Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove. Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m 2 . Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang.
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang, kepulauan karimunjawa
1. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 1
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM MANGROVE
DI KAWASAN DESA PARANG, KEPULAUAN KARIMUNJAWA
Ipanna Enggar Susetya
1
*, Sutrisno Anggoro
2
, Rudhi Pribadi² dan Mujiyanto
3
¹Mahasiswa Magister Manajemen Sumberdaya Pantai, FPIK-UNDIP
²Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP
³Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan, Purwakarta
*E-mail: ipanna_enggar@yahoo.co.id
Abstrak
Gastropoda adalah salah satu kelas moluska yang sangat mudah ditemukan di ekosistem mangrove.
Di ekosistem ini, gastropoda berperan dalam membantu proses dekomposisi serasah. Informasi
tentang struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Kawasan Desa Parang belum
ada, sehingga perlu adanya kajian tentang struktur komunitas gastropoda di kawasan tersebut
sebagai acuan untuk pengelolaan. Pada bulan Juni-Desember 2012 telah dilakukan penelitian
tentang struktur komunitas gastropoda di Kawasan Desa Parang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa di ekosistem mangrove Kawasan Desa Parang ditemukan 29 jenis dari 16 famili gastropoda.
Kelimpahan rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m
2
. Indeks keanekaragaman
berkisar antara 0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks
Keseragaman masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62
dan kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang
mendominasi. Littoraria scabra adalah jenis gastropoda yang mendominasi di ekosistem mangrove
Kawasan Desa Parang.
Kata kunci : ekosistem mangrove, gastropoda, struktur komunitas
Pengantar
Gastropoda adalah salah satu kelas dari moluska yang hidup berasosiasi dengan ekosistem
mangrove. Gastropoda sangat mudah ditemukan di ekosistem ini karena memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi dalam menghadapi perubahan lingkungan mangrove (Nybakken, 1992).
Gastropoda berfungsi sebagai dekomposer di ekosistem mangrove karena berperan penting dalam
proses dekomposisi serasah (Arief, 2003). Selain itu gastropoda dapat digunakan sebagai indikator
perubahan kualitas lingkungan ekosistem mangrove karena hidup menetap dengan pergerakan
lambat sehingga dapat mencerminkan adanya perubahan lingkungan yang terjadi.
Spesies gastropoda di ekosistem mangrove banyak dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi
lingkungan. Hawkes (1978), menyatakan bahwa faktor fisika dan kimia perairan seperti pasang surut,
kedalaman, kecepatan arus, oksigen terlarut, pH dan unsur hara serta interaksi antara kedua faktor
tersebut dapat mempengaruhi kehidupan perairan.
Ekosistem mangrove di Desa Parang menyebar di beberapa wilayah misalnya di Pulau Kembar,
Legon Buaya, Batu Merah dan Ujung Bengkok. Legon Buaya, Batu Merah dan Ujung Bengkok adalah
lokasi yang berada di Pulau Parang sedangkan Pulau Kembar adalah pualu tidak berpenghuni yang
lokasinya agak jauh dari Pulau Parang. Adanya kegiatan penduduk yang tinggal di Pulau Parang
diduga dapat memberikan tekanan terhadap ekosistem mangrove. Tekanan terhadap ekosistem
mangrove dapat menyebabkan perubahan kondisi lingkungan di ekosistem mangrove. Tekanan
tersebut dapat berasal dari faktor alam maupun manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tirtakusumah (1994) yang menyatakan bahwa secara garis besar terdapat dua faktor peneyebab
kerusakan mangrove, yaitu faktor manusia dan faktor alam. Sejauh ini belum ada informasi tentang
struktur komunitas gastropoda di ekosistem mangrove Desa Parang sehingga perlu adanya kajian
terhadap struktur komunitas gastropoda di wilayah tersebut yang diharapkan dapat menjadi acuan
dalam pengelolaan.
