Laporan kasus Bell's palsy pada wanita usia 36 tahun dengan keluhan mulut mencong ke kanan dan kelemahan otot wajah sisi kiri. Diagnosis Bell's palsy didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologis yang menunjukkan lesi nervus fasialis perifer.
2. BAB I
PENDAHULUAN
Bell’s palsy (BP) :
• paresis nervus fasialis perifer
• bersifat akut
• penyebabnya tidak diketahui pasti (idiopatik)
• Apabila faktor penyebab jelas maka disebut paralisis
fasialis perifer dan bukan bell’s palsy
• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua
kelumpuhan saraf fasialis perifer akut
• Terdapat 10–30 pasien per 100.000 populasi per
tahun dan meningkat sesuai pertambahan umur
Quality Standards Subcommittee of the American Academy of
Neurology (AAN) :
steroid merupakan obat yang efektif dan antiviral (asiklovir)
merupakan obat yang mungkin efektif dalam meningkatkan
probabilitas pemulihan fungsi nervus fasialis
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (N.VII), terjadi
secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak
menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus
fasialis
• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua kelumpuhan
saraf fasialis perifer akut
• Prevalensi rata-rata berkisar antara 10–30 pasien per 100.000
populasi per tahun dan meningkat sesuai pertambahan umur
• terbanyak pada usia 21–30 tahun.
• Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria
• adanya riwayat terpapar udara dingin seperti naik kendaraan
dengan kaca terbuka, tidur di lantai atau bergadang sebelum
menderita bell’s palsy
4. 4 teori etiologi Bell’s palsy
Teori
iskemik
vaskuler
Teori
herediter
Teori
infeksi
virus
Teori
imunologi
Patofisiologi Bell’s Palsy
5. Gambaran Klinis • timbul secara mendadak
• penderita menyadari
adanya kelumpuhan pada
salah satu sisi wajahnya
pada waktu bangun pagi,
bercermin atau saat sikat
gigi/berkumur
• Bell’s palsy hampir selalu
unilateral.
• Pada sisi wajah yang
terkena, ekspresi akan
menghilang sehingga
lipatan nasolabialis akan
menghilang
• kedipan mata berkurang
7. Terapi
Istirahat terutama
pada keadaan
akut
Medikamentosa
Kortikosteroid :
• steroid sangat efektif dan harus digunakan untuk
meningkatkan kemungkinan pemulihan kembali
fungsi nervus fasialis.
• Dosis : 60 mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari berikutnya
yaitu diturunkan 10 mg/hari
Antiviral :
• Dosis Acyclovir diberikan 400 mg 5 kali sehari
selama 10 hari atau Valaciclovir 500 mg 2 kali
sehari selama 5 hari
• Bell’s palsy awitan awal antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak
meningkatkan probabilitas pemulihan kembali
nervus fasilalis >7%
Fisioterapi
Operasi
8. Komplikasi
Crocodile tear phenomene
Synkinesis
Tic Facialis sampai
Hemifacial Spasme
Prognosis
Prognosis Bell’s palsy baik yaitu sekitar 80-90%
penderita sembuh dalam waktu 6 minggu
sampai tiga bulan tiga bulan tanpa ada
kecacatan
Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih,
mempunyai peluang 40% sembuh total dan
beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa
Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka
penderita cenderung meninggalkan gejala sisa
Hanya 23 % kasus Bells palsy yang mengenai
kedua sisi wajah
Bell’s palsy kambuh pada 10-15 % penderita
Sekitar 30 % penderita yang kambuh ipsilateral
menderita tumor N. VII atau tumor kelenjar
parotis
9. LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama : Siderah
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kusamba
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan: 11 November 2014
Keluhan utama :
Mulut mencong ke kanan sejak 1 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan mulut mencong ke kanan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan dirasakan
terutama saat pasien berkumur-kumur di pagi hari dan merasakan air keluar dari mulutnya.
