Lumbung Desa adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan di desa-desa melalui peningkatan produktivitas pertanian dan peternakan berbasis potensi lokal. Program ini diwujudkan dalam bentuk kelompok tani dan peternak yang diberdayakan untuk mengelola hasil panen dan memasarkannya, serta mengembangkan bibit tanaman dan ternak. Lumbung Desa diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat des
2. SEJARAH
Pada Mulanya
Pada 14 Oktober 2002, embrio Yayasan Semai Sinergi Umat didirikan oleh Prof. Dr. KH. Miftah Faridl,
yang sekaligus menjadi Ketua Dewan Pembina. Turut serta menandatangani akta Yayasan sebagai anggota
Dewan Pembina, antara lain: H. Rachmat Badruddin (Pengusaha cum Ketua Dewan Teh Indonesia), H.
Achmad Noe’man dan H. Erie Sudewo (Social Enterpreneur cum Pendiri Dompet Dhuafa Republika).
Adapaun pendirian Yayasan tersebut disaksikan langsung di depan Notaris Evy Hybridawati
Wargahadibrata, SH.
Dalam kiprahnya di tengah masyarakat, embrio Yayasan Semai Sinergi Umat telah memunculkan beragam
aktivitas program pemberdayaan yang inspiratif di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan santuan
(Charity). Hal Ini tercermin antara lain dengan lahirnya: Rumah Bersalin Cuma-Cuma (RBC), Lembaga
Pelayanan Masyarakat (LPM), SFRescue, Sinergi dan Advokasi Bebas Rentenir, Ternak kita, Beasiswa
Pemimpin Bangsa (BPB), MyTeacher, Sekolah untuk Semua, juga Pesantren Teraphis. Dalam
perkembangannya, lahir pula Lembaga Wakaf Produktif (WakafPro 99), Tabloid Alhikmah, Green Akikah,
Sinergi Training Center dan beberapa lainnya.
Seiring perkembangan lembaga, yang berbanding lurus dengan kompleksitas problematika umat yang
mengemuka, menuntut perubahan format kelembagaan, sebagai bentuk penyelerasan. Karenanya, dalam
Rapat Resmi Dewan Pembina per tanggal 17 Februari 2011, Embrio Yayasan Semai Sinergi Umat berubah
menjadi Yayasan Semai Sinergi Umat (Sinergi Foundation). Perubahan tersebut secara formil disahkan
dalam Akta Notaris Nomor 24, tanggal 17 Februari 2011, yang dibuat oleh Notaris Evi Hibridawaty, SH.
Dan diputuskan oleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU
– 5622.AH.01.05. Tahun 2011 tentang Perubahan Anggaran Dasar Yayasan Pasal 1 dan Pasal 5, yaitu
Perubahan Nama menjadi Yayasan Semai Sinergi Umat atau Sinergi Foundation.
3. TENTANG LUMBUNG DESA
Lumbung desa merupakan program ketahanan pangan dalam bentuk gerakan
pembentukan usaha produktif yang berbasis kepada potensi lokal pedesaan, seperti:
sawah, kebun, ternak maupun home industry. Upaya ini diwujudkan melalui proses
peningkatan produksi. Inti Lumbung Desa adalah mengembalikan desa kepada
khitahnya: Desa sebagai sumber pangan Indonesia.Mengangkat harkat dan
martabat desa, khususnya para petani. Dampak luasnya, menciptakan kedaulatan
pangan di negeri tercinta.
Lumbung desa sebagai sebuah konsep menawarkan cara pandang baru posisi desa
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dengan dinamikasi sosial yang positif-
progressif. Lumbung desa dengan konsep welfare society mendorong kesejahteraan
masyarakat desa terus meningkat, kemiskinan terkurangi, menguatnya aset desa,
meningkatnya produktifitas lahan dan semakin menguatkanya kapasitas
masyarakat desa dalam berbagai hal.
Di antara Sub Program Lumbung Desa yang tengah berjalan :
a. Pemberdayaan petani dan peternak
b. Pengembangan lumbung bibit
c. Penguatan usaha komunitas untuk penanganan hasil panen dan pemasarannya
d. Tebar 100 ribu Pohon Produktif
e. Gerakan Selamatkan Sawah Produktif
4. BENTUK PROGRAM LUMBUNG DESA
Pada tahun 2014 program lumbung desa sedang menggarap 10 kelompok yang terdiri
dari kelompok baru dan kelompok lama yang tersebar di beberapa titik di Jawa barat.
