SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK 
KEJANG DEMAM” 
BY : 
IKA HARIYATI 
SULIS RATNAWATI
Definisi Kejang Demam 
• Kejang demam atau febrile convulsion ialah 
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan 
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang 
disebabkan oleh proses ekstrakranium 
(Ngastiyah, 1997:229). 
• Kejang demam adalah bangkitan kejang yang 
terjadi pada saat suhu meningkat lebih dari 
38,50C disebabkan oleh proses ekstra kranial ( 
Arif Mansjoer, 1999 : 434)
Klasifikasi Menurut Ngastiyah (Perawatan Anak Sakit, 
1997 ; 231) 
Kejang demam sederhana. 
• Umur 6 bulan sampai empat tahun. 
• Lama kejang tidak lebih dari 15 menit. 
• Kejang bersifat umum. 
• Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 
• EEG normal satu minggu setelah kejang. 
• Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal. 
• Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak lebih dari empat 
kali. 
Kejang demam Kompleks. 
• Lama kejang lebih dari 15 menit 
• Frekuensi kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam. 
• Anak mempunyai kelainan neurologis atau riwayat kejang demam 
sebelumnya. 
• Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tuhun lebih dari Empat kali.
Etiologi 
• Kebanyakan penyebab anak terkena kejang 
demam di karenakan panas yang terlalu tinggi.
Faktor Pencetus atau Resiko 
Menurut Arif Mansjoer (Kapita Selekta kedokteran, 
1999; 434) 
• Demam tinggi yang disebabkan infeksi saluran nafas 
atas, Pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran 
kemih. 
• Riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara 
kandung. 
• Perkembangan terlambat. 
• Problem pada masa neonatus. 
• Anak dalam perawatan khusus. 
• Anak dengan kadar Na rendah. 
• Riwayat keluarga dengan epilepsi.
Penatalaksanaan 
Menurut Arif Mansjoer (Kapita selekta kedokteran, 1999; 
436) 
Pengobatan fase akut 
• Sering kali kejang berhenti dengan sendirinya, pada waktu kejang 
pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah dan muntahan. 
• Jalan nafas dibebaskan agar oksigenasi terjamin. 
• Observasi tanda-tanda vital dan fungsi jantung. 
• Suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan kompres air dingin 
dan pemberian antipiretik. 
• Pemberian obat untuk menghentikan kejang secara cepat adalah 
dengan Diazepam yang diberikan secara intravena atau intrarektal. 
Dosis untuk pemberian intravena yaitu 0,3-0,5 mg/KgBB dengan 
kecepatan 1-2 mg/ menit dengan dosis maksimal 20 Mg. Dosis 
untuk pemberian intrarektal yaitu 5 mg (BB < 10 Kg) atau 10 mg (BB 
> 10 Kg), bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang lima menit 
kemudian.
Menurut Ngastiyah (Perawatan Anak Sakit,1997 ; 232) 
Memberantas kejang secepat mungkin. 
• Obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan 
secara intravena dengan dosis sesuai dengan berat 
badan yaitu : BB kurang dari 10 Kg 0,5-0,75 
mg/KgBB/hari, dan diatas 20 Kg 0,5 mg/KgBB/hari. 
Pengobatan penunjang. 
• Semua pakaian ketat dibuka. 
• Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah 
aspirasi. 
• Bebaskan jalan nafas. 
• Berikan Oksigen dan lakukan section secara teratur.
Memberikan pengobatan Rumat. 
• Setelah kejang dapat diatasi harus segera disusul 
dengan pengobatan rumat dengan pemberian anti 
epileptik dengan jangka kerja yang lebih lama, misalnya 
fenobarbital atau definil hidantoin. 
Mencari dan mengobati penyebab. 
• Secara akademis pasien yang datang dengan kejang 
demam pertama kali sebaiknya dilakukan fungsi 
lumbal,darah lengkap, gula darah, kalium, magnesium, 
kalsium, Natrium dan faal hati.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengumpulan Data 
• Identitas Klien 
Umur biasanya enam bulan sampai empat tahun, jenis kelamin laki-laki 
perempuan dengan perbandingan 2:1, Insiden tertinggi pada 
anak umur dua tahun. (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, 1997 ; 
