SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Download to read offline
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Mekanisme Pendanaan
Darurat Kesehatan Hewan
“Funding Arrangement for Animal Health Emergencies”
Rapat Kelompok Kerja Kesiagaan Darurat Kesehatan Hewan
Jakarta, 14 Juli 2017
D I R E K T O R AT J E N D E R A L P E T E R N A K A N D A N K E S E H ATA N H E WA N
O U T L I N E
• “Gap Analysis” dalam penganggaran
penanggulangan wabah penyakit hewan
– Legislasi
– Kebijakan
– Operasional
• Rekomendasi penguatan mekanisme penganggaran
darurat kesehatan hewan
– Legislasi
– Kebijakan
– Operasional
‘Gap analysis’ penganggaran
penanggulangan wabah (1)
LEGISLASI
1. Tidak ada pengaturan menyangkut penanggulangan wabah
secara khusus dalam UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
2. Deklarasi wabah penyakit hewan oleh Mentan sangat
bergantung kepada laporan Bupati/Walikota ke Gubernur dan
Mentan. Tidak efektif atau tidak dilaporkan karena:
– tidak ingin menimbulkan keresahan masyarakat;
– ingin melindungi ekonomi peternak;
– tidak ingin keberadaan penyakit di wilayahnya diketahui publik dlsb.
3. Tidak ada penetapan jenis-jenis penyakit hewan tertentu
yang dapat menimbulkan wabah sebagai amanat dari
peraturan perundangan.
‘Gap analysis’ penganggaran
penanggulangan wabah (2)
LEGISLASI (lanjutan)
4. Tidak ada kriteria penetapan daerah wabah yang tertuang
dalam peraturan perundangan, sehingga seringkali tidak ada
pedoman bagi Otovet di suatu provinsi atau kabupaten/kota
untuk menetapkan suatu daerah di wilayah kerjanya dalam
status wabah.
5. Tidak ada kriteria wabah untuk ketepatan dan kecepatan
pengambilan keputusan dan tindak lanjut yang ditetapkan
dalam peraturan perundangan, terutama dari aspek
epidemiologis dan laboratoris.
PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
HEWAN
1. PENGAMATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN;
2. PENCEGAHAN;
3. PENGAMANAN;
4. PEMBERANTASAN;
5. PENGOBATAN
1. PENGAMATAN DAN
PENGIDENTIFIKASIAN
1. Surveilans dan pemetaan;
2. Penyidikan dan
peringatan dini;
3. Pemeriksaan dan
pengujian;
4. Pelaporan
2. PENCEGAHAN
1. Melindungi wilayah NKRI dari
ancaman masuknya Penyakit
Hewan dari luar negeri;
2. Melindungi wilayah NKRI dari
ancaman menyebarnya
penyakit hewan dari luar
negeri, dari satu pulau ke pulau
lain, dan antardaerah dalam
satu pulau di dalam wilayah
NKRI;
3..Melindungi hewan dari
ancaman muncul, berjangkit,
dan menyebarnya Penyakit
Hewan;
4. Mencegah keluarnya penyakit
hewan dari wilayah NKRI
4. PEMBERANTASAN
1. Penutupan daerah;
2. Pembatasan lalu lintas
hewan;
3. Pengebalan hewan;
4. Pengisolasian hewan
sakit atau terduga sakit;
5. Penanganan hewan sakit;
6. Pemusnahan bangkai;
7. Pengeradikasian penyakit
hewan;
8. Pendepopulasian hewan
3. PENGAMANAN
1. Penetapan penyakit hewan
menular strategis;
2. Penetapan kawasan
pengamanan penyakit
hewan;
3. Penerapan prosedur
biosafety dan biosecurity;
4. Pengebalan hewan;
5. Pengawasan lalu lintas
hewan, produk hewan, dan
dan media pembawa
penyakit hewan lainnya di
luar wilayah kerja karantina;
6. Pelaksanaan kesiagaan
darurat veteriner;
7. Penerapan kewaspadaan
dini.
5. PENGOBATAN
1. Tanggung jawab pemilik
hewan;
2. Tanggung jawab peternak;
3. Tanggung jawab
perusahaan peternakan
URUSAN KESEHATAN HEWAN
UU No. 18/2009 junto UU No. 41/2014
Ketentuan mengenai “WABAH” ditambahkan dalam
UU No. 41/2014 dan kemudian dikutip di PP No. 47/2014
ISTILAH KESEHATAN HEWAN KESEHATAN
Kejadian
Luar Biasa
(KLB)
Istilah tidak dikenal
Timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau
kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat
menjurus kepada terjadinya wabah
(Pasal 1a UU No. 4/1984).
Wabah Kejadian penyakit luar biasa
yang dapat berupa timbulnya
suatu PHM baru di suatu
wilayah atau kenaikan kasus
PHM menular mendadak yang
dikategorikan sebagai
bencana nonalam (Pasal 1 UU
No. 41/2014).
Kejadian berjangkitnya suatu PM
dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka (Pasal 1 UU No. 4/1984).
Pengertian wabah
TAHC OIE: Kejadian satu atau lebih kasus dalam suatu unit epidemiologik (Glossary).
Perbandingan Upaya Penanggulangan Wabah
KESEHATAN HEWAN
(UU No. 18/2009 junto UU No.
41/2014; PP No. 47/2014)
KESEHATAN
(UU No. 4/1984; PP No. 40/1991; dan PMK No.
82/2014)
Tidak ada disebutkan upaya
penanggulangan wabah, tetapi
dipertimbangkan sama dengan
Pemberantasan penyakit hewan
dalam Pasal 44 Ayat (1) UU No.
18/2009
• Pemberantasan penyakit hewan
meliputi:
- penutupan daerah;
- pembatasan lalu lintas hewan;
- pengebalan hewan;
- pengisolasian hewan sakit atau
terduga sakit;
- penanganan hewan sakit;
- pemusnahan bangkai;
- pengeradikasian penyakit hewan;
dan
- pendepopulasian hewan
• Upaya penanggulangan wabah adalah segala upaya
yang ditujukan untuk memperkecil angka kematian,
membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar
wabah tidak meluas ke daerah lain (Pasal 1 PP No.
40/1991).
• Menteri bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis
upaya penanggulangan wabah (Pasal 6 Ayat (1) PP No.
40/1991).
• Upaya penanggulangan wabah (Pasal 10 PP No.
40/1991) meliputi:
- penyelidikan epidemiologis;
- pemeriksaan;
- pengobatan;
- perawatan dan isolasi penderita termasuk
tindakan karantina;
- pencegahan dan pengebalan;
- pemusnahan penyebab penyakit;
- penanganan jenazah akibat wabah;
- penyuluhan kepada masyarakat; dan
- upaya penanggulangan lainnya.
DEKLARASI WABAH OLEH MENTERI
(status situasi penyakit hewan; daerah wabah)
REKOMENDASI OTORITAS
VETERINER NASIONAL
(status situasi penyakit
hewan; daerah wabah)
LAPORAN GUBERNUR
(hasil kajian epidemiologi)
LAPORAN BUPATI/WALIKOTA
(hasil kajian epidemiologi)
LAPORAN PEJABAT OTORITAS VETERINER KABUPATEN/KOTA
(hasil kegiatan surveilans, penyidikan, serta pemeriksaan dan
