SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN
oleh Kolonel inf Triadi Murwanto, S.E.,M.M.
Program Doktoral Manajemen Universitas Mercubuana
ABSTRAKSI
Tujuan : Bertujuan untuk menawarkan pandangan tentang hubungan filsafat
dan ilmu pengetahuan secara umum.
Desain/metode/Pendekatan : melalui kajian pustaka.
Temuan : Terdapat hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan sejak dari
sejarahnya lahirnya ilmu pengetahuan sekaligus adanya perbedaan diantara
keduanya.
Pembatasan/implikasi : Tulisan ini baru membahas hubungan filsafat dengan
ilmu pengetahuan secara umum dari berbagai pandangan dan belum
membahas secara detail hubungan filsafat dengan masing-masing ilmu.
Kata kunci : Filsafat, ilmu pengetahuan.
Jenis tulisan : Pandangan
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub
ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus
lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang
dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat
dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Implikasi
yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu
sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin
kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu
terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu
yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta
mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah
yang mampu mengatasi hal tersebut.
METODE
Metode yang digunakan adalah kajian pustaka.
KAJIAN TEORITIS
A. Definisi Filsafat Secara Umum
2
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang
yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Adapula yang
mengatakan filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat
untuk solusi tertentu. Terdapat banyak pengertian mengenai filsafat dari para
tokoh.
Pengertian Filsafat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah 1)
Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala
yang ada, sebab, asal, dan hukumnya, 2) Teori yang mendasari alam pikiran
atau suatu kegiatan atau juga berarti ilmu yang berintikan logika, estetika,
metafisika dan epistemologi. Adapun Pengertian Filsafat secara umum
adalah Ilmu pengetahuan yang ingin mencapai hakikat kebenaran yang asli
dengan ciri-ciri pemikirannya yang 1) rasional, metodis, sistematis, koheren,
integral, 2) tentang makro dan mikro kosmos 3) baik yang bersifat inderawi
maupun non inderawi. Hakikat kebenaran yang dicari dari berfilsafat adalah
kebenaran akan hakikat hidup dan kehidupan, bukan hanya dalam teori tetapi
juga praktek.
Pengertian Filsafat Menurut Para Tokoh
1. Plato ( 428 -348 SM ) Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Filsafat tidak
lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2. Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan )
yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Dan
kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan
ilmu.
3. Rene Descartes Pelopor filsafat modern dan pelopor
pembaruan dalam abad ke-17 yang terkenal dengan ucapannya:
“Cogito ergo Sum” (karena berpikir, maka saya ada) sebagai landasan
filsafatnya. Berfilsafat berarti berpangkal kepada suatu kebenaran
yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
4. Al Farabi Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam
maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
5. Cicero (106 – 43 SM ) Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua
seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai
ars vitae (seni kehidupan )
6. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) Filsafat sebagai
Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi
dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
3
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis
ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
7. Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai Grunwissenschat
(ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia
dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
8. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang
didalamnya tercakup empat persoalan. Apakah yang dapat kita
kerjakan? (jawabannya metafisika)Ø Apakah yang seharusnya kita
kerjakan? (jawabannya Etika)Ø Sampai dimanakah harapan kita?
(jawabannya Agama)Ø Apakah yang dinamakan manusia?
(jawabannya Antropologi)Ø j. Notonegoro Filsafat menelaah hal-hal
yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap
tidak berubah , yang disebut hakekat.
9. Prof. Dr. N. Driyarkara S. J. Filsafat adalah pikiran manusia
yang radikal, dengan mengenyampingkan pendapat-pendapat dan
pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba
memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain
pandangan dan sikap praktis. Pandangan diarahkan kepada sebab-
sebab yang terakhir atau sebab pertama (filsafat causes), dan tidak
diarahkan kepada sebab yang terdekat (secundary causes), sepanjang
kemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai
kemampuannya.
10. Harold H. Titus (1979 ) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima
secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
11. Prof. Mr.Mumahamd Yamin Filsafat ialah pemusatan pikiran ,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
12. Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM, Istilah
dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring
perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa,
seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda,
dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam
bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
13. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-
sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang
hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
14. Bertrand Russel Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-
tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat
berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang
pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa
dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal
manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
4
B. Definisi Ilmu Secara Umum.
Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima/ya‟lamu yang berarti
tahu/mengetahui. Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Ilmu adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Definisi ilmu bergantung pada cara kerja
indra masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara
berpikir setiap individu dalam memproses pengetahuan yang diperolehnya.
Selain itu, definisi ilmu bisa berlandaskan aktifitas yang dilakukan ilmu itu
sendiri. Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized
knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum
abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik
atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita temukan pengertian
sebagai berikut: “Ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang
masing-masing sesuatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun
sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan.
Suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan
sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan
memakai metode-metode tertentu.” Menurut Prof. DR. Mohammad Hatta:
“Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.”
Sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup
manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan modern maka semakin
terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi
manusia. Dalam keadaan yang demikian, lahirlah apa yang disebut ilmu-ilmu
pengetahuan khusus. Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan khusus itu bermula disekitar Abad Pertengahan, pada saat
lahirnya Zaman Renaissance (misalnya Ilmu Fisika dan Ilmu Matematika).
Bentuk ilmu yang lain (Ilmu Pengetahuan) bertujuan membantu manusia
dalam mempermudah pelaksanaan kehidupannya atau untuk
mensejahterakan manusia. Disegi lain, dapat pula bertujuan menyusahkan
atau menghancurkan manusia, apabila ilmu dan teknologi itu dipergunakan
untuk tujuan perang dengan menciptakan senjata mutakhir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan
sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis
menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan.
Beberapa ahli telah menuliskan Pengertian Ilmu, yaitu sebagai berikut :
5
1. Karl Pearson
Ilmu merupakan keterangan yang konsisten dan komprehensif tentang
fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
2. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag
Ilmu merupakan umum, rasional, empiris dan sistematik serta
serentak.
3. Afanasyef
Ilmu merupakan pengetahuan manusia yang meliputi masyarakat,
pikiran dan alam. Selain itu, ilmu mencerminkan alam dan kategori,
konsep-konsep dan hukum-hukum, dimana kebenaran dan
ketetapannya diuji dengan pengalaman yang praktis.
4. Ashely Montagu
Ilmu merupakan pengetahuan disusun dalam satu sistem yang berasal
dari studi, pengamatan dan percobaan untuk menentukan dasar
prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
5. John G. Kemeny
Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan
menggunakan metode ilmiah. Dari pernyataan tersebut dapat
dikatakan bahwa ilmu merupakan produk atau hasil sebuah proses
yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai suatu
prosedur/cara.
6. The Liang Gie
Ilmu merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang bersifat
rasional dan kognitif dengan metode berupa prosedur dan langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis
mengenai gejala alam, masyarakat atau keorangan guna mencapai
kebenaran memperoleh pemahaman dan memberikan penjelasan.
7. Shapere
Pengertian Ilmu mencakup adanya rasionalitas, generalisasi dan
sistematisasi.
8. Schulz
Pengertian Ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan
konsistensi dengan realitas social.
9. Prof. DR. Mohammad Hatta.
Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
10. Prof. DR. A. Baiquni (Guru Besar Universitas Gadjah Mada)
Science merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri
dari para scientist.
11. Prof. DR. M. J. Langerveld (Guru Besar pada Rijk Universiteit di
UtrechtBelanda).
Pengetahuan ialah kesatuan objek yang mengetahui dan objek yang
diketahui. Suatu kesatuan dalam mana objek itu dipandang oleh
subjek sebagai diketahuinya.
12. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag.
6
Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke-
empatnya serentak
13. Karl Pearson.
Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten
tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
14. Ashley Montagu.
Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang
berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
15. Harsojo.
Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan
suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia
yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih
lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang
mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk : “ jika …. maka“.
16. Communality, The Liang Gie 199.
Ilmu adalah sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam
pernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat
general, rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi
objektif), dan mampu menjadi milik umum
17. Haberer 1972.
Ilmu adalah suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan
teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.
18. J.D. Bernal 1977.
Ilmu adalah suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan
mengenai alam semesta dan manusia.
19. E. Cantote 1977.
Ilmu adalah suatu hasil aktivitas manusia yang mempunyai makna dan
metode.
Dalam Pengertian Ilmu, ada lima sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu yaitu
antara lain :
1. Sistematis. Ilmu harus memiliki keterkaitan dan terumuskan
dalam hubungan yang logis dan teratur sehingga suatu sistem akan
membentuk secara utuh, terpadu, menyeluruh dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut objeknya.
2. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi
golongan yang sama dengan sifat hakikatnya, tampak dari luar
maupun bentuknya dari dalam. Kajian objeknya bersifat ada atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya (bukan hasil
prasangka/dugaan).
3. Analisis/metodis. Secara umum, metodis diartikan sebagai
metode tertentu yang digunakan dan merujuk pada metode ilmiah atau
upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan yang bertujuan mencari kebenaran ilmiah.
7
4. Universal. Ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak
dicapai.
5. Empiris. Ilmu hasil percobaan atau panca indera.
DISKUSI/PEMBAHASAN
A. Hubungan Filsafat dengan Ilmu
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu
pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri
dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki
hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama
pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek
material dan formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat
mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya
mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua
ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang
melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu
pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan
ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap
langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-
argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada
permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh
pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di
kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.
Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian
menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982). Lebih lanjut
Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu
pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara
filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan
bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan
filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985),
yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat,
sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999),
filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-
bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu
pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru
yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru
bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-
spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van
8
Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang
sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian
dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan
semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan
ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun
sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut
Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat
hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis
batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi
perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang
mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel
Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat
merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon
(dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-
ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena
pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka
lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu
(Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu
yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel
Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu
mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana
ditunjukkan oleh ilmu. Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang
membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu taonta berarti ‘yang berada’, dan logos berarti ilmu pengetahuan
atau ajaran. Dengan demikian,ontologi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran
tentang yang berada. Secara etimologis ontologi berasal dari kata onto yang
berarti organ dan logos yang berarti perbincangan atau pemikiran.Jadi,
metafisika umum atau ontology mempersoalkan adanya segala sesuatu yang
ada.Ini berbeda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat
yang ada. Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno.Awal mula alam pikiran Yunani telah
menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi.Dalam persoalan
ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini?Pertama kali orang dihadapkan pada adanya
dua macam kenyataan.Yang pertama kenyataan yang berupa materi
(kebendaan), dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani: ‘Episteme’ dan ‘Logos’. Episteme
artinya ‘ilmu pengetahuan’ atau ‘kebenaran’ dan logos artinya ‘berfikir’, ‘kata-
kata’ atau ‘teori’. Epistemologi berbicara tentang: watak/sifat-sifat/nature,
asal-usul/sumber, kesahihan (validity), dan cara memperoleh ilmu
9
pengetahuan serta batas-batas ilmu pengetahuan. Epistemologi juga dapat
didefinisikan sebagai ‘teori ilmu pengetahuan’, atau juga disebut filsafat ilmu
pengetahuan.
Dari sumber lain mengatakan bahwa epistemologi berarti pikiran atau teori
tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah lain juga biasa
digunakan,yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge) atau filsafat
pengetahuan (philosophy of knowledge). Menurut poedjiadi (2001:13)
epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan,
adapun yang dibahas antara lain adalah asal mula, bentuk atau struktur,
dinamika, validitas, dan metodologi, yang bersama-sama membentuk
pengetahuan manusia. Istilah aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani)
yang berarti nilai, dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi adalah
’teori tentang nilai’. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Aksiologi juga menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan
didalam menerapkan ilmu kedalam praktis. Aksiologi adalah bagian filsafat
yang mempersoalkan penilaian, masalah menilai. Tampaknya gagasan
mengenai aksiologi dipelopori oleh Lotze, kemudian Brentano, Husserl,
Scheller, Nicolai Hatman, dan beberapa yang lain, yang terutama
berhubungan dengan masalah atau teori umum formal mengenai nilai.
Namun Socrates, juga filosof Yunani lainnya pernah membicarakannya
antara perbedaan aksiologi klasik dan aksiologi modern. Scheller
mengontraskan aksiologi dengan praeksologi, yaitu pengertian umum
mengenai hakikat tindakan. Secara khusus berkaitan dengan deontologi,
ialah teori moralitas mengenai tindakan yang benar atau seyogyanya benar.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat
dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu
tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip
ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa
ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan
persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafat sekarang sangat memerlukan
landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh,
Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant–
menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan
filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk
pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai
pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah
gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi
pengetahuan yang dapat diandalkan.
Filsafat dapat dijabarkan dari perkataan “philosopia”. Kata “philos”
berarti cinta dan kata “sopos” berarti kebijaksanaan/pengetahuan yang
mendalam. Perkataan ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti: “Cinta
Akan Kebijaksanaan” (Love Of Wisdom). Sesuai tradisi, Pythagoras dan
10
Socrates-lah yang mula-mula menyebut diri “philosophus”, yaitu sebagai
protes terhadap kaum “sophis”, kaum terpelajar pada waktu yang
menamakan mereka itu hanyalah semu belaka. Sebagai protes terhadap
kesombongan mereka itu, maka Socrates lebih suka menyebut dirinya
“Pecinta Kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin mengetahui pengetahuan
yang luhur (sophia) itu. Mengingat keluhuran pengetahuan yang dikejarnya
itu maka ia tak mau berkata bahwa ia mempunyai, memiliki atau menguasai.
Oleh karena luas dan dalamnya filsafat itu, maka perang tidak akan dapat
menguasai dengan sempurna dan orang tidak akan pernah mengatakan
selesai belajar. Sudut praktis yang sesungguhnya mengenai arti dan nilai
hidup itu, arti dan nilai manusia itu. Dengan demikian, dapat diberikan definisi
filsafat sebagai berikut: `Filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari
sebab-sebab yang pertama atau prinsip-prinsip yang tertinggi dari segala
sesuatu yang dicapai oleh akal budi manusia` Dari definisi tersebut, jelas
yang menjadi objek materialnya (lapangannya) ialah segala sesuatu yang
dipermasalahkan filsafat. Sedangkan objek formalnya (sudut pandangnya)
ialah mencapai sebab-sebab yang terdalam dari segala sesuatu, sampai
kepada penyebab yang tidak disebabkan , ada yang disebabkan, ada yang
mutalk ada, yaitu penyebab pertama (causa prima) ialah Allah itu sendiri.
Mengenai “ada” yang tidak mutlak adalah segala ciptaan Tuhan, sewaktu-
waktu bisa punah di muka bumi ini apabila sudah ada saatnya sesuai dengan
hukum alamatau hukum Allah (sunnatullah).
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu
khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat
merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek
material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu
membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari
filsafat. Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan
diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus
menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini
menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan
kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu
yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-
masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan
suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang
luas. Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah
filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini
dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-
fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat
sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003). Dalam
perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga
mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat
hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang
sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam
11
konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk
dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005).
Hubungan filsafat dengan ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal,
sedangkan ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman
lebih dalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir.
Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak
begitu mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: - Ilmu
mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to know ..., technical
know how, managerial know how ..., secundary causes, and proximate
explanation) - Filsafat mengatakan “apa” barang-barang itu (to know
`what` and `why` ..., first causes, highest principles, and ultimate
explanation)
3. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus,
mempersatukan, dan mengkoordinasikannya.
4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi
sudut pandangnya berlainan. Jadi, merupakan dua pengetahuan yang
tersendiri. Keduanya (filsafat dan ilmu) penting, serta saling
melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan
sifatnya masing-masing. Inilah yang sering dilupakan sehingga ada
ilmuan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain.
Misalnya, apabila ada seorang dokter berkata, “Setiap saya
mengoperasi seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya. Jadi
manusia itu tidak memiliki jiwa.” Maka dokter itu menginjak ke
lapangan lain dari lapangan ilmu ke lapangan filsafat, sehingga
kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat hubungan antara filsafat
dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan
filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi,
1992) . Ilmu Filsafat Segi-segi yang dipelajari Mencoba merumuskan
pertanyaan atas dibatasi agar dihasilkan jawaban. Mencari prinsip-
prinsip umum, rumusan-rumusan yang tidak membatasi segi
pandangannya pasti bahkan cenderung memandang segala Obyek
penelitian yang sesuatu secara umum dan keseluruhan terbatas
Keseluruhan yang ada Tidak menilai obyek dari Menilai obyek
renungan dengan suatu suatu sistem nilai tertentu. makna, misalkan ,
religi, kesusilaan, Bertugas memberikan keadilan dsb. jawaban
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu Kita telah mengadakan
perenungan tentang pengertian yang sedalam-dalamnya dari sumber
atau wadah kebenaran (obyektivitas) yaitu ilmu dan filsafat.
Berikutnya kita akan melihat bagaimana hubungan keduanya dengan agama,
sebagai berikut :
1. Ketiganya baik ilmu, filsafat maupun agama merupakan sumber
atau wadah kebenaran (obyektivitas) atau bentuk pengetahuan.
2. Dalam pencarian kebenaran (obyektivitas) ketiga bentuk
pengetahuan itu masingmasing mempunyai metode, sistem dan
mengolah obyeknya selengkapnya sampai habis-habisan.
12
3. Ilmu bertujuan mencari kebenaran mikrokosmos (manusia),
makro-kosmos (alam) dan eksistensi Tuhan/Allah. Agama bertujuan
untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukkan
kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai mikro-kosmos
(manusia), makro-kosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri.
Cabang-cabang Filsafat.
1. Epistemologi, yaitu menyoroti dari sudut sebab pertama, gejala
pengetahuan dan kesadaran manusia.
2. Kritik ilmu, adalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan
teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang
dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan yang tidak
termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas
filsafat.
3. Ontologi, sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama
adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh
itu ”ada”.
4. Teologi Metafisik, membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau Logos
(ilmu) tentang theos (Tuhan) menurut ajaran dan kepercayaan.
5. Kosmologi, membicarakan tentang kosmos atau alam semesta
hal ihwal dan evolusinya. Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras,
plato dan ptolemeus.
6. Antropologi, berkaitan dengan filsafat manusia mempelajari
manusia sebagai manusia, menguraikan apa atau siapa manusia
menurut adanya yang terdalam, sejauh bisa diketahui mulai dengan
akal budinya yang murni.
7. Etika, atau filsafat moral adalah bidang filsafat yang mempelajari
tindakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain
karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana
manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan tujuan
hidupnya.
8. Estetika, sering juga disebut filsafat keindahan (seni), adalah
cabang filsafat yang berbicara tentang pengalaman, bentuknya hakikat
keindahan yang bersifat jasmani dan rohani.
9. Sejarah filsafat, sejarah filsafat adalah cabang filsafat yang
mengajarkan jawaban para pemikir besar, tema yang dianggap paling
penting dalam periode tertentu, dan aliran besar yang menguasai
pemikiran selama satu zaman atau suatu bagian dunia tertentu.
Adanya bidang kajian khusus atau cabang-cabang khusus filsafat yang
terdiri dari cabang-cabang/bagian-bagian pokok filsafat, misalnya
filsafat tentang: a. Bahasa b. Sejarah c. Kebudayaan d. Hukum e.
Ekonomi f. Administrasi g. Politik h. Ilmu-ilmu pengetahuan: Ilmu
Matematika, Ilmu Alam, Ilmu Teknik i. Agama, dll
Dengan demikian dapatlah kita simpulkan sebagai berikut:
1. Objek filsafat ialah segala sesuatu yang ada
2. Sudut pandangaannya ialah sebab-sebab yang terdalam
3. Sifat filsafat ialah sifat-sifat ilmu pengetahuan
13
4. Metode filsafat ialah metode perenungan (contemplation) yang
spekulatif
5. Jalan filsafat dalam usaha mencari dan menemukan jawaban
atas segala pertanyaan hidup dan kehidupan manusia adalahdengan
berdasarkan kekuatan pikiran manusia atau budi nurani (ratio) dan
tidak berdasarkan kepada wahyu Allah atau pertolongan istimewa dari
agama/Tuhan.
B. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu
Selain memiliki hubungan, filsafat dan ilmu juga memiliki perbedaan.
Perbedaan tersebut dapat di lihat dari berbagai objek, yakni: Obyek
material (lapangan), Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan
ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada
disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan
kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal
(sudut pandangan) Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan
mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di
samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide
manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat
dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya
spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset
lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada
kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu
menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai
mendasar (primary cause), sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang
tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause)
Filsafat adalah berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala hal tanpa
ada eksperimen. Sedangkan ilmu selalu dengan eksperimen untuk
menemukan jawaban dari pertanyaannya.
C. Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu
Bagaimana filsafat dapat mempengaruhi perkembangan ilmu? Ada
beberapa alasan yang mengacu pada pertanyaan ini, yakni untuk
mendapatkan ilmu, seseorang hendaknya berada atau ikut andil dalam
proses mengenyam ilmu dalam dunia pendidikan. Dalam proses belajar
mengajar dalam dunia pendidikan ini sangat kontras dengan “proses berfikir”.
Ketika seorang siswa bertanya kepada gurunya tentang bagaimana proses
terjadinya tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit yang telah dikenal oleh
semua orang dengan sebutan hujan? Kenapa ikan hanya bisa berenang di
dalam air dengan sirip-sirip kecil mereka, sementara burung dengan kedua
sayapnya mampu terbang tinggi di angkasa? Kedua pertanyaan ini sangat
14
kontras dengan cara dan proses berfikir mereka. Lalu seorang guru tersebut
akan mulai berfikir untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
siswanya. Dari sini, guru tersebut akan mencoba menjelaskan teori yang
berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan itu dan menghubungkannya
dengan kekuasaan Yang Maha Esa, lalu mengajak para siswanya untuk
berfikir mengenai hal itu secara logika. Nah, secara tidak langsung mereka
telah berfilsafat. Sesuai dengan pengertian dasar filsafat yakni “berfikir untuk
mencari kebenaran”. Jadi, walaupun mereka tidak menyadari bahwa mereka
telah terjun dalam berfikir secara filsafat, tetapi sesungguhnya mereka telah
berfilsafat. Begitu pula dengan sistem pengajaran dalam dunia pendidikan
yang sekarang berbeda dengan sistem pengajaran di masa yang lalu. Inilah
bukti bahwa ilmu telah mengalami perkembangan yang signifikan. Jika di
masa yang lalu guru dituntut untuk lebih aktif dalam mengajari para siswanya,
sehingga setiap pertanyaan yang diajukan oleh para siswa terfokus pada
jawaban guru tersebut. Dapat dikatakan bahwa setiap pertanyaan tersebut
mutlak akan dijawab oleh guru. Tetapi sistem pengajaran di zaman sekarang
telah sangat berbeda dan mengalami perkembangan. Pihak-pihak yang
berperan penting dalam dunia pendidikan telah berfikir kefilsafatan sehingga
muncullah ide-ide baru yang lebih efektif dalam proses belajar mengajar di
dunia pendidikan yang sekarang. Jika di masa yang lalu guru mutlak
menjawab segala pertanyaan siswa, di zaman sekarang siswa dituntut untuk
lebih aktif. Jika ada siswa yang mengajukan pertanyaan, maka guru akan
mengembalikan pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain lagi untuk
menjawabnya. Jika tidak ada satupun dari seluruh siswa yang dapat
menjawab, maka barulah guru tersebut mengambil alih pertanyaan tersebut
kemudian menjawabnya, tetapi tetap dituntut untuk memancing pendapat
para siswanya untuk lebih mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Di
sinilah proses berfikir secara filsafat dapat kita temukan lagi. Jadi, dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat telah memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan ilmu dalam dunia
pendidikan.
KONKLUSI DAN REKOMENDASI
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat
ilmu pengetahuan. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruang
lingkup ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu,
tetapi obyeknya tak terbatas. Filsafat dapat mempengaruhi ilmu, karena
dalam memperoleh ilmu tersebut seseorang dengan sendirinya, tanpa
direncanakan sebelumnya akan mulai untuk berfilsafat. Walaupun mungkin
tidak semua orang menyadari bahwa saat berfikir dan menanyakan sesuatu,
ataupun saat berfikir dan menjawab sesuatu mereka sebenarnya sedang
berfilsafat. Mengenai pendapat para tokoh yang di antaranya adalah Plato,
Rene Descartes dan yang lainnya menyadari bahwa berfikir itu adalah
sesuatu yang sangat berharga, serta meyakini bahwa berfilsafat berarti
berpangkal kepada suatu kebenaran yang hakiki. Juga seperti yang
dikatakan oleh Maurice Marieau Ponty “Jasa dari filsafat itu terletak dalam
sumber penyelidikannya, yakni eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa
15
berpikir tentang manusia.” Lalu, mengenai hubungan filsafat dengan ilmu,
yakni penting adanya, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan
mengakui batas-batas dan sifatnya masing-masing. Filsafat memberikan
sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan
mengkoordinasikannya.
Persamaan filsafat dan ilmu
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki
obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
3. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan
yang bergandengan.
4. Keduanya mempunyai metode dan system.
5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
Perbedaan Filsafat dengan Ilmu
1. Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum),
yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu
(pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu
hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam
disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat
non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang
ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu
bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek
formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu
mengadakan penyatuan diri dengan realita
2. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang
menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu
haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena
itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan
filsafat timbul dari nilainnya
3. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu
bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari
tidak tahu menjadi tahu
4. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu
16
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih
dekat, yang sekunder (secondary cause).
DAFTAR PUSTAKA
Muntasyir,Rizal. Filsafat Ilmu,Yogyakarta.Pustaka Pelajar,2006
Hakim,Nasution. Pengantar ke Filsafat Sains,Jakarta.Litera
AntarNusa,1992
Suriasumantri,JujunS. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer,Jakarta. Pustaka Sinar Harapan,2007
Bakar,Osman. Tauhid dan Sains,Bandung.Pustaka Hidayah,1995
Louis Kattsoff, terje. Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat,
Yogyakarta, 1989, 87
Konrad Kebung, “Dasar-dasar Filsafat dan Logika” (mans), Ledalero
2005, 47

