SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Sifat Larutan dan Koloid Serta
Hubungangannya Terhadap Intensitas Ion
dan Kesuburan Tanah
Kelompok 3
Rezka Fradzan ( 150110080149 )
Raden Bondan E B ( 150110080162 )
James Matheus (150110080147 )
Ivan Komara ( 150110080150 )
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
SIFAT LARUTAN
Proses umum
1. Peranan Air
 Air berperanan penting dalam sistem aqueous baik sebagai pelarut maupun dalam reaksi
asam-basa
 Air akan terhidrolisa menjadi ion hidronium (H3O+
) atau sering ditulis sebagai ion
hidrogen, dan ion hidroksil (OH-
)
2H2O H3O+
+ OH-
atau
H2O H+
+ OH-
Kw = 10-14
pada 25°C
Dimana : Kw = konstanta equilibrium untuk hidrolisa air
Kw = (H+
)(OH-
) = 10-14
Dalam bentuk logaritma :
Log (H+
) + log (OH-
) = -14
Apabila : p = -log dan pH = -log (H+
) maka : pH + pOH = 14
2. Asam dan Basa (Lemah, Kuat) dan Garam
 Asam dan basa kuat adalah asam dan basa yang terdisosiasi secara sempurna menjadi
kation dan anion misalnya asam sulfur (H2SO4) merupakan asam kuat
 Asam dan basa lemah adalah asam dan basa yang terdisosiasi secara tidak sempurna
menjadi kation dan anion misalnya asam karbonat (H2CO3) merupakan asam lemah
 Contoh:
Asam kuat H2SO4 (sulfuric acid)
H2SO4 HSO4
-
+ H+
Ka1 = 101.98
HSO4
-
SO4
2-
+ H+
Ka2 = 10-1.98
Dimana Ka1 dan Ka2 merupakan konstanta disosiasi.
Ka2 = {SO4
2-
} {H+
} = 10-1.98
[HSO4
-
]
Jika (H+
)= Ka2 atau pH = 1.98, konsentrasi SO4
2-
dan HSO4
-
akan sama. Pada pH lebih dari
1.98 H2SO4 akan terdisosiasi sempurna menjadi SO4
2-
dan H+
. artinya jika asam sulfuric
ditambahkan ke tanah pada pH lebih dari 1.98 maka asam sulfuric akan terdisosiasi sempurna
menjadi ion sulfat dan ion hidrogen. Atau dengan kata lain jika ion sulfat ditambahkan pada
pH kurang dari 1.98 maka akan bereaksi dengan air membentuk asam sulfuric.
 Proses yang menghasilkan keasaman tanah
a. karbon dioksida hasil dari dekomposisi seresah akan terlarut dalam air akan bereaksi dengan
molekul air menghasilkan asam karbonat
CO2(gas) CO2 (aq) K1 = 10-1,41
CO2 (aq) + H2O H2CO3 K2 = 10-2,62
b. asam-asam organik hasil dekomposisi
c. H+
yang dilepas oleh akar tanaman dan organisme yang lain pada waktu pengambilan hara.
Prinsip elektroneutrality adalah pengambilan kation oleh akar harus diimbangi dengan
pengambilan anion atau dengan pelepasan ion hidrogen atau kation lain
d. Oksidasi dari substansi tereduksi sepeti mineral sulfida, bahan organik, fertilizer yang
mengandung ammonium
 Proses yang menghasilkan kebasaan tanah
1. Reduksi dari Ferri, mangan, dan oxidized substances membutuhkan H+
atau melepas OH-
dan meningkatkan pH (terjadi pada tanah yang aerasinya jelek)
Misal : Fe(OH)3 (amorf) + e-
 Fe(OH)2 (amorf) + OH-
2. Pengambilan kation oleh akar tanaman, kemudian setelah tanaman mati maka akan
terdeposisi di permukaan tanah
 PH tanah dikontrol oleh berbagai mekanisme. Sebagian mekanisme adalah sumber langsung
H+
dan atau OH-
dan sebagian bekerja dengan bereaksi dengan H+
dan atau OH-
untuk buffer
pada larutan tanah.
 Mekanisme tersebut adalah : (1) oksidasi dan reduksi besi, mangan dan senyawa sulfur (2)
dissolution dan presipitasi mineral tanah (3) Reaksi gas misal CO2 dengan larutan tanah (4)
dissosiasi grup asam lemah pada tepi lempung silikat, hidrous oksida, atau substansi humus
(5) reaksi ion-exchange
Table. Mechanism that control soil pH
Soil pH range Major Mechanism(s) controlling soil pH
2-4 Oxidation of Pyrite and other reduced sulfur minerals;
dissolution of soil minerals
4-5.5 Exchangeable Al3+
and its dissociate hydroxy ions;
exchangeable H+
5.5-6.8 exchangeable H+
; weak acid groups associated with soil
minerals and humic substances; dissolved CO2 (gas) and other
aqueous species of dissolved CO2 (gas)
6.8-7.2 Weak acid groups on humic subtances and soil minerals
7.2-8.5 Dissolution of solid divalen carbonates, such as CaCO3 (calcite)
8.5-10.5 Exchangeable Na+
under normal salt condition; dissolution of
solid Na2CO3 (s)
Oksidasi senyawa sulfur tereduksi
 Tanah yang mengandung sulfur tereduksi, misalnya pirit (FeS2) apabila teroksidasi
menghasilkan ion H+
yang dilepas ke larutan tanah
2FeS2 + 7.5O2(gas) + 4H2O Fe2O3(hematit)+8H+
+ 4SO4
2-
 Oksidasi senyawa sulfur tereduksi ini (juga terjadi pada tanah pH netral) dibantu oleh bakteri
khemoautotrof misalnya Thiobacillus ferroxidans.
 Proses ini akan alami (abiotik) apabila tanah mempunyai pH sekitar atau kurang dari 3.5;
reaksinya sbb :
8Fe3+
+ S2-
+ 4H2O 8Fe2+ + SO4
2-
+ 8H+
 Sumber keasaman pada tanah ini adalah oksidasi darai reduksi sulfur dimana lajunya
tergantung pada kecepatan oksidasi dan mekanisme oksidasi chemis
Exchangeable Al (Al tertukar/Aldd)
 Trivalen aluminium merupakan kation basa lemah sehingga mampu menghidrolisa air
menghasilkan ion hidrogen
 Kombinasi Al3+
, hidrolisis, basa lemah tidak terlarut {Al(OH)3s} merupakan buffer tanah
pada pH 4-5.5

