Peringatan World Rabies Day - Pusvetma, Surabaya, 7 Oktober 2018
1. Justifikasi Teknis Vaksinasi Rabies di
Daerah Bebas Rabies
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Ketua Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Kementerian Pertanian
Peringatan WRD di Pusat Veterinarian Farma, Surabaya, 7 Oktober 2018
3. Kategorisasi anjing (WHO, 2007)
❖ Kategorisasi anjing digunakan dalam menentukan metoda vaksinasi
rabies yang akan digunakan (suntikan atau oral)
4. Kunci keberhasilan pemberantasan rabies
▪ Cakupan vaksinasi secara teoritis
harus sedikitnya 70% (WHO, 2005)
untuk mencapai insidensi 0 baik
pada manusia dan hewan
▪ Mengingat pergantian populasi
anjing yang tinggi, semua anjing
harus divaksinasi, termasuk anak
anjing (<3 bulan) (Cliquet et al, 2001)
5. Standar OIE (Chapter 18.4.): RABIES
▪ Status bebas hanya berlaku untuk NEGARA
▪ Persyaratan importasi dari negara bebas rabies untuk
mamalia domestik, mamalia liar (tangkapan dan bukan)
▪ Persyaratan importasi dari negara terinfeksi rabies untuk:
▪ anjing, kucing dan musang
▪ ruminansia domestik, equida, camelid dan suids
▪ rodensia dan lagomorfa yang lahir dan dipelihara dalam
suatu fasilitas ‘biosecure’
▪ satwa liar
6. Standar OIE: Negara bebas rabies
▪ Penyakit wajib dilaporkan (notifiable disease)
▪ Sistim surveilans yang efektif dilaksanakan berkelanjutan
▪ Semua tindakan regulasi untuk pencegahan rabies telah
diimplementasikan, termasuk prosedur importasi hewan
▪ Tidak ada kasus asli yang dikonfirmasikan terjadi pada
manusia atau spesies hewan peka dalam 2 tahun terakhir
▪ Tidak ada kasus impor pada Carnivora yang
dikonfirmasikan terjadi diluar suatu stasiun karantina
selama 6 bulan terakhir
Artikel 18.4.3.
7. Standar WHO: Negara/Wilayah bebas rabies
▪ Tidak ada kasus asli virus Lyssa yang dikonfirmasikan
pada manusia atau spesies hewan (termasuk kelelawar)
dalam 2 tahun terakhir
▪ Sistim surveilans yang efektif dilaksanakan berkelanjutan
▪ Kebijakan impor diimplementasikan, seperti tindakan-
tindakan untuk pencegahan importasi rabes
▪ Tindakan-tindakan tambahan harus diijalankan seperti
vaksinasi anjing dan hewan peliharaan lainnya, dan
kegiatan-kegiatan manajemen populasi HPR
Sumber: WHO Expert Consultation on Rabies 2010
8. OIE: Negara atau Zona bebas rabies
▪ Suatu negara atau zona dinyatakan bebas infeksi virus rabies
apabila:
▪ Penyakit wajib dilaporkan (notifiable disease)
▪ Seluruh hewan peka yang memperlihatkan gejala klinis terduga
rabies telah dilakukan penyidikan lapangan dan laboratorium
▪ Sistim surveilans yang efektif dilaksanakan berkelanjutan
▪ Tindakan regulasi untuk pencegahan rabies telah diimplementasikan
▪ Tidak ada kasus asli terjadi yang dikonfirmasikan pada manusia atau
spesies hewan peka dalam 2 tahun terakhir
▪ Vaksinasi untuk pencegahan terhadap hewan berisiko tinggi
tidak mempengaruhi status bebas rabies
▪ Suatu kasus rabies yang diimpor pada manusia tidak
mempengaruhi status bebas rabies
Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Scientific Committee, February 2018.
9. Vaksin rabies: Suntikan
Rekomendasi OIE:
Diproduksi di cell culture
Inaktif
Adjuvant
Potensi: 1,0 IU/dosis
Lama kekebalan setidaknya satu tahun
Kendali mutu yang harus dilakukan untuk menjamin:
Safety: Pengendalian proses inaktivasi
Stabilitas: selama penyimpanan yang lama dan dalam bentuk
liquid atau lyophilized
Efikasi:
Uji Potensi: mengikuti standar yang diformulasikan dalam NIH USA
atau European Pharmacopoea
Immunogenisitas pada 35 ekor hewan (survei serologis dan studi
tantang)
10. Respon immunologis terhadap vaksinasi
❖ Vaksinasi rabies dengan suntikan menginduksi respon humoral
dengan diproduksinya antibodi netralisasi rabies
Pada anjing dan kucing, puncak antibodi netralisasi rabies secara
umum tercapai antara 4-5 minggu setelah stimulasi antigenik pertama
Antibodi
Level
Sumber: Cliquet F. & Barrat J. 2011. OIE Global conference on Rabies control
11. Wilayah bebas rabies di Indonesia
Provinsi Jateng, DIY dan Jatim
dinyatakan bebas rabies (SK Mentan
No. No. 892/Kpts/TN.560/09/1997)
DKI Jakarta, Jawa
Barat dan Banten
dinyatakan bebas
rabies (SK Mentan
556/Kpts/PD.640/1
2/2004)
• Pulau Flores (SK. Mentan No. 756/Kpts/TN.510/1998);
• Pulau Bali (SK. Mentan No. 1637.1/Kpts/PD.640/12/2008);
• Pulau Nias (SK Mentan No. 1242/Kpts/ PD.620/03/2010)
Kab. Garut, Tasikmalaya,
Sukabumi, Cianjur dan Kota
Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat dan Kab. Lebak Provinsi
Banten (SK Mentan No.
