Materi ini memuat sejarah munculnya aturan manajemen risiko melalui Basel Accord sampai dengan peraturan yang ada di perbankan Indonesia. Paparan ini disertai contoh perhitungan modal berdasar risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional.
4. Basel I -1988
Dibentuk oleh para Gubernur Bank Sentral dari negara2 maju yg tergabung dlm G-
10 :
◦ Belgia, Kanada, Perancis, Italia, Jepang, Belanda, Ingris, Amerika Serikat, Jerman
& Swedia + Spanyol & Luxemburg.
Berkembang menjadi 25 negara :
◦ Argentina, Australia, Belgia, Brazil, China, Perancis, Hong Kong SAR, India,
Indonesia, Italia, Jepang, Korea, Luxemburg, Meksiko, Belanda, Rusia, Saudi
Arabia, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Inggris, dan
Amerika Serikat.
5. Tujuan Basel I -1988
◦ Memperkuat kerangka dasar budaya (soundness) dan stabilitas atas
sistem perbankan internasional.
◦ Menciptakan kerangka dasar yang konsisten & tidak memihak bagi
bank-bank diberbagai negara dengan sumber daya berbeda yang aktif
menjalankan kegiatan operasional perbankan secara internasional.
◦ Hanya membahas perhitungan kebutuhan modal untuk menutup
risiko kredit (dengan asumsi cukup untuk menutup jenis risiko
lainnya).
7. Kerugian dan Modal
◦ Untuk menutup potensi kerugian yang dapat diduga akibat risiko kredit, bank menetapkan
cadangan yg disebut dgn CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai).
◦ Untuk menyerap potensi kerugian akibat yang tidak dapat diduga, bank memperkuat modal
yang disebut kewajiban penyertaan modal minimum atau capital adequacy ratio.
Potensi kerugian : expected loss & unexpected loss
Cadangan Kerugian
(CKPN) Kebutuhan Modal
Pricing CAR/KPMM
Regulatory
Economic
8. Konsep Penting dalam Kecukupan Modal
1. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) / Risk-Weighted
Asset (RWA).
2. Rasio Kecukupan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) /
Capital Adequacy Ratio (CAR) minimum 8%.
9. Pokok Isi Basel I & Amandemen
Pokok Basel I Tahun 1988.
◦ Kerangka pengukuran risiko kredit, dengan syarat standard modal minimum 8%.
◦ Sederhana: nasabah pada segmen yang sama akan memiliki persyaratan modal yg sama,
tanpa melihat kondisi masing2 individu nasabah (one size fits all).
Amandemen Basel I Tahun 1996 (Basel 1,5)
◦ Kerangka pengukuran risiko kredit & risiko pasar posisi trading book.
◦ Perhitungan risiko pasar menggunakan :
◦ Standard Model (SA)
◦ Internal Model (IM)
◦ Memperkenalkan komponen Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3) yang hanya khusus
digunakan untuk memperhitungkan risiko pasar.
11. Basel I vs Basel II
Pillars
Risk
Approach
Basel I
Minimum
Capital
Requirement
Basel II
Minimum
Capital
Requirement
Supervisory
Review & Role
Market
Discipline &
Disclosure
Credit Risk Credit Risk
Operation
Risk
Market Risk
Standard Approach
of Measurement
and Capital
Calculation
Multiple Approach for
Measurement of each
of the Risk and then
Capital Calculation
12. Perbandingan Basel I dan Basel II
Fokus pada pengukuran risiko kredit &
risiko pasar trading book
Fokus pada satu pengukuran risiko
Pendekatan sederhana & kurang sensitif
terhadap risiko
Menggunakan satu pendekatan risiko
untuk berbagai jenis & ukuran bank
Fokus diperluas risiko kredit, risiko pasar &
risiko operasional
Fokus pada metodologi internal
Pendekatan Internal lebih kompleks &
sensitivitas terhadap risiko lebih tinggi
Bersifat fleksibel & sesuai dgn kebutuhan
bank
13. Basel 2.5 dan Pengenalan Basel III
Basel 2.5
◦ Setelah terjadi krisis global 2008-2009 (akibat produk sub-prime mortgage &
turunannya).
