Strategi discovery learning merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa dituntut untuk menemukan sendiri konsep-konsep pembelajaran melalui proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menyelesaikan masalah. Strategi ini memiliki prinsip berpusat pada siswa dan menghubungkan pengetahuan baru dengan yang lama. Guru berperan sebagai fasilitator untuk memberikan rangsangan berupa masalah pembelajaran dan memandu
1. 1
`
STRATEGI PEMBELAJARAN |BAB 2
KEGIATAN | BELAJAR | 3 |
Strategi Discovery Learning
PENDAHULUAN
Pendidikan saat ini guru dituntut bekerja lebih keras dalam meningkatkan hasil
belajar siswa ini berhubungan dengan bagaimana guru menyampaikan
pembelajaran kepada siswa. Cara penyampaian materi dapat dilakukan guru
dengan memanfaatkan berbagai macam model, pendekatan dan strategi yang
dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa
pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih dilakukan secara konvensional.
Para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan
kreatif dalam melibatkan siswa dan masih didominasi metode ceramah dan
pemberian tugas. Selain itu, dalam proses pembelajaran kebanyakan guru
hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar.
Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan
dan keterampilan. asil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)
dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Dalam merumuskan kegiatan belajar ini, guru pun perlu
mempertimbangkan proses pembelajaran agar tidak terlalu berorientasi kepafa
guru. Orientasi ini menjadi kontra produktif dengan upaya meningkatkan
keaktifan siswa belajar, sebab guru merupakan warna pengetahuan apa yang
disampaikan kepada siswa. Guru menyampaikan materi pembelajaran melalui
penuturan materi pembelajaran kepada siswa. Guru mempunyai dominasi
tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa pada umunya menerima apapun yang
disampaikan dari guru. Proses menerima materi pembelajaran itu pada umunya
berlangsung melalui proses mendengar, melihat, dan menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru.
2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah Mempelajari Strategi Discovery Learning Mahasiswa Semester 6 Dapat
Menerapkan Strategi Discovery Learning Dalam Proses Pembelajaran
Sub Capaian Pembelajaran
1. Menjelaskan Konsep Dasar Strategi
Discovery Learning
2. Menjelaskan Prinsip Strategi
Discovery Learning
3. Menerapkan Langkah-Langkah
Strategi Discovery Learning Pada
Proses Pembelajaran.
4. Menentukan Teknik Penilaian Pada
Strategi Discovery Learning
Pokok Materi
1. Konsep Dasar Strategi
Discovery Learning
2. Prinsip Pembelajaran
Inkuiri
3. Langkah-Langkah
Strategi Discovery
Learning Proses
Pembelajaran.
4. Teknik Penilaian Pada
Strategi Discovery
Learning
KONSEP DASAR
STRATEGI DISCOVERY LEARNING
Strategi penemuan (discovery) diartikan sebagai prosedur
mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan,
manipulasi obyek dan percobaan, sebelum sampai kepada
generalisasi. Sehingga metode penemuan (discovery)
merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi
metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,
berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri, dan reflektif. Menurut Hanafiah (2009:77) metode
penemuan (discovery) merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa
secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan tingkah laku. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2013), menjelaskan tentang metode
pembelajaran penemuan atau Discovery Learning.
3. 3
Penjelasan tersebut dipaparkan dalam bagian dari kurikulum
2013, Discovery Learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajaran tidak disajikan dengan pembelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan
inkuiri dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipal pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih
menekankan pada ditemukanya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan
discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang
dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru.