MC-15
2. 2 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Bahan dan Metode
Waktu
Penelitian ini dilakukan di ekosistem mangrove kawasan Desa Parang, Kepulauan Karimunjawa,
Jepara. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni-Desember 2012. Penentuan lokasi penelitian
menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan lokasi berdasarkan atas pertimbangan
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian (Sukandarrumidi, 2006). Stasiun penelitian dibagi
menjadi 4 yaitu Pulau Kembar, Legon Boyo, Batu Merah dan Ujung Bengkok (Gambar 1).
Metode
Pengambilan sampel gastropoda dilakukan menggunakan transek yang berukuran 5m x 5m. Metode
pengambilan sampel adalah adaptasi dari metode pengambilan sampel yang digunakan oleh
Sasekumar (1974); Frith et al., (1976); dan Nugroho (2002); Pribadi (2009). Sampel gastropoda yang
diambil adalah gastropodda yang terdapat dalam transek dan yang menempel pada substrat serta
semua bagian pohon mangrove meliputi akar, batang dan daun. Sampel gastropoda yang didapat
kemudian dibersihkan dan dimasukkan dalam botol sampel, kemudian diberi larutan formalin 10%
selama 24 jam setelah itu diganti dengan alkohol 70%. Jenis gastropoda kemudian diidentifikasi
dengan mengacu pada buku identifikasi moluska Dharma (2005).
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Parameter lingkungan yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia. Parameter fisika meliputi suhu,
salinitas, kecerahan. Suhu diukur menggunakan termometer, salinitas menggunakan refraktometer,
dan kecerahan perairan menggunakan secchi disk. Parameter kimia perairan yang diukur meliputi pH
dan DO. Parameter pH diukur menggunakan pH meter sedangkan DO diukur dengan menggunakan
water checker. Dilakukan juga pengambilan sampel sedimen untuk dianalisis ukuran butir sedimen
dan kandungan bahan organik dengan metode Utaminingsih & Hermiyaningsih (1994).
Data gastropoda yang didapat, selanjutnya dianalisis kelimpahan (ind/m
2
) (Odum,1993), Indeks
Keanekaragaman Shannon-Weaner, Indeks Keseragaman (Krebs,1989), Indeks Dominasi Simpson
(Odum, 1993), Indeks Kesamaan Komunitas untuk membandingkan jenis gastropoda di empat lokasi
penelitian (Odum, 1993) dan Indeks Dispersi (ID) Morista (Krebs, 1989).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ekosistem mangrove Desa Parang ditemukan 29
spesies gastropoda dari 16 famili (Tabel 1). Jumlah spesies terbanyak ditemukan di stasiun Batu
Merah yaitu 17 spesies selanjutnya berturut-turut di Legon Buaya, Ujung Bengkok dan Pulau Kembar
yaitu 14,13 dan 8 spesies. Tingginya jumlah spesies gastropoda di Batu Merah karena dibandingkan
dengan stasiun yang lain, stasiun ini juga paling banyak ditemukan spesies mangrove selain itu
kondisi parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, bahan organik dalam jumlah
yang cukup dan kondisi substrat yang mendukung untuk kehidupan gastropoda. Spesies mangrove
3. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 3
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
yang ditemukan di Batu Merah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, Ceriops tagal,
Lumnitzera racemosa, Rhizophora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan
Xylocarpus moluccensis (Laporan Teknis Penelitian dan Pengembangan BP2KSI, 2013).
Tabel 1. Komposisi dan jumlah gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Parang,
Kepulauan Karimunjawa.