Bentuk : Soluble : Al3+
, AlOH2+
, Al(OH)2
+
Soild : Al(OH)3 (amorf)
 Reaksi :
Al(OH)3 (amorf) + H+
AlOH2+
+ H2O K1=10-0.081
AlOH2+
+ H+
Al(OH)2
+
+ H2O K2=104.7
Al(OH)2
+
+ H+
Al3+
+ H2O K3=105.0
 Terlihat bahwa dissolusi Al dari bentuk padatan menjadi cair mengkonsumsi ion H+ dan
berperanan sebagai buffer dalam memperlambat proses pengasaman.
 Pada tanah pH netral, keterlarutan aluminium padat sangat rendah. Misal pada pH 7
konsentrasi keseimbangan (Kw) Al(OH)2
+
dengan Al(OH)3 (amorf) adalah 8.3 x 10-7
M; jika
pH menjadi 5 maka konsentrasi Al(OH)2
+
meningkat 8.3 x 10-5
M.
Pengukuran pH
Faktor yang mempengaruhi akurasi pengukuran pH:
(1) nature dan tipe dari bahan inorganik dan organik
(2) perbandingan tanah dengan larutan
(3) kandungan garam
(4) kandungan gas CO2 pada tanah dan larutan
(5) Error yang terjadi baik ketika menstandardisasi alat maupun larutan buffer-nya
Perbandingan tanah dengan larutan yang sering digunakan 1:1; 2,5:1; 10:1
Pengukuran pH menggunakan cara elektrometrik (misal pH meter menggunakan glass
elektroda) dan kalorimetrik (pH stick, pasta pH, larutan pH universal)
SIFAT KOLOID
 Ukuran partikel semakin kecil luas permukaan akan semakin besar.
 Efeknya adalah proses-proses yang penting dalam tanah terjadi misal penyerapan hara,
penyerapan air
 Koloid didominasi oleh mineral phyllosilicates, koloid organik, hydrous oxides dari Fe,
Al dan Mn
 Tersuspensi dalam air
 Bermuatan positif atau negatif
KOLOID TANAH
Koloid anorganik
Sifat kembang kerut mineral lempung
 Terjadi jika air masuk ke dalam lapisan clay mineral sehingga bertambah beberapa
nanometer; akan meningkatkan volume dari clay.
 Untuk terjadinya swelling, air harus masuk ke interlayer.
 Swelling artinya (1) pada interlayer memungkinkan proses seperti KPK, penyerapan air.
(2) clay akan mengembang sehingga luas permukaan lebih besar per unit berat terhadap
larutan tanah sehingga lebih rekatif secara kimia.
 Swelling tergantung pada tipe mineral, unit-layer charge of the clay* dan sifat alami dari
cation interlayer
Mineral 1:1
 Satu permukaan adalah oksigen (dari tetrahedra), satu permukaan adalah hydroxyl (dari
oktahedra)
 Oksigen merupakan elemen yang bersifat elektrofilik (electron-loving)
 Terjadi ikatan hidrogen (kalau tunggal lemah, tetapi banyak akan sangat kuat) yang
mencegah mineral 1:1 untuk berkembang kerut
Mineral 2:1
 Satu permukaan oksigen, permukaan yang lain juga oksigen
 Pada mineral 2:1 unsubstitute, lapisan yang berdekatan akan saring menarik karena
adanya gaya van der Waals yang lemah
 Pada mineral 2:1 substitute, layer yang berdekatan saling menarik karena adanya tarikan
pada kation interlayer dan gaya van der Waals
 Swelling akan sangat tergantung pada ikatan antar 2 lapisan yang berdekatan. Pada
mineral 2:1 unsubstitute ikatan tersebut lemah sehingga air tidak masuk ke interlayer.
 Mineral 2:1 unsubtitute secara alami bersifat hidrofobic (water repelling). Karena tidak
ada kation di interlayer yang menjadi subyek untuk terhidrasi maka sifat hidrofilik-nya
(water-loving) terletak pada >SiOH (hasil dari ketidakteraturan kristal)
 Pada mineral 2:1 substitute, affinitas tergantung dari tarikan muatan negatif (pada 2 sisi)
dengan kation interlayer. Derajad ikatan merupakan fungsi dari banyaknya isomorphous
substitution dan ukuran kation interlayer terhidrasi
 Jika affinitas layer ke kation interlayer kuat, akan terjadi air tidak dapat masuk ke
interlayer, menghidrasi kation interlayer dan mengikat bagian hidrofilik. Jika affinitas
lemah, air akan masuk dan terjadi swelling karena meningkatnya hidrasi kation interlayer
dan pembasahan bagian hidrofilik. Hidrofilik pada interlayer berupa
penarikan/pengikatan air oleh kation sebagai hidrasi air dan adanya >SiOH
Mika
 Mempunyai unit-layer charge tinggi (k.l. 2) karena banyaknya isomorphous substitution
 Negatif charge diimbangi oleh adanya kation misal K atau Ca
 Besarnya unit-layer charge menyebabkan kation terikat kuat, air tidak dapat masuk
sehingga tidak terjadi swelling dan kation tidak dapat tertukar (non exchangeable)
(kecuali ada pelapukan)
Illit dan Vermiculites
 Unit-layer charge rendah (1.0-1.5) sehingga bersifat hanya mengikat kation ukuran
tertentu saja dengan sangat kuat, air tidak masuk dan mencegah swelling.
 K+
dan NH4
+
karena ukuran hidrasi kecil maka dapat masuk “hole” (hole merupakan hasil
dari ring pattern pada tetrahedron dalam lembar terahedral). Karena itu, kation akan
dekat dengan sumber muatan negatif, jarak antar layer akan dekat sehingga
pengikatannya sangat kuat.
 Ca+
dan Mg+
karena ukuran hidrasinya besar maka tidak dapat masuk ke “hole”. Selain
itu akan menyebabkan jarak antar layer jauh sehingga penarikan kation rendah, air dapat
masuk dan terjadi swelling. Kation akan dapat terukar.
 Illit ditemukan dalam tanah umumnya mengikat K+
sehingga mineral ini tidak
berswelling. Vermiculite sangat banyak mengandung Ca+
dan Mg+
sehingga mineral ini
berswelling. Vermikulit tidak berswelling kalau kationnya tertukar oleh K.
Smectites
 Mempunyai unit-layer charge rendah (0.5-0.9) sehingga kekuatan penarikan lebih rendah
dari illit, vermikulit dan mika
 Kation akan terikat lemah dalam interlayer sehingga semua kation akan mudah tertukar
Table. Comparative Properties of clay minerals
Properties Montmorillonit Illit Kaolinit
Size (M) 0.01-1.0 0.1-2.0 0.1-5.0
Total Surface Area (m2/g) 700-800 100-200 5-20
External surface area High Medium Low
Internal surface area Very high Low to none None
Plasticity High Medium Low
Cohesiveness High Medium Low
Swelling capacity High Low to none Low
CEC 80-100 15-25 3-15
Unit-Layer Charge 0.5-0.9 1.0-1.5 0
Koloid organik
 Humus terdiri dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus (misal lipid, amino acids,
carbohydrates) dan subtansi humus (merupakan senyawa amorf dengan berat molekul
tinggi, warna coklat sampai hitam, hasil pembentukan kedua dr dekomposisi)
 Substansi humus dibagi menjadi :
a. Humic acid : warna gelap, amorf; dapat diekstraksi (larut) dengan basa kuat, garam
netral, tidak larut dalam asam; mengandung gugus fungsional asam seperti phenolic dan
carboxylic; aktif dalam reaksi kimia; Berat Molekul (BM) 20.000-1.360.000
b. Fulvic acid : dapat diekstraksi dengan basa kuat  gugus fungsional asam; larut juga
dalam asam mengandung gugus fungsional basa; aktif dalam reaksi kimia; BM 275-2110
c. Humin : tidak larut dalam asam dan basa; BM terbesar; tidak aktif; warna paling gelap
Table. Composition of humic and fulvic acids (percent)
Element Humic acid Fulvic acid
C 50-60 40-50
O 30-35 44-50
H 4-6 4-6
N 2-6 <2-6
S 0-2 0-2
Source : F.J. Stevenson, Humus Chemistry :
Genesis, Composition, Reaction, 1982
Humic acid dan Fulvic acid merupakan koloid hidrofilik sehingga mempunyai affinitas tinggi
thd air; mempunyai muatan negatif karena adanya disosiasi gugus fungsional karboksil dan
phenolic. Muatan negatif akan dinetralisir oleh kation misalnya Ca2+
dan Mg2+
Substansi humus mempunyai kontribusi dalam pertukaran anion dan kation, kompleks atau
khelat beberapa ion logam, berpera sebagai pH buffer; pembentukan horison tanah,
pembentukan struktur tanah melalui sementasi, sebagai mantel (coat) partikel sehingga tidak
dapat terlapukkan
Adsorption
Adsorpsi adalah proses yang atom, molekul, atau ion yang diambil dan disimpan pada
permukaan padatan kimia atau fisik mengikat (misalnya, adsorpsi kation oleh mineral bermuatan
negatif) (Glossary of Soil Science Terms, SSSA, 1987
 Berbagai gaya yang mempengaruhi adsorpsi adalah :
a. van der Waals forces
b. Coulombic or Electrostatic Attraction : gaya elektrostatik yang dihasilkan dari tarik
menarik antara 2 ion yang berbeda muatan, contohnya tarik menarik kation dengan
muatan negatif pada clay minerals
c. Charge Trasfer : terjadi karena adanya kompleks donor-acceptor antara molekul electron-
donor dan molekul electron-acceptor. Contohnya : ikatan hidrogen dan ikatan 
d. Dipole-Dipole and Dipole-Induced Dipole. Dipole adalah molekul yang mempunyai
muatan positif dan negatif yang dipisahkan oleh jarak tertentu (misal molekul air).
Hasilnya adalah unequal sharing of electrons
Cation Exchange Capacity (CEC/KPK)
Merupakan hasil netralisasi muatan negatif koloid tanah
Kation diikat oleh permukaan koloid dengan Coulombic attraction, van der Waals forces,
dan induced dipoles
Model pertukaran kation.
1. Kation mempunyai energi panas sehingga terdapat seperti hemisphere of motion disekitar
permukaan koloid
Pertukaran kation terjadi apabila ion yang berada dalam larutan tanah bergerak ke
hemisphere motion (hemisphere motion dihasilkan oleh kation yang terikat oleh koloid)
suatu kation bertepatan dengan kation tersebut jaraknya jauh dari permukaan koloid.
Akhirnya ion tadi tertangkap oleh muatan negatif sedang kation akan bergerak ke larutan
tanah
Faktor yang berpengaruh terhadap distribusi kation antara larutan tanah dengan
permukaan koloid adalah (1) konsentrasi kation dalam larutan tanah, (2) valensi dari
kation yang tertukar, (3) hydrated-size dari kation, (4) kepadatan muatan pada
permukaan koloid
2. Model 2 : Mass-Action Model
Misal, 2Na-clay + Ca2+
(aq) Ca-clay + 2 Na+
(aq)
Apabila konsentrasi Ca2+
(aq) pada larutan tanah meningkat maka reaksi bergerak ke kanan,
sehingga konsentrasi Ca pada clay meningkat sambil melepaskan ion Na ke larutan tanah.
Jika konsetrasi ion Ca menurun, maka reaksi bergerak ke kiri sehingga ion Ca terlepas ke
larutan tanah
 KPK berguna untuk mengetahui kesuburan tanah, kemungkinan pemberian pupuk,
mengethaui tipe clay mineral
 Pengukuran KPK dengan menggunakan (1) 1 M ammonium acetate pada pH 7 dan (2) 0.25
barium chloride dengan triethanolamine pada pH 8.2 (see Hardjowigeno, 1987 p. 65-66;
Sanchez, 1976 for further explanation)
 KPK dinyatakan dalam me/100 gr tanah atau me/100 gr clay
Table. CEC Values of clay minerals and organic matter
Type Lattice Nutrient Reserves Approximate CEC at
pH 7
(me/100 g of clay)
Kaolinite and Halloysite 1:1 Few Nutrient
Reserves
< 10
Illite 2:1 Reserves of potassium 15-40
Montmorillonite 2:1 Generally with
reserves of Mg, K,
Fe, etc
80-100
Vermiculite 2:1 Generally with
reserves of Mg, K, Fe,
etc
About 100
Organic matter - - About 200
Source : Landon, 1984
 Untuk tanah dengan BO rendah, KPK diekspresikan sebagai proporsi dari clay:
KPK (me/100 g clay) = KPK (me/100 g tanah) x 100% clay