More Related Content

What's hot

Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafatAdrian Hulu
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umumAyah Abeeb
 
Filsafat ipa pertemuan_ib_ok
Filsafat ipa pertemuan_ib_okFilsafat ipa pertemuan_ib_ok
Filsafat ipa pertemuan_ib_okKira R. Yamato
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanvian rahayu
 
hubungan ilmu & filsafat
hubungan ilmu & filsafathubungan ilmu & filsafat
hubungan ilmu & filsafatrizkieriyanto
 
Sap filsafat umum imam mex 2012
Sap filsafat umum imam mex 2012Sap filsafat umum imam mex 2012
Sap filsafat umum imam mex 2012Dede Zhainztha
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Grunge Cobain
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiAfril Wibisono
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanSerenity 101
 
Sejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiSejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiEm Tibyan
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuIbnu Fajar
 

What's hot (17)

Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Dasar pendidikan iv
Dasar pendidikan ivDasar pendidikan iv
Dasar pendidikan iv
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umum
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
 
Definisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat IlmuDefinisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat Ilmu
 
Filsafat ipa pertemuan_ib_ok
Filsafat ipa pertemuan_ib_okFilsafat ipa pertemuan_ib_ok
Filsafat ipa pertemuan_ib_ok
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
hubungan ilmu & filsafat
hubungan ilmu & filsafathubungan ilmu & filsafat
hubungan ilmu & filsafat
 
Sap filsafat umum imam mex 2012
Sap filsafat umum imam mex 2012Sap filsafat umum imam mex 2012
Sap filsafat umum imam mex 2012
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika Komunikasi
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
 
Sejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat KomunikasiSejarah Filsafat Komunikasi
Sejarah Filsafat Komunikasi
 
Presentasi filsafat ilmu
Presentasi filsafat ilmuPresentasi filsafat ilmu
Presentasi filsafat ilmu
 
Jurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmuJurnal filsafat ilmu
Jurnal filsafat ilmu
 

Similar to Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsafat Ilmu, Universitas Mercubuana,2017

TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docxTUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docxAhmadnorMuzaki
 
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docxTUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docxAhmadnorMuzaki
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptxFilsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptxArif642407
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAChristian Lokas
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabAlmayszaroh
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatWarnet Raha
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatWarnet Raha
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptheri146962
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxSitiYuliana11
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmuifa lutfita
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat AnggiChaca
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiJulianaRafiati
 
Sejarah fisika 1
Sejarah fisika 1Sejarah fisika 1
Sejarah fisika 1akmal_zaida
 

Similar to Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsafat Ilmu, Universitas Mercubuana,2017 (20)

Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docxTUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
 
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docxTUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikan
 
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptxFilsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmu
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiati
 
Sejarah fisika 1
Sejarah fisika 1Sejarah fisika 1
Sejarah fisika 1
 

Recently uploaded

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsafat Ilmu, Universitas Mercubuana,2017

