SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Perzinaan dalam Islam
Mohammad Zamroni(33020210035)
A. Pengertian zina
Secara bahasa zina adalah perbuatan dengan cara memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat
kelamin perempuan yang mendatangkan syahwat, dalam persetubuhan yang haram, yang tidak terikat
oleh hubungan pernikahan yang sah. Maksud dari perempuan yang mendatangkan syahwat adalah
seorang yang berjenis kelamin perempuan baik yang dewasa (baligh) ataupun yang masih kecil.
Adapun yang maksud dari persetubuhan yang haram menurut zat perbuatannya adalah hubungan
seksual antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri (hubungan seksual di luar pernikahan
atau perkawinan yang sah).Sedangkan maksud dari “bukan karena syubhat” adalah perzinaan yang
terjadi bukan karena seorang laki-laki mengira bahwa wanita yang ia setubuhi adalah pasangan yang sah
untuknya, seperti istrinya. Jika seorang laki-laki menyetubuhi seorang wanita yang ia kira adalah istrinya,
maka had tidak dikenakan untuknya.
Had yang di jatuhkan kepada si pelaku yang berzuna adalah seorang yang melakukan perzinaan secara
sengaja dan sadar akalnya.
Pada dasarnya zina menurut agama Islam terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yang pertama adalah zina
majaziyaitu zina mata, zina tangan, zina mulut, zina hati dan zina luar, hal ini berdasarkan beberapa
hadist nabi yang salah satunya diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya “Mata itu berzina, hati juga
berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan
(pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.”1
Yang kedua dan yang akan menjadi fokus pada pembahasan ini adalah zina haqiqi yang berkonsekuensi
mendapatkan hukuman hudud.
Menurut beberapa ulama mengenai persepsi tentang perzinaan adalah sebagai berikut:2
- menurut Mazhab Al-Hanafiyah
Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa definisi zina adalah : Hubungan seksual yang dilakukan
seorang laki-laki kepada seorang perempuan pada kemaluannya, yang bukan budak wanitanya dan
bukan akad yang syubhat
1 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandar Lampung; CV Sinar Baru, 1986),hlm,402
2 Aini Aryani, Lc, Halal-haram Menikahi Wanita Berzina dan Hamil, Rumah Fiqih Indonesia, Jakarta;2019.hal 85
Definisi ini menegaskan kriteria zina itu Dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, kalau laki-laki
melakukannya dengan sesama jenis atau perempuan dengan sesama jenis, tidak termasuk kriteria zina,
walau pun tetap berdosa.Pada kemaluan atau faraji, kalau dilakukan pada dubur meski tetap haram
namun bukan termasuk kriteria zina Perempuan itu bukan budak wanita, kalau dilakukan pada istrinya
juga bukan termasuk kriteria zina dan juga bukan syubhat.
Ibnu Hamam Al-Hanafi mendefinisikan bahwa zina adalah Seorang mukallaf yang memasukkan
kemaluannya meski hanya ujungnya ke dalam kemaluan wanita yang musytaha di luar hubungan
kepemilikan budah atau syubhat kepemilikan.
Dari definisi ini ada beberapa unsur yang dikategorikan zina, yaitu :3
 Zina dilakukan oleh seorang mukallaf, kalau anak kecil atau orang yang tidak berakal seperti
orang gila, tidak termasuk zina
 Dia memasukkan kemaluannya meski hanya ujungnya ke dalam kemaluan wanita, sehingga
kalau tidak terjadi penetrasi penis ke dalam vagina, meski tetap berdosa namun tidak termasuk
kriteria zina.
 Wanita itu musytaha, maksudnya memang wanita yang wajar untuk disetubuhi, bukan mayat
atau anak bayi yang secar umum tidak menarik bagi laki-laki untuk menyetubuhinya.
 Di luar hubungan kepemilikan budak atau syubhat kepemilikan. Maka kalau wanita yang
disetubuhi itu merupakan budak yang dimilikinya, atau wanita yang status nikahnya syubhat,
bukan termasuk zina.
Menurut Mazhab Al-Malikiyah
Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan pengertian adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang
mukallaf yang muslim, pada faraj adami (manusia), yang bukan budak miliknya, tanpa ada syubhat dan
dilakukan dengan sengaja.
 Hubungan seksual : kalau tidak terjadi hubungan seksual seperti percumbuan, bukan termasuk
zina, meski tetap diharamkan.
 Yang dilakukan oleh seorang mukallaf : maksudnya adalah orang yang akil baligh. Sehingga bila
pelakunya orang gila atau anak kecil, bukan termasuk zina.
 Yang muslim : sehingga bila pelakunya bukan muslim, tidak termasuk yang dikenakan hukuman
hudud, yaitu rajam atau cambuk.
 Pada faraj manusia : sehingga bila hubungan itu tidak dilakukan pada kemaluan, seperti anus
dan lainnya, meski tetap haram namun bukan termasuk zina.
3 Ibid Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, ,hlm 365
 Adami : maksudnya faraj itu milik seorang manusia dan bukan faraj hewan. Hubungan seksual
manusia dan hewan meski hukumnya terlarang, tetapi dalam konteks
 ini bukan termasuk zina.
 Yang Bukan Budak Miliknya
 Tanpa Ada Syubhat
 Dilakukan Dengan Sengaja
Menurut mazhab Asy-Syafi’iyah
Sedangkan mazhab Asy-Syafi’iyah memberikan definisi tentang istilah zina adalah Masuknya ujung
kemaluan laki-laki meskipun sebagiannya ke dalam kemaluan wanita yang haram, dalam keadaan
syahwat yang alami tanpa syubhat.Masuknya ujung kemaluan laki-laki meskipun sebagiannya ke dalam
kemaluan wanitayang haram,dalam keadaan syahwat yang alami tanpa syubhat.
Menurut mazhab Al-Hanabilah
Definisi dari mazhab Al-Hanabilah, yaitu :Hilangnya hasyafah penis laki-laki yang sudah baligh dan
berakal ke dalam salah satu dari dua lubang wanita, yang tidak ada hubungan ishmah antara keduanya
atau syubhah.
Para ulama sepakat bahwa zina hukumnya haram dan termasuk salah satu bentuk dosa besar. Allah Swt.
berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji, dan suatu
jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’:32)
Dan hadis tentang keharaman zina yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud sebagai berikut:
Artinya: “Saya (Abdullah Ibnu Mas’ud) bertanya: “Ya Rasulullah dosa apakah yang paling besar?” Nabi
menjawab: “Engkau menyediakan sekutu bagi Allah Swt., padahal dia menciptakan kamu.” Saya
bertanya lagi: ”Kemudian (dosa) apalagi?” Nabi menjawab: ”Engkau membunuh anakmu karena
khawatir jatuh miskin” Saya bertanya lagi: “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab: “Engkau berzina
dengan istri tetanggamu.” (HR.Bukhari dan Muslim).
B.macam-macam perzinaan
zina terbagi 2 bagian, yaitu zina yang mendapatkan hukuman had (zina haqiqi) dan zina yang tidak
mendapatkan hukuman had melainkan hanya mendapatkan dosa (zina majazi), walaupun masih
termasuk kategori zina. Imam Ghazali lebih jelas menamai kedua zina itu dengan bahasa zina yang
nampak untuk zina yang mendapatkan had dan zina tersembunyi untuk zina yang tidak mendapatkan
had. Zina tersembunyi atau majazi ada 5 (lima) macam yaitu:4
1. Zina mata (ain) adalah zina ketika seseorang memandang lawan jenisnya dengan perasaan senang.
2. Zina hati (qalbi) adalah zina ketika memikirkan atau mengkhayalkan lawan jenis dengan perasaan
senang dan bahagia.
3. Zina ucapan (lisan) adalah zina ketika membicarakan lawan jenis yang diikuti dengan perasaan senang.
4. Zina tangan (yadin) adalah zina ketika dengan sengaja memegang bagian tubuh lawan jenis diikuti
dengan perasaan senang dan bahagia terhadapnya
5. Zina luar adalah zina yang diperbuat antar lawan jenis yang bukan muhrim dengan melibatkan alat
kelamin.
Sedangkan zina yang nampak dan mendapatkan had yaitu zina haqiqi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Zina Muhson yaitu zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda atau janda. Artinya pelaku adalah
orang yang masih dalam status pernikahan atau pernah menikah secara sah.
