Makalah ini membahas konsep filsafat, ilmu, dan filsafat ilmu. Filsafat dijelaskan sebagai jalan pemikiran untuk mencari makna dari suatu kejadian, sedangkan ilmu merupakan hasil pengayaan pengetahuan yang terbukti secara ilmiah. Filsafat ilmu mempelajari hubungan antara ilmu dan filsafat dengan tujuan mengembalikan nilai-nilai luhur ilmu agar tidak merugikan manusia."
1. 1
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN
KONSEP FILSAFAT, ILMU, DAN FILSAFAT ILMU
Disusun Oleh:
Andi Pebriudin
Hafidz Al-Atho’
Ali Mustofa
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
TAHUN 2018
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa karena telah memberikan kekuatan
kepada kami untuk menyelesaikan tugas kelompok berupa pembuatan makalah filsafat ini.
makalah ini berjudul Konsep dasar Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu yang berisi tentang ulasan
mengenai makna Filsafat Ilmu. Penulis membuat makalah ini ditujukan sebagai tugas kelompok dalam
mata kuliah Filsafat. Kemudian penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang bersangkutan
karena telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula penulis sampaikan
ucapan terima kasih kepada rekan-rekan dan keluarga yang telah memberikan dukungan kepada
penulis. Kemudian penulis memohon maaf jika pada penulisan ini banyak kesalahan-kesalaan. Oleh
karena itu sebagai manusia biasa, penulis menerima masukan yang membangun dari pembaca. Sekian
dan terimakasih.
Metro,4 Oktober 2018
Penulis
3. 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat .................................................................................................................... 5
B. Ilmu ........................................................................................................................ 7
C. Filsafat Ilmu ............................................................................................................ 9
BAB III Kesimpulan.............................................................................................................. 18
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 20
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Zaman milenial ini filsafat ilmu tidak lekang di makan waktu, masih menjadi bahan ajar di
tiap-tiap universitas, berbagai kajian mengenai asalusul kehidupan, hakikat kehidupan.
Bagaimanakah kehidupan ini? Dan untuk apa kehidupan ini?, manusia memiliki
perbendaharaan pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk,
indah, dan jelek. Orang lain yang mampu memberikan penilaian secara objektif dan tuntas serta
pihak lain yang melakukan penilaian sekaligus memberikan arti adalah pengetahuan yang disebut
filsafat.
Konsep dasar filsafat bagaikan pisau yang digunakan untuk mengupas persoalan mencari makna.
Ilmu memberikan kita referensipenemuan masyarakat terdahulu. Filsafat Ilmu mereproduksi dan
mendaurulang pemikiran sehingga terus mewarnaizaman. Filsafat ilmu terbagi atas dua kata yaitu
Filsafat dan Ilmu, Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara
substansial maupun historis Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan
filsafat , sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Ilmu atau Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua strata pendidikan.
Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai
acuan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dianggap sebagai hafalan saja, bukan sebagai
pengetahuan yang mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan gejala alam untuk
kesejahteraan dan kenyamanan hidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu
untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi menjadi
bencana bagi kehidupan manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi.
Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang fundamental, karena ilmu telah mengurangi
bahkan menghilangkan peran manusia, dan bahkan tanpa disadari manusia telah menjadi budak
ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, filsafat ilmu mencoba mengembali-kan roh dan nilai luhur
dari ilmu, agar ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan
mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen dalam mencapai kesejahteraan bukan
tujuan. Filsafat ilmu diberikan sebagaipengetahuan bagi orang yang ingin mendalami hakikat
ilmu dan kaitannya dengan pengetahuan lainnya. Bahan yang diberikan tidak ditujukan untuk
menjadi ahli filsafat. Dalam masyarakat religius, ilmu dipandang sebagaibagian yang tidak
terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan.
Manusia diberi daya fikir oleh Tuhan, dan dengan daya fikir inilah manusia menemukan
teori-teori ilmiah dan teknologi. Pengaruh agama yang kaku dan dogmatis kadang
kala menghambat perkembangan ilmu. Oleh karenanya diperlukan kecerdasan dan kejelian
5. 5
dalam memahami kebenaran ilmiah dengan sistem nilai dalam agama,agar keduanya tidak
saling bertentangan. Dalam filsafat ilmu, ilmu akan dijelaskan secara filosofis dan akademis
sehingga ilmu dan teknologi tidak tercerabut dari nilai agama, kemanusiaan dan lingkungan.