Pada dasarnya dari sepuluh kelompok itu, 8 kelompok terfokus pada peternakan
hewan domba dan sapi dengan system pemeliharaannya pembibitan dan
penggemukan. Untuk kelompok yang lainnya yaitu 2 kelompok terfokus pada
pertanian padi dan cabe.
5. LATAR BELAKANG LUMBUNG DESA
Indonesia kini berada dalam kondisi “gawat darurat”. Cirinya terlihat dari impor pangan yang mencapai angka 80%. Beras,
yang menjadi makanan pokok masyarakat, masih harus diimpor. Bahkan tempe, makanan tradisional khas negeri ini
yang sangat dikenal, masih terus-menerus terhantam oleh krisi kedelei. Dimanakah negeri agraris yang mampu
menghasilkan sendiri produk pertaniannya?
Kita harus berbesar hati untuk mengakui bahwa bangsa ini sesungguhnya telah krisis pangan. Hanya untuk sementara,
krisisnya terselamatkan dengan adanya kebijakan impor. Namun kita harus waspada. Kelak, ketika terjadi krisis di
negeri pengekspor, negeri kita yang tergantung pada produk negara lain akan terhantam badai krisis.
Bila kita menilik lebih jauh, cara pandang pembangunan di Indonesia sudah lama keliru. Jakarta sebagai pusat
pemerintahan, artinya jelas identik dengan pusat kebijakan. Soalnya pusat kebijakan ini seringkali diartikan, diyakini,
hingga dipaksakan juga jadi pusat pembangunan. Cara dan sikap pandang ini, akibatnya menular kepada ibu kota
provinsi, ibu kota kabupaten, dan kota madya yang mereplika jadi pusat kebijakan sekaligus pusat
pembangunan. Akibatnya konsentrasi pembangunan kini sungguh-sungguh terpusat di kota-kota. Terjadi kepincangan
pembangunan, ketidakadilan pusat dan daerah – kota dan desa. Akibatnya terjadi perapuhan sistemik yang
merongrong kekuatan negara dan stabilitas sebagai sebuah bangsa.
Perbandingan kota dan desa:
Jumlah ibu kota provinsi, kota madya, & kabupaten, sekitar 500 kota.
Jumlah desa sekitar 7.000 – 8.000 desa.
Dengan membangun desa, jelas kemakmuran desa akan mengalir dan mendorong kota-kota tumbuh lebih sehat.
Karena pembangunan terkonsentrasi di kota, desa pun terabaikan yang artinya tak ada kemajuan di desa. Maka desa pun
ditinggalkan warga terbaik. Akibatnya, 71.000 dari 78.000 desa jadi desa tertinggal Pengolahan sawah dan kebun
sayur mayur yang tak banyak menjanjikan, akhirnya beralih kepemilikan.
Hingga akhirnya kini, 88% petani memiliki lahan rata-rata hanya 0,5 ha. Lahan yang untuk kebutuhan sendiri pun tak
cukup. Hingga 80% penghasilan petani untuk kebutuhan sehari-hari, ternyata memang bukan dari pertanian. Dengan
demikian, masih layakkah petani dianggap petani? Dan ironisnya, kondisi sulit ini pun mendorong para petani
sekarang untuk tidak menganjurkan anak-anaknya jadi petani.
6. SUB PROGRAM LUMBUNG DESA
Di antara Sub Program Lumbung Desa yang tengah berjalan:
1. Pemberdayaan petani dan peternak
2. Pengembangan lumbung bibit
3. Penguatan usaha komunitas untuk penanganan hasil panen dan
pemasarannya
4. Tebar 100 ribu Pohon Produktif
5. Gerakan Selamatkan Sawah Produktif
7. TUJUAN LUMBUNG DESA
Inti Lumbung Desa adalah mengembalikan desa kepada khitahnya:
Desa sebagai sumber pangan Indonesia.
Dari inti tujuan, dapat kita pilah atas tiga (3) tujuan:
Ke-1: Tujuang Jangka Pendek:
Mengembalikan, menghidupkan, dan menggairahkan kembali pengolahan
pertanian di desa-desa.
Melatih warga setempat untuk jadi penggerak desa dalam pengolahan
pertanian yang baik dan benar, sekaligus pengelolaan pasca panennya.