pengujian yang mengindikasikan terjadinya wabah; peringatan dini)
Laporan Surveilans
yang dilakukan oleh
Otovet
kabupaten/kota,
Otovet provinsi,
Otovet Kementerian,
dan/atau Dokter
Hewan Berwenang
pada kementerian
Laporan Penyidikan
yang dilakukan oleh
Otovet
kabupaten/kota,
Otovet provinsi,
Otovet Kementerian,
dan/atau Dokter
Hewan Berwenang
pada kementerian
Laporan
Pemeriksaan dan
Pengujian
yang dilakukan oleh
Laboratorium
Veteriner yang
terakreditasi
SKEMA
PELAPORAN
WABAH
(UU No.
18/2009; PP No.
47/2014)
Faktor tidak dilaporkannya
adanya wabah penyakit
Pengaturan tentang wabah di Kesehatan
KETENTUAN KESEHATAN
Jenis-jenis penyakit
menimbulkan wabah
Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang
dapat menimbulkan wabah (Pasal 3 UU No. 4/1984)
Kriteria KLB
(7 kriteria)
Suatu daerah dapat dinyatakan sebagai dalam keadaan
KLB apabila memenuhi salah satu kriteria (Pasal 6
Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010)
Penetapan KLB Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi,
atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan
KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu
kriteria KLB (Pasal 7 Permenkes No.
1501/MENKES/PER/X/2010)
Daerah Wabah • Menteri menetapkan daerah tertentu dalam wilayah
Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah
wabah (Pasal 4 UU No. 4/1984)
• Menteri menetapkan dan mencabut penetapan
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah (Pasal 2 PP
No. 40/1991)
KESEHATAN HEWAN
(UU No. 18/20 jo UU No. 41/2014;
PP No. 47/2014)
KESEHATAN
(UU No. 4/1984; PP No. 40/1991;
dan PMK No. 82/2014)
• Yang dimaksud dengan ”penutupan
daerah” adalah penetapan daerah
wabah sebagai kawasan karantina
(Penjelasan Pasal 44 Ayat (1) UU
No. 18/2009).
• Status situasi Penyakit Hewan
dapat berupa daerah bebas, daerah
terduga, daerah tertular, atau
daerah wabah (Pasal 20 Ayat (3)
PP No. 47/2014).
• Daerah wabah adalah suatu
wilayah yang dinyatakan terjangkit
wabah (Pasal 1 angka 2 PP No.
40/1991).
Perbandingan pengertian
daerah wabah
Jenis Penyakit Menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah/berpotensi menjadi wabah ikan
Permenkes No. 1501
/MENKES/PER/X/2010
Kepmen KP No. KEP.33/MEN/2007
a. Kolera
b. Pes
c. Demam berdarah Dengue
d. Campak
e. Polio
f. Difteri
g. Pertusis
h. Rabies
i. Malaria
j. Avian Influenza H5N1
k. Antraks
l. Leptopsirosis
m. Hepatitis
n. Influenza A baru (H1N1)
o. Meningitis
p. Yellow Fever
q. Chikungunya
a. Taura Syndrome (TS)
b. White Spot Disease
c. Viral Nervous Necrosis (VNN) Viral
Enchelopathy and Retinophaty (VER)
d. Koi Herpesvirus (KHV)
e. Infectious Myonecrocis (IMN)
f. Bercak Merah/Motile Aeromonas
Septicemia
g. Fish Tuberculosis (Fish
Mycobacteriosis)
h. Enteric Septicemia of Catfish (ESC)
i. Streptococcosis
j. Vibriosis
k. Ichthyophthiriusis (Bintik Putih)
l. Perkinsiosis
m. Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS)
‘Gap analysis’ penganggaran
penanggulangan wabah (3)
KEBIJAKAN
1. Prinsip-prinsip penanggulangan keadaan darurat wabah penyakit
hewan menular belum mengikuti atau belum kompatibel dengan
prinsip-prinsip darurat Penanggulangan Bencana.
2. Tidak tersedia Dana Tanggap Darurat untuk wabah penyakit hewan
menular yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu dalam APBN/APBD.
3. Jenis-jenis sumber pendanaan untuk penanggulangan darurat wabah
berasal dari berbagai sumber di pemerintahan, membutuhkan proses
atau waktu, sehingga menimbulkan keterlambatan dan ketidaktepatan
dalam upaya menanggulangi wabah.
4. Belum ada mekanisme yang disepakati bersama antara DJPKH dengan
BNPB dalam mengakses Dana Siap Pakai (DSP) untuk keadaan darurat
wabah penyakit hewan.
Siklus penanggulangan bencana
Pasca
Bencana
Pra Bencana
(situasi
tidak terjadi
bencana)
Pra Bencana
(situasi ada
potensi
bencana)
Tanggap
Darurat
Bencana
3 (tiga) tahapan:
1. Pra bencana:
a. situasi tidak terjadi
bencana.
b. situasi terdapat
potensi bencana.
2. Saat Tanggap Darurat
yang dilakukan dalam
situasi terjadi bencana.
3. Pasca bencana yang
dilakukan dalam saat
setelah terjadi bencana.
Sumber: Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
Kegiatan penyelenggaraan
penanggulangan bencana
• Kesiapsiagaan
• Peringatan Dini
• Mitigasi Bencana
PRA BENCANA
• Siaga Darurat
• Tanggap Darurat
• Transisi Darurat ke Pemulihan
TANGGAP
DARURAT
• Rehabilitasi
• Rekonstruksi
PASCA
BENCANA
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008
Perencanaan dalam Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Rencana Penanggulangan
Bencana (Disaster
Management Plan)
Rencana Pemulihan
(Recovery Plan)
Rencana Operasi
(Operational Plan)
Rencana Kontinjensi
(Contingency Plan)
‘Gap analysis’ penganggaran
penanggulangan wabah (4)
OPERASIONAL
1. Sosialisasi dan advokasi UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 yang lebih
intensif oleh pemerintah pusat tentang pentingnya penerapan
‘kewaspadaan dini’ yang menyangkut pelaporan wabah penyakit hewan
menular ke Menteri Pertanian/Otovet Nasional.
2. Tidak ada mekanisme pelaporan wabah yang diatur dalam peraturan
perundangan (meliputi formulir pelaporan, penetapan laboratorium
referensi, formulir pengajuan permintaan bantuan penanggulangan
wabah), sehingga menyebabkan operasional di lapangan seringkali
tidak mengikuti atau tidak sesuai dengan kebijakan dan sistem
penanggulangan wabah.
Rekomendasi penguatan mekanisme
penganggaran wabah (1)
LEGISLASI
1. Revisi UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 dan PP No. 47/2014,
terutama dengan memperhatikan konsepsi yang sangat mendasar yaitu:
a. Bab khusus yang mengatur tentang penanggulangan wabah
penyakit hewan menular (bukan dari Bagian Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Hewan).
b. Pemisahan konsep pemberantasan penyakit dengan konsep