Satu ekuivalen merupakan jumlah yang setara dengan 1 g hidrogen. Jumlah atom dalam
setiap ekuivalen = 6.02 x 1023
1 me = 1 mg H = 6.02 x 1020
1 me dapat diubah menjadi satuan berat misal ppm.
 Contoh
1 me H = 1 mg (BA H = 1; valensi 1)
1me Na = 23 mg (BA Na = 23; valensi 1)
1 me Ca = 40/2 (BA Ca = 40; valensi 2)
Bila,
K = 0,6 me/100 g = 0,6 x 39 mg/100 g
= 23,4 mg/100.000 mg
= 234 mg/1.000.000 mg
= 234 ppm
Kejenuhan Basa/KB (Base Saturation)
 Konsentrasi suatu kation dikontrol oleh konsentrasi kation tersebut terhadap konsentrasi
semua kation pada kompleks pertukaran
 Misal konsentrasi H+
merupakan fungsi dari perbandingan H+
dengan semua kation pada
kompleks pertukaran
 Note : H+
dapat diproduksi dengan menghidrolisis air dengan Al3+
umumnya terjadi pada
tanah dengan pH<5.5 (Lihat exchangeable Al). Jadi konsentrasi H+
pada kompleks
pertukaran merupakan fungsi pertukaran H+
dan Al3+
.
 Maka, H+
dan Al3+
merupakan kation asam (acidic cations) sedang Ca2+
, Mg2+
, Na+
, K+
,
atau NH4
+
merupakan kation basa (basic cation)
 Kejenuhan basa menunjukkan kesuburan tanah. Menurut FAO-UNESCO (1974): KB
berdasar extraksi ammonium acetate pada kedalaman 20-50 cm digolongkan menjadi
(1) > 50% : eutric (tanah subur)
(2)> 50% : dystrics (tanah kurang subur).
Penggolongan yang umum adalah
(1) <20 : rendah (2) 20-60 sedang, (3) >60 : tinggi
Kejenuhan basa biasanya dapat digunakan sebagai indikasi kesuburan tanah.
Tanah sangat subur à derajat kejenuhan basa ≥ 80%,
Tanah kesuburan sedang à derajat kejenuhan basa 50 % - 80 %
Tanah tidak subur à derajat kejenuhan basa ≤ 50 %
 KB (%) = konsentrasi kation basa tertentu x 100%
 KPK (CEC)
Anion Exchange
 Adsorbsi anion dikarenakan tarikan elektrostatik dari muatan positif permukaan koloid
atau reaksi spesifik anion dengan permukaan adsorbsi (misal penggantian hidroksil dari
hidroksida logam)
 Permukaan oksida-hidroksida logam (Fe dan Al hidroksida dan oksida) dan juga muatan
bergantung pH pada clay mineral merupakan senyawa amphoter
 Muatan sangat tergantung dari perubahan pH. Misalnya hematit (Fe2O3) bermuatan
netral pada pH mendekati 7. Jika pH lebih dari 7 maka >FeOH akan terdisosiasi
menghasilkan muatan negaif dan ion hidrogen. Jika pH kurang dari 7 maka >FeOH akan
bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menghasilkan muatan positif yang akan menarik
anion (lihat gambar)
 Oksida-hidroksida logam sering berada sebagai mantel (coating) bagi permukaan clay
dan juga pada lapisan interlayer
Adsorption of Organic Compounds
 Organic compounds : herbisida dan pestisida dapat dibedakan secara kimia menjadi 3 :
kation, netral, anion
 Kemampuan clay mineral mengikat organic compound tergantung dari kemampuan
mineral untuk berswelling dan klas dari organic compounds (bentuk kation, anion atau
netral)
 Adsorpsi dikarenakan adanya Coulombic attraction/electrostatic dan dipole-induced
dipole forces
 Adsorpsi pada external surface (reversible) tidak kuat dibanding pada interlayer
(irreversible)
 Organic netral : organic netral harus mempunyai derajad polaritas. Semakin tinggi
polaritas maka semakin mudah masuk interlayer
 Penyerapan organic compound oleh soil organic matter dipengaruhi oleh pH dependent
charge; bersifat reversible (karena tidak ada interlayer)
Daftar Pustaka
Sutanto Rachman, 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan kenyataan. Penerbit
kanisius.Yogyakarta
http://www.acehpedia.org/Mengevaluasi_Status_Kesuburan_Tanah
http://agrica.wordpress.com/2008/12/31/koloid-tanah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://www.ipb.ac.id/jurusan tanah/kimia tanah/
http://kimia.ugm.edu/tanah/htm
http://bennymorigan.blogspot.com/2008/03/penentuan-tekanan-osmosis-cairan-
sel.html

