1. Kebijakan tarif impor beras di Korea Selatan sementara sangat tinggi, yakni 513%, sedangkan Indonesia masih melakukan impor beras meski produksi dalam negeri surplus.
2. Kebijakan impor berbeda antara negara maju seperti Korea Selatan dan negara berkembang seperti Indonesia dan negara ASEAN lainnya.
3. Kerjasama antarnegara dalam bidang pertanian dan pangan diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan regional.
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
Kebijakan Impor Beras
1. KEBIJAKAN TARIF IMPOR BERAS 513 PERSEN DI KOREA SELATAN SEMENTARA DAN
BAGAIMANA DENGAN KEBIJAKAN IMPOR BERAS DI INDONESIA
Madura (1997) menyatakan bahwa salah satu metode bisnis internasional
adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah pendekatan yang
relatif konservatif yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk mempenetrasi pasar luar
negeri (dengan mengekspor) atau untuk mendapatkan bahan baku berharga murah
(dengan mengimpor). Metode ini memiliki resiko minimal karena perusahaan tidak
mempertaruhkan modalnya. Jika ekspor atau impor perusahaan menurun, perusahaan
dapat mengurangi atau tidak menggunakan cara ini dari bisnisnya tanpa banyak merugi.
Kebijakan perdagangan internasional merupakan suatu aturan yang dibentuk
oleh badan-badan tertentu dalam melakukan perdagangan dunia yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu),
dntara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah
satu faktor utama meningkatkan GDP.
Salah satu kegiatan perdagangan internasional adalah kegiatan impor yang
secara umum merupakan kegiatan untuk memasukkan/membeli barang dari luar negeri
ke dalam negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat. Adapun ketentuan impor
tiap negara untuk tiap jenis komoditi berbeda-beda. Kebijakan pemerintah untuk
menekan impor misalnya dengan tarif dan non-tarif misalnya dengan menerapkan kuota
impor sehingga produsen dalam negeri bisa meningkatkan daya saingnya.
Kebijakan tarif adalah kebijakan melindungi barang–barang produksi dalam
negeri dari ancaman membanjirnya barang–barang sejenis yang diimpor dari luar negeri,
dengan cara menarik/mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang impor
yang masuk untuk dipakai/dikomsumsi habis di dalam negeri.
Kebijakan non-tarif adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk
yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan
internasional (Dr. Hamdy Hady). Salah satu kebijakan non tarif yang sering digunakan
sebagai kebijakan impor adalah kuota impor (pembatasan impor). Kuota impor adalah
pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang.
2. Korea Selatan menerapkan kuota impor beras ke negaranya selama dua dekade
terakhir dan akan berakhir pada akhir tahun 2014 di bawah kesepakatan yang dijamin
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) kemungkinan akan membuka pasar impor beras
yang selama ini dibatasi ketat. Namun, tarif bea masuk beras impor itu diusulkan
sebesar 513 persen menurut Menteri PertanianKorea Selatan, Lee Dong-Phil, di depan
pertemuan komite pertanian parlemen, Kamis (18/9/2014). Usulan ini masih harus
menjalani verifikasi dan konfirmasi oleh WTO, yang prosesnya bisa makan waktu
berbulan-bulan.
Perjanjian Korea Selatan dengan WTO tentang kewajiban impor beras pada
tahun ini akan mencapai kuota mendekati 410.000 ton, setara sekitar 10 persen
konsumsi beras dalam negeri. Setiap kali ada perubahan kebijakan terkait pertanian,
organisasi petani di dalam negeri langsung berkumpul, menyampaikan protes berisi
kemarahan.
Lain halnya dengan Indonesia, dengan alasan klasik seperti serangan wereng,
musim kemarau dan banjir menjadi justifikasi untuk membuka keran impor. Seakan
serangan wereng tidak bisa diatasi dan banjir tak bisa ditangani. Masalah ini terus
dikloning dan cara cerdik pun tidak ditemukan untuk solusi. Pasar pangan di Indonesia
kian dibanjiri pangan impor. Pemerintah nyaris tidak punya kekuatan untuk
menghempangnya. Indonesia menjadi negara yang membangun ketahanan pangan
berbasis impor.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statitik (BPS), produksi padi tahun 2013
kemarin saja mencapai 71.279.709 ton dengan produktivitas sebesar 51,52. Produksi
padi tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 69.056.126 ton
dengan produvtivitas sebesar 51,36. Kenyataan tersebut menjadi deskripsi sepintas
mengenai besarnya produksi beras Indonesia. Tetapi, tetap saja pemerintah melalui
BULOG harus mengimpor lantaran konsumsi beras masyarakat Indonesia yang te rus
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika tidak mengimpor, maka akan terjadi kenaikan
harga beras dalam negeri yang tinggi sebab jumlah permintaan lebih tinggi dari jumlah
persediaan beras dalam negeri. Meskipun di satu sisi, impor juga akan menghancurkan
harga beras di tingkat petani karena harga mereka berpotensi dipermainkan oleh para
tengkulak.