◦ BCBS menilai modal yg dipersyaratkan Basel II perlu diperbaharui
perubahan metode menghitung ATMR risiko pasar lebih mencerminkan
risiko pasar pada saat terjadi krisis keuangan global.
Pengenalan terhadap Basel III
◦ Setelah terjadi krisis global 2008-2009 (akibat produk sub-prime mortgage &
turunannya).
◦ BCBS menilai modal yg dipersyaratkan Basel II perlu diperbaharui.
◦ Sress testing dianggap kurang memadai.
14. Pembentukan Basel III
• Mempertahankan tiga pilar dari Basel II.
• Ditujukan menjawab kekurangan Basel II untuk menciptakan sektor
keuangan dan perbankan yang lebih stabil
• Tujuan utama Basel III
Meningkatkan kemampuan bank untuk menyerap kerugian dan
shock
Meningkatkan risk management dan governance
Meningkatkan transparansi and disclosure perbankan
15. Fokus Basel III
1.Perubahan pada permodalan
◦ Fokus pada modal inti (core capital),
◦ Kewajiban menyediakan tambahan modal inti sebagai buffer (cadangan modal).
◦ Ketentuan baru mengenai Leverage Ratio.
2.Memperluas cakupan risiko pasar mengubah metode perhitungan kebutuhan
modal untuk menutup risiko pasar trading book secara internal
3.Regulasi pengendalian risiko likuditas bank :
◦ Liquidity Coverage Ratio (LCR)
◦ Net Stable Funding Ratio (NSFR).
16. Modal Bank Basel II dan Basel III
BASEL II BASEL III
KPMM = 8% dari
ATMR
Menambah modal dengan modal Tier 1 Capital Convervation buffer sebesar
2,5% dari ATMR KPMM = 10,5%.
Bila terjadi krisis diharapkan dapat bertahan selama 3 bulan.
Kondisi ekonomi membaik : Bank wajib menyediakan modal yang disebut
counter cyclical buffer dari modal Tier 1 sebesar 0% - 2,5% dari ATMR
digunakan pada saat ekonomi sedang dlm kondisi buruk.
Tambahan: hanya untuk bank yang ditetapkan sebagai bank sistemik
(D-SIB : Domestic Systemic Important banks) Bank menambah modal Tier
1 sebesar 1% - 2,5%)
17. Pengertian
Capital Conservation Buffer adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai
penyangga (buffer) apabila terjadi kerugian pada periode krisis.
Countercyclical Buffer adalah tambahan modal yang berfungsi sebagai
penyangga (buffer) untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi pertumbuhan
kredit perbankan yang berlebihan sehingga berpotensi mengganggu stabilitas
sistem keuangan.
Capital Surcharge untuk Domestic Systemically Important Bank, yang
selanjutnya disebut Capital Surcharge untuk D-SIB, adalah tambahan modal
yang berfungsi untuk mengurangi dampak negatif terhadap stabilitas sistem
keuangan dan perekonomian apabila terjadi kegagalan Bank yang berdampak
sistemik melalui peningkatan kemampuan Bank dalam menyerap kerugian.
18. Pengertian
Rasio Pengungkit atau Leverage Ratio atau Rasio Pengungkit adalah perbandingan antara modal
inti dengan total eksposur.
Rasio Kecukupan Likuiditas atau Liquidity Coverage Ratio atau LCR adalah perbandingan antara
High Quality Liquid Asset dengan total arus kas keluar bersih (net cash outflow) selama 30 (tiga
puluh) hari kedepan dalam skenario stres.
Rasio Pendanaan Stabil Bersih atau Net Stable Funding Ratio (NSFR) adalah perbandingan antara
ASF dengan RSF.