Dengan demikian filsafat ilmu akan memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap ilmu.
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP FILSAFAT, ILMU , DAN FILSAFAT ILMU
A. FILSAFAT
6. 6
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Dari masa ke masa filsafat menjadi pijakan
manusia mencari hikmah dari suatu kejadian. Karena manusia memiliki keterbatasan maka Allah
yang maha kuasa menurunkan wahyu. Tapi kita akan memperdalam tentang filsafat, Kata filsafat‖
ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ―philos‖ dan ―sophia‖. ―Philos‖ artinya cinta
yang sangat mendalam, dan ―sophia‖ artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering
dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Dalam penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan
dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat (masyarakat). Mungkin anda pernah bertemu
dengan seseorang dan mengatakan: ―filsafat hidup saya adalah hidup seperti oksigen, menghidupi
orang lain dan diri saya sendiri‖. Atau orang lain lagi mengatakan: ―Hidup harus bermanfaat bagi
orang lain dan dunia‖. Ini adalah contoh sederhana tentang filsafat seseorang.
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah
ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau
seorang, yang berdiri di puncak tinggi, memandang sekitar dan lembah di bawahnya. Dia ingin
menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat yang
pertama adalah sifat menyeluruh Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dan segi
pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang
Iainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin
apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.
Konsep dasar filsafat menurut para ahli di terjemahkan menjadi suatu alat dalam mencari
makna dari suatu fakta ataupun peristiwa. Mari kita pahami menurut para ahli, Henderson
sebagaimana dikutip oleh Uyoh Sadulloh (2007:16) mengemukakan: ―Populerly, philosophy
menans one’sgeneral view of lifeof men, of ideals, and of values, in the sense everyone has a
philosophy of life”. Populer, filsafat berarti pandangan umum seseorang tentang kehidupan
manusia, cita-cita, dan nilai-nilai, dalam arti setiap orang memiliki filosofi hidup ”.
Di Jerman dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup (Weltanscahuung). Filsafat
diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya.
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Magnis Suseno (1995:20) bahwa filsafat sebagai ilmu
kritis. Dalam pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang
penting atau apa yang berarti dalam kehidupan.
Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa filsafat sebagai cara berpikir yang kompleks,
suatu pandangan yang tidak memiliki kegunaan praktis. Ada pula yang beranggapan bahwa para
filsuf bertanggung jawab terhadap cita-cita dan kultur masyarakat tertentu. Seperti halnya Karl
Marx dan Fredrich Engels yang telah menciptakan komunisme. Thomas Jefferson dan John Stuart
Mill telah mengembangkan suatu teori yang dianut dalam masyarakat demokratis. John Dewey
adalah peletak dasar kehidupan pragmatis di Amerika.
7. 7
Sidi Gazalba (1974:7) mengatakan bahwa filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal,
sistematis, universal. Kata ―radikal‖ berasal dari bahasa Latin ―radix‖ yang artinya akar. Filsafat
bersifat radikal, artinya permasalahan yang dikaji, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan
jawaban yang diberikan bersifat mendalam sampai ke akar-akarnya yang bagi orang awam
mungkin dianggap hal biasa yang tidak perlu dibahas lagi, tetapi filsafat ingin mencari kejelasan
makna dan hakikatnya. Misal: Siapakah manusia itu? Apakah hakikat alam semesta ini? Apakah
hakikat keadilan?
Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia
yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta,
hidup 4 dan makna hidup. Ada beberapa definisi filsafat yang dikemukakan Harold Titus, yaitu:
(1) Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta;
(2) Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan penelitian penalaran;
(3) Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah;
(4) Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran penting dalam
menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk
mencapai kearifn dan kebajikan. Kearifan merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai
hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya, baik yang
tersurat maupun yang tersurat dalam kehidupan.