Di pagi hari saat bangun pagi , mulut penderita mencong ke kanan, mata kiri tidak menutup
sempurna sehingga terasa perih dan berair, pipi terasa kencang. Sisi wajah sebelah kiri
terasa tebal, kaku, dan bergerak sendiri. Makan baik, bila minum air sering keluar dari sisi
mulut sebelah kiri. Tidak ada keluhan nyeri di sekitar telinga kiri. Riwayat keluar cairan dari
telinga kiri tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran. Keluhan pusing berputar, gangguan
pendengaran, rasa makanan berkurang, demam, batuk, pilek tidak ada. Pasien memiliki
riwayat tidur di lantai dan menggunakan kipas angin saat malam hari sebelumnya.
10. Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
• Riwayat diabetes, hipertensi, dan trauma tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kebiasaan
pasien setiap hari adalah pergi ke pasar jam 5 pagi dan
jarang menggunakan helm. Pasien sering tidur di lantai
dan menggunakan kipas angin karena cuaca sangat
panas. Pasien adalah pengguna jaminankesehatan JKBM.
11. Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda vital : TD 130/90 mmHg; N
64x/m; R 20x/m; S 36.3°C
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/-, ikt-/-
THT : dalam batas normal; wajah tidak ditemukan vesikel
pada daerah sekitar telinga dan tidak terdapat
pembengkakan atau massa pada kelenjer parotis
Thorax : Cor : S1S2 normal, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-),bising usus normal, hepar dan
lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal.
Pemeriksaan Fisik
12. Kepala
Bentuk : mesosefal
Simetri : (+)
Nyeri tekan : (-)
Pulsasi : (-)
Leher
Sikap : tegak
Pergerakan : bebas ke segala
arah
Kaku kuduk : (-)
Saraf otak
Status Neurologi
13.
14.
15. Extremitas
A. Superior
Inspeksi
Atrofi otot : ( - )
Pseudohypertrofi : ( - )
Palpasi
Nyeri : ( - )
kontraktur : ( - )
konsistensi : lembek
Perkusi
normal : normal
reaksi myotonik : ( - )
16. Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan minimal (75
%), 3= dpt melawan gravitasi (50%), 2= dpt menggerakan sendi
(25%), 1 = msh ada kontraksi otot (10%), 0 = tidak ada gerak
sama sekali (0%).
Lengan kanan kiri
M. Deltoid (abduksi lengan atas) : 5 5
M. biceps (flexi lengan bawah) : 5 5
- M. Triceps (ekstensi lengan bawah) : 5 5
- Flexi sendi pergelangan tangan : 5 5
- Ekstensi pergelangan tangan : 5 5
- Membuka jari – jari tangan : 5 5
- Menutup jari – jari tangan : 5 5
17. • Tonus otot
- tonus otot lengan (N) (N)
- hypotoni (-) (-)
- Spastik (-) (-)
- rigid (-) (-)
- rebound Phenomen tidak dilakukan
• Refleks fisiologis
- B P R (+) (+)
- T P R (+) (+)
• Refleks Patologis
- Hoffman (-) (-)
- tromner (-) (-)
18. SENSIBILITAS
Eksteroseptik : tidak dilakukan
Propioseptik : tidak dilakukan
Enteroseptik : tidak dilakukan
Rasa kombinasi : tidak dilakukan
B. Inferior
inspeksi : normal
palpasi : normal
perkusi : normal
19. Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan minimal
(75 %), 3= dpt melawan gravitasi (50%), 2= dpt menggerakan
sendi (25%), 1 = msh ada kontraksi otot (10%), 0 = tidak ada
gerak sama sekali (0%).
