Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air untuk pertanian, termasuk iklim, tanah, tanaman, dan parameter seperti daya hantar listrik, rasio adsorpsi natrium, kadar borium, pH, dan kadar unsur hara dan zat beracun lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan batasan yang diijinkan untuk parameter-parameter tersebut agar air dapat digunakan untuk pengairan tanaman.
1. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengharkatan kualitas
air.
1. Kualitas Air Sendiri
Mutu atau kualitas air diuraikan secara khusus dalam sub. Bab B.
Peran masing-masing berbeda tergantung lingkungan yang dilewati
air itu, secara umum lebih dominan dipengaruhi oleh darat atau laut.
Pengaruh darat menghasilkan air tawar, sedangkan pengaruh laut
mengarah ke garaman.
VII. KUALITAS AIR UNTUK PERTANIAN
2. 2. Iklim (basah – kering)
Keadaan iklim yang berbeda akan berpengaruh pada nilai
harkat kualitas air berbeda, sebagai contoh masalah
kegaraman akan semakin berat kalau keadaan iklim
semakin kering, hal ini disebabkan pada wilayah iklim
semakin kering garam dalam tanah akan naik karena
penguapan air, sehingga garamnya akan tertinggal di lapis
tanah atas yang secara umum tempat media tanam.
Sebaliknya pada daerah basah atau musim basah,
kandungan garam akan terlindi ke bawah, sehingga kurang
menimbulkan dampak pada kegiatan pertanian.
3. 3. Tanah, tekstur (kasar – halus)
Tekstur tanah akan mempengaruhi mudah dan tidaknya unsur racun
berada dalam tanah, pada tanah tekstur kasar bahan-bahan akan mudah
terlindi / cepat hilang, sebaliknya pada tekstur tanah halus menyebabkan
unsur terlonggok pada tubuh tanah. Hal ini mengharuskan batas keijinan
unsur renik pada air pengairan diberi harkat beda utntuk jenis tanah yang
berbeda.
4. Tanaman, kepekaan (peka – tidak)
Tanaman mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap kualitas air,
tanaman yang tahan garam harkat kegaraman masih perlu dikoreksi,
berbeda dengan tanaman yang peka.
4. B. Parameter yang dipakai untuk
menentukan kualitas air :
1. Daya Hantar Listrik (DHL)
Besaran ini dipakai untuk mendekati kadar elektrolit terlarutkan, dalam air
biasa berupa garam, sehingga DHL dapat diterjemahkan sebagai taraf
kegaraman air.
Kadar garam terlarut total dapat di dekati dengan DHL dalam (mmho) x 640
atau, 0.64 / mho, tergantung jenis garamnya :
Mgcl2 x 450 = ppm
Nacl x 500 = ppm
MgSo4 x 892 = ppm
5. Pengharkatan DHL secara tunggal sbb :
0 – 2 mmho : aman dipakai, pengaruh salinitas dapat diabaikan.
2 – 4 mmho : daya hasil pertanaman yang sangat peka dapat tertekan.
4 – 8 mmho : daya hasil pertanaman yang sangat peka banyak mengalami pembatasan.
8 – 16 mmho : hanya pertanaman yang sangat tahan dapat memberikan hasil
2. Nisbah Jerapan Natrium
( SAR = Sodium Adsorption Ratio )
Na++
SAR
Kadar ion mg / L
Ca++
+ Mg++
2
6. Ion Na merupakan penimbul bahaya
Ion Ca & Mg adalah penawarnya
Makin tinggi SAR, makin rendah harkat air pengairan
SAR diklasifikasikan secara tunggal :
0 – 10 : rendah, bahaya Na atau alkali tidak ada
10 – 18 : sedang, bahaya Na atau alkali sedang
18 – 26 : tinggi, bahaya Na atau alkali besar
> 26 : tinggi sekali, bahaya Na atau alkali sangat besar
Klasifikasi ini hanya berlaku DHL ≤ 0.1 mmho
DHL & SAR sebaiknya diklasifikasikan secara pasangan.
Dengan cara demikian gejala alkalinitas selalu ditinjau atas dasar latar belakang gejala
kegaraman.