3. a. Teori atau Konsep yang Relevan
Bisnis internasional dipermudah oleh pasar-pasar yang mengalirkan dana dari
satu negara ke negara lain. Transaksi-transaksi yang muncul dari bisnis internasional
menyebabkan uang mengalir dari satu negara ke negara lain. Neraca pembayaran
merupakan ukuran arus dana internasional yang mencerminkan semua transaksi antara
penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode tertentu.
Pencatatan transaksi yang dilakukan dalam neraca pembayaran dilakukan
dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping), yaitu tiap transaksi
dicatat satu sebagai kredit dan satu lagi sebagai debit. Jadi, total kredit dan debit dari
neraca pembayaran sebuah negara akan sama secara agregat; namun, bagi komponen-komponen
dari neraca pembayaran, mungkin terdapat surplus dan defisit.
Neraca pembayaran dapat dipecahkan ke dalam berbagai komponen.
Komponen yang paling penting adalah Neraca Berjalan (Current Account) dan Neraca
Modal (Capital Account).
1. Neraca Pembayaran (Current Account) adalah ukuran perdagangan barang dan jasa
internasional suatu negara yang paling luas. Komponen utamanya adalah Neraca
Perdagangan (Balance of Trade), yaitu selisih antara ekspor dan impor. Jika impor
lebih tinggi dari ekspor maka yanag terjadi defisit neraca perdagangan. Sebaliknya,
jika ekspor lebih tinggi dari impor, yang terjadi adalah surplus.
Neraca barang dan jasa (balance of goods and services) adalah neraca perdagangan
ditambah pembayaran dividen dan bunga netto kepada investor-investor asing dan
dari investasi di luar negeri, serta penerimaan dan pembayaran yang berhubungan
dengan pariwisata dan transaksi-transaksi lain. Neraca berjalan mencerminkan
neraca barang dan jasa ditambah transfer unilateral (unilateral transfers) yaitu
pencatatan bagi bantuan-bantuan dan pemberian-pemberian antarpemerintah dan
antarpihak swasta.
Karena saldo neraca berjalan sebuah negara dapat secara signifikan mempengaruhi
perekonomiannya, adalah penting untuk mengidentifikasi dan memonitor faktor-faktor
yang mempengaruhi neraca berjalan. Adapun faktir-faktor yang paling
berpengaruh adalah:
Inflasi
Pendapatan nasional
Restriksi pemerintah
Nilai tukar (kurs) valuta
4. 2. Neraca Modal (Capital Account) mencerminkan perubahanperubahan dalam
kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang. Investasi luar negeri jangka
panjang mengukur semua investasi modal antarnegara, termasuk investasi
langsung dan pembelian sekuritas yang berjangka waktu jatuh tempo 1 lebih dari
satu tahun. Investasi asing jangka pendek mengukur arus dana yang diinvestasikan
dalam sekuritas-sekuritas yang berjangka waktu kurang dari setahun. Karena jangka
waktu jatuh temponya yang pendek, investor-investor sekuritas semacam itu
biasanya menahan dana mereka dalam suatu negara tertentu untuk jangka waktu
yang tidak lama, yang menyebabkan arus investasi jangka pendek sangat
bergejolak.
Sama seperti arus perdagangan, masing-masing pemerintah memiliki wewenang
atas arus modal yang keluar masuk negaranya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi Neraca Modal adalah:
Kebijakan pemerintah seperti pajak untuk capital outflow
Capital account liberalization
Nilai tukar (kurs) valuta
Pembahasan atau Komentar
Salah satu kegiatan perdagangan internasional adalah kegiatan impor yang secara
umum merupakan kegiatan untuk memasukkan/membeli barang dari luar negeri ke
dalam negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat. Adapun ketentuan impor tiap
negara untuk tiap jenis komoditi berbeda-beda. Kebijakan pemerintah untuk menekan
impor misalnya dengan tarif dan non-tarif misalnya dengan menerapkan kuota impor
sehingga produsen dalam negeri bisa meningkatkan daya saingnya.