Tungkai kanan kiri
- Flexi artic coxae (tungkai atas) : 5 5
- Extensi artic coxae (tungkai atas) : 5 5
- Flexi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
- Extensi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
- Flexi plantar kaki : 5 5
- Ekxtensi dorsal kaki : 5 5
- Gerakan jari-jari : 5 5
21. SENSIBILITAS
Eksteroseptik : tdk dilakukan
Propioseptik : tdk dilakukan
Enteroseptik : tdk dilakukan
Rasa kombinasi : tdk dilakukan
22. Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : (+)
Jari tangan-hidung : (+)
Ibu jari kaki-tangan : tdk dilakukan
Tumit-lutut : tdk dilakukan
Pronasi-supinasi : tdk dilakukan
Tapping dgn jari-jari tangan : tdk dilakukan
Tapping dgn jari-jari kaki : tdk dilakukan
Gait station : tdk dilakukan
Fungsi luhur : dbn
Refleks-refleks primitif : -
Susunan saraf otonom : dbn
Gait dan keseimbangan
23. Diagnosa klinis : Bell’s Palsy Sinistra
Diagnosa topis : Sekitar foramen stilomastoideus
Diagnosa etiologi : Idiopatik
Fungsional : Penurunan kemampuan fungsional
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (makan/mengunyah,
minum/berkumur, tersenyum)
Diagnosis
• Methylprednisolone 3x4 mg
• Mecobalamin 3x 1 tab
• Fisioterapi
Terapi
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsional : dubius ad bonam
Prognosis
24. PEMBAHASAN
Telah dilaporkan suatu kasus Bell’s
palsy pada pasien perempuan
berusia 36 tahun
Data epidemiologi:
• prevalensi Bell’s palsy rata-rata berkisar
antara 10–30 pasien per 100.000 populasi
per tahun dan meningkat sesuai
pertambahan umur.
• Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah
sakit di Indonesia didapatkan frekuensi
Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh
kasus neuropati
• Terbanyak pada usia 21–30 tahun.
• Lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria.
25. Pada pasien ini didapatkan riwayat
tidur di lantai dan menggunakan
kipas angin saat malam hari
sebelumnya
• Tidak didapati perbedaan insiden antara
iklim panas maupun dingin
• Pada beberapa penderita didapatkan
adanya riwayat terpapar udara dingin
seperti naik kendaraan dengan kaca
terbuka, tidur di lantai atau bergadang
sebelum menderita bell’s palsy.
Anamnesis :
didapatkan bahwa terdapat
kelumpuhan pada nervus fasialis
tipe perifer :
• mulut pasien mencong ke kanan
• mata kiri tidak menutup
sempurna
• pipi terasa kencang
• Sisi wajah sebelah kiri terasa
tebal, kaku, dan bergerak sendiri
Pemeriksaan Fisik:
kelemahan pada otot wajah sisi kiri
dan menunjukkan lesi pada N.VII
perifer
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
serta beberapa pemeriksaan fisik, dalam hal ini
yaitu pemeriksaan neurologis.
Pada Bell’s palsy ditemukan adanya lesi nervus
fasialis (N.VII) perifer yang dapat dinilai saat
pasien dalam keadaan diam dan saat gerak
(kontraksi otot-otot yang dipersarafi N.VII)
Lesi di luar foramen stylomastoideus
26. Pemeriksaan laboratorium, CT
scan, MRI dan elektrodiagnostik
tidak dilakukan pada pasien ini
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
spesifik untuk mendiagnosis kasus Bell’s palsy,
kecuali bila dicurigai adanya penyebab yang
lain.
Pada pasien ini kortikosteroid kita
berikan pada hari kedua onset
penyakit dengan dosis
3x 4 mg methylprednisolone
yang direncanakan diturunkan
dosisnya pada hari kelima
Pada pasien Bell’s palsy dengan onset yang
baru, steroid sangat efektif dan harus
digunakan untuk meningkatkan kemungkinan
pemulihan kembali fungsi nervus fasialis.
dosis prednisolon yang digunakan adalah 60
mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari
berikutnya yaitu diturunkan 10 mg/hari.
Pemberian methylprednisolone
yang minimal pada kasus ini
adalah karena pertimbangan efek
samping seperti mual muntah
yang sering terjadi dengan dosis
prednisolone 60 mg/hari
27. Pada pasien ini tidak
diberikan antivirus
Pada penelitian yang dilakukan oleh ANA tahun
2012 didapatkan bahwa pada pasien dengan
Bell’s palsy awitan awal, antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak
meningkatkan probabilitas pemulihan kembali
nervus fasilalis >7%
pasien dapat diberikan antiviral tetapi
diinformasikan mengenai keuntungan antiviral
yang belum dapat dibuktikan
pasien dirujuk ke bagian
rehabilitasi medik untuk
dilakukan fisioterapi.
Fisioterapi sering dikerjakan bersama-sama
pemberian kortikosteroid, dapat dianjurkan
pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk
mempertahankan tonus otot yang lumpuh.