  • 1. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN oleh Kolonel inf Triadi Murwanto, S.E.,M.M. Program Doktoral Manajemen Universitas Mercubuana ABSTRAKSI Tujuan : Bertujuan untuk menawarkan pandangan tentang hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan secara umum. Desain/metode/Pendekatan : melalui kajian pustaka. Temuan : Terdapat hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan sejak dari sejarahnya lahirnya ilmu pengetahuan sekaligus adanya perbedaan diantara keduanya. Pembatasan/implikasi : Tulisan ini baru membahas hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan secara umum dari berbagai pandangan dan belum membahas secara detail hubungan filsafat dengan masing-masing ilmu. Kata kunci : Filsafat, ilmu pengetahuan. Jenis tulisan : Pandangan PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. METODE Metode yang digunakan adalah kajian pustaka. KAJIAN TEORITIS A. Definisi Filsafat Secara Umum
  • 2. 2 Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Adapula yang mengatakan filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Terdapat banyak pengertian mengenai filsafat dari para tokoh. Pengertian Filsafat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah 1) Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya, 2) Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan atau juga berarti ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika dan epistemologi. Adapun Pengertian Filsafat secara umum adalah Ilmu pengetahuan yang ingin mencapai hakikat kebenaran yang asli dengan ciri-ciri pemikirannya yang 1) rasional, metodis, sistematis, koheren, integral, 2) tentang makro dan mikro kosmos 3) baik yang bersifat inderawi maupun non inderawi. Hakikat kebenaran yang dicari dari berfilsafat adalah kebenaran akan hakikat hidup dan kehidupan, bukan hanya dalam teori tetapi juga praktek. Pengertian Filsafat Menurut Para Tokoh 1. Plato ( 428 -348 SM ) Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. 2. Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Dan kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. 3. Rene Descartes Pelopor filsafat modern dan pelopor pembaruan dalam abad ke-17 yang terkenal dengan ucapannya: “Cogito ergo Sum” (karena berpikir, maka saya ada) sebagai landasan filsafatnya. Berfilsafat berarti berpangkal kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi. 4. Al Farabi Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. 5. Cicero (106 – 43 SM ) Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ) 6. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
  • 3. 3 kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan. 7. Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya . 8. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan. Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika)Ø Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)Ø Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama)Ø Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi)Ø j. Notonegoro Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat. 9. Prof. Dr. N. Driyarkara S. J. Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, dengan mengenyampingkan pendapat-pendapat dan pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis. Pandangan diarahkan kepada sebab- sebab yang terakhir atau sebab pertama (filsafat causes), dan tidak diarahkan kepada sebab yang terdekat (secundary causes), sepanjang kemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai kemampuannya. 10. Harold H. Titus (1979 ) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi. 11. Prof. Mr.Mumahamd Yamin Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan. 12. Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM, Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab. 13. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh- sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati. 14. Bertrand Russel Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah- tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
  • 4. 4 B. Definisi Ilmu Secara Umum. Ilmu berasal dari bahasa Arab „alima/ya‟lamu yang berarti tahu/mengetahui. Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indra masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu dalam memproses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu, definisi ilmu bisa berlandaskan aktifitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita temukan pengertian sebagai berikut: “Ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing sesuatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan. Suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.” Menurut Prof. DR. Mohammad Hatta: “Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.” Sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidup manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi manusia. Dalam keadaan yang demikian, lahirlah apa yang disebut ilmu-ilmu pengetahuan khusus. Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus itu bermula disekitar Abad Pertengahan, pada saat lahirnya Zaman Renaissance (misalnya Ilmu Fisika dan Ilmu Matematika). Bentuk ilmu yang lain (Ilmu Pengetahuan) bertujuan membantu manusia dalam mempermudah pelaksanaan kehidupannya atau untuk mensejahterakan manusia. Disegi lain, dapat pula bertujuan menyusahkan atau menghancurkan manusia, apabila ilmu dan teknologi itu dipergunakan untuk tujuan perang dengan menciptakan senjata mutakhir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan. Beberapa ahli telah menuliskan Pengertian Ilmu, yaitu sebagai berikut :
  • 5. 5 1. Karl Pearson Ilmu merupakan keterangan yang konsisten dan komprehensif tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana. 2. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag Ilmu merupakan umum, rasional, empiris dan sistematik serta serentak. 3. Afanasyef Ilmu merupakan pengetahuan manusia yang meliputi masyarakat, pikiran dan alam. Selain itu, ilmu mencerminkan alam dan kategori, konsep-konsep dan hukum-hukum, dimana kebenaran dan ketetapannya diuji dengan pengalaman yang praktis. 4. Ashely Montagu Ilmu merupakan pengetahuan disusun dalam satu sistem yang berasal dari studi, pengamatan dan percobaan untuk menentukan dasar prinsip tentang hal yang sedang dikaji. 5. John G. Kemeny Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode ilmiah. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan produk atau hasil sebuah proses yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai suatu prosedur/cara. 6. The Liang Gie Ilmu merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang bersifat rasional dan kognitif dengan metode berupa prosedur dan langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala alam, masyarakat atau keorangan guna mencapai kebenaran memperoleh pemahaman dan memberikan penjelasan. 7. Shapere Pengertian Ilmu mencakup adanya rasionalitas, generalisasi dan sistematisasi. 8. Schulz Pengertian Ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas social. 9. Prof. DR. Mohammad Hatta. Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam. 10. Prof. DR. A. Baiquni (Guru Besar Universitas Gadjah Mada) Science merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist. 11. Prof. DR. M. J. Langerveld (Guru Besar pada Rijk Universiteit di UtrechtBelanda). Pengetahuan ialah kesatuan objek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam mana objek itu dipandang oleh subjek sebagai diketahuinya. 12. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag.
  • 6. 6 Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke- empatnya serentak 13. Karl Pearson. Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana. 14. Ashley Montagu. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. 15. Harsojo. Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka“. 16. Communality, The Liang Gie 199. Ilmu adalah sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat general, rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi milik umum 17. Haberer 1972. Ilmu adalah suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat. 18. J.D. Bernal 1977. Ilmu adalah suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan manusia. 19. E. Cantote 1977. Ilmu adalah suatu hasil aktivitas manusia yang mempunyai makna dan metode. Dalam Pengertian Ilmu, ada lima sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu yaitu antara lain : 1. Sistematis. Ilmu harus memiliki keterkaitan dan terumuskan dalam hubungan yang logis dan teratur sehingga suatu sistem akan membentuk secara utuh, terpadu, menyeluruh dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut objeknya. 2. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi golongan yang sama dengan sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian objeknya bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya (bukan hasil prasangka/dugaan). 3. Analisis/metodis. Secara umum, metodis diartikan sebagai metode tertentu yang digunakan dan merujuk pada metode ilmiah atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan mencari kebenaran ilmiah.