Melalui pembelajaran penemuan, diharapkan siswa terlibat
dalam penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data,
dan menggunakannya untuk menemukan hukum atau
prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut. Pembelajaran
penemuan disusun dengan asumsi bahwa observasi yang
teliti dan dilakukan dengan hati-hati serta mencari bentuk
atau pola dari temuannya (dengan cara induktif) akan
mengarahkan siswa kepada penemuan hukum-hukum atau
prinsip-prinsip. Pembelajaran penemuan mempunyai kaitan
intelektual yang jelas dengan pembelajaran berdasarkan
masalah. Pada kedua model ini, guru menekankan
keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih
ditekankan daripada deduktif, dan siswa menemukan atau
mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Tidak seperti
pada pembelajaran langsung, yang mana siswa diberikan
ide-ide atau teori tentang dunia. Pada pembelajaran
penemuan, guru mengajukan pertanyaan dan
memperbolehkan siswa untuk menemukan ide dan teori
mereka sendiri. Pelajaran-pelajaran pada pembelajaran
penemuan sebagian besar didasarkan pada pertanyaan
berdasarkan disiplin ilmu, dan penyelidikan siswa
berlangsung dibawah bimbingan guru terbatas pada
lingkungan kelas. Sementara pembelajaran berdasarkan
masalah dimulai dari masalah kehidupan nyata yang
bermakna yang memberikan kesempatan pada siswa dalam
memilih dan melakukan penyelidikan apapun, baik di dalam
4. 4
dan di luar kelas selagi penyelidikan tersebut diperlukan
untuk memecahkan masalah. Selain itu, karena masalah
yang ada merupakan masalah kehidupan nyata, pemecahnya
memerlukan penyelidikan antar disiplin. dengan strategi
discovery, yang mana rangkaian kegiatan pembelajaran
menekankan proses berpikir siswa secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Bahan pelajaran dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas
sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator, bukan
sebagai sumber belajar. Sementara itu Dalam strategi
pembelajaran ekspositori atau strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), bahan pelajaran disajikan
kepada siswa dalam bentuk jadi, siswa tidak dituntut untuk
mengolahnya, kewajiban siswa menguasai bahan tersebut.
Peran guru pada strategi ini sebagai penyampai informasi
sehingga dominansi guru dalam pembelajaran sangat besar,
sedangkan siswa kebalikannya. Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan bentuk pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik siswa
(Sanjaya, 2008:179).
5. 5
MODEL-MODEL
STRATEGI DISCOVERY LEARNING
Penemuan (discovery learning) dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Penemuan bebas (free discovery): Pada pembelajaran dengan
penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat
pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar
yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar
kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada
masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa
temukan. Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan
guru. Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai.
2) Penemuan terpadu/terpimpin (guided discovery): Dalam
pelaksanaannya, penemuan yang dipandu oleh guru (guided discovery)
lebih banyak dijumpai karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja
lebih terarah dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam merencanakan dan menyiapkan kegiatan guided discovery
melibatkan olah tangan (bands-on) dan oleh pikir (minds-on). Seperti
yang disampaikan Carin & Sund (1989). Ada tiga alasan untuk guru
menggunakan penemuan terbimbing, yaitu:
a. Sebagian besar dari guru lebih nyaman menggunakan pendekatan
ekspositori, mungkin karena sudah lama sekali dikenal dalam dunia
pendidikan;
b. Jika menginginkan siswa menjadi seorang saintis yang selalu
mengikuti perkembangan teknologi dan mampu menyelesaikan
masalah, siswa harus selalu berperan aktif dalam setiap tingkat
kegiatan sains dengan petunjuk dan pendampingan dari guru.
Penemuan terbimbing pada anak yang usianya lebih muda akan
mengarahkan anak ke arah penemuan bebas atau inkuiri ketika
anak menginjak masa remaja (adolescence) dan dewasa
(adulthood).
c. Pembelajaran dengan penemuan terbimbing akan
mengembangkan kemampuan metode mengajar guru untuk
mempertemukan berbagai macam tingkat pemahaman siswa
dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penemuan terbimbing (guided
discovery learning) lebih banyak diterapkan, karena dengan petunjuk
guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam upaya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Namun, bimbingan guru bukanlah semacam
6. 6
resep yang harus diikuti, melainkan hanya merupakan arahan tentang
prosedur kerja yang diperlukan.
Memberi petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran
penemuan terbimbing (guided discovery learning), antara lain: a)
menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa; b) memilih metode yang
sesuai dengan kegiatan penemuan: c) menentukan lembar pengamatan data
untuk siswa.; d) menyiapkan alat dan bahan secara lengkap; e) menentukan
dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara
berkelompok yang terdiri dari 2-5 siswa; f) mencoba terlebih dahulu kegiatan
yang akan dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui kesulitan yang mungkin
timbul atau kemungkinan untuk modifikasi.
PRINSIP-PRINSIP
STRATEGI DISCOVERY LEARNING
Prinsip-Prinsip pada strategi discovery Learning adalah:
1) Berpusat pada siswa;
2) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
3) Menghubungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan;
4) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah ada
LANGKAH-LANGKAH
STRATEGI DISCOVERY LEARNING
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum sebagai berikut:
Stimulation (pemberian rangsangan): Siswa diberikan permasalahan
di awal sehinga bingung yang kemudian menimbulkan keinginan untuk
menyelidiki hal tersebut. Pada saat itu guru sebagai fasilitator dengan
7. 7
memberikan pertanyaan, arahan membaca teks, dan kegiatan belajar
terkait discovery.
