2. Dekalog/Sepuluh Perintah Allah dan Hukum Kasih
10 Perintah Allah
1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja, dan cintailah Aku lebih dari segala Sesuatu
2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat
3. Kuduskanlah hari Tuhan
4. Hormatilah ibu-bapamu
5. Jangan membunuh
6. Jangan berzinah
7. Jangan mencuri
8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu
9. Jangan mengingini istri sesamamu
10. Jangan mengingini milik sesamu secara tidak adil
10 Perintah Allah adalah suatu pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua Perintah itu harus kita taati dan
kita laksanakan. Sebagai umat beriman kristiani kita perlu paham dan mengerti akan Perintah Allah ini. Kita wajib
mengikuti semua Perintah Allah tanpa kecuali.
3. Dialog dan Kerja Sama Antar Umat Beragama
Kita kini hidup dalam masyarakat yang pluralis, yang diwarnai dengan berbagai perbedaan. Perbedaan
dapat berdampak positif, tetapi juga dapat berdampak negatif. Perbedaan di satu pihak dapat menjadi
sumber tumbuhnya kebersamaan dan kerja sama yang saling melengkapi, tetapi di lain pihak dapat
menjadi sumber perpecahan/perselisihan. Hal itu bisa terjadi pula dalam kehidupan beragama. Perbedaan
agama dan kepercayaan yang dianut bangsa kita pernah menciptakan zaman keemasan, di mana
masyarakat Indonesia terkenal sebagai bangsa yang rukun.
Gereja Katolik selalu berpandangan positif terhadap agama dan kepercayaan lain. Sikap dan pandangan
tersebut tertuang dalam dokumen Konsili Vatikan II, Nostra Aetate dan ajaran-ajaran Gereja Katolik lainnya
seperti ensiklik-ensiklik oleh para Paus sebagai pemimpin Gereja universal maupun oleh para uskup
sebagai pemimpin Gereja partikular atau gereja lokal. dari Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang
benar dan suci dalam agama-agama lain serta mengajak seluruh umat Katolik agar dengan bijaksana dan
cinta kasih mengadakan dialog dan kerja sama dengan penganut agama dan kepercayaan lain untuk
menciptakan suasana kehidupan yang harmonis, rukun, dan damai.
4. Dialog dan Kerja Sama Antar Umat Beragama
Kerja Sama Antar-Umat Beragama Membangun Persaudaraan Sejati
Kehidupan yang rukun dan damai masyarakat Indonesia yang berciri plural menjadi dambaan setiap warga
masyarakat.
Dalam rangka upaya membangun persaudaraan sejati antar-pemeluk agama, Gereja Katolik Indonesia sesuai
semangat Gereja Universal (sesuai semangat Konsili Vatikan II) aktif bersama semua orang yang berkehendak
baik untuk membangun persaudaraan sejati sebagai sesama makhkuk ciptaan Tuhan. Karena itu Gereja Katolik
mendukung pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama yang sedang giat mengembangkan
moderasi beragama.
Moderasi Beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang,
agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.
Agama tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang justru merusak peradaban, sebab sejak diturunkan, agama pada
hakikatnya ditujukan untuk membangun peradaban itu sendiri
5. Dialog dan Kerja Sama Antar Umat Beragama
Upaya-Upaya kongkrit unutk Membangun Persaudaraan Sejati antar-Pemeluk Agama dan
Kepercayaan di Indonesia
Menghindari konflik
Kita berusaha agar agama tidak diperalat demi kepentingan politik dan ekonomi.
Kita mengambil sikap untuk menjauhkan diri dari setiap provokasi yang muncul dari fanatisme buta.
Kita menjaga agar tidak terjadi pencemaran terhadap simbol-simbol agama mana pun.