No Famili No Spesies Stasiun
I II III IV
1 Acteonidae 1 Acteon sp. - 12 - -
2 Columbellidae 2 Atilia ocellata - - 5 23
3 Ellobiidae 3 Cassidula sowerbyana - 7 - -
4 Cassidula sulculosa - 28 - -
5 Cassidula vespertilionis - 40 - -
6 Melampus fasciatus - 1 - -
4 Cerithiidae 7 Cerithium coralium - 3 2 6
8 Cerithium kobelti 123 69 37 -
9 Clypeomorus pellucida 1 - 1 -
5 Muricidae 10 Chicoreus capucinus - 5 - -
11 Ergalatax margariticola 1 - 3 45
6 Cypraeidae 12 Cypraea bouteti - - - 2
13 Cypraea eglantina - - - 10
14 Cypraea erosa - - - 3
7 Fasciolariidae 15 Latirus polygonus 1 1 5 -
8 Littorinidae 16 Littoraria scabra 726 185 1194 2684
9 Cirridae 17 Monodonta canalifera - - 12 16
10 Neritidae 18 Nerita balteata - 4 2 23
19 Nerita insculpta - - 1 -
20 Nerita planospira 13 - 8 5
21 Nerita squamulata - - 1 2
11 Nassariidae 22 Nassarius olivaceus - - 1 -
23 Nassarius dorsatus - - 1 -
12 Melongenidae 24 Pugulina ternatana - - 3 -
13 Potamididae 25 Telescopium telescopium - 7 - -
26 Cerithidea sp. 2 46 27 -
14 Batillariidae 27 Terebralia sulcata 1 64 27 -
15 Trochidae 28 Trochus hanleyanus - - - 2
16 Costellariidae 29 Vexillium plicarium - - - 6
Jumlah spesies 8 14 17 13
Jumlah individu 868 472 1330 2827
Keterangan : - : tidak ditemukan
Jumlah spesies gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Parang, Kepulauan
Karimunjawa cukup tinggi apabila dibandingkan dengan daerah lain. Jumlah ini hampir sama dengan
jumlah yang ditemukan oleh Pribadi (2009) di hutan mangrove Segara Anakan yaitu 29 jenis
gastropoda dari 10 famili. Ghasemi (2011) menemukan 28 spesies gastropoda dari 21 famili di hutan
mangrove Iran. Di kawasan rehabilitasi ekosistem mangrove Aceh Besar dan Banda Aceh ditemukan
14 spesies gastropoda (Irma, 2012). Di daerah mangrove di muara Sungai Batang Ogan Komering Ilir
4. 4 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Sumater Selatan ditemukan 10 spesies gastropoda dari 7 famili (Ernanto, 2010) sedangkan perairan
pantai Desa Tuhaha, Kecamatan Saparua ditemukan 17 genus gastropoda (Luturmas, 2009).
Gambar 2. Kelimpahan rata-rata gastropoda pada setiap stasiun di Desa Parang, Kep. Karimunjawa.
Kelimpahan rata-rata gastropoda paling tinggi berada di stasiun Ujung Bengkok (18,85 ind/m
2
).
Kelimpahan rata-rata terendah gastropoda berada di stasiun Legon Boyo (2,10 ind/m
2
) (Gambar 2).
Kelimpahan rata-rata gastropoda tertinggi di semua stasiun ditempati oleh L. Scabra. Kelimpahan
rata-rata L. scabra di Pulau Kembar, Legon Buaya, Batu Merah dan Ujung Bengkok berturut-turut
adalah 3,23; 0,82; 5,31 dan 17,89 ind/m
2
(Lampiran 1). Tingginya kelimpahan spesies L. scabra di
semua stasiun penelitian diduga karena di semua stasiun ditemukan jenis Rhizophora mucronata.
Spesies ini ditemukan hampir di seluruh bagian pohon mangrove mulai dari akar, batang sampai
daun. L. scraba juga termasuk spesies yang mudah beradaptasi dengan lingkungan terutama dalam
kondisi kering. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suwondo (2005) pada hutan
mangrove di Pulau Sipora yang menyatakan bahwa kelimpahan tertinggi ditemukan untuk jenis L.
scraba karena spesies ini cenderung berasosiasi dengan mangrove jenis Rhizopora dan memiliki
daya adaptasi terhadap kekeringan serta penyebaran yang luas. Budiman dan Darnaedi (1982) juga
menyatakan bahwa, L. scraba adalah jenis gastropoda yang mudah menyesuaikan diri dan memiliki
toleransi yang luas seperti tahan kering dan jenis ini dapat menghindar dari air pasang.
Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran faktor fisika dan kimia lingkungan.