Jadi menurut intepretasi kami filsafat merupakan jalan pemikiran yang universal dalam
mencari hakikat dari suatu kejadian atau problema yang dipikirkan. Filsafat dapat digunakan bagi
orang yang memiliki pengetahuan yang holistik dalam hal persoalan yang menyangkut masalah
tersebut. Menggunakan filsafat adalah terobosan mencari solusi dalam kesulitan hidup namun ini
bukan merupakan pekerjaan mudah, karena membutuhkan kejernihan pikiran, nurani, dan
ketajaman indra kita.
B. ILMU
Ilmu ialah hakikat yang sebenarnya tentang sesuatu perkara. Dalam pandangan Islam, sumber
sebenar ilmu ialah daripada Allah s.w.t. iaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui. Allah s.w.t.
menganugerahkan makna tentang sesuatu perkara kepada sesiapa sahaja yang dikehendaki-Nya.
1. Pengelasan dan sumber ilmu
Ilmu dalam Islam dapat dikategorikan kepada beberapa peringkat berdasarkan sumber ilmu yang
diiktiraf dalam Islam. Menurut pandangan semesta Islam, sumbersumber ilmu dalam Islam dapat
dibahagikan kepada ilmu wahyu, ilmu ilham dan ilmu akal.
8. 8
2. Hierarki ilmu
Setiap bahagian ilmu ini ada hierarki dan kedudukannya dalam Islam sebagai ilmu yang diterima
dalam bidang epistemologi Islam. Secara umumnya hierarki ilmu terdiri daripada ilmu wahyu,
ilmu ilham dan ilmu akal.
9. 9
Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud:
Allah mengangkat darjat orang yang beriman daripada kamu dan orang yang diberikan ilmu
dengan beberapa darjat.
(Surah al-Mujadalah: 11)
(Sumber: https://pengajianislam.pressbooks.com/chapter/konsep-ilmu/)
10. 10
Dapat di ambil kesimpulan bahwa ilmu merupakan hasil dari pengayaan pengetahuan yang
dapat dibuktikan secara ilmiah. Ilmu dapat memberikan petunjuk kepada kita menempuh jalan
kebenaran. Dapat dikatakan ilmu dapat mengantarkan kita ke surga.
C. FILSAFAT ILMU
Alkisah bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, “Coba sebutkan
kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini berdasarkan
pengetahuannya!”
Filsuf itu menarik napas panjang dan berpantun:
Ada orangyang tahu di tahunya
Ada orangyang tahu di tidaktahunya
Ada orang yang tidak tahu di tahunya
Ada orang yang tidak tahu di tidak tahunya
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah
kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga berfilsafat
berartj mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya
kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai
pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus teráng
kepada diri kita sendiri: Apakah Sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cininya
yang hakiki yang membedakan ilmu dan pengetahuan, pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kritenia apa yang kita
pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu?
Sering kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir memandang rendah kepada
ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa Iebih tinggi dan lulusan IPS. Atau lebih sedih lagi, seorang
ilmuwan memandang rendah kepada pengetahuan lain. Mereka meremehkan moral, agama dan
nilai estetika.
Seorang yang berpikir filsafat selain tengadah ke bintang-bintang, juga membongkar tempat
berpijak secara fundamental. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang kedua yakni sifat mendasar.
Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar?
Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri
benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah Iingkaran maka pertanyaan itu melingkar. Dan
menyusun sebuah lingkaran, kita harus mulai dari satu titik, yang awal dan pun sekaligus akhir.
Memang demikian, secara terus terang tidak mungkin kita menangguk pengetahuan secara
keseluruhan, dan bahkan kita tidak yakin kepada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang
11. 11
mendasar. Dalam hal ini kita hanya berspekulasi dan inilah yang merupakan ciri filsafat yang
ketiga yakni sifat spekulatif.
Kita mulai mengeyitkan kening dan timbul kecurigaan terhadap filsafat: bukankah spekulasi
ini suatu dasar yang tidak bisa diadakan? Dan seorang filsuf akan menjawab: memang namun hal
ini tidak bisa dihindarkan, Menyusur sebuah lingkaran kita harus mulai dan sebuah titik
bagaimanapun juga spekulatifnya Yang penting adalah bahwa dalam prosesnya, balk dalam
analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan
mana yang tidak. Dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah
alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya atau absurd?