Mengadakan Berbagai Bentuk Dialog dan Kerja Sama
Ada berbagai bentuk dialog yang dapat kita kembangkan dengan saudara-saudari umat Islam, Hindu, Budha,
Konghucu, Aliran Kepercayaan, dan agama asli, antara lain:
• Dialog Kehidupan
• Dialog Karya
• Dialog Teologis
6. Ajaran Sosial Gereja
Ajaran Sosial Gereja (ASG) adalah seluruh kumpulan prinsip sosial dan ajaran moral sebagaimana diartikulasikan
Hirarki dalam dokumen-dokumen resmi Gereja Katolik sejak akhir abad ke-19; yang meliputi dokumen Konsili
(Vatikan II) maupun Sinode para Uskup, ensiklik-ensiklik kepausan, nota-pastoral konperensi para uskup dalam
suatu wilayah, maupun nota-doktrinal yang dikeluarkan oleh kongregasi Tahta Suci.
Ajaran sosial Gereja adalah ajaran Gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam
hubungannya dengan kebaikan bersama, baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik atau dukungan.
7. Ajaran Sosial Gereja
Ensiklik-Ensiklik dan Dokumen Konsili Vatikan II yang Memuat Ajaran Sosial Gereja Sepanjang
Masa
Ajaran sosial Gereja dari Rerun Novarum sampai dengan Konsili Vatikan II
• Ajaran sosial Gereja dalam dunia modern berawal dari tahun 1981, ketika Paus Leo XIII mengeluarkan ensiklik
Rerun Novarum. Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang
menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam masyarakat industri. Paus menyatakan 3 faktor kunci yang
mendasari kehidupan ekonomi, yaitu para buruh, modal, dan negara.
• Paus Pius XI menulis ensiklik Quadragesimo Anno. Paus Pius XI menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja
dalam menanggapi masalah-masalah sosial, mengecam kapitalisme dan persaingan bebas serta komunisme.
• Paus Yohanes XXIII menulis dua ensiklik untuk menanggapi masalah-masalah pokok zamannya, yaitu Mater et
Magistra (1961) dan Pacem in Terris (1963). Paus mengajak orang-orang Kristiani dan “semua orang yang
berkehendak baik” bekerja sama menciptakan lembaga-lembaga sosial (lokal, nasional, ataupun internasional),
sekaligus menghargai martabat manusia dan menegakkan keadilan serta perdamaian.
8. Ajaran Sosial Gereja
Ensiklik-Ensiklik dan Dokumen Konsili Vatikan II yang Memuat Ajaran Sosial Gereja Sepanjang
Masa
Ajaran sosial Gereja sesudah Konsili Vatikan II
• Ketika Paus Yohanes XXIII mengadakan Konsili Vatikan II dalam bulan Oktober 1962.
• Sejak Konsili Vatikan II, pernyataan-pernyataan Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus II, sinode para uskup dan konperensi-
konperensi para uskup regional maupun nasional semakin mempertajam peranan Gereja dalam tanggung jawab terhadap dunia
yang sedang berubah dengan pesat ini.
• Pada tahun 1981, Paus Yohanes Paulus II, mengeluarkan ensiklik yang berjudul Laborem Exercens. Ensiklik ini membahas
makna kerja manusia. Manusia dengan bekerja mengembangkan karya Allah dan memberi sumbangan bagi terwujudnya
rencana penyelamatan Allah dalam sejarah.
• Ensiklik Sallicitudo Rei Socialis (1987), Paus Yohanes Paulus II mengangkat kembali tentang pembangunan yang
mengeksploitasi orang-orang kecil.
• Ensiklik Centessimus Annus (1991), Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan bahwa Gereja hendaknya terus belajar untuk
bergumul dengan soal-soal sosial.
• Ensiklik Caritas in Veritate (Kasih dalam Kebenaran (2009), Paus Benediktus berbicara tentang perkembangan integral manusia
dalam kasih dan kebenaran.
• Tahun 2013, Paus Fransiskus menyampaikan anjuran apostolik mengenai Evangelii Gaudium (Sukacita lnjili), yang secara
terang-terangan mengkritik berbagai macam ketimpangan di dunia dan mengorbankan orang-orang kecil oleh karena praktek
ketidakadilan, konsumerisme, kekuasaan dan keserakahan kaum kapitalis.
• 3 Oktober 2020 Paus Fransiskus menandatangani Ensiklik “Fratelli Tutti” di Assisi, tempat kelahiran dan hidup St. Fransiskus
dari Assisi. Ensiklik ini bertujuan untuk mendorong persaudaraan dan persahabatan sosial.