Dokumen tersebut membahas pendekatan pembelajaran saintifik yang merupakan kerangka ilmiah dalam kurikulum 2013. Pendekatan ini melibatkan peserta didik secara aktif dalam mengonstruksi konsep melalui tahapan mengamati, menanya, mengasosiasi, mencoba, dan mengkomunikasikan. Prinsipnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa dan memberi kesempatan untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep secara mandiri.
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
Modul (kb 4) saintifik
1. 1
`
STRATEGI PEMBELAJARAN |BAB 2
KEGIATAN | BELAJAR | 4 |
Pendekatan Pembelajaran Saintifik
PENDAHULUAN
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan
pada Kurikulum 2013. Proses pembelajaran ini dapat disamakan dengan suatu
proses ilmiah karena didalamnya terdapat tahapan-tahapan terutama dalam
kegiatan inti. Pendekatan saintifik dapat di sebut juga sebagai bentuk
pengembangan sikap baik spiritual maupun sosial, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan materi pelajaran. Dalam
pendekatan ini peserta didik tidak lagi dijadikan sebagai objek pembelajaran,
tetapi dijadikan subjek pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator saja. Guru tidak perlu menjelaskan semua tentang apa yang ada
dalam materi. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah untuk
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa, untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik, terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa
merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya hasil
belajar yang tinggi, untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ideide
khususnya dalam menulis artikel ilmiah dan untuk mengembangkan karakter
siswa.
2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah Mempelajari Pendekatan Pembelajaran Saintifik Mahasiswa Semester 6
Dapat Menerapkan Strategi Pembelajaran Inkuiri Dalam Proses Pembelajaran
Sub Capaian Pembelajaran
1. Menjelaskan Konsep Dasar Pendekatan
Pembelajaran Saintifik Menjelaskan Prinsip
Pendekatan Pembelajaran Saintifik
2. Menerapkan Langkah-Langkah
Pendekatan Pembelajaran Saintifik Pada
Proses Pembelajaran.
3. Menentukan Teknik Penilaian Pada
Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Pokok Materi
1. Konsep Dasar
Pembelajaran Saintifik
2. Prinsip Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran
Saintifik
3. Langkah-Langkah
Pendekatan Pembelajaran
Saintifik Pada Proses
Pembelajaran.
4. Teknik Penilaian Pada
Pendekatan Pembelajaran
Saintifik
KONSEP DASAR
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
Pendekatan pembelajaran saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu
pendekatan Pembelajaran saintifik adalah proses
3. 3
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa
berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
maelibatkan keterampilan proses, seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan,
dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses
tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan
guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin
tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar,
yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.
1) Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan. Ada empat hal poko berkaitan dengan
teori belajar Bruner. (Pertama, individu hanya
belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia
menggunakan pikirannya. Kedua, dengan
melakukan proses-proses kognitif dalam proses
penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan
kepuasan intelektual yang merupakan suatu
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara
agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik
dalam melakukan penemuan adalah ia memilik
kesempatan untuk melakukan penemuan.
Keempat, dengan melakukan penemuan maka
4. 4
akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal
diatas adalah bersesuaian dengan proses kognitif
yang diperluksn dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik.
2) Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan
dengan pembentukan dan perkembangan skema
(jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema
tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang
anak akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses kognitif yang
dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus
yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema
yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi
dapat berupa pembentukan skema baru yang
dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada
atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga
cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam
pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan
atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.
3) Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa
pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja
atau belajar menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu
berada dalam zone of proximal develoment daerah
terletak antara tingkat perkembangan anak saat
ini yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
5. 5
PRINSIP-PRINSIP
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
Ada beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
1) Pembelajaran berpusat pada siswa.
2) Pembelajaran membentuk students self concept.
3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip.
5) Pembelajarn mendorong terjadinya peningkatan
kemampuan berfikir siswa.
6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar
siswa dan motivasi mengajar guru.
7) Memberiakan kesempatan kepada siswa untuk
melatih kemampuan dalam komunikasi.
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum,
dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur
kognitifnya.
LANGKAH-LANGKAH
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
Adapun tahapan dari pendekatan scientific dalam pembelajaran yakni
mengamati (observing), menanya (questioning), mengasosiasi (associating),
mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan (networking).
Mengamati (observing): Metode mengamati mengutamakan
kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini
memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara
nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru
6. 6
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk
melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
Menanya (questioning). Guru perlu membimbing peserta didik untuk
dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil
pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan
dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu
mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan
sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin
tahu peserta didik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam
menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta
didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari
kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan
melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek/kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.
Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
7. 7
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasi (associating). Kegiatan “mengasosiasi/mengolah
informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan
satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Mencoba (experimenting). Dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
1) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum
2) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia
dan harus disediakan
3) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasilhasil eksperimen
sebelumnya
4) Melakukan dan mengamati percobaan
5) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan
data
6) Menarik simpulan atas hasil percobaan
7) Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
8. 8
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka
1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid
2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan
3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan
murid
5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan
eksperimen
6) Membagi kertas kerja kepada murid
7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya,
bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba
dilakukan melalui tiga tahap yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak
lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan
berikut ini:
a. Persiapan : Menentapkan tujuan eksperimen. Mempersiapkan alat
atau bahan. Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan
jumlah peserta didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini
guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran.
Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat
memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul.
Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan
dan tahapatahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk
hal-hal yang dilarang atau membahayakat.
b. Pelaksanaan: Selama proses eksperimen atau mencoba, guru
ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru
harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu
berhasil dengan baik. Selama proses eksperimen atau mencoba,
guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan,
termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-
masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c. Tindak lanjut: Peserta didik mengumpulkan laporan hasil
eksperimen kepada guru. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta
didik. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
9. 9
eksperimen. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-
masalah yang ditemukan selama eksperimen. Guru dan peserta
didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat
yang digunakan.
Mengkomunikasikan (networking): Pada pendekatan saintifik guru
diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan
“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar.
FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
KELEBIHAN: Pendekatan saintifik memiliki karakteristik yang dapat
memberikan kelebihan bagi proses pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran berpusat pada siswa
2) Pembelajaran membentuk konsep pengetahuan sendiri bagi siswa
3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme
4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir sisiwa.
6) Pembelajaran meningkatkan motivasi mengajar pendidik.
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi
8) Adanya proses validasi terhadap struktur kognitifnya.
10. 10
KELEMAHAN: Disamping memiliki keunggulan, pendekatan Saintifik juga
memiliki kelemahan, diantaranya:
1) Memerlukan waktu yang lama
2) Memerlukan perencanaan pembelajaran yang lebih teliti
3) Lebih cocok pada materi pembelajaran yang bersifat sains.
4) Dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan
lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan saintific
sehingga apabila guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran tidak
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5) Guru jarang menjelaskan materi pelajaran, karena guru banyak yang
beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu
menjelaskan materinya.
TEKNIK PENILAIAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
Teknik peniaian pada pendekatan pembelajaran saintifik adalah penilaian
autentik. Penilaian autentik memiliki relevansi terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013 yang mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik melalui 5 M.
Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasikan, dan
Mengomunikasikan. Penilaian autentik bertujuan untuk mengukur berbagai
keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia
nyata, Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu
kepada penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
“teman sejawat” oleh peserta didik dan jurnal, pengetahuan melalui tes tulis,
tes lisan, dan penugasan, keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek,, dan
penilaian portofolio.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Menurut Imam
11. 11
Ghozali (2017:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas
adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui
tes (berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun jejaring.
Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui
penilaian kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak
hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga
perubahan dalam melaksanakan penilaian. Paradigma lama, penilaian
pembelajaran lebih ditekankan pada hasil yang cenderung menilai
kemampuan aspek kognitif, dan kadang-kadang direduksi sedemikian rupa
melalui bentuk tes seperti pilihan ganda, benar atau salah, menjodohkan
yang telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes
tersebut belum bisa mengetahui gambaran yang utuh mengenai sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan
nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat. Aspek afektif dan
psikomotorik juga diabaikan. Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme,
penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat
kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian
siswa, seperti perkembangan moral, perkembangan emosional,
perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya.
12. 12
RANGKUMAN: Pendekatan pembelajaran saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
Scan Disini
LATIHAN: Untuk memperdalam pemahaman anda
mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut:
1. Pilihlah satu tema dalam pembelajaran di Sekolah
Dasar
2. Buatlah rancangan pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan tema yang sudah dipilh menggunakan
tahapan-tahapan pendekatan saintifik
1)
13. 13
DAFTAR PUSTAKA:
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum
2013.Yogyakarta : Gava Media.
Hosman. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. 2017. Pendekatan Scientific Learning dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar. Pedagogik, 4(1), 3-6.
Haryati, Sri, Maridjo Abdul Hasjmy, dan Marzuki. Pendekatan Peserta Didik
Dengan Pendekatan Saintifik Di Kelas I SDN 05 Delta Pawan. FKIP UNTAN,
3(12), 4