Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
FALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docx
1. FALSAFAH KESATUAN ILMU
Anggraeni Yuspita
NIM: 2205056046
Program Studi Manajemen
Universitas Islam Negeri Walisongo
ABSTRAK
Falsafah kesatuan ilmu pengetahuan membahas tentang filsafat secara umum. Filsafat dibagi menjadi tiga
yaitu, ontology, epistemology, dan aksiologi. Falsafah itu bertujuan untuk memecahkan dan mencari
jawaban atas hakikat segala sesuatu. Selain itu membahas tentang unity of science atau wahdatul ‘ulum.
Kemunculannya berasal dari fenomena pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu agama. Unity of
Sciences memiliki pemahaman bahwa setiap ilmu yang ada tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dan
membuat kita paham bahwa sepatutnya ilmu pengetahuan dan Agama itu berjalan beriringan dan harus
dimiliki oleh setiap orang.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Falsafah kesatuan ilmu pengetahuan secara umum membahas mengenai filsafat. Filsafat memiliki makna
yang sangat luas. Pandangan yang menjelaskan bahwa semua ilmu yang ada di muka bumi adalah sebuah
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan merupakan pengertian dari Unity of Science (UOS) atau wahdatul
ulum. Unity of science merupakan sebuah solusi untuk menghindari adanya dikotomi anatar ilmu agama
dengan ilmu sains yang menjadi penyebab kemunduran umat islam. Unity of Sciences dapat membuat kita
sadar bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada merupakan hal yang sangat penting (Chair, 2020).
Di Kampus UIN Walisongo Unity of Science dikembangkan ke dalam lima gugus ilmu. Kelima gugus ilmu
itu adalah : Ilmu Agama dan humaniora (religion and humanity sciences), Ilmu-ilmu sosial (social
sciences), Ilmu-ilmu kealaman (natural sciences), Ilmu matematika dan sains komputer (mathematics and
computing sciences), dan Ilmu-ilmu profesi dan terapan (professions and applied sciences) (Liliana, 2020).
Artikel ini fokus pada penerapan unity of science pada ilmu-ilmu sosial (social sciences). Ilmu-ilmu sosial
adala sains sosial yang muncul saat manusia belajar interaksi antar sesamanya.
2. PEMBAHASAN
A. Makna dan Ruang Lingkup Falsafah Kesatuan Ilmu
Falsafah kesatuan ilmu pengetahuan membahas tentang filsafat secara umum. Kata filsafat memiliki makna
yang sangat luas. Filsafat sering dikaitkan dengan rancangan tentang kehidupan, cara manusia hidup,
bahkan metode berpikir. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu, walaupun dalam perkembangannya,
baik filsafat dan ilmu (sains) memiliki ciri khas dan metode yang berbeda.
Falsafah merupakan istilah kata serapan dari Bahasa Arab atas istilah Yunani yaitu philosophia. Istilah yang
lain adalah hikmah. Hikmah biasanya digunakan untuk mewakili istilah falsafah, misalnya penggunaan kata
al-hikmah alisyraqiyah oleh Suhrawardi yang artinya filsafat iluminasi. Filsafat memposisikan di tengah-
tengah antara teknologi dan sains. Filsafat sebagai teologi, berisikan pemikiran mengenai ilmu pengetahuan
yang sangat luas dan tidak berujung.
Filsafat dibagi menjadi tiga yaitu ontology, epistemology, aksiologi.
a. Ontology merupakan istilah dari Bahasa Yunani yang berasal dari kata ontos dan logos. Ontos
artinya wujud atau yang ada. Sedangkan logos berarti ilmu. Sehingaa ontology dapat diartikan
sebagai ilmu ilmu tentang segala hal yang wujud atau yang ada. Objek kajian ontology terdiri dari
segala yang ada, baik yang bersifat individu, umum, yang universal, yang terbatas, yang tidak
terbatas, sampai yang mutlak, baik yang tampak secara fisik (fenomena) atau yang berada di balik
realitas (noumena).