231) 
• Riwayat Kesehatan 
• Keluhan utama 
Kejang karena panas. 
• Riwayat penyakit sekarang 
Lama kejang kurang dari lima menit. 
Kejang bersifat general. 
Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam. 
Tidak ada kelainan neurologis baik klinis maupun laboratorium.
• Riwayat penyakit dahulu 
Adanya faktor predisposisi terjadinya kejang demam antara 
lain trauma kepala, Infeksi, dan reaksi terhadap 
imunisasi.(Saharso D, 1996: 43) 
• Riwayat penyakit keluarga 
25-50 % kejang demam mempunyai faktor keturunan 
adanya faktor keluarga yang menderita kejang demam, 
penyakit saraf atau penyakit lainnya. (Saharso D, 1996 : 42) 
• Riwayat sebelumnya 
Riwayat kehamilan : penyakit yang diderita ibu, perdarahan 
pervagina dan obat-obatan yang digunakan. 
Riwayat Persalinan : kelahiran spontan atau dengan 
tindakan, perdarahan antepartum, KPD, Aspixia. (Saharso D, 
1996 43)
Activity Daily Live 
• Makanan atau cairan 
Pasien akan mengeluh sensitif terhadap makanan yang merangsang 
aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai 
akibat efek samping dilantin. 
• Aktivitas dan Istirahat 
Pasien mengeluh capek, lelah, kelemahan umum, pembatasan 
aktivitas dan perubahan tonus otot. 
• Eliminasi 
1. Incontinensia 
2. Face Ictal : peningkatan tekanan blader dan tonus springter. 
3. Post ictal : relaksasi otot.
• Riwayat Psiko sosial 
• Psiko 
Anamnese tentang temperan anak, 
kemampuan kognitif dan respon tentang 
kondisi sakit serta hospitalisasi. 
• Sosial 
Anamnesa terhadap status dan sumber 
ekonomi keluarga, respon keluarga dan pola 
perawatan anak sehari-hari.
• Pemeriksaan Tanda-tanda vital 
1. Kesadaran terjadi penurunan 
2. Fase Ictal : Peningkatan nadi, respirasi, tekanan darah dan Suhu. 
3. Post ictal : V5 normal kadang depresi. 
• Pemeriksaan Fisik 
1. Kepala : Disporposi bentuk kepala, kejang umum, tonik klonik dan 
sakit kepala. 
2. Mata : Dilatasi Pupil, gerakan bola mata dan kelopak mata cepat, 
reflek cahaya turun dan konjungtiva merah. 
3. Mulut : Produksi saliva berlebihan, vomiting dan Cyanosis mukosa 
mulut. 
4. Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung, Cyanosis. 
5. Leher : pada tetanus terjadi kaku kuduk.
6. Dada : 
• Fase ictal : Cyanosis, penurunan gerakan pernafasan dan adanya 
tarikan intercostae. 
• Post ictal : Apnoe atau nafas dalam dan lambat. 
7. Abdomen 
• Fase Ictal : Peningkatan blader dan tonus otot spingter. 
• Post ictal : relaksasi otot dan hiperperistaltik. 
8. Ekstermitas 
• Fase Ictal : kejang pada ekstremitas atas dan bawah dan cyanosis 
pada jari tangan dan kaki. 
• Post ictal : relaksasi otot dan nyeri serta kelemahan pada otot.
• Pemeriksaan Penunjang 
• Elektrolit :Ketidakseimbangan elektrolit merupakan 
predisposisi kejang. 
• Glukosa : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang. 
• BUN : Peningkatan BUN merupakan potensi 
kejang. 
• CBC : Anemia Aplastik dapat terjadi sebagai efek 
samping pemberian obat-obatan. 
• LP : untuk mendeteksi adanya tekanan abnormal 
dan tanda infeksi. 
• Skull X-ray : adanya desak ruang dan lesi. 
• EEG : Fokus aktivitas kejang. 
• CT scan : mendeteksi lesi lokal serebral abses tumor 
dengan atau tanpa kontras.
Diagnosa Keperawatan 
1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan adanya 
pirogen yang mengacaukan termostat, bertambahnya 
rata-rata metabolisme dan penyakit dehidrasi. 
2. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas 
sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler dan 
obstruksi trakeobroncial. 
3. Kurang pengetahuan keluarga sehubungan dengan 
mis interpretasi dan keterbatasan informasi. 
4. Resiko terjadi injuri atau trauma sehubungan dengan 
kelemahan, perubahan kesadaran.
Rencana Keperawatan
Dx 1 : Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan adanya pirogen yang 
mengacaukan termostat, bertambahnya rata-rata metabolisme dan 