Parameter Stasiun
I II III IV
Suhu Udara (°C) 29,36 29,53 29,65 29,74
Suhu Air (°C) 29,19 29,26 30,11 29,96
Kecerahan (m) 0,32 0,37 0,23 0,38
Salinitas (‰) 31,89 31,49 31,37 32,00
pH Air 7,72 7,51 7,77 7,86
DO (mg/l) 6,12 6,29 6,56 6,81
3.86
2.10
5.91
18.85
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
P. Kembar Legon Boyo Batu Merah Ujung Bengkok
Ind/m2
Lokasi Penelitian
5. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 5
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Gambar 3. Rata-rata kandungan bahan organik di setiap stasiun penelitian,
Hasil pengukuran parameter lingkungan seperti suhu air, suhu udara, salinitas, pH dan DO pada
keempat stasiun penelitian memiliki nilai yang hampir sama sehingga parameter lingkungan ini tidak
terlalu mempengaruhi perbedaan kelimpahan dan komposisi gastropoda (Tabel 3). Parameter
lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap perbedaan kelimpahan dan komposisi gastropoda
adalah kandungan bahan organik dan kondisi substrat. Kandungan bahan organik tertinggi berada di
stasiun Legon Buaya kemudian berturut-turut Pulau Kembar, Batu Merah dan Ujung Bengkok
(Gambar 3). Kandungan bahan organik yang tinggi dan kondisi substrat yang berlumpur di Legon
Boyo menyebabkan jenis-jenis gastropoda yang hidup di stasiun ini adalah jenis yang menyukai
habitat berlumpur seperti Telescopium telescopium, Cerithidea sp., dan Terebralia sulcata. Spesies
gastropoda yang tidak hidup di substrat lumpur seperti jenis dari famili Neritidae kelimpahannya
rendah dan hanya ditemukan spesies Nerita balteata. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman dan
Darnaedi (1982) yang menyatakan bahwa spesies gastropoda dari famili Potamididae menyukai
habitat yang bersubstrat lumpur, berair dan terbuka. Nerita sp. adalah spesies yang kurang toleran
terhadap substrat lumpur serta banyak ditemukan menempel pada akar dan batang yang masih
tergenang air (Suwondo, 2005). Kandungan bahan organik rendah dan kondisi substrat yang berpasir
di Ujung Bengkok menyebabkan spesies L. scabra kelimpahannya sangat tinggi di stasiun ini. Spesies
ini sering ditemukan menempel di akar batang dan daun mangrove yang berada di atas permukaan
air.
Gambar 4. Kondisi substrat di setiap stasiun penelitian
Hasil analisa pola sebaran gastropoda menunjukkan bahwa, secara umum gastropoda di semua
stasiun penelitian memiliki pola sebaran mengelompok (clumped). Pola sebaran acak (random)
terdapat pada spesies Cerithidea sp. di stasiun Pulau Kembar, Cerithium coralium di stasiun Legon
8.77%
32.63%
7.85%
2.04%
Pulau Kembar Legon Buaya Batu Merah Ujung Bengkok
14.74% 18.33% 18.46% 13.21%
78.33% 74.26% 76.23% 81.98%
5.11% 5.74% 4.25% 4.44%
1.81% 1.67% 1.06% 0.37%
P. Kembar Legon Boyo Batu Merah Ujung Bengkok
Lempung
Lanau
Pasir
Kerikil
6. 6 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Buaya, Cypraea erosa di Ujung Bengkok (Lampiran 2). Mengelompoknya jenis gastropoda diduga
karena sifatnya yang hidup bergerombol, seragam dan menempel pada satu tempat sepanjang waktu
(Suwondo, 2005).