Pada tahun 2008 negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) bertindak progresif
mendorong kebijakan ekspor beras, sementara Jepang dan Korea Selatan cenderung
mempertahankan kebijakan pangan domestiknya. Hal itu dilakukan karena negara maju
di Asia tersebut guna melindungi pendapatan petani beras lokal di negara tersebut.
Kebijakan masa depan beras di Asia akan banyak ditentukan oleh dua faktor, yaitu
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara dan bagaimana kebijakan akan impor atau
ekspor berasnya. Simposium yang dihadiri sejumlah diplomat ASEAN dan para
akademisi dari Universitas tersebut juga menjelaskan betapa perbedaan tersebut justru
memunculkan kerjasama yang baik, dan bukan memicu ketegangan ataupun krisis
pangan yang berlarut-larut. Jepang justru bisa membantu negara-negara tetangganya
5. dalam membangun kemandirian pangan yang nantinya justru mendorong mewujudkan
stabilitas pangan internasional.
Masa depan kebijakan Jepang dan Korsel yang tetap fokus pada produktivitas dan
menjamin dukungan politik yang pro petani lokal. Menghindari intervensi pemerintah
dan mempercayai mekanisme pasar, serta meningkatkan kualitas beras sesuai tuntutan
konsumen. Sedangkan negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina berupaya
keras pada upaya swa sembada beras, pemerintahnya ikut berperan dalam
menstabilkan harga beras, serta mendorong produktifitas melalui pemberian subsidi
dan pengenalan akan teknologi pertanian baru. Kebijakan pangan di Myanmar,
Kamboja dan Laos ternyata masih berkutat pada kegiatan pembangunan infrastruktur
pertanian seperti fasilitas irigasi dan upaya perluasan lahan persawahan.
Menyinggung peran Jepang dalam membantu upaya ketahanan pangan ASEAN,
sejumlah kegiatan yang pada dasarnya menciptakan kerjasama yang saling
menguntungkan, terlebih di era global seperti sekarang ini. Jepang bisa menjadi tempat
bagi pasar beras ekspor, menyediakan dana khusus untuk mendukung ketersediaan
stok beras di ASEAN, memberikan teknologi dan pengetahuan akan produksi padi yang
berkualitas dan aman. Selain itu, membantu merehabilitasi proyek-proyek irigasi. Hal
yang tidak kalah pentingnya, adalah membangun sistem informasi akan tingkat
perkiraan kebutuhan dan suplai pangan yang memadai, sehingga bisa dilakukan
penyesuaian terhadap kebijakan pangan berikutnya. Kerjasama ini mutlak diperlukan,
mengingat di masa mendatang ASEAN justru bisa mengalami persoalan pangan akibat
kelebihan produksi beras.
Pada tahun 2011 keadaan justru berubah karena pada tahun tersebut Indonesia
memenuhi permintaan beras yang diajukan Korea Selatan sebanyak 50.000 ton. Pada
awalnya pemda sulsel mengusulkan akan mengkespor beras ke Korea Selatan sebanyak
200.000 ton, namun pemerintah pusat hanya memperbolehkan ekspor sebanyak
50.000 ton. Beras yang akan diekspor ke Korea Selatan merupakan beras aromatik lokal
yang berkualitas baik. Alasan pemerintah pusat memberikan izin ekspor beras kepada
Pemda Sulsel tersebut karena beras aromatik selama ini tidak banyak dikonsumsi
masyarakat lokal. Selama ini, masyarakat lebih banyak mengonsumsi beras medium.
Pada akhir tahun 2014 ini Korea Selatan akan mengakhiri kebijakan kuota impor
beras ke negaranya di bawah kesepakatan yang dijamin Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) kemungkinan akan membuka pasar impor beras yang selama ini dibatasi ketat.
6. Namun, tarif bea masuk beras impor itu diusulkan sebesar 513 persen menurut
Menteri Pertanian Korea Selatan, Lee Dong-Phil, di depan pertemuan komite pertanian
parlemen, Kamis (18/9/2014). Usulan ini masih harus menjalani verifikasi dan
konfirmasi oleh WTO, yang prosesnya bisa makan waktu berbulan-bulan.