  • 7. 7 4. Universal. Ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak dicapai. 5. Empiris. Ilmu hasil percobaan atau panca indera. DISKUSI/PEMBAHASAN A. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen- argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif). Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982). Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut. Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi- spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van
  • 8. 8 Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis. Untuk mengatasi antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu- ilmu (the great mother of the sciences). Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu. Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu taonta berarti ‘yang berada’, dan logos berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian,ontologi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Secara etimologis ontologi berasal dari kata onto yang berarti organ dan logos yang berarti perbincangan atau pemikiran.Jadi, metafisika umum atau ontology mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada.Ini berbeda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat yang ada. Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno.Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi.Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini?Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan.Yang pertama kenyataan yang berupa materi (kebendaan), dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Epistemologi berasal dari bahasa Yunani: ‘Episteme’ dan ‘Logos’. Episteme artinya ‘ilmu pengetahuan’ atau ‘kebenaran’ dan logos artinya ‘berfikir’, ‘kata- kata’ atau ‘teori’. Epistemologi berbicara tentang: watak/sifat-sifat/nature, asal-usul/sumber, kesahihan (validity), dan cara memperoleh ilmu
  • 9. 9 pengetahuan serta batas-batas ilmu pengetahuan. Epistemologi juga dapat didefinisikan sebagai ‘teori ilmu pengetahuan’, atau juga disebut filsafat ilmu pengetahuan. Dari sumber lain mengatakan bahwa epistemologi berarti pikiran atau teori tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah lain juga biasa digunakan,yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge) atau filsafat pengetahuan (philosophy of knowledge). Menurut poedjiadi (2001:13) epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan, adapun yang dibahas antara lain adalah asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas, dan metodologi, yang bersama-sama membentuk pengetahuan manusia. Istilah aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai, dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi adalah ’teori tentang nilai’. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan didalam menerapkan ilmu kedalam praktis. Aksiologi adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian, masalah menilai. Tampaknya gagasan mengenai aksiologi dipelopori oleh Lotze, kemudian Brentano, Husserl, Scheller, Nicolai Hatman, dan beberapa yang lain, yang terutama berhubungan dengan masalah atau teori umum formal mengenai nilai. Namun Socrates, juga filosof Yunani lainnya pernah membicarakannya antara perbedaan aksiologi klasik dan aksiologi modern. Scheller mengontraskan aksiologi dengan praeksologi, yaitu pengertian umum mengenai hakikat tindakan. Secara khusus berkaitan dengan deontologi, ialah teori moralitas mengenai tindakan yang benar atau seyogyanya benar. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafat sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Filsafat dapat dijabarkan dari perkataan “philosopia”. Kata “philos” berarti cinta dan kata “sopos” berarti kebijaksanaan/pengetahuan yang mendalam. Perkataan ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti: “Cinta Akan Kebijaksanaan” (Love Of Wisdom). Sesuai tradisi, Pythagoras dan
  • 10. 10 Socrates-lah yang mula-mula menyebut diri “philosophus”, yaitu sebagai protes terhadap kaum “sophis”, kaum terpelajar pada waktu yang menamakan mereka itu hanyalah semu belaka. Sebagai protes terhadap kesombongan mereka itu, maka Socrates lebih suka menyebut dirinya “Pecinta Kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin mengetahui pengetahuan yang luhur (sophia) itu. Mengingat keluhuran pengetahuan yang dikejarnya itu maka ia tak mau berkata bahwa ia mempunyai, memiliki atau menguasai. Oleh karena luas dan dalamnya filsafat itu, maka perang tidak akan dapat menguasai dengan sempurna dan orang tidak akan pernah mengatakan selesai belajar. Sudut praktis yang sesungguhnya mengenai arti dan nilai hidup itu, arti dan nilai manusia itu. Dengan demikian, dapat diberikan definisi filsafat sebagai berikut: `Filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari sebab-sebab yang pertama atau prinsip-prinsip yang tertinggi dari segala sesuatu yang dicapai oleh akal budi manusia` Dari definisi tersebut, jelas yang menjadi objek materialnya (lapangannya) ialah segala sesuatu yang dipermasalahkan filsafat. Sedangkan objek formalnya (sudut pandangnya) ialah mencapai sebab-sebab yang terdalam dari segala sesuatu, sampai kepada penyebab yang tidak disebabkan , ada yang disebabkan, ada yang mutalk ada, yaitu penyebab pertama (causa prima) ialah Allah itu sendiri. Mengenai “ada” yang tidak mutlak adalah segala ciptaan Tuhan, sewaktu- waktu bisa punah di muka bumi ini apabila sudah ada saatnya sesuai dengan hukum alamatau hukum Allah (sunnatullah). Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing- masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta- fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003). Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam
  • 11. 11 konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005). Hubungan filsafat dengan ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja. 2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: - Ilmu mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to know ..., technical know how, managerial know how ..., secundary causes, and proximate explanation) - Filsafat mengatakan “apa” barang-barang itu (to know `what` and `why` ..., first causes, highest principles, and ultimate explanation) 3. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan mengkoordinasikannya. 4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi, merupakan dua pengetahuan yang tersendiri. Keduanya (filsafat dan ilmu) penting, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifatnya masing-masing. Inilah yang sering dilupakan sehingga ada ilmuan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain. Misalnya, apabila ada seorang dokter berkata, “Setiap saya mengoperasi seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya. Jadi manusia itu tidak memiliki jiwa.” Maka dokter itu menginjak ke lapangan lain dari lapangan ilmu ke lapangan filsafat, sehingga kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) . Ilmu Filsafat Segi-segi yang dipelajari Mencoba merumuskan pertanyaan atas dibatasi agar dihasilkan jawaban. Mencari prinsip- prinsip umum, rumusan-rumusan yang tidak membatasi segi pandangannya pasti bahkan cenderung memandang segala Obyek penelitian yang sesuatu secara umum dan keseluruhan terbatas Keseluruhan yang ada Tidak menilai obyek dari Menilai obyek renungan dengan suatu suatu sistem nilai tertentu. makna, misalkan , religi, kesusilaan, Bertugas memberikan keadilan dsb. jawaban Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu Kita telah mengadakan perenungan tentang pengertian yang sedalam-dalamnya dari sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) yaitu ilmu dan filsafat. Berikutnya kita akan melihat bagaimana hubungan keduanya dengan agama, sebagai berikut : 1. Ketiganya baik ilmu, filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) atau bentuk pengetahuan. 2. Dalam pencarian kebenaran (obyektivitas) ketiga bentuk pengetahuan itu masingmasing mempunyai metode, sistem dan mengolah obyeknya selengkapnya sampai habis-habisan.