penyakit dehidrasi. 
Tujuan : Suhu tubuh normal. 
Kriteria hasil : Suhu 36,5 oC – 37,5 o C dan klien bebas dari demam. 
I/Observasi TTV Tiap empat jam 
R/ TTV yang meningkat merupakan manifestasi akan terjadinya kejang dan 
adanya komplikasi. 
I/Berikan penjelasan pada keluarga tentang pemberian kompres. 
R/ Kompres dingin dapat menurunkan suhu tubuh. 
I/Berikan pakaian tipis yang dapat menyerap keringat. 
R/ Memudahkan terjadinya pelepasan panas ke udara. 
I/Anjurkan klien untuk banyak minum. 
R/ Mencegah timbulnya dehidrasi. 
I/Laksanakan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik dan 
antibiotik. 
R/Antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh dan antibiotik untuk 
pengobatan infeksi.
DX2 : Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan 
dengan kerusakan neuromuskuler dan obstruksi trakeobroncial. 
Tujuan : mempertahankan efektivitas pola nafas dengan jalan 
nafas yang bersih dan tercegah dari aspirasi. 
Kriteria hasil : RR normal 15-30x permenit & tidak ada retraksi otot. 
I/Letakkan pasien dalam posisi nyaman (semi fowler). 
R/ Membebaskan jalan nafas mencegah aspixia. 
I/Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut. 
R/ Memudahkan pernafasan.dan rasa nyaman. 
I/Berikan tongue spatel spatel pada mulut 
R/ Mencegah trauma pada lidah. 
I/Saction jika perlu. 
R/ Menghilangkan sekret dan mencegah terjadinya aspirasi serta 
membersihkan jalan nafas dari sekret. 
I/Berikan 02 Sesuai dengan kebutuhan. 
R/ Mengatasi hipoksia.
DX 3 : Kurang pengetahuan keluarga sehubungan dengan mis interpretasi 
dan keterbatasan informasi. 
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya. 
Kriteria hasil : 
• Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya. 
• Keluarga mampu diikut sertakan dalam proses keperawatan. 
• keluarga mentaati setiap proses keperawatan. 
I/ Kaji tingkat pengetahuan keluarga 
R/Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga 
dan kebenaran informasi yang didapat. 
I/Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang 
demam 
R/penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu 
menambah wawasan keluarga 
I/Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. 
R/ agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
I/Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan 
mencegah kejang demam, antara lain : 
– Jangan panik saat kejang 
– Baringkan anak ditempat rata dan lembut. 
– Kepala dimiringkan. 
– Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu 
dimasukkan ke mulut. 
– Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat 
tunggu sampai keadaan tenang. 
– Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak 
minum 
– Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama. 
R/ sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam 
mengatasi masalah kesehatan.
DX 4 : Resiko terjadi injuri atau trauma sehubungan dengan kelemahan, 
perubahan kesadaran. 
Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan. 
Kriteria Hasil : 
• Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan. 
• Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang. 
• Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi 
kejang. 
I/Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur 
yang rendah. 
R/ meminimalkan injuri saat kejang 
I/ Tinggalah bersama klien selama fase kejang.. 
R/meningkatkan keamanan klien. 
I/Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah. 
R/menurunkan resiko trauma pada mulut.
I/ Letakkan klien di tempat yang lembut. 
R/ membantu menurunkan resiko injuri fisik pada 
ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang. 
I/ Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi 
kejang. 
R/ membantu menurunkan lokasi area cerebral 
yang terganggu. 
I/Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang 
R/ mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
Kejang Demam Anak