2. Zina Ghoiru Muhson yaitu zina yang pelakunya masih berstatus perjaka atau gadis yang artinya pelaku
belum pernah menikah secara sah dan tidak sedang berada dalam ikatan pernikahan.
C. Sanksi Zina
Pada permulan Islam sanksi zina adalah tindakan-tindakan menyakitkan berupa cemoohan atau caci
maki bahkan tindakan pukulan dan ditahan didalam rumah sampai meninggal dunia.
Para Fuqoha berbeda pendapat dalam menafsirkan dua ayat di atas, sebagian ulama fiqih berpendapat
bahwa ayat yang pertama hanya berlaku bagi kaum wanita dan tidak berlaku bagi kaum pria, dan ayat
yang dihubungkan dalam kata-kata sehingga keberadaannya menjadi hukum tambahan bagi kaum pria
yang disandarkan pada hukum sebelumnya yang dikenakan pada kaum wanita. Berdasarkan tafsir ini,
hukuman bagi wanita yang melakukan zina adalah penyekapan atau tahanan di dalam rumah sampai
wanita pelaku zina tersebut meninggal atau hukuman lain yang dapat membuat wanita pelaku zina
tersebut jera dan tidak lagi melakukan perbuatan keji tersebut.
Sebagian ulama fiqih yang lainnya berpendapat bahwa ayat yang kedua yaitu Surat An-Nisa ayat 16
menghapus (nasikh) ayat sebelumnya yaitu Surat An-nisa ayat 15, mereka beranggapan bahwa ayat 16
itu adalah kaum laki-laki dan kaum wanita yang berzina. Adapun pendapat yang disepakati adalah kedua
ayat tersebut di atas telah terhapus (mansukh) karena sesuai keterangan di atas bahwa hukuman
tersebut hanya berlaku pada awal zaman Islam.
Untuk hukuman cambuk para ulama fiqih sepakat untuk dilaksanakan, sedangkan untuk hukuman buang
adalah hak ulul amri (pemerintah). Adapun hukuman rajam menurut Fathi Bahansi adalah sanksi bersifat
4 M. Nurul Irfan & Masyrofah, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2013), hlm 20
siyasah syah‟siyah. Jadi diserahkan kepada kebijaksanaan Pemerintah untuk menerapkannya atau tidak
tergantung kepada kemaslahatan. Sedangkan menurut Imam Malik, Imam Syafi‟I dan Imam Ahmad
wajib dilaksanakan keduanya.
Imam Malik berpendapat bahwa yang dibuang hanya laki-laki saja, sedangkan wanitanya tidak boleh
dibuang, karena wanita tidak boleh pergi sendirian tanpa ditemani oleh mahramnya. Sedangkan Imam
Syafi‟I, Imam Ahmad dan Imam Azh-Zhahiri berpendapat hukuman buang setahun itu dikenakan kepada
keduanya (yaitu oleh pelaku laki-laki dan perempuan). Disamping itu, para ulama fiqih berbeda
pendapat tentang pengertian At-Taghrib. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, taghrib itu
maksudnya dipenjarakan, sedangkan menurut Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad taghrib itu ialah dibuang
kesuatu tempat lain dengan tetap diawasi.
Hukuman bagi tsayyib (orang yang sudah menikah) adalah rajam artinya hukuman mati dengan
dilempari batu, meskipun ada segolongan Azariqoh dari Khawarij berpendapat bahwa hukuman tsayyib
adalah seratus kali cambuk, karena menurut mereka hadis ini tidak sampai ketingkat mutawatir.
Disamping itu, para ulama berbeda pendapat apakah hukuman bagi tsayyib itu dicambuk seratus kali
lalu dirajam ataukah hanya dirajam saja. Ada yang menggabungkan kedua hukuman tersebut dengan
alasan bahwa cambuk itu adalah hukuman pokok, sedangkan dibuang setahun bagi
bikr(perjaka/perawan) dan dirajam bagi tsayyib itu merupakan hukuman tambahan.
Dengan demikian, melihat dari berbagai sumber baik itu al-Qur'an maupun al-Hadits, ada beberapa
hukuman yang didapat oleh pelaku zina, terlepas ia seorang yang sudah menikah dan melakukan
persetubuhan dengan orang lain ataupun orang yang belum menikah dan melakukan persetubuhan
dalam hukum Islam, yaitu:5
1. Hukuman tahanan rumah
Hukuman ini tentu hanya berlaku di awal zaman Islam sesuai yang penulis jelaskan di atas merujuk dalil
al-Qur'an surat an-Nisa ayat 15 dan 16, namun hukuman ini sudah di nasakh atau sudah dihapus dan