Hasil analisa indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa keanekaragaman berkisar antara 0,35–
1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks keanekaragaman tertinggi
berada di stasiun Legon Buaya sedangkan yang terendah di stasiun Ujung Bengkok. Nilai Indeks
Keseragaman termasuk masuk dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara
0,12–0,62. Sama dengan indeks keanekaragaman, nilai indeks keseragaman tertinggi daan terendah
juga berada di stasiun Legon Buaya dan Ujung Bengkok. Kisaran Indeks Dominasi antara 0,50–0,84
masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi. Spesies yang mendominasi di semua
stasiun peneltian adalah spesies L. scabra. Mendominasinya spesies ini, selain karena vegetasi
mangrove yang banyak ditemukan jenis Rhizophora mucronata juga karena kondisi substrat yang
berkerikil dan berpasir. Jenis mangrove Rhizophora mucronata di stasiun penelitian ini tumbuh di
bagian terluar pulau dan berhadapan langsung dengan laut sehingga kandungan substrat di semua
stasiun penelitian banyak mengandung kerikil dan pasir. Sanpanich et al. (2004) dalam penelitiannya
tentang distribusi famili Littorinidae di Thailand menemukan bahwa spesies L. scabra banyak
ditemukan di pantai berbatu, seawall dan daerah mangrove yang ditumbuhi mangrove jenis R.
mucronata, R. apiculata, A. alba, A. marina dan S. griffithii .
Tabel 3. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominasi gastropoda.
Indeks
Stasiun
I II III IV
Keanekaragaman 0,46 1,45 0,62 0,35
Keseragaman 0,29 0,62 0,24 0,12
Dominasi 0,82 0,50 0,82 0,91
Berdasarkan hasil analisa kesamaan komunitas menunjukkan bahwa, stasiun yang memiliki nilai
Indek Kesaman Komunitas yang paling tinggi adalah stasiun I (P. Kembar) dan stasiun III (Batu
Merah). Nilai indeks terendah adalah nilai antara stasiun II (Legon Buaya) dan IV (Ujung Bengkok).
Nilai Indeks Kesamaan yang tinggi menunjukkan bahwa jenis gastropoda yang ditemukan di kedua
stasiun penelitian relatif sama. Terdapat 8 spesies gastropoda yang sama ditemukan di P. Kembar
dan Batu Merah yaitu, Cerithium kobelti, Clypeomorus pellucida, Ergalatax margariticola, Latirus
polygonus, Littoraria scabra, Nerita planospira, Cerithidea sp. dan Terebralia sulcata. Antara stasiun
Legon Boyo dan Ujung Bengkok hanya ditemukan 3 spesies gastropoda yang sama yaitu, Cerithium
kobelti, Littoraria scabra dan Nerit balteata. Semakin banyak jenis yang sama di kedua lokasi tersebut
maka akan semakin besar juga nilai Indeks Kesamaan Komunitas antara kedua lokasi tersebut
(Krebs, 1989).
Tabel 4. Indeks kesamaan komunitas.
Staiun
I II III IV
I X
45,45 64,00 28,57
II X
45,16 22,22
III X
53,33
IV
X
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Di ekosistem mangrove Desa Parang ditemukan 29 spesies dari 16 famili gastropoda. Kelimpahan
rata-rata gastropoda berkisar antara 2,10–18,85 ind/m
2
. Indeks keanekaragaman berkisar antara
0,35–1,45 yang termasuk dalam kategori rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keseragaman masuk
7. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 7
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
dalam kategori rendah sampai tinggi dengan nilai berkisar antara 0,12–0,62 dan kisaran Indeks
Dominasi antara 0,50–0,84 masuk dalam kategori terdapat spesies yang mendominasi.Perbedaan
komposisi jenis, kelimpahan dan adanya spesies yang mendominasi diduga karena perbedaan jenis
mangrove, bahan organik dan kondisi substrat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian yang berkelanjutan pada bulan-bulan yang lain tentang komposisi jenis dan
struktur komunitas gastropoda yang nantinya diharapkan akan menggambarkan kondisi habitat
gastropoda yang sebenarnya dan diharapkan juga akan berguna untuk pengelolaan lingkungan dalam
jangka panjang pada ekosistem mangrove Desa Parang, Karimunjawa, Jawa Tengah.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai penelitian pemulihan dan
konservasi sumberdaya ikan (BP2KSI), Beasiswa Unggulan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
yang telah memberikan beasiswa sehingga saya bisa melanjutkan pendidikan serta semua pihak
yang telah membantu.