Membantu fakis miskin di desa tersebut yang sejogjanya menjadi tanggung
jawab warga desa ybs.
8. TUJUAN LUMBUNG DESA
Ke-2: Tujuan Jangka Menengah:
Menuju Ketahanan Pangan Desa.
Menjamin hak kalangan fakir miskin di desa itu agar setidaknya terpenuhi kebutuhan darurat, yakni pangan.
Menghidupkan jika sudah hilang, atau merawat kembali Modal Social yang masih tersisa di masyarakat, seperti gotong
royong, bagi hasil, siskamling, system penggunaan air, tanah bengkok, tanah ulayat dll.
Menyadarkan pentingnya sinerjitas warga desa untuk mempertahankan, menentukan, dan merawat masa depan yang lebih
baik melalui potensi yang ada.
Memantapkan profesionalitas penggerak desa, baik dalam pengelolaan pertanian dan pasca panen, maupun dalam
mengorganisir diri sebagai salah satu organisasi desa guna kepentingan dan kemanfaatan desa.
Mengajak atau merangsang semangat warga, khususnya pemuda, untuk bersama-sama membangun desa.
Menyelamatkan asset desa dari pemilikan yang menelantarkan tanah hingga malah jadi tak produktif.
Menyelamatkan asset desa dari penguasaan yang tidak bertanggung jawab, dengan penggunaan lahan dengan tidak
memperhatikan potensi, kesesuaian dan kearifan desa.
Menyelamatkan bibit/benih asli atau khas desa ybs. Artinya harus dilakukan:
Pendataan, pemilahan, perawatan, pelestarian dan pengembangan bibit di lahan yang dikhususkan untuk itu.
Membuat bank bibit guna penyimpanan, pelestarian, dan kelangsungan bibit yang khas itu.
Menjadikan Lumbung Desa dan desa sebagai Desa Wisata. Yang artinya:
Menyiapkan kesadaran warga bahwa ada nilai tambah dengan dijadikannya desa sebagai daerah tujuan wisata.
Menyiapkan mental dan perilaku warga, yang dimotori penggerak desa, agar bisa menjadi tuan rumah yang baik guna
mendukung saling mengisi dengan para pengunjung.
Menyiapkan sarana prasarana sebagai daerah tujuan wisata ala desa tanpa berlebih-lebihan dalam menyiapkan fasilitas.
Biarkan para turis menikmati sajian khas desa apa adanya, yang tidak mereka temukan di tempat asalnya.
9. TUJUAN LUMBUNG DESA
Ke-3 Tujuan Jangka Panjang:
Menuju Kedaulatan Pangan Desa untuk terciptanya Desa Berdaulat.
Menjadikan desa mandiri di atas kaki sendiri, hingga:
Bukan hanya mencegah pemuda untuk tak lagi berurbanisasi dimana desa ditinggal
putera-puteri terbaiknya;
Melainkan juga memanggil putra-putri terbaik desa untuk kembali, atau setidaknya
memberi kontribusi membangun desa.
Memantapkan peran desa sebagai salah satu kekuatan guna menopang Kedaulatan
Indonesia sebagai sebuah Negara.
Menyadarkan pada bangsa Indonesia, terutama pada pemegang kebijakan bahwa
kekuatan Indonesia sesungguhnya terletak di desa.
10. PERAN DAN MANFAAT LUMBUNG DESA
Peran
Peran utama Lumbung Desa
Simbol pergerakan produktivitas desa
Salah satu pusat kegiatan produktivitas desa
Ajang pelatihan dan pendidikan produktivitas desa
Lahirkan kalangan professional pembangun desa
Manfaat
Manfaat utama Lumbung Desa
Pengelolaan hasil panen dilakukan dengan pembagian atas tiga komponen dasar.
Meski secara ringkas dengan mudah dibagi serba tiga (3),
namun pada akhirnya besarnya pembagian tergantung sikon. Pembagian tersebut adalah sbb.:
1/3 untuk operasional
1/3 untuk pengembangan usaha
1/3 untuk fakir miskin di desa ybs
11. PERAN DAN MANFAAT LUMBUNG DESA
Hak Fakir Miskin
Keuntungan bagi kalangan miskin, dibagi atas:
Zakat = 2,5% yang alokasinya:
Untuk konsumtif bagi kalangan fakir
Dana zakat bisa juga dari donatur lainnya
Sedekah
Penggunaan dana sedekah sebaiknya didiskusikan. Utamanya untuk memacu etos agar kalangan miskin bisa keluar dari jerat-
jeratnya. Satu hal yang dapat ditimang adalah untuk pendidikan.