Sekarang kita sadar bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi.
Dan serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang
merupakan titik awal dan penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang
disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang di atas dasar kebenaran, Tanpa
menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral.
Demikian juga tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara
tentang kesenian.
Filsafat Peneratas Pengetahuan Filsafat, merninjau pemikiran Will Durant, dapat diibaratkan
pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan infanteri ini
adalah sebagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat
berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan
menyempurnakan kemenangan ini menjada pengetahuan yang dapat diandalkan. Setelah
penyerahan dilakukan maka filsafat pun pergi. Dia kembali menjelalah laut lepas berspekulasi dan
meneratas.
Seorang yang skeptis akan berkata: sudah lebih dan dua ribu tahun orang berfilsafat namun
selangkah pun dia tidak maju. Sepintas lalu kelihatannya memang demikian,dan kesalahpahaman
ini dapat segera dihilangkan,sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir yang merupakan
pionir, bukan pengetahuan yang bersifat memerinci. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah
dimenangkannya kepada ilmu pengetahuan dan pengetahuan lainnya. Semua ilmu, baik ilmu-ilmu
alam maupun ilmu-ilmu sosial, bertolak dan pengembangannya bermula sebagai filsafat.
Nama asal fisika adalah filsafat alam (natural phisolophy) dan nama asal ekonomi adalah
filsafat moral (moral philosophy). Dalarn perkembangan filsafat mnjadi ilmu maka terdapat taraf
peralihan. Dalam taraf peralihan maka bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak
lagi menyeluruh melainkan sekitoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara
keseluruhan melainkan dikaitkan dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi. Walaupun demikian dalam taraf ini secara
konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma norma filsafat. Umpamanya ekonomi masih
12. 12
merupakan penerapan etika (applied ethics) dalam kegiatan manusia memenuhi kebutuhan
hidupnya. Metode yang dipakai adalah normatif dan deduktif berdasarkan asas-asas moral yang
filsafati. Pada tahap setanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dan konsep-konsep filsafat dan
mendasarkan sepenuhnya kepada hakikat alam sebagaimana adanya.
Selaras dengan dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang
mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia
mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masajah yang satu, dia pun mulai merambah
pertanyaan lain. Tentu saja tiap kurun zaman mempunyai masalah yang merupakan mode pada
waktu itu. Hal ini selaras dengan usaha peningkatan kemampuan penalaran maka filsafat ilmu
menjadi “ngetop”, sedangkan dalam masa-masa mendatang maka yang akan menjadi perhatian
kemungkinan besar bukan lagi filsafat ilmu, melainkan filsafat moral yang berkaitan dengan ilmu.
Ilmu ekonomi bertujuan menelaah hubungan manusia deñgan benda/jasa yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya; dan manajemen bertujuan menelaah kerja sama antar sesama
manusia dalam mencapai suatu tujuan yang disetujui bersama. Cocoklah asumsi bahwa manusia
adalab Homo oeconomicus bagi managernen yang tujuannya menelaah kerja sama antar manusia?
Apakah motif ekonomis yang mendorong seseorang untuk ikut menjadi suka relawan
memberantas kemiskinan dan kebodohan? Tentu saja tidak, bukan, dan untuk itu manajemen
mempunyai beberapa asumsi tentang manusia tergantung dan perkembangan dan lingkungan
masing-masing seperti makhluk ekonomi,makhluk sosial dan makhluk aktualisasi diri. Mengkaji
permasalahan manajemen dengan asumsi manusia dalam kegiatan ekonomis akan menyebabkan
kekacauan dalam analisis yang bersifat akademik. Demikian pula mengkaji permasalahan ekonomi
dengan asumsi manusia yang lain di luar makhluk ekonomi (katakanlah makhluk sosial) seperti
asumsi dalam manajemen akan menjadikan ilmu ekonomi menjadi moral terapan, mundur, sekian
ratus tahun ke abad pertengahan.