More Related Content

What's hot (12)

Kimia- halogen
Kimia- halogenKimia- halogen
Kimia- halogen
 
kimia unsur
 kimia unsur kimia unsur
kimia unsur
 
Perbedaan antara ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar adalah ikat...
Perbedaan antara ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar adalah ikat...Perbedaan antara ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar adalah ikat...
Perbedaan antara ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar adalah ikat...
 
Kimia halogen 5
Kimia halogen 5Kimia halogen 5
Kimia halogen 5
 
Presentasi kelompok 6
Presentasi kelompok 6Presentasi kelompok 6
Presentasi kelompok 6
 
Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2Presentasi kelompok 2
Presentasi kelompok 2
 
Andrew hidayat 182460-id-recovery-garam-lithium-dari-air-asin-bri
 Andrew hidayat   182460-id-recovery-garam-lithium-dari-air-asin-bri Andrew hidayat   182460-id-recovery-garam-lithium-dari-air-asin-bri
Andrew hidayat 182460-id-recovery-garam-lithium-dari-air-asin-bri
 
Halogen
HalogenHalogen
Halogen
 
Halogen,unsur golongan VII A
Halogen,unsur golongan VII AHalogen,unsur golongan VII A
Halogen,unsur golongan VII A
 
unsur unsur halogen
unsur unsur halogenunsur unsur halogen
unsur unsur halogen
 
Pdf reaksi kimia
Pdf reaksi kimiaPdf reaksi kimia
Pdf reaksi kimia
 
Ion Exchange
Ion ExchangeIon Exchange
Ion Exchange
 

Similar to Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel 3 sifat larutan dan koloid serta hubungangannya terhadap intensitas ion dan kesuburan tanah, lanjutni

Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
geokimia panas bumi .pdf
geokimia panas bumi .pdfgeokimia panas bumi .pdf
geokimia panas bumi .pdfmurnisulastri2
 
ppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptx
ppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptxppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptx
ppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptxFadillatusSyifa
 
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdfbeynabestari
 
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...Ferdian234
 
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanianAndrew Hutabarat
 
Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)
Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)
Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Tugas kimia artikel tentang korosi
Tugas kimia artikel tentang korosiTugas kimia artikel tentang korosi
Tugas kimia artikel tentang korosiAziz_Kurniawan
 
Oksigen dkk
Oksigen dkkOksigen dkk
Oksigen dkkUNIMUS
 
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsx
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsx4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsx
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsxMuhRifaldhi1
 
kimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptxkimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptxPUTRIUtti1
 

Similar to Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel 3 sifat larutan dan koloid serta hubungangannya terhadap intensitas ion dan kesuburan tanah, lanjutni (20)