b. Epistemology. Istilah epistemology berasal dari Bahasa Yunani, dari kata episteme dan logos. Kata
episteme artinya pengetahuan dan logos adalah teori. Berarti epistemology artinya teori mengenai
pengetahuan. Posisinya sangat penting di dalam filsafat karena studi terhadap objek pengetahuan
tidak dapat dilakukan tanpa adanya teori atau sumber-sumber yang diakui dan disepakati untuk
memeperoleh pengetahuan tersebut. Untuk memperoleh pengetahuan yang asli, harus disusun
kriteria dan nilai yang berkaitan dengan sumber pengetahuan tersebut.
c. Aksiologi merupakan filsafat tentang nilai. Istilah value atau valuation dapat disamakan dengan
aksiologi. Aksiologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu axia yang artinya nilai, dan logos berarti
ilmu. Nilai dalam aksiologi diukur beradasarkan manfaat (utility), kepentingan (importance),
kebutuhan (need), dan penghargaan (estimation).aksiologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu etika
(filsafat moral) dan estetika (filsafat keindahan). Etika meliputi dari tingkah laku atau perbuatan
manusia yang dinilai dari segi baik-buruknya. Sedangakan estetika adalah cabang filsafat yang
membahas tentang ciri-ciri keindahan, cita-rasa, kreasi, dan apresiasi keindahan.
Melalui dari tiga cabang tersebut, falsafah bertujuan untuk memecahkan dan mencari jawaban atas hakikat
segala sesuatu. Tugas dari filsafat adalah sebagai penjernihan konsep yang artinya menggunakan
pemikiran-pemikiran yang logis untuk memecahkan berbagai permasalahan yang sulit dalam kehidupan
manusia (Chair, 2020).
B. Wahdatul ‘Ulum
Secara etimologi, istilah wahdatul ‘ulum berasal dari kata wahdat yang artinya satu dan ‘ulum (jamak dari
kata ‘ilm) yang berarti ilmu-ilmu. Kemunculan istilah wahdatul ‘ulum berasal dari fenomena pemisahan
antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam ranah akademik maupun dalam pandang sebagian masyarakat
islam, ilmu agama dan ilmu umum memiliki entitas berbeda dan wilayah berbeda baik dari segi objek
formal dan objek materialnya, sehingga keduanya sulit untuk dipertemukan atau disandingkan. Oleh
sebagian ahli sains ilmu agama dianggap bukan sebagai ilmu karena dibangun berdasarkan keyakinan ahli-
ahli dengan pembuktian.
3. Perbedaan pandang mengenai alat dan sumber pengetahuan (epistemologi) terjadi di masa-masa awal
kemunculan filsafat. Dari perbedaan kedua epistemology tersebut, dibagi menjadi dua jenis ilmu, yaitu ilmu
yang diperoleh dengan cara observasi dan ilmu yang diperoleh melalui kehadiran ilham/ilmu ilahi. Dalam
tradisi keilmuan islam, ‘ilm al-hushuli adalah ilmu yang diperoleh dengan cara observasi, sedangakan ‘ilm
al-hudhuri adalah ilmu yang datang langsung dari tuhan atau diperoleh melalui ilham. Filsuf pertama yang
melakukan penulisan filsafat sistematis dalam dunia Islam adalah Al- Kindi, juga mengklarifikasi
pengetahuan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan yang diperoleh melalui
akal.
Klasifikasi yang dilakukan oleh Al-Kindi menunjukkan bahwa perbedaan eistemologis yang terjadi di
filsafat Yunani Kuno juga merintis ke dunia keilmuan Islam pada awal-awal masuknya filsafat ke dunia
Islam. Dimana konsep wahdatul ‘ulum di era modern yang paling dikenal adalah gagasan islamisasi ilmu
pengetahuan dari Ismail Faruqi dan Naquib Alatas. Secara substansial gagasan wahdatul ‘ulum tersebut
berasal dari kebutuhan akan pendekatan baru terhadap ilmu pengetahuan dan realitas kaum muslimin yang
terus berkembang (Chair, 2020).