diganti dengan hukuman lain yang merujuk pada dalil al-Qur‟an surat anNur ayat 2. Hukuman tersebut
bukan hanya di tahan didalam rumah, bahkan penghinaan , caci maki sampai berkata kasar sampai ia
mati.
2. Hukuman cambuk dan pengasingan
Hukuman cambuk dan hukuman pengasingan adalah hukuman bagi pelaku zina ghoiru mukhson yaitu
pezina yang belum menikah. Hukuman ini jelas terdapat dalam al-Qur'an maupun al-Hadits yaitu di
cambuk sebanyak seratus kali cambukan sesuai dalam surat AnNur ayat 2.Dalam surat An-Nur ayat 2
bukan hanya menyebutkan tentang jumlah cambukan sampai seratus kali namun juga tentang larangan
untuk berbelas kasih kepada pelaku zina. Selain itu, proses eksekusi hukumanpun hendaknya di saksikan
oleh kaum muslimin dengan tujuan agar menimbulkan efek jera dan dapat dijadikan pelajaran berharga
bagi yang lainnya.
sanksi bagi pelaku zina ghoiru muhson adalah dicambuk seratus kali dan diasingkan. Adapun tentang
masalah waktu pelaksaannya para ulama fiqih berbeda pendapat tentang apakah sanksi jarimah zina ini
5 Syaikh Abu Abdullah Muhammad, Kitab Shahih Bukhari, (Jakarta: PT. Gramedia Putaka, 2019) h. 6831.
dengan cambukan seratus kali dan pengasingan selama satu tahun harus diberlakukan secara
bersamaan atau tidak. Masalah ini tertulis dalam buku Fiqh Jinayah yang dijelaskan oleh AlJaziri yaitu:
a. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa seorang laki-laki yang masih perjaka dan merdeka yang melakukan
zina harus dikenakan sanksi pengasingan setelah dicambuk sebanyak seratus kali. Pengasingan tersebut
harus dilakukan selama satu tahun lamanya serta ditempatkan ditempat yang jauh dari tanah
kelahirannya yaitu minimal seperti jarak perjalanan dibolehkannya sholat qoshor.
Hal ini dimaksudkan sebagai celaan dan hinaan bagi pelaku yang melakukan perbuatan zina dan
menjauhkannya dari tempat berlangsungnya perzinaan. Jika pelaku masih berdiam ditempat semula, ia
akan menjadi bahan celaan dan hinaan, bahkan masyarakat yang sedang di masjid atau perkumpulan
lain akan mudah membicarakan bahkan mencerca dan mendapatkan dosa akibat pergunjingan yang
mereka lakukan. Oleh karena itu, pengasingan menjadi lebih baik bagi si pezina dan masyarakat sekitar.
Pendapat seperti ini juga didukung oleh Al-Auza'i.
Adapun bagi gadis yang telah melakukan zina, sanksi pengasingan tidak berlaku. Sebab jika seorang
gadis dihukum dengan pengasingan dikhawatirkan akan menyebabkan munculnya fitnah. Di samping itu,
syariat Islam juga melarang perempuan untuk bepergian sendirian tanpa mahram. Oleh karena itu, gadis
pezina harus menjauhkan diri dari khalayak ramai dan tetap tinggal di rumah.
b. Mazhab Syafi'I dan Hambali
Kedua mazhab ini berpendapat bahwa pelaku zina ghoiru muhson yang kedua-duanya berstatus
merdeka dan dewasa, diberlakukan sanksi cambuk seratus kali dan diasingkan ketempat yang jauh.
Dengan demikian, mereka merasakan betapa sengsaranya jauh dari keluarga dan tanah air akibat zina
yang telah mereka lakukan.
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku zina ghairu muhsan yang berupa cambuk
seratus kali dan pengasingan tidak dapat dicampur adukan. Sebab, hukuman pengasingan tidak ada
dalilnya dalam Al-Qur'an karena tidak disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2. Kalau hukuman
pengasingan juga diberlakukan, berarti mengadakan penambahan terhadap nash. Adapun sanksi
pengasingan hanya ditetapkan dalam hadist tersebut tidak dapat menyempurnakan konsep hukuman
bagi pelaku zina ghairu muhsan.
Daftar pustaka
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandar Lampung; CV Sinar Baru, 1986
Aini Aryani, Lc, Halal-haram Menikahi Wanita Berzina dan Hamil, Rumah Fiqih Indonesia,Jakarta;2019
M. Nurul Irfan & Masyrofah, Fiqh Jinayah Jakarta: Amzah, 2013
Syaikh Abu Abdullah Muhammad, Kitab Shahih Bukhari, Jakarta: PT. Gramedia Putaka, 2019