Ilmu tanah
Ilmu tanahIlmu tanah
Ilmu tanah
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Geografi physical
Geografi physicalGeografi physical
Geografi physical
 
geokimia panas bumi .pdf
geokimia panas bumi .pdfgeokimia panas bumi .pdf
geokimia panas bumi .pdf
 
ppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptx
ppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptxppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptx
ppt air dan komponennya matkul oseanografi fisik.pptx
 
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
 
Tugas Kmia Unsur
Tugas Kmia  UnsurTugas Kmia  Unsur
Tugas Kmia Unsur
 
Kimfis kel 3
Kimfis kel 3Kimfis kel 3
Kimfis kel 3
 
kegiatan penambangan
kegiatan penambangan kegiatan penambangan
kegiatan penambangan
 
Laporan Praktiku Alkali Tanah
 Laporan Praktiku Alkali Tanah Laporan Praktiku Alkali Tanah
Laporan Praktiku Alkali Tanah
 
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
Studi Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam pengelolaan Air Asam Tambang (A...
 
Pertukaran kation
Pertukaran kationPertukaran kation
Pertukaran kation
 
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
 
Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)
Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)
Ringkasan perkuliahan semester 3 kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (bagian 16)
 
Tugas kimia artikel tentang korosi
Tugas kimia artikel tentang korosiTugas kimia artikel tentang korosi
Tugas kimia artikel tentang korosi
 
Oksigen dkk
Oksigen dkkOksigen dkk
Oksigen dkk
 
Pencemaran tanah
Pencemaran tanahPencemaran tanah
Pencemaran tanah
 
Biokimia Dasar
Biokimia DasarBiokimia Dasar
Biokimia Dasar
 
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsx
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsx4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsx
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsx
 
kimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptxkimia bahan kelompok 4.pptx
kimia bahan kelompok 4.pptx
 

More from Bondan the Planter of Palm Oil

Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentBondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Bondan the Planter of Palm Oil
 

More from Bondan the Planter of Palm Oil (20)

Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptxStruktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
Struktur Divisi Perkebunan Kelapa Sawit.pptx
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
Ringkasan buku 2 k. raja and harry f. climate change and global crop producti...
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   5
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 5
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   4
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 4
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   3
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 3
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment   2
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment 2
 
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environmentRingkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
Ringkasan buku 1 k.f. isherwood. fertilizer use and the environment
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah  (bagian 47)
Ringkasan perkuliahan semester 7 kualitas tanah (bagian 47)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 46)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 46)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant  (bagian 45)
Ringkasan perkuliahan semester 7 benih rekalsitrant (bagian 45)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan  (bagian 44)
Ringkasan perkuliahan semester 7 industri perbenihan (bagian 44)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii  (bagian 43)
Ringkasan perkuliahan semester 7 sistem pertanian berkelanjutan ii (bagian 43)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 42)
 
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
Ringkasan perkuliahan semester 7 pasca panen (bagian 41)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
Ringkasan perkuliahan semester 6 biofertilisasi (bagian 40)
 
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
Ringkasan perkuliahan semester 6 teknik media tanam (bagian 39)
 

Recently uploaded

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel 3 sifat larutan dan koloid serta hubungangannya terhadap intensitas ion dan kesuburan tanah, lanjutni

