SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian zina
Zina (bahasa Arab : ‫ا‬ ‫زن‬ ‫,ال‬ bahasa Ibrani : ‫ףואינ‬ – zanah ) adalah perbuatan bersanggama
antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan).
Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi
segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk
dikategorikan zina.
Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian
istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang
satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan
Dalam setiap agama, perzinahan merupakan sesuatu yang paling dibenci
dan dilarang. Konteksnya pada agama Islam, hal tersebut dapat dibuktikan pada
surat – surat Al qur’an tentang perzinahan atau melakukan hubungan seksual
diluar nikah diantaranya adalah:
1. Surat Yusuf ayat 24
“ Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud ( melakukan perbuatan itu )
dengan Yusuf, dan yusuf pun bermaksud (melakukan pula ) dengan wanita
itu andai kata dia tidak melihat tanda ( dari ) Tuhannya. Demikanlah, agar
kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan Kekejian.”
1. Surat An Nur ayat 2 :
“ Perempuan yang berzina dan laki – laki yang berzina, maka deralah tiap – tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk ( menjalankan ) agama Allah.” Selain itu pula, Allah SWT mengajarkan agar menjaga
“kemaluan “. Kemaluan dalam dan arti luas, termasuk dalam arti “kemaluan” adalah organ
sex
1. Surat Al Ma’aarif ayat 29
“ Dan orang – orang yang memelihara kemaluannya.” (criteria orang – orang yang dianjurkan
oleh Allah SWT). Demikan halnya atas larangan Al Qur’an mengenai homoseksualitas
1. Surat A’raf ayat 81 :
“ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka ),
bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kamu yang melampaui batas.”
1. Surat An Naml ayat 58
“ Dan kami turunkan atas mereka ( hujan batu), maka amat beratkah hujan yang ditimpakan
atas orang – orang yang diberi peringatan itu.” Jelaslah secara yuridis bahwa pandangan
Islam, terang – terangan mengutuk perbuatan zinah, berhubungan sex diluar perkawinan dan
homo seksual.
Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan besar
dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebab-sebab dominan yang
mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit yang sangat
berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain. Mendorong orang untuk terus menerus hidup
membujang serta praktek hidup bersama tanpa nikah.
Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam,
aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dengan
lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran,
dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang
oleh Allah.
1. Macam – macam zina menurut pandangan islam
Sebuah hadits Dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah saw telah bersabda yang artinya:
“Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu
(bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat
kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas
dan Abu Hurairah).
dan
“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua
mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan
zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati
yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya.” (HR Bukhari).
Adapun macam-macam zina yang akan kita pelajari, diantara :
1. Zina al-lamam
 Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang.
Di dalam Islam ada jenis maksiat yang disebut dengan ‘zina mata’ (lahadhat atau zina ain).
Lahadhat itu, pandangan kepada hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat bukan hanya
sekadar memandang, tetapi diikuti dengan pandangan selanjutnya. Pandangan mata adalah
sumber itijah (orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu syahwat. Seseorang yang
menjaga pandangan berarti ia menjaga kemaluan. Barangsiapa yang mengumbar
pandangannya, maka manusia itu akan masuk kepada hal-hal yang membinasakannya.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali :
“Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan selanjutnya. Milik
kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua bukan”.
Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda
“Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa yang
menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka Allah
akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat”
Yang tergolong “zina mata” (berzina dengan mata) adalah melihat dengan syahwat.
Misalnya: memandangi foto porno, mengintip cewek mandi, dsb.
 Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan
perasaan senag kepadanya.
“Zina hati” adalah “mengharap-harap kesempatan untuk berzina” atau “memelihara hasrat
untuk berzina”. Dari kata-kata ukhti, saya tidak melihat adanya zina hati pada diri ukhti.
Ataukah ukhti mengira bahwa “kecondongan hati” terhadap si dia merupakan “zina hati”?
Ketahuilah bahwa kecondongan hati itu merupakan rasa cinta, sedangkan rasa cinta itu halal
dan bukan tergolong “zina hati”.
Dengan demikian pula, merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika
memikirkan si dia bukanlah tergolong “zina hati”. Pengertian “zina hati” (berzina dalam hati)
adalah mengharap dan menginginkan pemenuhan nafsu birahi. Contohnya: berpikiran
mesum, “Kapan-kapan aku akan ke tempat kostnya saat sepi tiada orang lain. Siapa tahu dia
mau kuajak ‘begituan’.”
 Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang
kepadanya
Selain itu, menyampaikan kata-kata mesra kepada sang pacar bukanlah tergolong zina
lisan.Yang tergolong “zina lisan” adalah yang disertai dengan nafsu birahi. Contohnya:
ucapan mesum kepada pacar, “Aku ingin sekali meletakkan mulutku ke mulutmu berpagutan
dalam ciuman.”
 Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tuuh lawan jenis dengan perasaan senag
kepadanya
Tangan dianggap telah melakukan zina dengan melakukan perbuatan yang tidak baik,
melakukan masturbasi atau onani untuk memperoleh kepuasan seksual dll. Jadi kalau ditilik
dari kaca mata tasawuf, maka masturbasi atau onani dikategorikan sebagai bentuk zina
tangan.
Sementara itu, orang yang telah melakukan masturbasi atau onani, apabila sampai
mengeluarkan sperma, maka baginya berlaku hukum mandi besar (junub). Hal itu
berdasarkan hadis Nabi saw yang mengatakan ”Air (mandi itu wajib) dari (keluarnya) air
(sperma). (HR Muslim). Apabila tidak sampai keluar sperma, maka tidak wajib mandi besar.
Untuk itu Nabi saw dalam salah satu hadisnya menganjurkan ”Wahai para pemuda, barang