3600/Kpts/PD.640/10/2009);
12. R0 (Basic Reproductive Number)
Lokasi (tahun)
R0
95% Confidence
Interval
Kondisi wilayah
Kanagawa, Jepang (1917) 1,09 1,02 – 1,17 -
Tokyo, Jepang (1918) 1,25 1,14 – 1,41 Urban
Tokyo, Jepang (1948) 1,05 1,04 – 1,06 -
Perak, Malaysia (1951) 1,12 0,99 – 1,27 Pedesaan
Selangor, Malaysia (1951) 1,62 1,48 – 1,82 Urban
Central New York, A.S. (1944) 1,32 1,25 – 1,40 Pedesaan
Memphis, A.S. (1947)* 1,69 1,33 – 2,17 Urban dan pedesaan
Israel (1948) 1,12 1,07 – 1,19 -
Hongkong (1949) 1,27 1,02 – 1,60 Urban
Lima-Calau, Peru (1984) 1,19 1,03 – 1,38 Pedesaan
Hermosilo, Meksiko (1987) 1,68 1,52 – 1,91 Urban
Jawa Tengah, Indonesia (1985) 1,49 1,23 – 1,80 Pedesaan
Sultan Hamad, Kenya (1992)** 1,72 1,34 – 2,18 Pedesaan
Ngorongoro, Tanzania (2003) 1,14 0,94 – 1,32 Pedesaan
Serengeti, Tanzania (2003) 1,19 1,12 – 1,41 Pedesaan
Bali, Indonesia (2013) 1,2 1,3 – 1,4 Pedesaan
Catatan: * cakupan vaksinasi <10%
** cakupan vaksinasi + 24%
13. R0 dan Cakupan vaksinasi 20-45%
▪ R0 untuk rabies yang rendah (R0 = 1 - 2) mengindikasikan
bahwa cakupan vaksinasi yang diperlukan secara kritis untuk
mencegah rabies bertahan berkisar antara 20 dan 45%
▪ 20-45% disebut “batas ambang kritis” dan vaksinasi tetap
diperlukan untuk mempertahankan cakupan diatas batas
ambang kritis (Hampson K. et al. 2009)
▪ Hal ini bergantung kepada introduksi individu anjing yang peka
ke dalam populasi, baik yang diperoleh dari:
▪ kelahiran dalam populasi atau
▪ datang dari luar populasi; serta
▪ hilangnya individu anjing yang telah divaksinasi akibat kematian
dan umur (Morters M.K. et al. 2014).
14. Pencegahan (Artikel 18.4.2.)
▪ Kegiatan-kegiatan rutin tetap perlu dilakukan untuk mencegah
penurunan cakupan vaksinasi di bawah 20–45%, batas ambang
kritis yang diperlukan untuk mengendalikan rabies:
▪ Vaksinasi HPR
▪ Identifikasi (registrasi)
▪ Prosedur yang efektif untuk importasi HPR
▪ Kegiatan-kegiatan manajemen populasi anjing
▪ Surveilans juga harus dipertahankan meskipun di negara/wilayah
yang telah dinyatakan bebas rabies, terutama di negara/wilayah
yang berisiko tinggi karena importasi ilegal hewan peliharaan dari
wilayah endemik
▪ Keberadaan antibodi terhadap rabies merupakan indikator yang
menunjukkan bahwa hewan-hewan peliharaan telah diimunisasi
dan terlindungi
15. Vaksinasi di negara bebas rabies
Negara Bebas Tindakan menurut Undang-undang
Inggris Tahun
1920
Pet Travel scheme (Feb 2000)
• microchipped
• pet passport atau veterinary certificate
• vaksinasi bagi hewan yang masuk
• Uji darah (bagi negara-negara yang tidak masuk
daftar bebas)
Jepang Tahun
1957
Rabies Prevention Law
• Registrasi anjing oleh pemerintah daerah setempat
• Vaksinasi wajib anjing setiap tahun
• Anjing harus mempunyai tanda (tag) yang
menyatakan telah diregistrasi dan divaksinasi
• Anjing yang tidak mempunyai tanda harus
ditangkap
• Anjing dan hewan peliharaan lainnya dapat diimpor
atau diekspor hanya dengan karantina yang benar
16. Mengapa vaksinasi rabies tetap dilakukan?
▪ Risiko masuknya rabies pada anjing tetap mungkin terjadi,
terutama karena lalu lintas HPR dari wilayah endemik
rabies yang sulit dikendalikan
▪ Meskipun suatu kasus rabies baru muncul pada anjing,
penyebaran penyakit memerlukan waktu karena R0 yang
rendah antar anjing
▪ Untuk memitigasi dampak dari pemasukan tersebut,
surveilans yang efektif harus dijalankan dan diperlukan
deteksi dini dari kasus indeks
▪ Surveilans harus didukung oleh diagnosis laboratorium