  • 1. Sifat Larutan dan Koloid Serta Hubungangannya Terhadap Intensitas Ion dan Kesuburan Tanah Kelompok 3 Rezka Fradzan ( 150110080149 ) Raden Bondan E B ( 150110080162 ) James Matheus (150110080147 ) Ivan Komara ( 150110080150 ) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
  • 2. SIFAT LARUTAN Proses umum 1. Peranan Air  Air berperanan penting dalam sistem aqueous baik sebagai pelarut maupun dalam reaksi asam-basa  Air akan terhidrolisa menjadi ion hidronium (H3O+ ) atau sering ditulis sebagai ion hidrogen, dan ion hidroksil (OH- ) 2H2O H3O+ + OH- atau H2O H+ + OH- Kw = 10-14 pada 25°C Dimana : Kw = konstanta equilibrium untuk hidrolisa air Kw = (H+ )(OH- ) = 10-14 Dalam bentuk logaritma : Log (H+ ) + log (OH- ) = -14 Apabila : p = -log dan pH = -log (H+ ) maka : pH + pOH = 14 2. Asam dan Basa (Lemah, Kuat) dan Garam  Asam dan basa kuat adalah asam dan basa yang terdisosiasi secara sempurna menjadi kation dan anion misalnya asam sulfur (H2SO4) merupakan asam kuat  Asam dan basa lemah adalah asam dan basa yang terdisosiasi secara tidak sempurna menjadi kation dan anion misalnya asam karbonat (H2CO3) merupakan asam lemah  Contoh: Asam kuat H2SO4 (sulfuric acid) H2SO4 HSO4 - + H+ Ka1 = 101.98 HSO4 - SO4 2- + H+ Ka2 = 10-1.98 Dimana Ka1 dan Ka2 merupakan konstanta disosiasi.
  • 3. Ka2 = {SO4 2- } {H+ } = 10-1.98 [HSO4 - ] Jika (H+ )= Ka2 atau pH = 1.98, konsentrasi SO4 2- dan HSO4 - akan sama. Pada pH lebih dari 1.98 H2SO4 akan terdisosiasi sempurna menjadi SO4 2- dan H+ . artinya jika asam sulfuric ditambahkan ke tanah pada pH lebih dari 1.98 maka asam sulfuric akan terdisosiasi sempurna menjadi ion sulfat dan ion hidrogen. Atau dengan kata lain jika ion sulfat ditambahkan pada pH kurang dari 1.98 maka akan bereaksi dengan air membentuk asam sulfuric.  Proses yang menghasilkan keasaman tanah a. karbon dioksida hasil dari dekomposisi seresah akan terlarut dalam air akan bereaksi dengan molekul air menghasilkan asam karbonat CO2(gas) CO2 (aq) K1 = 10-1,41 CO2 (aq) + H2O H2CO3 K2 = 10-2,62 b. asam-asam organik hasil dekomposisi c. H+ yang dilepas oleh akar tanaman dan organisme yang lain pada waktu pengambilan hara. Prinsip elektroneutrality adalah pengambilan kation oleh akar harus diimbangi dengan pengambilan anion atau dengan pelepasan ion hidrogen atau kation lain d. Oksidasi dari substansi tereduksi sepeti mineral sulfida, bahan organik, fertilizer yang mengandung ammonium  Proses yang menghasilkan kebasaan tanah 1. Reduksi dari Ferri, mangan, dan oxidized substances membutuhkan H+ atau melepas OH- dan meningkatkan pH (terjadi pada tanah yang aerasinya jelek) Misal : Fe(OH)3 (amorf) + e-  Fe(OH)2 (amorf) + OH- 2. Pengambilan kation oleh akar tanaman, kemudian setelah tanaman mati maka akan terdeposisi di permukaan tanah  PH tanah dikontrol oleh berbagai mekanisme. Sebagian mekanisme adalah sumber langsung H+ dan atau OH- dan sebagian bekerja dengan bereaksi dengan H+ dan atau OH- untuk buffer pada larutan tanah.  Mekanisme tersebut adalah : (1) oksidasi dan reduksi besi, mangan dan senyawa sulfur (2) dissolution dan presipitasi mineral tanah (3) Reaksi gas misal CO2 dengan larutan tanah (4) dissosiasi grup asam lemah pada tepi lempung silikat, hidrous oksida, atau substansi humus (5) reaksi ion-exchange
  • 4. Table. Mechanism that control soil pH Soil pH range Major Mechanism(s) controlling soil pH 2-4 Oxidation of Pyrite and other reduced sulfur minerals; dissolution of soil minerals 4-5.5 Exchangeable Al3+ and its dissociate hydroxy ions; exchangeable H+ 5.5-6.8 exchangeable H+ ; weak acid groups associated with soil minerals and humic substances; dissolved CO2 (gas) and other aqueous species of dissolved CO2 (gas) 6.8-7.2 Weak acid groups on humic subtances and soil minerals 7.2-8.5 Dissolution of solid divalen carbonates, such as CaCO3 (calcite) 8.5-10.5 Exchangeable Na+ under normal salt condition; dissolution of solid Na2CO3 (s) Oksidasi senyawa sulfur tereduksi  Tanah yang mengandung sulfur tereduksi, misalnya pirit (FeS2) apabila teroksidasi menghasilkan ion H+ yang dilepas ke larutan tanah 2FeS2 + 7.5O2(gas) + 4H2O Fe2O3(hematit)+8H+ + 4SO4 2-  Oksidasi senyawa sulfur tereduksi ini (juga terjadi pada tanah pH netral) dibantu oleh bakteri khemoautotrof misalnya Thiobacillus ferroxidans.  Proses ini akan alami (abiotik) apabila tanah mempunyai pH sekitar atau kurang dari 3.5; reaksinya sbb : 8Fe3+ + S2- + 4H2O 8Fe2+ + SO4 2- + 8H+
  • 5.  Sumber keasaman pada tanah ini adalah oksidasi darai reduksi sulfur dimana lajunya tergantung pada kecepatan oksidasi dan mekanisme oksidasi chemis Exchangeable Al (Al tertukar/Aldd)  Trivalen aluminium merupakan kation basa lemah sehingga mampu menghidrolisa air menghasilkan ion hidrogen  Kombinasi Al3+ , hidrolisis, basa lemah tidak terlarut {Al(OH)3s} merupakan buffer tanah pada pH 4-5.5  Bentuk : Soluble : Al3+ , AlOH2+ , Al(OH)2 + Soild : Al(OH)3 (amorf)  Reaksi : Al(OH)3 (amorf) + H+ AlOH2+ + H2O K1=10-0.081 AlOH2+ + H+ Al(OH)2 + + H2O K2=104.7 Al(OH)2 + + H+ Al3+ + H2O K3=105.0  Terlihat bahwa dissolusi Al dari bentuk padatan menjadi cair mengkonsumsi ion H+ dan berperanan sebagai buffer dalam memperlambat proses pengasaman.  Pada tanah pH netral, keterlarutan aluminium padat sangat rendah. Misal pada pH 7 konsentrasi keseimbangan (Kw) Al(OH)2 + dengan Al(OH)3 (amorf) adalah 8.3 x 10-7 M; jika pH menjadi 5 maka konsentrasi Al(OH)2 + meningkat 8.3 x 10-5 M. Pengukuran pH Faktor yang mempengaruhi akurasi pengukuran pH: (1) nature dan tipe dari bahan inorganik dan organik (2) perbandingan tanah dengan larutan (3) kandungan garam (4) kandungan gas CO2 pada tanah dan larutan (5) Error yang terjadi baik ketika menstandardisasi alat maupun larutan buffer-nya Perbandingan tanah dengan larutan yang sering digunakan 1:1; 2,5:1; 10:1