Sampai saat ini, kegiatan impor juga masih dilakukan oleh Indonesia, khususnya
impor beras. Impor sama dengan membeli hanya saja uangnya masuk pendapatan
negara lain. Impor beras Indonesia seperti yang dikatakan oleh media neraca.co.id
(27/03/2013), masih mengimpor dari negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.
Baru-baru ini seperti yang diberitakan oleh kompas.com menyebutkan bahwa Indonesia
masih mengimpor beras, padahal produksi padi Indonesia mengalami surplus. Dalam
hal ini, di kalangan pemerintah, terutama di kementrian pertanian saling lempar
tanggung jawab.
Impor beras Indonesia secara historis memang sering mengalami surplus, tetapi
jumlah permintaan beras melebihi surplus tersebut. Terbukti bahwa Indonesia
menempati urutan pertama negara konsumen beras terbesar (nerac.co.id,
27/03/2013). Konsumsi beras Indonesia mencapai 102 kg/kapita/tahun. Tingkat
konsumsi tersebut melebihi konsumsi beras negara Asia, seperti Korea yang hanya 60
kg/kapita/tahun, Jepang 50 kg/kapita/tahun, Thailand 70 kg/kapita/tahun, dan
Malaysia sebesar 80 kg/kapita/tahun. Perbedaan ini tentu masih dapat dimaklumi
karena memang Indonesia masih menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok.
Desakan impor tersebut pada dasarnya bertujuan agar kuota beras akhir tahun
Indonesia masih mencukupi maka mau tidak mau pemerintah harus megimpor beras.
Ironisnya, berdasarkan data terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan
sektor pertanian tanaman pangan pada kuartal I/2014 hanya sebesar 0,94% atau
melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang sebesar 2,18%.
Implikasinya, impor pangan makin tidak terbendung. Hampir 75 % dari kebutuhan
pangan di dalam negeri dipenuhi dari impor.
Ruang impor pangan akan semakin terbuka lebar guna mengawal stabilitas politik
Pemilu Presiden 2014. Agar gejolak harga pangan—memicu inflasi tinggi—terkendali,
maka pangan harus tersedia. Sayangnya pangan yang tersedia kerap harganya tidak
terjangkau rakyat miskin. Kian mahalnya harga pangan diduga akibat ulah para pemain
kartel pangan yang dikuasai segelintir pemodal besar.
7. Dampak yang diterima bangsa Indonesia dengan membuka keran impor adalah
pengeluaran devisa negara yang cukup besar. Hal ini berarti bangsa Indonesia telah
memberikan penghidupan bagi petani negara lain, sedangkan bagi petani dalam negeri
tidak. Suatu hal yang ironis bagi sebuah negara agraris yang luas dan kaya seperti
Indonesia dan ekspor akan menurun sehingga neraca berjalan indonesia akan
mengalami defisit. Lain halnya dengan Korea Selatan jika kebijakan tarif impor 513
persen tersebut diberlakukan maka petani lokal di negara ginseng masih dilindungi dan
kemungkinan masih bisa ekspor beras ke Indonesia karena kebijakan tarif impor
Indonesia yang longgar.
Dengan mempertimbangkan kembali sejumlah faktor yang mempengaruhi neraca
perdagangan, dimungkinkan untuk mengembangkan beberapa metode umum untuk
mengatasi defisit. Setiap kebijakan yang akan meningkatkan permintaan luar negeri
atas produk-produk domestik akan memperbaiki posisi neraca perdagangan.
Permintaan luar negeri bisa meningkat jika harga ekspor menjadi lebih menarik. Hal ini
bisa terjadi ketika inflasi dalam negeri relatif rendah atau jika valutanya mengalami
depresiasi, sehingga membuat harga impor menjadi lebih rendah dari perspektif
negara-negara lain.
Kurs mengambang (floating exchange rate) mungkin bisa mengoreksi
ketidakseimbangan perdagangan internasional. Defisit neraca perdagangan
menyiratkan bahwa negara yang dimaksud menghabiskan lebih banyak dana untuk
membeli produk luar dibandingkan dana yang diterima dari ekspornya ke luar negeri.