◦ Pendanaan Stabil yang Tersedia atau Available Stable Funding (ASF) adalah jumlah liabilitas dan
ekuitas yang stabil selama periode 1 (satu) tahun untuk mendanai aktivitas Bank.
◦ Pendanaan Stabil yang Diperlukan atau Required Stable Funding (RSF) adalah jumlah aset dan
transaksi rekening administratif yang perlu didanai oleh pendanaan stabil.
19. Rasio Tambahan
Leverage Ratio
◦ Leverage Ratio (LR) minimal 3%
Liquidity Ratio
◦ LCR (Liquidity Coverage Ratio) atau rasio likuiditas jangka pendek (rasio minimal
100%).
◦ NSFR (Net Stable Funding Ration) atau rasio likuiditas jangka panjang (rasio minimal
100%).
20. Ketentuan Perbankan di Indonesia
1. POJK No. 11/12/POJK.03/2016, tgl, 29-Jan-2016, tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum.
2. POJK No. 21/POJK.03/2014, tgl, 19-Nov-2014, tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum Syariah.
3. POJK No. 50/POJK.03/2017 tanggal 13 Juli 2017 tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio
Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum
4. POJK No. 42/POJK.03/2015 tanggal 23 Desember 2015 tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio
Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio) bagi Bank Umum
5. POJK No. 31/POJK.03/2019 tanggal 2 Desember 2019 tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio
Pengungkit bagi Bank Umum
21. Risk Rating & CAR
◦ KPMM bank tergantung nilai rating profil risiko (net risk rating) sbb :
Net Risk
Rating
Minimum CAR
1 8%
2 9% - < 10%
3 10% - < 11%
4 11% - < 14%
5 11% - < 14%
26. Credit Risk 2
Internal Rating Based (IRB)
Bank menggunakan bobot risiko (Risk Weight) sesuai dengan Credit Rating
yang dikeluarkan oleh Internal Bank sendiri.
Empat parameter kunci :
1. Probability of default (PD)
2. Loss given default (LGD)
3. Exposure at default (EAD)
4. Maturity (M)
27. Market Risk 1
Standardised Method
Bank menggunakan bobot risiko (Risk Weight) untuk instrumen pasar sesuai dengan
ketentuan regulator
MRWA = 12.5 * MRCR
Equity Position
Standardised Approach
Market Risk Capital Requirement (MRCR)
Foreign Exchange Commodity
Specific
General Market
Single Currency
Portfolio
Maturity
Ladder
Simplified
Forward Gap
Basis
Directional+
+
+
+
+
+
+
++
29. Market Risk 2
Internal Model Approach
Bank menggunakan metode Value at Risk (VaR) untuk mengukur potensi
kerugian yang akan dihadapi Bank pada periode tertentu dengan Confidence
Level yang ditentukan oleh Bank
Beberapa Metode VaR:
• Historical Simulation
• Volatility Weighted Historical Simulation
• Variance Covariance
• Monte Carlo Simulation
30. Operational Risk 1
Basic Indicator Approach (BIA)
Bank menggunakan rata-rata Gross Income Bank selama 3 tahun terakhir yang
kemudian dikalikan dengan faktor pengali (α) sebesar 15%
31. Operational Risk 2
Standardised Approach (BIA)
Bank menggunakan rata-rata Gross Income Bank selama 3 tahun sesuai
dengan Business Line yang ditetapkan oleh regulator beserta faktor pengalinya
Business Lines Beta Factors
Corporate finance (β1) 18%
Trading and sales (β2) 18%
Retail banking (β3) 12%
Commercial banking (β4) 15%
Payment and settlement (β5) 18%
Agency services (β6) 15%
Asset management (β7) 12%
Retail brokerage (β8) 12%
32. Operational Risk 3
Advanced Measurement Approach (AMA)
Bank menggunakan metode statistik secara kuantitatif dan kualitatif yang telah
disetujui oleh regulator.
Beberapa metodenya:
• Extreme Value Theory (EVT)
• Monte Carlo Simulation