More Related Content

Similar to 6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf

Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas xMenjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas xFirdausSatifah
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islamVivi Narwastu
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxsodre muhamad
 
Pro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU PoligamiPro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU Poligamiratusyamra
 
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zinaPai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zinaLili Rohily
 
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdfPPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdfMutiaHafiz
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Sri Apriyanti Husain
 
LK- RESUME KB 2.pdf
LK- RESUME KB 2.pdfLK- RESUME KB 2.pdf
LK- RESUME KB 2.pdfyuzrilOde
 
KONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFI
KONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFIKONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFI
KONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFIFrenky Suseno Manik
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifRizki Gumilar
 

Similar to 6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf (20)

Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas xMenjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
Menjaga diri dari pergualan bebas dan perbuatan zina kelas x
 
Materi zina
Materi zinaMateri zina
Materi zina
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islam
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docx
 
Pro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU PoligamiPro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU Poligami
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zinaPai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
 
Artikel zina
Artikel zinaArtikel zina
Artikel zina
 
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdfPPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
 
Tugas utama
Tugas utamaTugas utama
Tugas utama
 
LK- RESUME KB 2.pdf
LK- RESUME KB 2.pdfLK- RESUME KB 2.pdf
LK- RESUME KB 2.pdf
 
Zina Kelas X
Zina Kelas X Zina Kelas X
Zina Kelas X
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
 
Ridwan
RidwanRidwan
Ridwan
 
Zina
ZinaZina
Zina
 
Power point msi
Power point msiPower point msi
Power point msi
 
KONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFI
KONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFIKONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFI
KONSEP ISLAM DALAM MEMBERANTAS PORNOGRAFI
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
 

More from RINIRISDAYANTI0125

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxRINIRISDAYANTI0125
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdfRINIRISDAYANTI0125
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 

More from RINIRISDAYANTI0125 (20)

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
 
kelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptxkelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptx
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf

  • 1. Perzinaan dalam Islam Mohammad Zamroni(33020210035) A. Pengertian zina Secara bahasa zina adalah perbuatan dengan cara memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan yang mendatangkan syahwat, dalam persetubuhan yang haram, yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan yang sah. Maksud dari perempuan yang mendatangkan syahwat adalah seorang yang berjenis kelamin perempuan baik yang dewasa (baligh) ataupun yang masih kecil. Adapun yang maksud dari persetubuhan yang haram menurut zat perbuatannya adalah hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri (hubungan seksual di luar pernikahan atau perkawinan yang sah).Sedangkan maksud dari “bukan karena syubhat” adalah perzinaan yang terjadi bukan karena seorang laki-laki mengira bahwa wanita yang ia setubuhi adalah pasangan yang sah untuknya, seperti istrinya. Jika seorang laki-laki menyetubuhi seorang wanita yang ia kira adalah istrinya, maka had tidak dikenakan untuknya. Had yang di jatuhkan kepada si pelaku yang berzuna adalah seorang yang melakukan perzinaan secara sengaja dan sadar akalnya. Pada dasarnya zina menurut agama Islam terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yang pertama adalah zina majaziyaitu zina mata, zina tangan, zina mulut, zina hati dan zina luar, hal ini berdasarkan beberapa hadist nabi yang salah satunya diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya “Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.”1 Yang kedua dan yang akan menjadi fokus pada pembahasan ini adalah zina haqiqi yang berkonsekuensi mendapatkan hukuman hudud. Menurut beberapa ulama mengenai persepsi tentang perzinaan adalah sebagai berikut:2 - menurut Mazhab Al-Hanafiyah Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa definisi zina adalah : Hubungan seksual yang dilakukan seorang laki-laki kepada seorang perempuan pada kemaluannya, yang bukan budak wanitanya dan bukan akad yang syubhat 1 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandar Lampung; CV Sinar Baru, 1986),hlm,402 2 Aini Aryani, Lc, Halal-haram Menikahi Wanita Berzina dan Hamil, Rumah Fiqih Indonesia, Jakarta;2019.hal 85
  • 2. Definisi ini menegaskan kriteria zina itu Dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, kalau laki-laki melakukannya dengan sesama jenis atau perempuan dengan sesama jenis, tidak termasuk kriteria zina, walau pun tetap berdosa.Pada kemaluan atau faraji, kalau dilakukan pada dubur meski tetap haram namun bukan termasuk kriteria zina Perempuan itu bukan budak wanita, kalau dilakukan pada istrinya juga bukan termasuk kriteria zina dan juga bukan syubhat. Ibnu Hamam Al-Hanafi mendefinisikan bahwa zina adalah Seorang mukallaf yang memasukkan kemaluannya meski hanya ujungnya ke dalam kemaluan wanita yang musytaha di luar hubungan kepemilikan budah atau syubhat kepemilikan. Dari definisi ini ada beberapa unsur yang dikategorikan zina, yaitu :3  Zina dilakukan oleh seorang mukallaf, kalau anak kecil atau orang yang tidak berakal seperti orang gila, tidak termasuk zina  Dia memasukkan kemaluannya meski hanya ujungnya ke dalam kemaluan wanita, sehingga kalau tidak terjadi penetrasi penis ke dalam vagina, meski tetap berdosa namun tidak termasuk kriteria zina.  Wanita itu musytaha, maksudnya memang wanita yang wajar untuk disetubuhi, bukan mayat atau anak bayi yang secar umum tidak menarik bagi laki-laki untuk menyetubuhinya.  Di luar hubungan kepemilikan budak atau syubhat kepemilikan. Maka kalau wanita yang disetubuhi itu merupakan budak yang dimilikinya, atau wanita yang status nikahnya syubhat, bukan termasuk zina. Menurut Mazhab Al-Malikiyah Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan pengertian adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang mukallaf yang muslim, pada faraj adami (manusia), yang bukan budak miliknya, tanpa ada syubhat dan dilakukan dengan sengaja.  Hubungan seksual : kalau tidak terjadi hubungan seksual seperti percumbuan, bukan termasuk zina, meski tetap diharamkan.  Yang dilakukan oleh seorang mukallaf : maksudnya adalah orang yang akil baligh. Sehingga bila pelakunya orang gila atau anak kecil, bukan termasuk zina.  Yang muslim : sehingga bila pelakunya bukan muslim, tidak termasuk yang dikenakan hukuman hudud, yaitu rajam atau cambuk.  Pada faraj manusia : sehingga bila hubungan itu tidak dilakukan pada kemaluan, seperti anus dan lainnya, meski tetap haram namun bukan termasuk zina. 3 Ibid Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, ,hlm 365