siapa yang sudah sanggup kawin, maka kawinlah, karena hal itu (kawin) akan menjaga
pandangan dan melindungi (kehormatan) kemaluan, dan jika tidak mampu, maka hendaklah
ia berpuasa, karena hal itu (puasa) akan mengekang hawa nafsu.” (HR Bukhari).
b. Zina Luar Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)
 zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri,
hukumannya adalah dirajam sampai mati.
 Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri,
hukumannya adalah didera sebanyak 100X dengan menggunakan rotan.
Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang berakibat akan mendapatkan sangsi
yang berat bagi pelaku, oleh karena itu untuk menentukan bahwa seseorang telah
berbuat zina dapat dilakukan dengan 4 cara sbagaimana telah digariskan oleh
rasulullah saw, yaitu : ada 4 orang saksi yang adil, laki-laki, memberikan yang sama
mengenai: tempat, waktu, pelaku, dan cara melakukannya.
Pengakuan dari pelaku dengan syarat pelaku sudah baligh dan berakal. Menurut imam
syafi’i dan imam malik pengakuan cukup diucapkan oleh pelaku satu kali, namun
menurut imam abu hanifah dan imam ahmad pengakuan harus diulang-ulang sampai
empat kali, setelah itu baru dijatuhi hukuman.
1. Hukuman yang didapat untuk para pezina
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan ghayru
muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah (menikah).
Sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak
memiliki pasangan sah.
Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam,
hubungan seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dengan lelaki/perempuan yang
bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua
orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.
Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al Israa’ 17:32,
Al A’raaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan dikenakan hukum rajam.
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
* Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa,
tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin
Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh
Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.
* Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian
diasingkan selama setahun.
Sebagai konsekuensi atau larangan zina allah berfirman dalam surah an-Nurr (24) ayat 4 dan
5 sebagai berikut:
Artinya: orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka
tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang fasik. Kecuali orang-orang yang berdaulat sesudah itu dan
mmemperbaiki (dirinya) maka sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Dalam kitabnya Abdul Qodir Audah dijelaskan:
‫ا‬ ‫إذازن‬ ‫سواء‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ان‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫رج‬ ‫اوامرأة‬ ‫قوب‬ ‫ع‬ ‫ين‬ ‫ت‬ ‫قوب‬ ‫ع‬ ‫:ب‬ ‫:اوالهما‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ال‬
‫ية‬ ‫ثان‬ ‫وال‬ ‫تغرب‬ ‫]4[.ال‬ ‫قول‬ ‫ل‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫:م.ص‬ ‫خذوا‬ ‫نى‬ ‫ع‬ ‫قد‬ ‫ف‬ ‫جعل‬ ‫هللا‬ ‫هن‬ ‫ل‬
‫ال‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ة‬ ‫مائ‬ ‫ب‬ ‫غري‬ ‫وت‬ ‫عام‬ (‫رواه‬ ‫لم‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫وداود‬ ‫واب‬
‫ترمذى‬ ‫)وال‬
{ ‫ا‬َ‫ة‬‫ز‬‫ي‬‫ا‬‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬‫ز‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ا‬‫ا‬‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ال‬‫ز‬‫و‬ ‫ا‬‫ي‬‫ل‬َ‫اك‬َ‫و‬َ‫د‬‫ا‬‫ل‬ َ‫اج‬‫ز‬‫ف‬ ‫ا‬َ‫د‬‫ا‬ِ‫ا‬‫ز‬‫و‬ ‫ا‬‫ز‬‫م‬ َ‫ه‬َ‫ن‬‫ا‬‫م‬ ‫ا‬ِ‫ة‬‫ز‬‫ة‬‫ا‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ة‬‫ز‬‫د‬َ‫ل‬‫ز‬‫}ج‬ ‫ه‬ ‫قوب‬ ‫وع‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫د‬‫د‬ِ ‫اى‬ ‫ة‬ ‫قوب‬ ‫ع‬
‫قدرة‬ ‫,م‬ ‫يس‬ ‫ل‬ ‫ضى‬ ‫قا‬ ‫ل‬ ‫أن‬ ‫قص‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫نها‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫َي‬ ‫اوي‬ ‫يها‬ ‫ف‬ ‫بب‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫من‬
‫باب‬ ‫س‬ ‫.األ‬
‫ى‬ ‫ثان‬ ‫:وال‬ ‫ب‬ ‫تغري‬ ‫ال‬ ‫إذا‬ ‫ا‬ ‫زن‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ة‬ ‫مائ‬ ‫ا‬ ‫وغرب‬ ‫]5[.عاما‬
‫ب‬ ‫غري‬‫ت‬ ‫ال‬ ‫و‬‫ه‬ ‫ة‬ ‫قوب‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ية‬ ‫ثان‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫لَان‬ ‫,ل‬ ‫ب‬ ‫تغري‬ ‫ال‬ ‫ند‬ ‫ع‬ ‫افعى‬ ‫د‬‫الس‬ ‫وأِمد‬ ‫أن‬
‫ب‬ ‫غري‬‫ت‬ ‫ال‬ ‫ناه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫فا‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫من‬ ‫لد‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ذى‬ ‫ال‬ ‫ِدث‬ ‫يه‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫َن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫إل‬ ‫لد‬ ‫ب‬ ‫,اخر‬ ‫امام‬
‫لك‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫فة‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ِ‫و‬ ‫اب‬ ‫أن‬ ‫ب‬ ‫تغري‬ ‫ال‬ ‫ناه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫بس‬ ‫ح‬ ‫.ال‬
Jadi ketika perempuan atau laki-laki berbuat zina maka dihukum dengan hukuman, yang
pertama yaitu jilid, dan kedua adalah pengasingan.
Pertama, yaitu hukuman jilid, ketika gadis/perawan berzina maka dihukum jilid 100 kali
jilidan berdasarkan surat an-Nur ayat 2.
Hukuman jilid adalah dihad, yaitu hukuman yang ditetapkan, dan tidak boleh bagi hakim
(qodli) mengurangi atau menambahnya karena beberapa sebab.
Kedua, yaitu pengasingan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, menurut Imam Syafii
dan Imam Ahmad adalah pengasingan dari daerah yang dijadikan untuk zina ke daerah lain.
Sedangkan menurut Imam Malik dan Abu Hanifah tahgrib adalah menahan.
1. Syarat-syarat pezina mendapatkan hukuman
Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan
syaarat-syarat sebagai berikut:
1 Orang yang berzina itu berakal/waras.
2.Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh).
3.Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri.
4.Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan.
Jadi hukuman tidak dapat dijatuhkan dan dilaksanakan terhadap anak kecil, orang gila dan
orang yang dipaksa untuk melakukan zina.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi saw, sebagai berikut:
‫ع‬ ‫رف‬ ‫لم‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫عن‬ ‫الث‬ ‫:ث‬ ‫عن‬ ‫م‬ ‫نان‬ ‫ال‬ ‫تى‬ ‫ح‬ ‫قظ‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫وعن‬ ‫يى‬ ‫ب‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫حت‬ ‫لم‬ ‫ت‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫عن‬
‫نون‬ ‫مج‬ ‫ال‬ ‫بى‬ ‫ح‬ ‫قل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ (‫رواه‬ ‫)احمد‬