penanggulangan wabah, karena prinsip-prinsip kedaruratan yang
terkandung dalam penanggulangan wabah/bencana.
c. Kesiagaan darurat veteriner diubah menjadi bagian penanggulangan
wabah dan tidak masuk ke dalam pengamanan penyakit.
d. Manajemen kesiagaan darurat veteriner harus dapat digunakan juga
untuk mengantisipasi terjadinya wabah penyakit menular baru
muncul (emerging infectious diseases).
Rekomendasi penguatan mekanisme
penganggaran wabah (2)
LEGISLASI (lanjutan)
2. Penerbitan Permentan baru:
a. Permentan tentang Jenis-Jenis Penyakit Hewan Menular Tertentu
Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.
b. Permentan tentang Kesiagaan Darurat Veteriner yang mengikuti
tahapan penanggulangan bencana yang mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Rekomendasi penguatan mekanisme
penganggaran wabah (3)
KEBIJAKAN
1. Kerjasama di bidang penanggulangan bencana non-alam (wabah
penyakit hewan menular) antara Kementan dan BNPB dengan
memperluas ruang lingkup kerjasama yang tertuang dalam Nota
Kesepahaman terdahulu (No: 01/MOU/Mentan/RC.110/2/2012 Tanggal
2 Februari 2012; jangka waktu 4 tahun).
2. Penyediaan Dana Tanggap Darurat setiap tahun anggaran dalam APBN
atau APBD.
3. Penerapan prinsip-prinsip kesiagaan darurat veteriner apabila muncul
wabah penyakit hewan menular, tanpa perlu menunggu ditetapkannya
suatu wilayah menjadi ‘Daerah Wabah’.
4. Rantai komando dan penyiapan kapasitas teknis yang dibutuhkan untuk
mengaktivasi dan memobilisasi Tim Respon Cepat, termasuk Unit
Respon Cepat (URC) di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota.
Manajemen darurat wabah
Presiden R.I.
Kementan
Kemenko PMKBNPB
Ditjen PKH
Komnas
Zoonosis
BNPB
BPBD
BPBD
Pemda
Provinsi
Pemda
Kabupaten
Komda
Zoonosis
Komda
Zoonosis
Kemenkes Kemendagri
Garis manajemen langsung
Garis koordinasi
Kerjasama kelembagaan dengan BNPB
No. Kementerian/
Lembaga
Kesepakataan Bersama/Nota
Kesepahaman
Jangka
waktu
1. Kemenkes No.: HK/MENKES/134/III/2014
Tanggal 11 Maret 2014
5 tahun
2. PMI No.: 1214/UM/III/2009
Tanggal 23 Maret 2009
5 tahun
3. Kementan*) No.: 01/MOU/Mentan/RC.110/2/2012
Tanggal 2 Februari 2012
4 tahun
4. Kemenkominfo No.: 351/M.KOMINFO/6/2012
Tanggal 11 Juni 2012
5 tahun
*) Ruang Lingkup Kerjasama: a. Penyediaan bantuan bencana berupa
logistik, uang, biaya, tenaga, peralatan, sarana-prasarana, informasi dan
hal-hal lain yang diperlukan; b. Prosedur penyaluran bantuan bencana
kepada korban bencana; c. pelaporan dan evaluasi.
.
• Tujuan Kesepakatan Bersama ini
sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan penanggulangan
bencana bidang kesehatan secara
cepat terancam, terorganisir,
terkoordinasi dan terpadu.
• Kegiatan Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, meliputi:
a. Tahap pra bencana (pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan)
b. Tahap tanggap darurat (siaga
darurat, tanggap darurat dan
transisi darurat atau pemulihan
darurat) dan
c. Tahap pasca bencana
Kesepakatan Bersama antara
Kemenkes dengan BNPB tentang
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
Manajemen darurat kesehatan hewan
• Rencana Penanggulangan Wabah
• Analisis Risiko
• Pengamanan Perbatasan & Karantina
• Biosekuriti
PENCEGAHAN
• Rencana Kontijensi
• Sistem Surveilans
• Pernyataan Keadaan Darurat
DETEKSI
• Rencana Operasi
• Pengelolaan Keadaan Darurat
• Sumberdaya
RESPON
DARURAT
PEMULIHAN
• Rencana Pemulihan
• Demonstrasi Bebas Penyakit atau
Penyakit Menjadi Endemik
• Tinjauan
PRA
BENCANA
TANGGAPDARURAT
PASCA
BENCANA
Tanggap Darurat
SIAGA DARURAT TANGGAP DARURAT
TRANSISI DARURAT
KE PEMULIHAN
Bencana
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana
▪ Sistem Surveilans
▪ Pernyataan
Keadaan Darurat
▪ Pengelolaan Keadaan Darurat
▪ Rencana Tindakan Darurat
▪ Rencana Kontijensi
▪ Rencana Terhadap Tindakan
Kejadian
▪ Sumberdaya
• Rencana Pemulihan
• Demonstrasi Bebas
Penyakit atau
Penyakit Menjadi
Endemik
• Tinjauan
Tahap Kesiapsiagaan
PRA BENCANA
(situasi tidak terjadi
bencana)
• Kewaspadaan dini (early warning).
• Pedoman Kesiagaan Darurat Veteriner yang umum dan
spesifik untuk masing-masing penyakit hewan tertentu.
• Pelatihan dan simulasi Kesiagaan Darurat Veteriner.
• Kesiapsiagaan laboratorium (laboratory preparedness)
Tahap Investigasi
PRA BENCANA
(situasi ada potensi
bencana)
• Tim investigasi (Otovet di tingkat pusat dan daerah,
laboratorium diagnostik, balai penelitian)
• Data dan informasi epidemiologi penyakit hewan dan
penelusuran agen penyebab (tracing backward)
Tahap Darurat
TANGGAP DARURAT
• Aktivasi URC (task force) dan pembentukan Pos Pengendali
Wabah di lokasi wabah dengan metoda ICS.
• Tindakan aksi darurat (karantina dan/atau pengendalian lalu
lintas, destruksi dan disposal hewan terinfeksi dan terdedah,
dekontaminasi, surveilans, dan pembatasan kegiatan
peternakan tertentu. Apabila diperlukan, vaksinasi,
pengendalian vektor atau satwa liar, pengobatan hewan sakit)
Tahap Pemulihan
PASCA BENCANA
• Penyediaan biaya kompensasi ternak (indemnity)
• Penjaminan keberlangsungan usaha/bisnis
• Pemulihan kepercayaan pasar
Persiapan dan Respon Darurat Wabah Penyakit Hewan
Pendanaan wabah
UU/PP Pasal Pengaturan
UU No. 18/2009 Pasal 46
Ayat (2)
Dalam hal suatu wilayah dinyatakan sebagai daerah wabah,
pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten
atau kota wajib menutup daerah tertular, melakukan
pengamanan, pemberantasan, dan pengobatan hewan, serta
pengalokasian dana yang memadai di samping dana Pemerintah.
PP No. 47/2014 Tidak disebutkan tentang pendanaan wabah
PP No. 95/2012 Pasal 78 Dana yang diperlukan untuk pelaksanaan Pemberantasan
Zoonosis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi, dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota.
PERMENTAN RI
No.61/Permentan/
PK.320/12/2015
Pasal 12 Dalam melaksanakan pengebalan hewan di daerah wabah,