  • 6. Pengukuran pH menggunakan cara elektrometrik (misal pH meter menggunakan glass elektroda) dan kalorimetrik (pH stick, pasta pH, larutan pH universal) SIFAT KOLOID  Ukuran partikel semakin kecil luas permukaan akan semakin besar.  Efeknya adalah proses-proses yang penting dalam tanah terjadi misal penyerapan hara, penyerapan air  Koloid didominasi oleh mineral phyllosilicates, koloid organik, hydrous oxides dari Fe, Al dan Mn  Tersuspensi dalam air  Bermuatan positif atau negatif KOLOID TANAH Koloid anorganik Sifat kembang kerut mineral lempung  Terjadi jika air masuk ke dalam lapisan clay mineral sehingga bertambah beberapa nanometer; akan meningkatkan volume dari clay.  Untuk terjadinya swelling, air harus masuk ke interlayer.  Swelling artinya (1) pada interlayer memungkinkan proses seperti KPK, penyerapan air. (2) clay akan mengembang sehingga luas permukaan lebih besar per unit berat terhadap larutan tanah sehingga lebih rekatif secara kimia.  Swelling tergantung pada tipe mineral, unit-layer charge of the clay* dan sifat alami dari cation interlayer Mineral 1:1  Satu permukaan adalah oksigen (dari tetrahedra), satu permukaan adalah hydroxyl (dari oktahedra)  Oksigen merupakan elemen yang bersifat elektrofilik (electron-loving)  Terjadi ikatan hidrogen (kalau tunggal lemah, tetapi banyak akan sangat kuat) yang mencegah mineral 1:1 untuk berkembang kerut
  • 7. Mineral 2:1  Satu permukaan oksigen, permukaan yang lain juga oksigen  Pada mineral 2:1 unsubstitute, lapisan yang berdekatan akan saring menarik karena adanya gaya van der Waals yang lemah  Pada mineral 2:1 substitute, layer yang berdekatan saling menarik karena adanya tarikan pada kation interlayer dan gaya van der Waals  Swelling akan sangat tergantung pada ikatan antar 2 lapisan yang berdekatan. Pada mineral 2:1 unsubstitute ikatan tersebut lemah sehingga air tidak masuk ke interlayer.  Mineral 2:1 unsubtitute secara alami bersifat hidrofobic (water repelling). Karena tidak ada kation di interlayer yang menjadi subyek untuk terhidrasi maka sifat hidrofilik-nya (water-loving) terletak pada >SiOH (hasil dari ketidakteraturan kristal)  Pada mineral 2:1 substitute, affinitas tergantung dari tarikan muatan negatif (pada 2 sisi) dengan kation interlayer. Derajad ikatan merupakan fungsi dari banyaknya isomorphous substitution dan ukuran kation interlayer terhidrasi  Jika affinitas layer ke kation interlayer kuat, akan terjadi air tidak dapat masuk ke interlayer, menghidrasi kation interlayer dan mengikat bagian hidrofilik. Jika affinitas lemah, air akan masuk dan terjadi swelling karena meningkatnya hidrasi kation interlayer dan pembasahan bagian hidrofilik. Hidrofilik pada interlayer berupa penarikan/pengikatan air oleh kation sebagai hidrasi air dan adanya >SiOH Mika  Mempunyai unit-layer charge tinggi (k.l. 2) karena banyaknya isomorphous substitution  Negatif charge diimbangi oleh adanya kation misal K atau Ca  Besarnya unit-layer charge menyebabkan kation terikat kuat, air tidak dapat masuk sehingga tidak terjadi swelling dan kation tidak dapat tertukar (non exchangeable) (kecuali ada pelapukan) Illit dan Vermiculites  Unit-layer charge rendah (1.0-1.5) sehingga bersifat hanya mengikat kation ukuran tertentu saja dengan sangat kuat, air tidak masuk dan mencegah swelling.  K+ dan NH4 + karena ukuran hidrasi kecil maka dapat masuk “hole” (hole merupakan hasil dari ring pattern pada tetrahedron dalam lembar terahedral). Karena itu, kation akan dekat dengan sumber muatan negatif, jarak antar layer akan dekat sehingga pengikatannya sangat kuat.
  • 8.  Ca+ dan Mg+ karena ukuran hidrasinya besar maka tidak dapat masuk ke “hole”. Selain itu akan menyebabkan jarak antar layer jauh sehingga penarikan kation rendah, air dapat masuk dan terjadi swelling. Kation akan dapat terukar.  Illit ditemukan dalam tanah umumnya mengikat K+ sehingga mineral ini tidak berswelling. Vermiculite sangat banyak mengandung Ca+ dan Mg+ sehingga mineral ini berswelling. Vermikulit tidak berswelling kalau kationnya tertukar oleh K. Smectites  Mempunyai unit-layer charge rendah (0.5-0.9) sehingga kekuatan penarikan lebih rendah dari illit, vermikulit dan mika  Kation akan terikat lemah dalam interlayer sehingga semua kation akan mudah tertukar Table. Comparative Properties of clay minerals Properties Montmorillonit Illit Kaolinit Size (M) 0.01-1.0 0.1-2.0 0.1-5.0 Total Surface Area (m2/g) 700-800 100-200 5-20 External surface area High Medium Low Internal surface area Very high Low to none None Plasticity High Medium Low Cohesiveness High Medium Low Swelling capacity High Low to none Low CEC 80-100 15-25 3-15 Unit-Layer Charge 0.5-0.9 1.0-1.5 0
  • 9. Koloid organik  Humus terdiri dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus (misal lipid, amino acids, carbohydrates) dan subtansi humus (merupakan senyawa amorf dengan berat molekul tinggi, warna coklat sampai hitam, hasil pembentukan kedua dr dekomposisi)  Substansi humus dibagi menjadi : a. Humic acid : warna gelap, amorf; dapat diekstraksi (larut) dengan basa kuat, garam netral, tidak larut dalam asam; mengandung gugus fungsional asam seperti phenolic dan carboxylic; aktif dalam reaksi kimia; Berat Molekul (BM) 20.000-1.360.000 b. Fulvic acid : dapat diekstraksi dengan basa kuat  gugus fungsional asam; larut juga dalam asam mengandung gugus fungsional basa; aktif dalam reaksi kimia; BM 275-2110 c. Humin : tidak larut dalam asam dan basa; BM terbesar; tidak aktif; warna paling gelap Table. Composition of humic and fulvic acids (percent) Element Humic acid Fulvic acid C 50-60 40-50 O 30-35 44-50 H 4-6 4-6 N 2-6 <2-6 S 0-2 0-2 Source : F.J. Stevenson, Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reaction, 1982 Humic acid dan Fulvic acid merupakan koloid hidrofilik sehingga mempunyai affinitas tinggi thd air; mempunyai muatan negatif karena adanya disosiasi gugus fungsional karboksil dan phenolic. Muatan negatif akan dinetralisir oleh kation misalnya Ca2+ dan Mg2+ Substansi humus mempunyai kontribusi dalam pertukaran anion dan kation, kompleks atau khelat beberapa ion logam, berpera sebagai pH buffer; pembentukan horison tanah, pembentukan struktur tanah melalui sementasi, sebagai mantel (coat) partikel sehingga tidak dapat terlapukkan