Karena negara tersebut menjual valutanya (untuk membeli produk luar negeri) dalam
jumlah lebih besar daripada permintaan luar negeri terhadap valuta tersebut, nilai
valuta tersebut akan menurun. Penurunan ini akan mendorong lebih banyak
permintaan atas produk-produk negara tersebut di masa depan. Hal ini bisa terjadi jika
valuta melemah, jika valuta sebuah negara tetap stabil atau bahkan mengalami
apresiasi pada saat negara tersebut menanggung defisit neraca perdagangan maka
keadaannya akan berbeda.
b. Kesimpulan
Salah satu kegiatan perdagangan internasional adalah kegiatan impor yang secara
umum merupakan kegiatan untuk memasukkan/membeli barang dari luar negeri ke
8. dalam negeri dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat. Adapun ketentuan impor tiap
negara untuk tiap jenis komoditi berbeda-beda. Kebijakan pemerintah untuk menekan
impor misalnya dengan tarif dan non-tarif misalnya dengan menerapkan kuota impor
sehingga produsen dalam negeri bisa meningkatkan daya saingnya.
Pada akhir tahun 2014 ini Korea Selatan akan mengakhiri kebijakan kuota impor
beras ke negaranya di bawah kesepakatan yang dijamin Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) kemungkinan akan membuka pasar impor beras yang selama ini dibatasi ketat.
Namun, tarif bea masuk beras impor itu diusulkan sebesar 513 persen menurut
Menteri Pertanian Korea Selatan.
Indonesia masih juga melakukan kegiatan impor, khususnya impor beras.
Persediaan beras yang lebih sedikit daripada kebutuhan beras di Indonesia
menyebabkan kebijakan tarif impor di Indonesia menjadi longgar. Impor sama dengan
membeli hanya saja uangnya masuk pendapatan negara lain. Baru-baru ini seperti yang
diberitakan oleh kompas.com menyebutkan bahwa Indonesia masih mengimpor beras,
padahal produksi padi Indonesia mengalami surplus. Dalam hal ini, di kalangan
pemerintah, terutama di kementrian pertanian saling lempar tanggung jawab.
Dampak yang diterima bangsa Indonesia dengan membuka keran impor adalah
pengeluaran devisa negara yang cukup besar. Hal ini berarti bangsa Indonesia telah
memberikan penghidupan bagi petani negara lain, sedangkan bagi petani dalam negeri
tidak. Suatu hal yang ironis bagi sebuah negara agraris yang luas dan kaya seperti
Indonesia dan ekspor akan menurun sehingga neraca berjalan indonesia akan
mengalami defisit. Lain halnya dengan Korea Selatan jika kebijakan tarif impor 513
persen tersebut diberlakukan maka petani lokal di negara ginseng masih dilindungi.
Ada beberapa metode umum untuk mengatasi defisit. Setiap kebijakan yang akan
meningkatkan permintaan luar negeri atas produk-produk domestik akan memperbaiki
posisi neraca perdagangan. Permintaan luar negeri bisa meningkat jika harga ekspor
menjadi lebih menarik. Hal ini bisa terjadi ketika inflasi dalam negeri relatif rendah atau
jika valutanya mengalami depresiasi, sehingga membuat harga impor menjadi lebih
rendah dari perspektif negara-negara lain.
c. Daftar Pustaka
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/09/18/202928626/Lindungi.Pasar.L
okal.Korea.Usulkan.Bea.Masuk.Beras.Impor.513.Persen, 18 September 2014
9. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/08/14/tetap-impor-beras-padahal-produksi-
surplus-ini-alasannya-680073.html, 21 September 2014
http://nasional.sindonews.com/read/874143/18/ketahanan-berbasis-impor, 21
September 2014
http://www.antaranews.com/berita/106455/asean-kukuh-ekspor-beras-jepang-korea-
tolak-impor, 19 September 2014
Latif, Syahid, Harwanto Bimo Pratomo (2011). Indonesia Ekspor Beras ke Korea
Selatan Beras yang diekspor berjenis aromatik yang jarang dikonsumsi
masyarakat lokal. From http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/237845-
indonesia-ekspor-beras-ke-korsel , 19 September 2014
Madura, Jeff. International Financial Management. West Publishing Company.
1995. Terjemahan Emil Salim, S.E. 1997. Manajemen Keuangan Internasional.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Purwanti, Fitri (2010). Dampak Impor Pangan bagi Kehidupan Masyarakat
Indonesia. From http://balipaper.wordpress.com/2010/06/07/dampak-impor-pangan-
bagi-kehidupan-masyarakat-indonesia/ , 21 September 2014
Zulfahmi (2012). Kebijakan Impor Indonesia. From
http://aceholic.blogspot.com/2012/10/makalah-kebijakan-impor-indonesia.
html, 19 September 2014