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya wajib
menyediakan vaksin, antisera, dan atau obat hewan untuk
peningkatan status gizi hewan.
Pasal 37 Hewan sehat dan hewan sehat yang berpotensi menularkan
penyakit pada hewan, manusia, dan lingkungan hidup yang
didepopulasi diberikan kompensasi oleh Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.
Biaya diperlukan untuk kegiatan
lapangan dan pendukung
• Biosafety petugas dan APD (alat
pelindung diri)
• Lalu-lintas masuk ke, dan keluar
dari, tempat-tempat terinfeksi
• Pencatatan data wabah
• Pengambilan dan penanganan
sampel
• Pengiriman sampel
• Penanganan sampel dan uji
diagnostik
• Manajemen dan pelaporan
respons
• Investigasi wabah
• Perekaman, analisis, dan
pelaporan data
• Manajemen dan diagnosis
kasus
• Isolasi tempat-tempat tertular
• Pengendalian lalu-lintas
• Pemusnahan terbatas hewan
• Pembuangan bangkai
• Pembersihan dan desinfeksi
• Pengelolaan dan pemantauan
program vaksinasi
• Penyimpanan vaksin dan rantai
dingin
• Kompensasi
• Komunikasi dan program
penyadaran masyarakat
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Sistem Manajemen Keadaan Darurat untuk Kesiagaan dan
Respons Darurat Penyakit Hewan (2016)
PERBANDINGAN: The Emergency Animal
Disease Response Agreement (EADRA)
• Dalam EADRA disepakati pembagian dana antara pemerintah dan
industri, berdasarkan rencana penanggulangan terhadap suatu
PHM tertentu.
Kategori Biaya penanggulangan
Kategori 1 100% biaya dibebankan kepada pemerintah karena
menyangkut dampak yang serius terhadap kesehatan
manusia dan/atau lingkungan
Kategori 2 Pemerintah 80% dan industri 20% (seperti wabah PMK
yang menyebabkan dampak sosio-ekonomi nasional serius)
Kategori 3 Pemerintah dan industri masing-masing 50%
(menyebabkan dampak sosio-ekonomi yang moderat)
Kategori 4 Pemerintah 20% dan industri 80% (terutama penyakit-
penyakit yang menyebabkan penurunan produksi)
Sumber: Australian Animal Health Council Ltd (2002). The Emergency Animal Health Response Agreement.
Sumber pendanaan wabah PHMS
No. Lembaga
Sumber
Dana
Jenis Anggaran Potensi pendanaan
1. Sekjen Kementan APBN Dana Tanggap Darurat
dalam rangka
Penanggulangan bencana
Memungkinkan, meskipun
butuh waktu
2. Ditkeswan/
Ditkesmavet
APBN - Revisi anggaran
- Revisi anggaran
dekonsentrasi
Paling memungkinkan, sedikit
lebih cepat
3. Provinsi APBD - Revisi anggaran Butuh proses, bergantung pada
Kepala Dinas Provinsi
4. Kabupaten/Kota APBD - Revisi anggaran Butuh proses, bergantung pada
Kepala Dinas Kabupaten/Kota
5. BNPB APBN Dana Siap Pakai Sulit apabila mekanismenya
tidak dipersiapkan sejak awal
6. BPBD Provinsi APBD Dana Siap Pakai Sulit apabila mekanismenya
tidak dipersiapkan sejak awal
7. BPBD Kabupaten APBD Dana Siap Pakai Sulit dan mekanismenya harus
dipersiapkan sejak awal
8. Kemendagri APBN Biaya Tak Terduga Sulit dan proses berbelit
Dana penanggulangan bencana
(UU No. 24/2007)
ISTILAH
UU No.
24/2007
PENGERTIAN
Dana
penanggulangan
bencana
Pasal 60
ayat (1) dan
(2)
- Dana penanggulangan bencana menjadi
tanggung jawab bersama antara
Pemerintah dan pemerintah daerah
- Pemerintah dan pemerintah daerah
mendorong partisipasi masyarakat dalam
penyediaan dana yang bersumber dari
masyarakat.
Dana siap pakai Penjelasan
Pasal 6
huruf f
Pasal 62
ayat (2)
- Dana yang dicadangkan oleh pemerintah
untuk dapat dipergunakan sewaktu-
waktu apabila terjadi bencana
- Dana siap pakai disediakan oleh
Pemerintah dalam anggaran BNBP.
Dana Siap Pakai (DSP)
• Pasal 6 huruf f UU 24/2007: dana yang dicadangkan oleh
pemerintah untuk dapat dipergunakan sewaktu-waktu
apabila terjadi bencana.
• Pasal 3 PP 22/2008: pengaturan pendanaan dan
pengelolaan bantuan bencana meliputi:
a. sumber dana penanggulangan bencana;
b. penggunaan dana penanggulangan bencana;
c. pengelolaan bantuan bencana; dan
d. pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana.
Dasar Pemberian DSP/On-call
• Pernyataan/penetapan status keadaan darurat
bencana (penting apabila ingin akses DSP)
• Laporan kejadian bencana (termasuk dampak yang
ditimbulkan serta upaya penanganan) atau laporan
TRC BNPB/hasil rapat koordinasi/inisiatif BNPB
• Usulan daerah perihal permohonan dukungan bantuan
• Rekomendasi gubernur
Sumber: Direktur Bantuan Darurat BNPB; Peraturan
Kepala BNPB No. 6A Tahun 2011.
Penggunaan DSP pada Status
Tanggap Darurat
• DSP tidak dapat digunakan untuk:
– Pembelian ATK
– Pekerjaan jasa perencanaan konstruksi
– Pekerjaan jasa pengawasan konstruksi
• DSP untuk pelayanan kesehatan:
‒ Pengadaan obat dan bahan habis pakai
‒ Pengadaan peralatan higienis seperti sabun, shampo, sikat gigi,
pasta gigi dan sejenisnya
‒ Pengadaan alat kesehatan
‒ Biaya perawatan korban bencana
‒ Pengadaan vaksin
‒ Pengadaan alat dan bahan pengendalian vektor penyakit
‒ Transportasi untuk distribusi bantuan obat-obatan berupa sewa
alat transportasi dan atau pembelian bahan bakar
Sumber: Direktur Bantuan Darurat BNPB; Peraturan
Kepala BNPB No. 6A Tahun 2011.
Rekomendasi penguatan mekanisme
penganggaran wabah (4)
OPERASIONAL
1. Operasionalisasi penanggulangan wabah PHMS terutama penyakit
zoonosis dan penyakit menular baru muncul (emerging infectious
disease), dengan menyusun Pedoman Koordinasi Penanggulangan
Bencana di Lapangan yang dibahas lintas sektor dan antar disiplin ilmu.
2. Menyusun dan menerbitkan sejumlah SOP yang ditetapkan berdasarkan
Kepmentan:
a. SOP Pelaksanaan Pemusnahan Hewan (stamping out, depopulasi).
b. SOP Incident Command System (ICS).
c. SOP Penilaian Dana Kompensasi dan Kebutuhan Sumberdaya Dalam
Status Darurat dan Pasca Wabah.
d. SOP Sistim Informasi Penanggulangan Keadaan Darurat Wabah.
Terima kasih atas perhatiannya
AIP-EID Program
National Consultant to review funding mechanisms
for animal health emergency response