Artinya: “Tidaklah dicatat dari tiga hal: orang yang tidur hingga ia bangun, dari anak-anak
hingga dia baligh, dan dari orang gila hingga dia waras.”
1. Solusi dalam permasalahan moral (zina)
Islam adalah agama fitrah yang mengakui keberadaan naluri seksual. Di dalam Islam,
pernikahan merupakan bentuk penyaluran naluri seks yang dapat membentengi seorang
muslim dari jurang kenistaan. Maka, dalam masalah ini nikah adalah solusi jitu yang
ditawarkan oleh Rasulullah saw sejak 14 abad yang lampau bagi gadis/perjaka.
Selain itu, penerapan syariat Islam merupakan solusi terhadap berbagai problematika moral
ini dan penyakit sosial lainnya. Karena seandainya syariat ini diterapkan secara kaffah
(menyeluruh dalam segala aspek kehidupan manusia) dan sungguh-sungguh, maka sudah
dapat dipastikan tingkat maksiat khalwat, zina, pemerkosaan dan kriminal lainnya akan
berkurang drastic.
Orang tua pun sangat berperan dalam pembentukan moral anaknya dengan memberi
pemahaman dan pendidikan islami terhadap mereka. Orang tua hendaknya menutup peluang
dan ruang gerak untuk maksiat ini dengan menyuruh anak gadisnya untuk berpakaian syar’i
(tidak ketat, tipis, nampak aurat dan menyerupai lawan jenis). Memberi pemahaman akan
bahaya pacaran dan pergaulan bebas. Dalam konteks kehidupan masyarakat, tokoh
masyarakat dapat memberikan sanksi tegas terhadap pelaku zina sebagai preventif
(pencegahan). Jangan terlalu cepat menempuh jalur damai “nikah”, sebelum ada sanksi
secara adat, seperti menggiring pelaku zina ke seluruh kampung untuk dipertontonkan dan
sebagainya. Selain itu, majelis ta’lim dan ceramah pula sangat berperan dalam mendidik
moral masyarakat dan membimbing mereka.
Begitu pula sekolah, dayah dan kampus sebagai tempat pendidikan secara formal dan
informal mempunyai peran dalam pembentukan moral pelajar/mahasiwa. Dengan diajarkan
mata pelajaran Tauhid, Al-Quran, Hadits dan Akhlak secara komprehensif dan
berkesinambungan, maka para pelajar/mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi seorang
muslim yang cerdas intelektualnya, namun juga cerdas moralnya (akhlaknya).
Peran Pemerintah dalam amal ma’ruf nahi munkar mesti dilakukan. Pemerintah diharapkan
mengawasi dan menertibkan warnet-warnet, salon-salon, kafe-kafe dan pasangan non-
muhrim yang berboncengan. Karena, bisa memberi celah dan ruang untuk maksiat ini. Mesti
ada tindak pemblokiran situs-situs porno sebagaimana yang diterapkan di Negara Islam
lainnya seperti Arab Saudi, Iran, Malaysia dan sebagainya.
1. Pengaruh zina terhadap kejiwaan
Keterkaitan antara aspek psikis pelaku perzinahan adalah factor yang saling mendukung dan
saling mempengaruhi otak untuk melakukan perbuatan. Berikut adalah deskripsi kejiwaan
pelaku perzinahan :
1. Psikis “ Hewani” mendominasi
Maksudnya adalah kejiwaan manusia pelaku sudah tidak manusiawi lagi. Kondisi yang ada
ketika melakukan perzinahan baik bagi hetero seksual maupun homo seksual, adalah psikis
hewani yang mementingkan pemuas nafsu birahi belaka. Sedangkan manusia, adalah
makhluk yang beradab dengan dilengkapi naluri manusiawi dan akal yang (seharusnya )
sehat.
1. Psikis yang adktif akan perzinahan.
Apabila seseorang melakukan perzinahan, secara statistic pasti akan mengulanginya lagi
(adiktif). Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penderita HIV / AIDS baik dalam skala
nasional maupun internasional. Sedangkan cara penularan virus HIV / AIDS yang paling
banyak dijumpai adalah dengan gonta ganti pasangan seksual (baik hetero seksual maupun
homoseksual). Cara penularan yang kedua adalah dengan penggunaan jarum suntik yang
tidak bersih secara klinis. Dengan demikian, akibat kejiwaan adiktif terhadap perzinahan
tersebut, mengakibatkan pada kesehatan fisik si pelaku zinah.
1. Psikis yang ekstra posesif
Hal ini terjadi pada umumnya, didominasi oleh gay/ lesbian. Contoh kasus yang tengah
menjadi sorotan public saat ini adalah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh
tersangka Ryan atau Very Idham Afriansyah. Setelah dilakukan uji psikologis oleh Tim
Dokter Polri, tersangka Ryan divonis menderita kelainan kejiwaan yang dalam bahasa Ilmu
psikologi disebut psikopat, yakni kondisi kejiwaan yang sangat labil dan tidak dapat
membedakan perbuatan yang baik atau buruk. Hal tersebut dapat terjadi pada setiap orang
yang salah satu pemicunya adalah sifat yang extra posesif ( rasa memiliki terhadap sesuatu
yang berlebihan ).
1. Larangan berbuat zina
Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus diberi hukuman
setimpal, karena mengingat akibat yang ditimbulkan sangat buruk. Hubungan bebas dan
segala bentuk diluar ketentuan agama adalah perbuatan yang membahayakan dan mengancam
keutuhan masyarakat dan merupakan perbuatan yang sangat nista. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan
yang keji dan merupakan jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’ :32).
Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan besar
dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebab-sebab dominan yang
mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit yang sangat
berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain. Mendorong orang untuk terus menerus hidup
membujang serta praktek hidup bersama tanpa nikah.
Dengan demikian, zina merupakan sebab utama dari pada kemelaratan, pemborosan,
pencabulan, dan pelacuran. Maka dari itu Islam menetapkan hukuman yang keras/berat
terhadap pelaku zina. Dengan kata lain, Islam menetapkan hukuman berdasarkan dan setelah
menimbang bahwa menghukum pelaku zina dengan hukuman yang lebih berat itu lebih adil
ketimbang membiarkan rusaknya masyarakat disebabkan merajalelanya perzinahan.
Hukuman yang dijatuhkan atas diri pezina memang mencelakakan dirinya, tetapi memberi
hukuman itu mengandung arti memelihara jiwa, mempertahankan kehormatan dan
melindungi keutuhan keluarga.
Hukuman zina tidak hanya menimpa pelakunya saja, tetapi juga berimbas kepada masyarakat
sekitarnya, karena murka Allah akan turun kepada kaum atau masyarakat yang membiarkan
perzinaan hingga mereka semua binasa, berdasarkan sabda Rasulullah saw:
“Jika zina dan riba telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan
diri mereka ditimpa azab Allah.” (HR. Al-Hakim).
Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda:
“Ummatku senantiasa ada dalam kebaikan selama tidak terdapat anak zina, namun jika
terdapat anak zina, maka Allah Swt akan menimpakan azab kepada mereka.” (H.R Ahmad).

