3. 1. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan debitur dan / atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.
2. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk
Risiko perubahan harga option.
Risiko Pasar terbagi atas :
2.1. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat pergerakan suku bunga
di pasar yang berlawanan dengan
posisi atau transaksi Bank yang mengandung risiko suku
bunga.
2.1.1 Risiko Suku Bunga mencakup a. Risiko Spesifik adalah risiko perubahan harga
instrumen keuangan akibat faktor-faktor yang berkaitan
dengan penerbit instrumen keuangan,
b. Risiko Umum adalah risiko perubahan harga instrumen
keuangan akibat perubahan faktor-faktor pasar, seperti
perubahan (naik / turun) harga surat berharga akibat
kasus sub-prime mortgage.
4. 2.2. Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk)
Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange/FX Risk) adalah risiko
kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar
pada saat Bank memiliki posisi terbuka.
3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas dan / atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut:
3.1. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank
tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga
pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau
terjadi gangguan di pasar (market disruption)
3.2. Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena
Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh
pendanaan dari sumber dana lain.
4. Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan / atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank.
5. 5. Risiko Hukum (Legal Risk)
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis.
6. Risiko Stratejik (Strategic Risk)
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
7. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)
Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan / atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko Bank yang
terkait pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku, seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban
Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aktiva Produktif,
Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum
Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi
Devisa Neto (PDN), risiko stratejik terkait dengan ketentuan Rencana
Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) Bank, dan risiko lain yang terkait
dengan ketentuan tertentu.
8. Risiko Reputasi (Reputation Risk)
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank
7. DEFINISI BASEL ACCORD
Standar Basel adalah standar pengaturan perbankan yang dikeluarkan oleh Basel
Committee on Banking Supervision (BCBS). BCBS adalah salah satu komite dalam
Bank for International Settlements (BIS) yang berperan menetapkan standar
pengaturan perbankan dan sebagai forum kerjasama terkait dengan pengawasan
perbankan. BCBS terdiri atas 45 Bank Sentral dan Otoritas pengawasan
bank dari 29 Negara.
KETERKAITAN BCBS DENGAN FORA REFORMASI KEUANGAN GLOBAL
LAINNYA
BCBS merupakan salah satu standard setting bodies yang juga merupakan anggota
dari Financial Stability Board dalam FSB - Plenary. OJK saat ini juga merupakan
anggota FSB khususnya FSB - Supervisory and Regulatory Cooperation (SRC) dan
FSB - Regional Consultative Groups (RCG). Selain itu BCBS juga menjalin
kerjasama dengan Executives' Meeting of East Asia-Pacific Central Banks (EMEAP)
- Working Group on Banking Supervision (WGBS) dimana OJK juga merupakan
salah satu anggota dari WGBS.
8. Basel I : Latar belakang: Kekhawatiran atas krisis utang Amerika Latin (Brazil,
Argentina, Meksiko) pada awal 1980an yang dapat meningkatkan risiko perbankan
internasional.
9. Basel II : Latar belakang : Perubahan yang terjadi pada industri perbankan dan
pasar keuangan termasuk krisis keuangan yang terjadi di Asia Tenggara dan Asia
selatan tahun 1997-1998.
10. Basel III : Latar belakang: Krisis Keuangan Global yang terjadi pada tahun 2007-
2009. Dimulai pada tahun 2010, Basel III merupakan reformasi pengaturan di
sektor perbankan sebagai respon krisis keuangan dunia tahun 2008 yang
diakibatkan oleh kurangnya kecukupan modal, tingginya variasi ATMR antar Bank-
bank, leverage yang sangat tinggi dan liquidity crunch.
11. Beberapa aturan perubahan yang sudah dikeluarkan oleh BCBS yang
diduga sebagai dasar pembentukan Basel IV bertujuan antara lain:
Basel IV membatasi keuntungan menggunakan model internal dalam
menghitung KPMM, dimana sebelumnya Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) dapat berbeda jauh antara perhitungan model internal
dan model standar.
Menetapkan leverage ratio menjadi lebih dari 3. Saat ini sesuai
ketentuan Basel 3, leverage ratio minimal 3. Saat ini OJK baru
mengeluarkan draft POJK mengenai leverage ratio ini (tahun 2014
lalu).
Ketentuan keterbukaan yang lebih luar. Kalau ATMR menurut internal
model jauh lebih rendah dari model standar, sekarang bank wajib
menjelaskan mengapa hal ini bisa terjadi.