More Related Content

What's hot

Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan232448
 
Peranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor imporPeranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor imporWahono Diphayana
 
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Tata Naipospos
 
Peranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayah
Peranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayahPeranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayah
Peranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayahWahono Diphayana
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Tata Naipospos
 
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...Tata Naipospos
 
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...Tata Naipospos
 
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Tata Naipospos
 
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian IndonesiaKarantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian IndonesiaWahono Diphayana
 
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Tata Naipospos
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Tata Naipospos
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Tata Naipospos
 
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...Tata Naipospos
 
Arti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhanArti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhanWahono Diphayana
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Tata Naipospos
 

What's hot (19)

Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
 
Peranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor imporPeranan karantina pertanian dalam ekspor impor
Peranan karantina pertanian dalam ekspor impor
 
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...
 
Peranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayah
Peranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayahPeranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayah
Peranan karantina dalam mendukung pemasaran antar wilayah
 
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
Persyaratan Status Bebas Brucellosis Berdasarkan OIE - Ditkeswan-BPTUHPT Batu...
 
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
Penyakit-Penyakit Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Diseases) - Ditkeswan, 1 ...
 
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
 
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
Pentingnya Analisis Risiko Dalam Fungsi Karantina Hewan - Pusat KH dan Kehani...
 
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian IndonesiaKarantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
Karantina pertanian benteng terdepan pertanian Indonesia
 
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
Komunikasi Kesehatan Hewan - Kuliah Tamu di FKH Universitas Brawijaya, Presen...
 
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
Kompartemen Bebas Penyakit Hewan Menular - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 8 Mar...
 
Uu no 4 1984
Uu no 4 1984Uu no 4 1984
Uu no 4 1984
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
 
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
Dialog Nasional Kongres PDHI Ketahanan Pangan Nasional - Kongres PDHI ke-17, ...
 
Arti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhanArti penting karantina tumbuhan
Arti penting karantina tumbuhan
 
Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis Mengenal apa itu Zoonosis
Mengenal apa itu Zoonosis
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
 
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
Implementasi Standar Kesehatan Hewan Akuatik OIE - BUSKPIM, KKP, 12 Juni 2014
 

Similar to Akses Pendanaan Darurat Kesehatan Hewan - Ditkeswan-AIPEID, 14 Juli 2017

Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...
Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...
Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...Tata Naipospos
 
Konsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahKonsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahrickygunawan84
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologiHMRojali
 
Epidemiologi khusus(reguler)
Epidemiologi khusus(reguler)Epidemiologi khusus(reguler)
Epidemiologi khusus(reguler)Daniel Denny
 
Kebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptxKebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptxHandriTea
 
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tata Naipospos
 
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatangPA_Klaten
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiliapurnm
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiFitriasryngsh26
 
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015Ajrinaaputri
 
data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015resna adtya
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiliapurnm
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversinandang1404
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversirarafiah
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiresna adtya
 
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]Ajrinaaputri
 
TUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATATUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATAresna adtya
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiFitriasryngsh26
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiliapurnm
 

Similar to Akses Pendanaan Darurat Kesehatan Hewan - Ditkeswan-AIPEID, 14 Juli 2017 (20)

Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...
Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...
Aspek Legalitas Internasional dan Nasional Notifiable Diseases - Ditkeswan-AI...
 
Konsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabahKonsep investigasi klb wabah
Konsep investigasi klb wabah
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
 
Epidemiologi khusus(reguler)
Epidemiologi khusus(reguler)Epidemiologi khusus(reguler)
Epidemiologi khusus(reguler)
 
Kebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptxKebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptx
 
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
Tindak Lanjut PP No. 3/2107 tentang Otoritas Veteriner - Ditkeswan, 16 Maret ...
 
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
Data KLB Wabah Prov SumSel 2015
 
data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015data klb provinsi sumatera selatan 2015
data klb provinsi sumatera selatan 2015
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
Data k lb_wabah_prov_sumsel_2015-dikonversi[1]
 
TUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATATUGAS PENYAJIAN DATA
TUGAS PENYAJIAN DATA
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversiData k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
Data k lb wabah prov sumsel 2015 dikonversi
 
Makalah nandang
Makalah nandangMakalah nandang
Makalah nandang
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 

Recently uploaded

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxRIMA685626
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 

Recently uploaded (20)

