SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG
SERTA STRATEGI PENGELOLAANNYA
(Studi Kasus : Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Perairan Teluk Saleh, NTB)
Mujiyanto*
)
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan
Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada
bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di
perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak
kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari
15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan
dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu
karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara
penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada
kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi
pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi,
secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang
secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju
degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu
karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status
hukumnya.
Kata kunci : Ekosistem, Terumbu Karang, Teluk Saleh, NTB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di
daerah tropis (Nontji, 2007). Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang
*
) Peneliti, BP2KSI e-mail : mj_anto@yahoo.com ; Hp : 0813 1630 3052
Sumber data : Laporan tahunan/akhir kegiatan riset “Rehabilitasi habitat dan pemacuan stok
sumberdaya perairan karang, di Teluk Saleh, NTB”. Tahun Anggaran 2005
Instansi : Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, PRPT, BRKP-DKP
Jl. Cilalawi No. 01 Jatiluhur Purwakarta JABAR
Penyuntingan:
Mujiyanto, 2015. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya (Studi Kasus :
Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Perairan Teluk Saleh, NTB). Diakses di …… pada
tanggal ……
sangat tinggi. Supriharyono (2007) menjelaskan bahwa terumbu karang juga
merupakan kumpulan masyarakat (binatang) karang (reef corals), dan hidup di dasar
perairan, yang berupa batuan kapur (CaCO3
), dan mempunyai kemampuan yang
cukup kuat untuk menahan gaya gelombang laut. Ekosistem ini mempunyai
produktifitas organik yang sangat tinggi. Demikian pula keanekaragaman biota yang
ada di dalamnya. Sebagai salah satu habitat vital perairan, terumbu karang dapat
menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi yang penting seperti
berbagai jenis ikan, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara dan sebagainya.
Sebagai negara kepulauan di dunia, Indonesia mempunyai terumbu karang
seluas ± 85.700 km2
atau 14 % dari total luasan terumbu karang dunia (Nontji, 2002).
Keberadaan ekosistem terumbu karang, sangat mendukung kegiatan industri
perikanan dan kehidupan nelayan setempat jika habitatnya dapat berfungsi secara
optimal. Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat
memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan sebagai sumber plasma
nutfah. Terumbu karang juga merupakan bahan baku substansi bioaktif yang berguna
dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu terumbu karang mempunyai fungsi yang
tidak kalah pentingnya yaitu sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi.
Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh
sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada
kedalaman kurang dari 15 meter. Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari
kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Kondisi
terumbu karang di perairan pantai barat Teluk Saleh - Kabupaten Sumbawa Besar,
prosentase penutupan karang mati (dead coral) mencapai kisaran 48,24% - 66,37%
(Sumber informasi : Marasabessy, MD dan Abdul, H., 2001). Berdasarkan kriteria
penggolongan terumbu karang, kondisi ini dalam kategori rusak (Soekarno, et al.
1983) serta ditunjukkan oleh hasil penelitian Hartati et al., (2004) yang menyatakan
bahwa penutupan karang hidup di beberapa wilayah perairan Teluk Saleh berkisar
antara 10 - 52 %.
Dengan bertambahnya nilai ekonomi maupun kebutuhan masyarakat akan
sumberdaya yang ada di daerah sekitar terumbu karang (ikan, udang lobster, tripang
dan lain-lain), hal tersebut dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan potensi
secara berlebih. Sehingga menyebabkan adanya tekanan ekologis terhadap ekosistem
terumbu karang semakin meningkat. Atas dasar hal tersebut di atas, perlu dilakukan
studi kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya, khususnya di
wilayah perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat.
1.2. Perumusan Masalah
Terumbu karang yang tumbuh dan hidup sangat baik di perairan dangkal
(kurang lebih 20 meter) ternyata telah dimanfaatkan secara berlebihan. Sama halnya
pada ekosistem mangrove dan lamun, meningkatnya kegiatan manusia dalam
pemanfaatan ekosistem terumbu karang juga memberikan dampak yang besar
terhadap kerusakan ekosistem ini (Dutton et al., 2001).
Pertambahan penduduk yang menghuni daerah pesisir, rendahnya tingkat
pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya fungsi terumbu karang, ditambah lagi
tidak mudahnya mencari alternatif pekerjaan menambah tekanan terhadap terumbu
karang yang semakin tinggi dan kompleks. Cara pemanfaatan yang tradisionalpun,
misalnya pemakaian alat tangkap bubu di beberapa tempat karena dipakai dalam
jumlah yang banyak telah menyebabkan kerusakan terumbu karang dalam skala yang
relatif luas.
Rusaknya terumbu karang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi
ekologis terumbu karang yang sangat penting, yaitu : (1) hilangnya habitat tempat
memijah, berkembangnya larva (nursery), mencari makan bagi banyak biota laut yang
sebagian besar mempunyai nilai ekonomis tinggi dan (2) hilangnya pelindung pulau
dari dampak kenaikan permukaan laut. Jika tidak ada karang batu yang menghasilkan
sedimen kapur, maka fungsi terumbu karang sebagai pemecah ombak akan berkurang
karena semakin dalamnya air sehingga abrasi pantai akan secara perlahan semakin
intensif.
Pemanfaatan sumberdaya alam tanpa adanya perencanaan yang matang akan
dapat mengancam kelestarian ekosistem sumberdaya yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap ketersediaan sumberdaya hayati laut yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia. Sehingga pola pengarturan terhadap upaya pemanfaatan potensi
sumberdaya karang mutlak harus dilakukan dengan memperhatikan asas
berkelanjutan.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk :
1) Mengetahui kondisi terumbu karang di Teluk Saleh Nusa Tenggara.
2) Mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi di ekosistem terumbu karang.
3) Membuat strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang yang lestari dan
berkelanjutan.
II. METODOLOGI
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan
Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada
bulan Mei dan Oktber 2005 (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi penelitian di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat
115
o
BT
10
o
LS
5
o
LS
120
o
BT
Pulau Ganteng Pulau Rakit
Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan
menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT) mengikuti English et al., (1997)
yaitu dengan menghitung panjang penutupan jenis terumbu karang yang terlewati
jalur transek. Analisis data yang dilakukan untuk mencari persentase penutupan
terumbu karang menggunakan rumus menurut UNEP (1993), yaitu :
%100)(% x
jalurpanjangTotal
kespesiesjenispentupanPanjang
CPenutupan i

