0.05% 0a 0b 1b 1.5b 1.5b Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam. Persentase Tunas Berakar Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap persentase tunas berakar pada tanaman Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro, seperti yang tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase tunasberakar Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro. Kolkisin Persentase (%) Planlet Berakar pada Minggu ke- (MST) 1 2 3 Kontrol 61.1a 90.7a 100 0.02% 51.8a 79.6b 100 0.04% 55.5a 88.8a 100 0.05% 42.5b 75.9b 100 Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. MST: Minggu Setelah Tanam. Konsentrasi kolkisin menunjukkan persentase berakar yang berbeda nyata pada minggu ke-1 MST dan minggu ke-2 MST. Persentase tunas berakar pada konsentrasi 0.05% lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol, 0.02 dan 0.04%. Tanaman Glycine max L. Merr sudah mulai berakar pada minggu ke-1 MST. Perakaran terbaik dan menunjukkan persentase terbesar adalah kontrol. Konsentrasi kolkisin menghambat pertumbuhan akar pada tanaman Glycine max L. Merr. Hal ini diduga karena semakin tinggi konsentrasi kolkisin yang digunakan makan pertumbuhan akar semakin lambat yang ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi 0.02% dengan persentase 79.6% sedangkan perlakuan konsentrasi 0.05% memiliki persentase berakar yang lebih kecil sebesar 75.9% pada minggu ke-2 MST. Nurwanti (2010) melaporkan konsentrasi kolkisin yang tinggi menyebabkan jumlah akar yang semakin rendah pada tanaman Anthurium plowmanii. Jumlah Kromosom Uji sitologi untuk menghitung jumlah kromosom dilakukan dengan menggunakan akar Glycine max L. Merr yang masih muda.Tanaman Glycine max L. Merr mengalami metafase pada pukul 10.00-10.15 WIB. Kromosom diamati dibawah mikroskop elektron dengan perbesaran 100x. Kromosom yang diamati pada mikroskop pada umumnya tampak berupa batang yang lurus atau bengkok (Suryo, 2007).Hasil uji sitologi yang dilakukan pada planlet menunjukkan konsentrasi kolkisin menyebabkan variasi terhadap jumlah kromosom pada kedua varietas Glycine max L. Merr (Tabel 7). Tanaman Glycine max L. Merr memiliki jumlah kromosom normal sebanyak 2n=2x=40, x=20 (Sastrosumarjo, 2006). Jumlah kromosom tanaman Glycine max L. Merr terbanyak setelah perlakuan dengan kolkisin adalah pada perlakuan 0.04% dengan rata-rata sebanyak 2n=229. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah kromosom Glycine max L. Merr mengganda 5 kali dari jumlah kromosom tanpa perlakuan
  • 5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 278 ISBN: 978-979-15649-6-0 yaitu 2n=40 kromosom. Perlakuan kolkisin dapat menghasilkan pertambahan genom sebagai suatu deret ukur seperti 4x, 8x, 16x dan seterusnya. Tabel 7. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap rata-rata jumlah kromosom Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro. Konsentrasi Kolkisin (%) Rata-rata Jumlah Kromosom Kontrol 40.72c 0.02 159.33b 0.04 229a 0.05 134.22b Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. Hasil Uji F menunjukkan bahwa varietas dan interaksi kedua varietas Glycine max L. Merr dengan konsentrasi kolkisin pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata (Tabel 8). Hal ini diduga disebabkan karena varietas Wilis dan Tanggamus memiliki sifat genetik yang hampir sama. Suryo (2007) melaporkan bahwa faktor internal penyebab terjadinya poliploidisasi pada suatu tanaman adalah tergantung genetik dari masing- masing tanaman. Tabel 8.Rata-rata jumlah kromosom Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro pada kedua varietas. Perlakuan Kolkisin Varietas Wilis Tanggamus Kontrol 41.1 (37-46) 40.3 (36-45) 0.02% 161 (92-290) 157.6 (82-239) 0.04% 247.1 (176-485) 210.8 (139-266) 0.05% 161 (102-232) 107.4 (85-131) Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan variasi jumlah kromosom yang dihasilkan. Perlakuan perendaman dengan kolkisin selain dapat menginduksi mutasi dengan menggandanya jumlah kromosom pada tanaman Glycine max L. Merr juga menyebabkan sel-sel nya berukuran lebih besar. Sel tanaman Glycine max L. Merr hasil perlakuan dengan perendaman konsentrasi 0.04% menunjukkan sel yang lebih besar dibandingkan dengan sel dari hasil perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah kromosom maka semakin besar pula sel pada tanaman Glycine max L. Merr. Menurut Suryo (2007) tanaman poliploid umumnya mempunyai sel yang lebih besar karena jumlah kromosomnya lebih banyak daripada tanaman diploid. Sel hasil perlakuan yang diamati pada hasil dokumentasi mikroskopis melalui pembesaran 100x pada mikroskop elektron menunjukkan ukuran sel yang bervariasi, seiring dengan bervariasinya jumlah kromosom. Hal ini diduga karena penyerapan kolkisin yang berbeda pada masing-masing eksplan dan penyebaran ke bagian-bagian tanaman yang tidak merata pada jaringan. Kolkisin sangat cepat berdifusi ke dalam jaringan tanaman dan disebarluaskan ke beberapa bagian tanaman melalui jaringan pengangkut (Suryo, 2007). Kerapatan Stomata Kerapatan stomata dihitung berdasarkan jumlah stomata dibagi dengan luas bidang pandang mikroskop. Jumlah stomata dihitung pada luas bidang pandang dengan perbesaran 40 x 10. Penghitungan dilakukan dari hasil dokumentasi mikroskop dengan software DP25. Varietas memberikan pengaruh nyata terhadap kerapatan stomata Glycine max L. Merr (Tabel 9). Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap kerapatan stomata. Rata-rata kerapatan stomata terbesar terdapat pada perlakuan perendaman kolkisin pada konsentrasi 0.04% sebesar 442.10 stomata/mm2 . Sedangkan rata-rata rata-rata kerapatan stomata terkecil terdapat pada perlakuan perendaman dengan kolkisin pada konsentrasi 0.02% sebesar 258.6 stomata/mm2 (Tabel 10).
  • 6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 279 Tabel 9. Pengaruh varietas terhadap rata-rata kerapatan stomata Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro. Varietas Rata-rata Kerapatan Stomata (Stomata/mm2 ) Kontrol Wilis Kontrol Tanggamus Wilis 195.67 434.67 271.68b Tanggamus 381.38a Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. Tabel 10.Pengaruh kosentrasi kolkisin terhadap rata-rata kerapatan stomata setelah perlakuan secara in vitro. Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. Jumlah Kloroplas Pengamatan jumlah kloroplas dilakukan di daerah sel penjaga pada stomata. Kloroplas berbentuk bulat lonjong berwarna kehijauan. Kloroplas mengandung klorofil yang di dalamnya berlangsung fase terang dan fase gelap fotosintesis. Varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah kloroplas. Konsentrasi kolkisin tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah kloroplas akan tetapi menunjukkan jumlah kloroplas yang bervariasi (Tabel 11). Tabel 11. Rata-rata jumlah kloroplas Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro. Perlakuan Kolkisin Varietas Wilis Tanggamus Kontrol 7 8.3 0.02% 6.3 10.8 0.04% 8.7 10.4 0.05% 6 9.2 Jumlah kloroplas pada perlakuan konsentrasi 0.04% pada varietas Wilis lebih banyak dibandingkan dengan kontrol.Sedangkan perlakuan konsentrasi 0.02 dan 0.05% pada varietas Wilis menunjukkan jumlah kloroplas yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah ploidi pada perlakuan konsentrasi 0.04% akan meningkatkan jumlah kloroplas pada tanaman Glycine max L. Merr. Nurwanti (2010) melaporkan bahwa sel yang mengalami penambahan jumlah kromosom akan mengalami penambahan jumlah kloroplas kromosom pada tanaman Anthurium plowmanii. Ukuran Stomata Kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap panjang dan lebar stomata. Rata-rata panjang stomata pada Glycine max L. Merr setelah perlakuan baik pada perlakuan perendaman konsentrasi 0.02, 0.04, dan 0.05% lebih besar daripada kontrol (Tabel 12). Tabel 12. Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap rata-rata ukuran stomata Glycine max L. Merr setelah perlakuan secara in vitro. PerlakuanKolkisin Rata-rata Panjang Stomata (µm) Rata-rata Lebar Stomata (µm) Kontrol 17.4b 14.7b 0.02% 22.8a 18.1a 0.04% 22.6a 19.5a 0.05% 23.7a 19.9a Keterangan: Angka pada kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 0.05%. Konsentrasi Kolkisin (%) Rata-rata Kerapatan Stomata (Stomata/mm2 ) Kontrol 315.89b 0.02 258.67b 0.04 442.10a 0.05 289.46b
  • 7. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 280 ISBN: 978-979-15649-6-0 KESIMPULAN 1. Perlakuan lama perendaman dengan kolkisin memberikan pengaruh sangat nyata terhadap induksi kalus Glycine max L. Merr varietas Wilis setelah perlakuan secara in vitro. Lama perendaman 72 jam menunjukkan persentase terbentuknya kalus terkecil sebesar 50%, sedangkan lama perendaman 24 menunjukkan persentase terbentuknnya kalus terbesar sebesar 95% pada minggu ke-8 MST. 2. Konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap induksi kalus Glycine max L. Merr varietas Wilis setelah perlakuan secara in vitro. Konsentrasi 0.05% menunjukkan persentase eksplan berkalus terkecil sebesar 70%, sedangkan konsentrasi 0.01% menunjukkan persentase eksplan berkalus terbesar sebesar 96.6% pada minggu ke-8 MST. Ada interaksi yang nyata antara lama perendaman dan konsentrasi kolkisin terhadap persentase eksplan berkalus pada percobaan 1. 3. Perlakuan konsentrasi kolkisin berpengaruh sangat nyata terhadap penggandaan kromosom Glycine max L. Merr varietas Wilis dan Tanggamus secara in vitro. Perlakuan konsentrasi kolkisin dapat menginduksi penggandaan kromosom Glycine max L. Merr. Jumlah kromosom yang dihasilkan bervariasi, perlakuan perendaman kolkisin 0.04% menghasilkan tunas dengan jumlah kromosom sebanyak 2n=160-247, yang lebih banyak dibandingkan kontrol, perlakuan konsentrasi 0.02%, dan konsentrasi 0.05%. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, D.M. 2000. Varietas unggul dan strategi pemuliaan kedelai di Indonesia, hal 39-42. Dalam: L.W.Gunawan, N. Sunarlim, T. Handayani, B. Soegiharto, W. Adil, B. Priyanto, dan Suwarno (Eds). Penelitian dan Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2010. Luas panen-produktivitas-produksi tanaman kedelai Indonesia. http://www.bps.go.id. [16 November 2010]. Daud, M.E. 1996. Tissue culture and the selection of resistance to pathogens.Annual Review of Phytopathology. 24: 159-186. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2009. Press release mentan pada panen kedelai. http://ditjentan.deptan.go.id. [29 September 2010]. Larkin, P.J. and W.R. Scowcroft. 1981. Somaclonal variant, a novel source of variability from cell culture improvement. Plant Cell Tiss. Org. Cult. 49: 17-27. Mariska, I. 2002. Peningkatan ketahanan terhadap aluminium pada pertanaman kedelai melalui kultur in vitro. Jurnal Litbang Pertanian 23 (2):46-52. Nurwanti, L. 2010. Induksi Mutasi Kromosom dengan Kolkisin pada Anthurium Wave of Love (Anthurium plowmanii Croat.) secara In Vitro.Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 82 hal. Suryo, H. 2007. Sitogenetika.Gajah Mada University Press.Yogyakarta.446 hal.