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 

Akses Pendanaan Darurat Kesehatan Hewan - Ditkeswan-AIPEID, 14 Juli 2017

  • 1. Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD Mekanisme Pendanaan Darurat Kesehatan Hewan “Funding Arrangement for Animal Health Emergencies” Rapat Kelompok Kerja Kesiagaan Darurat Kesehatan Hewan Jakarta, 14 Juli 2017
  • 2. D I R E K T O R AT J E N D E R A L P E T E R N A K A N D A N K E S E H ATA N H E WA N O U T L I N E • “Gap Analysis” dalam penganggaran penanggulangan wabah penyakit hewan – Legislasi – Kebijakan – Operasional • Rekomendasi penguatan mekanisme penganggaran darurat kesehatan hewan – Legislasi – Kebijakan – Operasional
  • 3. ‘Gap analysis’ penganggaran penanggulangan wabah (1) LEGISLASI 1. Tidak ada pengaturan menyangkut penanggulangan wabah secara khusus dalam UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2. Deklarasi wabah penyakit hewan oleh Mentan sangat bergantung kepada laporan Bupati/Walikota ke Gubernur dan Mentan. Tidak efektif atau tidak dilaporkan karena: – tidak ingin menimbulkan keresahan masyarakat; – ingin melindungi ekonomi peternak; – tidak ingin keberadaan penyakit di wilayahnya diketahui publik dlsb. 3. Tidak ada penetapan jenis-jenis penyakit hewan tertentu yang dapat menimbulkan wabah sebagai amanat dari peraturan perundangan.
  • 4. ‘Gap analysis’ penganggaran penanggulangan wabah (2) LEGISLASI (lanjutan) 4. Tidak ada kriteria penetapan daerah wabah yang tertuang dalam peraturan perundangan, sehingga seringkali tidak ada pedoman bagi Otovet di suatu provinsi atau kabupaten/kota untuk menetapkan suatu daerah di wilayah kerjanya dalam status wabah. 5. Tidak ada kriteria wabah untuk ketepatan dan kecepatan pengambilan keputusan dan tindak lanjut yang ditetapkan dalam peraturan perundangan, terutama dari aspek epidemiologis dan laboratoris.
  • 5. PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN 1. PENGAMATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN; 2. PENCEGAHAN; 3. PENGAMANAN; 4. PEMBERANTASAN; 5. PENGOBATAN 1. PENGAMATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN 1. Surveilans dan pemetaan; 2. Penyidikan dan peringatan dini; 3. Pemeriksaan dan pengujian; 4. Pelaporan 2. PENCEGAHAN 1. Melindungi wilayah NKRI dari ancaman masuknya Penyakit Hewan dari luar negeri; 2. Melindungi wilayah NKRI dari ancaman menyebarnya penyakit hewan dari luar negeri, dari satu pulau ke pulau lain, dan antardaerah dalam satu pulau di dalam wilayah NKRI; 3..Melindungi hewan dari ancaman muncul, berjangkit, dan menyebarnya Penyakit Hewan; 4. Mencegah keluarnya penyakit hewan dari wilayah NKRI 4. PEMBERANTASAN 1. Penutupan daerah; 2. Pembatasan lalu lintas hewan; 3. Pengebalan hewan; 4. Pengisolasian hewan sakit atau terduga sakit; 5. Penanganan hewan sakit; 6. Pemusnahan bangkai; 7. Pengeradikasian penyakit hewan; 8. Pendepopulasian hewan 3. PENGAMANAN 1. Penetapan penyakit hewan menular strategis; 2. Penetapan kawasan pengamanan penyakit hewan; 3. Penerapan prosedur biosafety dan biosecurity; 4. Pengebalan hewan; 5. Pengawasan lalu lintas hewan, produk hewan, dan dan media pembawa penyakit hewan lainnya di luar wilayah kerja karantina; 6. Pelaksanaan kesiagaan darurat veteriner; 7. Penerapan kewaspadaan dini. 5. PENGOBATAN 1. Tanggung jawab pemilik hewan; 2. Tanggung jawab peternak; 3. Tanggung jawab perusahaan peternakan URUSAN KESEHATAN HEWAN UU No. 18/2009 junto UU No. 41/2014 Ketentuan mengenai “WABAH” ditambahkan dalam UU No. 41/2014 dan kemudian dikutip di PP No. 47/2014
  • 6. ISTILAH KESEHATAN HEWAN KESEHATAN Kejadian Luar Biasa (KLB) Istilah tidak dikenal Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya wabah (Pasal 1a UU No. 4/1984). Wabah Kejadian penyakit luar biasa yang dapat berupa timbulnya suatu PHM baru di suatu wilayah atau kenaikan kasus PHM menular mendadak yang dikategorikan sebagai bencana nonalam (Pasal 1 UU No. 41/2014). Kejadian berjangkitnya suatu PM dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Pasal 1 UU No. 4/1984). Pengertian wabah TAHC OIE: Kejadian satu atau lebih kasus dalam suatu unit epidemiologik (Glossary).
  • 7. Perbandingan Upaya Penanggulangan Wabah KESEHATAN HEWAN (UU No. 18/2009 junto UU No. 41/2014; PP No. 47/2014) KESEHATAN (UU No. 4/1984; PP No. 40/1991; dan PMK No. 82/2014) Tidak ada disebutkan upaya penanggulangan wabah, tetapi dipertimbangkan sama dengan Pemberantasan penyakit hewan dalam Pasal 44 Ayat (1) UU No. 18/2009 • Pemberantasan penyakit hewan meliputi: - penutupan daerah; - pembatasan lalu lintas hewan; - pengebalan hewan; - pengisolasian hewan sakit atau terduga sakit; - penanganan hewan sakit; - pemusnahan bangkai; - pengeradikasian penyakit hewan; dan - pendepopulasian hewan • Upaya penanggulangan wabah adalah segala upaya yang ditujukan untuk memperkecil angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain (Pasal 1 PP No. 40/1991). • Menteri bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis upaya penanggulangan wabah (Pasal 6 Ayat (1) PP No. 40/1991). • Upaya penanggulangan wabah (Pasal 10 PP No. 40/1991) meliputi: - penyelidikan epidemiologis; - pemeriksaan; - pengobatan; - perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina; - pencegahan dan pengebalan; - pemusnahan penyebab penyakit; - penanganan jenazah akibat wabah; - penyuluhan kepada masyarakat; dan - upaya penanggulangan lainnya.
  • 8. DEKLARASI WABAH OLEH MENTERI (status situasi penyakit hewan; daerah wabah) REKOMENDASI OTORITAS VETERINER NASIONAL (status situasi penyakit hewan; daerah wabah) LAPORAN GUBERNUR (hasil kajian epidemiologi) LAPORAN BUPATI/WALIKOTA (hasil kajian epidemiologi) LAPORAN PEJABAT OTORITAS VETERINER KABUPATEN/KOTA (hasil kegiatan surveilans, penyidikan, serta pemeriksaan dan pengujian yang mengindikasikan terjadinya wabah; peringatan dini) Laporan Surveilans yang dilakukan oleh Otovet kabupaten/kota, Otovet provinsi, Otovet Kementerian, dan/atau Dokter Hewan Berwenang pada kementerian Laporan Penyidikan yang dilakukan oleh Otovet kabupaten/kota, Otovet provinsi, Otovet Kementerian, dan/atau Dokter Hewan Berwenang pada kementerian Laporan Pemeriksaan dan Pengujian yang dilakukan oleh Laboratorium Veteriner yang terakreditasi SKEMA PELAPORAN WABAH (UU No. 18/2009; PP No. 47/2014)
  • 10. Pengaturan tentang wabah di Kesehatan KETENTUAN KESEHATAN Jenis-jenis penyakit menimbulkan wabah Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah (Pasal 3 UU No. 4/1984) Kriteria KLB (7 kriteria) Suatu daerah dapat dinyatakan sebagai dalam keadaan KLB apabila memenuhi salah satu kriteria (Pasal 6 Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010) Penetapan KLB Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Provinsi, atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu kriteria KLB (Pasal 7 Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010) Daerah Wabah • Menteri menetapkan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah (Pasal 4 UU No. 4/1984) • Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah (Pasal 2 PP No. 40/1991)
  • 11. KESEHATAN HEWAN (UU No. 18/20 jo UU No. 41/2014; PP No. 47/2014) KESEHATAN (UU No. 4/1984; PP No. 40/1991; dan PMK No. 82/2014) • Yang dimaksud dengan ”penutupan daerah” adalah penetapan daerah wabah sebagai kawasan karantina (Penjelasan Pasal 44 Ayat (1) UU No. 18/2009). • Status situasi Penyakit Hewan dapat berupa daerah bebas, daerah terduga, daerah tertular, atau daerah wabah (Pasal 20 Ayat (3) PP No. 47/2014). • Daerah wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit wabah (Pasal 1 angka 2 PP No. 40/1991). Perbandingan pengertian daerah wabah