Daftar Pustaka
Arief, A. M. P. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Budiman, A.& D. Darnaedi. 1982. Struktur Komunitas Moluska di Hutan Mangrove Morowali, Sulawesi
Tengah. Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove di Baturraden.
Dharma. 2005. Recent & Fossil Indonesian Shells. ConchBooks. Germany. 423.
Ernanto, R., F. Agustriani & R. Aryawa. 2010. Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem
mangrove di Muara Sungai Batang Ogan Komering Ilir Sumatera selatan. Maspari Journal 1:77-
82.
Frith, D.W., R. Tantanasiriwong, & O. Bhatia. 1976. Zonation of macrofauna on a mangrove shore,
Phuket Island. Phuket Marine Biological Center Res. Bull 10: 1-37.
Ghasemi, S., M. Zakaria & N. Mola Hoveizeh. 2011. Abundance of Molluscs (Gastropods) At
Mangrove Forests of Iran. Journal of America Science 7(1).
Hawkes, Y. 1978. Invertebrate As Indikator of River Water Quality In A. James and I. Evinson (Eds).
Biological Indicator of Water Quality. John Wiley and Sons. Toronto. 123.
Irma, D. & Karina Sofyatuddin. 2012. Diversity of Gastropods and Bivalves in mangrove ecosystem
rehabilitation areas in Aceh Besar and Banda Aceh districts, Indonesia. Aquaculture, Aquarium,
Conservation & Legislation OPEN ACCESS International Journal of the Bioflux Society 5(2): 55-
59.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Herper and Row Publisher, New York, 694.
Laporan Teknis Penelitian dan Pengembangan BP2KSI. 2013. Kajian Ekosistem Sumberdaya
Perikanan di Kawasan Konservasi Perairan kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. BP2KSI,
Purwakarta. 286.
Luturmas, A. 2009. Studi ekologi komunitas gastropoda pada daerah mangrove Di Perairan Pantai
Desa Tuhaha, Kecamatan Saparua. Jurnal TRITON 5(2): 11-18.
Nugroho, A. 2002. Struktur dan komosisi vegetasi serta struktur molluska di hutan mangrove Muara
Sungai Ajkwa dengan Nuara Sungai Kamora, Kabupaten Mimika, Papua, Laporan Penelitian.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. 76.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi. P.T. Gramedia. Jakarta. 459.
8. 8 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gramedia, Jakarta, 697.
Pribadi, R., Retno, H dan Chrisna, A.S. 2009. Komposisi jenis dan distribusi gastropoda di kawasan
hutan mangrove Segara Anakan Cilacap. Ilmu Kelautan 14(2): 102-111.
Sasekumar, A. 1974. Distribution of macrofauna on a Malayan Mangrove Shore. The Journal of
Animal Ecology 43: 51-69.
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Suwondo, E. Febrita dan F. Sumanti. 2006. Struktur komunitas gastropoda pada hutan mangrove di
Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Skripsi. Pendidikan Biologi
Jurusan PMIPA FKIP. Universitas Riau. Pekanbaru.
Tirtakusumah, R. 1994. Pengelolaan Hutan Mangrove Jawa Barat dan Beberapa Pemikiran untuk
Tundak Lanjut. Dalam Prosiding Seminar V Ekosistem Mangrove i Jember, 2-6 Agustus 1994.
Utaminingsih, S., Jaya, dan Hermiyaningsih. 1994. Pedoman Analisis Kualitas Air dan Tanah Sedimen
Perairan Payau. BBAP. Jepara. 36–38.
Tanya Jawab
-
Lampiran
Lampiran 1. Kelimpahan rata-rata spesies gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove
Desa Parang, Kepulauan Karimunjawa.