C. Unity of Science (UOS)
Pandangan yang menjelaskan bahwa semua ilmu yang ada di muka bumi adalah sebuah kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan merupakan pengertian dari Unity of Science (UOS) atau wahdatul ulum. UOS memiliki
pemahaman bahwa setiap ilmu yang ada tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Ada keterkaitan antara ilmu
satu dengan ilmu lainnya. Dalam tinjauan islam, paradigma unity of sciences menegaskan bahwa semua
ilmu pada dasarnya adalah satu kesatuan yang berasal dari dan bermuara pada Allah melalui wahyu-Nya
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, semua ilmu sudah seharusnya saling
berdialog dan bermuara pada satu tujuan dan selalu berjalan beriringan. Hal ini tidak berlaku hanya kepada
ilmu agama saja melainkan juga ilmu pengetahuan. Sehingga antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan
seharusnya berjalan beriringan dan tidak bertentangan satu sama lainnya.
Pemahaman tentang konsep inilah yang menyebabkan banyak ilmuan di masa lalu tidak hanya menguasai
salah satu cabang ilmu saja melainkan penguasaan tentang banyak ilmu pengetahuan pada dirinya sangatlah
kuat. Sebagai contoh banyak ilmuan islam di masa lalu yang menguasai ilmu alam (matematika, fisika, dll)
tetapi juga sangat mahir dan menguasai dalam ilmu perpolitikan semisal ilmuan Islam Al-Farabi. Tokoh
lain yang menunjukkan hal sama juga ditunjukkan oleh Ibn Shina yang dianggap sebagai Bapak kedokteran
modern oleh banyak kalangan. Selain karyanya tentang kedokteran yang sangat terkenal yaitu Qanun fi
Thib yang menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad, ia juga banyak menulis di bidang
lain terutama filosofi. Karya lain yang terkenal yang memuat banyak pokok bahasan ilmu lainnya adalah
Asy Syifa yang terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan.
Menurut Kuntowijoyo dalam mecapai kestauan ilmu dalam ilmu-ilmu social maka ilmuan sosial harus
kembali dengan menempatkan al-Quran sebagai cara memahami manusia. Ilmu-ilmu sosial dan wahyu
harus disamakan. Agama penting dalam upaya pengembangan ilmu-ilmu sosial (Suyetno, 2016).
Adapun langkah-langkah Unity of science dalam ilmu sosial yaitu ;
a. Dapat membedakan antara ilmu yang berasal dari wahyu dan ilmu pengetauan modern.
b. Menganalisis dalam berfikir kritis atas semua ilmu yang ada
c. Memahami bawa ilmu pengetahuan bersumber dari allahdan tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya.
d. Mempercayai adanya Unity of Science dalam ilmu social akan mendapatkan imu-ilmu baru dan
etis yang bermanfaat bagi membangun martabat.
e. Dapat menerapkan Unity of Science dalam ilmu-ilmu social yang baik dan benar.
4. Salah satu contoh penerapan Unity of Science dalam ilmu-ilmu sosial adalah bagaimana cara berbicara
yang baik agar tidak menyakiti lawan bicara, ada banyak ilmu yang terkait dengan hal tersebut. Yaitu
melalui ilmu agama tentang akhlakul karimah, ilmu sosial tengang cara bersosialisasi yang baik, ilmu
komunikasi, ilmu psikologi dan lain-lain (Liliana, 2020).
Unity of Sciences dapat membuat kita sadar bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada merupakan hal yang
sangat penting. Tidak lagi mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Selayaknya kita dapat mengetahui dan
menguasai berbagai dari cabang ilmu pengetahuan. Meskipun fokus kita hanyalah salah satu saja,
sepatutnya dapat mengetahui ilmu lainnya dalam kaitannya dengan Unity of Sciences. Unity of Sciences
inilah yang seharusnya membuat kita menjadi paham bahwa sepatutnya Ilmu pengetahuan dan Agama itu
berjalan beriringan dan harus dimiliki oleh setiap orang. Konsep inilah yang seharusnya menjadi dasar
banyak orang sebagai bekal dalam kehidupan yang ia hadapi (Suyetno, 2016).