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah): Tahap
kedua dari pembelajaran ini adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kejadian-kejadian dari
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
Data collection (Pengumpulan Data): Berfungsi untuk membuktikan
terkait pernyataan yang ada sehingga siswa berkesempatan
mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca sumber belajar
yang sesuai, mengamati objek terkait masalah, wawancara dengan
narasumber terkait masalah, melakukan uji coba mandiri.
Data processing (Pengolahan Data): Merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang sebelumnya telah didapat oleh siswa. Semua
informai yang didapatkan semuanya diolah pada tingkat kepercayaan
tertentu.
Verification (Pembuktian): Kegiatan untuk membuktikan benar atau
tidaknya pernyataan yang sudah ada sebelumnya. yang sudah diketahui,
dan dihubungkan dengan hasil data yang sudah ada.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi): Tahap ini
adalah menarik kesimpulan dimana proses tersebut menarik sebuah
kesimpulan yang akan dijadikan prinsip umum untuk semua masalah yang
sama Berdasarkan hasil maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi
8. 8
FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN
STRATEGI DISCOVERY LEARNING
KELEBIHAN: Pendekatan Setiap model pembelajaran tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, guru harus
kreatif dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan. Model
discovery learning memudahkan siswa untuk menemukan sendiri
konsep-konsep pembelajaran yang tidak diperoleh siswa dengan cara
mendengarkan penjelasan dari guru. Menurut Kemendikbud (dalam
buku pelatihan guru Implementasi Kuriulum 2013:31), mengatakan
mengenai kelebihan dari discovery learning adalah sebagai berikut.
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau
pasti.
9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru.
11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
9. 9
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
17) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis sumber belajar.
18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
KELEMAHAN: Disamping memiliki keunggulan, Penerapan Discovery
Learning juga memiliki kelemahan, diantaranya:
1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berfikir mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang sama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
5) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang
akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh
guru.
TEKNIK PENILAIAN
STRATEGI DISCOVERY LEARNING
Penilaian padamodel pembelajaran discovery learning, dapat
dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan
penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses,
sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya
berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery
learning dapat menggunakan tes tertulis.
10. 10
a. Penilaian Tertulis: Penilaian tertulis merupakan tes dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam
bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga
dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar dan lain sebagainya.
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-
salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang
hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan
mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan
ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak
mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya
memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan
menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik
tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan
soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan
pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak
menggambarkan kemampuan peserta didik yang
sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut
peserta didik untuk mengingat, memahami, dan
mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah
dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai
berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat,
berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain
cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Dalam menyusun
instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a) Materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada
kurikulum;
b) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus
jelas dan tegas.
c) Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/
kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
2. Penilaian Diri: Penilaian diri (self assessment) adalah suatu
teknik penilaian, subyek yang ingin dinilai diminta untuk menilai
11. 11
dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai
aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas,
berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik
dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan
keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran
tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik
dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan
perasaannya terhadap suatu obyek sikap tertentu. Selanjutnya,
peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan
kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya
sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif
terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan
penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas sebagai berikut:
a) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena
mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya,
karena ketika mereka
c) Melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
d) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan
obyektif dalam melakukan penilaian.
Penilaian Sikap;
12. 12
RANGKUMAN: Metode penemuan (discovery) diartikan
sebagai prosedur mengajar yang mementingkan
pengajaran, perseorangan, manipulasi obyek dan
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi.
Sehingga metode penemuan (discovery) merupakan
komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode
mengajar yang memajukan cara belajar aktif,
berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri, dan reflektif.
Scan Disini
LATIHAN: Untuk memperdalam pemahaman anda
mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut:
1. Pilihlah satu tema dalam pembelajaran di Sekolah
Dasar
2. Buatlah rancangan pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan tema yang sudah dipilh menggunakan
tahapan-tahapan strategi pembelajaran discovery
learning
13. 13
DAFTAR PUSTAKA:
Hanafiah Nanang dan Cucu Suhada. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ali Gunay Balim, The Effects of Discovery Learning on Students’ Success
and Inquiry Learning Skills, Vol 35 (Egitim ArastirmalariEurasian Journal of
Educational, 2009), 1-20