1. Orientasi Filsafat Ilmu
Setelah mengenal pengertian dan makna apa itu filsafat dan apa iti ilmu, maka pemahaman
mengenai filsafat ilmu tidak akan terlalu mengalami kesulitan. Hal ini tidak berarti bahwa dalam
memaknai filsafat ilmu tinggal menggabungkan kedua pengertian tersebut, sebab sebagai suatu
istilah, filsafat ilmu telah mengalami perkembangan pengertian serta para akhli pun telah
memberikan pengertian yang bervariasi, namun demikian pemahaman tentang makna filsafat dan
makna ilmu akan sangat membantu dalam memahami pengertian dan makna filsafat ilmu
(Philosophy of science).
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman
mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun
manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat
13. 13
yang tercakup dalam bidang ontologi,epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan
dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.
Secara historis filsafat dipandang sebagai the mother of sciences atau induk segala ilmu,
hal ini sejalan dengan pengakuan Descartes yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar ilmu
diambil dari filsafat. Filsafat alam mendorong lahirnya ilmu-ilmu kealaman, filsafat sosial
melahirkan ilmu-ilmu sosial, namun dalam perkembangannya dominasi ilmu sangat menonjol,
bahkan ada yang menyatakan telah terjadi upaya perceraian antara filsafat dengan ilmu, meski hal
itu sebenarnya hanya upaya menyembunyikan asal usulnya atau perpaduannya seperti terlihat dari
ungkapkan Husein Nasr (1996) bahwa :
meskipun sains modern mendeklarasikan independensinya dari aliran filsafat tertentu, namun
ia sendiri tetap berdasarkan sebuah pemahaman filosofis partikular baik tentang karakteristik alam
maupun pengetahuan kita tentangnya, dan unsur terpenting di dalamnya adalah Cartesianisme
yang tetap bertahan sebagai bagian inheren dari pandangan dunia ilmiah modern. Dominasi ilmu
terutama aplikasinya dalam bentuk teknologi telah menjadikan pemikiran-pemikiran filosofis
cenderung terpinggirkan, hal ini berdampak pada cara berfikir yang sangat pragmatis-empiris dan
partial, serta cenderung menganggap pemikiran radikal filosofis sebagai sesuatu yang asing dan
terasa tidak praktis, padahal ilmu yang berkembang dewasa ini di dalamnya terdapat pemahaman
filosofis yang mendasarinya sebagaimana kata Nasr .
Perkembangan ilmu memang telah banyak pengaruhnya bagi kehidupan manusia, berbagai
kemudahan hidup telah banyak dirasakan, semua ini telah menumbuhkan keyakinan bahwa ilmu
merupakan suatu sarana yang penting bagi kehidupan, bahkan lebih jauh ilmu dianggap sebagai
dasar bagi suatu ukuran kebenaran. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa tidak semua
masalah dapat didekati dengan pendekatan ilmiah, sekuat apapun upaya itu dilakukan, seperti
kata Leenhouwers yang menyatakan:
Walaupun ilmu pengetahuan mencari pengertian menerobos realitas sendiri, pengertian itu
hanya dicari di tataran empiris dan eksperimental. Ilmu pengetahuan membatasi kegiatannya hanya
pada fenomena-fenomena, yang entah langsung atau tidak langsung, dialami dari pancaindra.
Dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak menerobos kepada inti objeknya yang sama sekali
tersembunyi dari observasi. Maka ia tidak memberi jawaban prihal kausalitas yang paling dalam.
Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa adalah sulit bahkan tidak mungkin ilmu mampu
menembus batas-batas yang menjadi wilayahnya yang sangat bertumpu pada fakta empiris,
memang tidak bisa dianggap sebagai kegagalan bila demikian selama klaim kebenaran yang
disandangnya diberlakukan dalam wilayahnya sendiri, namun jika hal itu menutup pintu refleksi
radikal terhadap ilmu maka hal ini mungkin bisa menjadi ancaman bagi upaya memahami
kehidupan secara utuh dan kekayaan dimensi di dalamnya.