More Related Content

What's hot (20)

Lumbal punksi
Lumbal punksiLumbal punksi
Lumbal punksi
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1
 
Soal mata
Soal mataSoal mata
Soal mata
 
GCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat KesadaranGCS Tingkat Kesadaran
GCS Tingkat Kesadaran
 
Pathways trauma kepala
Pathways trauma kepalaPathways trauma kepala
Pathways trauma kepala
 
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskulerAsuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
 
Askep gangguan berbicara
Askep gangguan berbicaraAskep gangguan berbicara
Askep gangguan berbicara
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Askep batu ginjal
Askep batu ginjalAskep batu ginjal
Askep batu ginjal
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
 
Konsep dan prinsip gawat darurat
Konsep dan prinsip gawat darurat Konsep dan prinsip gawat darurat
Konsep dan prinsip gawat darurat
 
Woc stroke
Woc strokeWoc stroke
Woc stroke
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Askep herpes zoster
Askep herpes zosterAskep herpes zoster
Askep herpes zoster
 
TERAPI OKSIGEN.ppt
TERAPI OKSIGEN.pptTERAPI OKSIGEN.ppt
TERAPI OKSIGEN.ppt
 
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
TRAUMA TELINGA (Ear Trauma)
 
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKEKRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
KRISIS HIPERTENSI DAN STROKE
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
 
Cidera Kepala
Cidera KepalaCidera Kepala
Cidera Kepala
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 

Similar to Kejang Demam Anak (20)

Kasus asuhan kejang 1
Kasus asuhan kejang 1Kasus asuhan kejang 1
Kasus asuhan kejang 1
 
Pp kejang demam
Pp kejang demamPp kejang demam
Pp kejang demam
 
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAMLAPORAN PENDAHULUAN  ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN  KEJANG DEMAM
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
KDS.pptx
KDS.pptxKDS.pptx
KDS.pptx
 
Kejang pada bayi baru lahir
Kejang pada bayi baru lahirKejang pada bayi baru lahir
Kejang pada bayi baru lahir
 
PPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptxPPT KEJANG DEMAM.pptx
PPT KEJANG DEMAM.pptx
 
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
Askep kejang AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep kejang
Askep kejangAskep kejang
Askep kejang
 
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNAKejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang Demam
Kejang DemamKejang Demam
Kejang Demam
 
Kejang Demam.pptx
Kejang Demam.pptxKejang Demam.pptx
Kejang Demam.pptx
 
Laporan_Kasus_kejang_demam.pptx
Laporan_Kasus_kejang_demam.pptxLaporan_Kasus_kejang_demam.pptx
Laporan_Kasus_kejang_demam.pptx
 
CASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxCASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptx
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNAAskep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
 
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptxKelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (18)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