  • 10. Adsorption Adsorpsi adalah proses yang atom, molekul, atau ion yang diambil dan disimpan pada permukaan padatan kimia atau fisik mengikat (misalnya, adsorpsi kation oleh mineral bermuatan negatif) (Glossary of Soil Science Terms, SSSA, 1987  Berbagai gaya yang mempengaruhi adsorpsi adalah : a. van der Waals forces b. Coulombic or Electrostatic Attraction : gaya elektrostatik yang dihasilkan dari tarik menarik antara 2 ion yang berbeda muatan, contohnya tarik menarik kation dengan muatan negatif pada clay minerals c. Charge Trasfer : terjadi karena adanya kompleks donor-acceptor antara molekul electron- donor dan molekul electron-acceptor. Contohnya : ikatan hidrogen dan ikatan  d. Dipole-Dipole and Dipole-Induced Dipole. Dipole adalah molekul yang mempunyai muatan positif dan negatif yang dipisahkan oleh jarak tertentu (misal molekul air). Hasilnya adalah unequal sharing of electrons Cation Exchange Capacity (CEC/KPK) Merupakan hasil netralisasi muatan negatif koloid tanah Kation diikat oleh permukaan koloid dengan Coulombic attraction, van der Waals forces, dan induced dipoles Model pertukaran kation. 1. Kation mempunyai energi panas sehingga terdapat seperti hemisphere of motion disekitar permukaan koloid Pertukaran kation terjadi apabila ion yang berada dalam larutan tanah bergerak ke hemisphere motion (hemisphere motion dihasilkan oleh kation yang terikat oleh koloid) suatu kation bertepatan dengan kation tersebut jaraknya jauh dari permukaan koloid. Akhirnya ion tadi tertangkap oleh muatan negatif sedang kation akan bergerak ke larutan tanah Faktor yang berpengaruh terhadap distribusi kation antara larutan tanah dengan permukaan koloid adalah (1) konsentrasi kation dalam larutan tanah, (2) valensi dari kation yang tertukar, (3) hydrated-size dari kation, (4) kepadatan muatan pada permukaan koloid 2. Model 2 : Mass-Action Model Misal, 2Na-clay + Ca2+ (aq) Ca-clay + 2 Na+ (aq)
  • 11. Apabila konsentrasi Ca2+ (aq) pada larutan tanah meningkat maka reaksi bergerak ke kanan, sehingga konsentrasi Ca pada clay meningkat sambil melepaskan ion Na ke larutan tanah. Jika konsetrasi ion Ca menurun, maka reaksi bergerak ke kiri sehingga ion Ca terlepas ke larutan tanah  KPK berguna untuk mengetahui kesuburan tanah, kemungkinan pemberian pupuk, mengethaui tipe clay mineral  Pengukuran KPK dengan menggunakan (1) 1 M ammonium acetate pada pH 7 dan (2) 0.25 barium chloride dengan triethanolamine pada pH 8.2 (see Hardjowigeno, 1987 p. 65-66; Sanchez, 1976 for further explanation)  KPK dinyatakan dalam me/100 gr tanah atau me/100 gr clay Table. CEC Values of clay minerals and organic matter Type Lattice Nutrient Reserves Approximate CEC at pH 7 (me/100 g of clay) Kaolinite and Halloysite 1:1 Few Nutrient Reserves < 10 Illite 2:1 Reserves of potassium 15-40 Montmorillonite 2:1 Generally with reserves of Mg, K, Fe, etc 80-100 Vermiculite 2:1 Generally with reserves of Mg, K, Fe, etc About 100 Organic matter - - About 200 Source : Landon, 1984  Untuk tanah dengan BO rendah, KPK diekspresikan sebagai proporsi dari clay: KPK (me/100 g clay) = KPK (me/100 g tanah) x 100% clay
  • 12.  Satu ekuivalen merupakan jumlah yang setara dengan 1 g hidrogen. Jumlah atom dalam setiap ekuivalen = 6.02 x 1023 1 me = 1 mg H = 6.02 x 1020 1 me dapat diubah menjadi satuan berat misal ppm.  Contoh 1 me H = 1 mg (BA H = 1; valensi 1) 1me Na = 23 mg (BA Na = 23; valensi 1) 1 me Ca = 40/2 (BA Ca = 40; valensi 2) Bila, K = 0,6 me/100 g = 0,6 x 39 mg/100 g = 23,4 mg/100.000 mg = 234 mg/1.000.000 mg = 234 ppm Kejenuhan Basa/KB (Base Saturation)  Konsentrasi suatu kation dikontrol oleh konsentrasi kation tersebut terhadap konsentrasi semua kation pada kompleks pertukaran  Misal konsentrasi H+ merupakan fungsi dari perbandingan H+ dengan semua kation pada kompleks pertukaran  Note : H+ dapat diproduksi dengan menghidrolisis air dengan Al3+ umumnya terjadi pada tanah dengan pH<5.5 (Lihat exchangeable Al). Jadi konsentrasi H+ pada kompleks pertukaran merupakan fungsi pertukaran H+ dan Al3+ .  Maka, H+ dan Al3+ merupakan kation asam (acidic cations) sedang Ca2+ , Mg2+ , Na+ , K+ , atau NH4 + merupakan kation basa (basic cation)  Kejenuhan basa menunjukkan kesuburan tanah. Menurut FAO-UNESCO (1974): KB berdasar extraksi ammonium acetate pada kedalaman 20-50 cm digolongkan menjadi (1) > 50% : eutric (tanah subur) (2)> 50% : dystrics (tanah kurang subur). Penggolongan yang umum adalah (1) <20 : rendah (2) 20-60 sedang, (3) >60 : tinggi
  • 13. Kejenuhan basa biasanya dapat digunakan sebagai indikasi kesuburan tanah. Tanah sangat subur à derajat kejenuhan basa ≥ 80%, Tanah kesuburan sedang à derajat kejenuhan basa 50 % - 80 % Tanah tidak subur à derajat kejenuhan basa ≤ 50 %  KB (%) = konsentrasi kation basa tertentu x 100%  KPK (CEC) Anion Exchange  Adsorbsi anion dikarenakan tarikan elektrostatik dari muatan positif permukaan koloid atau reaksi spesifik anion dengan permukaan adsorbsi (misal penggantian hidroksil dari hidroksida logam)  Permukaan oksida-hidroksida logam (Fe dan Al hidroksida dan oksida) dan juga muatan bergantung pH pada clay mineral merupakan senyawa amphoter  Muatan sangat tergantung dari perubahan pH. Misalnya hematit (Fe2O3) bermuatan netral pada pH mendekati 7. Jika pH lebih dari 7 maka >FeOH akan terdisosiasi menghasilkan muatan negaif dan ion hidrogen. Jika pH kurang dari 7 maka >FeOH akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menghasilkan muatan positif yang akan menarik anion (lihat gambar)  Oksida-hidroksida logam sering berada sebagai mantel (coating) bagi permukaan clay dan juga pada lapisan interlayer Adsorption of Organic Compounds  Organic compounds : herbisida dan pestisida dapat dibedakan secara kimia menjadi 3 : kation, netral, anion
  • 14.  Kemampuan clay mineral mengikat organic compound tergantung dari kemampuan mineral untuk berswelling dan klas dari organic compounds (bentuk kation, anion atau netral)  Adsorpsi dikarenakan adanya Coulombic attraction/electrostatic dan dipole-induced dipole forces  Adsorpsi pada external surface (reversible) tidak kuat dibanding pada interlayer (irreversible)  Organic netral : organic netral harus mempunyai derajad polaritas. Semakin tinggi polaritas maka semakin mudah masuk interlayer  Penyerapan organic compound oleh soil organic matter dipengaruhi oleh pH dependent charge; bersifat reversible (karena tidak ada interlayer)
  • 15. Daftar Pustaka Sutanto Rachman, 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan kenyataan. Penerbit kanisius.Yogyakarta http://www.acehpedia.org/Mengevaluasi_Status_Kesuburan_Tanah http://agrica.wordpress.com/2008/12/31/koloid-tanah/ http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid http://www.ipb.ac.id/jurusan tanah/kimia tanah/ http://kimia.ugm.edu/tanah/htm http://bennymorigan.blogspot.com/2008/03/penentuan-tekanan-osmosis-cairan- sel.html