Penggunaan sedekah untuk pendidikan tak lagi terpaku hanya untuk biaya anak2 kalangan miskin, melainkan membiayai guru atau
ahli untuk mendidik pemuda dan anak2 miskin di desa.
Dengan membiayai satu atau dua ahli, tim ini bisa mengajari ketrampilan yang dibutuhkan untuk menopang pembangunan desa.
Tegasnya inilah beaguru, bukan beasiswa. Manfaat beaguru lebih besar, lebih banyak, lebih luas, lebih lama, lebih berkelanjutan
lebih menopang kebutuhan pembangunan desa.
Manfaat Lain
LD dan desa dimana LD itu berada bisa menjadi:
Daerah tujuan wisata
Wisata ke desa dengan apa adanya model desa, juga memberi nuansa tersendiri. Seperti ikut dalam menanam padi
dan tanaman lain atau panen, memandikan kerbau, ikut mandi di sungai, sambil juga melihat utuh bagaimana bentuk
dari Lumbung Desa.
Pengunjung terutama bisa diawali dengan mereka yang menjadi donatur. Sambil melihat perkembangan atas donasi, mereka juga
bisa menikmati suasana alam pedesaan.
Para pengunjung juga bisa merupakan pelajar sebagai study tour. Dari sini bisa dikemas hal yang saling mengisi. Apa yang dimiliki
desa dan tidak ada di kota, bisa disharing. Sebaliknya apa yang tak ada di desa juga bisa disharing.
Tentu ini membutuhkan penyiapan sarana dan prasrana termasuk mental warga desa. Ini memang bab lain yang akan dibicarakan
secara khusus.
12. PERAN DAN MANFAAT LUMBUNG DESA
OPERASIONAL
Yang termasuk biaya operasional:
Biaya produksi dan pasca produksi
Gaji pekerja dan bonus
Sebaiknya upah pekerja di atas UMR
PENGEMBANGAN USAHA
Pembagian hasil panen:
Disisihkan untuk bibit
Dijual
Hasil penjualan digunakan untuk pengembangan usaha
Usaha yang dikembangkan disesuaikan dengan sikon
13. PERAN DAN MANFAAT LUMBUNG DESA
Tempat KKP
KKN yang singkatan Kuliah Kerja Nyata, dapat diganti dengan KKP yakni Kuliah Kerja Produktif.
PT ybs bisa membuat kesepakatan dengan desa dan pengelola LD, berapa lama dan apa saja yang akan dilakukan
selama KKP para mahasiswanya.
KKN yang selama ini bersifat hit and run, dengan KKP diubah formatnya jadi permanen berlanjut di tempat yang
sama. Mahasiswa boleh berganti, tapi aktivitas di desa tetap lanjut.
Maka PT ybs bisa mengukur kinerja dan terus meningkatkan kualitas. Sedang bagi warga desa aktivitas KKP itu
dapat dirasakan manfaatnya sungguh-sungguh.
Kegiatan CSR
LD dan desa dimana LD berada, itu juga bisa menjadi tempat praktek nyata dari CSR perusahaan.
Dengan dana CSR, perusahaan ybs bisa membiayai LD dan menjadikan LD itu sebagai salah satu pusat dari
praktek CSR yang mereka lakukan.
Tetapi yang harus dingat bahwa meski itu dibiayai dana CSR, tak otomatis mereka adalah pemilik LD.
Kepemilikan LD tetap ada di desa tersebut di bawah kordinasi LD Pusat.
Desa Komunitas
LD dan dimana desa itu berada, juga dapat dinamakan ‘desa komunitas…’ yang namanya disesuaikan dengan
komunitas yang menjadi donatur total.
Missal komunitas penggemar sepeda, atau komunitas perumahan ABC, atau komunitas penggemar grup band anu.
Ini menjadi desa yang punya hubungan khusus dengan komunitas tersebut. Dengan hubungan ini, diharap desa itu
juga mendapat manfaat dengan terjadinya peningkatan positif. Bahkan
CATATAN:
Baik jadi tempat wisata, tempat KKP, tempat CSR, dan desa komunitas, semuanya memberi peluang untuk
terjadinya transaksi untuk membeli produk desa.