KESIMPULAN
Falsafah kesatuan ilmu pengetahuan membahas tentang filsafat secara umum. . Filsafat merupakan induk
dari segala ilmu, walaupun dalam perkembangannya, baik filsafat dan ilmu (sains) memiliki ciri khas dan
metode yang berbeda. Filsafat sebagai teologi, berisikan pemikiran mengenai ilmu pengetahuan yang
sangat luas dan tidak berujung. Filsafat dibagi menjadi tiga yaitu ontology, epistemology, aksiologi.
Melalui dari tiga cabang tersebut, falsafah bertujuan untuk memecahkan dan mencari jawaban atas
hakikat segala sesuatu.
Secara etimologi, istilah wahdatul ‘ulum berasal dari kata wahdat yang artinya satu dan ‘ulum (jamak dari
kata ‘ilm) yang berarti ilmu-ilmu. Kemunculan istilah wahdatul ‘ulum berasal dari fenomena pemisahan
antara ilmu agama dan ilmu umum. Filsuf pertama yang melakukan penulisan filsafat sistematis dalam
dunia Islam adalah Al- Kindi, juga mengklarifikasi pengetahuan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan
inderawi dan pengetahuan yang diperoleh melalui akal. konsep wahdatul ‘ulum di era modern yang paling
dikenal adalah gagasan islamisasi ilmu pengetahuan dari Ismail Faruqi dan Naquib Alatas. Secara
substansial gagasan wahdatul ‘ulum tersebut berasal dari kebutuhan akan pendekatan baru terhadap ilmu
pengetahuan dan realitas kaum muslimin yang terus berkembang.
Unity of Sciences memiliki pemahaman bahwa setiap ilmu yang ada tidak dapat berdiri dengan
sendirinya. Dalam tinjauan islam, paradigma unity of sciences menegaskan bahwa semua ilmu pada
dasarnya adalah satu kesatuan yang berasal dari dan bermuara pada Allah melalui wahyu-Nya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemahaman tentang konsep inilah yang menyebabkan banyak ilmuan
di masa lalu tidak hanya menguasai salah satu cabang ilmu saja melainkan penguasaan tentang banyak
ilmu pengetahuan pada dirinya sangatlah kuat. Salah satu contoh penerapan Unity of Science dalam ilmu-
ilmu sosial adalah bagaimana cara berbicara yang baik agar tidak menyakiti lawan bicara, ada banyak
ilmu yang terkait dengan hal tersebut.
Unity of Sciences membuat kita sadar bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada merupakan hal yang
sangat penting. Selayaknya kita dapat mengetahui dan menguasai berbagai dari cabang ilmu pengetahuan.
Unity of Sciences inilah yang seharusnya membuat kita menjadi paham bahwa sepatutnya Ilmu
pengetahuan dan Agama itu berjalan beriringan dan harus dimiliki oleh setiap orang.
DAFTAR PUSTAKA
Chair, B. M. (2020). Falsafah Kesatuan Ilmu. Semarang: SeAP (Southeast Asian Publishing).
5. Liliana, S. (2020, Oktober 22). Langkah-Langkah UOS Dalam Ilmu-Ilmu Sosial. Retrieved from
SERAMBI EKONOMI: Bunga Rampai PBAS B1 FEBI UIN Walisongo 2020:
https://pbasb1.blogspot.com/2020/10/langkah-langkah-uos-dalam-ilmu-ilmu.html
Suyetno, H. (2016, Juni 04). Unity Of Science. Retrieved from Hadi Suyetno:
https://hadisuyetno.wordpress.com/2016/06/04/unity-of-sciences/