No Famili No Spesies Stasiun
I II III IV
1 Acteonidae 1 Acteon sp. - 0,05 - -
2 Columbellidae 2 Atilia ocellata - - 0,02 0,15
3 Ellobiidae 3 Cassidula sowerbyana - 0,03 - -
4 Cassidula sulculosa - 0,12 - -
5 Cassidula vespertilionis - 0,18 - -
6 Melampus fasciatus - 0,00 - -
4 Cerithiidae 7 Cerithium coralium - 0,01 0,01 0,04
8 Cerithium kobelti 0,55 0,31 0,16 -
9 Clypeomorus pellucida 0,00 - 0,00 -
5 Muricidae 10 Chicoreus capucinus - 0,02 - -
11 Ergalatax margariticola 0,00 - 0,01 0,30
6 Cypraeidae 12 Cypraea bouteti - - - 0,01
13 Cypraea eglantina - - - 0,07
14 Cypraea erosa - - - 0,02
7 Fasciolariidae 15 Latirus polygonus 0,00 0,00 0,02 -
8 Littorinidae 16 Littoraria scabra 3,23 0,82 5,31 17,89
9 Cirridae 17 Monodonta canalifera - - 0,05 0,11
10 Neritidae 18 Nerita balteata - 0,02 0,01 0,15
19 Nerita insculpta - - 0,00 -
20 Nerita planospira 0,06 - 0,04 0,03
9. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan C (MC-15) 9
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
21 Nerita squamulata - - 0,00 0,01
11 Nassariidae 22 Nassarius olivaceus - - 0,00 -
23 Nassarius dorsatus - - 0,00 -
12 Melongenidae 24 Pugulina ternatana - - 0,01 -
13 Potamididae 25 Telescopium telescopium - 0,03 - -
26 Cerithidea sp. 0,01 0,20 0,12 -
14 Batillariidae 27 Terebralia sulcata 0,00 0,28 0,12 -
15 Trochidae 28 Trochus hanleyanus - - - 0,01
16 Costellariidae 29 Vexillium plicarium - - - 0,04
Jumlah 3,86 2,10 5,91 18,85
Lampiran 2. Pola sebaran gastropoda yang ditemukan di ekosistem mangrove Desa Parang,
Kepulauan Karimunjawa.
No Jenis
ID
I II III IV I II III IV
1 Acteon sp. - 1,41 - - - C - -
2 Atilia ocellata - - 1,20 1,27 - - C C
3 Cassidula sowerbyana - 3,00 - - - C - -
4 Cassidula sulculosa - 1,45 - - - C - -
5 Cassidula vespertilionis - 1,60 - - - C - -
6 Melampus fasciatus - - - - - - - -
7 Cerithium coralium - 0,00 3,00 1,40 - R C C
8 Cerithium kobelti 1,26 1,57 1,49 - C C C -
9 Clypeomorus pellucida - - - - - - - -
10 Chicoreus capucinus - 1,80 - - - C - -
11 Ergalatax margariticola - - 3,00 1,45 - - C C
12 Cypraea bouteti - - - 3,00 - - - C
13 Cypraea eglantina - - - 3,00 - - - C
14 Cypraea erosa - - - 0,00 - - - R
15 Latirus polygonus - - 1,20 - - - C -
16 Littoraria scabra 1,02 1,18 1,00 1,03 C C C C
17 Monodonta canalifera - - 1,55 1,30 - - C C
18 Nerita balteata - 1,00 0,00 2,10 - C C C
19 Nerita insculpta - - - - - - - -
20 Nerita planospira 1,08 - 0,96 1,20 C - C C
21 Nerita squamulata - - - 3,00 - - - C
22 Nassarius olivaceus - - - - - - - -
23 Nassarius dorsatus - - - - - - - -
24 Pugulina ternatana - - 1,00 - - - C -
25 Telescopium telescopium - 1,29 - - - C - -
26 Cerithidea sp. 0,00 1,76 1,92 - R C - -
27 Terebralia sulcata - 1,03 1,80 - - C C -
28 Trochus hanleyanus - - - 3,00 - - - C
29 Vexillium plicarium - - - 2,00 - - - C
Keterngan : C: Mengelompok (Clumped)
R: Acak (Random)