  • 12. Jenis Penyakit Menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah/berpotensi menjadi wabah ikan Permenkes No. 1501 /MENKES/PER/X/2010 Kepmen KP No. KEP.33/MEN/2007 a. Kolera b. Pes c. Demam berdarah Dengue d. Campak e. Polio f. Difteri g. Pertusis h. Rabies i. Malaria j. Avian Influenza H5N1 k. Antraks l. Leptopsirosis m. Hepatitis n. Influenza A baru (H1N1) o. Meningitis p. Yellow Fever q. Chikungunya a. Taura Syndrome (TS) b. White Spot Disease c. Viral Nervous Necrosis (VNN) Viral Enchelopathy and Retinophaty (VER) d. Koi Herpesvirus (KHV) e. Infectious Myonecrocis (IMN) f. Bercak Merah/Motile Aeromonas Septicemia g. Fish Tuberculosis (Fish Mycobacteriosis) h. Enteric Septicemia of Catfish (ESC) i. Streptococcosis j. Vibriosis k. Ichthyophthiriusis (Bintik Putih) l. Perkinsiosis m. Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS)
  • 13. ‘Gap analysis’ penganggaran penanggulangan wabah (3) KEBIJAKAN 1. Prinsip-prinsip penanggulangan keadaan darurat wabah penyakit hewan menular belum mengikuti atau belum kompatibel dengan prinsip-prinsip darurat Penanggulangan Bencana. 2. Tidak tersedia Dana Tanggap Darurat untuk wabah penyakit hewan menular yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu dalam APBN/APBD. 3. Jenis-jenis sumber pendanaan untuk penanggulangan darurat wabah berasal dari berbagai sumber di pemerintahan, membutuhkan proses atau waktu, sehingga menimbulkan keterlambatan dan ketidaktepatan dalam upaya menanggulangi wabah. 4. Belum ada mekanisme yang disepakati bersama antara DJPKH dengan BNPB dalam mengakses Dana Siap Pakai (DSP) untuk keadaan darurat wabah penyakit hewan.
  • 14. Siklus penanggulangan bencana Pasca Bencana Pra Bencana (situasi tidak terjadi bencana) Pra Bencana (situasi ada potensi bencana) Tanggap Darurat Bencana 3 (tiga) tahapan: 1. Pra bencana: a. situasi tidak terjadi bencana. b. situasi terdapat potensi bencana. 2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana. 3. Pasca bencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana. Sumber: Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
  • 15. Kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana • Kesiapsiagaan • Peringatan Dini • Mitigasi Bencana PRA BENCANA • Siaga Darurat • Tanggap Darurat • Transisi Darurat ke Pemulihan TANGGAP DARURAT • Rehabilitasi • Rekonstruksi PASCA BENCANA Sumber: Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008
  • 16. Perencanaan dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Sumber: Peraturan Kepala BNPB No. 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan) Rencana Pemulihan (Recovery Plan) Rencana Operasi (Operational Plan) Rencana Kontinjensi (Contingency Plan)
  • 17. ‘Gap analysis’ penganggaran penanggulangan wabah (4) OPERASIONAL 1. Sosialisasi dan advokasi UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 yang lebih intensif oleh pemerintah pusat tentang pentingnya penerapan ‘kewaspadaan dini’ yang menyangkut pelaporan wabah penyakit hewan menular ke Menteri Pertanian/Otovet Nasional. 2. Tidak ada mekanisme pelaporan wabah yang diatur dalam peraturan perundangan (meliputi formulir pelaporan, penetapan laboratorium referensi, formulir pengajuan permintaan bantuan penanggulangan wabah), sehingga menyebabkan operasional di lapangan seringkali tidak mengikuti atau tidak sesuai dengan kebijakan dan sistem penanggulangan wabah.
  • 18. Rekomendasi penguatan mekanisme penganggaran wabah (1) LEGISLASI 1. Revisi UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 dan PP No. 47/2014, terutama dengan memperhatikan konsepsi yang sangat mendasar yaitu: a. Bab khusus yang mengatur tentang penanggulangan wabah penyakit hewan menular (bukan dari Bagian Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan). b. Pemisahan konsep pemberantasan penyakit dengan konsep penanggulangan wabah, karena prinsip-prinsip kedaruratan yang terkandung dalam penanggulangan wabah/bencana. c. Kesiagaan darurat veteriner diubah menjadi bagian penanggulangan wabah dan tidak masuk ke dalam pengamanan penyakit. d. Manajemen kesiagaan darurat veteriner harus dapat digunakan juga untuk mengantisipasi terjadinya wabah penyakit menular baru muncul (emerging infectious diseases).
  • 19. Rekomendasi penguatan mekanisme penganggaran wabah (2) LEGISLASI (lanjutan) 2. Penerbitan Permentan baru: a. Permentan tentang Jenis-Jenis Penyakit Hewan Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya. b. Permentan tentang Kesiagaan Darurat Veteriner yang mengikuti tahapan penanggulangan bencana yang mengacu kepada Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
  • 20. Rekomendasi penguatan mekanisme penganggaran wabah (3) KEBIJAKAN 1. Kerjasama di bidang penanggulangan bencana non-alam (wabah penyakit hewan menular) antara Kementan dan BNPB dengan memperluas ruang lingkup kerjasama yang tertuang dalam Nota Kesepahaman terdahulu (No: 01/MOU/Mentan/RC.110/2/2012 Tanggal 2 Februari 2012; jangka waktu 4 tahun). 2. Penyediaan Dana Tanggap Darurat setiap tahun anggaran dalam APBN atau APBD. 3. Penerapan prinsip-prinsip kesiagaan darurat veteriner apabila muncul wabah penyakit hewan menular, tanpa perlu menunggu ditetapkannya suatu wilayah menjadi ‘Daerah Wabah’. 4. Rantai komando dan penyiapan kapasitas teknis yang dibutuhkan untuk mengaktivasi dan memobilisasi Tim Respon Cepat, termasuk Unit Respon Cepat (URC) di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota.
  • 21. Manajemen darurat wabah Presiden R.I. Kementan Kemenko PMKBNPB Ditjen PKH Komnas Zoonosis BNPB BPBD BPBD Pemda Provinsi Pemda Kabupaten Komda Zoonosis Komda Zoonosis Kemenkes Kemendagri Garis manajemen langsung Garis koordinasi
  • 22. Kerjasama kelembagaan dengan BNPB No. Kementerian/ Lembaga Kesepakataan Bersama/Nota Kesepahaman Jangka waktu 1. Kemenkes No.: HK/MENKES/134/III/2014 Tanggal 11 Maret 2014 5 tahun 2. PMI No.: 1214/UM/III/2009 Tanggal 23 Maret 2009 5 tahun 3. Kementan*) No.: 01/MOU/Mentan/RC.110/2/2012 Tanggal 2 Februari 2012 4 tahun 4. Kemenkominfo No.: 351/M.KOMINFO/6/2012 Tanggal 11 Juni 2012 5 tahun *) Ruang Lingkup Kerjasama: a. Penyediaan bantuan bencana berupa logistik, uang, biaya, tenaga, peralatan, sarana-prasarana, informasi dan hal-hal lain yang diperlukan; b. Prosedur penyaluran bantuan bencana kepada korban bencana; c. pelaporan dan evaluasi. .
  • 23. • Tujuan Kesepakatan Bersama ini sebagai pedoman dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana bidang kesehatan secara cepat terancam, terorganisir, terkoordinasi dan terpadu. • Kegiatan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, meliputi: a. Tahap pra bencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan) b. Tahap tanggap darurat (siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat atau pemulihan darurat) dan c. Tahap pasca bencana Kesepakatan Bersama antara Kemenkes dengan BNPB tentang Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
  • 24. Manajemen darurat kesehatan hewan • Rencana Penanggulangan Wabah • Analisis Risiko • Pengamanan Perbatasan & Karantina • Biosekuriti PENCEGAHAN • Rencana Kontijensi • Sistem Surveilans • Pernyataan Keadaan Darurat DETEKSI • Rencana Operasi • Pengelolaan Keadaan Darurat • Sumberdaya RESPON DARURAT PEMULIHAN • Rencana Pemulihan • Demonstrasi Bebas Penyakit atau Penyakit Menjadi Endemik • Tinjauan PRA BENCANA TANGGAPDARURAT PASCA BENCANA
  • 25. Tanggap Darurat SIAGA DARURAT TANGGAP DARURAT TRANSISI DARURAT KE PEMULIHAN Bencana Sumber: Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana ▪ Sistem Surveilans ▪ Pernyataan Keadaan Darurat ▪ Pengelolaan Keadaan Darurat ▪ Rencana Tindakan Darurat ▪ Rencana Kontijensi ▪ Rencana Terhadap Tindakan Kejadian ▪ Sumberdaya • Rencana Pemulihan • Demonstrasi Bebas Penyakit atau Penyakit Menjadi Endemik • Tinjauan