Meskipun dalam tahap awal perkembangan pemikiran manusia khususnya jaman Yunani
kuno cikal bakal ilmu terpadu dalam filsafat, namun pada tahap selanjutnya ternyata telah
14. 14
melahirkan berbagai disiplin ilmu yang masing-masing mempunyai asumsi filosofisnya
(khususnya tentang manusia) masing-masing. Ilmu ekonomi memandang manusia sebagai homo
economicus yakni makhluk yang mementingkan diri sendiri dan hedonis, sementara sosiologi
memandang manusia sebagai homo socius yakni makhluk yang selalu ingin berkomunikasi dan
bekerjasama dengan yang lain, hal ini menunjukan suatu pandangan manusia yang fragmentaris
dan kontradiktif, memang diakui bahwa dengan asumsi model ini ilmu-ilmu terus berkembang dan
makin terspesialisasi, dan dengan makin terspesialisasi maka analisisnya makin tajam, namun
seiring dengan itu hasil-hasil penelitian ilmiah selalu berusaha untuk mampu membuat
generalisasi, hal ini nampak seperti contradictio in terminis (pertentangandalam istilah)
Dengan demikian eksistensi ilmu mestinya tidak dipandang sebagai sesuatu yang sudah
final, dia perlu dikritisi, dikaji, bukan untuk melemahkannya tapi untuk memposisikan secara tepat
dalam batas wilayahnya, hal inipun dapat membantu terhindar dari memutlakan ilmu dan
menganggap ilmu dan kebenaran ilmiah sebagai satu-satunya kebenaran, disamping perlu terus
diupayakan untuk melihat ilmu secara integral bergandengan dengan dimensi dan bidang lain yang
hidup dan berkembang dalam memperadab manusia. Dalam hubungan ini filsafat ilmu akan
membukakan wawasan tentang bagaimana sebenarnya substansi ilmu itu, hal ini karena filsafat
ilmu merupakan pengkajian lanjutan, yang menurut Beerleng, sebagai Refleksi sekunder atas illmu
dan ini merupakan syarat mutlak untuk menentang bahaya yang menjurus kepada keadaan cerai
berai serta pertumbuhan yang tidak seimbang dari ilmu-ilmu yang ada, melalui pemahaman
tentang asas-asas, latar belakang serta hubungan yang dimiliki/dilaksanakan oleh suatu kegiatan
ilmiah.
2. Cabang Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan
apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk
(elika),serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama
filsafat ini kemudian bertambah Lagi yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan
zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam
metafisika; dan, kedua politik: yakni kajian mengenal organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.
Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang
mempunyai bidang kajian yang Iebih spesifik di antaranya filsafat iLmu. Cabang cabang filsafat
tersebut antara lain mencakup:
a. Agama
b. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
c. Etika (Filsafat Moral)
d. Estetika (Filsafat Seni)
e. Metafisika
15. 15
f. Politik
g. Filsafat ilmu
h. Pendidikan hukum
i. Sejarah
j. Matematika
4. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti :
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ?
(Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan
yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
ilmu? (Landasan epistemologis)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis). [7]
Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis Psillos and martin Curd menjelaskan bahwa
filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan – pertanyaan yang meliputi :
apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu bagaimana membedakan
ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga pseudoscience?
bagaimana teori ilmiah dan hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep
teoritik itu dapat lebih bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan
penelitian dan observasi ilmiah?
16. 16
apa saja yang membangun struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya
causation(sebab-akibat dan illat), eksplanasi (penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen,
model, reduksi dan sejumlah probabilitas-probalitasnya?.
apa saja aturan – aturan dalam pengembangan ilmu? Apa fungsi eksperimen ? apakah ada
kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup kegunaan epistemic atau pragmatis) dalam
kebijakan dan bagaimana semua itu dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan
factor-faktor gender? [8]
Dari paparan ini dipertegas bahwa filsafat ilmu itu memiliki lingkup pembahasan yang
meliputi: cakupan pembahasan landasan ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan epistemologi
ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.[9]
5. Problema Filsafat Ilmu
Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan
pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Untuk
Telaah tentang problema substansi Filsafat Ilmu, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta
atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.[10]
Permasalahan atau problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu;
perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa yang
terjadi’ - eksistensi suatu entitas) Kedua, Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal
muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai
soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan - metoda untuk menghasilkan kebenaran) Ketiga,
Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan
(manfaat) ilmu dalam peradaban manusia. Ketiganya digunakan sebagai landasan
penelaahan ilmu[11]
6. Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu
Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik dalam menggali dan
meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab musabab pertama dari gejala ilmu pengetahuan.