Menurut UNEP (1993) yang menyatakan bahwa persentase penutupan
terumbu karang dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu :
1) Persentase tutupan karang berkisar antara : 1% – 10% (sangat rusak)
2) Persentase tutupan karang berkisar antara : 11% – 30 % (rusak)
3) Persentase tutupan karang berkisar antara : 31% – 50 % (sedang)
4) Persentase tutupan karang berkisar antara : 51% – 75 % (baik)
5) Persentase tutupan karang berkisar antara : 76%–100 % (sangat baik)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Penutupan Terumbu Karang di Teluk Saleh
Ekosistem terumbu karang suatu perairan mempunyai 3 tipe, yaitu terumbu
karang tepi (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan Atol
(bentuk cincin). Terumbu karang di perairan Teluk Saleh termasuk dalam tipe
terumbu karang tepi atau pantai. Terumbu karang ini terdapat disepanjang pantai dan
mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 m. Pertumbuhan karang yang baik terdapat di
daerah yang menerima pukulan ombak.
Analisis data kondisi pertumbuhan terumbu karang dilakukan berdasarkan
ketentuan nilai persen cover yang diterbitkan oleh UNEP (1993). Pada pengamatan
ini kondisi terumbu karang terbagi atas persentase (%) karang hidup (live coral),
karang mati (dead coral) dan karang lunak (soft coral). Pada karang hidup terbagi
atas 2 kategori yaitu Acropora dan Non Acropora. Persentase tutupan terumbu karang
sering dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu biotik yang terbagi atas karang
hidup (live coral) dan serta karang mati (dead coral) sebagai abiotik.
3.1.1. Perairan Pulau Rakit
Data LIT (transek garis) yang dilakukan pada bulan Mei 2005 di Pulau Rakit
kondisi penutupan karang hidup adalah 27.79 % atau dalam kategori rusak. Kondisi
karang hidup (live coral) yang umumnya diperairan ini terdiri dari non Acropora,
Acropora masif (CM) dan Coral branching (CB). Jenis Algae terdiri dari macro
algae, Corallinae dan Algae assemblage yang menempel pada karang mati dan subsrat
pasir. Kelompok fauna lain yang ditemukan yaitu jenis bintang laut dan bulu babi.
Dari kelompok abiotik yang paling banyak ditemukan adalah pasir (Sand) dan
patahan (Rubble). Karang yang tumbuh umumnya dari marga Porites, Goniopora,
Euphyllia dan Favites. Menurut Nybakken, (1988) jenis Porites sp merupakan karang
yang kuat mampu bertahan hidup dalam kondisi yang sangat ektsrim dibandingkan
pada jenis Acropora atau yang berbentuk cabang.
Pengamatan kondisi karang alami pada bulan Oktober penutupan karang
hidup 16.25 %, dalam kategori yang sama dengan pengamatan bulan Mei (rusak).
Titik pengambilan data karang pada bulan Mei dan Oktober tidak tepat sama.
Pembandingan hasil data terumbu karang yang didapat bulan Mei 2005 dan Oktober
2005 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi terumbu karang bulan Mei dan Oktober 2005 di Pulau Rakit.
Bulan Posisi Kategori Jenis Karang
Mei 08o
37’ 41.4” LS
118o
00’ 07.1” BT
 Tutupan karang hidup Non Acropora
27,79%,
 Algae 19,37%,
 other fauna 1%.
 Kategori karang rusak
CM (Porites lutea,
Coeloseris mayeri)
CB (Palauastrea ramose)
Oktober 08o
37’ 41.4” LS
118o
00’ 07.1” BT
 Tutupan karang hidup Non-Acropora
16,25 %
 Algae (67.50%),
 Other fauna (0,50%) dan
 Abiotic (15.75 %).
 Kategori karang rusak.
CM (Porites lobata,
Favites chinensi)
CB ( (Porites nigresen,
Porites rus)
Keterangan :
CM : Coral Massive (Jenis karang Non-Acropora berbentuk bulat)
CB : Coral Branching (Jenis karang Non-Acropora berbentuk cabang)
Kondisi visual perairan Pulau Rakit disajikan pada Gambar 2. Hasil LIT
(transek garis) bulan Mei dan Oktober 2005 disajikan pada Tabel 2.
Gambar 2. Perairan Pulau Rakit, Teluk Saleh, NTB
Tabel 2. Persentase tutupan karang data LIT di perairan Pulau Rakit pada bulan Mei
dan Oktober 2005
LIFEFORM Code NBR
NBR
Occurrence
Percent. cover
Pulau Rakit
Mei Oktober
Hard Corals (Acropora) Branching ACB 0.00 0.00
Tabulate ACT 0.00 0.00
Encrusting ACE 0.00 0.00
Submassive ACS 0.00 0.00
0.00% 0.00 %
Hard Coral (Non-Acropora) Branchi CB 12.17 3.75
Tabulate CT 15.30 3.00
Encrusting CE 0.00 0.00
Submassive CS 0.00 8.75
Foliose CF 0.00 0.25
Mushroom CMR 0.32 0.50
Millepora CME 0.00 0.00
Heliopora CHL 0.00 0.00
27.79 % 16,25 %
Dead Scleractinia Dead Coral DC 0.00 0.00
(With Algal Covering) DCA 0.00 0.00
0.00 % 0.00 %
Algae Macro MA 0.00 62.00
Turf TA 0.50 5.50
Coralline CA 8.00 0.00
Halimedae HA 10.87 0.00
Algal Assemblage AA 0.00 0.00
19.37% 67.50 %
Other Fauna Soft Corals SC 0.00 0.00
Sponge SP 0.67 0.50
Zoanthids ZO 0.00 0.00
Other OT 0.33 0.00
1.00 % 0.50 %
Abiotic Sand S 51.83 13.00
Rubble R 0.00 2.00
Silt SI 0.00 0.75
Water WA 0.00 0.00
Rock RCK 0.00 0.00
51.83 % 15.75 %
3.1.2. Pulau Ganteng
Pada bulan Mei dan Oktober 2005 dilakukan pengamatan terumbu karang
pada titik stasiun yang tidak tepat sama dengan pengamatan bulan Mei diperoleh
penutupan karang hidup 18 % atau kategori rusak. Data LIT (Transek garis) disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Data terumbu karang bulan Mei 2005 dan Oktober 2005 di Pulau Ganteng,
Sumbawa Besar NTB.
Bulan Posisi Kategori Jenis Karang
Mei 08o
36’ 03.7” LS
117o
50’ 21.7” BT
 Tutupan karang hidup Non
Acropora 38,26%,
 Dead Scleractinia 9,17%,
 Algae 14,20%,
 Other fauna 6,17%,
 Abiotic 20,53%
 Kategori karang rusak
CM (Porites lutea, Favites
chinensi)
CB (Palauastrea ramose,
Montipora digitata)
Oktober 08o
36’ 03.7” LS
117o
50’ 21.7” BT
 Tutupan karang hidup 18.38 %
(Hard coral (non-Acropora),
 Karang mati 81.62%
 (Dead scleractina 0.75%),
 Algae (50.88%),
 Other fauna (0.25%) dan
 Abiotic (29.50%)).
 Kategori karang rusak
CM (Porites lutea, Pavona sp)
CB (Porites nigresen,)
CF (Montipora foliossa)
Keterangan :
CM : Coral Massive (Jenis karang Non-Acropora berbentuk bulat)
CB : Coral Branching (Jenis karang Non-Acropora berbentuk cabang)
Kondisi visual Perairan Pulau Ganteng dapat dilihat pada Gambar 3. dan hasil
LIT disajikan pada Tabel 4.
Gambar 3. Perairan Pulau Ganteng
Tabel 4. Persentase tutupan karang data (LIT) pada Pulau Ganteng pada bulan Mei
dan Oktober 2005
LIFEFORM Code NBR
NBR
Occurrence
Percent. Cover
Pulau Ganteng
Mei Oktober
Hard Corals (Acropora) Branching ACB 0.00 0.00
Tabulate ACT 0.00 0.00
Encrusting ACE 0.00 0.00
Submassive ACS 0.00 0.00
0.00 % 0.00 %
Hard Coral (Non-Acropora) Branching CB 13.63 17.13
Tabulate CT 3.88 21.13
Encrusting CE 0.00 0.00
Submassive CS 0.25 0.00
Foliose CF 0.38 0.00
Mushroom CMR 0.25 0.00
Millepora CME 0.00 0.00
Heliopora CHL 0.00 0.00
18,38 % 38,26 %
Dead Scleractinia Dead Coral DC 0.00 0.00
(With Algal Covering) DCA 0.75 9.17
0.75 % 9.17 %
Algae Macro MA 7.88 14.20
Turf TA 43.00 0.00
Coralline CA 0.00 0.00
Halimedae HA 0.00 0.00
Algal Assemblage AA 0.00 0.00
50.88 % 14.20 %
Other Fauna Soft Corals SC 0.00 0.00
Sponge SP 0.50 2.17
0.25 % 6.17 %
Abiotic Sand S 19.63 20.53
Rubble R 9.50 11.67
Silt SI 0.38 0.00
Water WA 0.00 0.00
Rock RCK 0.00 0.00
29.50 % 32.20 %
3.2. Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
Kerusakan terumbu karang di daerah ini disebabkan oleh dua hal yaitu proses
secara alami dan adanya kegiatan manusia. Kerusakan yang disebabkan dari proses
alami adalah adanya blooming predator bintang laut dan mahkota berduri. Sedangkan
penyebab kerusakan terumbu karang yang kedua adalah diakibatkan oleh adanya
kegiatan manusia yang secara langsung maupu tidak langsung merusak terumbu
karang, seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan beracun,
penggalian karang untuk batu kapur dan adanya kegiatan wisata pantai.
Menurut Berwick (1983) dalam Dahuri (2004) bahwa kerusakan terumbu
karang dan dampak potensialnya akibat kegiatan manusia yang disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Beberapa dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem terumbu karang.
Kegiatan Dampak Potensial
a. Penambangan karang dengan
atau tanpa menggunakan bahan
peledak
Perusakan habitat, bila menggunakan bahan peledak dapat
menimbulkan kematian massal hewan terumbu karang.
b. Pembuangan limbah panas Meningkatkan suhu air 5-10 0
C diatas suhu ambien air, dapat
mematikan karang dan hewan lainnya serta tumbuhan yang
berasosiasi dengan terumbu karang.
c. Penggundulan hutan di lahan
atas (upland)
Sedimen hasil erosi yang berlebihan dapat mencapai terumbu
karang yang letaknya sekitar muara sungai pengangkut
sedimen, dengan akibat meningkatnya kekeruhan air sehingga
menghambat fungsi zoonthantellae yang selanjutnya
menghambat petumbuhan terumbu karang.
Sedimen yang berlebihan dapat menyelimuti polip-polip
dengan sedimen yang dapat mematikan karang, karena
oksigen terlarut dalam air tidak dapat berdifusi masuk ke
polip.
Karang di terumbu karang yang lokasinya berdekatan dengan
daerah banjir, akan dapat mengalami kematian karena
sedimentasi yang berlebihan dan penurunan salinitas.
d. Pengerukan di sekitar terumbu
karang
Arus dapat mengangkut sedimen yang teraduk ke terumbu
karang dan meningkatkan kekeruhan air.
e. Kepariwisataan Peningkatan suhu air karena pencemaran panas oleh
pembuangan air pendingin pembangkit listrik hotel.
Pencemaran oleh limbah manusia dari hotel karena limbah ini
tidak mengalami pengolahan yang memadai sebelum dibuang
keperairan lokasi terumbu karang, dengan akibat terjadinya
eutrofikasi yang selanjutnya mengakibatkan tumbuh suburnya
(blooming) fitoplankton yang meningkatkan kekeruhan air
dan kemudian menghambat pertumbuhan karang karena
terhambatnya fungsi zooxnthellae,selain dari itu keruhnya air
akan mengurangi nilai estetis perairan terumbu karang.
Kerusakan fisik terumbu karang batu oleh jangkar kapal.
Koleksi terumbu karang yang masih hidup dan hewan-hewan
lain oleh para turis, dapat mengurangi keanekaragaman
hewani ekosistem terumbu karang.
Rusaknya terumbu karang yang disebabkan oleh penyelam.
f. Penangkapan ikan hias dengan
menggunakan Kalium Sianida
(KCN)
Pengkapan ikan hias dengan menggunakan kalium sianida
bukan saja membuat ikan pingsan, tetapi akan membunuh
karang dan avertebrata lainnya di sekitar lokasi, karena
hewan-hewan ini jauh lebih peka terhadap kalium sianida.
Penangkapan ikan konsumsi dengan bahan peledak bukan
saja mematikan ikan tanpa diskriminasi, tetapi juga koral dan
avertebrata tak bercangkang seperti anemon alut.
Gejala penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan bahan
beracun semakin meningkat pada lima tahun terakhir yang disebabkan oleh kesalahan
persepsi dalam reformasi dan juga lemahnya penegakan hukum yang ada Teluk Saleh
Nusa Tenggara Barat. Gambar 4 dan 5 adalah contoh kerusakan terumbu karang
akibat penggunaan bahan peledak dan bahan beracun.
Gambar 4. Kerusakan karang akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak dan
bahan beracun, penggalian karang untuk batu kapur
Gambar 5. Pemutihan karang akibat bahan peledak dan bahan beracun, penggalian
karang untuk batu kapur
3.3. Akar Permasalahan
Perairan Pulau Rakit mengalami kerusakan terumbu karang akibat kegiatan
penggunaan bom untuk menangkap ikan karang. Kegiatan tersebut diperkirakan
terjadi telah cukup lama dan puncaknya pada sekitar tahun 1995. Pada tahun 2000
perusahaan eksportir perikanan dari Jakarta membuka usaha pembesaran ikan kerapu
di perairan Pulau Rakit. Adanya kerja sama yang baik antara pihak perusahaan
dengan nelayan, aktifitas penangkapan ikan menggunakan bom mulai berkurang.
Keadaan ini menyebabkan beberapa karang lunak terlihat mulai tumbuh disekitar
perairan Pulau Rakit. Dasar perairan Pulau Rakit terdiri atas pasir bercampur lumpur
karena di bagian barat terdapat mangrove yang masih bagus. Kondisi air agak keruh
sehingga kecerahan tidak mencapai dasar perairan. Pada lokasi terumbu karang yang
mengalami kerusakan karena bom tidak terlihat pertumbuhan karang lunak pada
kedalaman 7 meter, kedalaman 8-12 meter masih terlihat terumbu karang yang hidup
dan kedalaman lebih dari 12 meter merupakan daerah berpasir kasar bercampur
lumpur.
Kondisi reef flat di Pulau Ganteng cukup luas ± 1 km2
. Pada bagian reef flat
terdapat padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Reef flat pada kedalaman 1-3
m merupakan daerah padang lamun (seagrass). Sedangkan terumbu karang pada
kedalaman 3 -15 meter, dengan luasan mencapai 200 m2
. Perairan Pulau Ganteng
terlindung oleh beberapa pulau yang ada di sekitarnya (Pulau Dompu dan Pulau
Taikabo) sehingga kondisi perairannya agak tenang dan jernih. Pulau Ganteng
merupakan pulau yang paling kecil di bandingkan dari beberapa pulau disekitarnya
dan tidak berpenghuni. Merupakan daerah aktivitas penangkapan ikan nelayan, baik
memancing, menjaring dan memasang bubu.
IV. STRATEGI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG
Suatu pengelolaan yang baik adalah yang memikirkan generasi mendatang
untuk dapat juga menikmati sumberdaya yang sekarang ada. Seperti halnya yang
dijelaskan oleh Supriharyono (2007) bahwa konservasi sumberdaya hayati laut
merupakan salah satu upaya implementasi pengelolaan ekosistem sumberdaya laut
dari kerusakan akibat aktifitas manusia.
Dalam upaya pengelolaan terumbu karang harus mempertimbangkan hal
sebagai berikut : Pertama, melestarikan, melindungi, mengembangkan, memperbaiki
dan meningkatkan kondisi atau kualitas terumbu karang dan sumberdaya yang
terkandung di didalamnya bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta
memikirkan generasi mendatang. Kedua, mendorong dan membantu pemerintah
daerah untuk menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan sesuai
denga karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi standar yang
ditetapkan secara nasional berdasarka pertimbangan-pertimbangan daerah yang
menjaga antara upaya ekploitasi dan upaya pelestarian lingkungan. Ketiga,
mendorong kesadaran, partisipasi dan kerjasama/kemitraan dari masyarakat,
pemerintah daerah, antar daerah dan antar instansi dalam perencanaan dan
pelaksanaan pengelolaan terumbu karang.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam pengelolaan terumbu
karang diperlukan strategi sebagai berikut :
1. Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada
pengelolaan terumbu karang :
Mengembangkan mata pencaharian alternatif yang bersifat berkelanjutan bagi
masyarakat pesisir.
Meningkatkan penyuluhan dan menumbuh-kembangkan keadaan masyarakat
akan tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan
ekosistemnya melalui bimbingan, pendidikan dan penyuluhan tentang
ekosistem terumbu karang.
Memberikan hak dan kepastian hukum untuk mengelola terumbu karang bagi
mereka yang memiliki kemampuan.
2 Mengurangi laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini :
Mengidentifikasi dan mencegah penyebab kerusakan terumbu karang secara
dini.
Mengembangkan program penyuluhan konservasi terumbu karang dan
mengembangkan berbagai alternatif mata pencaharian bagi masyarakat lokal
yang memanfatakannya.
Meningkatkan efektifitas penegakan hokum terhadap berbagai kegiatan yang
dilarang oleh hukum seperti pemboman dan penangkapan ikan dengan potas.
3. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi,
pemanfaatan dan status hukumnya :
Mengidentifikasi potensi terumbu karang dan pemanfaatannya.
Menjaga keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian
lingkungan.
V. KESIMPULAN
Kondisi terumbu karang Pulau Ganteng tidak berbeda dengan Pulau Rakit,
akibat kegiatan penangkapan ikan menggunakan bom. Kerusakan terumbu karang
ditemukan pada kedalaman 5 meter. Pada kedalaman 8-10 meter masih terdapat
beberapa terumbu karang. Hasil LIT (Transek garis) pada kedalaman 10 meter
didapatkan kondisi terumbu karang hidup pada kategori karang rusak dengan nilai
rata-rata selama pengamatan < 30 %. Kerusakan terumbu karang pada perairan yang
dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Kerusakan terumbu karang
tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak.
Akar permasalahan dalam pengelolaan terumbu karang meliputi, inkonsistensi
dalam implementasi kebijakan yang diambil, metode pengelolaan yang kurang
memadai, instrumen penegakan hukum yang belum memadai, kurangnya kesadaran,
pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai ekonomis dan arti strategis
terumbu karang serta sulitnya mencari alternatif mata pencaharian di luar laut yang
sesuai dan diminati oleh masyarakat.
Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalahan yang
ditemukan di lokasi secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada
pengelolaan terumbu karang.
2. Mengurangi laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini.
3. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi,
pemanfaatan dan status hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginditng, M.J. Sitepu, 2004. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitra.
Jakarta.198 ; 199 p.
Dutton, I.M., D.G. Bengen and J.J. Tulungen. 2001. The challenges of coral reef
management in Indonesia. In : Wolanski, E. (Ed). Oceanographic
rocesses of coral reefs : Physical and biological links in the Great
Barrier Reef. CRC Press LLc, Boca Raton, Florida.
English S., C. Wilkinson, dan V. Baker. 1997. Survey Manual For Tropiocal Marine
Resource (2 nd Edition). Australian Institute of Marine Science. Australia.
X = 390 hal.
Hartati, S.T., Awalludin, Siti, N. 2004. Identifikasi Habitat dan Pemacuan Stok
Sumberdaya Perairan Karang di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat.
Laporan Akhir Kegiatan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset
Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. (tidak
dipublikasikan)
Nontji, Anugerah. 2002. Coral reefs of Indonesia. Past, presnt, and future. Prossidig
loka Karya Pengelolaa dan Ilmu Pengetahuan Terumbu Karang
Indonesia. Program Rehabilitasi Pengelolaan Terumbu Karang. LIPI.
Jakarta.
Nontji, Anugerah. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Hal. 115.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.
Jakarta. 325-363 pp.
Supriharyono, 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati Di Wilayah Pesisisr
dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal. 96 ; 245.
UNEP. 1993. Monitoring Coral Reef For Global change. United Nation Environment
Programme. Monaco
oooOooo

More Related Content

What's hot

Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaVersi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
 
Geografi jenis batuan
Geografi jenis batuanGeografi jenis batuan
Geografi jenis batuanrensykartika
 
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan PemanfaatannyaMacam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan Pemanfaatannyasangdamar
 
Proses terjadinya sedimentasi ppt
Proses terjadinya sedimentasi pptProses terjadinya sedimentasi ppt
Proses terjadinya sedimentasi pptluhutmanahan
 
Materi biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationMateri biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationIsmail Lathiif
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveerikakurnia
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangAlfian Muhammad
 
Struktur organisasi dan tenaga kerja di pertambangan
Struktur organisasi dan tenaga kerja di pertambanganStruktur organisasi dan tenaga kerja di pertambangan
Struktur organisasi dan tenaga kerja di pertambanganAdhitya Henrika
 
Power point terumbu karang
Power point terumbu karangPower point terumbu karang
Power point terumbu karangrantikaput
 
Ekosistem Pantai & Terumbu karang
Ekosistem Pantai & Terumbu karangEkosistem Pantai & Terumbu karang
Ekosistem Pantai & Terumbu karangtuti handayani
 
PPT Biologi SMA Kelas X Protista-fix
PPT Biologi SMA Kelas X Protista-fixPPT Biologi SMA Kelas X Protista-fix
PPT Biologi SMA Kelas X Protista-fixRian Maulana
 

What's hot (20)

Bentuk Intrusi Magma
Bentuk Intrusi MagmaBentuk Intrusi Magma
Bentuk Intrusi Magma
 
Konservasi laut
Konservasi lautKonservasi laut
Konservasi laut
 
Biologi Karang
Biologi KarangBiologi Karang
Biologi Karang
 
Batuan sedimen
Batuan sedimenBatuan sedimen
Batuan sedimen
 
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaVersi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya
 
Geografi jenis batuan
Geografi jenis batuanGeografi jenis batuan
Geografi jenis batuan
 
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan PemanfaatannyaMacam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
 
Proses terjadinya sedimentasi ppt
Proses terjadinya sedimentasi pptProses terjadinya sedimentasi ppt
Proses terjadinya sedimentasi ppt
 
Materi biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationMateri biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentation
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
 
Makalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel airMakalh pengambilan sampel air
Makalh pengambilan sampel air
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
Struktur organisasi dan tenaga kerja di pertambangan
Struktur organisasi dan tenaga kerja di pertambanganStruktur organisasi dan tenaga kerja di pertambangan
Struktur organisasi dan tenaga kerja di pertambangan
 
Lempeng Tektonik
Lempeng TektonikLempeng Tektonik
Lempeng Tektonik
 
Deskripsi core
Deskripsi coreDeskripsi core
Deskripsi core
 
Power point terumbu karang
Power point terumbu karangPower point terumbu karang
Power point terumbu karang
 
Ekosistem Pantai & Terumbu karang
Ekosistem Pantai & Terumbu karangEkosistem Pantai & Terumbu karang
Ekosistem Pantai & Terumbu karang
 
Plankton net
Plankton netPlankton net
Plankton net
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
PPT Biologi SMA Kelas X Protista-fix
PPT Biologi SMA Kelas X Protista-fixPPT Biologi SMA Kelas X Protista-fix
PPT Biologi SMA Kelas X Protista-fix
 

Viewers also liked

Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangAdy Purnomo
 
Protista Mirip Hewan dan Mirip Jamur
Protista Mirip Hewan dan Mirip JamurProtista Mirip Hewan dan Mirip Jamur
Protista Mirip Hewan dan Mirip JamurPatrasaka
 
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya Yayasan TERANGI
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karangAzewan Ndk
 
Siklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malaria
Siklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malariaSiklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malaria
Siklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malariaIndah Bunga
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karangDeena dep
 

Viewers also liked (7)

Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu Karang
 
Protista Mirip Hewan dan Mirip Jamur
Protista Mirip Hewan dan Mirip JamurProtista Mirip Hewan dan Mirip Jamur
Protista Mirip Hewan dan Mirip Jamur
 
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
TERUMBU KARANG: Manfaat Ekologi dan Ekonomi, beserta faktor pengancamnya
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Siklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malaria
Siklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malariaSiklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malaria
Siklus hidup dan jenis plasmodium penyebab penyakit malaria
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 
Terumbu karang
Terumbu karangTerumbu karang
Terumbu karang
 

Similar to Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya (Studi Kasus : Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Perairan Teluk Saleh, NTB)

Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariNurma Putri Tanadoang
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
 
Kpli m12 Tentang lingkungan
Kpli m12 Tentang lingkunganKpli m12 Tentang lingkungan
Kpli m12 Tentang lingkunganhemiyoghikhusuma
 
Kpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkunganKpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkunganhemiyoghikhusuma
 
Kpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkunganKpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkunganhemiyoghikhusuma
 
Artikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karangArtikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karangSMPN 4 Kerinci
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Sutrisna Sandi
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Operator Warnet Vast Raha
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
 
Ringkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasRingkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasYuga Rahmat S
 
Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2aswar hamzah
 

Similar to Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya (Studi Kasus : Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Perairan Teluk Saleh, NTB) (20)

Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
 
MAteri SIG
MAteri SIGMAteri SIG
MAteri SIG
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
 
EKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUTEKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUT
 
Kpli m12 Tentang lingkungan
Kpli m12 Tentang lingkunganKpli m12 Tentang lingkungan
Kpli m12 Tentang lingkungan
 
Kpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkunganKpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkungan
 
Kpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkunganKpli m12 tentang lingkungan
Kpli m12 tentang lingkungan
 
Artikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karangArtikel (amrullah) terumbu karang
Artikel (amrullah) terumbu karang
 
Biota laut dalam
Biota laut dalamBiota laut dalam
Biota laut dalam
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
 
Rpz twp raja ampat book 1
Rpz twp raja ampat book 1 Rpz twp raja ampat book 1
Rpz twp raja ampat book 1
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. ok
 
8 bab vi lingkungan maritim
8 bab vi lingkungan maritim8 bab vi lingkungan maritim
8 bab vi lingkungan maritim
 
Bab i new
Bab i newBab i new
Bab i new
 
Metode penelitian pesisir
Metode penelitian  pesisirMetode penelitian  pesisir
Metode penelitian pesisir
 
Ringkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasRingkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhas
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2Aquatic biodiversity present 2
Aquatic biodiversity present 2
 

More from Mujiyanto -

Sebuah pegangan seorang penyelam
Sebuah pegangan seorang penyelamSebuah pegangan seorang penyelam
Sebuah pegangan seorang penyelamMujiyanto -
 
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Mujiyanto -
 
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan  ...Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan  ...
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...Mujiyanto -
 
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Mujiyanto -
 
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...Mujiyanto -
 
Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...
Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...
Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...Mujiyanto -
 
Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17
Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17
Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17Mujiyanto -
 
Manual analisis regresi spss 15
Manual analisis regresi spss 15Manual analisis regresi spss 15
Manual analisis regresi spss 15Mujiyanto -
 
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Mujiyanto -
 
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Mujiyanto -
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
 
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...Mujiyanto -
 
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Mujiyanto -
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Mujiyanto -
 
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Mujiyanto -
 
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Mujiyanto -
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Mujiyanto -
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Mujiyanto -
 
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Mujiyanto -
 
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaAspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaMujiyanto -
 

More from Mujiyanto - (20)

Sebuah pegangan seorang penyelam
Sebuah pegangan seorang penyelamSebuah pegangan seorang penyelam
Sebuah pegangan seorang penyelam
 
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
Marine and Coastal Protected Areas (MCPAs) : (a chance to save indonesian mar...
 
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan  ...Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan  ...
Pentingnya Amdal Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Berwawasan Lingkungan ...
 
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
Analisis bio ekonomi dan strategi pengelolaan sumberdaya ikan pelagis di pera...
 
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...
Panduan praktis penerapan analisis komponen utama atau principal componen ana...
 
Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...
Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...
Panduan praktif belajar statistik korelasi regresi linear_microsoft excel dan...
 
Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17
Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17
Panduan praktis analisis korrelasi dan regresi linear dengan spss 17
 
Manual analisis regresi spss 15
Manual analisis regresi spss 15Manual analisis regresi spss 15
Manual analisis regresi spss 15
 
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...
Struktur komunitas polychaeta pada ekosistem padang lamun pulau parang karimu...
 
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
Struktur komunitas juvenil ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan perair...
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
 
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...
Populasi ikan karang dan biota penempel di sekitar tkb perairan p. kotok keci...
 
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
Peremajaan ikan yang terlepas dari budidaya ikan dalam kja waduk ir h djuanda...
 
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
Komposisi telur dan larva ikan pelagis pada perairan terumbu karang kawasan b...
 
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
Keberadaan ikan napoleon (cheilinus undulatus) di perairan kepulauan sembilan...
 
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...
Kajian struktur komunitas juvenil ikan di perairan ekosistem mangrove bagian ...
 
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
Kajian populasi echinodermata pada ekosistem padang lamun di kawasan perairan...
 
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
Kajian komunitas larva ikan pada ekosistem padang lamun di kawasan pulau para...
 
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
Bioekologi ikan bolo bolo (atherinomorus lacunosus) di area mangrove kepulaua...
 
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawaAspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
Aspek biologi ikan juwi (selar boops) di area mangrove kepulauan karimunjawa
 

Recently uploaded

PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxMuhammadSatarKusumaS
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )RifkiAbrar2
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiMemenAzmi1
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis databaiqtryz
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energiZulfiWahyudiAsyhaer1
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbaiqtryz
 

Recently uploaded (11)

PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 

Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya (Studi Kasus : Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Perairan Teluk Saleh, NTB)

  • 1. KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG SERTA STRATEGI PENGELOLAANNYA (Studi Kasus : Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Perairan Teluk Saleh, NTB) Mujiyanto* ) ABSTRAK Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya. Kata kunci : Ekosistem, Terumbu Karang, Teluk Saleh, NTB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis (Nontji, 2007). Ekosistem ini mempunyai produktivitas organik yang * ) Peneliti, BP2KSI e-mail : mj_anto@yahoo.com ; Hp : 0813 1630 3052 Sumber data : Laporan tahunan/akhir kegiatan riset “Rehabilitasi habitat dan pemacuan stok sumberdaya perairan karang, di Teluk Saleh, NTB”. Tahun Anggaran 2005 Instansi : Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, PRPT, BRKP-DKP Jl. Cilalawi No. 01 Jatiluhur Purwakarta JABAR Penyuntingan: Mujiyanto, 2015. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya (Studi Kasus : Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di Perairan Teluk Saleh, NTB). Diakses di …… pada tanggal ……
  • 2. sangat tinggi. Supriharyono (2007) menjelaskan bahwa terumbu karang juga merupakan kumpulan masyarakat (binatang) karang (reef corals), dan hidup di dasar perairan, yang berupa batuan kapur (CaCO3 ), dan mempunyai kemampuan yang cukup kuat untuk menahan gaya gelombang laut. Ekosistem ini mempunyai produktifitas organik yang sangat tinggi. Demikian pula keanekaragaman biota yang ada di dalamnya. Sebagai salah satu habitat vital perairan, terumbu karang dapat menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi yang penting seperti berbagai jenis ikan, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara dan sebagainya. Sebagai negara kepulauan di dunia, Indonesia mempunyai terumbu karang seluas ± 85.700 km2 atau 14 % dari total luasan terumbu karang dunia (Nontji, 2002). Keberadaan ekosistem terumbu karang, sangat mendukung kegiatan industri perikanan dan kehidupan nelayan setempat jika habitatnya dapat berfungsi secara optimal. Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan sebagai sumber plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan bahan baku substansi bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu terumbu karang mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang di perairan pantai barat Teluk Saleh - Kabupaten Sumbawa Besar, prosentase penutupan karang mati (dead coral) mencapai kisaran 48,24% - 66,37% (Sumber informasi : Marasabessy, MD dan Abdul, H., 2001). Berdasarkan kriteria penggolongan terumbu karang, kondisi ini dalam kategori rusak (Soekarno, et al. 1983) serta ditunjukkan oleh hasil penelitian Hartati et al., (2004) yang menyatakan bahwa penutupan karang hidup di beberapa wilayah perairan Teluk Saleh berkisar antara 10 - 52 %. Dengan bertambahnya nilai ekonomi maupun kebutuhan masyarakat akan sumberdaya yang ada di daerah sekitar terumbu karang (ikan, udang lobster, tripang dan lain-lain), hal tersebut dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan potensi secara berlebih. Sehingga menyebabkan adanya tekanan ekologis terhadap ekosistem
  • 3. terumbu karang semakin meningkat. Atas dasar hal tersebut di atas, perlu dilakukan studi kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannya, khususnya di wilayah perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. 1.2. Perumusan Masalah Terumbu karang yang tumbuh dan hidup sangat baik di perairan dangkal (kurang lebih 20 meter) ternyata telah dimanfaatkan secara berlebihan. Sama halnya pada ekosistem mangrove dan lamun, meningkatnya kegiatan manusia dalam pemanfaatan ekosistem terumbu karang juga memberikan dampak yang besar terhadap kerusakan ekosistem ini (Dutton et al., 2001). Pertambahan penduduk yang menghuni daerah pesisir, rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya fungsi terumbu karang, ditambah lagi tidak mudahnya mencari alternatif pekerjaan menambah tekanan terhadap terumbu karang yang semakin tinggi dan kompleks. Cara pemanfaatan yang tradisionalpun, misalnya pemakaian alat tangkap bubu di beberapa tempat karena dipakai dalam jumlah yang banyak telah menyebabkan kerusakan terumbu karang dalam skala yang relatif luas. Rusaknya terumbu karang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi ekologis terumbu karang yang sangat penting, yaitu : (1) hilangnya habitat tempat memijah, berkembangnya larva (nursery), mencari makan bagi banyak biota laut yang sebagian besar mempunyai nilai ekonomis tinggi dan (2) hilangnya pelindung pulau dari dampak kenaikan permukaan laut. Jika tidak ada karang batu yang menghasilkan sedimen kapur, maka fungsi terumbu karang sebagai pemecah ombak akan berkurang karena semakin dalamnya air sehingga abrasi pantai akan secara perlahan semakin intensif. Pemanfaatan sumberdaya alam tanpa adanya perencanaan yang matang akan dapat mengancam kelestarian ekosistem sumberdaya yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap ketersediaan sumberdaya hayati laut yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sehingga pola pengarturan terhadap upaya pemanfaatan potensi sumberdaya karang mutlak harus dilakukan dengan memperhatikan asas berkelanjutan.
  • 4. 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk : 1) Mengetahui kondisi terumbu karang di Teluk Saleh Nusa Tenggara. 2) Mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi di ekosistem terumbu karang. 3) Membuat strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang yang lestari dan berkelanjutan. II. METODOLOGI Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005 (Gambar 1). Gambar 1. Lokasi penelitian di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat 115 o BT 10 o LS 5 o LS 120 o BT Pulau Ganteng Pulau Rakit
  • 5. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT) mengikuti English et al., (1997) yaitu dengan menghitung panjang penutupan jenis terumbu karang yang terlewati jalur transek. Analisis data yang dilakukan untuk mencari persentase penutupan terumbu karang menggunakan rumus menurut UNEP (1993), yaitu : %100)(% x jalurpanjangTotal kespesiesjenispentupanPanjang CPenutupan i  Menurut UNEP (1993) yang menyatakan bahwa persentase penutupan terumbu karang dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu : 1) Persentase tutupan karang berkisar antara : 1% – 10% (sangat rusak) 2) Persentase tutupan karang berkisar antara : 11% – 30 % (rusak) 3) Persentase tutupan karang berkisar antara : 31% – 50 % (sedang) 4) Persentase tutupan karang berkisar antara : 51% – 75 % (baik) 5) Persentase tutupan karang berkisar antara : 76%–100 % (sangat baik) III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kondisi Penutupan Terumbu Karang di Teluk Saleh Ekosistem terumbu karang suatu perairan mempunyai 3 tipe, yaitu terumbu karang tepi (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan Atol (bentuk cincin). Terumbu karang di perairan Teluk Saleh termasuk dalam tipe terumbu karang tepi atau pantai. Terumbu karang ini terdapat disepanjang pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 m. Pertumbuhan karang yang baik terdapat di daerah yang menerima pukulan ombak. Analisis data kondisi pertumbuhan terumbu karang dilakukan berdasarkan ketentuan nilai persen cover yang diterbitkan oleh UNEP (1993). Pada pengamatan ini kondisi terumbu karang terbagi atas persentase (%) karang hidup (live coral), karang mati (dead coral) dan karang lunak (soft coral). Pada karang hidup terbagi atas 2 kategori yaitu Acropora dan Non Acropora. Persentase tutupan terumbu karang sering dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu biotik yang terbagi atas karang hidup (live coral) dan serta karang mati (dead coral) sebagai abiotik.
  • 6. 3.1.1. Perairan Pulau Rakit Data LIT (transek garis) yang dilakukan pada bulan Mei 2005 di Pulau Rakit kondisi penutupan karang hidup adalah 27.79 % atau dalam kategori rusak. Kondisi karang hidup (live coral) yang umumnya diperairan ini terdiri dari non Acropora, Acropora masif (CM) dan Coral branching (CB). Jenis Algae terdiri dari macro algae, Corallinae dan Algae assemblage yang menempel pada karang mati dan subsrat pasir. Kelompok fauna lain yang ditemukan yaitu jenis bintang laut dan bulu babi. Dari kelompok abiotik yang paling banyak ditemukan adalah pasir (Sand) dan patahan (Rubble). Karang yang tumbuh umumnya dari marga Porites, Goniopora, Euphyllia dan Favites. Menurut Nybakken, (1988) jenis Porites sp merupakan karang yang kuat mampu bertahan hidup dalam kondisi yang sangat ektsrim dibandingkan pada jenis Acropora atau yang berbentuk cabang. Pengamatan kondisi karang alami pada bulan Oktober penutupan karang hidup 16.25 %, dalam kategori yang sama dengan pengamatan bulan Mei (rusak). Titik pengambilan data karang pada bulan Mei dan Oktober tidak tepat sama. Pembandingan hasil data terumbu karang yang didapat bulan Mei 2005 dan Oktober 2005 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi terumbu karang bulan Mei dan Oktober 2005 di Pulau Rakit. Bulan Posisi Kategori Jenis Karang Mei 08o 37’ 41.4” LS 118o 00’ 07.1” BT  Tutupan karang hidup Non Acropora 27,79%,  Algae 19,37%,  other fauna 1%.  Kategori karang rusak CM (Porites lutea, Coeloseris mayeri) CB (Palauastrea ramose) Oktober 08o 37’ 41.4” LS 118o 00’ 07.1” BT  Tutupan karang hidup Non-Acropora 16,25 %  Algae (67.50%),  Other fauna (0,50%) dan  Abiotic (15.75 %).  Kategori karang rusak. CM (Porites lobata, Favites chinensi) CB ( (Porites nigresen, Porites rus) Keterangan : CM : Coral Massive (Jenis karang Non-Acropora berbentuk bulat) CB : Coral Branching (Jenis karang Non-Acropora berbentuk cabang) Kondisi visual perairan Pulau Rakit disajikan pada Gambar 2. Hasil LIT (transek garis) bulan Mei dan Oktober 2005 disajikan pada Tabel 2.
  • 7. Gambar 2. Perairan Pulau Rakit, Teluk Saleh, NTB Tabel 2. Persentase tutupan karang data LIT di perairan Pulau Rakit pada bulan Mei dan Oktober 2005 LIFEFORM Code NBR NBR Occurrence Percent. cover Pulau Rakit Mei Oktober Hard Corals (Acropora) Branching ACB 0.00 0.00 Tabulate ACT 0.00 0.00 Encrusting ACE 0.00 0.00 Submassive ACS 0.00 0.00 0.00% 0.00 % Hard Coral (Non-Acropora) Branchi CB 12.17 3.75 Tabulate CT 15.30 3.00 Encrusting CE 0.00 0.00 Submassive CS 0.00 8.75 Foliose CF 0.00 0.25 Mushroom CMR 0.32 0.50 Millepora CME 0.00 0.00 Heliopora CHL 0.00 0.00 27.79 % 16,25 % Dead Scleractinia Dead Coral DC 0.00 0.00 (With Algal Covering) DCA 0.00 0.00 0.00 % 0.00 % Algae Macro MA 0.00 62.00 Turf TA 0.50 5.50 Coralline CA 8.00 0.00 Halimedae HA 10.87 0.00 Algal Assemblage AA 0.00 0.00 19.37% 67.50 % Other Fauna Soft Corals SC 0.00 0.00 Sponge SP 0.67 0.50 Zoanthids ZO 0.00 0.00 Other OT 0.33 0.00 1.00 % 0.50 % Abiotic Sand S 51.83 13.00 Rubble R 0.00 2.00 Silt SI 0.00 0.75 Water WA 0.00 0.00 Rock RCK 0.00 0.00 51.83 % 15.75 %
  • 8. 3.1.2. Pulau Ganteng Pada bulan Mei dan Oktober 2005 dilakukan pengamatan terumbu karang pada titik stasiun yang tidak tepat sama dengan pengamatan bulan Mei diperoleh penutupan karang hidup 18 % atau kategori rusak. Data LIT (Transek garis) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data terumbu karang bulan Mei 2005 dan Oktober 2005 di Pulau Ganteng, Sumbawa Besar NTB. Bulan Posisi Kategori Jenis Karang Mei 08o 36’ 03.7” LS 117o 50’ 21.7” BT  Tutupan karang hidup Non Acropora 38,26%,  Dead Scleractinia 9,17%,  Algae 14,20%,  Other fauna 6,17%,  Abiotic 20,53%  Kategori karang rusak CM (Porites lutea, Favites chinensi) CB (Palauastrea ramose, Montipora digitata) Oktober 08o 36’ 03.7” LS 117o 50’ 21.7” BT  Tutupan karang hidup 18.38 % (Hard coral (non-Acropora),  Karang mati 81.62%  (Dead scleractina 0.75%),  Algae (50.88%),  Other fauna (0.25%) dan  Abiotic (29.50%)).  Kategori karang rusak CM (Porites lutea, Pavona sp) CB (Porites nigresen,) CF (Montipora foliossa) Keterangan : CM : Coral Massive (Jenis karang Non-Acropora berbentuk bulat) CB : Coral Branching (Jenis karang Non-Acropora berbentuk cabang) Kondisi visual Perairan Pulau Ganteng dapat dilihat pada Gambar 3. dan hasil LIT disajikan pada Tabel 4. Gambar 3. Perairan Pulau Ganteng
  • 9. Tabel 4. Persentase tutupan karang data (LIT) pada Pulau Ganteng pada bulan Mei dan Oktober 2005 LIFEFORM Code NBR NBR Occurrence Percent. Cover Pulau Ganteng Mei Oktober Hard Corals (Acropora) Branching ACB 0.00 0.00 Tabulate ACT 0.00 0.00 Encrusting ACE 0.00 0.00 Submassive ACS 0.00 0.00 0.00 % 0.00 % Hard Coral (Non-Acropora) Branching CB 13.63 17.13 Tabulate CT 3.88 21.13 Encrusting CE 0.00 0.00 Submassive CS 0.25 0.00 Foliose CF 0.38 0.00 Mushroom CMR 0.25 0.00 Millepora CME 0.00 0.00 Heliopora CHL 0.00 0.00 18,38 % 38,26 % Dead Scleractinia Dead Coral DC 0.00 0.00 (With Algal Covering) DCA 0.75 9.17 0.75 % 9.17 % Algae Macro MA 7.88 14.20 Turf TA 43.00 0.00 Coralline CA 0.00 0.00 Halimedae HA 0.00 0.00 Algal Assemblage AA 0.00 0.00 50.88 % 14.20 % Other Fauna Soft Corals SC 0.00 0.00 Sponge SP 0.50 2.17 0.25 % 6.17 % Abiotic Sand S 19.63 20.53 Rubble R 9.50 11.67 Silt SI 0.38 0.00 Water WA 0.00 0.00 Rock RCK 0.00 0.00 29.50 % 32.20 % 3.2. Penyebab Kerusakan Terumbu Karang Kerusakan terumbu karang di daerah ini disebabkan oleh dua hal yaitu proses secara alami dan adanya kegiatan manusia. Kerusakan yang disebabkan dari proses alami adalah adanya blooming predator bintang laut dan mahkota berduri. Sedangkan penyebab kerusakan terumbu karang yang kedua adalah diakibatkan oleh adanya kegiatan manusia yang secara langsung maupu tidak langsung merusak terumbu karang, seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan beracun, penggalian karang untuk batu kapur dan adanya kegiatan wisata pantai.
  • 10. Menurut Berwick (1983) dalam Dahuri (2004) bahwa kerusakan terumbu karang dan dampak potensialnya akibat kegiatan manusia yang disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Beberapa dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem terumbu karang. Kegiatan Dampak Potensial a. Penambangan karang dengan atau tanpa menggunakan bahan peledak Perusakan habitat, bila menggunakan bahan peledak dapat menimbulkan kematian massal hewan terumbu karang. b. Pembuangan limbah panas Meningkatkan suhu air 5-10 0 C diatas suhu ambien air, dapat mematikan karang dan hewan lainnya serta tumbuhan yang berasosiasi dengan terumbu karang. c. Penggundulan hutan di lahan atas (upland) Sedimen hasil erosi yang berlebihan dapat mencapai terumbu karang yang letaknya sekitar muara sungai pengangkut sedimen, dengan akibat meningkatnya kekeruhan air sehingga menghambat fungsi zoonthantellae yang selanjutnya menghambat petumbuhan terumbu karang. Sedimen yang berlebihan dapat menyelimuti polip-polip dengan sedimen yang dapat mematikan karang, karena oksigen terlarut dalam air tidak dapat berdifusi masuk ke polip. Karang di terumbu karang yang lokasinya berdekatan dengan daerah banjir, akan dapat mengalami kematian karena sedimentasi yang berlebihan dan penurunan salinitas. d. Pengerukan di sekitar terumbu karang Arus dapat mengangkut sedimen yang teraduk ke terumbu karang dan meningkatkan kekeruhan air. e. Kepariwisataan Peningkatan suhu air karena pencemaran panas oleh pembuangan air pendingin pembangkit listrik hotel. Pencemaran oleh limbah manusia dari hotel karena limbah ini tidak mengalami pengolahan yang memadai sebelum dibuang keperairan lokasi terumbu karang, dengan akibat terjadinya eutrofikasi yang selanjutnya mengakibatkan tumbuh suburnya (blooming) fitoplankton yang meningkatkan kekeruhan air dan kemudian menghambat pertumbuhan karang karena terhambatnya fungsi zooxnthellae,selain dari itu keruhnya air akan mengurangi nilai estetis perairan terumbu karang. Kerusakan fisik terumbu karang batu oleh jangkar kapal. Koleksi terumbu karang yang masih hidup dan hewan-hewan lain oleh para turis, dapat mengurangi keanekaragaman hewani ekosistem terumbu karang. Rusaknya terumbu karang yang disebabkan oleh penyelam. f. Penangkapan ikan hias dengan menggunakan Kalium Sianida (KCN) Pengkapan ikan hias dengan menggunakan kalium sianida bukan saja membuat ikan pingsan, tetapi akan membunuh karang dan avertebrata lainnya di sekitar lokasi, karena hewan-hewan ini jauh lebih peka terhadap kalium sianida. Penangkapan ikan konsumsi dengan bahan peledak bukan saja mematikan ikan tanpa diskriminasi, tetapi juga koral dan avertebrata tak bercangkang seperti anemon alut. Gejala penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan bahan beracun semakin meningkat pada lima tahun terakhir yang disebabkan oleh kesalahan persepsi dalam reformasi dan juga lemahnya penegakan hukum yang ada Teluk Saleh