Kejang Demam Anak

  • 1. “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KEJANG DEMAM” BY : IKA HARIYATI SULIS RATNAWATI
  • 2. Definisi Kejang Demam • Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229). • Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat lebih dari 38,50C disebabkan oleh proses ekstra kranial ( Arif Mansjoer, 1999 : 434)
  • 3. Klasifikasi Menurut Ngastiyah (Perawatan Anak Sakit, 1997 ; 231) Kejang demam sederhana. • Umur 6 bulan sampai empat tahun. • Lama kejang tidak lebih dari 15 menit. • Kejang bersifat umum. • Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam. • EEG normal satu minggu setelah kejang. • Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal. • Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak lebih dari empat kali. Kejang demam Kompleks. • Lama kejang lebih dari 15 menit • Frekuensi kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam. • Anak mempunyai kelainan neurologis atau riwayat kejang demam sebelumnya. • Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tuhun lebih dari Empat kali.
  • 4. Etiologi • Kebanyakan penyebab anak terkena kejang demam di karenakan panas yang terlalu tinggi.
  • 5. Faktor Pencetus atau Resiko Menurut Arif Mansjoer (Kapita Selekta kedokteran, 1999; 434) • Demam tinggi yang disebabkan infeksi saluran nafas atas, Pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. • Riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung. • Perkembangan terlambat. • Problem pada masa neonatus. • Anak dalam perawatan khusus. • Anak dengan kadar Na rendah. • Riwayat keluarga dengan epilepsi.
  • 6.
  • 7. Penatalaksanaan Menurut Arif Mansjoer (Kapita selekta kedokteran, 1999; 436) Pengobatan fase akut • Sering kali kejang berhenti dengan sendirinya, pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah dan muntahan. • Jalan nafas dibebaskan agar oksigenasi terjamin. • Observasi tanda-tanda vital dan fungsi jantung. • Suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik. • Pemberian obat untuk menghentikan kejang secara cepat adalah dengan Diazepam yang diberikan secara intravena atau intrarektal. Dosis untuk pemberian intravena yaitu 0,3-0,5 mg/KgBB dengan kecepatan 1-2 mg/ menit dengan dosis maksimal 20 Mg. Dosis untuk pemberian intrarektal yaitu 5 mg (BB < 10 Kg) atau 10 mg (BB > 10 Kg), bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang lima menit kemudian.
  • 8. Menurut Ngastiyah (Perawatan Anak Sakit,1997 ; 232) Memberantas kejang secepat mungkin. • Obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis sesuai dengan berat badan yaitu : BB kurang dari 10 Kg 0,5-0,75 mg/KgBB/hari, dan diatas 20 Kg 0,5 mg/KgBB/hari. Pengobatan penunjang. • Semua pakaian ketat dibuka. • Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi. • Bebaskan jalan nafas. • Berikan Oksigen dan lakukan section secara teratur.
  • 9. Memberikan pengobatan Rumat. • Setelah kejang dapat diatasi harus segera disusul dengan pengobatan rumat dengan pemberian anti epileptik dengan jangka kerja yang lebih lama, misalnya fenobarbital atau definil hidantoin. Mencari dan mengobati penyebab. • Secara akademis pasien yang datang dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan fungsi lumbal,darah lengkap, gula darah, kalium, magnesium, kalsium, Natrium dan faal hati.
  • 11. Pengumpulan Data • Identitas Klien Umur biasanya enam bulan sampai empat tahun, jenis kelamin laki-laki perempuan dengan perbandingan 2:1, Insiden tertinggi pada anak umur dua tahun. (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, 1997 ; 231) • Riwayat Kesehatan • Keluhan utama Kejang karena panas. • Riwayat penyakit sekarang Lama kejang kurang dari lima menit. Kejang bersifat general. Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam. Tidak ada kelainan neurologis baik klinis maupun laboratorium.
  • 12. • Riwayat penyakit dahulu Adanya faktor predisposisi terjadinya kejang demam antara lain trauma kepala, Infeksi, dan reaksi terhadap imunisasi.(Saharso D, 1996: 43) • Riwayat penyakit keluarga 25-50 % kejang demam mempunyai faktor keturunan adanya faktor keluarga yang menderita kejang demam, penyakit saraf atau penyakit lainnya. (Saharso D, 1996 : 42) • Riwayat sebelumnya Riwayat kehamilan : penyakit yang diderita ibu, perdarahan pervagina dan obat-obatan yang digunakan. Riwayat Persalinan : kelahiran spontan atau dengan tindakan, perdarahan antepartum, KPD, Aspixia. (Saharso D, 1996 43)
  • 13. Activity Daily Live • Makanan atau cairan Pasien akan mengeluh sensitif terhadap makanan yang merangsang aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akibat efek samping dilantin. • Aktivitas dan Istirahat Pasien mengeluh capek, lelah, kelemahan umum, pembatasan aktivitas dan perubahan tonus otot. • Eliminasi 1. Incontinensia 2. Face Ictal : peningkatan tekanan blader dan tonus springter. 3. Post ictal : relaksasi otot.
  • 14. • Riwayat Psiko sosial • Psiko Anamnese tentang temperan anak, kemampuan kognitif dan respon tentang kondisi sakit serta hospitalisasi. • Sosial Anamnesa terhadap status dan sumber ekonomi keluarga, respon keluarga dan pola perawatan anak sehari-hari.