  • 12. 12 3. Ilmu bertujuan mencari kebenaran mikrokosmos (manusia), makro-kosmos (alam) dan eksistensi Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri. Cabang-cabang Filsafat. 1. Epistemologi, yaitu menyoroti dari sudut sebab pertama, gejala pengetahuan dan kesadaran manusia. 2. Kritik ilmu, adalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas filsafat. 3. Ontologi, sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu ”ada”. 4. Teologi Metafisik, membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau Logos (ilmu) tentang theos (Tuhan) menurut ajaran dan kepercayaan. 5. Kosmologi, membicarakan tentang kosmos atau alam semesta hal ihwal dan evolusinya. Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras, plato dan ptolemeus. 6. Antropologi, berkaitan dengan filsafat manusia mempelajari manusia sebagai manusia, menguraikan apa atau siapa manusia menurut adanya yang terdalam, sejauh bisa diketahui mulai dengan akal budinya yang murni. 7. Etika, atau filsafat moral adalah bidang filsafat yang mempelajari tindakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya. 8. Estetika, sering juga disebut filsafat keindahan (seni), adalah cabang filsafat yang berbicara tentang pengalaman, bentuknya hakikat keindahan yang bersifat jasmani dan rohani. 9. Sejarah filsafat, sejarah filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan jawaban para pemikir besar, tema yang dianggap paling penting dalam periode tertentu, dan aliran besar yang menguasai pemikiran selama satu zaman atau suatu bagian dunia tertentu. Adanya bidang kajian khusus atau cabang-cabang khusus filsafat yang terdiri dari cabang-cabang/bagian-bagian pokok filsafat, misalnya filsafat tentang: a. Bahasa b. Sejarah c. Kebudayaan d. Hukum e. Ekonomi f. Administrasi g. Politik h. Ilmu-ilmu pengetahuan: Ilmu Matematika, Ilmu Alam, Ilmu Teknik i. Agama, dll Dengan demikian dapatlah kita simpulkan sebagai berikut: 1. Objek filsafat ialah segala sesuatu yang ada 2. Sudut pandangaannya ialah sebab-sebab yang terdalam 3. Sifat filsafat ialah sifat-sifat ilmu pengetahuan
  • 13. 13 4. Metode filsafat ialah metode perenungan (contemplation) yang spekulatif 5. Jalan filsafat dalam usaha mencari dan menemukan jawaban atas segala pertanyaan hidup dan kehidupan manusia adalahdengan berdasarkan kekuatan pikiran manusia atau budi nurani (ratio) dan tidak berdasarkan kepada wahyu Allah atau pertolongan istimewa dari agama/Tuhan. B. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Selain memiliki hubungan, filsafat dan ilmu juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dapat di lihat dari berbagai objek, yakni: Obyek material (lapangan), Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandangan) Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause), sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause) Filsafat adalah berpikir kritis atau selalu mempertanyakan segala hal tanpa ada eksperimen. Sedangkan ilmu selalu dengan eksperimen untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya. C. Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Bagaimana filsafat dapat mempengaruhi perkembangan ilmu? Ada beberapa alasan yang mengacu pada pertanyaan ini, yakni untuk mendapatkan ilmu, seseorang hendaknya berada atau ikut andil dalam proses mengenyam ilmu dalam dunia pendidikan. Dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan ini sangat kontras dengan “proses berfikir”. Ketika seorang siswa bertanya kepada gurunya tentang bagaimana proses terjadinya tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit yang telah dikenal oleh semua orang dengan sebutan hujan? Kenapa ikan hanya bisa berenang di dalam air dengan sirip-sirip kecil mereka, sementara burung dengan kedua sayapnya mampu terbang tinggi di angkasa? Kedua pertanyaan ini sangat
  • 14. 14 kontras dengan cara dan proses berfikir mereka. Lalu seorang guru tersebut akan mulai berfikir untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan siswanya. Dari sini, guru tersebut akan mencoba menjelaskan teori yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan itu dan menghubungkannya dengan kekuasaan Yang Maha Esa, lalu mengajak para siswanya untuk berfikir mengenai hal itu secara logika. Nah, secara tidak langsung mereka telah berfilsafat. Sesuai dengan pengertian dasar filsafat yakni “berfikir untuk mencari kebenaran”. Jadi, walaupun mereka tidak menyadari bahwa mereka telah terjun dalam berfikir secara filsafat, tetapi sesungguhnya mereka telah berfilsafat. Begitu pula dengan sistem pengajaran dalam dunia pendidikan yang sekarang berbeda dengan sistem pengajaran di masa yang lalu. Inilah bukti bahwa ilmu telah mengalami perkembangan yang signifikan. Jika di masa yang lalu guru dituntut untuk lebih aktif dalam mengajari para siswanya, sehingga setiap pertanyaan yang diajukan oleh para siswa terfokus pada jawaban guru tersebut. Dapat dikatakan bahwa setiap pertanyaan tersebut mutlak akan dijawab oleh guru. Tetapi sistem pengajaran di zaman sekarang telah sangat berbeda dan mengalami perkembangan. Pihak-pihak yang berperan penting dalam dunia pendidikan telah berfikir kefilsafatan sehingga muncullah ide-ide baru yang lebih efektif dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan yang sekarang. Jika di masa yang lalu guru mutlak menjawab segala pertanyaan siswa, di zaman sekarang siswa dituntut untuk lebih aktif. Jika ada siswa yang mengajukan pertanyaan, maka guru akan mengembalikan pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain lagi untuk menjawabnya. Jika tidak ada satupun dari seluruh siswa yang dapat menjawab, maka barulah guru tersebut mengambil alih pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya, tetapi tetap dituntut untuk memancing pendapat para siswanya untuk lebih mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Di sinilah proses berfikir secara filsafat dapat kita temukan lagi. Jadi, dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan ilmu dalam dunia pendidikan. KONKLUSI DAN REKOMENDASI Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai sifat-sifat ilmu pengetahuan. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruang lingkup ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu, tetapi obyeknya tak terbatas. Filsafat dapat mempengaruhi ilmu, karena dalam memperoleh ilmu tersebut seseorang dengan sendirinya, tanpa direncanakan sebelumnya akan mulai untuk berfilsafat. Walaupun mungkin tidak semua orang menyadari bahwa saat berfikir dan menanyakan sesuatu, ataupun saat berfikir dan menjawab sesuatu mereka sebenarnya sedang berfilsafat. Mengenai pendapat para tokoh yang di antaranya adalah Plato, Rene Descartes dan yang lainnya menyadari bahwa berfikir itu adalah sesuatu yang sangat berharga, serta meyakini bahwa berfilsafat berarti berpangkal kepada suatu kebenaran yang hakiki. Juga seperti yang dikatakan oleh Maurice Marieau Ponty “Jasa dari filsafat itu terletak dalam sumber penyelidikannya, yakni eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa
  • 15. 15 berpikir tentang manusia.” Lalu, mengenai hubungan filsafat dengan ilmu, yakni penting adanya, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifatnya masing-masing. Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan mengkoordinasikannya. Persamaan filsafat dan ilmu 1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya. 2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya. 3. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. 4. Keduanya mempunyai metode dan system. 5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu 1. Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita 2. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya 3. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu 4. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu
  • 16. 16 menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause). DAFTAR PUSTAKA Muntasyir,Rizal. Filsafat Ilmu,Yogyakarta.Pustaka Pelajar,2006 Hakim,Nasution. Pengantar ke Filsafat Sains,Jakarta.Litera AntarNusa,1992 Suriasumantri,JujunS. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta. Pustaka Sinar Harapan,2007 Bakar,Osman. Tauhid dan Sains,Bandung.Pustaka Hidayah,1995 Louis Kattsoff, terje. Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Yogyakarta, 1989, 87 Konrad Kebung, “Dasar-dasar Filsafat dan Logika” (mans), Ledalero 2005, 47