More Related Content

What's hot

Munakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamMunakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamVonita Amelia
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahMarhamah Saleh
 
LGBT dalam Perbincangan Ulama Mazhab
LGBT dalam Perbincangan Ulama MazhabLGBT dalam Perbincangan Ulama Mazhab
LGBT dalam Perbincangan Ulama MazhabIdrus Abidin
 
Munakahat (pernikahan)
Munakahat (pernikahan)Munakahat (pernikahan)
Munakahat (pernikahan)Micing
 
PAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab MunakahatPAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab Munakahatpawzonfire
 
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahanFIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahanAhmad Haris Miftah
 
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharKonsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharikafia maulidia
 
Hukum Perdata : Kawin Kontrak
Hukum Perdata : Kawin KontrakHukum Perdata : Kawin Kontrak
Hukum Perdata : Kawin KontrakRizki Amalia
 
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum IslamPERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum IslamIAIN Tulungagung
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikahheckaathaya
 
Makalah pernikahan dan walimatul usry
Makalah pernikahan dan walimatul usryMakalah pernikahan dan walimatul usry
Makalah pernikahan dan walimatul usryikafia maulidia
 
Pernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam IslamPernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam IslamMey Sari
 

What's hot (19)

PPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 MazhabPPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 Mazhab
 
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamMunakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
 
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan MutahPresentasi Nikah Siri Dan Mutah
Presentasi Nikah Siri Dan Mutah
 
Materi nikah
Materi nikahMateri nikah
Materi nikah
 
Fiqih Nikah
Fiqih NikahFiqih Nikah
Fiqih Nikah
 
Fiqh Munakahat
Fiqh MunakahatFiqh Munakahat
Fiqh Munakahat
 
LGBT dalam Perbincangan Ulama Mazhab
LGBT dalam Perbincangan Ulama MazhabLGBT dalam Perbincangan Ulama Mazhab
LGBT dalam Perbincangan Ulama Mazhab
 
Munakahat (pernikahan)
Munakahat (pernikahan)Munakahat (pernikahan)
Munakahat (pernikahan)
 
PAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab MunakahatPAI XII Bab Munakahat
PAI XII Bab Munakahat
 