  • 15. • Pemeriksaan Tanda-tanda vital 1. Kesadaran terjadi penurunan 2. Fase Ictal : Peningkatan nadi, respirasi, tekanan darah dan Suhu. 3. Post ictal : V5 normal kadang depresi. • Pemeriksaan Fisik 1. Kepala : Disporposi bentuk kepala, kejang umum, tonik klonik dan sakit kepala. 2. Mata : Dilatasi Pupil, gerakan bola mata dan kelopak mata cepat, reflek cahaya turun dan konjungtiva merah. 3. Mulut : Produksi saliva berlebihan, vomiting dan Cyanosis mukosa mulut. 4. Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung, Cyanosis. 5. Leher : pada tetanus terjadi kaku kuduk.
  • 16. 6. Dada : • Fase ictal : Cyanosis, penurunan gerakan pernafasan dan adanya tarikan intercostae. • Post ictal : Apnoe atau nafas dalam dan lambat. 7. Abdomen • Fase Ictal : Peningkatan blader dan tonus otot spingter. • Post ictal : relaksasi otot dan hiperperistaltik. 8. Ekstermitas • Fase Ictal : kejang pada ekstremitas atas dan bawah dan cyanosis pada jari tangan dan kaki. • Post ictal : relaksasi otot dan nyeri serta kelemahan pada otot.
  • 17. • Pemeriksaan Penunjang • Elektrolit :Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang. • Glukosa : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang. • BUN : Peningkatan BUN merupakan potensi kejang. • CBC : Anemia Aplastik dapat terjadi sebagai efek samping pemberian obat-obatan. • LP : untuk mendeteksi adanya tekanan abnormal dan tanda infeksi. • Skull X-ray : adanya desak ruang dan lesi. • EEG : Fokus aktivitas kejang. • CT scan : mendeteksi lesi lokal serebral abses tumor dengan atau tanpa kontras.
  • 18. Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat, bertambahnya rata-rata metabolisme dan penyakit dehidrasi. 2. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler dan obstruksi trakeobroncial. 3. Kurang pengetahuan keluarga sehubungan dengan mis interpretasi dan keterbatasan informasi. 4. Resiko terjadi injuri atau trauma sehubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran.
  • 20. Dx 1 : Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat, bertambahnya rata-rata metabolisme dan penyakit dehidrasi. Tujuan : Suhu tubuh normal. Kriteria hasil : Suhu 36,5 oC – 37,5 o C dan klien bebas dari demam. I/Observasi TTV Tiap empat jam R/ TTV yang meningkat merupakan manifestasi akan terjadinya kejang dan adanya komplikasi. I/Berikan penjelasan pada keluarga tentang pemberian kompres. R/ Kompres dingin dapat menurunkan suhu tubuh. I/Berikan pakaian tipis yang dapat menyerap keringat. R/ Memudahkan terjadinya pelepasan panas ke udara. I/Anjurkan klien untuk banyak minum. R/ Mencegah timbulnya dehidrasi. I/Laksanakan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik dan antibiotik. R/Antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh dan antibiotik untuk pengobatan infeksi.
  • 21. DX2 : Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler dan obstruksi trakeobroncial. Tujuan : mempertahankan efektivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih dan tercegah dari aspirasi. Kriteria hasil : RR normal 15-30x permenit & tidak ada retraksi otot. I/Letakkan pasien dalam posisi nyaman (semi fowler). R/ Membebaskan jalan nafas mencegah aspixia. I/Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut. R/ Memudahkan pernafasan.dan rasa nyaman. I/Berikan tongue spatel spatel pada mulut R/ Mencegah trauma pada lidah. I/Saction jika perlu. R/ Menghilangkan sekret dan mencegah terjadinya aspirasi serta membersihkan jalan nafas dari sekret. I/Berikan 02 Sesuai dengan kebutuhan. R/ Mengatasi hipoksia.
  • 22. DX 3 : Kurang pengetahuan keluarga sehubungan dengan mis interpretasi dan keterbatasan informasi. Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya. Kriteria hasil : • Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya. • Keluarga mampu diikut sertakan dalam proses keperawatan. • keluarga mentaati setiap proses keperawatan. I/ Kaji tingkat pengetahuan keluarga R/Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat. I/Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam R/penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga I/Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan. R/ agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
  • 23. I/Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam, antara lain : – Jangan panik saat kejang – Baringkan anak ditempat rata dan lembut. – Kepala dimiringkan. – Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut. – Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang. – Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum – Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama. R/ sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
  • 24. DX 4 : Resiko terjadi injuri atau trauma sehubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran. Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan. Kriteria Hasil : • Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan. • Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang. • Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang. I/Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah. R/ meminimalkan injuri saat kejang I/ Tinggalah bersama klien selama fase kejang.. R/meningkatkan keamanan klien. I/Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah. R/menurunkan resiko trauma pada mulut.
  • 25. I/ Letakkan klien di tempat yang lembut. R/ membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang. I/ Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang. R/ membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu. I/Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang R/ mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal