SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
TUGAS EKOSISTEM WILAYAH PESISIR, LAUT
DAN PULAU-PULAU KECIL
“HUBUNGAN KETERKAITAN EKOLOGI DARI EKOSISTEM
MANGROVE, TERUMBU KARANG, DAN LAMUN”
Disusun Oleh :
Nama : H A R T A T I
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PESISIR DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah
Ekosistem Wilayah Pesisir, Laut dan ulau-Pulau Kecil ini yang alhamdulillah dapat
selesai tepat waktu dengan judul “Hubungan
Keterkaitan Ekologi dari Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amiin.
Makassar, 16 Agustus 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... iv
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... iv
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ v
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. v
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 1
2.1 Ekosistem Mangrove............................................................................................ 1
2.2 Ekosistem Lamun................................................................................................. 3
2.3 Ekosistem Terumbu Karang................................................................................ 5
2.4 Ciri Ekosistem Laut Tropis.................................................................................. 6
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekologi Laut Tropis.................................... 8
2.5.1 Faktor Kimia.............................................................................................. 8
2.5.2 Faktor Fisika.............................................................................................. 9
2.5.3 Faktor Aktivitas Manusia........................................................................... 11
2.6 Manfaat Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun............................ 12
2.7 Hubungan Keterkaitan Ekologi dari Ekosistem Mangrove, Terumbu
Karang, dan Lamun............................................................................................. 14
BAB III PENUTUP................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 22
3.2 Saran.................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia berpotensi
untuk membentuk ekosistem dengan keragamannya. Ekosistem merupakan satu
kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya. Didalam ekosistem terjadi interaksi
antara komunitas dengan lingkungannya sebagai komponen biotik (makhluk hidup)
dengan lingkungannya sebagai komponen abiotik (makhluk tak hidup). Ekosistem
adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan
fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah
berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang
mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi
(Tansley 1935).
Ekosistem pantai mempunyai berbagai sumber daya alam yang berpotensi untuk
dikembangkan. Salah satu potensinya yang merupakan ekosistem terpenting yang ada
diperairan laut meliputi keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, padang lamun,
dan mangrove. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut merupakan habitat nursery ground
dari berbagaia macam spesies ikan karang (Epinephelus sp), gastropoda (Thrombus sp),
bivalvia (Anadara sp),dan kepiting bakau (Scylla serrata). Biota laut yang ada didalamnya
merupakan kekayaan laut pesisir (Vatria 2010).
Ekosistem di perairan laut dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berkaitan
dengan kehidupannya dimana ekosistem laut berbeda dengan ekosistem darat. Ekosistem
laut akan dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup yang ekstrim, suhu yang rendah serta
tekanan yang tinggi. Banyak terdapat aktivitas thermal vents pada laut dalam yang
lingkungannya ekstrim dikarenakan cahaya matahari tidak dapat menembus perairan. Oleh
karena itu, di perairan dalam proses fotosintesis tidak terjadi secara optimal. Segala
aktivitas yang terjadi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor kimia,fisika dan
biologi. Hubungan yang terjadi di dalam ekosistem merupakan satu kesatuan komunitas
perairan. Komponen tersebut terdiri atas komponen biotik
iv
(mahluk hidup) dan abiotik (mahluk tak hidup). Keanekaragaman hayati ekosistem
terumbu karang, padang lamun, dan mangrove memiliki peranan positif yaitu ekologis
terumbu karang, padang lamun, mangrove bermanfaat sebagai penyeimbang faktor
biologis, fisis dan kimia (Nybakken 1992 dalam Vatria 2010). Misalnya: akar
mangrove, khususnya Rhizophora apicullata dan R. mucronata berperan sebagai
perangkap sedimen terhadap komunitas padang lamun dan terumbu karang. Demikian
juga peranan terumbu karang sebagai penghalang hempasan gelombang terhadap
komunitas padang lamun. Perubahan suatu ekosistem seringkali menyebabkan
ekosistem menjadi tidak stabil, yang kemudian seluruh aktivitas di dalam ekosistem
menjadi terganggu. Hubungan interaksi antara ketiga komunitas dari ekosistem
mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem lamun dapat digunakan untuk
menentukan baik buruknya parameter lingkungan perairan pantai (Vatria 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang antara lain :
1. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang secara umum
2. Manfaat dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang
3. Hubungan keterkaitan ekologi dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu
Karang.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan yang dapat diambil dari Rumusan Masalah antara lain :
1. Untuk mengetahui Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang secara
umum
2. Untuk mengetahui manfaat dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu
Karang
3. Untuk Mengetahui Hubungan ekologi dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan
Terumbu Karan
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ekosistem Mangrove
Gambar 1. Ekosistem Mangrove
Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi yang tumbuh di
laguna pesisir dangkal dan estuaria tropis dan subtropis, didominasi oleh beberapa
spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah yang
pasang surut pantai berlumpur. Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang
memiliki produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan
organik yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat
penting bagi kehidupan mahluk hidup yang berada di perairan sekitarnya. Mangrove
adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai
tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Materi organik
menjadikan hutan mangrove sebagai tempat sumber makanan dan tempat asuhan
berbagai biota seperti ikan, udang dan kepiting. Produksi ikan dan udang di perairan
laut sangat bergantung dengan produksi serasah yang dihasilkan oleh hutan mangrove.
Berbagai kelompok moluska ekonomis juga sering ditemukan berasosiasi dengan
tumbuhan penyusun hutan mangrove. Selain ikan, udang, dan moluska, biota
1
yang juga banyak ditemukan di perairan pantai mangrove seperti cacing laut
(polychaeta).
a. Sistem Akar Mangrove
Beberapa spesies mangrove
mengembangkan sistem perakaran khusus yang
dikenal sebagai akar udara (aerial roots) yang
sangat cocok untuk kondisi tanah yang anaerob.
Akar udara ini dapat berupa akar tunjang, akar
napas, akar lutut dan akar papan.
Akar napas dan akar tunjang yang muda berisi zat hijau daun (klorofil) di bawah
lapisan kulit akar (epidermis) dan mampu untuk berfotosintesis. Akar udara memiliki
fungsi untuk pertukaran gas dan menyimpan udara selama akar terendam.
b. Buah Mangrove
Semua spesies mangrove menghasilkan
buah yang biasanya disebarkan oleh air. Buah
yang dihasilkan oleh spesies mangrove memiliki
bentuk silindris, bola, kacang, dan lain-lain.
c. Kelenjar Garam
Beberapa spesies mangrove dapat
menyesuaikan diri terhadap kadar garam tinggi,
yaitu antara lain dengan cara membentuk
kelenjar garam (salt glands) yang berfungsi
untuk membuang kelebihan garam.
2
2.2 Ekosistem Lamun
Gambar 2. Ekosistem Lamun
Padang lamun adalah hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area
yang tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Ekosistem lamun merupakan satu
sistem ekologi padang lamun dimana didalamnya terjadi hubungan timbal balik antara
komponen abiotik, tumbuhan dan hewan. Lamun merupakan salah satu ekosistem yang
paling produktif, selain hutan mangrove dan terumbu karang pada perairan pesisir
pantai. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan
adalah lamun, dimana secara ekologi, lamun mempunyai beberapa fungsi penting di
daerah pesisir. Lamun mempunyai produktifitas primer yang tinggi dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme. Menurut Nybakken (1988) biomassa
padang lamun secara kasar berjumlah 700 gbk/m2, sedangkan produktifitasnya adalah
700 g C/m2/hari. Oleh karenanya padang lamun merupakan lingkungan laut dengan
produktivitas tinggi. Komunitas lamun merupakan komponen kunci dalam ekosistem
pesisir di seluruh dunia (Hutomo dan Peristiwadi 1990). Namun keberadaan komunitas
lamun hampir di setiap pesisir bervariasi, hal ini diduga karena perbedaan karakteristik
lingkungan perairan ( Supriyadi 2010 ).
Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat hidup di
lingkungan laut. Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang
dilakukan termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk
3
menancapkan akar di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan
melakukan reproduksi pada saat terbenam. Lamun juga memiliki karakteristik tidak
memiliki stomata, mempertahankan kutikel yang tipis, perkembangan shrizogenous
pada sistem lakunar dan keberadaan diafragma pada sistem lakunar. Salah satu hal yang
paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu
kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.Lamun adalah tumbuhan
berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut.
Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun, akar. Rhizome merupakan batang yang
terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut
tumbuh pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat
menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji 2007).
a. Sistem Akar Lamun
Lamun mampu untuk menyerap nutrien
dari dalam substrat (interstitial) melalui sistem
akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang
dilakukan oleh bakteri heterotropik di dalam
rhizosper Halophila ovalis, Enhalus acoroides,
Syringodium isoetifolium dan Thalassia
hemprichii cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m-
2.day-1.
Fiksasi nitrogen merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakan
unsur dasar yang penting dalam metabolisme untuk menyusun struktur komponen sel.
Akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk proses fotosintesis yang
dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal (udara)
yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma
digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan
oleh mikroflora di rhizospher.
b. Rhizoma
Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah
herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial) yang
4
memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang
yang bervariasi dimana spesies lain tidak bisa hidup.
c. Daun
Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun.
Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi daun muda. Tetapi
genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate tidak memiliki pelepah.
2.3 Ekosistem Terumbu Karang
Gambar 3. Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang menempati barisan terdepan, disusul ekosistem
lamun dan mangrove. Terumbu karang membutuhkan perairan dengan kecerahan
tinggi dan intensitas cahaya yang memadai, yang biasanya berada pada daerah paparan
yang dangkal. Wilayah Indonesia memiliki perairan pantai sepanjang lebih dari 81.000
km. Perairan ini sebagian besar merupakan perairan dangkal yang sangat potensial bagi
berkembangnya ekosistem terumbu karang (Sunarto 2006).
Terumbu adalah deposit berbentuk masif dari kalsium karbonat yang
diproduksi oleh karang (phylum cnidaria, ordo scelaractinia) dengan tambahan utama
dari callacerous algae dan organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat.
5
Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum
Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria yang disebut sebagai karang (coral)
mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa
maupun kelas Hydrozoa).
Terumbu karang (Coral reef) merupakan masyarakat organisme yang hidup
didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3)yang cukup kuat menahan
gaya gelombang laut (Tomascik 1992). Setiap jenis karang memiliki bentuk koloni
yang khas, ada yang bercabang, pipih/lempengan, bulatan besar, dan lain sebagainya.
Bentuk- bentuk koloni yang dibangun oleh karang sangat dipengaruhi oleh faktor
genetik karang serta bebagai faktor lingkungan seperti arus, kedalaman, cahaya
matahari, dan lain-lain. Sehingga bentuk koloni saja tidak dapat dijadikan acuan dalam
mengidentifikasi jenis-jenis karang.
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang amat penting bagi
keberlanjutan sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan, dan umumnya
tumbuh di daerah tropis, serta mempunyai produktivitas primer yang tinggi (10 kg
C/m2/tahun). Tingginya produktivitas primer di daerah terumbu karang ini
menyebabkan terjadinya pengumpulan hewan-hewan yang beranekaragam seperti;
ikan, udang, mollusca, dan lainnya. Dari hasil inventarisasi yang dilakukan ditemukan
kelompok karang hard coral dengan berbagai tipe yaitu : branching, tabulate, sub
massif, dan lainnya. Jenis ikan karang ditemukan sekitar 26 famili diantaranya famili
Chaetodontidae, Pomacentridae dan Labridae.
2.4 Ciri Ekosistem Laut Tropis
Menurut Regional (2008) dalam ekosistem pesisir dan laut, ekosistem laut
meliputi beberapa ekosistem khas seperti padang lamun, terumbu karang, laut dalam
dan samudra, dimana seluruh jenis organisme saling berhubungan dan ekosistem
pesisir dimana organisme penghuninya berbaur antara organisme dari darat dan dari
6
laut. Seperti pantai berbatu, pantai berpasir, hutan mangrove, padang lamun dan
terumbu karang.
Ekosistem laut tropis memiliki beberapa cirri yang berbeda dengan ekosistem
laut di daerah lain seperti :sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada
dua musim, hujan dan kemarau) hal ini merupakan kondisi optimal bagi produksi
fitoplankton, memiliki predator tertinggi, jaring-jaring makanan dan struktur trofik
komunitas pelagic, Secara umum terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan
predator tertinggi, serta memilki tingkat keragaman yang tinggi dengan jumlah sedikit
apabila dibandingkan dengan tipe daerah seperti subtropis dan kutub.
Menurut Satino (2011) ekosistem laut mempunyai ciri ciri yaitu :
1. Bersifat contimnental
2. Luas dan dalam
3. Asin
4. Memiliki arus dan gelombang
5. Pasang-surut dan dihuni oleh organisme baik plankton, neuston maupun bentos
Menurut Jimmy Kathler (2010) Ciri khas dari ekosistem laut tropis adalah
1. Tempreatur suhu tinggi
2. Salinitas atau kadar garam yang tinggi
3. Penetrasi cahaya matahari yang tinggi
4. Ekosistem tidak terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar
5. Aliran atau arus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperatur dan rotasi
bumi
6. Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain
7. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan
dekomposer.
7
Menurut Muhammad (2010) Laut tropic mempunyai karakteristik yang khas,
yaitu:
1. Variasi produktivitas yang berbeda dengan laut subtropik, laut kutub.Laut tropik
merupakan daerah dimana sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada
dua musim, hujan dan kemarau), kondisi optimal bagi produksi fitplankton dan
konstant sepanjang tahun.
2. Secara umum biota yang hidup pada laut tropik terdiri dari algae, herbivora,
penyaring, predator dan predator tertinggi.
3. Predator tertinggi pada laut tropic (tuna, lanset fish, setuhuk, hiu sedang dan hiu
besar), predator lainnya: cumi-cumi, lumba-lumba.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekologi Laut Tropis
2.5.1 Faktor Kimia
Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang sangat
menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau
lebihtinggi dari pada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat
(limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu (Aziz 1994). Pergoyangan air laut
normal secara global berkisar antara 33 ppt sampai dengan 37 ppt dengan nilai tengah
sekitar 35 ppt. Walaupun demikian terdapat kodisi ekstrim alami, seperti di Laut Merah
pada saat tertentu salinitas air laut dapat mencapai 40 ppt ataupun seperti contoh di
Laut Baltik, terutama di sekitar Teluk Bothnia salinitas air laut dapat mencapai titik
terendah yaitu sekitar 2 ppt. Perairan muara sungai dan estuaria biasanya mempunyai
salinitas lebih rendah dari air laut normal dan disebut sebagai perairan payau (brackish
water). Batas pergoyangan air payau ini berkisar 0,5 ppt sampai dengan 30 ppt (Aziz
2013).
Faktor kimia utama adalah ketersediaan nutrien atau zat anorganik. Sebagai
organisme autotrop maka fitoplankton mendapatkan sumber energinya dari bahan
8
anorganik yang akan dirubah menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis dengan
bantuan cahaya. Sebagai organissme autotrop fitoplankton berperan sebagai produser
primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia berupa bahan
organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis
diatasnya. Fitoplankton merupakan produser terbesar pada ekosistem laut (Sunarto
2008).
Kondisi asam atau basa pada perairan ditentukan berdasarkan nilai pH (power
ofhydrogen). Nilai pH berkisar antara 0-14, yang mana pH 7 merupakan pH normal.
Kondisi pH kurang dari 7 menunjukkan air bersifat asam, sedangkan pH di atas 7
menunjukkan kondisi air bersifat basa. Makhluk hidup atau biota perairan masing-masing
memiliki kondisi pH yangberbeda-beda. Pengaruh pH pada biota terletak pada aktivitas
enzim, misalnyadalam pH asam, enzim akan mengalami protonasi. Keasaman juga
berpengaruh pada tingkat kelarutan suatu nutrien dalam perairan, yang menentukan
keberadaansuatu organisme. Polusi juga bisa diindikasi dari pH yang terkait dengan
konsentrasioksigen (pH rendah pada konsentrasi oksigen rendah).
Nitrogen (N), posfor (P), dan silikon (Si) harus berada dalam kondisi
perbandingan16 : 1 : 1. Perubahan perbandingan akan memengaruhi proses suksesi
plankton .Nitrogen dan posfor merupakan dua unsur yang sangat berpengaruh terhadap
produktivitas primer ekosistem. Kedua senyawa tersebut juga memengaruhi adanya
blooming alga dan merupakan penyebab eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan
serangkaian proses penumpukan unsur yang menyebabkan suburnya perairan.
2.5.2 Faktor Fisika
Faktor-faktor fisika yang berpengaruh antar lain seperti suhu, pergerakan air
dan cahaya. Akan tetapi faktor fisika utama yang menentukan produktivitas primer
adalah cahaya. Suhu merupakan faktor turunan dari keberadaan cahaya. Selain faktor
cahaya, suhu juga sangat mendukung pergerakannya secara vertikal. Hal ini sangat
berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton untuk tidak
9
tenggelam. Perpindahan secara vertikal ini juga dipengaruhi oleh kemampuannya
bergerak atau lebih tepat mengadakan adaptasi fisiologis sehingga terus melayang pada
kolom air. Perpaduan kondisi fisika air dan mekanisme mengapung menyebabkan
plankton mampu bermigrasi secara vertikal sehingga distribusinya berbeda (Sunarto
2008).
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya
untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan
sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan
faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Cahaya
matahari merupakan energi penggerak utama bagi seluruh ekosistem termasuk di dalamnya
ekosistem perairan. Cahaya matahari menghasilkan panas sebesar 10 26 Kalori/detik,
namun hanya sebagian kecil dari panas tersebut yang mampu diserap dan masuk ekosistem
perairan.Dari bagian kecil yang memasuki ekosistem perairan hanya sebagian kecil yang
mampu diserap oleh organisme autotrop seperti fitoplankton.Cahaya adalah sumber energi
dasar bagi pertumbuhan organisme autotrop terutamafitoplankton yang pada gilirannya
mensuplai makanan bagi seluruh kehidupan di perairan. Proses produksi di laut dimula i
dari oraganisme autotrop yang mampu menyerap energi matahari. Tingkatan produksi di
laut digambarkan dengan bentuk piramida makanan yang menunjukan tingkatan tropic atau
rantai makanan antara produser dan consumer.Organisme autotrop menempati dasar
piramida yang menunjukkan bahwa organisme ini memiliki jumlah terbesar dan menjadi
penopang seluruh kehidupan pada tingkat tropic di atasnya (Sunarto 2008).
Udara dan permukaan laut saling berhubungan. Jika udara lebih panas dari
perairan, maka panas di transfer dari atmosfir ke perairan. Jika perairan lebih panas dari
udara, maka transfer akan terjadi sebaliknya. Kecenderungan ini selalu terjadi untuk
mencapai keseimbangan suhu Jika perbedaan suhu sangat besar, tentunya transfer
panas akan lebih cepat terjadi.
10
Adanya perpindahan panas antara udara dan perairan dengan sendirinya
berpengaruh terhadap distribusi dan pertumbuhan karang di lautan. Karang pembangun
terumbu terbatas hanya pada perairan tropik dan sub tropik, dengan suhu permukaan
perairan tidak berada di bawah 1800C. Meskipun batas toleransi karang terhadap suhu
bervariasi antarspesies atau antardaerah pada spesies yang sama, tetapi dapat
dinyatakan bahwa karang dan organisme-organisme terumbu hidup pada suhu dekat
dengan batas atas toleransinya, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hewan karang
relatif sempit toleransinya terhadap suhu. Peningkatan suhu hanya beberapa derajat
sedikit di atas ambang batas (≈ 2 – 30C) dapat mengurangi laju pertumbuhan atau
kematian yang luas pada spesies-spesies karang secara umum (Rani 2013).
2.5.3 Faktor Aktivitas Manusia
Kegiatan manusia memiliki dampak yang bervariasi terhadap ekosistem laut tropis,
dari yang sifatnya sementara atau dapat diatasi secara alami oleh sistem ekologi masing-
masing ekosistem hingga yang bersifat merusak secara permanen hingga ekosistem
tersebut hilang. Khusus bagi komunitas mangrove dan lamun, gangguan yang parah akibat
kegiatan manusia berarti kerusakan dan musnahnya ekosistem. Bagi komunitas terumbu
karang, walau lebih sensitif terhadap gangguan, kerusakan yang terjadi dapat
mengakibatkan konversi habitat dasar dari komunitas karang batu yang keras menjadi
komunitas yang didominasi biota lunak seperti alga dan karang lunak.
Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir tersebut lebih didominasi oleh
pencemaran minyak, sampah, abrasi pantai, kerusakan mangrove dan terumbu karang.
Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut terlihat bahwa aktivitas manusia lah yang
menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut. Padahal kalau
dilihat dari dampak kerusakan tersebut sebagai besar akan berdampak kepada aktivitas
manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota laut, terancamnya pemukiman nelayan,
terancamnya mata pencaharian nelayan dan sebagainya. Oleh sebab itu apabila hal ini tidak
secepatnya ditanggulangi dengan optimal maka
11
dikhawatirkan sumber daya pesisir dan laut akan semakin terdegradasi. Selain itu juga
aktivitas masyarakat pesisir akan semakin terancam (Vitria 2010).
2.6 Manfaat Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun
Ditinjau dari daratan menuju ke arah laut lepas, tipologi umum dari perairan
laut tropis diawali oleh hutan mangrove yang kemudian diikuti oleh hamparan padang
lamun, dan bentang terumbu karang (Gambar 4). Masing-masing ekosistem laut tropis
tersebut memiliki beragam fungsi dan peran yang saling terkait satu sama lain.
Gambar 4. Fungsi dan Peran Ekosistem Mangrove, Ekosistem Lamun,
dan Ekosistem Terumbu Karang
1. Mangrove
Peranan Mangrove antara lain :
a. Pemerangkap/penjebak dan penyaring sedimen dan bahan pencemar, sehingga
sedimentasi dan pencemaran di perairan pesisir jauh berkurang.
b. Mengatur pasokan air tawar ke sistem perairan pesisir.
c. Pelindung daratan dari abrasi dan intrusi air laut.
12
d. Tempat berlindung bagi banyak organisme laut.
e. Menjaga keseimbangan ekosistem perairan pantai.
f. Melindungi pantai dan tebing sungai terhadap pengikisan atau erosi pantai.
g. menahan dan mengendapkan lumpur.
2. Padang Lamun
Menurut Tahril (2011) Padang lamun berperan ganda dalam mempengaruhi
kedua komunitas di sekitarnya, yaitu :
a. Pemerangkap dan penstabil sedimen
Pemerangkap dan penstabil sedimen karena mampu melindungi terumbu
karang dari proses sedimentasi yang bisa menutup permukaan hewan karang dan
mengahalangi proses fotosintesis zooxanthellae di dalamnya dengan ciri khas akar
rizomanya.
a. Pemroduksi sedimen
Pemroduksi sedimen dilakukan oleh alga berkapur, epifit, dan infauna yang
hasilnya diperlukan oleh komunitas lamun dan mangrove.
b. Mengurangi energi gelombang
c. Menstabilkan substrat sehingga mengurangi kekeruhan
d. Menjebak zat hara
e. Filtrasi air
f. Pendukung utama kehidupan perikanan dan unggas air di pesisir pantai
g. Menjadi tempat bertelur, memijah, mencari makan dan membesarkan juvenil bagi
organisme.
3. Terumbu Karang
Peranan Terumbu Karang antara lain :
a. Mengurangi energi gelombang
b. Memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan
c. Menjadi habitat bagi banyak jenis organisme laut.
13
2.7 Hubungan Keterkaitan Ekologi dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan
Terumbu Karang
Tingginya kompleksitas ekosistem laut tropis, baik di dalam maupun antar
ekosistem, membuat penelitian interaksi suatu kajian yang sangat rumit dan dinamis.
Oleh karena itu, mekanisme yang pasti dalam interaksi antara ketiga ekosistem ini
masih terus diteliti sampai saat ini. Menurut Ogden dan Gladfelter (1983) interaksi
rumit dalam ekosistem laut tropis ke dalam lima kategori, yaitu interaksi fisik, interaksi
bahan organik terlarut, interaksi bahan organik partikel, interaksi migrasi biota dan
interaksi dampak manusia (Gambar 5).
Gambar 5. Interaksi antara ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang
a. Keterkaitan Ekosistem secara Fisik
Keterkaitan ekosistem secara fisik antara mangrove, lamun dan terumbu karang
berlangsung 2 arah, baik dari arah darat menuju ke laut maupun dari laut menuju ke darat.
Pergerakan massa air dari darat atau laut merupakan faktor fisik utama yang
14
mempengaruhi ekosistem di daerah pesisir. Menurut Hogarth (2007) mangrove
memiliki kemampuan untuk menjebak zat hara, memerangkap sedimen dan melindungi
pantai dari hempasan gelombang yang besar. Kemampuan ini berkaitan erat dengan
uniknya struktur akar yang dimiliki mengrove. Bentuk akar yang bercabang-cabang
dengan struktur yang rumit dan kompleks menyebabkan mangrove memiliki
kemampuan membentuk daratan baru dari sedimen yang masuk ke daerah pesisir
melalui sungai.
b. Keterkaitan Ekosistem secara Biologis
Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang
sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk
keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak
dibuktikan. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya
keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang tersebut
dilaksanakan oleh Nagelkerken et al (2000), di Pulau Curacao, Karibia.
Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove dan
lamun benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang untuk
membesarkan ikan yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif
(fakulatif) saja untuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope
(habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun di teluk yang ditumbuhi komunitas
mangrove, daerah padang lamun di teluk yang tidak ditumbuhi mangrove (tanpa
mangrove), daerah berlumpur di teluk yang ditumbuhi lamun dan mangrove serta
daerah berlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah kosong
tanpa vegetasi).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al (2000)
melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove
sebagai daerah asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan
dan kekayaan jenis (species richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan
daerah berlumpur yang sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.
15
Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang
menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis
organisme. Hal ini membuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti tampak
pada penelitian Nagelkerken et al. (2000). Adanya variasi habitat menciptakan daerah
tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini menimbulkan suatu daerah pertemuan antar
spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman jenis organisme di daerah tersebut.
c. Keterkaitan Ekosistem secara Kimiawi
Proses-proses kimiawi yang terjadi dalam ekosistem mangrove juga
memberikan pengaruh bagi ekosistem lain di sekitarnya, seperti ekosistem lamun dan
terumbu karang. Sebagian besar proses kimiawi dalam ekosistem mangrove terjadi di
dalam substrat dan kolom air. Beberapa parameter yang penting dalam proses ini
diantaranya adalah kekeruhan (siltasi), konduktivitas elektrik dan kapasitas pertukaran
kation. Konsentrasi nutrien juga merupakan faktor yang penting. Dalam hal ini,
mangrove termasuk ekosistem yang seimbang karena sangat efektif dalam menyimpan
(sink) nutrien dengan menyerap nitrogen terlarut, fosfor dan silikon. Transfer unsur
hara (fluxes nutrien) terjadi melalui proses fotosintesis dan proses mineralisasi oleh
bakteri.
Faktor fisik dan kimiawi dari mangrove secara efisien dapat menjebak logam
berat yang tidak dapat diakumulasi secara biologis. Pengendapan yang cepat dari logam
sulfida yang stabil dalam kondisi anoksik mengurangi bioavailabilitas dari logam trace
dalam sedimen. Elemen yang paling aktif seperti Mn dan Zn akan terendap dalam
ikatan fraksi yang kuat. Dengan demikian, komunitas mangrove mampu mengontrol
polusi logam berat di daerah tropis.
Kemampuan mangrove untuk mengabsorbsi logam berat dalam sedimen
merupakan salah satu contoh dari bentuk keterkaitan ekosistem di daerah pesisir. Logam
berat merupakan substansi yang bersifat toksik sehingga sangat berbahaya bagi organisme
laut. Adanya reduksi logam berat yang terbawa oleh aliran air dan partikel tersuspensi oleh
mangrove akan menjamin sehatnya ekosistem lamun dan terumbu karang. Namun, jika
ekosistem mangrove menghilang, maka keberadaan ekosistem
16
lamun dan terumbu karang juga akan terancam. Meningkatnya konsentrasi logam berat
yang bersifat toksik dalam kolom air akan menimbulkan gangguan fisiologis dalam
jaringan tubuh organisme laut. Hal ini akan mendorong munculnya penyakit yang cepat
atau lambat dapat memusnahkan komunitas lamun dan terumbu karang. Para peneliti
biologi laut memperkirakan bahwa komunitas lamun yang hilang dari pesisir pantai
tersebut tidak akan pernah dapat kembali lagi (Harald Asmus dan Raghnild Asmus
2006).
Proses transfer nutrien dari daratan menuju daerah mangrove, lamun dan
terumbu karang sangat kompleks dan menarik untuk dipelajari karena menunjukkan
adanya hubungan keterkaitan di antara ekosistem yang ada di daerah pesisir. Bahan
organik yang dibawa oleh aliran sungai dan serasah mangrove mengalami proses
dekomposisi terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai unsur
hara. Saat daun mangrove gugur dari pohon dan jatuh di permukaan air, maka
dimulailah proses dekomposisi bahan organik. Daun mangrove yang jatuh di air atau
lumpur yang becek dan lembab akan membusuk perlahan-lahan akibat proses
dekomposisi oleh bakteri dan jamur. Proses dekomposisi ini sangat penting karena
mengubah serat daun mangrove yang tidak dapat dicerna menjadi menjadi serat yang
lebih mudah dicerna. Serasah mangrove yang sudah membusuk tadi kemudian akan
dirobek, dicabik-cabik menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan dicerna oleh
kepiting dan hewan invertebrata lainnya. Potongan-potongan ini dikenal sebagai POM
(Particulate Organic Matter). Setelah dicerna, terbentuk partikel organik yang lebih
halus dan lebih sederhana dalam bentuk feses (kotoran). Feses ini akan dicerna lebih
lanjut oleh organisme pemakan deposit (deposit feeder) menghasilkan feses yang lebih
halus lagi dan kemudian dimanfaatkan oleh organisme penyaring makanan (filter
feeder).
d. Keterkaitan Ekosistem secara Ekologis
Terumbu karang secara ekologis mempunyai keterkaitan dengan daratan dan
lautan serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan
karena terumbu karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan
17
lautan. Berbagai dampak kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas atau di
sekitar padang lamun atau hutan mangrove akan menimbulkan dampak pula pada
ekosistem terumbu karang. Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut
lepas, seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, pembuangan limbah dan
perhubungan laut.
Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun mempunyai keterkaitan
ekologis (hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel
organik, maupun migrasi satwa, dan dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila
salah satu ekosistem tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu.
Yang jelas interaksi yang harmonis antara ketiga ekosistem ini harus dipertahankan
agar tercipta sebentuk sinergi keseimbangan lingkungan.
1. Sifat fisik air
Hutan mangrove sejati biasanya tumbuh di daerah yang terlindung dari
pengaruh ombak dan arus yang kuat. Terumbu karang dan lamun disini berfungsi
sebagai penahan ombak dan arus yang kuat untuk memperlambat pergerakannya. Ini
merupakan salah satu interaksi fisik dari terumbu karang dan lamun terhadap
mangrove sehingga mangrove terlindungi dari ombak dan arus yang kuat.
Hutan mangrove kaya akan sedimen yang mengendap di dasar perairan.
Apabila sedimen ini masuk ke ekosistem lamun maupun terumbu karang dengan
jumlah yang sangat banyak dan terus menerus oleh pengaruh hujan lebat, penebangan
hutan mangrove maupun pasang surut dapat mengeruhkan perairan, maka ini akan
mempengaruhi fotosintesis dari lamun dan zooxanthella yang hidup pada karang.
Sedimen yang membuat perairan keruh akan berdampak pada berkurangnya penetrasi
cahaya matahari (kecerahan). Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan
berkurang yang akan mempengaruhi persebaran dan kelimpahan lamun serta terumbu
karang.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dengan
produktivitas primernya yang sangat tinggi daripada ekosistem lainnya di perairan.
Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting yaitu sebagai salah
satu penyerap karbondioksida di udara. Peningkatan kandungan karbondioksida di
18
udara dapat menyebabkan dampak pemanasan global. Jika terjadi pemanasan global
oleh penebangan hutan mangrove besar-besaran maka ini akan berpengaruh terhadap
ekosistem terumbu karang dan lamun. Misalnya zooxanthela pada terumbu karang
akan keluar dari karang akibat meningkatnya suhu perairan. Karang yang
membutuhkan zooxanthella dalam memproduksi zat-zat penting bagi pertumbuhannya
akan mati sehingga terjadi pemutihan karang. Terumbu karang dapat hidup pada suhu
antara 25-290̊ C .
2. Partikel Organik
Partikel organik yang berasal dari serasah lamun dan mangrove dapat
mempengaruhi pertumbuhan dari terumbu karang. Tingginya partikel organik yang
tersuspensi diperairan dapat menurunkan fotosintesis dari lamun dan zooxanthela di
perairan. Partikel organik ini akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang
dibutuhkan lamun dan zooxanthella untuk proses fotosintesis. Selain itu partikel
organik yang terbawa dari ekosistem mangrove ke ekosistem lamun dan terumbu
karang merupakan makanan bagi biota-biota perairan seperti filter feeder dan detritus
feeder. Khusunya ekosistem mangrove, arus dan gelombang disekitarnya cukup kuat
sehingga berfungsi menjernihkan perairan. Sedangkan ekosistem lamun yang
berdekatan dengan ekosistem mangrove yang kaya sedimen, mempunyai rhizoma yang
saling menyilang untuk menahan substrat dasar.
Penebangan hutan, pembukaan jalan, pembukaan lahan pertanian dapat
meningkatkan partikel organik diperiaran. Partikel yang tersuspensi terutama dalam
bentuk partikel halus maupun kasar, akan menimbulkan dampak negatif terhadap biota
perairan pesisir dan lautan. Misalnya partikel tersebut menutupi sistem pernafasan yang
mengakibatkan biota tersebut susah bernafas.
3. Nutrien Terlarut
Nutrien diperiaran penting bagi produsen primer untuk proses fotosintesis.
Nutrien di perairan dapat berasal dari batuan-batuan maupun serasah tumbuhan dan
organisme-organisme yang mati, dan kemudian didekomposisi oleh bakteri menjadi zat
anorganik yang diserap oleh produsen primer. Mangrove kaya akan nutrien yang
biasanya terbawa ke ekosistem lamun dan terumbu karang melalui aliran sungai
19
maupun efek pasang surut. Nutrien ini diserap langsung oleh lamun melalui
perakarannya, dimana zooxanthella juga memperoleh nutrient tersebut.
Batuan-batuan karang yang pecah juga merupakan nutrien yang dibutuhkan
bagi organisme yang ada disekitar mangrove yang bisanya membentuk cangkang.
Nutrien ini juga dapat dibawa oleh arus dan ombak untuk diserap oleh lamun.
4. Migrasi Fauna
Migrasi fauna dapat disebabkan oleh meningkatnya predator pada suatu
ekosistem, berkurangnya makanan, reproduksi, meningkatnya persaingan dalam
memperbutkan makanan, tempat persembunyian yang aman, dll. Ketika ekosistem
mangrove dalam keadaan rusak atau terganggu oleh aktivitas manusia maupun oleh
pengaruh alam, maka biota-biota atau fauna yang hidupnya disekitar mangrove akan
beralih tempat ke ekositem lamun maupun terumbu karang untuk memperoleh
perlindungan.
Apabila dalam ekosistem lamun, terjadi persaingan yang ketat dalam
memperbutkan makanan, maka fauna-fauna disekitarnya akan bermigrasi ke darerah
mangrove untuk memperoleh makanan yang banyak. Ketika terjadi kekeruhan di
ekosistem lamun oleh pengaruh sedimentasi, maka fauna-fauna yang hidup
disekitarnya khususnya ikan akan menghindari daerah tersebut dan menempati
ekosistem terumbu karang yang tidak kecerahan lebih baik.
5. Dampak Manusia
Penebangan hutan mangrove untuk pemukiman, pebukaan lahan pertanian dan
pertambakan dapat mengakibatkan erosi sehingga mengeruhkan perairan. Pengaruhnya
ini akan berdampak pada ekosistem lamun dan terumbu karang yang ada disekitarnya.
Proses fotosintesis yang berjalan akan terhambat. Selain pemanfaatan mangrove yang
merusak lingkungan, pemanfaatan lamun dengan cara yang sama akan menyebabkan
sedimentasi, mengingat bahwa lamun mempunyai rhizoma yang saling mentilang yang
berfungsi untuk mengikat sedimen di dasar.
Pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan akan mengancam
ekosistem mangrove. Mengingat bahwa secara ekologis terumbu karang berfungsi
untuk menahan gelombang dan arus yang kuat, sehingga tanpa keberadaannya akan
20
mengamcam ekosistem mangrove yang biasanya terlindung dari ombak dan arus yang
kuat. Ikan di daerah terumbu karang yang memakan suatu spesies ikan di sekitar daerah
lamun lama kelamaan akan habis apabila terus menerus dieksploitasi secara besar-
besaran oleh manusia. Ikan di daerah terumbu karang berkurang jumlahnya sedangkan
ikan di daerah lamun meningkat jumlahnya.
Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan
mempengaruhi ketiga ekosistem, yaitu ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu
karang. Ketiga ekosistem tersebut saling terkait satu sama lain dan biasanya ke tiga
ekosistem tersebut bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting bagi
ketiga ekosistem tersebut untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga
terhindar dari kerusakan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi yang tumbuh dilaguna
pesisir dangkal dan estuaria tropis dan subtropis, didominasi oleh beberapa spesies pohon
mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah yang pasang surut pantai
berlumpur. Padang lamun adalah hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area yang
tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Ekosistem lamun merupakan satu sistem
ekologi padang lamun dimana didalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen
abiotik, tumbuhan dan hewan. Ekosistem yang menempati barisan terdepan yaitu
ekosistem terumbu karang. Terumbu karang (Coral reef) merupakan masyarakat
organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang
cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Terumbu yang berarti
masivenya/batu/tempatnya dan Karang yang berarti hewannya.
Hubungan keterkaitan ekologi dari ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu
karang dapat dilihat secara fisik, biologis, kimiawi, dan secara ekologis. Terumbu
karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta ekosistem lain, seperti
hutan mangrove dan lamun. Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan
terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman
jenis organisme.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia
dan alam akan mempengaruhi ketiga ekosistem yaitu ekosistem mangrove, lamun, dan
terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut saling terkait satu sama lain dan biasanya
ke tiga ekosistem tersebut bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting
bagi ketiga ekosistem tersebut untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga
terhindar dari kerusakan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Aznam.1994.Pengaruh Salinitas terhadap Sebaran Fauna Echinodermata.
Jurnal Oseana. 19 (2) : 23 – 32.
Hogarth, P.J. 1999. The Biology of Mangroves. Oxford: Oxford University Press.
Hutomo, M. dan T. Peristiwady. 1990. Diversity, Abundance and Diet of Fish in
the Seagrass Beds of Lombok Island, Indonesia.
Jeffri.2014.Parameter Kimia dan Fisika Perairan.
( http://jeffri022.student.umm.ac.id/download-as.
pdf/umm_blog_article_241.pdf) diakses pada tanggal 16 Oktober 2014
Nagelkerken, I., S. Kleijnen, T. Klop, R. A. C. J. Van den Brand., E. Cocheret de
la Moriniere., G. Van der Velde. 2000. Dependence of Carribean Reef
Fishes On Mangroves and Seagrass Beds As Nursery Habitats : A
Comparison of Fish Faunas between Bays with and without
Mangroves/Seagrass Beds. Marine Ecology Progress Series. 214 : 225-
235.
Nontji, Anugerah. 2007. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.
Gramedia.
Regional. 2008. Ekosistem Pesisir dan Laut dalam regional.coramap.or.id
Satino. 2011. Materi Kuliah Biologi Luat. http://staff.uny.ac.id.
Sunarto.2006.Keanekaragaman Hayatidan Degradasi Ekosistem Terumbu
Karang.Bandung : Universitas Pajajaran Press.
Supriyadi, Indarto Happy.2010.Pemetaan Padang Lamun di Perairan Teluk Toli
Toli dan Pulau Sekitarnya, Sulawesi Barat. Pusat Penelitian Oceanografi.
Tahril., Paulina Taba., Nursiah La Nafie., dan Alfian Noor.2011.Analisis Besi
Dalam Ekosistem Lamun Dan Hubungannya Dengan Sifat Fisikokimia
Perairan Pantai kabupaten Donggala.Jurnal natur Indonesia. 13 (2) : 105-
111.
23
Tansley, A.G. 1935. The use and abuse of vegetational concepts and terms.
Ecology. 16 : 284-307.
Tomascik, T, AJ Mah, A Nontji, and MK Moosa. 1997. The Ecology of
Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition.
Vatria, Belvi.2010.Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan
Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang
Ditimbulkannya.Jurnal Belian. 9 (1) : 47-54.
24

More Related Content

What's hot

Power point terumbu karang
Power point terumbu karangPower point terumbu karang
Power point terumbu karangrantikaput
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Awe Wardani
 
Ppt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adi
Ppt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adiPpt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adi
Ppt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adiGuruh Adhi
 
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDadang Setiawan
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautSiti Sahati
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisirAry Ajo
 
Materi presentasi mangrove oleh El Kail
Materi presentasi mangrove oleh El KailMateri presentasi mangrove oleh El Kail
Materi presentasi mangrove oleh El KailAmril Taufik Gobel
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautGoogle
 
Ekosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power PointEkosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power Pointiswant mas
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanPepen Mahale
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karangDeena dep
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)
Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)
Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)Amos Pangkatana
 
Laporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikanLaporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikanmusa alfatah
 

What's hot (20)

Power point terumbu karang
Power point terumbu karangPower point terumbu karang
Power point terumbu karang
 
Sampling plankton
Sampling planktonSampling plankton
Sampling plankton
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
 
Ppt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adi
Ppt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adiPpt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adi
Ppt hutan mangrove_Tps 50_ tgs2-guruh prabowo adi
 
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
Ekologi Populasi
Ekologi PopulasiEkologi Populasi
Ekologi Populasi
 
Bab ii Lamun (Seagrass)
Bab ii Lamun (Seagrass)Bab ii Lamun (Seagrass)
Bab ii Lamun (Seagrass)
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
 
Materi presentasi mangrove oleh El Kail
Materi presentasi mangrove oleh El KailMateri presentasi mangrove oleh El Kail
Materi presentasi mangrove oleh El Kail
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
Ekosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power PointEkosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power Point
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPBProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)
Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)
Makalah Dinamika Populasi Ikan ( Amos Pangkatana)
 
Laporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikanLaporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikan
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
Kebutuhan energi 2
Kebutuhan energi 2Kebutuhan energi 2
Kebutuhan energi 2
 

Similar to EKOSISWA

Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveerikakurnia
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangAdy Purnomo
 
Tugas paper mangrove
Tugas paper mangroveTugas paper mangrove
Tugas paper mangroveWiina Parmana
 
Artikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karangArtikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karangSMPN 4 Kerinci
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyawahyuddin S.T
 
Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2aswar hamzah
 
Presentasi KLPK 1 salinan oseo.pptx
Presentasi KLPK 1 salinan oseo.pptxPresentasi KLPK 1 salinan oseo.pptx
Presentasi KLPK 1 salinan oseo.pptxOwowoowowIwiwiwi
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarYosie Andre Victora
 
Makalah Mangrove
Makalah MangroveMakalah Mangrove
Makalah MangroveElvionita
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxDian631634
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangAlfian Muhammad
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Operator Warnet Vast Raha
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Merlia Donna
 

Similar to EKOSISWA (20)

Chapter i
Chapter iChapter i
Chapter i
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
Ekologi Lahan Mangrove.ppt
Ekologi Lahan Mangrove.pptEkologi Lahan Mangrove.ppt
Ekologi Lahan Mangrove.ppt
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu Karang
 
Tugas paper mangrove
Tugas paper mangroveTugas paper mangrove
Tugas paper mangrove
 
Artikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karangArtikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karang
 
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannyaDr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
Dr achmad syamsu makalah fungsi mangrove, permasalahan dan konsep pengelolaannya
 
MAteri SIG
MAteri SIGMAteri SIG
MAteri SIG
 
Lamun
Lamun Lamun
Lamun
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2
 
Presentasi KLPK 1 salinan oseo.pptx
Presentasi KLPK 1 salinan oseo.pptxPresentasi KLPK 1 salinan oseo.pptx
Presentasi KLPK 1 salinan oseo.pptx
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
 
Makalah Mangrove
Makalah MangroveMakalah Mangrove
Makalah Mangrove
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
 
Makalah mangrove by Tri
Makalah mangrove by Tri Makalah mangrove by Tri
Makalah mangrove by Tri
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014Ekoper Ketapang 2014
Ekoper Ketapang 2014
 

Recently uploaded

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 

Recently uploaded (7)

TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 

EKOSISWA

  • 1. TUGAS EKOSISTEM WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL “HUBUNGAN KETERKAITAN EKOLOGI DARI EKOSISTEM MANGROVE, TERUMBU KARANG, DAN LAMUN” Disusun Oleh : Nama : H A R T A T I PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PESISIR DAN TEKNOLOGI KELAUTAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2017
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah Ekosistem Wilayah Pesisir, Laut dan ulau-Pulau Kecil ini yang alhamdulillah dapat selesai tepat waktu dengan judul “Hubungan Keterkaitan Ekologi dari Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin. Makassar, 16 Agustus 2017 Penulis ii
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... iv 1.1 Latar Belakang..................................................................................................... iv 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ v 1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. v BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 1 2.1 Ekosistem Mangrove............................................................................................ 1 2.2 Ekosistem Lamun................................................................................................. 3 2.3 Ekosistem Terumbu Karang................................................................................ 5 2.4 Ciri Ekosistem Laut Tropis.................................................................................. 6 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekologi Laut Tropis.................................... 8 2.5.1 Faktor Kimia.............................................................................................. 8 2.5.2 Faktor Fisika.............................................................................................. 9 2.5.3 Faktor Aktivitas Manusia........................................................................... 11 2.6 Manfaat Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun............................ 12 2.7 Hubungan Keterkaitan Ekologi dari Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun............................................................................................. 14 BAB III PENUTUP................................................................................................... 22 3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 22 3.2 Saran.................................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 23 iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia berpotensi untuk membentuk ekosistem dengan keragamannya. Ekosistem merupakan satu kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya. Didalam ekosistem terjadi interaksi antara komunitas dengan lingkungannya sebagai komponen biotik (makhluk hidup) dengan lingkungannya sebagai komponen abiotik (makhluk tak hidup). Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi (Tansley 1935). Ekosistem pantai mempunyai berbagai sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu potensinya yang merupakan ekosistem terpenting yang ada diperairan laut meliputi keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan mangrove. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut merupakan habitat nursery ground dari berbagaia macam spesies ikan karang (Epinephelus sp), gastropoda (Thrombus sp), bivalvia (Anadara sp),dan kepiting bakau (Scylla serrata). Biota laut yang ada didalamnya merupakan kekayaan laut pesisir (Vatria 2010). Ekosistem di perairan laut dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupannya dimana ekosistem laut berbeda dengan ekosistem darat. Ekosistem laut akan dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup yang ekstrim, suhu yang rendah serta tekanan yang tinggi. Banyak terdapat aktivitas thermal vents pada laut dalam yang lingkungannya ekstrim dikarenakan cahaya matahari tidak dapat menembus perairan. Oleh karena itu, di perairan dalam proses fotosintesis tidak terjadi secara optimal. Segala aktivitas yang terjadi juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor kimia,fisika dan biologi. Hubungan yang terjadi di dalam ekosistem merupakan satu kesatuan komunitas perairan. Komponen tersebut terdiri atas komponen biotik iv
  • 5. (mahluk hidup) dan abiotik (mahluk tak hidup). Keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan mangrove memiliki peranan positif yaitu ekologis terumbu karang, padang lamun, mangrove bermanfaat sebagai penyeimbang faktor biologis, fisis dan kimia (Nybakken 1992 dalam Vatria 2010). Misalnya: akar mangrove, khususnya Rhizophora apicullata dan R. mucronata berperan sebagai perangkap sedimen terhadap komunitas padang lamun dan terumbu karang. Demikian juga peranan terumbu karang sebagai penghalang hempasan gelombang terhadap komunitas padang lamun. Perubahan suatu ekosistem seringkali menyebabkan ekosistem menjadi tidak stabil, yang kemudian seluruh aktivitas di dalam ekosistem menjadi terganggu. Hubungan interaksi antara ketiga komunitas dari ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem lamun dapat digunakan untuk menentukan baik buruknya parameter lingkungan perairan pantai (Vatria 2010). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang antara lain : 1. Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang secara umum 2. Manfaat dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang 3. Hubungan keterkaitan ekologi dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan Penulisan yang dapat diambil dari Rumusan Masalah antara lain : 1. Untuk mengetahui Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang secara umum 2. Untuk mengetahui manfaat dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang 3. Untuk Mengetahui Hubungan ekologi dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karan v
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ekosistem Mangrove Gambar 1. Ekosistem Mangrove Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi yang tumbuh di laguna pesisir dangkal dan estuaria tropis dan subtropis, didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah yang pasang surut pantai berlumpur. Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan organik yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup yang berada di perairan sekitarnya. Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Materi organik menjadikan hutan mangrove sebagai tempat sumber makanan dan tempat asuhan berbagai biota seperti ikan, udang dan kepiting. Produksi ikan dan udang di perairan laut sangat bergantung dengan produksi serasah yang dihasilkan oleh hutan mangrove. Berbagai kelompok moluska ekonomis juga sering ditemukan berasosiasi dengan tumbuhan penyusun hutan mangrove. Selain ikan, udang, dan moluska, biota 1
  • 7. yang juga banyak ditemukan di perairan pantai mangrove seperti cacing laut (polychaeta). a. Sistem Akar Mangrove Beberapa spesies mangrove mengembangkan sistem perakaran khusus yang dikenal sebagai akar udara (aerial roots) yang sangat cocok untuk kondisi tanah yang anaerob. Akar udara ini dapat berupa akar tunjang, akar napas, akar lutut dan akar papan. Akar napas dan akar tunjang yang muda berisi zat hijau daun (klorofil) di bawah lapisan kulit akar (epidermis) dan mampu untuk berfotosintesis. Akar udara memiliki fungsi untuk pertukaran gas dan menyimpan udara selama akar terendam. b. Buah Mangrove Semua spesies mangrove menghasilkan buah yang biasanya disebarkan oleh air. Buah yang dihasilkan oleh spesies mangrove memiliki bentuk silindris, bola, kacang, dan lain-lain. c. Kelenjar Garam Beberapa spesies mangrove dapat menyesuaikan diri terhadap kadar garam tinggi, yaitu antara lain dengan cara membentuk kelenjar garam (salt glands) yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam. 2
  • 8. 2.2 Ekosistem Lamun Gambar 2. Ekosistem Lamun Padang lamun adalah hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area yang tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Ekosistem lamun merupakan satu sistem ekologi padang lamun dimana didalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen abiotik, tumbuhan dan hewan. Lamun merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif, selain hutan mangrove dan terumbu karang pada perairan pesisir pantai. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologi, lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun mempunyai produktifitas primer yang tinggi dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Menurut Nybakken (1988) biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 gbk/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g C/m2/hari. Oleh karenanya padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktivitas tinggi. Komunitas lamun merupakan komponen kunci dalam ekosistem pesisir di seluruh dunia (Hutomo dan Peristiwadi 1990). Namun keberadaan komunitas lamun hampir di setiap pesisir bervariasi, hal ini diduga karena perbedaan karakteristik lingkungan perairan ( Supriyadi 2010 ). Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat hidup di lingkungan laut. Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk 3
  • 9. menancapkan akar di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam. Lamun juga memiliki karakteristik tidak memiliki stomata, mempertahankan kutikel yang tipis, perkembangan shrizogenous pada sistem lakunar dan keberadaan diafragma pada sistem lakunar. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun, akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji 2007). a. Sistem Akar Lamun Lamun mampu untuk menyerap nutrien dari dalam substrat (interstitial) melalui sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh bakteri heterotropik di dalam rhizosper Halophila ovalis, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m- 2.day-1. Fiksasi nitrogen merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakan unsur dasar yang penting dalam metabolisme untuk menyusun struktur komponen sel. Akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk proses fotosintesis yang dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal (udara) yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan oleh mikroflora di rhizospher. b. Rhizoma Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial) yang 4
  • 10. memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang yang bervariasi dimana spesies lain tidak bisa hidup. c. Daun Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi daun muda. Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate tidak memiliki pelepah. 2.3 Ekosistem Terumbu Karang Gambar 3. Ekosistem Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang menempati barisan terdepan, disusul ekosistem lamun dan mangrove. Terumbu karang membutuhkan perairan dengan kecerahan tinggi dan intensitas cahaya yang memadai, yang biasanya berada pada daerah paparan yang dangkal. Wilayah Indonesia memiliki perairan pantai sepanjang lebih dari 81.000 km. Perairan ini sebagian besar merupakan perairan dangkal yang sangat potensial bagi berkembangnya ekosistem terumbu karang (Sunarto 2006). Terumbu adalah deposit berbentuk masif dari kalsium karbonat yang diproduksi oleh karang (phylum cnidaria, ordo scelaractinia) dengan tambahan utama dari callacerous algae dan organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. 5
  • 11. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa maupun kelas Hydrozoa). Terumbu karang (Coral reef) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3)yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut (Tomascik 1992). Setiap jenis karang memiliki bentuk koloni yang khas, ada yang bercabang, pipih/lempengan, bulatan besar, dan lain sebagainya. Bentuk- bentuk koloni yang dibangun oleh karang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik karang serta bebagai faktor lingkungan seperti arus, kedalaman, cahaya matahari, dan lain-lain. Sehingga bentuk koloni saja tidak dapat dijadikan acuan dalam mengidentifikasi jenis-jenis karang. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang amat penting bagi keberlanjutan sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan, dan umumnya tumbuh di daerah tropis, serta mempunyai produktivitas primer yang tinggi (10 kg C/m2/tahun). Tingginya produktivitas primer di daerah terumbu karang ini menyebabkan terjadinya pengumpulan hewan-hewan yang beranekaragam seperti; ikan, udang, mollusca, dan lainnya. Dari hasil inventarisasi yang dilakukan ditemukan kelompok karang hard coral dengan berbagai tipe yaitu : branching, tabulate, sub massif, dan lainnya. Jenis ikan karang ditemukan sekitar 26 famili diantaranya famili Chaetodontidae, Pomacentridae dan Labridae. 2.4 Ciri Ekosistem Laut Tropis Menurut Regional (2008) dalam ekosistem pesisir dan laut, ekosistem laut meliputi beberapa ekosistem khas seperti padang lamun, terumbu karang, laut dalam dan samudra, dimana seluruh jenis organisme saling berhubungan dan ekosistem pesisir dimana organisme penghuninya berbaur antara organisme dari darat dan dari 6
  • 12. laut. Seperti pantai berbatu, pantai berpasir, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Ekosistem laut tropis memiliki beberapa cirri yang berbeda dengan ekosistem laut di daerah lain seperti :sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau) hal ini merupakan kondisi optimal bagi produksi fitoplankton, memiliki predator tertinggi, jaring-jaring makanan dan struktur trofik komunitas pelagic, Secara umum terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi, serta memilki tingkat keragaman yang tinggi dengan jumlah sedikit apabila dibandingkan dengan tipe daerah seperti subtropis dan kutub. Menurut Satino (2011) ekosistem laut mempunyai ciri ciri yaitu : 1. Bersifat contimnental 2. Luas dan dalam 3. Asin 4. Memiliki arus dan gelombang 5. Pasang-surut dan dihuni oleh organisme baik plankton, neuston maupun bentos Menurut Jimmy Kathler (2010) Ciri khas dari ekosistem laut tropis adalah 1. Tempreatur suhu tinggi 2. Salinitas atau kadar garam yang tinggi 3. Penetrasi cahaya matahari yang tinggi 4. Ekosistem tidak terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar 5. Aliran atau arus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperatur dan rotasi bumi 6. Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu sama lain 7. Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan dekomposer. 7
  • 13. Menurut Muhammad (2010) Laut tropic mempunyai karakteristik yang khas, yaitu: 1. Variasi produktivitas yang berbeda dengan laut subtropik, laut kutub.Laut tropik merupakan daerah dimana sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau), kondisi optimal bagi produksi fitplankton dan konstant sepanjang tahun. 2. Secara umum biota yang hidup pada laut tropik terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi. 3. Predator tertinggi pada laut tropic (tuna, lanset fish, setuhuk, hiu sedang dan hiu besar), predator lainnya: cumi-cumi, lumba-lumba. 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekologi Laut Tropis 2.5.1 Faktor Kimia Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau lebihtinggi dari pada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat (limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu (Aziz 1994). Pergoyangan air laut normal secara global berkisar antara 33 ppt sampai dengan 37 ppt dengan nilai tengah sekitar 35 ppt. Walaupun demikian terdapat kodisi ekstrim alami, seperti di Laut Merah pada saat tertentu salinitas air laut dapat mencapai 40 ppt ataupun seperti contoh di Laut Baltik, terutama di sekitar Teluk Bothnia salinitas air laut dapat mencapai titik terendah yaitu sekitar 2 ppt. Perairan muara sungai dan estuaria biasanya mempunyai salinitas lebih rendah dari air laut normal dan disebut sebagai perairan payau (brackish water). Batas pergoyangan air payau ini berkisar 0,5 ppt sampai dengan 30 ppt (Aziz 2013). Faktor kimia utama adalah ketersediaan nutrien atau zat anorganik. Sebagai organisme autotrop maka fitoplankton mendapatkan sumber energinya dari bahan 8
  • 14. anorganik yang akan dirubah menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya. Sebagai organissme autotrop fitoplankton berperan sebagai produser primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia berupa bahan organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya. Fitoplankton merupakan produser terbesar pada ekosistem laut (Sunarto 2008). Kondisi asam atau basa pada perairan ditentukan berdasarkan nilai pH (power ofhydrogen). Nilai pH berkisar antara 0-14, yang mana pH 7 merupakan pH normal. Kondisi pH kurang dari 7 menunjukkan air bersifat asam, sedangkan pH di atas 7 menunjukkan kondisi air bersifat basa. Makhluk hidup atau biota perairan masing-masing memiliki kondisi pH yangberbeda-beda. Pengaruh pH pada biota terletak pada aktivitas enzim, misalnyadalam pH asam, enzim akan mengalami protonasi. Keasaman juga berpengaruh pada tingkat kelarutan suatu nutrien dalam perairan, yang menentukan keberadaansuatu organisme. Polusi juga bisa diindikasi dari pH yang terkait dengan konsentrasioksigen (pH rendah pada konsentrasi oksigen rendah). Nitrogen (N), posfor (P), dan silikon (Si) harus berada dalam kondisi perbandingan16 : 1 : 1. Perubahan perbandingan akan memengaruhi proses suksesi plankton .Nitrogen dan posfor merupakan dua unsur yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas primer ekosistem. Kedua senyawa tersebut juga memengaruhi adanya blooming alga dan merupakan penyebab eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan serangkaian proses penumpukan unsur yang menyebabkan suburnya perairan. 2.5.2 Faktor Fisika Faktor-faktor fisika yang berpengaruh antar lain seperti suhu, pergerakan air dan cahaya. Akan tetapi faktor fisika utama yang menentukan produktivitas primer adalah cahaya. Suhu merupakan faktor turunan dari keberadaan cahaya. Selain faktor cahaya, suhu juga sangat mendukung pergerakannya secara vertikal. Hal ini sangat berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton untuk tidak 9
  • 15. tenggelam. Perpindahan secara vertikal ini juga dipengaruhi oleh kemampuannya bergerak atau lebih tepat mengadakan adaptasi fisiologis sehingga terus melayang pada kolom air. Perpaduan kondisi fisika air dan mekanisme mengapung menyebabkan plankton mampu bermigrasi secara vertikal sehingga distribusinya berbeda (Sunarto 2008). Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Cahaya matahari merupakan energi penggerak utama bagi seluruh ekosistem termasuk di dalamnya ekosistem perairan. Cahaya matahari menghasilkan panas sebesar 10 26 Kalori/detik, namun hanya sebagian kecil dari panas tersebut yang mampu diserap dan masuk ekosistem perairan.Dari bagian kecil yang memasuki ekosistem perairan hanya sebagian kecil yang mampu diserap oleh organisme autotrop seperti fitoplankton.Cahaya adalah sumber energi dasar bagi pertumbuhan organisme autotrop terutamafitoplankton yang pada gilirannya mensuplai makanan bagi seluruh kehidupan di perairan. Proses produksi di laut dimula i dari oraganisme autotrop yang mampu menyerap energi matahari. Tingkatan produksi di laut digambarkan dengan bentuk piramida makanan yang menunjukan tingkatan tropic atau rantai makanan antara produser dan consumer.Organisme autotrop menempati dasar piramida yang menunjukkan bahwa organisme ini memiliki jumlah terbesar dan menjadi penopang seluruh kehidupan pada tingkat tropic di atasnya (Sunarto 2008). Udara dan permukaan laut saling berhubungan. Jika udara lebih panas dari perairan, maka panas di transfer dari atmosfir ke perairan. Jika perairan lebih panas dari udara, maka transfer akan terjadi sebaliknya. Kecenderungan ini selalu terjadi untuk mencapai keseimbangan suhu Jika perbedaan suhu sangat besar, tentunya transfer panas akan lebih cepat terjadi. 10
  • 16. Adanya perpindahan panas antara udara dan perairan dengan sendirinya berpengaruh terhadap distribusi dan pertumbuhan karang di lautan. Karang pembangun terumbu terbatas hanya pada perairan tropik dan sub tropik, dengan suhu permukaan perairan tidak berada di bawah 1800C. Meskipun batas toleransi karang terhadap suhu bervariasi antarspesies atau antardaerah pada spesies yang sama, tetapi dapat dinyatakan bahwa karang dan organisme-organisme terumbu hidup pada suhu dekat dengan batas atas toleransinya, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hewan karang relatif sempit toleransinya terhadap suhu. Peningkatan suhu hanya beberapa derajat sedikit di atas ambang batas (≈ 2 – 30C) dapat mengurangi laju pertumbuhan atau kematian yang luas pada spesies-spesies karang secara umum (Rani 2013). 2.5.3 Faktor Aktivitas Manusia Kegiatan manusia memiliki dampak yang bervariasi terhadap ekosistem laut tropis, dari yang sifatnya sementara atau dapat diatasi secara alami oleh sistem ekologi masing- masing ekosistem hingga yang bersifat merusak secara permanen hingga ekosistem tersebut hilang. Khusus bagi komunitas mangrove dan lamun, gangguan yang parah akibat kegiatan manusia berarti kerusakan dan musnahnya ekosistem. Bagi komunitas terumbu karang, walau lebih sensitif terhadap gangguan, kerusakan yang terjadi dapat mengakibatkan konversi habitat dasar dari komunitas karang batu yang keras menjadi komunitas yang didominasi biota lunak seperti alga dan karang lunak. Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir tersebut lebih didominasi oleh pencemaran minyak, sampah, abrasi pantai, kerusakan mangrove dan terumbu karang. Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut terlihat bahwa aktivitas manusia lah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut. Padahal kalau dilihat dari dampak kerusakan tersebut sebagai besar akan berdampak kepada aktivitas manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota laut, terancamnya pemukiman nelayan, terancamnya mata pencaharian nelayan dan sebagainya. Oleh sebab itu apabila hal ini tidak secepatnya ditanggulangi dengan optimal maka 11
  • 17. dikhawatirkan sumber daya pesisir dan laut akan semakin terdegradasi. Selain itu juga aktivitas masyarakat pesisir akan semakin terancam (Vitria 2010). 2.6 Manfaat Ekosistem Mangrove, Terumbu Karang, dan Lamun Ditinjau dari daratan menuju ke arah laut lepas, tipologi umum dari perairan laut tropis diawali oleh hutan mangrove yang kemudian diikuti oleh hamparan padang lamun, dan bentang terumbu karang (Gambar 4). Masing-masing ekosistem laut tropis tersebut memiliki beragam fungsi dan peran yang saling terkait satu sama lain. Gambar 4. Fungsi dan Peran Ekosistem Mangrove, Ekosistem Lamun, dan Ekosistem Terumbu Karang 1. Mangrove Peranan Mangrove antara lain : a. Pemerangkap/penjebak dan penyaring sedimen dan bahan pencemar, sehingga sedimentasi dan pencemaran di perairan pesisir jauh berkurang. b. Mengatur pasokan air tawar ke sistem perairan pesisir. c. Pelindung daratan dari abrasi dan intrusi air laut. 12
  • 18. d. Tempat berlindung bagi banyak organisme laut. e. Menjaga keseimbangan ekosistem perairan pantai. f. Melindungi pantai dan tebing sungai terhadap pengikisan atau erosi pantai. g. menahan dan mengendapkan lumpur. 2. Padang Lamun Menurut Tahril (2011) Padang lamun berperan ganda dalam mempengaruhi kedua komunitas di sekitarnya, yaitu : a. Pemerangkap dan penstabil sedimen Pemerangkap dan penstabil sedimen karena mampu melindungi terumbu karang dari proses sedimentasi yang bisa menutup permukaan hewan karang dan mengahalangi proses fotosintesis zooxanthellae di dalamnya dengan ciri khas akar rizomanya. a. Pemroduksi sedimen Pemroduksi sedimen dilakukan oleh alga berkapur, epifit, dan infauna yang hasilnya diperlukan oleh komunitas lamun dan mangrove. b. Mengurangi energi gelombang c. Menstabilkan substrat sehingga mengurangi kekeruhan d. Menjebak zat hara e. Filtrasi air f. Pendukung utama kehidupan perikanan dan unggas air di pesisir pantai g. Menjadi tempat bertelur, memijah, mencari makan dan membesarkan juvenil bagi organisme. 3. Terumbu Karang Peranan Terumbu Karang antara lain : a. Mengurangi energi gelombang b. Memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan c. Menjadi habitat bagi banyak jenis organisme laut. 13
  • 19. 2.7 Hubungan Keterkaitan Ekologi dari Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang Tingginya kompleksitas ekosistem laut tropis, baik di dalam maupun antar ekosistem, membuat penelitian interaksi suatu kajian yang sangat rumit dan dinamis. Oleh karena itu, mekanisme yang pasti dalam interaksi antara ketiga ekosistem ini masih terus diteliti sampai saat ini. Menurut Ogden dan Gladfelter (1983) interaksi rumit dalam ekosistem laut tropis ke dalam lima kategori, yaitu interaksi fisik, interaksi bahan organik terlarut, interaksi bahan organik partikel, interaksi migrasi biota dan interaksi dampak manusia (Gambar 5). Gambar 5. Interaksi antara ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang a. Keterkaitan Ekosistem secara Fisik Keterkaitan ekosistem secara fisik antara mangrove, lamun dan terumbu karang berlangsung 2 arah, baik dari arah darat menuju ke laut maupun dari laut menuju ke darat. Pergerakan massa air dari darat atau laut merupakan faktor fisik utama yang 14
  • 20. mempengaruhi ekosistem di daerah pesisir. Menurut Hogarth (2007) mangrove memiliki kemampuan untuk menjebak zat hara, memerangkap sedimen dan melindungi pantai dari hempasan gelombang yang besar. Kemampuan ini berkaitan erat dengan uniknya struktur akar yang dimiliki mengrove. Bentuk akar yang bercabang-cabang dengan struktur yang rumit dan kompleks menyebabkan mangrove memiliki kemampuan membentuk daratan baru dari sedimen yang masuk ke daerah pesisir melalui sungai. b. Keterkaitan Ekosistem secara Biologis Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al (2000), di Pulau Curacao, Karibia. Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove dan lamun benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang untuk membesarkan ikan yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) saja untuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun di teluk yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang tidak ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di teluk yang ditumbuhi lamun dan mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah kosong tanpa vegetasi). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al (2000) melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove sebagai daerah asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove. 15
  • 21. Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme. Hal ini membuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti tampak pada penelitian Nagelkerken et al. (2000). Adanya variasi habitat menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini menimbulkan suatu daerah pertemuan antar spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman jenis organisme di daerah tersebut. c. Keterkaitan Ekosistem secara Kimiawi Proses-proses kimiawi yang terjadi dalam ekosistem mangrove juga memberikan pengaruh bagi ekosistem lain di sekitarnya, seperti ekosistem lamun dan terumbu karang. Sebagian besar proses kimiawi dalam ekosistem mangrove terjadi di dalam substrat dan kolom air. Beberapa parameter yang penting dalam proses ini diantaranya adalah kekeruhan (siltasi), konduktivitas elektrik dan kapasitas pertukaran kation. Konsentrasi nutrien juga merupakan faktor yang penting. Dalam hal ini, mangrove termasuk ekosistem yang seimbang karena sangat efektif dalam menyimpan (sink) nutrien dengan menyerap nitrogen terlarut, fosfor dan silikon. Transfer unsur hara (fluxes nutrien) terjadi melalui proses fotosintesis dan proses mineralisasi oleh bakteri. Faktor fisik dan kimiawi dari mangrove secara efisien dapat menjebak logam berat yang tidak dapat diakumulasi secara biologis. Pengendapan yang cepat dari logam sulfida yang stabil dalam kondisi anoksik mengurangi bioavailabilitas dari logam trace dalam sedimen. Elemen yang paling aktif seperti Mn dan Zn akan terendap dalam ikatan fraksi yang kuat. Dengan demikian, komunitas mangrove mampu mengontrol polusi logam berat di daerah tropis. Kemampuan mangrove untuk mengabsorbsi logam berat dalam sedimen merupakan salah satu contoh dari bentuk keterkaitan ekosistem di daerah pesisir. Logam berat merupakan substansi yang bersifat toksik sehingga sangat berbahaya bagi organisme laut. Adanya reduksi logam berat yang terbawa oleh aliran air dan partikel tersuspensi oleh mangrove akan menjamin sehatnya ekosistem lamun dan terumbu karang. Namun, jika ekosistem mangrove menghilang, maka keberadaan ekosistem 16
  • 22. lamun dan terumbu karang juga akan terancam. Meningkatnya konsentrasi logam berat yang bersifat toksik dalam kolom air akan menimbulkan gangguan fisiologis dalam jaringan tubuh organisme laut. Hal ini akan mendorong munculnya penyakit yang cepat atau lambat dapat memusnahkan komunitas lamun dan terumbu karang. Para peneliti biologi laut memperkirakan bahwa komunitas lamun yang hilang dari pesisir pantai tersebut tidak akan pernah dapat kembali lagi (Harald Asmus dan Raghnild Asmus 2006). Proses transfer nutrien dari daratan menuju daerah mangrove, lamun dan terumbu karang sangat kompleks dan menarik untuk dipelajari karena menunjukkan adanya hubungan keterkaitan di antara ekosistem yang ada di daerah pesisir. Bahan organik yang dibawa oleh aliran sungai dan serasah mangrove mengalami proses dekomposisi terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai unsur hara. Saat daun mangrove gugur dari pohon dan jatuh di permukaan air, maka dimulailah proses dekomposisi bahan organik. Daun mangrove yang jatuh di air atau lumpur yang becek dan lembab akan membusuk perlahan-lahan akibat proses dekomposisi oleh bakteri dan jamur. Proses dekomposisi ini sangat penting karena mengubah serat daun mangrove yang tidak dapat dicerna menjadi menjadi serat yang lebih mudah dicerna. Serasah mangrove yang sudah membusuk tadi kemudian akan dirobek, dicabik-cabik menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan dicerna oleh kepiting dan hewan invertebrata lainnya. Potongan-potongan ini dikenal sebagai POM (Particulate Organic Matter). Setelah dicerna, terbentuk partikel organik yang lebih halus dan lebih sederhana dalam bentuk feses (kotoran). Feses ini akan dicerna lebih lanjut oleh organisme pemakan deposit (deposit feeder) menghasilkan feses yang lebih halus lagi dan kemudian dimanfaatkan oleh organisme penyaring makanan (filter feeder). d. Keterkaitan Ekosistem secara Ekologis Terumbu karang secara ekologis mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini disebabkan karena terumbu karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan 17
  • 23. lautan. Berbagai dampak kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan mangrove akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut. Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan lamun mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), baik dalam nutrisi terlarut, sifat fisik air, partikel organik, maupun migrasi satwa, dan dampak kegitan manusia. Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga ikut terganggu. Yang jelas interaksi yang harmonis antara ketiga ekosistem ini harus dipertahankan agar tercipta sebentuk sinergi keseimbangan lingkungan. 1. Sifat fisik air Hutan mangrove sejati biasanya tumbuh di daerah yang terlindung dari pengaruh ombak dan arus yang kuat. Terumbu karang dan lamun disini berfungsi sebagai penahan ombak dan arus yang kuat untuk memperlambat pergerakannya. Ini merupakan salah satu interaksi fisik dari terumbu karang dan lamun terhadap mangrove sehingga mangrove terlindungi dari ombak dan arus yang kuat. Hutan mangrove kaya akan sedimen yang mengendap di dasar perairan. Apabila sedimen ini masuk ke ekosistem lamun maupun terumbu karang dengan jumlah yang sangat banyak dan terus menerus oleh pengaruh hujan lebat, penebangan hutan mangrove maupun pasang surut dapat mengeruhkan perairan, maka ini akan mempengaruhi fotosintesis dari lamun dan zooxanthella yang hidup pada karang. Sedimen yang membuat perairan keruh akan berdampak pada berkurangnya penetrasi cahaya matahari (kecerahan). Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang yang akan mempengaruhi persebaran dan kelimpahan lamun serta terumbu karang. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dengan produktivitas primernya yang sangat tinggi daripada ekosistem lainnya di perairan. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting yaitu sebagai salah satu penyerap karbondioksida di udara. Peningkatan kandungan karbondioksida di 18
  • 24. udara dapat menyebabkan dampak pemanasan global. Jika terjadi pemanasan global oleh penebangan hutan mangrove besar-besaran maka ini akan berpengaruh terhadap ekosistem terumbu karang dan lamun. Misalnya zooxanthela pada terumbu karang akan keluar dari karang akibat meningkatnya suhu perairan. Karang yang membutuhkan zooxanthella dalam memproduksi zat-zat penting bagi pertumbuhannya akan mati sehingga terjadi pemutihan karang. Terumbu karang dapat hidup pada suhu antara 25-290̊ C . 2. Partikel Organik Partikel organik yang berasal dari serasah lamun dan mangrove dapat mempengaruhi pertumbuhan dari terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi diperairan dapat menurunkan fotosintesis dari lamun dan zooxanthela di perairan. Partikel organik ini akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan lamun dan zooxanthella untuk proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yang terbawa dari ekosistem mangrove ke ekosistem lamun dan terumbu karang merupakan makanan bagi biota-biota perairan seperti filter feeder dan detritus feeder. Khusunya ekosistem mangrove, arus dan gelombang disekitarnya cukup kuat sehingga berfungsi menjernihkan perairan. Sedangkan ekosistem lamun yang berdekatan dengan ekosistem mangrove yang kaya sedimen, mempunyai rhizoma yang saling menyilang untuk menahan substrat dasar. Penebangan hutan, pembukaan jalan, pembukaan lahan pertanian dapat meningkatkan partikel organik diperiaran. Partikel yang tersuspensi terutama dalam bentuk partikel halus maupun kasar, akan menimbulkan dampak negatif terhadap biota perairan pesisir dan lautan. Misalnya partikel tersebut menutupi sistem pernafasan yang mengakibatkan biota tersebut susah bernafas. 3. Nutrien Terlarut Nutrien diperiaran penting bagi produsen primer untuk proses fotosintesis. Nutrien di perairan dapat berasal dari batuan-batuan maupun serasah tumbuhan dan organisme-organisme yang mati, dan kemudian didekomposisi oleh bakteri menjadi zat anorganik yang diserap oleh produsen primer. Mangrove kaya akan nutrien yang biasanya terbawa ke ekosistem lamun dan terumbu karang melalui aliran sungai 19
  • 25. maupun efek pasang surut. Nutrien ini diserap langsung oleh lamun melalui perakarannya, dimana zooxanthella juga memperoleh nutrient tersebut. Batuan-batuan karang yang pecah juga merupakan nutrien yang dibutuhkan bagi organisme yang ada disekitar mangrove yang bisanya membentuk cangkang. Nutrien ini juga dapat dibawa oleh arus dan ombak untuk diserap oleh lamun. 4. Migrasi Fauna Migrasi fauna dapat disebabkan oleh meningkatnya predator pada suatu ekosistem, berkurangnya makanan, reproduksi, meningkatnya persaingan dalam memperbutkan makanan, tempat persembunyian yang aman, dll. Ketika ekosistem mangrove dalam keadaan rusak atau terganggu oleh aktivitas manusia maupun oleh pengaruh alam, maka biota-biota atau fauna yang hidupnya disekitar mangrove akan beralih tempat ke ekositem lamun maupun terumbu karang untuk memperoleh perlindungan. Apabila dalam ekosistem lamun, terjadi persaingan yang ketat dalam memperbutkan makanan, maka fauna-fauna disekitarnya akan bermigrasi ke darerah mangrove untuk memperoleh makanan yang banyak. Ketika terjadi kekeruhan di ekosistem lamun oleh pengaruh sedimentasi, maka fauna-fauna yang hidup disekitarnya khususnya ikan akan menghindari daerah tersebut dan menempati ekosistem terumbu karang yang tidak kecerahan lebih baik. 5. Dampak Manusia Penebangan hutan mangrove untuk pemukiman, pebukaan lahan pertanian dan pertambakan dapat mengakibatkan erosi sehingga mengeruhkan perairan. Pengaruhnya ini akan berdampak pada ekosistem lamun dan terumbu karang yang ada disekitarnya. Proses fotosintesis yang berjalan akan terhambat. Selain pemanfaatan mangrove yang merusak lingkungan, pemanfaatan lamun dengan cara yang sama akan menyebabkan sedimentasi, mengingat bahwa lamun mempunyai rhizoma yang saling mentilang yang berfungsi untuk mengikat sedimen di dasar. Pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan akan mengancam ekosistem mangrove. Mengingat bahwa secara ekologis terumbu karang berfungsi untuk menahan gelombang dan arus yang kuat, sehingga tanpa keberadaannya akan 20
  • 26. mengamcam ekosistem mangrove yang biasanya terlindung dari ombak dan arus yang kuat. Ikan di daerah terumbu karang yang memakan suatu spesies ikan di sekitar daerah lamun lama kelamaan akan habis apabila terus menerus dieksploitasi secara besar- besaran oleh manusia. Ikan di daerah terumbu karang berkurang jumlahnya sedangkan ikan di daerah lamun meningkat jumlahnya. Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan mempengaruhi ketiga ekosistem, yaitu ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut saling terkait satu sama lain dan biasanya ke tiga ekosistem tersebut bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting bagi ketiga ekosistem tersebut untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga terhindar dari kerusakan. 21
  • 27. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi yang tumbuh dilaguna pesisir dangkal dan estuaria tropis dan subtropis, didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah yang pasang surut pantai berlumpur. Padang lamun adalah hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area yang tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Ekosistem lamun merupakan satu sistem ekologi padang lamun dimana didalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen abiotik, tumbuhan dan hewan. Ekosistem yang menempati barisan terdepan yaitu ekosistem terumbu karang. Terumbu karang (Coral reef) merupakan masyarakat organisme yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Terumbu yang berarti masivenya/batu/tempatnya dan Karang yang berarti hewannya. Hubungan keterkaitan ekologi dari ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang dapat dilihat secara fisik, biologis, kimiawi, dan secara ekologis. Terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan lautan serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme. 3.2 Saran Berdasarkan pembahasan diatas kita dapat melihat bahwa dampak manusia dan alam akan mempengaruhi ketiga ekosistem yaitu ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut saling terkait satu sama lain dan biasanya ke tiga ekosistem tersebut bersama-sama terdapat di sekitar pesisir. Untuk itu penting bagi ketiga ekosistem tersebut untuk dilestarikan dan dijaga secara sinergis sehingga terhindar dari kerusakan. 22
  • 28. DAFTAR PUSTAKA Aziz, Aznam.1994.Pengaruh Salinitas terhadap Sebaran Fauna Echinodermata. Jurnal Oseana. 19 (2) : 23 – 32. Hogarth, P.J. 1999. The Biology of Mangroves. Oxford: Oxford University Press. Hutomo, M. dan T. Peristiwady. 1990. Diversity, Abundance and Diet of Fish in the Seagrass Beds of Lombok Island, Indonesia. Jeffri.2014.Parameter Kimia dan Fisika Perairan. ( http://jeffri022.student.umm.ac.id/download-as. pdf/umm_blog_article_241.pdf) diakses pada tanggal 16 Oktober 2014 Nagelkerken, I., S. Kleijnen, T. Klop, R. A. C. J. Van den Brand., E. Cocheret de la Moriniere., G. Van der Velde. 2000. Dependence of Carribean Reef Fishes On Mangroves and Seagrass Beds As Nursery Habitats : A Comparison of Fish Faunas between Bays with and without Mangroves/Seagrass Beds. Marine Ecology Progress Series. 214 : 225- 235. Nontji, Anugerah. 2007. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia. Regional. 2008. Ekosistem Pesisir dan Laut dalam regional.coramap.or.id Satino. 2011. Materi Kuliah Biologi Luat. http://staff.uny.ac.id. Sunarto.2006.Keanekaragaman Hayatidan Degradasi Ekosistem Terumbu Karang.Bandung : Universitas Pajajaran Press. Supriyadi, Indarto Happy.2010.Pemetaan Padang Lamun di Perairan Teluk Toli Toli dan Pulau Sekitarnya, Sulawesi Barat. Pusat Penelitian Oceanografi. Tahril., Paulina Taba., Nursiah La Nafie., dan Alfian Noor.2011.Analisis Besi Dalam Ekosistem Lamun Dan Hubungannya Dengan Sifat Fisikokimia Perairan Pantai kabupaten Donggala.Jurnal natur Indonesia. 13 (2) : 105- 111. 23
  • 29. Tansley, A.G. 1935. The use and abuse of vegetational concepts and terms. Ecology. 16 : 284-307. Tomascik, T, AJ Mah, A Nontji, and MK Moosa. 1997. The Ecology of Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition. Vatria, Belvi.2010.Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai Serta Dampak Yang Ditimbulkannya.Jurnal Belian. 9 (1) : 47-54. 24