  • 3.  Adami : maksudnya faraj itu milik seorang manusia dan bukan faraj hewan. Hubungan seksual manusia dan hewan meski hukumnya terlarang, tetapi dalam konteks  ini bukan termasuk zina.  Yang Bukan Budak Miliknya  Tanpa Ada Syubhat  Dilakukan Dengan Sengaja Menurut mazhab Asy-Syafi’iyah Sedangkan mazhab Asy-Syafi’iyah memberikan definisi tentang istilah zina adalah Masuknya ujung kemaluan laki-laki meskipun sebagiannya ke dalam kemaluan wanita yang haram, dalam keadaan syahwat yang alami tanpa syubhat.Masuknya ujung kemaluan laki-laki meskipun sebagiannya ke dalam kemaluan wanitayang haram,dalam keadaan syahwat yang alami tanpa syubhat. Menurut mazhab Al-Hanabilah Definisi dari mazhab Al-Hanabilah, yaitu :Hilangnya hasyafah penis laki-laki yang sudah baligh dan berakal ke dalam salah satu dari dua lubang wanita, yang tidak ada hubungan ishmah antara keduanya atau syubhah. Para ulama sepakat bahwa zina hukumnya haram dan termasuk salah satu bentuk dosa besar. Allah Swt. berfirman: Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’:32) Dan hadis tentang keharaman zina yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud sebagai berikut: Artinya: “Saya (Abdullah Ibnu Mas’ud) bertanya: “Ya Rasulullah dosa apakah yang paling besar?” Nabi menjawab: “Engkau menyediakan sekutu bagi Allah Swt., padahal dia menciptakan kamu.” Saya bertanya lagi: ”Kemudian (dosa) apalagi?” Nabi menjawab: ”Engkau membunuh anakmu karena khawatir jatuh miskin” Saya bertanya lagi: “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab: “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.” (HR.Bukhari dan Muslim). B.macam-macam perzinaan
  • 4. zina terbagi 2 bagian, yaitu zina yang mendapatkan hukuman had (zina haqiqi) dan zina yang tidak mendapatkan hukuman had melainkan hanya mendapatkan dosa (zina majazi), walaupun masih termasuk kategori zina. Imam Ghazali lebih jelas menamai kedua zina itu dengan bahasa zina yang nampak untuk zina yang mendapatkan had dan zina tersembunyi untuk zina yang tidak mendapatkan had. Zina tersembunyi atau majazi ada 5 (lima) macam yaitu:4 1. Zina mata (ain) adalah zina ketika seseorang memandang lawan jenisnya dengan perasaan senang. 2. Zina hati (qalbi) adalah zina ketika memikirkan atau mengkhayalkan lawan jenis dengan perasaan senang dan bahagia. 3. Zina ucapan (lisan) adalah zina ketika membicarakan lawan jenis yang diikuti dengan perasaan senang. 4. Zina tangan (yadin) adalah zina ketika dengan sengaja memegang bagian tubuh lawan jenis diikuti dengan perasaan senang dan bahagia terhadapnya 5. Zina luar adalah zina yang diperbuat antar lawan jenis yang bukan muhrim dengan melibatkan alat kelamin. Sedangkan zina yang nampak dan mendapatkan had yaitu zina haqiqi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Zina Muhson yaitu zina yang pelakunya berstatus suami, istri, duda atau janda. Artinya pelaku adalah orang yang masih dalam status pernikahan atau pernah menikah secara sah. 2. Zina Ghoiru Muhson yaitu zina yang pelakunya masih berstatus perjaka atau gadis yang artinya pelaku belum pernah menikah secara sah dan tidak sedang berada dalam ikatan pernikahan. C. Sanksi Zina Pada permulan Islam sanksi zina adalah tindakan-tindakan menyakitkan berupa cemoohan atau caci maki bahkan tindakan pukulan dan ditahan didalam rumah sampai meninggal dunia. Para Fuqoha berbeda pendapat dalam menafsirkan dua ayat di atas, sebagian ulama fiqih berpendapat bahwa ayat yang pertama hanya berlaku bagi kaum wanita dan tidak berlaku bagi kaum pria, dan ayat yang dihubungkan dalam kata-kata sehingga keberadaannya menjadi hukum tambahan bagi kaum pria yang disandarkan pada hukum sebelumnya yang dikenakan pada kaum wanita. Berdasarkan tafsir ini, hukuman bagi wanita yang melakukan zina adalah penyekapan atau tahanan di dalam rumah sampai wanita pelaku zina tersebut meninggal atau hukuman lain yang dapat membuat wanita pelaku zina tersebut jera dan tidak lagi melakukan perbuatan keji tersebut. Sebagian ulama fiqih yang lainnya berpendapat bahwa ayat yang kedua yaitu Surat An-Nisa ayat 16 menghapus (nasikh) ayat sebelumnya yaitu Surat An-nisa ayat 15, mereka beranggapan bahwa ayat 16 itu adalah kaum laki-laki dan kaum wanita yang berzina. Adapun pendapat yang disepakati adalah kedua ayat tersebut di atas telah terhapus (mansukh) karena sesuai keterangan di atas bahwa hukuman tersebut hanya berlaku pada awal zaman Islam. Untuk hukuman cambuk para ulama fiqih sepakat untuk dilaksanakan, sedangkan untuk hukuman buang adalah hak ulul amri (pemerintah). Adapun hukuman rajam menurut Fathi Bahansi adalah sanksi bersifat 4 M. Nurul Irfan & Masyrofah, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2013), hlm 20
  • 5. siyasah syah‟siyah. Jadi diserahkan kepada kebijaksanaan Pemerintah untuk menerapkannya atau tidak tergantung kepada kemaslahatan. Sedangkan menurut Imam Malik, Imam Syafi‟I dan Imam Ahmad wajib dilaksanakan keduanya. Imam Malik berpendapat bahwa yang dibuang hanya laki-laki saja, sedangkan wanitanya tidak boleh dibuang, karena wanita tidak boleh pergi sendirian tanpa ditemani oleh mahramnya. Sedangkan Imam Syafi‟I, Imam Ahmad dan Imam Azh-Zhahiri berpendapat hukuman buang setahun itu dikenakan kepada keduanya (yaitu oleh pelaku laki-laki dan perempuan). Disamping itu, para ulama fiqih berbeda pendapat tentang pengertian At-Taghrib. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, taghrib itu maksudnya dipenjarakan, sedangkan menurut Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad taghrib itu ialah dibuang kesuatu tempat lain dengan tetap diawasi. Hukuman bagi tsayyib (orang yang sudah menikah) adalah rajam artinya hukuman mati dengan dilempari batu, meskipun ada segolongan Azariqoh dari Khawarij berpendapat bahwa hukuman tsayyib adalah seratus kali cambuk, karena menurut mereka hadis ini tidak sampai ketingkat mutawatir. Disamping itu, para ulama berbeda pendapat apakah hukuman bagi tsayyib itu dicambuk seratus kali lalu dirajam ataukah hanya dirajam saja. Ada yang menggabungkan kedua hukuman tersebut dengan alasan bahwa cambuk itu adalah hukuman pokok, sedangkan dibuang setahun bagi bikr(perjaka/perawan) dan dirajam bagi tsayyib itu merupakan hukuman tambahan. Dengan demikian, melihat dari berbagai sumber baik itu al-Qur'an maupun al-Hadits, ada beberapa hukuman yang didapat oleh pelaku zina, terlepas ia seorang yang sudah menikah dan melakukan persetubuhan dengan orang lain ataupun orang yang belum menikah dan melakukan persetubuhan dalam hukum Islam, yaitu:5 1. Hukuman tahanan rumah Hukuman ini tentu hanya berlaku di awal zaman Islam sesuai yang penulis jelaskan di atas merujuk dalil al-Qur'an surat an-Nisa ayat 15 dan 16, namun hukuman ini sudah di nasakh atau sudah dihapus dan diganti dengan hukuman lain yang merujuk pada dalil al-Qur‟an surat anNur ayat 2. Hukuman tersebut bukan hanya di tahan didalam rumah, bahkan penghinaan , caci maki sampai berkata kasar sampai ia mati. 2. Hukuman cambuk dan pengasingan Hukuman cambuk dan hukuman pengasingan adalah hukuman bagi pelaku zina ghoiru mukhson yaitu pezina yang belum menikah. Hukuman ini jelas terdapat dalam al-Qur'an maupun al-Hadits yaitu di cambuk sebanyak seratus kali cambukan sesuai dalam surat AnNur ayat 2.Dalam surat An-Nur ayat 2 bukan hanya menyebutkan tentang jumlah cambukan sampai seratus kali namun juga tentang larangan untuk berbelas kasih kepada pelaku zina. Selain itu, proses eksekusi hukumanpun hendaknya di saksikan oleh kaum muslimin dengan tujuan agar menimbulkan efek jera dan dapat dijadikan pelajaran berharga bagi yang lainnya. sanksi bagi pelaku zina ghoiru muhson adalah dicambuk seratus kali dan diasingkan. Adapun tentang masalah waktu pelaksaannya para ulama fiqih berbeda pendapat tentang apakah sanksi jarimah zina ini 5 Syaikh Abu Abdullah Muhammad, Kitab Shahih Bukhari, (Jakarta: PT. Gramedia Putaka, 2019) h. 6831.
  • 6. dengan cambukan seratus kali dan pengasingan selama satu tahun harus diberlakukan secara bersamaan atau tidak. Masalah ini tertulis dalam buku Fiqh Jinayah yang dijelaskan oleh AlJaziri yaitu: a. Mazhab Maliki Mazhab Maliki berpendapat bahwa seorang laki-laki yang masih perjaka dan merdeka yang melakukan zina harus dikenakan sanksi pengasingan setelah dicambuk sebanyak seratus kali. Pengasingan tersebut harus dilakukan selama satu tahun lamanya serta ditempatkan ditempat yang jauh dari tanah kelahirannya yaitu minimal seperti jarak perjalanan dibolehkannya sholat qoshor. Hal ini dimaksudkan sebagai celaan dan hinaan bagi pelaku yang melakukan perbuatan zina dan menjauhkannya dari tempat berlangsungnya perzinaan. Jika pelaku masih berdiam ditempat semula, ia akan menjadi bahan celaan dan hinaan, bahkan masyarakat yang sedang di masjid atau perkumpulan lain akan mudah membicarakan bahkan mencerca dan mendapatkan dosa akibat pergunjingan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, pengasingan menjadi lebih baik bagi si pezina dan masyarakat sekitar. Pendapat seperti ini juga didukung oleh Al-Auza'i. Adapun bagi gadis yang telah melakukan zina, sanksi pengasingan tidak berlaku. Sebab jika seorang gadis dihukum dengan pengasingan dikhawatirkan akan menyebabkan munculnya fitnah. Di samping itu, syariat Islam juga melarang perempuan untuk bepergian sendirian tanpa mahram. Oleh karena itu, gadis pezina harus menjauhkan diri dari khalayak ramai dan tetap tinggal di rumah. b. Mazhab Syafi'I dan Hambali Kedua mazhab ini berpendapat bahwa pelaku zina ghoiru muhson yang kedua-duanya berstatus merdeka dan dewasa, diberlakukan sanksi cambuk seratus kali dan diasingkan ketempat yang jauh. Dengan demikian, mereka merasakan betapa sengsaranya jauh dari keluarga dan tanah air akibat zina yang telah mereka lakukan. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku zina ghairu muhsan yang berupa cambuk seratus kali dan pengasingan tidak dapat dicampur adukan. Sebab, hukuman pengasingan tidak ada dalilnya dalam Al-Qur'an karena tidak disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2. Kalau hukuman pengasingan juga diberlakukan, berarti mengadakan penambahan terhadap nash. Adapun sanksi pengasingan hanya ditetapkan dalam hadist tersebut tidak dapat menyempurnakan konsep hukuman bagi pelaku zina ghairu muhsan.
  • 7. Daftar pustaka Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandar Lampung; CV Sinar Baru, 1986 Aini Aryani, Lc, Halal-haram Menikahi Wanita Berzina dan Hamil, Rumah Fiqih Indonesia,Jakarta;2019 M. Nurul Irfan & Masyrofah, Fiqh Jinayah Jakarta: Amzah, 2013 Syaikh Abu Abdullah Muhammad, Kitab Shahih Bukhari, Jakarta: PT. Gramedia Putaka, 2019