Fiqh munakahat
Fiqh munakahatFiqh munakahat
Fiqh munakahat
 
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahanFIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
FIQH MUNAKAHAT Materi 7 : Larangan dalam pernikahan
 
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, maharKonsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
Konsep kafa’ah, syarat dan rukun nikah, mahar
 
Saksi nikah
Saksi nikahSaksi nikah
Saksi nikah
 
Hukum Perdata : Kawin Kontrak
Hukum Perdata : Kawin KontrakHukum Perdata : Kawin Kontrak
Hukum Perdata : Kawin Kontrak
 
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum IslamPERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
PERNIKAHAN BERWALIKAN HAKIM Analisis Fikih Munakakhat dan Kompilasi Hukum Islam
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
 
Bab munakahat 12
Bab munakahat 12Bab munakahat 12
Bab munakahat 12
 
Makalah pernikahan dan walimatul usry
Makalah pernikahan dan walimatul usryMakalah pernikahan dan walimatul usry
Makalah pernikahan dan walimatul usry
 
Pernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam IslamPernikahan dalam Islam
Pernikahan dalam Islam
 

Similar to ZINA DALAM ISLAM

Presentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agamaPresentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agamaRina Sintia
 
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf
6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf
6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxsodre muhamad
 
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdfPPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdfMutiaHafiz
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islamVivi Narwastu
 
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA FajarNajmudin
 
BAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zina
BAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zinaBAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zina
BAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zinataufikur rohman
 
Adakah pacaran islami
Adakah pacaran islamiAdakah pacaran islami
Adakah pacaran islamitengkiu
 
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zinaPai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zinaLili Rohily
 
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zinaMenjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zinaRizky Maulana
 
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zinaMenjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zinaRizky Maulana
 
Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...
Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...
Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...Rizky Maulana
 

Similar to ZINA DALAM ISLAM (20)

Presentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agamaPresentation1 tugas agama
Presentation1 tugas agama
 
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
 
6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf
6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf
6. Mohammad Zamroni_33020210035.pdf
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docx
 
Perkahwinan islam
Perkahwinan islamPerkahwinan islam
Perkahwinan islam
 
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
 
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdfPPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
PPT_Jauhi pergaulan bebas dan Hindari Zina Kelompok 2.pdf
 
pacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islampacaran menurut pandangan islam
pacaran menurut pandangan islam
 
Materi zina
Materi zinaMateri zina
Materi zina
 
Artikel zina
Artikel zinaArtikel zina
Artikel zina
 
Jauhi Zina
Jauhi ZinaJauhi Zina
Jauhi Zina
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
BAB ZINA PER HUKUM PIDANA
 
Zina Kelas X
Zina Kelas X Zina Kelas X
Zina Kelas X
 
BAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zina
BAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zinaBAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zina
BAB 11 menjaga kehormatan manusia dengan menjauhi zina
 
Adakah pacaran islami
Adakah pacaran islamiAdakah pacaran islami
Adakah pacaran islami
 
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zinaPai smk kelas 10   smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
Pai smk kelas 10 smt 2 - p4 larangan pergaulan bebas dan zina
 
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zinaMenjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
 
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zinaMenjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
Menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan zina
 
Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...
Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...
Kliping tentang menjaga martabat manusia dengan menjauhi pergaulan bebas dan ...
 