  • 26. Tahap Kesiapsiagaan PRA BENCANA (situasi tidak terjadi bencana) • Kewaspadaan dini (early warning). • Pedoman Kesiagaan Darurat Veteriner yang umum dan spesifik untuk masing-masing penyakit hewan tertentu. • Pelatihan dan simulasi Kesiagaan Darurat Veteriner. • Kesiapsiagaan laboratorium (laboratory preparedness) Tahap Investigasi PRA BENCANA (situasi ada potensi bencana) • Tim investigasi (Otovet di tingkat pusat dan daerah, laboratorium diagnostik, balai penelitian) • Data dan informasi epidemiologi penyakit hewan dan penelusuran agen penyebab (tracing backward) Tahap Darurat TANGGAP DARURAT • Aktivasi URC (task force) dan pembentukan Pos Pengendali Wabah di lokasi wabah dengan metoda ICS. • Tindakan aksi darurat (karantina dan/atau pengendalian lalu lintas, destruksi dan disposal hewan terinfeksi dan terdedah, dekontaminasi, surveilans, dan pembatasan kegiatan peternakan tertentu. Apabila diperlukan, vaksinasi, pengendalian vektor atau satwa liar, pengobatan hewan sakit) Tahap Pemulihan PASCA BENCANA • Penyediaan biaya kompensasi ternak (indemnity) • Penjaminan keberlangsungan usaha/bisnis • Pemulihan kepercayaan pasar Persiapan dan Respon Darurat Wabah Penyakit Hewan
  • 27. Pendanaan wabah UU/PP Pasal Pengaturan UU No. 18/2009 Pasal 46 Ayat (2) Dalam hal suatu wilayah dinyatakan sebagai daerah wabah, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten atau kota wajib menutup daerah tertular, melakukan pengamanan, pemberantasan, dan pengobatan hewan, serta pengalokasian dana yang memadai di samping dana Pemerintah. PP No. 47/2014 Tidak disebutkan tentang pendanaan wabah PP No. 95/2012 Pasal 78 Dana yang diperlukan untuk pelaksanaan Pemberantasan Zoonosis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi, dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota. PERMENTAN RI No.61/Permentan/ PK.320/12/2015 Pasal 12 Dalam melaksanakan pengebalan hewan di daerah wabah, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya wajib menyediakan vaksin, antisera, dan atau obat hewan untuk peningkatan status gizi hewan. Pasal 37 Hewan sehat dan hewan sehat yang berpotensi menularkan penyakit pada hewan, manusia, dan lingkungan hidup yang didepopulasi diberikan kompensasi oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
  • 28. Biaya diperlukan untuk kegiatan lapangan dan pendukung • Biosafety petugas dan APD (alat pelindung diri) • Lalu-lintas masuk ke, dan keluar dari, tempat-tempat terinfeksi • Pencatatan data wabah • Pengambilan dan penanganan sampel • Pengiriman sampel • Penanganan sampel dan uji diagnostik • Manajemen dan pelaporan respons • Investigasi wabah • Perekaman, analisis, dan pelaporan data • Manajemen dan diagnosis kasus • Isolasi tempat-tempat tertular • Pengendalian lalu-lintas • Pemusnahan terbatas hewan • Pembuangan bangkai • Pembersihan dan desinfeksi • Pengelolaan dan pemantauan program vaksinasi • Penyimpanan vaksin dan rantai dingin • Kompensasi • Komunikasi dan program penyadaran masyarakat Sumber: Pedoman Pelaksanaan Sistem Manajemen Keadaan Darurat untuk Kesiagaan dan Respons Darurat Penyakit Hewan (2016)
  • 29. PERBANDINGAN: The Emergency Animal Disease Response Agreement (EADRA) • Dalam EADRA disepakati pembagian dana antara pemerintah dan industri, berdasarkan rencana penanggulangan terhadap suatu PHM tertentu. Kategori Biaya penanggulangan Kategori 1 100% biaya dibebankan kepada pemerintah karena menyangkut dampak yang serius terhadap kesehatan manusia dan/atau lingkungan Kategori 2 Pemerintah 80% dan industri 20% (seperti wabah PMK yang menyebabkan dampak sosio-ekonomi nasional serius) Kategori 3 Pemerintah dan industri masing-masing 50% (menyebabkan dampak sosio-ekonomi yang moderat) Kategori 4 Pemerintah 20% dan industri 80% (terutama penyakit- penyakit yang menyebabkan penurunan produksi) Sumber: Australian Animal Health Council Ltd (2002). The Emergency Animal Health Response Agreement.
  • 30. Sumber pendanaan wabah PHMS No. Lembaga Sumber Dana Jenis Anggaran Potensi pendanaan 1. Sekjen Kementan APBN Dana Tanggap Darurat dalam rangka Penanggulangan bencana Memungkinkan, meskipun butuh waktu 2. Ditkeswan/ Ditkesmavet APBN - Revisi anggaran - Revisi anggaran dekonsentrasi Paling memungkinkan, sedikit lebih cepat 3. Provinsi APBD - Revisi anggaran Butuh proses, bergantung pada Kepala Dinas Provinsi 4. Kabupaten/Kota APBD - Revisi anggaran Butuh proses, bergantung pada Kepala Dinas Kabupaten/Kota 5. BNPB APBN Dana Siap Pakai Sulit apabila mekanismenya tidak dipersiapkan sejak awal 6. BPBD Provinsi APBD Dana Siap Pakai Sulit apabila mekanismenya tidak dipersiapkan sejak awal 7. BPBD Kabupaten APBD Dana Siap Pakai Sulit dan mekanismenya harus dipersiapkan sejak awal 8. Kemendagri APBN Biaya Tak Terduga Sulit dan proses berbelit
  • 31. Dana penanggulangan bencana (UU No. 24/2007) ISTILAH UU No. 24/2007 PENGERTIAN Dana penanggulangan bencana Pasal 60 ayat (1) dan (2) - Dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah - Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat. Dana siap pakai Penjelasan Pasal 6 huruf f Pasal 62 ayat (2) - Dana yang dicadangkan oleh pemerintah untuk dapat dipergunakan sewaktu- waktu apabila terjadi bencana - Dana siap pakai disediakan oleh Pemerintah dalam anggaran BNBP.
  • 32. Dana Siap Pakai (DSP) • Pasal 6 huruf f UU 24/2007: dana yang dicadangkan oleh pemerintah untuk dapat dipergunakan sewaktu-waktu apabila terjadi bencana. • Pasal 3 PP 22/2008: pengaturan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana meliputi: a. sumber dana penanggulangan bencana; b. penggunaan dana penanggulangan bencana; c. pengelolaan bantuan bencana; dan d. pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana.
  • 33. Dasar Pemberian DSP/On-call • Pernyataan/penetapan status keadaan darurat bencana (penting apabila ingin akses DSP) • Laporan kejadian bencana (termasuk dampak yang ditimbulkan serta upaya penanganan) atau laporan TRC BNPB/hasil rapat koordinasi/inisiatif BNPB • Usulan daerah perihal permohonan dukungan bantuan • Rekomendasi gubernur Sumber: Direktur Bantuan Darurat BNPB; Peraturan Kepala BNPB No. 6A Tahun 2011.
  • 34. Penggunaan DSP pada Status Tanggap Darurat • DSP tidak dapat digunakan untuk: – Pembelian ATK – Pekerjaan jasa perencanaan konstruksi – Pekerjaan jasa pengawasan konstruksi • DSP untuk pelayanan kesehatan: ‒ Pengadaan obat dan bahan habis pakai ‒ Pengadaan peralatan higienis seperti sabun, shampo, sikat gigi, pasta gigi dan sejenisnya ‒ Pengadaan alat kesehatan ‒ Biaya perawatan korban bencana ‒ Pengadaan vaksin ‒ Pengadaan alat dan bahan pengendalian vektor penyakit ‒ Transportasi untuk distribusi bantuan obat-obatan berupa sewa alat transportasi dan atau pembelian bahan bakar Sumber: Direktur Bantuan Darurat BNPB; Peraturan Kepala BNPB No. 6A Tahun 2011.
  • 35. Rekomendasi penguatan mekanisme penganggaran wabah (4) OPERASIONAL 1. Operasionalisasi penanggulangan wabah PHMS terutama penyakit zoonosis dan penyakit menular baru muncul (emerging infectious disease), dengan menyusun Pedoman Koordinasi Penanggulangan Bencana di Lapangan yang dibahas lintas sektor dan antar disiplin ilmu. 2. Menyusun dan menerbitkan sejumlah SOP yang ditetapkan berdasarkan Kepmentan: a. SOP Pelaksanaan Pemusnahan Hewan (stamping out, depopulasi). b. SOP Incident Command System (ICS). c. SOP Penilaian Dana Kompensasi dan Kebutuhan Sumberdaya Dalam Status Darurat dan Pasca Wabah. d. SOP Sistim Informasi Penanggulangan Keadaan Darurat Wabah.
  • 36. Terima kasih atas perhatiannya AIP-EID Program National Consultant to review funding mechanisms for animal health emergency response