  • 11. Nusa Tenggara Barat. Gambar 4 dan 5 adalah contoh kerusakan terumbu karang akibat penggunaan bahan peledak dan bahan beracun. Gambar 4. Kerusakan karang akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan beracun, penggalian karang untuk batu kapur Gambar 5. Pemutihan karang akibat bahan peledak dan bahan beracun, penggalian karang untuk batu kapur 3.3. Akar Permasalahan Perairan Pulau Rakit mengalami kerusakan terumbu karang akibat kegiatan penggunaan bom untuk menangkap ikan karang. Kegiatan tersebut diperkirakan terjadi telah cukup lama dan puncaknya pada sekitar tahun 1995. Pada tahun 2000 perusahaan eksportir perikanan dari Jakarta membuka usaha pembesaran ikan kerapu di perairan Pulau Rakit. Adanya kerja sama yang baik antara pihak perusahaan dengan nelayan, aktifitas penangkapan ikan menggunakan bom mulai berkurang. Keadaan ini menyebabkan beberapa karang lunak terlihat mulai tumbuh disekitar perairan Pulau Rakit. Dasar perairan Pulau Rakit terdiri atas pasir bercampur lumpur karena di bagian barat terdapat mangrove yang masih bagus. Kondisi air agak keruh sehingga kecerahan tidak mencapai dasar perairan. Pada lokasi terumbu karang yang mengalami kerusakan karena bom tidak terlihat pertumbuhan karang lunak pada
  • 12. kedalaman 7 meter, kedalaman 8-12 meter masih terlihat terumbu karang yang hidup dan kedalaman lebih dari 12 meter merupakan daerah berpasir kasar bercampur lumpur. Kondisi reef flat di Pulau Ganteng cukup luas ± 1 km2 . Pada bagian reef flat terdapat padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Reef flat pada kedalaman 1-3 m merupakan daerah padang lamun (seagrass). Sedangkan terumbu karang pada kedalaman 3 -15 meter, dengan luasan mencapai 200 m2 . Perairan Pulau Ganteng terlindung oleh beberapa pulau yang ada di sekitarnya (Pulau Dompu dan Pulau Taikabo) sehingga kondisi perairannya agak tenang dan jernih. Pulau Ganteng merupakan pulau yang paling kecil di bandingkan dari beberapa pulau disekitarnya dan tidak berpenghuni. Merupakan daerah aktivitas penangkapan ikan nelayan, baik memancing, menjaring dan memasang bubu. IV. STRATEGI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG Suatu pengelolaan yang baik adalah yang memikirkan generasi mendatang untuk dapat juga menikmati sumberdaya yang sekarang ada. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Supriharyono (2007) bahwa konservasi sumberdaya hayati laut merupakan salah satu upaya implementasi pengelolaan ekosistem sumberdaya laut dari kerusakan akibat aktifitas manusia. Dalam upaya pengelolaan terumbu karang harus mempertimbangkan hal sebagai berikut : Pertama, melestarikan, melindungi, mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau kualitas terumbu karang dan sumberdaya yang terkandung di didalamnya bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta memikirkan generasi mendatang. Kedua, mendorong dan membantu pemerintah daerah untuk menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan sesuai denga karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional berdasarka pertimbangan-pertimbangan daerah yang menjaga antara upaya ekploitasi dan upaya pelestarian lingkungan. Ketiga, mendorong kesadaran, partisipasi dan kerjasama/kemitraan dari masyarakat, pemerintah daerah, antar daerah dan antar instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan terumbu karang.
  • 13. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam pengelolaan terumbu karang diperlukan strategi sebagai berikut : 1. Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang : Mengembangkan mata pencaharian alternatif yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat pesisir. Meningkatkan penyuluhan dan menumbuh-kembangkan keadaan masyarakat akan tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang dan ekosistemnya melalui bimbingan, pendidikan dan penyuluhan tentang ekosistem terumbu karang. Memberikan hak dan kepastian hukum untuk mengelola terumbu karang bagi mereka yang memiliki kemampuan. 2 Mengurangi laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini : Mengidentifikasi dan mencegah penyebab kerusakan terumbu karang secara dini. Mengembangkan program penyuluhan konservasi terumbu karang dan mengembangkan berbagai alternatif mata pencaharian bagi masyarakat lokal yang memanfatakannya. Meningkatkan efektifitas penegakan hokum terhadap berbagai kegiatan yang dilarang oleh hukum seperti pemboman dan penangkapan ikan dengan potas. 3. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya : Mengidentifikasi potensi terumbu karang dan pemanfaatannya. Menjaga keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian lingkungan. V. KESIMPULAN Kondisi terumbu karang Pulau Ganteng tidak berbeda dengan Pulau Rakit, akibat kegiatan penangkapan ikan menggunakan bom. Kerusakan terumbu karang ditemukan pada kedalaman 5 meter. Pada kedalaman 8-10 meter masih terdapat beberapa terumbu karang. Hasil LIT (Transek garis) pada kedalaman 10 meter didapatkan kondisi terumbu karang hidup pada kategori karang rusak dengan nilai
  • 14. rata-rata selama pengamatan < 30 %. Kerusakan terumbu karang pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak. Akar permasalahan dalam pengelolaan terumbu karang meliputi, inkonsistensi dalam implementasi kebijakan yang diambil, metode pengelolaan yang kurang memadai, instrumen penegakan hukum yang belum memadai, kurangnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai ekonomis dan arti strategis terumbu karang serta sulitnya mencari alternatif mata pencaharian di luar laut yang sesuai dan diminati oleh masyarakat. Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lokasi secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang. 2. Mengurangi laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini. 3. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya. DAFTAR PUSTAKA Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginditng, M.J. Sitepu, 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitra. Jakarta.198 ; 199 p. Dutton, I.M., D.G. Bengen and J.J. Tulungen. 2001. The challenges of coral reef management in Indonesia. In : Wolanski, E. (Ed). Oceanographic rocesses of coral reefs : Physical and biological links in the Great Barrier Reef. CRC Press LLc, Boca Raton, Florida. English S., C. Wilkinson, dan V. Baker. 1997. Survey Manual For Tropiocal Marine Resource (2 nd Edition). Australian Institute of Marine Science. Australia. X = 390 hal. Hartati, S.T., Awalludin, Siti, N. 2004. Identifikasi Habitat dan Pemacuan Stok Sumberdaya Perairan Karang di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Laporan Akhir Kegiatan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. (tidak dipublikasikan)
  • 15. Nontji, Anugerah. 2002. Coral reefs of Indonesia. Past, presnt, and future. Prossidig loka Karya Pengelolaa dan Ilmu Pengetahuan Terumbu Karang Indonesia. Program Rehabilitasi Pengelolaan Terumbu Karang. LIPI. Jakarta. Nontji, Anugerah. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Hal. 115. Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta. 325-363 pp. Supriharyono, 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati Di Wilayah Pesisisr dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal. 96 ; 245. UNEP. 1993. Monitoring Coral Reef For Global change. United Nation Environment Programme. Monaco oooOooo