Di dalamnya mencakup paham tentang kepastian , kebenaran, dan obyektifitas. Cara kerjanya bertitik
tolak pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para ilmuwan, sehingga
kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya masing-masing [12] disinilah
akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu
kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
17. 17
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami
berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori
ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu:
sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis
dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil
ataupun besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
• Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
• Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan
tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
• Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
18. 18
BAB III
KESIMPULAN
1. Hakekat Filsafat
Secara bahasa Philo/philia/philare yang artinya cinta, ingin, senang dan kata Sophia/sophos
yang artinya ilmu, kebijaksanaan atau pengetahuan. Jadi secara dzohir menjadi
filsafat/falsafah/filosofi yang artinya mencintai kebijaksanan pengetahuan dan kenginan yang kuat
akan ilmu pengetahuan. Jadi berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu
yang ada secara kritis, sistematis,tertib,rasional dan komprehensip.
2. Hakekat Ilmu
Mengetahui sebenarnya tentang sesuatu perkara. Ilmu dapat dijadikan pedoman bagi manusia
dalam mencapai kebahagiaan, Karena Allah akan mengangkat derajat bagi setiap orang yang
memiliki ilmu.
3. Hakikat Filsafat Ilmu
a. Pengertian Filsafat Ilmu
merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu,
khususnya mengenai metoda, konsep- konsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta
letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan
(science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. Dalam menyelesaikan
kajiannya pada konsep ontologis. ,secara epistemologis dan tinjauan ilmu secara
aksiologis.
b. Karakteristik filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari berbagai sudut pandang
dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah, sitematis berpangkal pada
metode ilmiah , analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah dan sikap konsisten
dalam membangun teori serta tindakan ilmiah
3. Cabang filsafat ilmu
19. 19
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan
salah (logika), mana yang dianggap baik dan buruk (elika), serta apa yang termasuk indah dan
jelek (estetika).
4. Lingkup dan problema substansi filsafat ilmu
Cakupannya pembahasan tentang problema substansi landasan ontologis ilmu, epistemologi
ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
5. Manfaat mempelajari filsafat ilmu
Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas ilmu/keilmuan.
Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan
pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan
penelitian ilmiah.
Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi.
Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan
tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)
Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
20. 20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Charis,Z, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu,
Yogyakarta:LESFI,2002
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung; Pustaka Setia , 1997
Al Qur’an dan Terjemahannya ,Jakarta: Depag, 1974
Amsal bakhtiar , FIlsafat ilmu ,Jakart;Raja Grafindo, 2006
Anonimus. Ilmu dalampandangan islam. https://pengajianislam.pressbooks.com/chapter /konsep-
ilmu/) Diunduh tgl. 3 Oktober 2018.
C. Verhaak dkk, FIlsafat Ilmu Pengetahuan,Jakarta; Gramedia, 1995
Depdiknas .(2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Gutek, Gerald L. (1988). Philosophical and ideological perspectives on education. New Jersey:
Prentice Hall Inc
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung, 2007
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta; UIP,985
JB. Blikolong,FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR;Seri diktat kuliah Universitas Gunadarma
Jakarta, …
Jerome R.Ravertz , Filsafat Ilmu;sejarah dan ruang lingkup bahasan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar,
2004
Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu ;sebuah pengantar popular, Jakarta;Pustaka Sinar Harapan ,
2001
Juraid Abdul Latif,M.Hum, Manusia Filsafar dan Sejarah,Jakart;Bumi Aksara, 2006
Lokisno CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah filsafat ilmu di Fakultas Ushuluddin IAIN
Sunan Ampel Surabaya,..
M.Solihin,M.Ag, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern,Bandung;Pustaka
Setia, 2007
Made Pramono, S.S., M.Hum.Filsafat Ilmu, Bahan Presentasi kuliah Pascasarjana UNESA.
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu;ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu
Pengetahuan Yogyakarta;Pustaka Pelajar,2010
Muhdhor Achmad, Ilmu dan Keingintahuan , Bandung; Trigendakarya,1994
Sidi Gazalba. (1973). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
21. 21
Smith, William A. (2001). Conscientizacao: Tujuan Pendidikan Paulo Freire. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.