Untuk itu dipakai diagram Seatz & Peterson (1964 ) sbb :
7. Diagram Mutu Air Pengairan Atas Dasar SAR & DHL
SAR 1 : rendah
SAR 2 : menengah
SAR 3 : tinggi
SAR 4 : tinggi sekali
DHL
Bahaya kegaraman
(mmho)1 : rendah
2 : sedang
3 : agak tinggi
4 : tinggi
5 : tinggi sekali
8. 3. Kadar Borium ( B )
Semua air alamiah mengandung Borium, dengan kadar 0,01 – 30 ppm, air laut
mengandung B sebanyak 4,6 ppm.
B sebagai hara renik sangat diperlukan tanaman, kekurangan B menyebabkan
penurunan nisbah penyerapan air & pemindahan gula dalam jaringan.
Batas aman B tersediakan adalah sempit, tanaman monokotil mempunyai kebutuhan
B rendah, lebih peka terhadap keracunan daripada tanaman dikotil.
Kelaparan B mulai tampak apabila tanah berkadar < 0.5 ppm. Keracunan akan terjadi
jika B dalam air pengairan > 1.0 ppm. Kadar B > 2 ppm secara pukul rata tidak
diingini.
9. 4. Reaksi Air ( pH )
pH tanah terpengaruh oleh air pengairan dan sebaliknya, Air membawa senyawa
asam basa atau garam. Makin kuat sifatnya makin nyata pengaruhnya terhadap pH
tanah.
Perubahan pH mengakibatkan keterlarutan senyawa-senyawa berubah. Misalnya
oksida AL, keterlarutan terkecil pada pH 6.5 – 7.5, keterlarutan meningkat pada pH 3,
atau 9 keterlarutan tertinggi.
Fe++
mengendap pada pH 7
Mn++
mengendap pada pH 9
Mg++
mengendap pada pH 9
Zn++
mengendap pada pH 6
Dalam tanah mineral pH optimum bagi ketersediaan unsur hara : 6,5
Dalam tanah organik pH optimum : 5.5
10. 5. Parameter Lain
a. Cl
Kandungan C1 tinggi menunjukkan pengaruh laut atau kegaraman air. Cl
merupakan ion utama air laut hampir 19.000 ppm. Namun sifat ini sudah di
tunjukkan oleh besaran DHL.
Cl termasuk unsur hara renik, biasanya maksimum 600 ppm. Batas ketahanan
tanaman terhadap Cl tergantung jenis tanaman dan juga iklim, pengaruh C1 lebih
berat pada daerah iklim kering daripada iklim lembab.
Air dengan pH < 4,5 menunjukkan kandungan asam bebas, asam organik,
atau asam anorganik ( kebanyakan asam sulfat atau asam chlorida). pH
air 7.5 – 8 sangat boleh jadi mengandung garam Ca dan atau Mg karbonat
& bikarbonat banyak.
11. c. Batas Keijinan kadar unsur renik dalam air pengairan.
LPT, 1972 menyusun daftar yg dibedakan antara air
yg digunakan terus menerus dan yg digunakan jangka waktu singkat
pada tanah tekstur halus.
Merupakan pengukur jumlah oksigen yang diperlukan untuk
menghilangkan bahan organik dalam proses perombakan
aerob oleh jasad renik. BOD mengukur taraf pengotoran
ini berkaitan dengan makin rendah kadar oksigen yang
tersediakan dalam air. Kadar oksigen jenuh kira-kira 8 ppm.
BOD maksimum untuk pengairan : 300
b. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
12. Hara renik Terus
menerus
mg / l
Terbatas
mg / l
Al 1.0 20.0
B 0.75 2.0
Cr 0.5 20.0
Co 0.2 10.0
Cu 0.2 5.0
Pb 5.0 20.0
Li 5.0 5.0
Mn 2.0 20.0
Mo 0.005 0.05
Ni 0.5 2.0
Se 0.05 0.5
Zn 5.0 10.0
As 1.0 10.0
13. d. Kadar bahan tersuspensi
Jika air pengairan juga untuk air minum ternak,
maka kadar bahan padat terlarut total menjadi syarat penting.
Batas tertinggi yang diijinkan bagi jenis ternak berbeda
- Unggas 2.860 ppm -Babi 4.240 ppm
- Kuda 6.435 ppm -Sapi perah 7.150 ppm
- Sapi potong 10.000 ppm -Domba 12.400 ppm
Secara umum batas tertinggi dapat dipakai 15.000 ppm
untuk pemakaian terbatas.
Untuk pemakaian terus menerus batas tertinggi 10.000 ppm.