ZINA DALAM ISLAM

  • 1. BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian zina Zina (bahasa Arab : ‫ا‬ ‫زن‬ ‫,ال‬ bahasa Ibrani : ‫ףואינ‬ – zanah ) adalah perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan zina. Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan Dalam setiap agama, perzinahan merupakan sesuatu yang paling dibenci dan dilarang. Konteksnya pada agama Islam, hal tersebut dapat dibuktikan pada surat – surat Al qur’an tentang perzinahan atau melakukan hubungan seksual diluar nikah diantaranya adalah: 1. Surat Yusuf ayat 24 “ Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud ( melakukan perbuatan itu ) dengan Yusuf, dan yusuf pun bermaksud (melakukan pula ) dengan wanita itu andai kata dia tidak melihat tanda ( dari ) Tuhannya. Demikanlah, agar kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan Kekejian.” 1. Surat An Nur ayat 2 : “ Perempuan yang berzina dan laki – laki yang berzina, maka deralah tiap – tiap seorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk ( menjalankan ) agama Allah.” Selain itu pula, Allah SWT mengajarkan agar menjaga “kemaluan “. Kemaluan dalam dan arti luas, termasuk dalam arti “kemaluan” adalah organ sex
  • 2. 1. Surat Al Ma’aarif ayat 29 “ Dan orang – orang yang memelihara kemaluannya.” (criteria orang – orang yang dianjurkan oleh Allah SWT). Demikan halnya atas larangan Al Qur’an mengenai homoseksualitas 1. Surat A’raf ayat 81 : “ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka ), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kamu yang melampaui batas.” 1. Surat An Naml ayat 58 “ Dan kami turunkan atas mereka ( hujan batu), maka amat beratkah hujan yang ditimpakan atas orang – orang yang diberi peringatan itu.” Jelaslah secara yuridis bahwa pandangan Islam, terang – terangan mengutuk perbuatan zinah, berhubungan sex diluar perkawinan dan homo seksual. Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain. Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek hidup bersama tanpa nikah. Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam, aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah. 1. Macam – macam zina menurut pandangan islam Sebuah hadits Dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah saw telah bersabda yang artinya: “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah). dan “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari). Adapun macam-macam zina yang akan kita pelajari, diantara :
  • 3. 1. Zina al-lamam  Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang. Di dalam Islam ada jenis maksiat yang disebut dengan ‘zina mata’ (lahadhat atau zina ain). Lahadhat itu, pandangan kepada hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat bukan hanya sekadar memandang, tetapi diikuti dengan pandangan selanjutnya. Pandangan mata adalah sumber itijah (orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu syahwat. Seseorang yang menjaga pandangan berarti ia menjaga kemaluan. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka manusia itu akan masuk kepada hal-hal yang membinasakannya. Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali : “Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua bukan”. Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda “Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat” Yang tergolong “zina mata” (berzina dengan mata) adalah melihat dengan syahwat. Misalnya: memandangi foto porno, mengintip cewek mandi, dsb.  Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan perasaan senag kepadanya. “Zina hati” adalah “mengharap-harap kesempatan untuk berzina” atau “memelihara hasrat untuk berzina”. Dari kata-kata ukhti, saya tidak melihat adanya zina hati pada diri ukhti. Ataukah ukhti mengira bahwa “kecondongan hati” terhadap si dia merupakan “zina hati”? Ketahuilah bahwa kecondongan hati itu merupakan rasa cinta, sedangkan rasa cinta itu halal dan bukan tergolong “zina hati”. Dengan demikian pula, merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika memikirkan si dia bukanlah tergolong “zina hati”. Pengertian “zina hati” (berzina dalam hati) adalah mengharap dan menginginkan pemenuhan nafsu birahi. Contohnya: berpikiran mesum, “Kapan-kapan aku akan ke tempat kostnya saat sepi tiada orang lain. Siapa tahu dia mau kuajak ‘begituan’.”  Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya Selain itu, menyampaikan kata-kata mesra kepada sang pacar bukanlah tergolong zina lisan.Yang tergolong “zina lisan” adalah yang disertai dengan nafsu birahi. Contohnya: ucapan mesum kepada pacar, “Aku ingin sekali meletakkan mulutku ke mulutmu berpagutan dalam ciuman.”  Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tuuh lawan jenis dengan perasaan senag kepadanya
  • 4. Tangan dianggap telah melakukan zina dengan melakukan perbuatan yang tidak baik, melakukan masturbasi atau onani untuk memperoleh kepuasan seksual dll. Jadi kalau ditilik dari kaca mata tasawuf, maka masturbasi atau onani dikategorikan sebagai bentuk zina tangan. Sementara itu, orang yang telah melakukan masturbasi atau onani, apabila sampai mengeluarkan sperma, maka baginya berlaku hukum mandi besar (junub). Hal itu berdasarkan hadis Nabi saw yang mengatakan ”Air (mandi itu wajib) dari (keluarnya) air (sperma). (HR Muslim). Apabila tidak sampai keluar sperma, maka tidak wajib mandi besar. Untuk itu Nabi saw dalam salah satu hadisnya menganjurkan ”Wahai para pemuda, barang siapa yang sudah sanggup kawin, maka kawinlah, karena hal itu (kawin) akan menjaga pandangan dan melindungi (kehormatan) kemaluan, dan jika tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena hal itu (puasa) akan mengekang hawa nafsu.” (HR Bukhari). b. Zina Luar Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)  zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri, hukumannya adalah dirajam sampai mati.  Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri, hukumannya adalah didera sebanyak 100X dengan menggunakan rotan. Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang berakibat akan mendapatkan sangsi yang berat bagi pelaku, oleh karena itu untuk menentukan bahwa seseorang telah berbuat zina dapat dilakukan dengan 4 cara sbagaimana telah digariskan oleh rasulullah saw, yaitu : ada 4 orang saksi yang adil, laki-laki, memberikan yang sama mengenai: tempat, waktu, pelaku, dan cara melakukannya. Pengakuan dari pelaku dengan syarat pelaku sudah baligh dan berakal. Menurut imam syafi’i dan imam malik pengakuan cukup diucapkan oleh pelaku satu kali, namun menurut imam abu hanifah dan imam ahmad pengakuan harus diulang-ulang sampai empat kali, setelah itu baru dijatuhi hukuman. 1. Hukuman yang didapat untuk para pezina Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah (menikah). Sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah. Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam, hubungan seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah. Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al Israa’ 17:32, Al A’raaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan dikenakan hukum rajam. Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut: * Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin
  • 5. Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab. * Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan selama setahun. Sebagai konsekuensi atau larangan zina allah berfirman dalam surah an-Nurr (24) ayat 4 dan 5 sebagai berikut: Artinya: orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang fasik. Kecuali orang-orang yang berdaulat sesudah itu dan mmemperbaiki (dirinya) maka sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang. Dalam kitabnya Abdul Qodir Audah dijelaskan: ‫ا‬ ‫إذازن‬ ‫سواء‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ان‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫رج‬ ‫اوامرأة‬ ‫قوب‬ ‫ع‬ ‫ين‬ ‫ت‬ ‫قوب‬ ‫ع‬ ‫:ب‬ ‫:اوالهما‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫ية‬ ‫ثان‬ ‫وال‬ ‫تغرب‬ ‫]4[.ال‬ ‫قول‬ ‫ل‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫:م.ص‬ ‫خذوا‬ ‫نى‬ ‫ع‬ ‫قد‬ ‫ف‬ ‫جعل‬ ‫هللا‬ ‫هن‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ة‬ ‫مائ‬ ‫ب‬ ‫غري‬ ‫وت‬ ‫عام‬ (‫رواه‬ ‫لم‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫وداود‬ ‫واب‬ ‫ترمذى‬ ‫)وال‬ { ‫ا‬َ‫ة‬‫ز‬‫ي‬‫ا‬‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ل‬‫ز‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ا‬‫ا‬‫ن‬‫ا‬‫ي‬َ‫ال‬‫ز‬‫و‬ ‫ا‬‫ي‬‫ل‬َ‫اك‬َ‫و‬َ‫د‬‫ا‬‫ل‬ َ‫اج‬‫ز‬‫ف‬ ‫ا‬َ‫د‬‫ا‬ِ‫ا‬‫ز‬‫و‬ ‫ا‬‫ز‬‫م‬ َ‫ه‬َ‫ن‬‫ا‬‫م‬ ‫ا‬ِ‫ة‬‫ز‬‫ة‬‫ا‬‫م‬ ‫ا‬َ‫ة‬‫ز‬‫د‬َ‫ل‬‫ز‬‫}ج‬ ‫ه‬ ‫قوب‬ ‫وع‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫د‬‫د‬ِ ‫اى‬ ‫ة‬ ‫قوب‬ ‫ع‬ ‫قدرة‬ ‫,م‬ ‫يس‬ ‫ل‬ ‫ضى‬ ‫قا‬ ‫ل‬ ‫أن‬ ‫قص‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫نها‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫َي‬ ‫اوي‬ ‫يها‬ ‫ف‬ ‫بب‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫من‬ ‫باب‬ ‫س‬ ‫.األ‬ ‫ى‬ ‫ثان‬ ‫:وال‬ ‫ب‬ ‫تغري‬ ‫ال‬ ‫إذا‬ ‫ا‬ ‫زن‬ ‫كر‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫لد‬ ‫ج‬ ‫ة‬ ‫مائ‬ ‫ا‬ ‫وغرب‬ ‫]5[.عاما‬ ‫ب‬ ‫غري‬‫ت‬ ‫ال‬ ‫و‬‫ه‬ ‫ة‬ ‫قوب‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ية‬ ‫ثان‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫لَان‬ ‫,ل‬ ‫ب‬ ‫تغري‬ ‫ال‬ ‫ند‬ ‫ع‬ ‫افعى‬ ‫د‬‫الس‬ ‫وأِمد‬ ‫أن‬ ‫ب‬ ‫غري‬‫ت‬ ‫ال‬ ‫ناه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫فا‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫من‬ ‫لد‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ذى‬ ‫ال‬ ‫ِدث‬ ‫يه‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫َن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫إل‬ ‫لد‬ ‫ب‬ ‫,اخر‬ ‫امام‬ ‫لك‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫فة‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ِ‫و‬ ‫اب‬ ‫أن‬ ‫ب‬ ‫تغري‬ ‫ال‬ ‫ناه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫بس‬ ‫ح‬ ‫.ال‬ Jadi ketika perempuan atau laki-laki berbuat zina maka dihukum dengan hukuman, yang pertama yaitu jilid, dan kedua adalah pengasingan. Pertama, yaitu hukuman jilid, ketika gadis/perawan berzina maka dihukum jilid 100 kali jilidan berdasarkan surat an-Nur ayat 2. Hukuman jilid adalah dihad, yaitu hukuman yang ditetapkan, dan tidak boleh bagi hakim (qodli) mengurangi atau menambahnya karena beberapa sebab. Kedua, yaitu pengasingan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad adalah pengasingan dari daerah yang dijadikan untuk zina ke daerah lain. Sedangkan menurut Imam Malik dan Abu Hanifah tahgrib adalah menahan. 1. Syarat-syarat pezina mendapatkan hukuman Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan syaarat-syarat sebagai berikut:
  • 6. 1 Orang yang berzina itu berakal/waras. 2.Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh). 3.Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri. 4.Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan. Jadi hukuman tidak dapat dijatuhkan dan dilaksanakan terhadap anak kecil, orang gila dan orang yang dipaksa untuk melakukan zina. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi saw, sebagai berikut: ‫ع‬ ‫رف‬ ‫لم‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫عن‬ ‫الث‬ ‫:ث‬ ‫عن‬ ‫م‬ ‫نان‬ ‫ال‬ ‫تى‬ ‫ح‬ ‫قظ‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫وعن‬ ‫يى‬ ‫ب‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫حت‬ ‫لم‬ ‫ت‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫عن‬ ‫نون‬ ‫مج‬ ‫ال‬ ‫بى‬ ‫ح‬ ‫قل‬ ‫ع‬ ‫ي‬ (‫رواه‬ ‫)احمد‬ Artinya: “Tidaklah dicatat dari tiga hal: orang yang tidur hingga ia bangun, dari anak-anak hingga dia baligh, dan dari orang gila hingga dia waras.” 1. Solusi dalam permasalahan moral (zina) Islam adalah agama fitrah yang mengakui keberadaan naluri seksual. Di dalam Islam, pernikahan merupakan bentuk penyaluran naluri seks yang dapat membentengi seorang muslim dari jurang kenistaan. Maka, dalam masalah ini nikah adalah solusi jitu yang ditawarkan oleh Rasulullah saw sejak 14 abad yang lampau bagi gadis/perjaka. Selain itu, penerapan syariat Islam merupakan solusi terhadap berbagai problematika moral ini dan penyakit sosial lainnya. Karena seandainya syariat ini diterapkan secara kaffah (menyeluruh dalam segala aspek kehidupan manusia) dan sungguh-sungguh, maka sudah dapat dipastikan tingkat maksiat khalwat, zina, pemerkosaan dan kriminal lainnya akan berkurang drastic. Orang tua pun sangat berperan dalam pembentukan moral anaknya dengan memberi pemahaman dan pendidikan islami terhadap mereka. Orang tua hendaknya menutup peluang dan ruang gerak untuk maksiat ini dengan menyuruh anak gadisnya untuk berpakaian syar’i (tidak ketat, tipis, nampak aurat dan menyerupai lawan jenis). Memberi pemahaman akan bahaya pacaran dan pergaulan bebas. Dalam konteks kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat dapat memberikan sanksi tegas terhadap pelaku zina sebagai preventif (pencegahan). Jangan terlalu cepat menempuh jalur damai “nikah”, sebelum ada sanksi secara adat, seperti menggiring pelaku zina ke seluruh kampung untuk dipertontonkan dan sebagainya. Selain itu, majelis ta’lim dan ceramah pula sangat berperan dalam mendidik moral masyarakat dan membimbing mereka. Begitu pula sekolah, dayah dan kampus sebagai tempat pendidikan secara formal dan informal mempunyai peran dalam pembentukan moral pelajar/mahasiwa. Dengan diajarkan mata pelajaran Tauhid, Al-Quran, Hadits dan Akhlak secara komprehensif dan berkesinambungan, maka para pelajar/mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi seorang muslim yang cerdas intelektualnya, namun juga cerdas moralnya (akhlaknya).
  • 7. Peran Pemerintah dalam amal ma’ruf nahi munkar mesti dilakukan. Pemerintah diharapkan mengawasi dan menertibkan warnet-warnet, salon-salon, kafe-kafe dan pasangan non- muhrim yang berboncengan. Karena, bisa memberi celah dan ruang untuk maksiat ini. Mesti ada tindak pemblokiran situs-situs porno sebagaimana yang diterapkan di Negara Islam lainnya seperti Arab Saudi, Iran, Malaysia dan sebagainya. 1. Pengaruh zina terhadap kejiwaan Keterkaitan antara aspek psikis pelaku perzinahan adalah factor yang saling mendukung dan saling mempengaruhi otak untuk melakukan perbuatan. Berikut adalah deskripsi kejiwaan pelaku perzinahan : 1. Psikis “ Hewani” mendominasi Maksudnya adalah kejiwaan manusia pelaku sudah tidak manusiawi lagi. Kondisi yang ada ketika melakukan perzinahan baik bagi hetero seksual maupun homo seksual, adalah psikis hewani yang mementingkan pemuas nafsu birahi belaka. Sedangkan manusia, adalah makhluk yang beradab dengan dilengkapi naluri manusiawi dan akal yang (seharusnya ) sehat. 1. Psikis yang adktif akan perzinahan. Apabila seseorang melakukan perzinahan, secara statistic pasti akan mengulanginya lagi (adiktif). Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penderita HIV / AIDS baik dalam skala nasional maupun internasional. Sedangkan cara penularan virus HIV / AIDS yang paling banyak dijumpai adalah dengan gonta ganti pasangan seksual (baik hetero seksual maupun homoseksual). Cara penularan yang kedua adalah dengan penggunaan jarum suntik yang tidak bersih secara klinis. Dengan demikian, akibat kejiwaan adiktif terhadap perzinahan tersebut, mengakibatkan pada kesehatan fisik si pelaku zinah. 1. Psikis yang ekstra posesif Hal ini terjadi pada umumnya, didominasi oleh gay/ lesbian. Contoh kasus yang tengah menjadi sorotan public saat ini adalah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh tersangka Ryan atau Very Idham Afriansyah. Setelah dilakukan uji psikologis oleh Tim Dokter Polri, tersangka Ryan divonis menderita kelainan kejiwaan yang dalam bahasa Ilmu psikologi disebut psikopat, yakni kondisi kejiwaan yang sangat labil dan tidak dapat membedakan perbuatan yang baik atau buruk. Hal tersebut dapat terjadi pada setiap orang yang salah satu pemicunya adalah sifat yang extra posesif ( rasa memiliki terhadap sesuatu yang berlebihan ). 1. Larangan berbuat zina Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus diberi hukuman setimpal, karena mengingat akibat yang ditimbulkan sangat buruk. Hubungan bebas dan segala bentuk diluar ketentuan agama adalah perbuatan yang membahayakan dan mengancam keutuhan masyarakat dan merupakan perbuatan yang sangat nista. Allah SWT berfirman: Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan merupakan jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’ :32).
  • 8. Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah salah satu diantara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain. Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta praktek hidup bersama tanpa nikah. Dengan demikian, zina merupakan sebab utama dari pada kemelaratan, pemborosan, pencabulan, dan pelacuran. Maka dari itu Islam menetapkan hukuman yang keras/berat terhadap pelaku zina. Dengan kata lain, Islam menetapkan hukuman berdasarkan dan setelah menimbang bahwa menghukum pelaku zina dengan hukuman yang lebih berat itu lebih adil ketimbang membiarkan rusaknya masyarakat disebabkan merajalelanya perzinahan. Hukuman yang dijatuhkan atas diri pezina memang mencelakakan dirinya, tetapi memberi hukuman itu mengandung arti memelihara jiwa, mempertahankan kehormatan dan melindungi keutuhan keluarga. Hukuman zina tidak hanya menimpa pelakunya saja, tetapi juga berimbas kepada masyarakat sekitarnya, karena murka Allah akan turun kepada kaum atau masyarakat yang membiarkan perzinaan hingga mereka semua binasa, berdasarkan sabda Rasulullah saw: “Jika zina dan riba telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan diri mereka ditimpa azab Allah.” (HR. Al-Hakim). Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda: “Ummatku senantiasa ada dalam kebaikan selama tidak terdapat anak zina, namun jika terdapat anak zina, maka Allah Swt akan menimpakan azab kepada mereka.” (H.R Ahmad).